Anda di halaman 1dari 6

KEBERATAN (EKSEPSI)

Terhadap

Surat Dakwaan Penuntut Umum

Nomor : PDM 203/JK.PST/05/2016, tanggal 5 Oktober 2016

Atas Nama Terdakwa Jessica Kumala Wongso

Oleh
Tim Penasihat Hukum
Terdakwa Jessica Kumala Wongso
Perkara Pidana Nomor : 777/Pid.B/2016 /PN.JKT.PST

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jakarta, Februari 2016


Kepada YTH.
Majelis Hakim
Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dalam Perkara Tindak Pidana
Nomor : 777/Pid.B/2016 /PN.JKT.PST

Di,-
Jakarta

Perihal : KEBERATAN (EKSEPSI) Terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor : PDM
203/JK.PST/05/2016, tanggal 5 Oktober 2016 Atas Nama Terdakwa Jessica Kumala Wongso

Dengan hormat,

Perkenankan pada kesempatan ini kami untuk dan atas nama Klien kami, Jessica Kumala Wongso menyampaikan
keberatan atau eksepsi atas Surat Dakwaan Sdr. Penuntut Umum No: PDM 203/JK.PST/05/2016, tanggal 5
Oktober 2016.

IDENTITAS TERDAKWA
Nama Lengkap : Jessica Kumala Wongso
Tempat Lahir : Jakarta
Umur/Tgl Lahir : 27 tahun / 09 Oktober 1988.
Kebangsaan : Indonesia.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Tempat Tinggal : Jl. Selat Bangka, Perumahan Graha S. Pratama, Jakarta Utara
Agama : Buddha
Pekerjaan :-
Pendidikan : S-1

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang Terhormat, Sdr. Penuntut Umum Yang Terhormat, Sidang Yang Mulia, PIDANA 20 TAHUN
PENJARA. Demikian lamanyalah Sdr. JPU menghendaki Terdakwa ini mendekam di dalam penjara. TUNTUTAN
YANG SANGAT TINGGI, BAHKAN 1 HARI PUN , TERDAKWA INI TAK LAYAK DITUNTUT. Dengan segala
kerendahan hati, saya terpaksa mengatakan tuntutan tersebut hanyalah akibat adanya tekanan publik akibat fitnah-
fitnah yang menyebabkan beredarnya berita-berita negatif yang timbul selama ini.
Saya memiliki keyakinan penuh pada integritas Majelis Hakim, khususnya Ketua Majelis Hakim yang kami
yakini, telah bertindak dengan teliti dan bijaksana, sejak dari awal mula pemeriksaan perkara, hingga saat pembacaan
Nota Pembelaan ini, dan sampai pada akhirnya pengambilan putusan nanti sesuai dengan irah-irah “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan berpegang teguh pada asas presumption of innocence (asas praduga
tidak bersalah).
Dari daftar isi berkas perkara yang banyak memuat berkas, keterangan saksi, keterangan ahli, sejumlah hasil
pemeriksaan laboratorium forensik, ternyata tidak ada seorang pun saksi dari pun Olivier Cafe yang menyatakan dan
membuktikan Terdakwa menjadi pelaku pembunuhan.
Dan perlu diketahui pula bahwa tak ada seorang pun saksi dari Olivier Cafe yang menyatakan melihat Terdakwa
menuangkan racun sianida sebagaimana yang didakwakan kepada Terdakwa ini, Yang Mulia.
Oleh sebab itu kita semua tetap percaya Majelis Hakim Yang Terhormat, telah memahami perkara ini dengan
sangat utuh, lengkap dan menyeluruh, sehingga nantinya dengan keyakinan dan kebijaksanaannya dapat memberikan
pertimbangan yang seadil-adilnya bahwa apa yang dijelaskan oleh Sdr. JPU dalam Surat Dakwaan dan Surat
Tuntutannya, tidaklah benar sama sekali. Sidang Yang Mulia Ucapan terima kasih kepada Tim jaksa penuntut umum
atas sikapnya yang turut menjaga ketertiban selama persidangan berlangsung.
Namun terhadap surat dakwaan dan surat tuntutan Penuntut Umum, saya rasa tidak perlu diucapkan terima kasih.
Dengan tetap menghormati Sdr. Penuntut Umum, Saya sampaikan disini kekecewaan saya terhadap Surat Dakwaan
dan Surat Tuntutannya Sdr.JPU.
Kesalahan Sdr. tim JPU adalah dimulai ketika surat dakwaannya yang disusun berdasarkan BAP-BAP yang dibuat
oleh penyidik. Disinilah kesalahan fatal dalam menjalankan due process of law. BAP-BAP yang disusun secara
melanggar hukum, absurd, hanya semata-mata untuk menjerat Terdakwa ini saja . Dengan demikian tidak dapat
dibantah lagi bahwa penetapan status Jessica sebagai tersangka adalah karena pemeriksaan perkaranya sangat
dipaksakan, dimana hal tersebut dilakukan karena ingin menghindari tekanan publik yang kerap menuntut kejelasan
pengusutan kasus kematian Mirna.
Berita Acara (BAP) penyidikan ibarat pelita, obor terang yang diharapkan bisa menjadi penerang perkara.
Bilamana pelita yang ada ternyata bertentangan dengan hukum, palsu, penuh fitnah dan rekayasa, yang substansinya
TIDAK SESUAI DENGAN FAKTA, maka akan berakibat persidangan berjalan ke arah yang salah (misleading)
dalam proses menemukan bukti, fakta dan keadilan.

