Anda di halaman 1dari 24

GLISERIN

Presented by:

DINAL EFENDI YANNY OKTARY M IHSAN SAPUTRA RAHMAN WIDIANTO PERMATA T HAGANA S

GLISERIN

Gliserin adalah suatu tribasic alkohol yang terdapat di alam dalam bentuk trigliserida yang merupakan trigliseril ester dari asam lemak. Gliserin merupakan nama produk yang mengandung gliserol C3H5(OH)3 dan sejumlah kecil air.

GLISERIN

SUMBER GLISERIN
Gliserin Murni (Rafinat) : Tidak berwarna 95-99.5% gliserol. Gliserin untuk industri : Warna Kuning Pucat Gliserol 99%

Gliserin Sintetis : Klorinasi Propilen HIdrolisis Epichlorchidrin

GLISERIN GLISERIN
PROSES PEMBUATAN GLISERIN Fat Splitting / Pemecahan Lemak (Hidrolisis) Safonifikasi Lemak / Minyak Transesterifikasi Lemak / Minyak

GLISERIN GLISERIN
Fat Splitting / Pemecahan Lemak (Hidrolisis) Proses Proses Proses Proses Twitchell Autoclave Batch Continue secara Enzimatik Reaksi secara umum
R - OCOCH 2
R - OCOCH R - OCOCH 2 Triasilgliserol Air Asam Lemak + 3H2O 3 R - COOH + CH2OH CHOH CH2OH Gliserin

Parameter Suhu / oC Tekanan Katalis Model Operasi Waktu/jam Konversi

Twitchell 100-105 atmosferik H2S Batch 36-48 85-98 %

Batch Autoclave 150-240 1135 kPa Zn, Mg, Ca oksida Batch 6-10 95-98 %

Continue 250 5 kPa Tanpa katalis Kontinu 2-3 97-99 %

Enzimatik 26-46 atmosferik biokatalis 48-72 98 %

Keunggulan

Suhu dan tekanan rendah Biaya investasi awal relatif rendah

Investasi awal lebih rendah daripada proses kontinus Lebih cepat daripada proses Twitchell

Perolehan lebih tinggi Konsentrasi gliserin tinggi Pengendalian lebih akurat


Investasi awal tinggi Suhu dan tekanan tinggi

Perolehan tinggi

Kekurangan

Waktu reaksi lama Konsumsi steam tinggi Lebih dari satu tahap

Investasi lebih tinggi Waktu lebih lambat dari kontinu. Lebih dari satu tahap

Waktu reaksi lama Investasi awal tinggi

GLISERIN

Safonifikasi Lemak / Minyak


Menghasilkan sabun dan alkali yang mengandung 8-12% gliserin. Lemak dan minyak bisa disafonifikasi via proses pendidihan

menggunakan steam di dalam jaket pemanas tertutup Penambahan sejumlah soda kaustik yang lebih sedikit dibanding yang dibutuhkan secara stoikiometri dan ditambahkan garam Reaksi secara umum
R - OCOCH 2 R - OCOCH + 3Na 2OH 3 R - COONa + CH 2OH CHOH CH 2OH Kaustik soda sabun Gliserin

R - OCOCH 2
Lemak atau minyak

GLISERIN

Transesterifikasi lemak (minyak)


Konsentrasi gliserin yang dapat dihasilkan adalah sekitar 90%

GLISERIN

Transesterifikasi lemak (minyak) Menghasilkan gliserin dari trigliserida saat lemak dan minyak direaksikan dengan metanol dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metil ester. Dalam proses ini , konsentrasi gliserin ada sekitar 90% bisa berdasarkan saat reaksi kering. Transesterifikasi trigliserida bisa dengan cepat secara batch pada tekanan atmosfer dan temperatur 60 70 oC dengan metanol berlebih dan katalis alkali. Sebelum ditransesterifikasi, lemak atau minyak harus dibersihkan dari Asam Lemak Bebas (ALB). Kelebihan metanol didapatkan kembali dikondensor, dikirim ke kolom pembersihan untuk pemurnian, dan kemudian di recycle.

