Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

SISTEM BARU PENGHANTARAN OBAT


“Polimer sebagai Penghancur dalam Tablet Konvensional”

Kelompok 3 :
M. Naufal Mu’tashim 260110150016
Puty Prianti Novira 260110150017
M. Irfan Fitriansyah 260110150018
Derif Aziz Abdullah 260110150019
Zafira Zahrah 260110150022
Alif Virisy Berlian 260110150023
Anasya Ridha Nurhanifah 260110150024
Nadia Ariati Mutiana 260110150025

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
A. Polimer dalam Sediaan Tablet Konvensional (Polimer sebagai Penghancur)
a) JENIS POLIMER YANG DIGUNAKAN
1. Amilum
a. Sinonim
Amido; amidon; amilo; amylum; solani amylum; tritici amylum.
b. Nama kimia
Corn Starch
c. Formula empirik dan berat molekul
(C6H 10O5) n , dimana n = 300–1000
d. Struktur formula

e. Kategori fungsi
Diluen kapsul dan tablet, disintegran kapsul dan tablet, pengikat tablet dan
agen pengental.
f. Deskripsi
Pati/ amilum tidak berbau dan berasa, halus, serbuk/ bubuk berwarna putih,
dimana terdiri dari butiran bulat atau bulat telur sangat kecil.
g. Spesifikasi pharmacopeial

h. Karakteristik
Larut dalam air, alcohol, dan 0.1 N hydrochloric acid.
i. Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Pati stabil jika terlindung dari kelembaban tinggi. Pati dianggap inert secara
kimia dan mikrobiologis di bawah kondisi penyimpanan normal. Larutan
atau pasta pati secara fisik tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh
mikroorganisme. Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat
yang sejuk dan kering.
j. Inkompatibilitas
Tidak mengalami inkompatibilitas dengan senyawa lain
k. Kelebihan
Starch adalah eksipien serbaguna yang digunakan terutama dalam
formulasi sediaan padat sebagai pengikat, diluent dan disintegran.
- Starch sebagai pengikat digunakan pada granulasi basah berupa pasta pati
dengan konsentrasi 3 – 20 % b/b (5 – 10 % tergantung jenis patinya)
- Starch sebagai diluent digunakan dalam pembuatan triturat standar
pewarna, obat kuat dan sediaan yang mengandung ekstrak.
- Starch sebagai salah satu disintegrant digunakan pada formula tablet umum
dengan konsentrasi 3 – 25 % b/b dan konsentrasti tipikalnya adalah 15 %.
- Starch juga dapat berfungsi sebagai antiadheren dan lubrikan dalam
pengisian tablet dan kapsul dengan konsentrasi 3 – 10 %.
- Selain itu, starch juga digunakan dalam formulasi kapsul kering untuk
menyesuaikan volume dan matriks pengisian serta meningkatkan aliran
serbuk, terutama jika menggunakan pati yang kering.

2. Starch/pati (Allen, 2009) Hal. 685 – 691


b. Sinonim
Amido, amidon, amilo, amylum, fecule, Hylon, maydis amylum,
Melojel, Meritena, oryzae amylum, Pearl, Perfectamyl, pisi amylum, Pure
– Dent, Purity 21, Purity 826, solani, amylum, tritici amylum, Uni – Pure.
c. Nama Kimia
Starch pregelatinisasi.
d. Formula Empirik dan Berat Molekul
(C6H12O5)n dimana n = 300 – 1000. Starch (pati) terdiri dari amilosa
linier dan amilopektin bercabang, dua polisakarida ini berdasarkan pada α-
(D)-glukosa. Kedua polimer tersusun dalam struktur semikristalin, dan
dalam granula pati, amilopektin membentuk bagian kristalin. Tidak ada
pola distribusi spesifik dari molekul amilosa dan amilopektin dalam butir
pati. Kedua molekul tersusun dalam struktur yang sama, menurut model
terbaru yang disetujui secara ilmiah. Konfigurasi berbeda dari molekul –
molekul ini menghasilkan karakteristik berbeda dalam larutan berupa air
dingin. Amilosa (hanya berikatan linear 1,4) menunjukkan kecenderungan
yang tinggi untuk membentuk kristalisasi (retrogradasi) yang dapat melarut,
sedangkan amilopektin (polimer bercabang) menunjukkan proses yang
lambat untuk membentuk buram dan persiapannya memerlukan beberapa
hari.
Berat molekul starch (pati) tergantung pada asal dan sifat starch itu
sendiri. Berat molekulnya berkisar antara 50 dan 500 juta Da dan
amilopektin memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada amilosa.
e. Struktur Formula

f. Kategori Fungsi
Diluen kapsul dan tablet, disintegran kapsul dan tablet, pengikat
tablet dan agen pengental.
g. Deskripsi
Starch adalah sebagai serbuk yang tidak berbau dan tidak berasa,
halus dan putih. Starch terdiri dari butiran bulat atau oval yang sangat kecil
atau biji – bijian yang ukuran dan bentuknya adalah karakteristik untuk
setiap varietas botani.
h. Spesifikasi Pharmacopeial
i. Karakteristik
1) Asiditas/alkalinitas : starch terdispersi dalam larutan yang memiliki pH
pada rentang 4 – 8. Starch tidak menunjukkan kapasitas sel buffer
signifikan.
2) Konten amilosa terdiri dari : 24 – 28 % pati jagung; 35 – 39 % pati kacang;
20 – 23 % pati kentang; 17 – 20 % pati tapioka dan 24 – 28 % pati gandum.
3) Kompactibilitas