II. ALASAN DAN KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN

Majelis Hakim yang mulia


Saudara Penuntut Umum yang terhormat
Sidang yang mulia
Saya akan menguraikan analisa fakta hukum sebagai hasil kajian terhadap fakta persidangan yang diperoleh dari
Keterangan Saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan Keterangan Terdakwa semuanya dipandang dalam suatu
hubungan dan kaitannya satu dengan yang lainnya. Bahwa adapun dakwaan Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang disusun
dalam bentuk tunggal, yang kemudian menjadi dasar pembuktian unsur-unsur Pasal 340 KUHP dalam Surat
Tuntutannya Sdr.JPU, adalah sebagai berikut:
Dakwaan tunggal, Pasal 340 KUHP Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 340 KUHP adalah:
1. Unsur barang siapa;
2. Unsur dengan sengaja;
3. Unsur dengan direncanakan terlebih dahulu;
4. Unsur merampas nyawa orang lain;

1. Unsur : “barang siapa” , bahwa dalam rumusan pasal-pasal KUHP, unsur “barang siapa” (bestitelen) adalah
sebuah kata yang penting dalam melihat sebuah kesalahan dan pertanggungjawaban pidana. Untuk
membuktikan apakah Terdakwa telah melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang telah didakwakan di
dalam surat dakwaan oleh Sdr. JPU, maka harus melihat teori pemidanaan, pertanggungjawaban pidana,
kesalahan dan pembuktian dimuka persidangan. maka untuk membuktikan terbukti atau tidaknya unsur “barang
siapa” , maka harus menunggu terlebih dahulu terbuktinya unsur-unsur yang lain dalam Pasal 340 KUHP.
2. Unsur “dengan sengaja”. Kesalahan (schuld) terdiri atas kesengajaan (dolus/opzet) atau kealpaan (culpa).
Setelah diketahui adanya suatu perbuatan pidana yang sudah sesuai dengan rumusan undang-undang, barulah
kemudian diselidiki tentang sikap batin/keadaan batin/niat (mens rea)pembuat. Ketentuan tersebut jelas
mendahulukan perbuatan pidana dan kalau terbukti barulah mempertimbangkan tentang kesalahan terdakwa
yang merupakan unsur pertanggungjawaban pidana dan kemudian apakah dapat ditemukam alasan pembenar
atau pemaaf pada diri Terdakwa mengingat sikap bathin yang dialami oleh Terdakwa.
Bahwa selanjutnya saya akan menguraikan lebih lanjut apakah unsur “dengan sengaja” ini terpenuhi pada diri
Terdakwa atau tidak, dengan terlebih dahulu menyampaikan fakta-fakta hukum sebagai berikut:
Keterangan saksi Darmawan Salihin dan I Made Sendy Salihin :
Bibir korban Mirna berubah menjadi biru kehitaman.
‘’Bahwa pada sore tanggal 6 Januari 2016, saksi tidak melihat Terdakwa di Olivier Cafe.
Keterangan saksi Dokter :
Saksi ketika memeriksa tubuh korban normal-normal saja, tapi di daerah bibir , ujung kuku, ada warna kebiruan.
Keterangan Ahli : Bahwa ahli adalah dokter Forensik di RSCM
Ciri keracunan sianida adalah :
a) munculnya warna kemerahan pada organ tubuh dan organ dalam, hal itu disebabkan timbulnya
