Anda di halaman 1dari 8

Aliran Produksi Asam Stearat dan Gliserin

Minyak dan lemak merupakan senyawa yang banyak dijumpai di alam,


minyak umumnya berbentuk cair pada suhu ruang sedangkan lemak berbentuk
padat pada suhu ruang. Minyak dan lemak dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan
seperti kelapa, kelapa sawit dan sebgainya. Minyak dan lemak merupakan senyawa
kimia yang tersusun atas asam-asam lemak. Asam lemak merupakan senyawa rantai
tunggal maupun rangkap. Ikaran jenis tunggal pada rantai karbon memiliki
kestablian oksidatif yang lebih baik dibandingkan ikatan rangkap. Ikatan rangkap
memberikan sifat minyak yang cair pada suhu ruang. Jenis ikatan yang ada dalam
asam lemak akan berpengaruh terhadap jenih aplikasi yang cocok digunakan
terhadapnya. Perbedaan sifat-sifat minyak dan lemak dapat dilihat pada komponen
asam lemaknya.
Asam stearate dan gliseriin merupakan fraksi dari minyak kelapa sawit.
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yait CPO (Crude Palm Oil) dan PKO
(Palm Kernel Oil). Pemisahan CPO dan PKO menghasilkan oleokimia daar yang
terdiri dari asam lemak dan gliserol atau gliserin. Secara keseluruhan proses
penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5%
PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0,5% buangan. Asam stearate merupakan
senyawa organic rantai Panjang yang memiliki jumlah atom C sebanyak 18 buah.
Asam stearate ini termasuk dalam golongan asam lemak yang dapat dihasilkan oleh
minyak dari tumbuhan maupun lemak hewan. Asam stearate ini biasa dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan lilin, bahan tambahan dalam sabun yang berguna untuk
memberi efek halus pada kulit, bahan kosmetik, serta pengemulsi makanan. Asam
stearate memiiki rumus kimia C18H36O2, mudah terhidrogenasi, larut dalam
pelarut organis, bersifat hidrolisis dengan berat molekul 284,478 g/mol, titik leleh
69,6oC, titik didih 291oC, dan densitas 0,847 g/cm3 pada suhu 70oC (Pery’s 1999).
Struktur kimia asam stearate dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia asam stearat


Gliserin merupakan nama komersial dari gliserol. Giserol ialah suatu
trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom karbon
mempunyai lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida
dan trigliserida. Rumus molekul gliserin dapat dilihat pada Gmbar 2.

Gambar 2. Rumus Molekul Gliserol


Gliserol memiliki sifat disik tertentu, anatara lain merupakan cairan tidak
berwarna, tidak berbau, cairan kental dengan rasa yang manis (Othmer, 1982).
Gliserol memiliki densitas 1.2617 g/cm3, berat molekul 92,02 gr/mol, titik lebur
18,2oC dan titik didih 290oC, gliserol larut baik dalam air dan tidak laurt dalam
ester (Swern, 1996). Gliserin atau gliserl digunakan pada beberapa kosmetik, sabun,
tambahan dalam obat batuk sirup atau untuk pelembab (Hart, 1983). Beberapa
lemak atau minyak menghasilkan satu atau dua ikatan ester akan terputus dan
dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya. Gliserol juga dapat dihasilkan
dari reaksi hidrolisa trigliserida yang dilakukan dengan tekanan dan suhu tinggi.
Gliserol alami pada dasarnya diperoleh sebagai produk samping di dalam produksi
asam lemak, ester lemak atau sabun dari minyak atau lemak.
Begitu juga dengan pembuatan asam stearat yang menghasilkan hasil
samping gliserol. Diagram alir proses pembuatan asam stearate dan gliserol atau
gliserin di PT Sumi Asih dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Start