4) Densitas (bulk) bergantung pada proses industri dan humiditas


(kelembapan) : 0,45 – 0,58 g/cm3 pati jagung; 0,56 – 0,82 g/ cm3 pati
kentang dan ekuivalen 0,5 g/cm3 pati gandum.
5) Densitas (tapped) bergantung pada proses industri dan humiditas
(kelembapan) : 0,69 – 0,77 g/cm3 pati jagung; 0,8 – 0,9 g/cm3 pati kentang
dan ekuivalen 0,76 g/cm3 pati gandum.
6) Densitas (true) : 1,478 g/cm3 pati jagung.
7) Flowabilitas : starch secara komersial umumnya bersifat kohesif dan
memiliki karakteristik aliran yang buruk. Sifat aliran bergantung pada kadar
air dan pengiringan dapat menghasilkan bahan yang mengalir bebas.
8) Suhu gelatinisasi : diukur pada kadar 20 % b/b dalam air dengan
pemindaian pada diferensial kolorimetri (puncak) : 71oC pati jagung; 62oC
pati kacang; 64oC pati kentang; 68oC pati beras dan 59oC pati gandum.
Gelatinisasi menyebabkan pecahnya butiran pati dan merupakan kehilangan
struktur partikel pati yang irreversibel.
9) Kelembapan : semua starch bersifat higroskopis dan menyerap kelembapan
di atmosfer untuk mencapai kesetimbangan. Kelembapan ekuilibrium yaitu
karakteristik untuk setiap starch. Pada kelembapan relatif sebesar 50 %
terdiri dari : 12 % pati jagung; 14 % pati kacang; 18 % pati kentang; 14 %
pati beras dan 13 % pati gandum.
Starch yang dikeringkan secara berlebihan dengan kelembapan rendah
dari kelembapan kesetimbangan tersedia secara komersial. Produk – produk
ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk menjaga agar kadar
airnya tetap rendah. Dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.
10) Spektro NIR (dapat dilihat pada gambar 4, 5, 6 dan 7)
11) Distribusi ukuran partikel
- Pati jagung : 2 – 32 µm; rata – rata diameter partikelnya 13 µm;
- Pati kacang : 5 – 90 µm; rata – rata diameter partikelnya 30 µm;
- Pati kentang : 10 – 100 µm; rata – rata diameter partikelnya 46 µm;
- Pati beras : 2 – 20 µm; rata – rata diameter partikelnya 5 µm;
- Pati tapioka : 5 – 35 µm; rata – rata diameter partikelnya 13 µm;
- Pati gandum : 2 – 45 µm; distribusi ukuran partikel bimodal, nilai puncaknya sekitar,
2 µm dan 20 µm.
Dapat dilihat pada gambar 8.

12) Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan dalam air dingin. Starch
mengalami pembengkakan secara instan dalam air sekitar 5 – 10 % pada suhu 37oC.
Starch larut dalam air panas di atas suhu gelatinisasi serta sebagian larut dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
13) Area permukaan spesifik
Luas area permukaan untuk pati jagung adalah 0,40 – 0,54 m2/g.
14) Pembengkakan suhu, pembengkakan terjadi melalui proses secara reversibel :
- 64oC untuk pati jagung,
- 63oC untuk pati kentang,
- 72oC untuk pati beras,
- 55oC untuk pati gandum.
15) Viskositas (dinamik)
Starch (pati) yang tidak bisa dimodifikasi, bukan termasuk polimer yang
dipilih dalam mengatur viskositas sediaan farmasi, kecuali untuk produk nutrisi
secara klinis. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakstabilan secara fisik maupun
mikroba dari pasta starch. Dalam aplikasi makanan, starch berpengaruh terhadap
viskositas yang lebih tinggi melalui volume partikel yang membengkak dan tidak
dengan viskositas dinamisnya.
Viskositas dari starch pasta, diperoleh dan diukur dalam kondisi serupa serta
dapat digolongkan sebagai berikut: pati kentang >> pati tapioka > pati jagung.
Dispersi starch berair menunjukkan terjadinya rheopeksi yang signifikan, terutama
pada konsentrasi di atas 40 % b/b.
j. Stabilitas dan Kondisi penyimpanan
Starch kering stabil pada kelembapan tinggi dan dianggap inert secara kimia
dan mikrobiologi dibawah kondisi penyimpanan normal. Larutan maupun pasta dari
starch (pati) secara fisik tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme,
sehingga harus baru disiapkan saat digunakan untuk granulasi basah. Penyimpanan
starch harus dalam wadah kedap udara serta ditempat yang sejuk dan kering.
k. Inkompatibilitas
Starch memiliki inkompatibilitas dengan senyawa oksidator kuat. Senyawa
inklusi berwarna dibentuk dengan iodium.
l. Kelebihan
Starch adalah eksipien serbaguna yang digunakan terutama dalam formulasi
sediaan padat sebagai pengikat, diluent dan disintegran.
- Starch sebagai pengikat digunakan pada granulasi basah berupa pasta pati dengan
konsentrasi 3 – 20 % b/b (5 – 10 % tergantung jenis patinya)
- Starch sebagai diluent digunakan dalam pembuatan triturat standar pewarna, obat
kuat dan sediaan yang mengandung ekstrak.
- Starch sebagai salah satu disintegrant digunakan pada formula tablet umum dengan
konsentrasi 3 – 25 % b/b dan konsentrasti tipikalnya adalah 15 %.
- Starch juga dapat berfungsi sebagai antiadheren dan lubrikan dalam pengisian tablet
dan kapsul dengan konsentrasi 3 – 10 %.
- Selain itu, starch juga digunakan dalam formulasi kapsul kering untuk menyesuaikan
volume dan matriks pengisian serta meningkatkan aliran serbuk, terutama jika
menggunakan pati yang kering.