oksihemoglobin (HbO2). Yang saya lihat pada waktu itu adalah bibir korban yang membiru dan juga ujung
kuku yang biru kehitaman.
b) bau khas sianida yang menyerupai aroma kacang almond. Saya sudah tekan dada dan uluh hatinya, untuk
cari bau yang mencurigakan, tetapi tidak ada bau kacang almond.
c) warna lambung yang berubah menjadi warna merah pekat dan membengkak serta licin seperti sabun. Ciri itu
muncul karena kandungan Na (basa kuat) dan CN (asam) jika berkolaborasi akan menghasilkan sifat basa
kuat pada lambung manusia.
Ternyata keterangan saksi Darmawan Salihin dan I Made Sendy Salihin bertentangan dengan fakta hukum
yang telah terungkap di persidangan yang diperoleh berdasarkan alat bukti yakni berupa keterangan ahli, tertanggal
10 Januari 2016.
Dari keterangan para ahli serta Visum et repertum tanggal 10 Januari 2016, Diperoleh FAKTA HUKUM
yang tak terbantahkan, TIDAK MUNGKIN KORBAN MENINGGAL KARENA SIANIDA, KARENA TAK
DITEMUKAN WARNA MERAH PADA BAGIAN BIBIR, UJUNG KUKU, LAMBUNG, DINDING LAMBUNG,
KULIT seperti kesaksian oleh Darmawan Salihin dan saksi I Made Sendy Salihin , yang menyebut ada WARNA
BIRU , DAN WARNA BIRU BUKAN CIRI DARI KERACUNAN SIANIDA (NaCN).
Pembentukan sianida oleh bakteri sianogenik di dalam tubuh di dalam saluran cerna seperti darah dan
saluran organ lainnya. Bakteri ini mungkin tumbuh setelah kematian dan dilaporkan lebih dari 24 kematian.
Pembentukan sianida pada bakteri ini dilakukan pada percobaan inpitro pada kondisi kultur media bakteri. Jumlah
sianida yang terbentuk ditentukan oleh media atau bahan makanan yang terdapat di dalam saluran cerna korban
seperti senyawa-senyawa penghasil nitrit ion sianida makanan yang diurai oleh bakteri yang menghasilkan asam
sinida seperti kandungan pada ubi jalar yang dapat menghasilkan asam sianida atau asam biru.
Di samping media atau makanan di ada di dalam lambung, Pembentukan sianida juga dipengaruhi oleh suhu
dan strerilitas dari mayat korban. Berdasarkan penelusuran literatur dapat disimpulkan bahwa produksi sianida
dimungkinkan terbentuk dari hasil oksidasi HsCN di dalam darah atau di dalam jaringan tubuh korban. Reaksi post
mortem pembentukan asam sianida juga dimungkinkan terjadi , reaksi ini diduga karena ada konsentrasi ion CN
pasca kematian.
Justru di uraian lagi dalam surat tuntutan : Kemudian terlihat ada gerakan tangan terdakwa masuk ke dalam
tas berwarna cokelat yang berada di sebelah kirinya dan mengeluarkan sianida seberat 5 gram dari tasnya lalu
kemudian sianida seberat 5 gram dimasukkan ke dalam gelas Vietnamesse Ice Coffe pada pukul: 16:29:30, lalu pada
pukul 16:33:11 memindahkan paper bag ke belakang sofa. Rentang waktu dimasukakkan sianida adalah pada hari
rabu 6 Januari 2016 pukul 16:30-16:45 saat kopi berada dalam penguasaan terdakwa.