Parameter Temperatur (oC) Tekanan (atm) Konsentrasi gliserin (%) Konversi (%) Produk Samping Kelebihan

Fat Splitting 250 50

Saponifikasi 70 1

Transesterifikasi 50-70 1

12-20
97-99 Asam lemak Bisa diproses dengan atau tanpa katalis Bahan baku murah

10-25
98 Sabun Tanpa katalis

25-35
99 Metil Ester Konversi produk yang tinggi Konsentrasi gliserin yang tinggi Kebutuhan energi rendah Produk samping (metil ester) lebih ekonomis daripada produk proses lain

Kekurangan

Konsumsi energi yang besar (karena butuh suhu dan tekanan yang tinggi) Konsentrasi gliserin rendah

Terbentuknya emulsi, dapat mengurangi konversi gliserin Banyak air garam yang harus dibuang

GLISERIN
Dari perbandingan proses tadi maka proses terbaik pada perancangan pabrik gliserin ini adalah transesterifikasi. Beberapa dasar pertimbangan pemilihan proses yaitu :
1. Konsumsi energi yang rendah Produksi gliserin dengan metanolisis membutuhkan suhu dan tekanan reaktor yang lebih rendah dibandingkan hidrolisis dan saponifikasi. 2. Peralatan yang tidak terlalu mahal Gliserin adalah produk samping dari produksi metil ester. Metil ester bersifat nonkorosif dan diproduksi pada kondisi operasi suhu dan tekanan yang rendah, sehingga bisa diproses dalam alat yang terbuat dari Carbon Steel. Sedangkan asam lemak dari proses hidrolisis bersifat korosif dan membutuhkan alat dari stainless steel. 3. Gliserin yang dihasilkan lebih tinggi konsentrasinya Transesterifikasi adalah reaksi yang kering dan menghasilkan konsentrasi yang tinggi. Sementara hidrolisis dan saponofikasi menghasilkan gliserin-air yang mengandung lebih dari 80% dan 75% air, lebih dan sehingga pemurnian selanjutnya membutuhkan lebih banyak energi. 4. Lebih mudah dimurnikan Gliserol hasil proses transesterifikasi lebih mudah dipisahkan daripada proses hidrolisis dan saponifikasi, karena busa yang terbentuk sedikit.

GLISERIN

Transesterifikasi metil ester yang menghasilkan gliserin dengan kadar konsentrasi tinggi (90%)

Pure methanol Reactor

Methyl ester

Residue

Glycerine Methanol Oil Catalyst

Methanol/glycerine separation

Methyl ester distillation

Manufacture of methyl ester by transesterification

GLISERIN

Henkel proses dioperasikan pada 9000 kPa dan 240oC

menggunakan umpan minyak yang belum murni (unrefined oil) Kelebihan metanol yang besar dari reaktor menuju bubble fried column untuk pemurnian. Metanol yang diperoleh direcycle ke sistem. Campuran dari reaktor masuk ke separator dimana gliserin lebih dari 90% konsentrasi dipisahkan. Kemudian metil ester diumpankan menuju kolom distilasi untuk pemurnian

GLISERIN

Pemurnian Gliserin
Gliserin dialirkan ke kolom stripping pada tekanan vakum 60 mmHg(Hui,1996). Gliserin murni dan uap air akan terpisah. Destilasi ini bertujuan untuk menghilangkan air dan impuritis lain untuk meningkatkan kemurnian sesuai dengan karakteristik gliserin komersil(chemical pure) yaitu kemurnian 99%. Selanjutnya gliserin dialirkan ke tangki bleaching untuk pemucatan warna yaitu dengan menambahakn karbon aktif sebanyak 0.1% dari gliserin yang akan diproses. Proses bleaching dilangsungkan pada temperatur 85oC-95oC. Selanjutnya karbon aktif dan impuritis dipisahkan menggunakan sentrifuge sehingga diperoleh produk gliserin dengan kemurnian 99%. Gliserin CP dikirim ke tangki penyimpanan.

GLISERIN

Proses Treatment : Tujuan dari treatment cairan sabun adalah untuk menyiapkan stok umpan untuk pembuatan gliserin dengan cara menghilangkan pengotor yang dapat menyebabkan masalah pada langkah proses selanjutnya. Adanya pengotor dapat menyebabkan kualitas produk akhir yang rendah. Sebagai tambahan dalam penanganan cairan sabun treatment harus dilakukan untuk menghindari fermentasi yang dapat menyebabkan berkurangnya jumlah gliserin karena pembentukan Trimetilen Glicol, gas, dan asam selama proses dekomposisi.