Starch aman digunakan sebagai eksipien sediaan farmasi, karena starch adalah
bahan makanan dan bukan bahan aditif makanan, sehingga tidak beracun dan tidak
berbahaya. Jenis amilosa dan amilopektin aman untuk dikonsumsi sebagai asupan
harian tanpa batasan dan jarang menimbulkan reaksi alergi maupun efek samping
pada manusia.

3. Sodium starch glycolate / primogel (Allen, 2009) Hal. 663 – 666.


a. Sinonim
Karboksimetil starch, garam sodium, natrium karboksimetilamilum, Explosol,
Explotab, Glycolys, Primojel, starch karboksimetil eter, Tablo, Vivastar P.
b. Nama kimia
Sodium karboksimetil starch.
c. Formula empirik dan berat molekul
USP32 – NF27 menjelaskan 2 jenis natrium pati glikolat yaitu Tipe A dan
Tipe B yang menyatakan bahwa natrium pati glikolat adalah garam natrium dari
karboksimetil eter pati atau dari karboksimetil eter pati yang berkait silang.
The PhEur 6.0 menjelaskan tiga jenis bahan terdiri dari Tipe A dan Tipe B
yang digambarkan sebagai garam natrium dari pati kentang Okarboksimetilasi yang
dikaitkan sebagian, sedangkan Tipe C digambarkan sebagai garam natrium dari pati
O – karboksimetilasi, terhubung silang secara dehidrasi fisik. Tipe A, B, dan C
dibedakan berdasarkan pada kadar pH, natrium, dan natrium klorida.
Monografi PhEur dan USP – NF telah diselaraskan untuk varian Tipe A dan
Tipe B. Natrium pati glikolat dapat dilihat dari karakteristiknya oleh tingkat
substitusi dan ikatan silang. Berat molekul biasanya berkisar 5 x 105 – 1 x 106.
d. Struktur formula

e. Kategori fungsi
Sebagai disintegran pada sediaan kapsul dan tablet.
f. Deskripsi
Sodium starch glikolat berbentuk serbuk higroskopis putih atau hampir putih
dan daya alirnya baik. The PhEur 6.0 menyatakan bahwa ketika diamati dibawah
mikroskop terdiri dari : butiran berbentuk tidak beraturan, bentuk bulat telur atau
buah pir berukuran 30 – 100 mm atau bentuk bulat berukuran 10 – 35 mm. Diantara
prima nicol yang disilangkan, butiran – butiran ini menunjukkan sesuatu yang
berbeda dan berpotongan di bagian hilus serta kristal kecil terlihat di permukaan
butiran. Butiran ini menunjukkan pembengkakan yang cukup besar jika bersentuhan
dengan air.
g. Spesifikasi pharmacopeial

h. Karakteristik
1) Densitas (bulk)
- 0,756 g/cm3 untuk Glikolis;
- 0,81 g/cm3 untuk Primojel;
- 0,67 g/cm3 untuk Tablo.
2) Densitas (tapped)
- 0,945 g/cm3 untuk Glikolis;
- 0,98 g/cm3 untuk Primojel;
- 0,83 g/cm3 untuk Tablo.
3) Densitas (true)
- 1,56 g/cm3 untuk Primojel;
- 1,49 g/cm3 untuk Tablo.
4) Titik lebur : tidak mengalami pelelehan, namun terjadi pada suhu sekitar 200oC.
5) Spektro NIR (dilihat pada gambar 1.)

6) Distribusi ukuran partikel : 100 % partikel memiliki ukuran kurang dari 106 mm.
Rata – rata ukuran partikel (50 Dalton) adalah 38 mm dan 42 mm untuk Primojel
dengan menggunakan mikroskopik dan pengayak.
7) Kelarutan : Praktis tidak larut dalam metilen klorida, sehingga memberikan
kesempatan suspensi untuk menembus cahaya dalam air.
8) Area permukaan spesifik
- 0,24 m2/g untuk Glikolis;
- 0,185 m2/g untuk Primojel;
- 0,335 m2/g untuk Tablo.
9) Kapasitas pembengkakan : di dalam air, sodium starch glikolat membengkak hingga
300 waktu pada volumenya.
10) Viskositas (dinamik) : ≤ 200 mPa s (200 cP) untuk 4 % w/v dispersi larutan; nilai
viskositas yaitu 4,26 mPa s untuk 2 % w/v dispersi larutan (tergantung pada sumber
dan tingkatannya).
i. Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Tablet yang dibuat dari eksipien sodium starch glikolat memiliki sifat
penyimpanan yang baik. Sodim starch glikolat bersifat stabil meskipun sangat
higroskopik dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik untuk melindunginya
dari berbagai variasi kelembapan dan suhu yang mungkin menyebabkan timbulnya
caking. Sifat fisik dari sodium starch glikolat tetap tiak berubah hingga 3 tahun jika
disimpan pada suhu dan kelembapan yang sedang.
j. Inkompatibilitas
Sodium starch glikolat memiliki inkompatibilitas dengan asam askorbat.
k. Kelebihan
Sodium starch glikolat banyak digunakan dalam obat – obat oral sebagai
disintegran untuk sediaan kapsul dan tablet. Eksipien ini biasa digunakan dalam
formulasi tablet melalui proses kompresi langsung maupun granulasi basah,
konsentrasi yang digunakan diantaranya 2 % dan 8 % dengan konsentrasi optimum
sekitar 4 %, meskipun sudah cukup 2 % dalam banyak kasus. Meskipun sodium
starch glikolat sebagai disintegran efektivitasnya banyak dipengaruhi oleh adanya
eksipien hidrofobik seperti pelumas, namun efisiensinya tidak terganggu.
Selain itu meningkatnya tekanan kompresi tablet tidak berpengaruh pada
waktu disintegrasi. Kelebihan lainnya, sodium starch glikolat banyak digunakan
dalam formulasi sediaan oral dan dianggap tidak beracun, non – iritan dan aman
digunakan, namun jika dikonsumsi berlebihan dapat berbahaya.

