Laporan Pendahuluan Hematoma
Laporan Pendahuluan Hematoma
Laporan Pendahuluan Hematoma
INTRACEREBRAL HEMATOMA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perdarahan intracerebral merupakan penyabab Cerebrovaskular Accident yang ketiga.
Perdarahan yang terjadi pada memar otak dapat membesar menjadi hematom
intraserebral. Kelainan ini sering ditemukan pada penderita trauma kepala. Lebih dari 50
% penderita dengan hematom intracerebral disertai hematom epidural atau hematom
subdural. Paling banyak terjadi di lobus frontalis atau temporalis, dan tidak jarang
ditemukan multipel.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teori intracerebral hematoma meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, prognosis, pathway.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan intracerebral hematoma
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencana
keperawatan
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Perdarahan intracerebral atau intracranial termasuk perdarahan ke dalam ruang
subarachnoid atau ke dalam jaringan otak sendiri.
2. Etiologi
Penyabab perdarahan otak yang paling lazim ialah :
a. Aneurysma Berry- biasanya defek congenital
b. Aneurysma fusiformis- dari arteriosclerosis
c. Aneurysma mycotik – dari vasculitis nekrose dan emboli septis
d. Malformasi arteriovenus – kacau, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
sehingga darah arteri langsung masuk vena
e. Ruptur arteriol cerebral – akibat hipertensi, yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
3. Patofisiologi
Ada kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid perdarahan
intraserebral atau kombinasi kedua – duanya. Tempat yang paling sering dari aneurysma
Berry adalah belahan anterior dari Cicle of Willis pada sambungan antara carotis interna
dan arteri communicant posterior. Aneurysma multiple ditemukan pada banyak orang.
Rupture aneurysma terjadi bila timbul lobang pada aneurysma, perdarahan menyebar
dengan cepat, menimbulkan perubahan- perubahan setempat dan iritasi pada pembuluh-
pembuluh otak. Perdarahan biasanya suka berhenti karena pembentukan sumbatan olaeh
fimbrae thrombosit dan oleh himpitan jaringan. Setelah 3 minggu darah mulai diresorpsi.
Rupture ulangan merupakan resiko serius 7 atau 10 hari setelah perdarahan yang pertama.
Rupture dari pembuluh dpat berakibat terhentinya aliran darah ke daerah tertentu, tombul
ischemi focal dan infark jaringan otak. Tambahan pula bahwa keluarnya darah yang
mendadak bias menimbulkan gegar otak dan hilang kesadaran. Juga menimbulkan
peningkatan tekanan cairan cerebrospinal dan menimbulkan geseran otak. Perdarahan
yang masuk ke dalam jaringan otak dapat menimbulkan kerusakan pada otak akibat otak
terbelah sepanjang jaring serabut. Tambahan lagi perdarahan dapat mengisi sistem
ventrikel atau hemoton yang merusak jaringan otak.
Darah itu sendiri bisa merupakan bahan yang merusak dan bila terjadi hemolise, darah
mengiritasi pembuluh darah, meninges, dan otak. Darah dan bahan vasoaktif yang dilepas
mendorong spasmus arteri, yang berakibat menurunkan perfusi cerebral. Spasmus arteri
atau vasospasmus biasanya terjadi 4 sampai 10 hari setelah perdarahan dan menyebabkan
konstriksi arteri otak. Vasospasmus merupakan komplikasi yang serius , bisa berakibat
terjadinya penurunan focal neurologis, iscemi otak dan infark.
Infark otak
Penurunan Kesadaran
Tekanan meningkat, Nyeri kepala
Muntah, Tachicardia, Dilatasi pupil
fotofobia, Penglihatan kabur, Visus menurun
Gangguan sensori dan motorik
5. Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
6. Pathway
Aneurysma berry, aneurysma fusiformis,
aneurysma mycotik, malformasi arteriovenus, rupture arteriol cerebral
Perdarahan otak
Iskemia jaringan otak
Infark otak
Penurunan Kesadaran
Tekanan meningkat, Nyeri kepala
Muntah, Tachicardia, Dilatasi pupil
fotofobia, Penglihatan kabur, Visus menurun
Gangguan sensori dan motorik
7. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian tekanan intrakranial
c. Anticonvulsant.