GLISERIN

Evaporasi :
Yaitu proses treatment selanjutnya, limbah sabun atau sweet water ditambah konsentrasinya mencapai 80 88% gliserol selama proses evaporasi. Proses ini memerlukan energi dan tergantung pada kapasitas pabrik dan biaya sumber energi, bias menggunakan satu, dua, tiga efek evaporator. Tujuan desain utama evaporator adalah untuk menguapkan air dan limbah sabun. Tujuan kedua metode adalah untuk menangani garam yang timbul selama proses penambahan konsentrasi.

GLISERIN

PENYULINGAN GLISERIN
Distilasi gliserin dioperasikan pada tekanan

absolute 5-6 mmHg dan temperature 165oC Jumlah total stripping stream dari distilasi sekitar 20% dari jumlah gliserol yang diproses Saat distilasi berlangsung pada steam tekanan parsial gliserol dikurangi, untuk menjaga tekanan total

GLISERIN

Penarikan dan Pembuangan residu

Residu yang terakumulasi pada dasarnya masih mengandung sedikit gliserol, gliserol polimer, aldehid resin, produk organik dari dekomposisi dan garam. Sedikitnya ada dua metode untuk memindahkan residu : 1. Penerima residu yang ditempatkan sedemikian rupa untuk menampung residu, yang secara periodic akan dipindahkan kedalam tangki cairan untuk diproses ulang. 2. Gliserin dipindahkan secara kontinu dan disaring kembali untuk mendapatkan gliserin.

GLISERIN

STABILISASI DAN PENYIMPANAN

Gliserin yang dipanaskan jangan disimpan didalam

tanki yang terbuat dari tembaga atau besi karena garam tembaga atau besi dapat mengkatalis reaksi oksidasi terhadap gliserin pada kondisi tertentu. Gliserin kasar dan encer mengandung sedikitnya beberapa materi suspensi (endapan garam) yang harus dibuang selama proses penyimpanan

GLISERIN

AROMA DAN WARNA :


Masalah warna dan rasa dapat dihindari dengan menggunakan bahan mentah berkualitas, threating dan penyimpanan gliserol kasar dan mencegah kenaikan suhu untuk waktu yang lama pengotor dalam gliserin kasar khususnya zat organik bukan trigliserida menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas gliserin yang disaring. Jika zat organik bukan gliserida dikandung tinggi dari 3-5%, masalah aroma, rasa dan warna akan timbul pada produk akhir. Trimetilen glikol yang ada bersama zat organik bukan trigliserida dapat menyebabkan perubahan warna dari gliserin dan menimbulkan masalah dalam penyimpanan.

GLISERIN

Gliserin secara luas digunakan dalam : Produk alami, tidak beracun dan aman untuk dikonsumsi manusia Gliserin adalah humectant, emulsifier dan plasticiser yang baik Kompatible dengan berbagai macam material dan bercampur dengan baik

GLISERIN

Kegunaan Gliserin :
1. Perekat, digunakan untuk plasticizing 2. Agriculture digunakan dalam bentuk spray dips 3. Antifrizer/anti beku 4. Pembersih dan pengkilat 5. Pencegah korosi digunakan untuk melapisi permukaan logam 6. Kosmetik, misalnya, dalam krim kulit dan lotion, sampo dan hair condisioner, sabun dan deterjen 7. Bahan peledak untuk pembuatan trinitro gliserin 8. Farmasi, untuk pembuatan antibiotik 9. Resin 10.Tekstil, untuk perlakuan antistik, anti shrink, dan water proofing.

Referensi :
1. Hui, Y.H. 1996. Baileys Industrial oil and Fat Products Volume 5, Edisi 5. New York: Jhon Wiley and Sons, INC. 2. Khafiya, Nidaan. 2005. Prarancangan Pabrik Gliserol CP (Chemical Pure). Pekanbaru: Teknik Kimia UNRI. 3. Sunardi. 2004. Prarancangan Pabrik Gliserin dari Crude Palm Oil (CPO). Pekanbaru: Teknik Kimia UNRI. 4. Herman, Syamsu dan Khairat,. 2004. Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit dengan Katalisator Asam Klorida. Jurusan Teknik Kimia, FT, Universitas Riau, Pekanbaru.

GLISERIN

Anda mungkin juga menyukai