GRANULASI KERING
KELOMPOK 2
II. PENDAHULUAN
Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara
menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar,
bongkahan kompak, atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Pada prinsipnya, dengan metode ini granul dihasilkan secara
mekanisme, tanpa penambahan suatu pelarut kedalam massa serbuk.
Dengan demikian ikatan antar partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan
kphesi antar partikel padat. Peralatan yang digunakan adalah mesin cetak
untuk membentuk slug (tablet besar yang tidak beraturan) atau yang lebih
baru adalah menggunakan roller computer untuk menghasilkan lempengan
kompak yang selanjutnya diayak untuk membentuk granul (Syamsuni,
2005).
Granulasi kering dapat digunakan pada pembentukan tablet dengan
zat aktif dosis tinggi yang memiliki sifat sukar mengalir,
kompresibilitasnya kurang, tidak tahan lembab dan panas, serta umunya
digunakan untuk pembuatan tablet antibiotik dan bahan yang sensitiv
terhadap lembab seperti vitamin. Keuntungann menggunakan granulasi
kering antara lain peralatan maupun tahapan pembuatan lebih sedikit
dibandingkan dengan metode granulasi basah, dapat digunakan untuk
menggranulasi zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab (Syamsuni,
2005).
Asetosal adalah sejenis obat turunan dari salisilit yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri
minor), antipiretik (terhadap demam), dan antiinflamasi (peradangan).
Asetosal juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam
dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Obat
ini bekerja dengan cara menghambat enzim COX (sikloogsigenase).
Sistem kerja COX merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan
prostaglandin, dengan kerja penghambat ini maka asetosal dapat
menghasilkan efek analgesik, atipiretik, dan antiinflamasi (Tjay&Kirana,
2007). Berikut adalah struktur kimia asetosal :
III. Preformulasi
3.1 Asetosal (Depkes, 2014)
Nama lain : asetosal
Nama kimia : acidum acetylsalicylicum
Struktur kimia :
BM : 180.16
Kemurnian : asam asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari
99.5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan
i. Tinjauan Farmakologi (A to Z Drug Facts)
Indikasi :
antinyeri pada
stadium ringan hingga sedang.
Antiinflamasi : mengurangi risiko kematian atau MI pada pasien dengan
infark atau angina pectoris yang tidak stabil atau serangan iskemia transien
atau stroke berulang pada pria yang telah memiliki iskemia otak sementara
yang disebabkan oleh emboli trombosit. Penggunaan berlabel (s) :
pencegahan pembentukan katarak, pencegahan toksemia kehamilan,
peningkatan aliran darah tidak memadai uteroplacenta pada kehamilan .
ii. Organoleptis
Bentuk : hablur atau serbuk
Warna : tidak bewarna (hablur), putih (serbuk hablur)
Bau : tidak berbau
Rasa : asam
iii. Mikroskopis
Bentuk Kristal : monoklinik
iv. Karakteristik fisikomekanik
Titik lebur : 141-1440C
BJ : 1,40 g/cm3
Ukuran/distribusi partikel :-
Sifat alir : baik
Higroskopisitas : bersifat higroskopis dan pada udara lembab secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam stearat.
Polimorfisme :-
Kompatibilitas :-
v. Karakteristik fisikokimia
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%)P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
pKa :-
koefisien partisi :-
pH : 7,2
Stabilitas : stabil di udara kering, di udara lembab secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan
asam asetat.
Inkompatibilitas : asam kuat, basa kuat, agen pengoksidasi kuat
terdekomposisi pada air panas, iodida, garam besi,
dan guanine salts.
vi. Prosedur penetapan kadar
Timbang kurang lebih 1,5 g, masukkan kedalam labu, tambahkan 50
ml natrium hidroksida 0,5 N LV, dididihkan campuran secara perlahan-
lahan selama 10 menit. Tambahkan indicator fenolftalein LP. Titrasi
kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 0,5 N. Lakukan
penetapan blanko. 1 ml natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 45,04 mg
C9H8O4.