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi, Diuretika dan kortikosteroid
tetapi dapat memberi kerugian, misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan
lambung (stress ulcer).
Perdarahan sub arakhnoids:
a. Pemberian oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
b. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis perlu dipertimbangkan.
c. Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-peritoneal (VP Shunt).
d. Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi operasi segera sesudah
perdarahan berbahaya karena “retraksi otak” (Non compliant Brain), dapat menimbulkan
iskemik otak.
8. Prognosis
Kira-kira 50 % pasien dengan ruotur aneurysma dapat sembuh dari episode awal, tapi 50
% lagi akan terus mengalami perdarahn ulang bila tidak diobati. Hemoragi ulangan akan
terjadi dalam 2 minggu dan bahaya maut bias mengancam setiap episode perdarahan.
9. Pengkajian
a. Data subyektif meliputi :
1) Pengertian pasien tentng penyakit atau gejalanya
2) Karakteristik serangan gejala
3) Ada sakit kepala – bagaimana sifat dan lokasinya
4) Defisit sensori
5) Kemampuan melihat- fotofobia
6) Ada mual dan muntah
Retina
· Retina dilindungi oleh sclera (lapisan luar yang kuat) dan koroid (lapisan pembuluh
darah)
· retina merupakan lapisan yang tipis dan rentan. Jika teregang atau ditembus oleh
benda asing, dapat terjadi pelepasan retina
· perdarahan retina dapat terjadi akibat trauma langsung maupun tak langsung
· retina menjadi putih jika mengalami pembengkakan
· kerusakan macula dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan tanpa
menyebabkan kebutaan total. 1
II. PEMBAHASAN
1. TRAUMA PALPEBRA
Etiologi: trauma palpebra dapat terjadi pada hampir semua trauma wajah. Tipe dari trauma
palpebra adalah:
· laserasi palpebra dengan terlibatnya margin palpebra
· avulsi palpebra pada kantus medialis dengan avulse kanalikulus akrimalis
gambaran klinis: meningkatnya vaskularisasi dan jaringan palpebra yang rapuh
menyebabkan palpebra mudah berdarah ketika terjadi trauma. Dapat terjadi hematom dan
pembengkakkan yang berat. Abrasi biasanya hanya melibatkan lapisan atas kulit, namun
luka tusuk, luka sayat, dan dan semua avulse palpebra akibat trauma tumpul biasanya
melibatkan seluruh lapisan palpebra. Luka gigitan (seperti gigitan anjing) biasanya diikuti
dengan trauma pada system lakrimalis.
Terapi : pembedahan papebra, terutama pada laserasi yang mlibatkan margin palpebra,
harus dilakukan dengan hati-hati. Luka harus ditutup lapis demi lapis, dan tepinya harus
disatukan dengan tepat untuk menghindari komplikasi seperti sikatriks ektropin.
Pembengkakan palpebra sebaiknya ditangani dengan bebat tekan dan kompres es.
1. Hematoma Kelopak
Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah
kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma kelopak merupakan
kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat akibat pukula
tinju, ataupun benda-benda keras lainnya. Keadaan ini memberikan bentuk yang
menakutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya karena
mungkin ada kelainan lain di belakangnya.
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca
mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini diseut sebagai hematoma kaca mata.
Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi
akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada
pecahnya a.oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura
orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak
maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kaca
mata.
Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan
perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi
darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata.
8. Trauma Koroid
Ruptur Koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat
ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar
konsentris di sekitar papil saraf optik.
Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam
penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina
agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat
bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
Penggolongan tingkatan dan prognosis dari luka bakar kimia ditentukan berdasarkan
jumlah kerusakan kornea dan iskemia limbus, dimana setiap hilangnya arsitektur
pembuluh darah normal konjungtiva disekitar kornea. Iskemia limbus adalah salah satu
faktor klinis yang amat penting karena menunjukkan tingkat kerusakan pada pembuluh
darah limbus dan mengindikasikan kemampuan sel induk kornea (yang terletak di limbus)
untuk meregenerasi kornea yang rusak. Oleh karena itu tidak seperti kondisi trauma pada
mata yang lain, mata yang pucat lebih berbahaya daripada mata yang merah. 4
Trauma Asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama asam yang bersifat anorganik, organik
(asetat, forniat) dan organik anhidrat ( asetat). Bila bahan asam mengenai mata akan
segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi makan tidak akan bersifat destruktif seperti pada trauma
alkali.Biasanya kerusakan terjadi pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan
konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti pada trauma basa, sehingga kerusakan yang
diakibatkan akan lebih dalam.