4. Selulosa/CMC Calcium
a. Sinonim
Kalsium karboksimetilselulosa; kalsium selulosa glikolat; kalsium carmellosum;
Kalsium CMC; ECG 505; Nymcel ZSC.
b. Nama kimia
Selulosa, karboksimetil eter, garam kalsium
c. Formula empirik dan berat molekul
Garam kalsium dari polikarboksil eter selulosa.
d. Struktur formula

e. Kategori fungsi
Agen pengemulsi; zat pelapis; agen stabilisasi; menangguhkan agen; tablet dan
kapsul disintegrant; agen yang meningkatkan viskositas; agen penyerap air.
f. Deskripsi
Serbuk atau granul berwarna putih atau putih kekuningan; praktis tidak
berbau,higroskopis. Larut dalam air dingin, alcohol, chloroform, methanol dan
propilen glikol; membentuk larutan koloid, praktis tidak larut dalam air panas.
g. Spesifikasi pharmacopeial

h. Karakteristik
Keasaman / alkalinitas pH = 4,5–6,0. Kelarutan Secara praktis tidak larut dalam
aseton, kloroform, etanol (95%), toluena, dan eter. Tidak larut dalam air, tetapi
membengkak membentuk suspensi
i. Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Karboksimetilselulosa kalsium adalah stabil, meskipun bahan higroskopis. Disimpan
dalam wadah kering dan dingin.
j. Inkompatibilitas
Tidak bercampur dengan larutan asam kuat dan dengan garam terlarut dari besi dan
beberapa logam lainnya, seperti asalumuminium, merkuri, danzinc. Hal ini juga
kompatibel dengan getah xanthan. Presipitasi dapat terjadi pada pH <2, dan juga
ketika dicampur dengan etanol (95%). Carboxymethylcellulose kalsium membentuk
coacervates kompleks dengan gelatin dan pektin. Ini juga membentuk kompleks
dengan kolagen dan mampu memicu protein tertentu yang bermuatan positif.
k. Kelebihan
Memiliki kompatibilitas yang luas apabila dicampurkan dengan bahan obat lain,
innert, kemudahan penanganan, dan keamanan pasokan

5. Na CMC (Allen, 2009) Hal. 118 – 121.


a. Sinonim
Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D; carmellosum
natricum; Cell – O – Brandt; cellulose gum; Cethylose; CMC sodium; E466;
Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC; sodium carboxymethylcellulose;
sodium cellulose; Sunrose; Tylose CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo – Mucine.
b. Nama kimia
Selulosa, karboksimetil eter, garam natrium.
c. Formula empirik dan berat molekul
Berdasarkan USP 32 mendeskripsikan Natrium Karboksimetilselulosa sebagai
garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa.
d. Struktur formula

e. Kategori fungsi
Agen penyalutan, agen penstabil, agen pensuspensi, disintegran pada tablet
dan kapsul, pengikat tablet, agen peningkat viskositas dan agen penyerap air.
f. Deskripsi
Natrium karboksimetilselulosa berwarna putih hingga hampir putih, tidak
berbau, tidak berasa, butiran granular. Bersifat higroskopis setelah pengeringan.
g. Spesifikasi pharmacopeial

h. Karakteristik
1) Densitas (bulk) : 0,52 g/cm3
2) Densitas (tapped) : 0,78 g/cm3
3) Konstanta disosiasi : pKa = 4,30
4) Titik lebur : mengandung kurang dari 10 % air, namun Na CMC bersifat higroskopis
dan menyerap sejumlah besar air pada suhu 37oC pada kelembapan relatif sekitar 80
%. Lihat bagian 11 dan gambar 1.

5) Spektro NIR (Lihat gambar 2.)

6) Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95 %), eter dan toluena. Mudah
terdispersi dalam air pada suhu apapun, membentuk larutan koloid dengan jelas.
Kelarutannya bervariasi pada tingkatan subtitusi.
7) Viskositas : Tingkatan dari Na CMC secara komersial memiliki viskositas air yang
berbeda; dapat dilihat pada Tabel III. Larutan 1% b/v dengan viskositas 5 – 2000
mPa (5 – 2000 cP). Peningkatan konsentrasi menghasilkan peningkatan viskositas
suatu larutan. Pemanasan berkepanjangan pada suhu tinggi akan menyebabkan
depolimerisasi dan secara permanen mampu menurunkan viskositas. Viskositas
larutan Na CMC cukup stabil pada pH rentang 4 – 10. Kisaran pH optimum adalah
netral.