RBD Stearin

H2, Ni RBD Stearin dihidrogenasi

RBD Stearin terhidrogenasi


displitting

CFA difraksinasi atau


didistilasi

Asam stearate liquid dispray


tower

Asam Stearat dikemas

Asam Stearat

End

Gambar 3. Diagram Alir Proses Produksi Asam Stearat


Start

RBD Stearin

RBD Stearin
H2, Ni dihidrogenasi

RBD Stearin
terhidrogenasi
displitting

Ca(OH)2 SW di-pretreatment

Na2CO3 SW difiltrasi

SW dievaporasi

Gliserin didistilasi

Karbon Aktif Gliserin di-bleaching

Gliserin dikemas

Gliserin

End

Gambar 4. Diagram Alir Proses Produksi Gliserin


Proses Produksi Asam Stearat dan Gliserin

Unit Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan proses reaksi antara minyak dengan gas H2 dan
katalis agar ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Hasil reaksi akan membentuk
ikatan jenuh, migrasi dari ikatan rangkap dan terbentuk trans-fatty acid (Ketaren,
1986). Hidrogenasi merupakan proses awal pembuatan asam stearate dan gliserin.
Asam lemak tak jenuh tidak stabil dalam penyimpanan karena mudah teroksidasi
(Bernardini, 1983). Hidrogenasi bertujuan menjenuhkan ikatan rangkap pada asam
lemak. Ketidakjenuhan dinyatakan dalam IV (Iodine Value), semakin tinggi IV
secara teoritis semakin banyak ikatan rangkap dalam asam lemak tersebut. Proses
hidrogenasi asam lemak bersifat eksotermis (Othner, 1982). Reaksi hidrogenasi
merupakan reaksi eksterm sehingga produk yang dihasilkan memiliki suhu yang
tinggi.
Mekanisme hidrogenasi yaitu atom-atom H2 mengeleminasi unsaturated
fatty acid (karbon ikatan rangkap), dengan pengunaran atau penghilangan
unsaturated fatty acid produk menjadi lebih stabil atau tahan terhadao oksidasi.
Dari proses hidrogenasi diperoleh nilai titik leleh tertentu yang dapat dilihat dari
kandungan lemak padat atau SFC (Solid Fat Content) hasil analisa produknya.
Parameter proses hidrogenasi yang dicapai adalah penurunan angka iodium atau IV
(Iodium Value), dengan berkurangnya ikatan rantai rangkap maka angka IV-nya
juga semakin turun. Dan sebaliknya nilai Slip Melting Point (SMP) menjadi naik,
secara fisik minyaknya menjadi lebih keras atau solid. Oleh karena itu, dapat juga
disebut Harden Fat. Langkah-langkah dari proses hidrogenasi yaitu, transfer dan
atau difusi, adsorpsi, hidrogenasi/isomerisasi, desorpsi dan transfer. Mekanisme
reaksi hidrogenasi asam lemak dengan bantuan katalis dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Mekanisme Reaksi Hidrogenasi


Reaksi hidrogenasi yang dilakukan di PT. Sumi Asih Oleochemical Industry
secara semi-batch dengan menggunakan katalis nikel (Ni 9932) untuk bahan baku
RBD Stearin dan Ni 9910 untuk bahan baku RBD PO. Terdapat beberapa tangka
dalam unti hidrogenasi antara lain, autoclave, cooler, dan filter. Tahap pertama
dalam unti hidrogenasi adalah pemanasan bahan baku pada tangka autoclave.
Bahan baku atau minyak sebelumnya dilewatkan ke pipa cooler dan dipanaskan
melalui pipa dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari minyak yang sedang
didinginkan di dalam cooler. Selain mendinginman minyak dengan menggunakan
pipah yang dialiri air dingin, panas yang dihasilkan oleh minyak juga dimanfaatkan
untuk memanaskan input baru menuju autoclave. Pada unit hidrogenasi terdapat
tiga autoclave dengan kapasitas masing-masing 11 ton minyak. Minyak dari tangki
penyimpanan 1A dan 1B dialirkan menuju autoclave dengan kecepatan transfer
12,22kg/s, kemudian dipanaskan selama kurang lebih 25-30 menit menggunakan
uap dengan tekanan 10bar sehingga mencapai suhu 140-150oC untuk menguapkan
kandungan air di dalamnya. Setelah seluruh kandungan air menguap, minyak
dipanaskan kembali menggunakan uap dengan tekanan 3 bar hingga mencapai suhu
200oC.
Setelah bahan pada autoclave mencapai suhu yang sesuai, katalis nikel
ditambahkan melalui pipa atas autoclave, katalis yang ditambahkan kurang lebih 9
kg untuk satu kali batch. Proses pencampuran bahan dengan gas hydrogen
berlangsung kurang lebih selama satu jam hingga suhu akhir reaksi sekitar 200oC.
Proses hidrogenasi selesai jika tekanan pada autoclave mencapai 12 bar. Setelah
proses pencampuran selesai, selanjutnya sampel minyak hasil hidrogenasi diambil
untuk selanjutnya diuji nilai iodinnya (IV), jika suda memenuhi standar maka
minyak akan diproses ke tahap berikutnya, sedangkan jika belum memenuhi standar
maka minyak akan direaksikan kembali dengan menambahkan katalis dan gas
hydrogen. Minyak yang sudah memenuhi standar ajan disalurkan ke dalam tangka
cooler dengan cara cooler dikondisikan vakum, sehingga minyak dari autoclave
dengan tekanan 12 bar akan mengalir menuju cooler. Pendinginan berlangsung
selama kurang lebih 45-50 menit untuk menurunkan suhu menjadi sekitar 100oC
untuk selanjutnya disalurkan ke dalam tangki filter. Minyak yang masih bercampur
dengan katalis nikel ini kemudian dipompa menuju tangka filter menggunakan
filter yang telah dilapisi filter aid selama 45-60 menit. Filter aid digunakan untuk
mengikat nikel yang terdapat dalam minyak. Filter harus secara berkala dibersihkan
ketika beda tekanan filter telah mencapai 3 bar, dimana menunjukkan bahwa telah
banyak tumpukan katalis pada filter. Minyak yang telah disaring kemudian
ditampung pada tangka penampungan asam lemak yang telah dihidrogenasi.
Hasil dari proses hidrogenasi adalah asam lemak terhidrogenasi dengan IV
maksimal 1. Hasil samping proses hidrogenasi adalah cake katalis pada proses
filtrasi, hasil samping tersebut kemudian akan dikirim ke pihak ketig untuk diolah
menjadi katalis yang dapat digunakan kembali. Pada proses hidrogenasi beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah tekanan, suhu, jumlah H2 dan katalis. Skema
proses hidrogenasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
Unit Splitting
Tahapan setelah hidrogenasi adalah splitting, tahap ini bertujuan untuk
memisahkan crude fatty acid dengan sweet water. Secara alami asam lemak
mengandung air yang tidak dapat dipisahkan, perlu dilakukan reaksi hidrolisa agar
minyak dan air terpisahkan. Reaksi hidrolisa secara alami terjadi karena dipacu oleh
enzim lipase yang dibantu oleh sinar matahari pada kondisi atmosfer. Reaksi
tersebut berlangsung lambat, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan produk yang
semakin meningkat maka reaksi hidrolisis dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi
menggunakan tangka splitter. Suhu dan tekanan tinggi menggunakan fungsi enzim
agar reaksi berlangsung cepat dan menghasilkan produk yang banyak.
Proses dilakukan dengan melewatkan aur dan minyakpada tabung splitting.
Air dimasukkan melalui bagian atas tangka dan minyak dilewatkan melalui bagian
bawah tangka, akibat perbedaan bobot jenis maka air akan turun kebawah dan
minyak akan naik ke atas. Pada unit ini terjadi proses penguraian RBD stearine
menjadi asam lemak dan gliserol. Reaksi yang terjadi adalah reaksi hidrolisis
dengan penambahan air pada prosesnya. Reaksi antara molekul-molekul air dan
minyak berlangsung secara counter current dan kontinyu pada suhu dan tekanan
yang tinggi. Mekanisme reaksi hidrolisis pada unit splitting ini dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Hidrolisis Asam Lemak