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama
mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.
Biasanya trauma yang disebabkan oleh asam akan normal kembali, sehingga ketajaman
penglihatan tidak banyak terganggu.
Trauma Basa atau Alkali
Trauma akibat bahan kimia basa akan mengakibatkan kerusakan yang sangat berbahaya
pada mata. Alkali akan menembus kornea dengan cepat karena memiliki sifat baik
hydrophilic dan lipophilic lalu menembus bilik mata depan dan sampai pada jaringan
retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen korena. Bahan kimia
alkali bersifat koagulasi sel dan akan mengakibatkan proses penyabunan disertai
dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7
detik. 2
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah berat kerusakan
kolagen kornea. Alkali yang menembus bola mata akan merusak retina sehingga akan
berakhir dengan kebutaan penderita.
Menurut klasifikasi Thoft trauma basa dapat dibedakan dalam:
Derajat I: hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata.
Derajat II: hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
Derajat III: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
Derajat IV: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
Tindakan yang dilakukan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan
irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila
mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma, penderita
diberikan sikloplegi yang membantu dalam pencegahan spasme siliar dan untuk
menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat mengurangi peradangan,
antibiotika dan EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma
alkali, diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh. 4
Penyulit yang dapat timbul pada trauma alkali adalah simblefaron, kekeruhan kornea,
edema dan neovaskularisai kornea, katarak, disertai ftisis bola mata.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D, Asbury T. General ophthalmology. 8th ed. California: Langs Medical
Publication; 1977. p. 241-4.
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
p. 259-75.
3. Lang, G.A pocket textbook atlas ophthalmology. 2nd ed. New York; Thieme; 2006.
p. 508-9.
4. Trauma Asam [online]. [2008?] [20 Mei 2010]; Diunduh dari:
http://hsilkma.blog.friendster.com/2008/01/trauma-asam
.:[Close]:.
Home
ASUHAN KEPERAWATAN
Home
Unik-Unik
Kesehatan
Askep KMB
Askep Anak
Maternitas
Gawat Darurat
Askep Lainnya
Materi
Menu Lain
PESAN 3 CD KEPERAWATAN DISINI
Terpopuler
Kanker Payudara Kian Mengancam Kita
Askep Ante Natal Care
Kehamilan Trimester 3
Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hipertropi ( BPH )
Konsumsi Kokain Picu Pengecilan Volume Otak
Easing the Seizures, and Stigma, of Epilepsy
Statistik
Trauma mekanik pada mata sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak-anak dan
orang dewasa muda. Pada kelompok inilah trauma pada mata sering terjadi (50%) yaitu
umur kurang dari 18 tahun (di USA).
Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari rongga orbita, rima orbita, alis, tulang
pipi dan hidung, lemak orbita, reflex mengedip, bulu mata, sekresi kelenjar kelopak mata
dan konjungtiva, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata,
tetapi frekwensi kecelakaan masih tinggi. Terlebih - lebih dengan bertambah banyaknya
kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan
bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung
kecelakaan akibat perkelahian, yang juga mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan
mata biasanya terjadi akibat main panahan, ketepel, senapan angin atau akibat lemparan,
tusukan dari gagang mainan.
Sebaiknya bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan
karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan. Adapun pemeriksaan
- pemeriksaan yang diperlukan :
1. Anamnesa
Kapan, dimana, ada saksi atau tidak, bagaimana visus sebelum trauma, penderita memakai
kacamata atau tidak, kalau memakai kacamata pecah atau tidak,apakah ada benda asing
masuk pada mata atau tidak.
2. Status Lokalis
Dilakukan pemeriksaan pada setiap jaringan mata secara teliti dan cermat serta keadaan
sekitar mata.
Trauma mekanik pada mata dibedakan ada 2 macam yaitu :
1). Trauma mekanik tumpul
2). Trauma mekanik tajam.
Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkann tekanan yang sangat tinggi dalam
waktu singkat didalam bola mata. Tekanan dalan bola mata ini akan menyebar antara
cairan vitreus dan sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya
jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah limbus, sudut
iridocorneal, ligamentum zinni dan corpus ciliaris.
