Makalah Formulasi Tablet
Makalah Formulasi Tablet
Makalah Formulasi Tablet
ANTIHISTAMIN
CHLORPHENIRAMINI MALEAT
( CTM )
NAMA KELOMPOK :
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah suatu
bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh
atau bagian tubuh manusia. Sediaan obat dibuat dan disimpan sedemikian rupa dengan
memperhatikan sifat bahan obat yang digunakan, sehingga efektivitas optimal dan sifat tidak
merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan jumlah bahan penolong yang digunakan dalam
pembuatannya harus tersatukan dengan bahan aktifnya (Voigt, 1994).
Dewasa ini sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan sediaan
yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami
perkembangan baik formulasi maupun cara penggunaannya. Beberapa keuntungan sediaan
tablet diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih sederhana,
dosisnya tepat, mudah pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis jika
dibandingkan dengan sediaan yang lain (Lachman, et al., 1994).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan
bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat
memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru.
Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).
Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol
atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995). Butiran
granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi
lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen.
Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).
a. Granulasi basah
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan
larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan
dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan
mesin tablet (Anief, 1994).
b. Granulasi kering
Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan
langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, et al.,
1994). Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugg atau dikompresi
menjadi tablet yang besar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup
keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini
dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin
ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).
c. Kompresi Langsung
Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan
metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung
dikompresi tanpa memerlukan granulasi(Ansel, 1989). Istilah kempa langsung telah lama
digunakan untuk memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam
anorganik dengan struktur kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium
bromida) menjadi suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia
yang mempunyai sifat alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan
seperti ini (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Sekarang istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet
dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi,
disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan
membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur praperlakuan granulasi basah atau
kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010).
2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel halus sehingga tidak
melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu. Modifikasi lanjut dari proses
kempa langsung adalah penggunaan penggerusan pracampur zat aktif keras dengan satu atau
lebih pengisi dan penambahan pengisi dan pengikat lain sebelum campuran akhir dikempa
langsung (Siregar dan Wikarsa, 2010).
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang rendah.
3. Sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim.
5.Mempunyai sifat stabilitas mikrobiologis yang paling baik (Lachman, et al., 1994).
BAB I
Analisis Farmakologi
Mekanisme Obat
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu
antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam
penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri.
Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun
influenza lebih ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat
beristirahat.
CTM adalah obat antihistamin yang mempunyai nama dagangnya yaitu CTM dan
mengandung Chlorpheniramini maleas 4 mg, itu artinya nama obat ini bukan merupakan isi
kandungan melainkan hanyalah sebuah nama merek obat tersebut. Histamin merupakan zat
yang diproduksi oleh tubuh yang dapat menyebabkan seseorang bersin, mata berair, gatal-
gatal dan reaksi alergi lainnya. Oleh karena itu CTM merupakan obat yang bisa meredakan
gejala-gejala alergi yang ditimbulkan oleh histamine.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan
bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas
dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan
Terapi edisi IV(FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan
bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
Efek Farmakologi
Klorfeniramin adalah derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan derajat
toksisitas yang sama. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan dalam obat
batuk. Klorfeniramin maleat merupakan antihistamin jenis antagonis reseptor H-1 yang
bekerja dengan cara memblokir reseptor H-1 dengan menyaingi histamin pada resptornya di
otot licin didnding pembuluh darah dan dengan demikian menghindarkan timbulnya reaksi
alergi (Tjay, 2002).
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping
dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM
sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia. Namun sebagaimana
sebagian besar obat yang mempunyai efek samping, obat ini juga mempunyai efek samping
mengantuk sehingga tak jarang obat ini sering dijadikan obat tidur. Sebernarnya kurang tepat
apabila obat ini di jadikan obat kantuk, karena oabat ini mempunyai efek resintensi, artinya
semakin lama kita menggunakan CTM berarti semakin kurang efek kantuknya. Efek samping
lain dari CTM adalah Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek muskarinik, hipotensi,
kelemahan otot, tinitus, eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi,
kelainan darah.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan
gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Efek
samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu
bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu,
pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan. Jadi
sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping
dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat
pengikatan histamin pada resaptor histamin.