i. Stabilitas dan kondisi penyimpanan


Na CMC bersifat stabil, meskipun higroskopis. Di bawah kondisi kelembaban
tinggi, Na CMC dapat menyerap air lebih dari 50 %. Dalam tablet, Na CMC mampu
menurunkan kesadahan tablet dan peningkatan waktu disintegrasi. Pada larutan
stabil pada pH 2 – 10; presipitasi (pengendapan) terjadi pada pH di bawah 2, dan
viskositas larutan menurun dengan cepat pada pH di atas 10. Umumnya, larutan
menunjukkan viskositas maksimum dan stabilitas pada pH 7 – 9. Na CMC dapat
disterilisasi dalam keadaan kering dengan mempertahankan pada suhu 160 oC selama
1 jam. Namun, proses ini menghasilkan penurunan viskositas yang signifikan dan
terjadi beberapa penurunan pada sifat larutan yang dibuat dari bahan yang
disterilkan.
Pada larutan yang disterilkan dengan pemanasan dapat menghasilkan
penurunan viskositas. Setelah dilakukan dalam autoklaf, viskositas berkurang sekitar
25 %, namun penurunan ini kurang ditandai dari larutan yang dibuat dari bahan yang
disterilisasi dalam keadaan kering. Tingkat penurunan viskositas tergantung pada
berat molekul dan tingkat substitusinya; nilai berat molekul yang lebih tinggi
umumnya mengalami penurunan persentase yang lebih besar dalam viskositas.
Sterilisasi larutan oleh iradiasi gamma dapat menghasilkan penurunan viskositas.
Larutan yang disimpan untuk periode yang lama harus mengandung bahan pengawet
antimikroba. Bahan pencurah harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat
yang sejuk dan kering.
j. Inkompatibilitas
Na CMC bersifat inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan garam
yang terlarut dari besi dan beberapa logam lain, seperti aluminium, merkuri, dan
seng. Na CMC juga inkompatibel dengan xanthan gum. Presipitasi (pengendapan)
dapat terjadi pada pH < 2, dan juga terjadi saat dicampur dengan etanol (95%). Na
CMC dapat membentuk koaservatif kompleks dengan gelatin dan pektin. Selain itu
Na CMC juga membentuk kompleks dengan kolagen dan mampu mengendapkan
protein tertentu yang bermuatan positif.
k. Kelebihan
Na CMC biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, topikal dan parenteral,
terutama untuk sifatnya yang meningkatkan viskositas. Selain itu, Na CMC juga
digunakan sebagai pengikat dan disintegran pada tablet serta untuk menstabilkan
emulsi. Kelebihan lain dari Na CMC diantaranya :
- Na CMC dengan konsentrasi yang lebih tinggi biasanya 3 – 6 % dapat digunakan
untuk menghasilkan sediaan gel sebagai dasar dalam pembuatan pasta.
- Na CMC dapat digunakan untuk merekatkan diri, perawatan luka dan bercak kulit
sebagai muco – adhesive untuk menyerap luka eksudat maupun transdermal air dan
keringat. Produk – produk perekat ini digunakan untuk mencegah perlekatan
jaringan pasca pembedahan.
- Na CMC digunakan untuk melokalisasi dan memodifikasi kinetika pelepasan zat
aktif yang diterapkan pada membran mukosa serta untuk memperbaiki tulang yang
fraktur.
- Enkapsulasi dari Na CMC dapat mempengaruhi proteksi dan sistem penghantaran
obat.
- Na CMC juga dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan kosmetika,
perlengkapan mandi, prostetik bedah, inkontinensia, kebersihan mandi dan produk –
produk makanan.
- Laporan lain menyatakan bahwa Na CMC berfungsi sebagai agen proteksi dari
toksin.

6. Avicel
a. Sinonim
Avicel PH; Selet; Celex; gel selulosa; microcristallinum hellulosum; Celfer; Ceolus
KG; selulosa kristal; E460; Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Farmakel;
Tabulose; Vivapur
b. Nama kimia
Cellulose
c. Formula empirik dan berat molekul
(C6H10O5)n, dengan n 220.
d. Struktur formula

e. Kategori fungsi
Adsorben; agen suspensi; tablet dan pengencer kapsul; tablet disintegrant.
f. Deskripsi
Selulosa mikrokristalin adalah selulosa yang dimurnikan dan sebagian
dimolimerisasi yang terjadi sebagai bubuk kristal putih, tidak berbau dan tidak
berasa, yang terdiri dari partikel-partikel berpori. Ini tersedia secara komersial dalam
berbagai ukuran partikel dan kadar air yang memiliki sifat dan aplikasi yang
berbeda.
g. Spesifikasi pharmacopeial

h. Karakteristik
i. Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Selulosa mikrokristalin adalah bahan higroskopis yang stabil. Bahan curah harus
disimpan dalam wadah tertutup di tempat yang sejuk dan kering.
j. Inkompatibilitas
Agen pengoksidasi kuat.
k. Kelebihan
Avicel mempunyai sifat deformasi plastik yang sangat bagus, memiliki
kompresibilitas yang baik.

b) METODE PEMBUATAAN SEDIAAN


1. Starch/Pati
Tablet cefixime dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah, zat aktif
(cefixime) dicampur dengan diluent dan disintegrant (sweet potato starch) lalu diaduk
selama 5 menit. Disintegran ditambahkan secara intragranular. Kemudian 5% w/v
pengikat ditambahkan ke dalam campuran serbuk kering lalu dibentuk sebuah
adonan. Kemudian dibentuk granul dengan menggunakan 1.7mm lalu dibiarkan
kering. Granul kemudian dilewatkan melalui saringan 1.6mm dan dikeringkan.
Granul kemudian dicampur dengan eksipien Extragranular (0,2% magnesium stearat
dan 2% Talk). Kemudian granul dikompresi agar menjadi tablet (Jubril et al., 2012).