Menanggapi tuntutan Sdr. JPU, seolah-olah Sdr.JPU ini seperti pemain sulap, tiba-tiba muncul sianida
seberat 5 gr. Makin mirip lagi dengan pemain sulap ketika isi tuntutannya menyatakan bahwa Terdakwa ini
mengeluarkan sianida seberat 5 gr dari dalam tasnya dan memasukkannya ke dalam gelas Vietamesse Ice Coffe yang
diminum Mirna.
Dan bahkan secara tidak waras,Dilembar lainnya dalam surat tuntutan JPU, JPU menyatakan bahwa:
Terdakwa yang memesan meja nomor 54 kepada resepsionis.
Menanggapi tuntutan Sdr.JPU, akan saya tanggapi sebagai berikut: Isi tuntutan JPU pada bagian tersebut adalah
sangat mengada-ada, menyesatkan dan terkesan membabibuta. Kesaksian Cindy: Awalnya Jessica diarahkan ke meja
nomor 53 tapi sudah ada tamunya, kemudian diarahkan lagi ke meja nomor 55, tapi ada tamunya juga. Sehingga tak
ada pilihan lain lagi bagi Cindy untuk mengarahkan Jessica karena yang tersisa hanya meja nomor 54 di area no
smoking.
Kemudian terkait dengan keterangan Arief Soemarko yang menyebut bahwa Terdakwa sakit hati dengan
korban Mirna karena korban Mirna sempat menasehati Terdakwa adalah kebohongan besar karena Terdakwa sama
sekali tidak pernah bercerita soal nama Patrick kepada korban Mirna dan yang memberikan keterangan terkait
hubungan Terdakwa dan Patrick hanya Arief Soemarko.
Analisa terkait tuduhan bahwa Terdakwa sama sekali tidak bereaksi saat Mirna kejang-kejang adalah sebuah
fitnah yang lebih kejam daripada pembunuhan karena pada saat itu Terdakwa sempat bertanya kepada Devi, manajer
OlivierCafe terkait pertanyaan terdakwa kepada Devi tentang apa yang dimasukan ke dalam kopi adalah bentuk
reaksi Terdakwa, Termasuk mengambil air putih ke bar juga bagian dari reaksi Terdakwa.
Mengacu pada Surat Tuntutan Sdr. JPU yang menguraikan tentang perencanaan menurut pendapat Sdr.JPU maka
akan saya tanggapi satu persatu sesuai urutan Sdr. JPU sebagai berikut:
 Pemilihan tempat;
Bahwa dalam uraiannya di dalam surat tuntutan, Sdr. JPU pada intinya menerangkan: “bahwa pemilihan
tempat Terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban Mirna dilakukan di Olivier Cafe yang terletak di
Grand Indonesia Mall. Walaupun di Olivier Cafe juga terdapat kamera CCTV, Terdakwa tetap melakukan
penghilangan nyawa Mirna di dalam Olivier Cafe, Dst.
 Pemilihan Waktu
Bahwa tentang adanya dugaan pemilihan waktu yang seolah-olah sudah direncanakan sedemikian rupa
sebagaimana diuraikan oleh JPU adalah sangat tidak beralasan karena FAKTANYA pada tanggal 6 Januari
2016, Terdakwa ada melakukan komunikasi via Whatsapp dengan korban Mirna dalam grup Whasapp
sebelum Mirna tiba di Olivier Cafe. Berdasarkan isi percakapan Whatsapp tersebut adalah sangat tidak logis
bagi Terdakwa untuk memilih waktu perbuatan sebagaimana di tuduhkan oleh JPU dalam surat tuntutannya
karena pada hari itu justru Terdakwa berniat untuk reunian dengan temannya Mirna, Hani dan Vera.

