Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PRARANCANGAN PABRIK

PRARANCANGAN PABRIK GLISEROL


DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN AIR
DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING
KAPASITAS 54.000 TON/TAHUN

Eliza Nurul Adha


160140066
Latar Belakang

Perkembangan pembangunan industri di Indonesia


semakin meningkat. Kemajuan ini tampak dengan
semakin banyak berdirinya pabrik yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi, serta meningkatnya
industri barang untuk modal termasuk industri mesin
dan peralatan. Istilah gliserol digunakan untuk zat kimia
yang murni, sedang gliserin digunakan untuk istilah
hasil pemurnian secara komersial (Kirk Othmer, 1966)
Pada tahun 2010 diperkirakan minyak sawit (Crude Palm Oil)
Indonesia menjadi nomor satu dalam jumlah produksi dunia.
Sedangkan sampai tahun 2020 akan mencapai 20-25%
produksi dunia. Di Indonesia, produksi Crude Palm Oil (CPO)
dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 mengalami
kenaikan, dengan rata-rata kenaikan per tahun adalah 13,5%.
Pada tahun 2004 produksi Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia
sudah hampir mendekati produksi minyak sawit Malaysia,
yaitu 11,6 juta ton, dimana Malaysia memproduksi 13 juta ton.
Sifat Fisika Bahan Baku

1 Crude Palm Oil (CPO)


Sifat Fisika 2. Air
Rumus Kimia :
Sifat Fisika
C3H5(COOR)3
Berat Molekul : 847,28 Rumus Kimia : H2O
g/mol Berat Molekul : 18, 0153
Titik Didih : 298oC g/mol
Titik Beku : 5oC Titik Didih : 100oC
Specific Gravity (37,8oC) : 0,9 Titik Beku : 0oC
Densitas : 0,895 Densitas : 0,998 g/cm3 (cair,
g/cm3 20oC)
Panas Jenis : 0,497
0,92 g/cm3 (padatan)
kal/goC
Kemurnian : 98% Panas Jenis : 0,9995 kal/g
oC
Impuritas : 2%
(Ketaren, 1986)
Sifat Fisika Produk

1 Gliserol (C3H5(OH)3)
Sifat fisika
Rumus molekul :
(C3H5(OH)3) 2. Asam lemak
Berat Molekul : 92,09 Sifat Fisika
g/mol Rumus Kimia : RCOOH
Densitas : 1,261 g Berat Molekul : 256,42 g/mol
cm Titik Didih : 271,5°C (pada
Viskositas : 1,5 Pa.s 100 mmHg)
Titik didih (760 mmHg) : 290 oC Titik Leleh : 61 – 62,5°C
Titik leleh : 18,17Oc Titik Nyala : 206 oC
Titik beku : 46,5oC Densitas : 0,852 g/cm3 (pada
pada 66,7% larutan gliserol 25°C)
Kapasitas kalor : 0,5795 Tekanan uap : 13 hPa (10
cal/gmoC mmHg)
Indeks bias (Nd20) : 1,47399
Titik nyala : 177oC
pada 99% larutan gliserol
Macam-macam Proses

Proses pembuatan gliserol pada dasarnya


adalah hasil samping dari proses pengolahan
lemak dan minyak, baik nabati maupun
hewani. Terdapat beberapa metode dalam
proses pembuatan gliserol, yaitu:
1. Proses Saponifikasi
2. Proses Transesterifikasi
3. Proses Fat Splitting
1. Saponifikasi

Lemak dan minyak dapat disabunkan melalui proses


fullboiling. Proses saponifikasi dapat dijelaskan
secara singkat sebagai berikut. Campuran lemak dan
minyak diumpankan ke dalam ketel bersama soda
kaustik dengan konsentrasi tertentu, dan beserta
penambahan garam. Campuran dipanaskan dengan
energi tinggi, menggunakan closed steam coils,
hingga proses saponifikasi selesai. Jumlah soda
kaustik yang ditambahkan sengaja dibuat kurang
dari kebutuhan stoikiometri, untuk memastikan
pengurangan sabun alkali yang mengandung gliserin
agar memiliki alkalinitas minimum.
2. Transesterifikasi