2. Avicel
Formulasi:
Tablet parasetamol dibuat dengan menggunakan metode kempa langsung, zat
aktif (parasetamol), pengisi (laktosa), disintegran (avicel), pelumas (magnesium
stearat) dan aerosil ditimbang menggunakan neraca analitik untuk sepuluh tablet
sesuai formulasi. Kemudian dimasukkan dalam wadah dan dicampur dalam mesin
selama 10 menit hingga homogen. Permukaan die dan punch dilumasi dengan
magnesium stearat, kemudian tablet dicetak (Zulfiker et al., 2011).

3. Selulosa
Formulasi:

Tablet metronidazol dibuat dengan granulasi basah dengan polivinilpirolidon sebagai


pengikat, dan laktosa sebagai diluen. Berat untuk masing-masing tablet untuk
dikompresi dari granul adalah 500mg. Selulosa sekam padi (RHC) digunakan sebagai
disintegran. Granul metronidazol (500mg) dikompresi selama 30 detik ke dalam
tablet dengan beban yang telah ditentukan sebelumnya pada mesin press dengan
menggunakan die dan punch yang dilumasi dengan magnesium stearat 1% dalam
aseton sebelum kompresi (Onyinye et al., 2014).

4. Na-CMC
Komponen dari setiap formula seperti yang ditunjukkan pada tabel diatas dicampur
dalam mixer turbula selama 5 menit dan kemudian dikompresi menggunakan mesin
tablet single punch dengan 12 mm flat punch. Siput yang dihasilkan kemudian
dihancurkan menjadi butiran kering dan dilewatkan melalui ukuran saringan 800 lm
dan disimpan pada ukuran saringan 250 lm. Sisanya disintegran dan pelumas (satu
setengah jumlah masing-masing) ditambahkan, dicampur dalam mixer turbula selama
3 menit, dan kemudian dikompresi oleh mesin tablet single punch, menggunakan 10
mm flat punch. Kesadahan tablet disimpan dalam kisaran 5-8 kp (Abdel-rahman, et
al, 2009).

5. Primogel/Sodium Starch Glycolate

Tablet pelepas segera Fexofenadine hidroklorida menggunakan sodium starch


glycolate sebagai super disintegrant disiapkan dengan metode kompresi langsung.
Semua bahan termasuk obat aktif, super disintegrant dan eksipien ditimbang secara
akurat sesuai dengan kode formulasi dan kemudian diayak untuk mendapatkan
ukuran partikel seragam. Bahan aktif dan eksipien lainnya kecuali pelumas dicampur
selama 10 menit. Pelumas ditambahkan setelah pencampuran seragam dan dicampur
lagi selama 5 menit. Setelah pencampuran yang tepat, jumlah butiran yang sesuai
dikompres dengan tekanan 2,0 - 2,5 ton untuk setiap tablet menggunakan press
hidrolik laboratorium dan set dadu (Karim et al., 2018).
6. Amilum

Laktosa monohidrat, amilum (pati jagung) dan talk diayak dengan ayakan 40
mesh, Aerosil diayak melalui ayakan 20 mesh, magnesium stearate diayak melalui
ayakan 80 mesh dan Levonorgestrel diayak secara geometris dengan laktosa
monohidrat melalui ayakan 40 mesh. Campuran di atas secara geometrik dicampur
dengan pati jagung dan disaring melalui ayakan 40 mesh di setiap langkah
pencampuran geometrik. Semua bahan yang diayak dicampur secara geometris,
kecuali bahan granular ekstra yaitu pati jagung, Aerosil, talk dan magnesium Stearat.
Campuran di atas dicampur dalam Granulator Mixer selama 10 menit untuk granulasi
kemudian granul dikeringkan dalam Fluidized Bed Dryer pada 60ºC sampai LOD di
bawah 2,0% b/b (diperiksa pada 105ºC, selama 5 menit). Granul dilewatkan melalui
ayakan 20 mesh. Giling retensi menggunakan ayakan 1,5 mm di Multimill dan lewati
granul melalui ayakan 20 mesh. Campuran di atas dicampur dengan pati jagung yang
diayak, aerosol dan talk dalam blender oktagonal selama 15 menit pada 15 rpm.
Campuran di atas dicampur dengan magnesium stearat yang diayak dalam blender
oktagonal selama 5 menit pada 15 rpm. Campuran yang dilumasi dikompresi
menggunakan pukulan dengan diameter 8 mm, kompresi dan parameter fisik
campuran yang dilumasi dicatat (Upadhyay dan Gupta, 2018).

c) MEKANISME KERJA POLIMER SEBAGAI PENGHANCUR


1. Pengertian Penghancur

Penghancur menyebabkan pecahnya matriks tablet dalam air dan umumnya


diklasifikasikan lebih lanjut dalam literatur sebagai disintegrants dan
superdisintegrants."Normal" disintegrants termasuk eksipien berbasis pati dan
selulosa seperti pati jagung, pati sebagian pregelatinized, selulosa mikrokristalin, dan
lowsubstituted selulosa hidroksipropil. Beberapa lempung (misalnya, Veegum HV),
gusi (misalnya, agar, guar, tragacanth, alginat), resin (misalnya, polacrilin potasium),
dan padatan yang terbagi halus (misalnya, silikon dioksida koloid, magnesium
aluminium silikat) juga telah digunakan sebagai disintegrant. Modifikasi kimia dari
pati, selulosa, dan povidone membawa perkembangan disintegrants yang lebih
efisien, mampu melakukan aksi disintegrasi yang baik pada konsentrasi yang jauh
lebih rendah dalam formulasi tablet dan disebut sebagai superdisintegrants.
Superdisintegrants termasuk natrium pati glikolat, croscarmellose sodium, dan
crospovidone. Secara umum, disintegrants bersifat hidrofilik tetapi tidak larut dalam
air ataupun cairan gastrointestinal (Desai et al., 2016).
(Desai et al., 2016).