3.2 Avicel 101 (Rowe and Shesky, 2009)
Pemerian : bentuk mikroskopis, putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Nama lain : Avicel
Nama kimia : sellulosa
Struktur kimia :
Rumus kimia :-
Struktur kimia :
BM : 162,067
Mikroskopis :
Titik lebur :-
BJ : 1,478 g/cm3
pKa :-
pH : 4,0 – 8,0
Ukuran/distribusi partikel :
Rumus molekul :
BM : 2.500-3.000.000 g/mol
Mikroskopis : (C3H4O3)n
Titik lebur : 1500C
BJ : 1,180 g/Cm3
Ukuran/ distribusi partikel : 90% > 50 µm , 50% > 10µm; 5% > 200µm
Sifat alir : 110 g/s (K 29) (MSDS sciencelab)
Higroskopisitas : sangat higroskopis
Kelarutan : mudah larut dalam asam, kloroform, etanol 95%,
keton, methanol, dan air
pH : 3-7 (sciencelab.com)
Stabilitas : PVP menjadi gelap sampai pemanasan 1500C
dengan penurunan kelarutan dalam air. Stabil pada
siklus panas yang pendek. Suhu ± 110-1300C.
Sterilitas uap tidak mengubah sifatnya. Dalam
bentuk larutan, rentan tumbuh bakteri sehingga
perlu pengawet.
Inkompatibilitas : inkompatibel terhadap bahan farmasetika garam
anorganik membentuk molekul baru bila bergabung
dengan larutan asamsalisilat, Phenobarbital, dan
tannin.
Koefisien partisi : <2,5 (n-oktanol/air) (sciencelab.com)
Sifat khusus zat aktif :-
IV. Usulan Formula, Formula Utama, Alternatif dan Rasionalisasi Formula
4.1 Usulan Formula dan Formula Utama
Fase dalam (92 %) Persentase Rentang Fungsi
literatur
Carr’s indeks sama hausner ratio taruh di tabel evaluasi IPC dibawah bobot
jenis mampat/nyata (jadikan 1 nomor bobot jenis mampat, bobot jenis nyata,
carrs index, hausner ratio)
Hasil:
𝜌 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 − 𝜌 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
𝐶𝑎𝑟𝑟 ′ 𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 = 100 𝑥 ( )
𝜌 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
0,715 − 0,646
𝐶𝑎𝑟𝑟 ′ 𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 1 = 100 𝑥 ( ) = 9,65%
0,715
0,740 − 0,646
𝐶𝑎𝑟𝑟 ′ 𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 2 = 100 𝑥 ( ) = 12,70%
0,740
0,740 − 0,667
𝐶𝑎𝑟𝑟 ′ 𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 3 = 100 𝑥 ( ) = 9,86%
0,740
Hausner’s ratio
𝜌 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
𝐻𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝜌 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
0,715
𝐻𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 1 = = 1,11
0,646
0,740
𝐻𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 2 = = 1,14
0,646
0,740
𝐻𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 3 = = 1,11
0,667
Carr’s index 10,73 ± 1,70 % dan hausner’s ratio 1,12 ± 0,017 baik
Penimbangan
Dicampur asetosal, PVP, amilum, dan avicel ad homogen selama 5-10 menit menggunakan
mixer
Campuran Fase Dalam
TALK ASAM
STEARAT
Dicampur fase dalam dan ½ fase luar ad homogen selama 1-2 menit
Campuran Fase Dalam dan ½ Fase luar
Dihitung sisa fase luar yang ditambahkan (amilum: 2,992 g; asam stearat: 0,29 g;
talk: 0,594 g
Dicampur dengan fase luar hasil perhitungan dengan sebagian slug selama 1 menit
Dievaluasi tablet
HASIL
Alat : Ayakan bertingkat dengan nomor mes 20, 30, 40, 45, 60 dan
penampung (pan)
Prosedur : Granul dimasukkan ke dalam ayakan, digoyangkan secara
mekanik dalam waktu tertentu, ditimbang bobotnya pada masing-maisng
ayakan, spesifikasi ≤ 20%
massa tertampung
Interpretasi Hasil: fines x x 100%
massa total
Interpretasi Hasil: -
Interpretasi Hasil : -
10.1.5 Kompresibiliatas
Interpretasi Hasil : -
tebal tablet.