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsopsi dengan baik. Efeknya timbul 15-30
menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Tempat utama biotransformasi
AH1 ialah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin
setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
Dosis
Dosis terapi 4 mg dalam satu tablet dimana AH1 umumnya menyebabkan
penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan
dan waktu reaksi yang lambat. Dosis pemakaian CTM adalah sebagai berikut: untuk dewasa
dosisnya, 3 – 4 kali sehari 0.5 sampai 1 tablet. Untuk anak-anak 6 – 12 tahun, dosis
pemakaiannya, 0.5 x dosis dewasa. Sedangkan untuk anak-anak 1 – 6 tahun, dosisnya adalah
0.25 x dosis dewasa. Dalam dosis terapi, AH1 tidak memperlihatkan efek berarti pada sistem
kardiovaskular.
BAB II
Farmasetika
Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang meliputi bahan pengisi,
penghancur, pengikat dan pelicin. Salah satu bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan
tablet adalah klorfeniramin maleat. Klorfeniramin maleat kurang menguntungkan jika dibuat
secara granulasi basah karena pada granulasi basah diperlukan adanya air serta pengeringan.
Pembuatan tablet klorfeniramin maleat secara granulasi kering juga kurang mendukung
karena pada proses tersebut diperlukan tekanan yang relatif besar yang akan mempengaruhi
kestabilan klorfeniramin maleat. Oleh sebab itu, metode kempa langsung merupakan metode
pembuatan klorfeniramin maleat yang menguntungkan.
a) Lubricant
berfungsi untuk mengurangi gesekan antar sisi tablet dengan dinding ruang cetakan
(die) dan antara dinding die dengan punch, sehingga tablet mudah dikeluarkan dari
cetakan.
b) Glidant
berfungsi untuk mengurangi gesekan antar partikel yang mengalir dari hopper ke
ruang cetak ( die), sehingga memperbaiki sifat alir serbuk atau granul yang akan
dikempa dan akan berpengaruh pada keseragaman bobot tablet.
c) Anti adherent
berfungsi mencegah melekatnya tablet pada die dan permukaan punch. Sebagai
bahan pelicin yang biasa digunakan adalah magnesium stearat, aerosil, talk dan
kalsium stearat. Jumlah pelicin yang digunakan pada pembuatan tablet yang satu
dengan yang lain berbeda-beda mulai dari yang sedikit kira-kira 0,1 % dari berat
granul sampai sebanyakbanyaknya 5% (Ansel, 1989).
Bahan pelicin yang sering digunakan adalah talk konsentrasi 5% tepung jagung konsentrasi
5-10%, koloid-koloid silika seperti cab-o-sil atau siloid atau aerosil dalam konsentrasi 0,25-
3% (Lachman et.,al., 1994).
Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
Pemeriksaan kualitas tablet dilakukan untuk mengetahui mutu fisik dari tablet yang
dihasilkan, pemeriksaan kualitas tablet meliputi :
Faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot kondisi peralatan yang digunakan dalam
proses pentabletan, seperti berubahnya pengaruh tekanan (Anonim, 1979).
25 mg atau kurang 15 30
25 mg – 150 mg 10 20
Lebih 300 mg 5 10
b. Kekerasan Tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan
dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang selama pengujian. Alat
yang digunakan adalah friabilator tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapuhan antara
lain banyaknya kandungan serbuk (Fines). Kerapuhan di atas 1 % menunjukkan tablet yang
rapuh dan dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986). Tablet bagus bila tablet yang
diuji tidak boleh berkurang lebih dari 1% dari berat tablet uji (Mohrle, 1989).
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet dalam medium
yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kassa alat pengujian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah sifat fisika kimia granul dan
kekerasan tablet. Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur tablet tidak bersalut tidak boleh lebih
dari 15 menit (Anonim,1979). Waktu hancur yang semakin cepat maka semakin cepat pula
pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat bagi tubuh.
Keseragaman kandungan zat aktif dapat diterapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Tablet memenuhi
keseragaman kandungan zat aktif jika kadar 10 tablet yang diperiksa memberikan hasil dalam
batas 92,5% sampai 107,5% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).