Respon jaringan akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler. Dengan adanya
perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel. 2). Reaksi Pembuluh darah.
Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel
endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan.
Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.
A. Palpebra
1. Perdarahan di palpebra = ecchymosis, black eye
Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-biruan, karena
jaringan ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga
dapat menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan hematom
kacamata (bril hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan eksofthalmos. Bila
ecchymosisi tampak segera sesudah trauma, menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh
karenanya harus dilakukan pemeriksaan seksama dari bagian mata yang lainnya. Juga
perlu pemeriksaan foto rontgen tengkorak.
Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24 jam
kemudian kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila
perdarahan timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktura dari dasar
tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai timbulnya ecchymosis dapat diketahui
kurang lebih letak fraktura tesebut. Kalau perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma,
maka frakturanya terletak di belakang sekali.
2. Emfisema palpebra
Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan langsung
antara ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita. Sering
mengenai lamina papyricea os ethmoidalis, yang merupakan dinding medial dari rongga
orbita, karena dinding ini tipis.
Pengobatan : berikan balutan yang kuat untuk mempercepat hilangnya udara dari palpebra
dan dinasehatkan jangan bersin atau membuang ingus karena dapat memperhebat
emfisemanya. Kemudian disusul dengan pengobatan dari frakturanya.
4. Ptosis
Kausa : - parese atau paralise m. palpebra superior (N. III.)
- pseudoptosis, oleh karena edema palpebra
Bila ptosisnya setelah 6 bulan pengobatan denga kortikosteroid dan neurotropik tetap tak
menunjukka perbaikan, mak dilakukan operasi.
B. Konjungtiva
1. Perdarahan subkonjungtiva
Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar, kecil tanpa atau dsertai peradangan
mata.
Pengobatannya, simptomatis dengan Sulfazinci, antibiotika bila taku terkena infeksi.
Perdarahannya sendiri dapat diabsorbsi dalam 1 – 2 minggu, yang dapat dipercepat
dengan pemberian kompres hangat selam 10 menit setiap kali. Kompres hangat jangan
diberikan pada hari pertama, karena dapat memperhebat perdarahannya, pada waktu ini
sebaiknya diberikan kompres dingin.
2. Edema
Bila masif dan terletak sentral dapat mengganggu visus. Kondisi ini dapat diatasi dengan
jalan reposisi konjungtiva atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi jalan untuk
mengurangi edema tersebut. Dapat juga dibantu dengan cairan saline yang hipertonik
untuk mempercepat penyerapan.
3. Laserasi
Bila laserasi sedikit ( < 1 cm) dapat diberi antibiotika untuk membatasi kerusakan. Daya
regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga akan tumbuh dalam beberapa hari. Bila
> 1 cm dijahit dan diberikan antibiotika.
C. Kornea
1. Erosi Kornea
Bila pennderita mengeluh nyeri, photofobi, epifora, blefarospasme, perlu kita lakukan
pemeriksaan pengecatan fluorescein. Bila (+) berarti sebagian kornea tampak hijau yang
berarti ada suatu lesi atau erosi kornea. Pengobatan dengan bebat mata dan diharapkan 1 -
2 hari terjadi penyembuhan. Bila erosi luas maka perlu tambahan antibiotika.
2. Edema Kornea
Dapat berupa edema yang datar atau edema yang melipat dan menekuk ke dalam masuk
ke membran bowman dan descemet. Pengobatan dengan bebat mata dan antibiotika,
kadang-kadang diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea pada fase
penyembuhan.
E. Iris
1. Iridoplegi
Merupakan kelumpuhan otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis. Iridoplegi ini
dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatan sebaiknya istirahat
untuk mencegah terjadi kelelahan sfinter dan pemberian roboransia.
2. Iridodialisis
Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada
pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris
tempat iridodialisa. Pada pemerisaan oftalmoskop terdapat warna merah pada pupil dan
juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan reflek fundus.Pengobatan dapat dicoba
dengan midriatika, sehingga pupil menjadi lebar dan menekan pada akarnya. Istirahat
ditempat tidur. Mata ditutup. Bila menimbulkan diplopia, dilakukan reposisi, dimana iris
dikaitkan pada sclera.