Interpretasi Hasil : Ukuran tablet sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan
10.2.4 Uji Friksibilitas (Uji Kekerasan Tablet)
= 8,99%
2. Kecepatan Alir Kecepatan Alir 10,0001 gram
I. = 27,03 g/s
0,37 s
>10 = Sangat Baik 10,0001 gram
II. = 35,71 g/s
4-10 = Baik 0,28 s
10,0001 gram
1,6-4 = Sukar III. = 41,67 g/s
0,24 s
<1,6 = Sangat Sukar Rata-rata = 34,79 g/s
Rumus, (Sangat Baik)
massa (gram) SD = 7,36
waktu (s)
3. Bobot Jenis Massa total Massa Total 10,007 gram
Rumus, I. =
Volume Volume 15,5 mL
Nyata
SD = 0,646 g/ml
Massa Total 10,008 gram
II. =
Volume 15,5 mL
= 0,646 g/ml
Massa Total 10,0009 gram
III. =
Volume 15 mL
= 0,6679 g/ml
Rata-rata = 0,653 g/ml
SD = 0,01
4. Bobot Jenis Massa total Massa Total 10,007 gram
Rumus, I. =
Volume Volume 14 mL
Mampat
SD = 0,715 g/ml
Massa Total 10,0008 gram
II. =
Volume 13,5 mL
= 0,740 g/ml
Massa Total 10,0009 gram
III. =
Volume 13,5 mL
= 0,740 g/ml
Rata-rata = 0,731 g/ml
SD = 0,014
5. Kompresibilitas Rumus, 15,5−14
I. x 100% = 9,68%
15,5
Volume Nyata−Volume Mampat
15−13,5
Volume Nyata II. x 100% = 10%
15
x100% 15,5−13,5
III. x 100% = 12,9%
15,5
<10 = Sangat Baik
11-15 = Bagus Rata-rata = 10,86%
16-20 = Sedang
21-25 = Agak Baik
26-30 = Buruk
31-37 = Sangat Buruk
>38 = Sangat-Sangat
Buruk
6. Sudut Istirahat h 1 cm
Rumus, tan α = 1 I. tan α = 1
d x7
2 2
𝑛
<25 = Excellent α = arc.tan 𝑟
25-30 = Good 1 𝑐𝑚
α = arc.tan = 15,95
3,5
30-40 = Portable
𝑛
II. α = arc.tan 𝑟
>40 = Very Poor
0,9 𝑐𝑚
α = arc.tan = 14,42
3,5
𝑛
III. α = arc.tan 𝑟
1 𝑐𝑚
α = arc.tan = 17,1
3,25
Bobot Rata-Rata
13.834,4 mg
= = 691,72
20
mg
Tidak Ada yang >5%
dan <5%
memenuhi
persyaratan
2. Keseragaman Diameter tidak lebih dari 3 kali No. d Tebal
Ukuran tebal tablet rata-rata dan tidak 1. 12,5 5,4
kurang dari 4/3 tablet rata-rata 2. 12,125 5,4
3. 12,4 5,4
4. 12,2 5,4
5. 12,15 5,4
6. 12,2 5,35
7. 12,15 5,3
8. 12,1 5,45
9. 12,15 5,0
10. 12,15 5,45
11. 12,15 5,0
12. 12,15 5,44
13. 12,15 5,1
14. 12,2 5,45
15. 12,2 5,35
16. 12,15 5,4
17. 12,15 5,45
18. 12,25 5,45
19. 12,15 5,4
20. 12,15 5,4
Tebal rata-rata
106,99 mm
= = 5,35 mm
20
d rata-rata
243,825 mm
= = 12,19
20
mm
3 x d rata-rata
= 3 x 12,19 mm = 36,57
mm
4/3 x tebal rata-rata
= 4/3 x 5,35 mm = 7,13
mm
Ukuran Tablet
memenuhi
persyaratan
3. Waktu <15 menit 42,01 detik
Desintegrasi
4. Friabilitas <1% Indeks Friabilitas
W0− W
= x 100%
W0
6910−1316,5
= x 100%
6910
= 81,09%
5. Friksibilitas <1% Indeks Friksibilitas
W0− W
= x 100%
W0
6913,8−6800,2
= x 100%
6913,8
= 1,64%
VIII. Pembahasan
Granulasi kering adalah suatu metode pembuatan tablet dengan dosis besar
serta bahan aktif yang tidak tahan terhadap kelembapan dan pemanasan. Bahan
aktif yang digunakan dalam praktikum GK ini adalah asetosal dimana asetosal
memiliki sifat dapat terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat apabila
terpapar dalam udara lembab. Selain itu, dosis yang diinginkan dalam sediaan ini
cukup besar yaitu 500 mg sehinga kedua alasan tersebut menjadi dasar pemilihan
metode granulasi kering pada pembuatan sediaan ini. Prinsip granulasi kering
adalah pembentukan slug dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi,
dimana ikatan partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi partikel padat.