Preformulasi :
B. Bobot Molekul
CTM atau klorfeniramin maleat memiliki berat molekul 390,67 g/mol.
C. Metode Analitik
prosedur analisis kimia CTM dilakukan menggunakan metode Spektrofotometri
dengan menganalisis serapan cahaya oleh gugus kromofor yang terdapat dalam
struktur kimia CTM. Dari serapan cahaya ini dapat diketahui nilai serapannya
(absorbansi). Dengan demikian dapat diketahui kadar dari tablet CTM yang dibuat
dengan cara memplot nilai absorbansi yang diperoleh pada persamaan regresi linier
dari kurva baku CTM.
Formulasi :
CTM atau klorfeniramin maleat dibuat dalam bentuk tablet yang berisi zat aktif dan
eksipiennya. Yanuar, et.,al, (2003) telah melakukan penelitian yaitu preparasi dan
karakterisasi selulosa mikrokristal dari nata de coco untuk bahan pembantu pembuatan tablet
yang menggunakan nata de coco yang diperoleh dari pasaran. Berdasarkan interpretasi data
spektrum inframerah dan spektrum difraksi sinar-x terlihat bahwa selulosa mikrokristal
mempunyai kemiripan dengan Avicel PH-102 yang sering digunakan sebagai pengisi dalam
tablet CTM dengan rumus empirik (C6H10O5)n sehingga dari menelitian ini memungkinkan
kita untuk menggunakan selulosa mikrokristal dari nata de coco sebagai bahan pembantu
pembuatan tablet. Pada awalnya, selulosa mikrokristal dibuat dari tumbuhan berkayu dan
kapas. Produk komersial selulosa mikrokristal yang ada di pasaran bersumber dari tumbuhan
berkayu, misalnya konifer (Bimte dan Tayade, 2007; Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005).
Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa selulosa mikrokristal dapat dihasilkan dari
kulit kacang kedelai, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah, tongkol jagung, bambu
India dan lain-lain (Ejikeme, 2008).
Ada beberapa masalah selama produksi produk selulosa. Masalah ini mencakup
polusi yang terjadi selama proses pulping dan bleaching selama pemurnian serat selulosa dan
sejumlah besar residu cair serta toksin yang dilepaskan dari selulosa (Chen, et al., 2010).
Selain itu, penggunaan kayu sebagai sumber pembuatan selulosa mikrokristal dapat
mengurangi ketersediaan kayu dan menyebabkan penebangan hutan secara besar-besaran.
Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekologis. Oleh karena itu, perlu dicari
sumber nonkayu sebagai sumber alternatif untuk mengurangi masalah lingkungan yang
disebabkan oleh penggunaan kayu dalam pembuatan selulosa mikrokristal (Behin, et al.,
2008).
Berdasarkan masalah di atas, digunakan nata de coco sebagai alternatif sumber
selulosa mikrokristal karena nata yang merupakan selulosa bakteri mempunyai keunggulan
antara lain kemurnian, daya regang dan daya serap air yang lebih tinggi daripada selulosa
tumbuhan (Chawla, et al., 2008).
Chlorpheniramini Maleas 4 mg
Formula tablet CTM dengan bahan pengisi selulosa mikrokristal dari nata de coco. Dibuat
formula untuk 1000 tablet, berat pertablet 200 mg dan penampang tablet 9 mm.
= 182 gram
Pembuatan
1. Dimasukkan g klorfeniramin maleat ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan
dengan 10 g amilum manihot, selanjutnya tambahkan 2 g magnesium stearat dan 2
g talkum sambil digerus.
2. Tambahkan sedikit demi sedikit selulosa mikrokristal sambil terus digerus sampai
semua komponen homogen.
3. Dilakukan uji preformulasi dan kemudian dicetak menjadi tablet dengan diameter
9 mm.
Dimana:
F = Friabilitas (%)
- Evaluasi organoleptik
Pemerian berupa serbuk halus dan voluminus, putih, bau khas dan mudah melekat di
kulit dan bebas dari butiran.