Dengan kondisi tersebut, esterifikasi simultan dan transesterifikasi


berlangsung. Campuran pada akhir reaksi diendapkan. Pada bagian
bawah yaitu lapisan gliserin diambil sedangkan lapisan metil ester
pada bagian atas dicuci untuk menghilangkan gliserin yang
tertahan kemudian diproses lebih lanjut. Kelebihan metanol
direcover dalam kondensor, dikirim ke kolom rektifikasi untuk
pemurnian, dan daur ulang. Kemurnian produk akhir mencapai
90% menggunakan metode in exchange.
3. Fat splitting
Fat Splitting adalah sebuah reaksi homogen yang terjadi
secara bertahap. Asam lemak berpindah dari trigliserida satu
per satu dari tri ke di ke mono. Selama tahap awal, reaksi
berlangsung perlahan-lahan, terbatas dengan kelarutan air
dalam minyak yang rendah. Pada tahap kedua, reaksi
berlangsung lebih cepat karena kelarutan air yang lebih besar
dalam asam lemak. Tahap akhir ditandai dengan laju reaksi
berkurang sebagai asam lemak bebas dan gliserin mencapai
kondisi kesetimbangan. Fat splitting merupakan reaksi
reversible. Gliserin harus diambil secara kontinyu agar reaksi
sempurna (Bailey’s, 1951). Pada proses ini menggunakan
metode continous.
Proses Continuous
Tabel 1.3 Perbandingan Proses Pabrik Gliserol
Jenis proses Kelebihan Kekurangan

Saponifikasi - Kandungan gliserol 10-25% - Produk gliserol merupakan produk samping industri sabun
- Kemurnian produk akhir mencapai 90% - Membutuhkan tahap pemurnian dan bahan pembantu yang banyak
- Konversi mencapai 90% - Membutuhkan biaya yang tinggi untuk konstruksi alat karena
kandungan garam yang tinggi

Transesterifikasi - Kandungan gliserol 25-30% - Menggunakan katalis


- Kemurnian produk akhir 90% - Memerlukan proses pre-esterifikasi untuk menghilangkan asam lemak
- Reaksi pada tekanan atmosfer dan suhu 60- bebas dari lemak atau minyak
70°C - Tahap pemurnian mahal (dengan metode ion exchange)
- Konversi mencapai 90%

Fat Splitting - Kandungan gliserol 10-18% - Kondisi operasi pada tekanan dan suhu tinggi (55 bar dan 260°C)
- Kemurnian produk akhir gliserol mencapai
99%
- Proses tidak terlalu rumit
- Biaya untuk konstruksi material tidak terlalu
tinggi
Bahan yang digunakan Berat Molekul (g/mol) Harga Rp/Kg

Bahan Baku:
Trigliserida (gliserol) 92,09 62.000
Produk:
Fatty acid 256,42 490.000
Gliserol 92,09 62.000

Uji Ekonomi Awal


Tabel 1.3 Harga Bahan Baku dan Produk
Untuk menghitung kebutuhan bahan baku maka harus dikonversikan terlebih dahulu :
Harga trigliserida = 1 mol x 92,09 gr/mol x1 kg/1000gr x Rp62.000/kg
= Rp. 5.709,58,-
Harga Fatty Acid = 1 mol x 256,42 gr/molx1 kg/1000gr x Rp. 490.000/kg
= Rp. 125.654,8,-
Harga gliserol = 1 mol x 92,09 gr/mol x1 kg/1000gr x Rp62.000/kg
= Rp. 5.709,58,-
Analisa ekonomi = Harga Produk – Harga Bahan Baku
= Rp. (490.000 + 62.000) – (Rp. 62.000)
= Rp. 552.000 – Rp. 62.000
= Rp. 490.000 ,-
Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi pabrik akan sangat menentukan


kelangsungan dan perkembangan suatu industri.
Berdasarkan pengamatan, Rokan Hilir, Riau,
dirasa cocok sebagai tempat untuk mendirikan
Pabrik Gliserol.
Pada Atlas Indonesia, dapat dilihat letak propinsi
Riau yang sangat strategis, yaitu dekat dengan
Selat Malaka, yang merupakan pintu gerbang
perdagangan Asia Tenggara khususnya, dekat
dengan Pulau Batam yang terkenal dengan pusat
industri, dekat dengan negara Malaysia dan
Singapura yang merupakan negara tetangga
terdekat yang mempunyai banyak industri.
mempunyai industri.
Thankyou for your attention 

Anda mungkin juga menyukai