F. Pupil
1. Midriasis
Disebabkan iriodoplegi, akibat parese serabut saraf yang mengurus otot sfingter pupil.
Iridoplegi ini dapat terjadi temporer 2 – 3 minggu, dapat juga permanen, tergantung
adanya parese atau paralise dari otot tersebut. Dalam waktu ini mata terasa silau.
Pengobatan sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfingter dan pemberian
roboransia.
G. Lensa
1. Dislokasi Lensa
Dislokasi lensa terjadi karena ruptura dari zonula zinni. Dapat sebagian (subluksasi),
dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan dapat pula ke belakang. Bila tak
menimbulkan penyulit glaucoma atau uveitis, dibiarkan saja, dengan memberi koreksi
keadaan refraksinya. Baru dilakukan ekstraksi lensa bila kemudian timbul penyulit
glaucoma, uveitis dan katarak, setelah glaucoma dan uveitisnya diredakan dahulu.
2. Katarak Traumatika
Katarak ini timbul karena gangguan nutrisi. Ada macam-macam katarak traumatika yaitu
vosius ring, berbentuk roset(bintang), dengan kapsula lensa yang keriput. Pengobatan
tergantung saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan
kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia dapat dipasang lensa
intraokuler primer atau sekunder. Pada katarak trauma bila tidak terjadi penyulit dapat
ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaucoma, uveitis dan
lai sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.
H. Badan Kaca
1. Perdarahan Badan Kaca
Darah berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Karenanya bila terdapat perdarahan
didalam badan kaca, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, untuk mengetahui
keadaan dibagian posterior mata.
Pengobatan dapat diberikan koagulansia per oral atau parenteral disamping istirahat di
tempat tidur. Tindakan operatif vitrektomi, baru dilakukan bila setelah 6 bulan dilakukan
pengobatan, masih terdapat kekeruhan, untuk memperbaiki tajam penglihatan.
I. Retina
1. Edema Retina
Edema retina biasanya didaerah polus posterior dekat macula atau di perifer. Tampak
retina dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus sentral terganggu dengan skotoma
sentralis. Dengan istirahat, edema dapat diserap dan refleks fovea tampak kembali. Untuk
mempercepat penyerapan dapat disuntikkan kortison subkonjungtiva 0,5 cc 2 kali
seminggu.
2. Ruptura Retina
Robekan pada retina menyebabkan ablasi retina = retinal detachment. Umumnya robekan
berupa huruf V didapatkan di daerah temporal atas. Melalui robekan ini, cairan badan
kaca masuk ke celah potensial di antara sel epitel pigmen dan lapisan batang dan kerucut,
sehingga visus dapat menurun, lapang pandang mengecil, yang sering berakhir kebutaan,
bila terdapat ablasi total.
Pengobatan harus dilakukan segera, dimana prinsipnya dilakukan pengeluaran cairan
subretina, koagulasi ruptura dengan diatermi.
3. Perdarahan Retina
Dapat timbul bila trauma tumpul menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bentuk
perdarahan tergantung lokalisasinya. Bila terdapat dilapisan serabut saraf tampak sebagai
bulu ayam, bila tampak lebih keluar tampak sebagai bercak yang berbatas tegas,
perdarahan di depan retina mempunyai permukaan yang datar di bagian atas dan cembung
di bagian bawah. Darahnya dapat pula masuk ke badan kaca. Penderita mengeluh terdapat
bayangan-bayangan hitam di lapangan penglihatannya, kalau banyak masuk kedalam
badan kaca dapat menutup jalannya cahaya, sehingga visus terganggu.
Pengobatan dengan istirahat di tempat tidur, istirahat mata, di beri koagulansia, bila
masuk ke badan kaca diobati sebagai perdarahan badan kaca.
J. Sklera
1. Robekan Sklera
Kalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan robekannya dijahit. Pada robekan
yang besar lebih baik dilakukan enukleasi bulbi, untuk hindarkan oftalmia simpatika.
Robekan ini biasanya terletak di bagian atas.
K. Nervus Optikus
1. Avulsi Papil saraf Optik
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata.
Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering
berakhir dengan kebutaan.Penderita ini perlu dinilai kelainan fungsi retina dan saraf
optiknya.