- Evaluasi kelarutan
Kelarutannya tidak larut dalam etanol, air dan eter.
- Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Alasan penggunaannya karena bersifat lemak dan tersedia dalam ukuran partikel
kecil. Logam stearat meerupakan yangpaling efisien dan lazim digunakan. Pada
umumnya lubrikan ini tidak reaktif, tetapi sedikit bersifat basa. Logam stearat
berfungsi sebagai glidan dan anti adheren.
Talk
- Evaluasi organoleptik
Pemerian berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu dan berkilat,
tidak berbau dan mudah melekat di kulit dan bebas dari butiran.
- Evaluasi kelarutan
Tidak larut dalam etanol, air dan praktis tidak larut dalam eter (anonim,1995)
- Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik
Talk berfungsi sebagai lubrikan dan glidan. Talk digunakan secara luas dan
mempunyai sifat menguntungkan yaitu lebih unggul daripada pati dalam
meminimalkan setiap kecenderungan zat yang melekat pada permukaan pons, suatu
sifat yang kadang – kadang digolongkan sebagai antiaderen.
Amilum
- Evaluasi organoleptik
Bentuknya berupa serbuk sangat halus, putih dan tidak berbau.
- Evaluasi kelarutan
Mudah larut dalam NaOH dan praktis tidak larut dalam air dan asam diluet dan
pelarut organik lainnya (anonim,1995)
- Penyimpananya dalam wadah tertutup tertutup rapat
Digunakan sebagai pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdesintegrasicepat dan granulasi yang hanya dibuat dengan menggunakan pati
sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air. Pati merupakan pengabsorsi
minyak yang baik. Selain itu dapat digunakan sebagai desintegran yang membantu
hancurnya tablet.
Selulosa Mikrokristal
- Evaluasi organoleptik
Selulosa mikrokristal adalah selulosa yang dimurnikan secara parsial, berwarna putih,
tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristal yang terdiri atas partikel-partikel yang
menyerap. Selulosa mikrokristal secara komersial tersedia dalam berbagai ukuran
partikel dan tingkat kelembapan sehingga mempunyai sifat dan penggunaan yang
berbeda ( Rowe, et al., 2009).
Pengemasan
Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang
dikemas produk, antara lain : strip/blister, botol, ampul, vial, plastic, dan lain-lain. Fungsi
utama kemasan adalah sebagai pelindung produk. Kemasan juga sangat vital untuk
mempertahankan kualitas produk. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Kemasan yaitu
sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau
membungkus sediaan farmasi dan alat kesehatan baik yang bersentuhan langsung maupun
tidak. Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan
bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi
berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
Produk yang disegel antara dua lembaran lapisan tipis itu biasanya mempunyai suatu
segel di sekitar setiap tablet, dan biasanya dipisahkan dari bungkus-bungkus yang berdekatan
karena adanya perforasi.
Bahan kemasan dapat berupa kertas, kertas timah (alumunium foil), plastik/selofan,
sendiri atau dalam bentuk kombinasi. Jika penampilan suatu produk dirasa penting, dapat
menggunakan selofan yang dapat disegel panas atau poliester yang dapat disegel panas.
Apalagi bagian muka dan bagian belakang suatu kemasan dapat menggunakan bahan-bahan
yang tidak sama. Pemilihan bahan yang digunakan tergantung pada tuntutan produk dan
mesin.
Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik
dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastik yang lembek itu ke dalam
suatu cetakan. Sesudah mendingin, lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut ke bagian
pengisian dari mesin kemasan.
Blister setengah keras yang terjadi sebelumnya diisi dengan produk, dan ditutup
dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan pemanasan. Bahan untuk
bagian belakangnya atau tutupnya, dapat digunakan dari jenis yang bisa didorong atau jenis
yang dapat dikelupas.