RBD stearine terhidrogenasi dialirkan menuju alat degasser (DV 825.01)


untuk menghilangkan gas yang terperangkap dalam minyak. Tujuan dari
penghilangan gas tersebut agar tidak terjadi reaksi oksidasi pada minyak dalam
kolom splitter yang memiliki suhu dan tekanan tinggi. Pada Degasser (DV825.01)
terdapat alat vakum untuk menarik gas yang kemudian dilepaskan ke udara.
Selanjutnya, minyak dipompa menggunakan pompa sentrifugal (PS 825.01)
menuju kolom splitting dan masuk ke dalam kolom RC 825.01 melalui bagian
bawah kolom. Pada kolom splitter terjadi reaksi hidrolisis minyak sehingga air
sebagai reagen hidrolisis dimasukkan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom.
Air jatuh bebas dari bagian atas kolom dan berkontakan dengan minyak yang
mengisi kolom secara counter current.
Tekanan pada kolom splitting sebesar 55 bar dan suhu kolom sebesar 220oC
pada bagian atas kolom dan 260oC pada bagian bawah kolom. Tekanan 55 bar
diperoleh dengan cara memompakan minyak dengan pompa piston sedangkan suhu
tinggi tersebut diperoleh dengan memasukkan uap ke dalam kolom pada bagian
atas, tengah dan bawah kolom. Jumlah uap yang dimasukkan dikontrol dengan alat
control suhu TRC 5301, TRC 5302, dan TRC 5303 yang berada pada bagian atas,
tengah dan bawah kolom. Ketinggian sweet water di dalam kolom diatur oleh alat
control LRC 5302, ketika ketinggian sweet water telah melebihi batas tertentu maka
valve penghubung ke tangka penampung sweet water akan terbuka dan sweet water
akan mengalir dari bagian bawah kolom bertekanan 55 bar menuju tangka
penampung sweet water bertekenan 1 atm. Ketika valve tersebut dibuka juga terjadi
perpindahan asam lemak dari bagian atas kolom bertekanan 55 bar menuju tangki
penampung asam lemak bertekanan 1 atm. Setelah tangka kosong, tangka akan diisi
lagi dengan RBD stearine terhidrogenasi (HFA) dan air. Pada proses hidrolisis
minyak ini terdapat parameter penting yaitu splitting ratio yang menggambarkan
konversi minyak menjad asam lemak. Nilai splitting ratio dapat diperoleh dengan
membagi nilai angka asam dengan nilai angka iodin dari produk. Pengaruh nilai
splitting ratio juga dapat dilihat pada nilai ketinggian sweet water pada kolom
distilasi. Hasil dari proses ini adalah asam lemak dengan nilai splitting ration (SR)
mencapai 96-97 dan sweet water dengan kadar gliserin 15-20%. Asam lemak hasil
splitting akan dilanjutkan menuju proses distilasi atau fraksinasi sedangkan sweet
water akan diolah menuju pretreatment sweetwater. Diagram proses splitting dapat
dilihat pada Lampiran 3.

Unit Distilasi Asam Lemak


Pada unit distilasi, umpan dari tangka T20 dialirkan menuju EX 732.01
bertujuan untuk pemanasan awal. Pemanasan ini dilakukan dengan mengalirkan
uap 12 bar. Kemudian umpan dialirkan menuju vesse; VS

Anda mungkin juga menyukai