L. Eksoftalmos
Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber berasal dari A. Oftalmika beserta cabang-
cabangnya. Dengan istirahat di tempat tidur perdarahan diserap kembali, juga diber
koagulansia. Bila eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada aneurisma antara
arteri karotis interna dan sinus kavernosus.
Pengobatan : pengikatan pada a. karotis sisi yang sama.
B. Konjungtiva
1. Perdarahan
Penatalaksanaan sama dengan rudapaksa mata mekanis tumpul.
2. Robekan
Bila kurang dari 1 cm tidak dijahit, diberikan anestesi lokal. Bila lebih dari 1 cm dijahit
denga benang cut gut atau sutera berjarak 0,5 cm antara tiap-tiap jahitan. Diberikan
antibiotika lokal selam 5 hari dan bebat mata untuk 1 - 2 hari.
C. Kornea
1. Erosi Kornea
Penatalaksanaan seperti rudapaksa tumpul.
2. Luka Tembus Kornea
Dari anamnesa didapatkan teraba nyeri, epifora, photofobi dan blefarospasme. Pada
pemeriksaan didapat tes fluorescein (+).
Pengobatan: tanpa mengingat jarak waktu antara kecelakaan dan pemeriksaan, tiap luka
terbuka kornea yang masih menunjukkan tanda-tanda adanya kebocoran harus diusahakan
dijahit. Jaringa intraokuler yang keluar dari luka, missal: badan kaca, prolap iris sebaiknya
dipotong sebelum luka dijahit. Janganlah sekali-kali dimasukkan dalam bolamata. Jahitan
kornea dilakukan secara lamellar untuk menghindari terjadinya fistel melalui bekas
jahitan. Luka sesudah dijahit dapat ditutup lembaran konjungtiva yang terdekat. Tindakan
ini dapat dianggap dapat mempercepat epitelialisasi. Diberikan antibiotika lokal dalam
bentuk salep, tetes atau subkonjungtiva. Atropin tetes 0,5 – 1% tiap hari. Dosis dikurangi
bila pupil sudah cukup lebar. Bila ada tanda-tanda glaucoma sekunder dapat diberikan
tablet. Analgetik, antiinflamasi, koagulasi dapat diberika bila perlu.
3. Ulkus Kornea
Sebagian besar disebabkan oleh trauma yang mengalami infeksi sekunder. Dari anamnesa
teraba nyeri, epifora, photofobi, dan blefarospasme. Dari pemeriksaan nampak kornea
yang edema dan keruh dan tes flurescein (+).
Pengobatan dapat diberikan antibiotika lokal tetes, salep atau subkonjuntiva, scraping
atau pembersihan jaringan nekrotik secara hati-hati bagian dari ulkus yang nampak kotor,
aplikasi panas, cryo terapi.
D. Sklera
1. Luka Terbuka atau Tembus
Luka ini lekas tertutup oleh konjungtiva sehingga kadang sukar diketahui. Luka tembus
sclera harus dipertimbangkan apabila dibawah konjungtiva nampak jaringan hitam
(koroid).
Pengobatan: sama dengan luka tembus pada kornea. Bila luka sangat besar dan diragukan
bahwa mata tersebut masih dapat berfungsi untuk melihat, maka sebaiknya dienukleasi
untuk menghindarkan timbulnya oftalmia simpatika pada mata yang sehat.
E. Badan Siliar
1. Luka pada Badan Siliar
Luka disini mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan terbesar dapat
menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis, yang dapat berakhir dengan ptisis bulbi pada
mata yang terkena trauma, sedang pada mata yang sehat dapat timbul oftalmia simpatika.
Oleh karena itu bila lukanya besar, disertai prolaps isi bola mata sehingga mata mungkin
tak dapat melihat lagi, sebaiknya dilakukan enukleasi bulbi supaya mata yang sehat masih
tetap baik.
H. Lensa
1. Dislokasi Lensa
Penatalaksanaan sama dengan trauma mekanik tumpul.
2. Katarak
Penatalaksanaan sama denga trauma mekanik tumpul.
I. Segmen Posterior
Penatalaksanaan sama denga trauma mekanik tumpul.
PENUTUP :
Trauma mekanik mata merupakan keadaan darurat mata, karena dapat terjadi bermacam-
macam kerusakan yang bila tidak segera mendapat pertolongan dapat mengakibatkan
penurunan fungsi mata atau berakhir dengan kebutaan.