Pada formula granulasi kering bahan-bahan yang digunakan terbagi menjadi dua
yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, disintegran,
binder, dan pengisi. Sedangkan fase luar terdiri dari lubrikan, glidan dan
disintegran. Pada sediaan tablet asetosal ini digunakan eksipien untuk fase dalam
antara lain adalah amilum sebagai disintegran, PVP sebagai binder dan Avicel
sebagai pengisi. Sedangkan untuk fase luarnya diguakan asam stearate sebagai
lubrikan, talk sebagi glidan, dan amilum sebagai disintegran. Pemilihan eksipien
tersebut didasarkan pada kompaktibilitasnya dengan bahan aktif sehingga dapat
menghasilkan tablet asetosal yang kompak.
Pada tahap IPC, persentase fines yang diperoleh adalah 8,99% yang berarti
memenuhi persyaratan dimana tidak lebih dari 20% yang menandakan bahwa
tidak terlalu banyak serbuk halus yang diperoleh sehingga akan menghasilkan
sifat aliran yang baik. Bobot jenis nyata yang didapat setelah replikasi 3 kali yaitu
rata-ratanya adalah 0,653 ± 0,012 g/mL. Bobot jenis mampat yang diperoleh
setelah dilakukan pengetukan 100 kali dengan 3 kali replikasi rata-ratanya yaitu
0,731 ± 0,014 g/mL. Pengukuran berat mampat ditujukan untuk dapat
menghitung/memperkirakan kemampuan alir dari granul yang diperoleh. Dari
data berat jenis mampat dan berat jenis nyata kemudian akan dihitung beberapa
parameter seperti Carr’s index dan Hausner’s ratio.
Evaluasi terkait kemampuan alir dari granul ditentukan dari nilai rasio
Hausner, index kompresibilitas (Carr’s index), dan sudut istirahat (angle of
repose). Sifat alir dapat ditentukan dengan mengukur indeks kompresibilitas.