3. Unsur ‘’dengan rencana lebih dulu’’


Bahwa untuk menyimpulkan suatu perbuatan pidana dalam pasal 340 KUHP adalah harus memenuhi
persyaratan pembunuhan berencana terlebih dahulu. Ada 3 persyaratan suatu perbuatan adalah pembunuhan
berencana.
1) Memerlukan keputusan yang diambil dalam suasana yang tenang.
Kesengajaan yang timbul dari suasana tenang juga harus pasti setenang apa. Setenang apa sehingga
keputusan itu diambil, diikuti dengan keputusan membeli sianida, menyimpan bahkan sampai pada
wadah yang digunakan ketika membawa sianida. Tentu penyiapan wadah juga adalah bagian dari
kesengajaan.
2) Tersedia waktu sejak timbulnya niat hingga pelaksaan kehendak (niat). Nah dibagian inilah yang sama
sekali tidak terlihat , karena yang terjadi justru Terdakwa sama sekali tidak tersedia waktu sama sekali.
Terdakwa yang sempat ke Grand Indonesia dan membeli hadiah untuk korban Mirna, apakah itu sudah
bisa dianggap masuk menjadi bagian syarat kedua pembunuhan berencana, ‘’tersedia waktu sejak
timbulnya niat hingga pelaksaan kehendak’’?Tentu bukan.
3) Pelaksanaan kehendak dengan tenang. Nah ini juga sama sekali tidak terpenuhi, Yang Mulia. Justru
tidak ada suasana tenang sama sekali di Olivier Cafe. Olivier Cafe sangat berbahaya bagi Terdakwa ini
untuk menuangkan sianida terlebih lagi semua gerak-geriknya dapat terekam kamera CCTV.

4. Unsur “Merampas Nyawa Orang Lain”


Bahwa timbulnya akibat berupa hilangnya nyawa orang lain atau matinya orang lain dalam suatu tindak
pidana pembunuhan merupakan syarat mutlak. Dalam perbuatan menghilangkan nyawa orang lain terdapat 3
(tiga) syarat, mengacu pada 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi di atas dan dikaitkan dengan pembahasan
analisa fakta dan yuridis , maka di temukan fakta hukum sebagai berikut:
1) Bahwa tidak adanya wujud perbuatan yang dilakukan Terdakwa.
2) Bahwa adanya suatu kematian dalam perkara ini adalah Korban Mirna , namun bukan disebabkan oleh
perbuatan Terdakwa
3) Bahwa terkait dengan hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan dan akibat kematian
tidak terbukti pada Terdakwa karena sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Terdakwa bukanlah pelaku
tindak pembunuhan berencana terhadap Mirna.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di atas, maka unsur “merampas nyawa orang lain” tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan pada diri Terdakwa.

III. PERMOHONAN KEPADA MAJELIS HAKIM

Dengan demikian, tidak terpenuhinya semua unsur di atas, maka yang saya mohon kepada Majelis Hakim
Yang Mulia, agar Terdakwa Jessica Kumala Wongso dibebaskan dari segala tuntutan hukum, . Selanjutnya atas
perhatian Majelis Hakim yang Terhormat dan Mulia, saya ucapkan banyak terima kasih.

Demikian Keberatan (Eksepsi) ini kami sampaikan.

Jakarta, Juni 2016

Hormat Kami,

Tim Penasihat Hukum Terdakwa

Jessica Kumala Wongso

Anda mungkin juga menyukai