Anda di halaman 1dari 16

SULTAN MUHAMMAD ALFATIH

KONSTANTINOPEL
1453 M

PESANTREN RAMADHAN
2024 M/ 1445 H
BIOGRAFI MUH. AL FATIH
• Sultan Muhammad II dilahirkan di Edirin,
Turkey pada 30 Maret 1423 M,yang mana
pada waktu itu Edirin adalah pusat kota
pemerintahan Dinasty Turki Utsmani.
• Beliau adalah putra dari Sultan Murad II
dan ibunya adalah Ratu Huma Hatun
BIOGRAFI MUH. AL FATIH

• Beliau adalah Raja dari kerajaan ottoman yang dimulai pada


usia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451-1481 M)

• Beliau diberi julukan "al fatih" yang artinya adalah penakluk,


maksudnya adalah penakluk konstantinopel
• Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran
30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar
matematika, ilmu falak, dan strategi perang.
• Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa,
seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran,
pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab,
Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
SILSILAH DINASTI UTSMANI
Kenapa harus konstantinopel

- Lokasi paling strategis pada masa itu


Kenapa harus konstantinopel
- Kota Benteng, sepertinya mustahil untuk direbut,
sehingga memberikan motivasi lebih untuk merebutnya
Kenapa harus konstantinopel

(HR Ahmad)
Kisah penaklukan konstantinopel
Strategi Perang
• Mendaratkan 70-an kapalnya, menariknya dengan
landasan kayu yang diberi minyak binatang, mendaki
bukit Galata menempuh perjalanan sejauh kurang lebih
16 km – dan itu hanya dilakukannya dalam waktu
semalam
Pemindahan kapal
Strategi Perang
• Membuat 400 buah kapal perang modern, 320 buah perahu,
menyediakan angkatan tentara berjumlah 250,000 orang,
termasuk dua belas ribu tentera Janisari yang terlatih.
Strategi Perang
• Meriam Basilica yang terbesar di zamanya
Strategi Perang

• Ketaatan spiritual dan keagamaan dari semua


pasukan
Toleransi dan akhlak mulia
Setelah penaklukan Konstantinopel, Sultan Muhammad Al-Fatih
memerintahkan pasukannya untuk memperlakukan para tawanan dengan
baik dan lembut. Bahkan beliau menebus banyak tawanan itu dengan
uangnya sendiri, terutama tawanan dari kalangan bangsawan Yunani dan
para pemuka agama. Beliau juga bertemu dengan para Uskup untuk
menenangkan rasa takut mereka dan memberikan mereka ruang untuk
tetap menjalankan ideologi, ibadah dan rumah ibadah mereka.

Toleransi dan akhlak mulia juga tampak ketika Sultan Muhammad Al-Fatih
mengirimkan sebuah pesan kepada Fransiskan dari penduduk negeri
Boshwich demi menenangkan mereka bahwa ia tidak akan mengganggu
siapa pun dari mereka dengan melakukan penekanan karena keyakinan
agama mereka. Dalam pesan itu ia mengatakan :

“Aku Sultan Muhammad Khan Al-Fatih, mengumumkan kepada seluruh


dunia bahwa penduduk Bosnia Fransiskan berdasarkan pada titah
kesultanan ini telah mendapatkan perlindungannya. Dan kami
memerintahkan untuk : Tidak ada seorang pun yang mengganggu
mereka, juga tempat peribadatan mereka. Dan bahwa mereka akan hidup
dengan damai di dalam negaraku"
Kisah hukum potong tangan
• Dalam kitab Rawai’ min at-Tarikh al-‘Usmani Sultan menunjuk seorang arsitek
berkebangsaan Romawi, Abslante menjadi konsultan pembangunan Masjid.
• Sang arsitek tidak memenuhi salah satu perintah sultan untuk membangun
menara yang tinggi,akhirnya arsitek dihukum potong tangan.
• Tetapi arsitek tidak tinggal diam menerima keputusan itu, ia pun
memperkarakan Sultan kepadaHakim Istambul, Syekh Sari Khadr Jalbi.
Arsitektur tersebut mengadukan perintah zalim Sultan. Qadhi Sari Khadr
ternyata tidak bimbang sedikitpun dalam menerima dan memproses
pengaduannya,
• Pada gilirannya sang Sultan membenarkan apa yang diaduan orang Romawi
tersebut, dan berkatalah sang Hakim “Sesuai dengan hukum syar’i, maka
anda dihukum potong tangan berdasarkan qishas!”.
• Dan sultan pun menerima hukuman dari hakim tersebut karena menyadari
kekeliruanya.
• Dia terpana, lalu dengan gugup dia menyatakan mencabut tuntutannya, dia
hanya berharap diberi ganti rugi, karena hukuman potong tangan untuk Sultan
tidak memberi manfaat apa-apa kepadanya. Qadhi Sari akhirnya memutuskan
Sultan berkewajiban membayar ganti rugi sebesar sepuluh koin setiap hari
seumur hidupnya, sebagai ganti rugi atas kerugian yang begitu besar yang
dideritanya. Tapi Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan memberikan
duapuluh koin setiap harinya sebagai ungkapan gembiranya telah selamat
dari hukuman qishas potong tangan, dan penyesalan atas perbuatannya.

Anda mungkin juga menyukai