Bahan-bahan yang umum digunakan untuk blister yang dapat dibentuk dengan panas
adalah plivinil klorida (PVC), kombinasi PVC/polietilen, polistiren, dan polipropilen. Karena
alasan ekonomi dan karena sifat kerja beberapa mesin, blister pada kebanyakan unit kemasan
terbuat dari PVC. Sebagai tambahan perlindungan terhadap lembab, lapisan poliviniliden
klorida (saran) atau poliklorotrifluoroetilen (aclar) boleh dilaminasikan pada PVC. Daya
hambat lembab dari PVC/aclar lebih unggul dibandingkan dengan PVC yang berlapis saran,
terutama jika lama disimpan pada kelembaban yang sangat tinggi.
Indikasi AH1 berguna untuk pengibatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan
mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe
eksudatif akut misalnya pada polinosis dan utkaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan
menghambat efek histamine yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi.
AH1 tidak berpengaruh terhadap intensitas reaksi antigen-antibodi yang merupakan penyebab
berbagai gangguan alergik. Keadaan ini dapat diatasi hanya dengan menghindari allergen dan
desensitisasi. AH1dapat menghilangkan bersin, rinore dan gatal pada mata, hidung dan
tenggorokan pada pasienseasonal hay fever. AH1 efektif terhadap alergi yang disebabkan
oleh debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya lama. Kongesti
hidung kronik lebih refrakter terhadap AH1. AH1 tidak efektiv pada rhinitis vasomotor.
Manfaat AH1 untuk mengobati batuk pada anak dengan asma diragukan, karena
AH1 mengentalkan sekresi bronkus, sehingga dapat menyulitkan ekspektorasi. AH1 efektif
untuk mengatasi urtikaria akut, sedangkan pada urtikaria kronik hasilnya kurang baik.
Kadang-kadang AH1 dapat mengatasi dermatitis atopic, dermatitis kontak dan gigitan
serangga.
AH1 efektif untuk dua per tiga kasus verigo, mual dan muntah. AH1 efektif sebagai
anti muntah pasca bedah, mual dan muntah waktu hamildan setelah radiasi. AH1 juga dapat
digunakan untuk mengobati penyakit meniere dan gangguan vestibularlain. Penggunaan
AH1 lain ialah untuk mengobati pasien paralisis agitans (penyakit Parkinson) yaitu
mengurangi rigiditas dan tremor. Sifat anastetik local AH1 digunakan untuk menghilangkan
gatal-gatal. Tetapi harus diingat bahwa pada penggunaan topical, AH1 ini bias menyebabkan
sensitivitas kulit.
Efek samping, pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun
jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Terdapat variasi
yang besar dalam toleransi terhadap obat antar individu, kadang-kadang efek samping ini
sangat mengganggu sehingga terapi perlu dihentikan. Efek samping yang paling sering adalah
sedasi. Pada anak-anak, obat ini akan mengentalkan dahak sehingga menyulitkan kerja
ekspektoran. CTM juga kurang bermanfaat sebagai dekongestan. Mereka bisa mengatasi
penyempitan bronkos tetapi tidak cukup kuat untuk menjadi bronkodilator. CTM mempunyai
sifat antikolinergik sehingga bisa menimbulkan kesukaran pada buang air kecil. Obat ini
jarang dijual dalam bentuk tunggal dan sering menimbulkan mulut kering serta gangguan
buang air kecil. Gejala lainnya dapat berupa mual dan muntah sehingga obat ini harus
dimakan sesudah makan. Ancaman keracunan obat ini terbuka lebar karena sering tersedia
dirumah. Sekitar 20-30 tablet yang dimakan seorang anak dapat menyebabkan kematian.
PENUTUP
1.CTM atau klofeniramin maleat) adalah obat golongan antihistamin H1 sebagai obat
antialergi dengan reaksi alergi ringan sampai sedang dan obat untuk anafilataksis.
2 .CTM adalah obat bebas terbatas artinya yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar
isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan (P) boleh dijual bebas.
3. Formulasi dari obat CTM bisa menggunakan bahan lain atau pengganti yaitu selulosa
mikrokristal dari nata de coco sebagai pengisi tablet.
4. Analisis zat aktif dapat dilakukan dengan Spekturm serapan ultraviolet dan kromatografi
lapis tipis.
5. Uji fisika sediaan tablet CTM adalah uji keseragaman bobot, uji friabilitas tablet , uji
kekerasan tablet, uji waktu hancur.