Oleh karena itu alangkah baiknya kelak sebagai dokter umum juga waspada akan akibat
rudapaksa ini dan segera menanggulanginya, mana yang dapat diobati sendiri dan mana
yang harus dirujuk.
DAFTAR PUSTAKA
Vaughn D et all : General Ophthalmology, Lange Medical Publication, 14th ed, 1989, pp
356 – 363
Sidarta Ilyas : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
266 – 278
Artikel Terkait:
Pengikut
Arsip
► 2012 (770)
▼ 2011 (2476)
► 25 Desember - 1 Januari (336)
► 18 Desember - 25 Desember (62)
► 11 Desember - 18 Desember (70)
► 4 Desember - 11 Desember (77)
► 27 November - 4 Desember (40)
► 20 November - 27 November (67)
► 13 November - 20 November (198)
► 6 November - 13 November (187)
► 30 Oktober - 6 November (340)
► 23 Oktober - 30 Oktober (32)
► 16 Oktober - 23 Oktober (109)
► 9 Oktober - 16 Oktober (80)
► 24 Juli - 31 Juli (1)
► 22 Mei - 29 Mei (22)
► 15 Mei - 22 Mei (61)
▼ 10 April - 17 April (77)
Askep Maternitas Pasien Abortus Iminens
Keperawatan Maternitas Abortus
Keperawataan Maternitas Ante Natal Care
Askep Maternitas Pasien Dengan Hipertensi Gravidar...
Askep Pasien Dengan Kanker Ovarium
Askep Pasien Dengan Kista Ovarii
Askep Maternitas Pada Nifas dan Sectio Caesarea
Askep Pasien Dengan Ibu Persalinan Normal
Askep Maternitas Pasien Placenta Previa
Askep Pada Pasien Post Partum
Askep Pada Pasien Dengan Pre dan Post Sectio Caesa...
Askep Maternitas Pada Pasien Dengan Post Partum Fi...
Askep Pasien Dengan Pre Eklampsia
Askep Pasien Serotinus; Kehamilan Post Matur dan K...
Askep Serotinus dan Sectio caesarea Sc
Askep Pasien Dengan Trauma Thorax, Pneumothorax/He...
Askep Pada Pasien Trauma Mekanik Mata
Askep Pasien Dengan Trauma Mata
Askep Pasien Dengan Trauma Dada
Askep Pada Pasien Tetanus
Intervensi Klien Dengan Syok
Askep Pada Pasien Dengan Tonsilitis Akut; Tonsilek...
Askep Pasien Syok
Askep Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Atelektasis
Askep Tuberculosis Paru Dengan Efusi Pleura
Askep Pasien Tuberculosis Paru dan Hemaptoe
Askep Pada Pasien Tumor Otak; Tumor Intrakranial
Askep Tumor Paru, Karsinoma Bronkogenik
Askep Pasien Varises Troncal dan Varises Retikular...
Askep Pada Pasien Dengan Ventilasi Mekanik, Ventil...
Askep Pada Pasien Dengan Pneumonia
Askep Pasien Penderita CVP, Kateterisasi Vena Sent...
Askep Pasien Dengan Pemakaian Kateter CVP
Askep Pasien Dengan Penyakit Jantung Koroner
Askep Pada Pasien Peritonitis
Askep Pada Pasien Pneumonia dan Gagal Nafas
Askep Pada Pasien Polip Hidung
Askep Pada Pasien Post Operasi Trepanasi Indikasi ...
Askep Pasien Sirosis Hepatis dan Hematemesis Melen...
Intervensi Klien Dengan Shock
Askep Pasien Dengan Sinusitis
Askep Pasien Stenosis Mitral
Askep Stroke Hemoragic; Cva Bleeding
Askep Pasien Payah Jantung, Odem Paru dan Gagal Na...
Askep Pada Pasien Gagal Nafas; Bantuan Ventilasi M...
Askep Pasien Gastritis dan Hematmesis Melena
Askep Pasien Dengan Glaukoma
Askep Pasien Dengan Hiv Aids
Askep Pada Pasien Dengan Kardiomiopati
Askep Pasien Dengan Katarak
Askep Pasien Ketoacidosis Diabetes
Askep Pasien Dengan Laparotomi
Askep Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin
Askep Pada Pasien Dengan Penyakit Mastoiditis
Askep Pada Pasien Meningitis
Askep Pasien Otitis Media Kronik
Askep Pasien Otitis Media Supuratif Kronik Maligna...