Disintegrant merupakan komponen penting dari tablet bentuk sediaan. Pada


aktivasi in vivo , itu mengganggu ikatan itu pegang partikel tablet bersama-sama
sehingga memaparkannya dengan cepat pembubaran dan absorpsi. Disintegrant dapat
digabungkan dengan campuran bubuk sebelum granulasi (endo- atau internal
disintegrant) atau dengan granula disiapkan (exo- atau eksternal disintegrant). Proses
manufaktur juga bisa mengadopsi gabungan pendekatan exo- dan endo-disintegrant
dalam berbagai hal proporsi (Adebayo et al., 2008).

2. Mekanisme Kerja

I.Swelling
Mekanisme yang paling banyak terjadi pada disintegrasi tablet adalah dengan
swelling disintegran. Pembengkakan dikaitkan dengan dimensi amplifikasi di mana
partikel memperbesar secara omni-directional untuk mendorong memisahkan
komponen yang bersebelahan, dengan demikian menginisiasi pemecahan matriks
tablet ( Gambar 2a ). Kemampuan pembengkakan dari disintegrant tergantung pada
beberapa faktor, dan beberapa faktor yang paling sering dikutip adalah struktur
kimia dan tingkat ikatan silang. Porositas juga salah satu kontributor yang sangat
penting untuk kinerja pembengkakan. Sebuah matriks tablet berpori dengan ruang
hampa yang besar bisa meredam aksi pembengkakan disintegrants dan menghambat
efisiensi mereka dalam terjadinya disintegrasi tablet. Sebaliknya, porositas yang
rendah dapat menghambat cairan masuk dan memperpanjang waktu disintegrasi atau
menyebabkan kegagalan hancur. Korelasi ditemukan antara tingkat kekuatan
disintegrasi pengembangan dan waktu disintegrasi tetapi tidak antara tingkat
pembengkakan disintegrasi dan disintegrasi maksimum. Dengan demikian, laju
pengembangan kekuatan disintegrasi adalah penting untuk disintegrasi matriks yang
cepat. Konsentrasi disintegran dalam formulasi juga memiliki peran
penting. Kapasitas pembengkakan beberapa disintegrants bergantung pada
pH. Volume sedimentasi dari ikatan silang pati dan selulosa dipengaruhi oleh pH
asam, sedangkan pati crospovidone dan pregelatinized tidak terpengaruh. Pada studi
lain, tingkat disintegrasi tablet yang mengandung sodium pati glycolate atau
croscarmellose natrium menurun dalam media asam tetapi tablet yang mengandung
crospovidone tidak terpengaruh (Desai et al., 2016).
Pengaruh ukuran partikel, pH medium, dan keberadaan pelumas pada perilaku
pembengkakan, sifat penyerapan air dan kinerja disintegrasi potassium polacrilin
diperiksa. Ukuran partikel tidak mempengaruhi pembengkakan massal partikel
disintegrant ketika diukur sebagai volume pengendapan, tetapi meningkatkan
ambilan air dan menurunkan waktu disintegrasi tablet yang mengandung disintegrant
ini. Peningkatan pH medium dari asam ke netral meningkatkan pembengkakan
partikel secara massal, sedangkan itu mengurangi serapan air dan kinerja
disintegrant. Penambahan pelumas tidak berpengaruh pada volume pengendapan,
tetapi menurunkan tingkat serapan air dan kinerja disintegrant secara signifikan
(Bele and Diliprau, 2012).
II.Wicking
Wicking dapat didefinisikan sebagai proses masuk cairan oleh kapilaritas
ke dalam celah-celah microstructured dalam kompak untuk memindahkan
udara. Skema mekanisme wicking adalah digambarkan pada Gambar 2b . Selain dari
disintegrants, komponen tablet lainnya mungkin juga memberi hidrofilisitas terhadap
matriks dan dapat berkontribusi pada penetrasi cairan. Sehingga wicking tidak bisa
dianggap sebagai mekanisme disintegrasi utama. Namun, sebagian besar penelitian
setuju bahwa imbibisi air ke dalam compact merupakan prasyarat
untuk aktivasi disintegrant. Jika wicking merupakan komponen penting,
maka struktur mikro-pori dalam compact akan menjadi penting. Pada penelitian
pembentukan jaringan kapiler berpori saja tidak cukup menjelaskan proses
disintegrasi dan faktor lain (misalnya, kekuatan pembengkakan) juga
penting. Selulosa mikrokristalin sering digunakan dalam tablet formulasi baik
sebagai pengisi dan disintegrant, dan mekanisme tindakan disintegrantnya diusulkan
untuk menjadi kombinasi dari wicking dan gangguan ikatan partikel-partikel (Desai
et al., 2016).
III.Strain Recovery
Selama pembuatan tablet dipadatkan dengan diberikan tekanan yang tinggi,
partikel mengalami deformasi dan interpartikulat obligasi. Ketika dipadatkan
disintegran yang bersentuhan dengan media berair, aktivasi mekanis rantai polimer
disintegrant membantu memulihkan sebagian bentuk aslinya. Media disintegrasi
juga bisa mem-plasticize polimer disintegrant dan membantu polimer rantai untuk
mengadopsi posisi yang paling menguntungkan. Tekanan yang dihasilkan selama
proses kinetik ini dapat menghasilkan kehancuran tablet. Dalam kondisi ini, proses
pemulihan bentuk akan searah dan berlawanan arah yang diberikan kekuatan
pemadatan. Relaksasi dan pemulihan stres partikel menimbulkan gerakan cepat dan
ekspansi volume, menyebabkan putusnya ikatan. Skema mekanisme strain recovery
digambarkan pada Gambar 2c (Desai et al., 2016).
IV.Gangguan Partikel-Partikel Obligasi
Gangguan ikatan partikel-partikel dapat dianggap sebagai salah satu dari
kontributor terpenting untuk memecah matriks. Tiga mekanisme ikatan yang berbeda
telah yaitu solid bridges, mechanical interlocking, and intermolecular forces aktif
dalam berbagai jarak. Di antara 3 jenis ikatan ini, gaya antarmolekul dianggap
sebagai ikatan yang berlaku ketik formasi kompak. Salah
satu mekanisme disintegrasi tablet yang diusulkan adalah gangguan dari ikatan yang
mengikat tablet bersentuhan dengan medium disintegrasi atau cairan
gastrointestinal. Telah disarankan bahwa tablet mengandung selulosa mikrokristalin
yang akan hancur oleh gangguan ikatan-ikatan intermolecular yang menahan serat-
serat selulosa bersama-sama ketika tertembus air (Desai et al., 2016).
V.Heat of Interaction
Eksotermik (pembentukan panas) atau endotermik (penyerapan panas)
dimanifestasikan oleh materi tentang interaksi dengan air. Properti
eksotermik diamati ketika disintegrants berinteraksi dengan media berair. Panas
yang dihasilkan dapat menyebabkan lokalisasi stres terkait dengan ekspansi udara
yang tertahan dalam compact dan ini secara teoritis dapat membantu disintegrasi
kompak. Luangtanaanan et al. meneliti perubahan entalpi untuk disintegrants yang
berbeda. Namun, beberapa peneliti menyarankan bahwa jumlahnya panas yang
dihasilkan oleh pembasahan agak kecil dan mungkin tidak cukup signifikan untuk
menyebabkan ekspansi yang efektif dari udara yang terperangkap dalam kompak
untuk menghasilkan perpisahan. Lowenthal juga berpendapat bahwa jika
pembangkit panas adalah mekanisme penting disintegrasi tablet, maka putus akan
terjadi selama pemadatan atau ejeksi karena panas yang signifikan dihasilkan selama
siklus kompresi (Desai et al., 2016).