Berdasarkan literatur yang diperoleh mengatakan bahwa bahan farmasetika yang
mempunyai kompresibilitas yang baik maka kemampuan alirnya akan meningkat
(Kalvimoorthi & Narasimhan, 2011). Indeks ini dapat ditentukan dari berat jenis
nyata dan berat jenis mampat. Sudut istirahat merupakan metode karakterisasi
tradisional untuk penentuan sifat alir dari granul/serbuk farmasetika (Shah, et al;
2008). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Carr’s index (CI) = 10,73 ± 1,70 %
dan Hausner’s ratio (HR) = 1,12 ± 0,017, dari nilai tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa granul mempunyai sifat alir yang bagus karena masuk
dalam spesifikasi yaitu CI 11-15 & HR 1,12-1,18. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nilai Carr’s index dan Hausner’s ratio yaitu ukuran partikel,
distribusi dan bentuk patikel. Ukuran granul dapat mempengaruhi nilai Carr’s
index dan Hausner’s ratio. Semakin banyak granul berukuran besar akan
meningkatkan void yang kosong karena granul yang berukuran besar akan
membentuk void yang besar pula, sehingga partikel – partikel kecil akan
bermigrasi mengisi void yang kosong di bawahnya. Akibatnya void bagian atas
akan kosong. Selain itu, Carr’s index dan Hausner’s ratio juga dipengaruhi oleh
jumlah ketukan yang diberikan. pada sistem segregasi, granul akan bermobilisasi
ketika diberikan ketukan, sehingga patikel besar dan partikel kecil dapat mengatur
formasinya untuk memadat. Semakin banyak ketukan yang diberikan maka akan
semakin besar kesempatan partikel granul untuk membentuk formasi yang padat,
sehingga dapat menurunkan volumenya. Penurunan volume tersebut dapat
mempengaruhi nilai densitas mampat dimana nilai densitas mampat akan lebih
besar dan nilai HR dan CI akan turun.. Untuk pengukuran sudut istirahat diperoleh
hasil rata-rata 15,82. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan sebagai hasil yang
baik, karena untuk sudut istirahat mempunyai spesifikasi yaitu <25 sangat baik,
25-30 baik, 30-40 buruk, dan >40 sangat buruk. Menurut literatur, teknik
granulasi (baik basah maupun kering) dapat menurunkan nilai sudut istirahat
karena pada metode granulasi akan terbentuk granul berbentuk spherik. Jadi dari
Carr’s index, Hausner’s ratio, dan sudut istirahat dapat dikatakan sifat alir yang
dimiliki oleh granul yang terbentuk yaitu baik dan granulasi kering dapat
meningkatkan sifat alir dan menurunkan sudut istirahat karena peningkatkan
ukuran partikel dan perubahan bentuk menjadi spherik.
Untuk uji kompresibilitas diperoleh rata-rata 10,86% yang berarti sifat alir
dari bahan bagus. Untuk kecepatan alir diperoleh rata-rata 34,75 g/s dan sudut
istirahat diperoleh rata-rata 15,82 yang berarti sifat alirnya sangat baik. Pemilihan
talk sebagai glidan dengan persentase 2% menghasilkan sifat alir yang baik pada
sediaan. Sifat alir yang baik diperlukan agar granul dapat mengalir dengan baik ke
dalam die (cetakan tablet) untuk memberikan bentuk yang seragam. Selama aliran
granul berjalan dapat terhambat karena aliran granul yang buruk. Segregasi pada
granul akan menghambat aliran. Segregasi partikel terjadi jika bahan mempunyai
sifat partikel yang berbeda, terutama ukuran partikel granul. Kemampuan alir
granul/serbuk merupakan hasil dari kombinasi efek dari variabel fisika, kimia dan
lingkungan. Sifat fisika dari granul mempuyai pengaruh yang lebih besar terhadap
sifat alir dibandingkan sifat kimianya (Bodhmage, 2006).
Pada uji friabilitas dan friksibilitas diperoleh hasil yang kurang baik. Uji
friabilitas dan friksibilitas gunakan sampel 10 tablet karena tablet mempunyai
bobot >650 mg. Uji keregasan tablet (Friabilitas) merupakan uji ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman
dan penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji
kerapuhan (friability tester). Tablet dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak
lebih dari 1% (Lachman, dkk, 1994). Uji keregasan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi (pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet.
Keregasan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih
terdapat pada tablet. Pada pengujian friabilitas diperoleh 81,09% dan friksibilitas
sebesar 1,64% bobot tablet hancur saat pengujian, sehingga hasil uji tidak
memenuhi persyaratan. Meskipun demikian, uji friabilitas dan friksibilitas penting
untuk menentukan kekerasan tablet karena tablet yang mempunyai kekerasan
yang cukup serta keregasan yang sesuai dengan persyaratan akan kehilangan
bobotnya semakin kecil maka semakin baik efek terapi yang diberikan karena
akan mempengaruhi dosis sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat
Penggunaan dan Efek Sampingnya. PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.