Askep Gawat Darurat Pasien Payah Jantung, Odem Par...
Askep Pada Pasien Abses Paru
Askep Ards; Adult Respiratory Distress Syndrome, P...
Askep Pasien Akut Miocard Infark
Askep Benigna Prostat Hiperplasia; bph
Askep Pada Pasien Bronkiektasis
Askep Pasien Cidera Kepala
Askep Medikal Bedah Pada Pasien Cedera Kepala
Askep Pasien Fraktur Cervicalis
Keperawatan Jiwa Terapi Keluarga: Family Intervent...
Askep Jiwa Retardasi Mental; Kecacatan Mental
Askep Jiwa Perubahan Isi Pikir; Waham
Askep Jiwa Pasien Gangguan Alam Perasaan Mania
Keperawatan Jiwa; Bunuh Diri dan Depresi
Askep Jiwa Gangguan Konsep Diri; Harga Diri Rendah...
Mengapa Remaja Bunuh Diri?
Askep Jiwa Pasien Perilaku Bunuh Diri
Askep Jiwa Pasien Perilaku Kekerasan
Sindroma Otak Organik Karena Epilepsi
askep jiwa pasien skizofrenia katatonik
► 20 Maret - 27 Maret (9)
► 13 Maret - 20 Maret (29)
► 6 Maret - 13 Maret (20)
► 27 Februari - 6 Maret (19)
► 20 Februari - 27 Februari (5)
► 13 Februari - 20 Februari (10)
► 6 Februari - 13 Februari (102)
► 30 Januari - 6 Februari (124)
► 23 Januari - 30 Januari (60)
► 16 Januari - 23 Januari (125)
► 9 Januari - 16 Januari (144)
► 2 Januari - 9 Januari (70)
► 2010 (142)
► 2009 (10)
Daftar
On The Spot
Cara Membaca Pikiran Pasangan
ozan's blog
Download Once Upon A Time In Seoul (2008)
ASUHAN KEPERAWATAN
Kanker Payudara Kian Mengancam Kita
Driver Software
Network LookOut Administrator Professional v3.4.1 Software
Driver Freeware
Printer Canon Series
Perawat Kita
Fisiologi Kehamilan
Askep
DISLOKASI & SUBLUKSASI
Rohimin Blog's
Asuhan Keperawatan HIV - AIDS
Keperawatan
Efusi Pleura
Nursing Academy
Askep Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin
Askep Anak
UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI KESULITAN
Askep Jiwa
Asuhan Keperawatan Diare
Askep Maternitas, Jiwa, Anak, Medikal Bedah dll
Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Nafas
Ujang Blog's
Asuhan Keperawatan Aritmia Jantung
Nurs Blog
Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Nafas
Askep ICU dan KGD
Asuhan Keperawatan Angina Pektoris
Perawat Online
Imunisasi
Blog Zulfi
Asuhan Keperawatan Fraktur Cervicalis
Asuhan Keperawatan
Batu Empedu
Laporan Perawat
Asuhan Keperawatan Hepatitis
Blog's Eddie
Hiperemesis Gravidarum
Mantri - Suster
Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome) Pre
Acut / Post Acut Care
Perawat NgeBlog's
Askep Cholelithiasis; Batu Empedu
Ozan's Blog
Asuhan Keperawatan Basalioma Nasolabial Sinistra
Unik-unik
10 Air Terjun Terindah di Dunia
Learning by doing
Dynamic Views for Readers - Solusi Akses Blog dengan Koneksi Lemot
Free Download Movies
Armored 2009
Daftar blog
BLI Tak Salahkan Persipura
Jus Blog
Helikopter Berukuran Kotak Rokok
asuhan keperawatan (askep) pada klien dengan penyakit:dalam
,bedah,anak,kebidanan,gawat darurat,icu,medical bedah dll
adidas | adidas indonesia | bola | sepatu | futsal | kaos | sandal | diskon - Adidas Indonesia
Store
kumpulanaskep.com Kumpulan Asuhan Keperawatan dan Materi Keperawatan