(Desai et al., 2016).


VI.Enzymatic Reaction
Beberapa enzim yang ada dalam tubuh juga bertindak sebagai
disintegrants. Enzim-enzim ini mengurangi kemampuan mengikat pengikat dan
membantu dalam disintegrasi. Karena pembengkakan, tekanan diberikan ke arah luar
yang menyebabkan tablet meledak atau meningkatkan penyerapan air menyebabkan
peningkatan besar dalam volume butiran untuk meningkatkan disintegrasi (Omidian
and Park, 2008).

(Omidian and Park, 2008).


DAFTAR PUSTAKA

Abdel-rahman, S.I., Mahrous, G.M., and El-Badry, M. 2009. Preparation and Comparative
Evaluation of Sustained Release Metoclopramide Hydrochloride Matrix Tablets. Saudi
Pharmaceutical Journal, 17(4): 283-288.

Adebayo S., Eugenie, B., and Oludele A. 2008. Comparative disintegrant activities of breadfruit
starch and official corn starch. Powder Technology,181 ; 98–103.

Allen, L. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. (R.C. Rowe, P.J.
Sheskey and M.E. Quinn, Eds.) London: Pharmaceutical Press and American Phamacist
Assosiation.

Bele M. H., and Diliprao V. D. 2012. Mechanism of disintegrant action of polacrilin potassium:
Swelling or wicking?. Acta Pharmaceutica Sinica B, 2(1):70–76.

Desai, P. M., Celine V., and Paul W. 2016. Review of Disintegrants and the Disintegration
Phenomena. Journal of Pharmaceutical Sciences XXX; 1-11.

Jubril, I., J. Muazu and G. T. Mohammed. 2012. Effects of Phosphate Modified and
Pregelatinized Sweet Potato Starches on Disintegrant Property of Paracetamol Tablet
Formulations. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 2 (2), 32-36.

Karim, S., Bosu, A., Biswas, A., Laboni, F.R., Julie, A.S., and Rashid, M.H.O. 2018. Effect of
Sodium Starch Glycolate on Formulation of Fexofenadine Hydrochloride Immediate
Release Tablets by Direct Compression Method.

Omidian H. , Park K., 2008. Swelling agents and devices in oral drug delivery. J. Drug Del.
SCI. TECH., 18 (2) 83-93.

Onyinye, J. U., Oluyemisi A. B., Ndidi C. N., Omolola T. A., Aderonke O. 2014. Comparative
Evaluation of the Disintegrant Properties of Rice Husk Cellulose, Corn Starch and Avicel in
Metronidazole Tablet Formulation. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 4 (12),
pp. 112-117.
Uphadhyay, C.P., dan Grupta,T. 2018. Formulation and Characterization Study of Immediate
Release Progestrin Tablet and Its Comparative Study with Innovator Drug, 3(1): 279-306.

Zulfiker, A. H., Monirul I., Rubaya I., Kazi R. A., Selim R., 2011. Formulation Development
Using Maize Strach and Avicel PH101 as Disintegrating Agents and Their Effect on
Physical Characteristics and In Vitro Release Profile. International Journal of
Pharmaceutical Science and Research. Vol. 2(8): 2136-2141.

Anda mungkin juga menyukai