-> Contents
Learning to Live Together
2
www.unesco.org/education
3
UNESCO Guidelines for Intercultural Education,p.14.
4
Kul Gautam, Towards a World Fit for Children, WCC Journal on Health and Healing, Issue No 179, January 2005, p. 5
"Anak harus sepenuhnya siap menjalani kehidupan sebagai individu dalam masyarakat, dan
memelihara semangat atas cita-cita yang tercantum dalam Piagam PBB, khususnya dalam
menyalurkan semangat perdamaian, menjunjung martabat, toleransi, kebebasan, kesetaraan
dan solidaritas ".
Isi pasal juga menyatakan bahwa:
“Oleh karena itu, maka pentingnya tradisi dan nilai-nilai budaya dari masing-masing orang
harus dijunjung tinggi demi perlindungan dan perkembangan anak secara harmonis.”5
Setiap anak ibarat suatu perjanjian, suatu hadiah suci, maupun suatu tanda kehidupan di masa
depan. Oleh karena itu, tantangan di depan kita menyangkut tentang bagaimana
memberdayakan anak-anak dan meningkatkan kemampuan bawaan mereka untuk kehidupan
positif dan penuh harapan.
Dalam menghadapi tantangan ini, para pemprakarsa Pendidikan Etika Antaragama secara
spesifik menyatakan perspektif mereka:
“Kami membayangkan sebuah dunia di mana semua anak diberdayakan untuk
mengembangkan spiritualitas mereka—merangkul nilai-nilai etika, belajar untuk hidup
bersolidaritas dengan orang-orang dari berbagai agama dan budaya, serta membangun iman
kepercayaan untuk sesuatu disebut sebagai Tuhan, ‘Ultimate reality’ atau Hadirat Ilahi.”6
Pemprakarsa Pendidikan Etika Antaragama berpegang pada keyakinan bahwa:
"Pendidikan Etika akan meningkatkan kemampuan bawaan anak-anak untuk berkontribusi
secara positif atas kesejahteraan rekan-rekan, keluarga mereka, dan masyarakat, kemudian
pada masanya akan membantu seluruh umat manusia untuk berkembang dalam lingkungan
penuh keadilan, perdamaian, kasih sayang, harapan dan bermartabat.” 7
Peduli pada anak-anak tidak hanya menjadi suatu impian, melainkan suatu kewajiban etis
kolektif.
Anak-anak—sebuah hadiah dan tanggung jawab
Di satu sisi anak-anak adalah 'milik' kami. Kami membawa mereka ke dunia; mereka berada
dalam pengasuhan kami. Namun, kami tidak memiliki mereka sepenuhnya. Mereka adalah
individu dengan hak mereka sendiri, siap untuk berkembang menjadi apa yang mereka
inginkan. Seperti yang diekspresikan Khalil Gibran dalam The Prophet:
And a woman who held a babe against her bosom said, “Speak to us of Children.”
And he said:
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you, yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them, but seek not to make them like you,
For life goes not backward nor tarries with yesterday…8
Setiap orang tua, setiap orang dewasa, tentu menghadapi dilema. Di satu sisi, kami diberi
karunia berupa anak-anak; mereka dalam perawatan kami, dan kami memiliki tanggung
jawab dan kesempatan untuk membimbing mereka saat mereka tumbuh menjadi dewasa.
Pada saat yang sama, kami tidak ingin memaksakan sudut pandang kami pada anak-anak
kami, yang mungkin akan membatasi kebebasan mereka untuk terlibat dengan kehidupan
yang telah mereka jalani, belajar dari hal tersebut mereka membentuk nilai-nilai mereka
5
Preamble of the Convention on the Rights of the Child
6
The vision document of the Interfaith Council on Ethics Education for Children
7
Ibid
8
Khalil Gibran, The Prophet, Chapter entitled: Children, Arrow Books Ltd, New York, 1991.
sendiri. Kami memberikan itu kepada mereka, dan kepada dunia, kami membesarkan dan
mendidik anak-anak dengan penuh tanggung jawab, kebijaksanaan, dan kesederhanaan.
(Tetapi,)
Visi dan misi Dewan Antaragama beresonansi khususnya dengan artikel-artikel dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang membahas: hak untuk kebebasan berpikir dan
berkeyakinan, berpendapat dan berekspresi; mendapatkan pendidikan dan beristirahat serta
berekreasi; untuk standar hidup yang memadai dan perawatan medis; dan partisipasi dalam
kehidupan masyarakat yang berbudaya. Dewan Antaragama meyetujui sepenuhnya atas
Konvensi Hak Anak. Pembelajaran hidup berdampingan menanggapi, khususnya, untuk
pasal 29, yang menyatakan bahwa pendidikan anak harus diarahkan untuk:
9
9 Dorothy Law Nolte, Children Learn What They Live, Workman Publishing Company, New York, 1998
a) Pengembangan dari kepribadian anak, bakat dan kemampuan mental serta fisiknya
untuk potensi mereka sepenuhnya.
b) Pengembangan dari rasa hormat atas hak asasi manusia dan kebebasan, serta untuk
prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Piagam PBB.
c) Pengembangan dari rasa hormat terhadap orang tuanya, identitas budaya, bahasa,
dan norma, nilai-nilai nasional dari negara di mana anak itu tinggal, negara dari
mana anak tersebut berasal, dan untuk kebudayaan yang berbeda dari dirinya
sendiri.
d) Persiapan bagi anak agar hidup bertanggung jawab dalam masyarakat bebas,
dalam semangat untuk saling memahami, perdamaian, toleransi, kesetaraan
gender, dan persahabatan antara sesama, etnis, kelompok nasionalis dan religius
serta kaum pribumi.
e) Pengembangan untuk memelihara lingkungan alam.
Konvensi Hak Anak menyiapkan instrumen untuk pendekatan dengan bertanggung jawab ke
anak-anak. CRC, yang telah ditandatangani oleh semua bangsa dan diratifikasi oleh semua
kecuali dua negara, menunjukkan tiga bidang atas hak-hak anak. Semua anak memiliki hak
untuk:
> Hidup, kesehatan, pendidikan dan perkembangan.
> Keselamatan dan perlindungan.
> Partisipasi.
CRC memiliki empat prinsip umum untuk melindungi hak-hak anak secara keseluruhan:
> Hak untuk kelangsungan hidup dan perkembangan.
> Hak untuk tidak didiskriminasi.
> Hak untuk didengar.
> Perhatian yang terbaik bagi anak.
Belajar untuk Hidup Berdampingan telah dikembangkan sebagai kontribusi untuk merealisasi
hak anak atas pendidikan dan berkembang sepenuhnya, baik untuk kesehatan fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial, sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak.
Selama ini, orang telah hidup berdampingan di dalam masyarakat, peraturan moral dan
perilaku dibutuhkan untuk kesejahteraan masyarakat—hal ini disebut etika. Penting diingat
bagi pengguna Belajar untuk Hidup Berdampingan untuk memiliki beberapa kesepakatan
tentang apa itu etika, nilai-nilai dan pendidikan moral serta makna dari hal-hal tersebut.
Jika kita bertanya, "Apa etika bagi Anda?" Ada bisa mendapatkan beberapa jawaban yang
berbeda:
"Etika hubungannya dengan apa yang perasaan saya katakan kepada saya, benar atau salah."
"Etika hubungannya dengan agama saya."
"Beretika dengan melakukan apa yang sesuai dengan hukum."
"Etika adalah standar perilakuyang diterima masyarakat kita."
Orang cenderung menyamakan etika dengan perasaan mereka. Akan tetapi, menjadi beretika
bukan hanya masalah yang menyangkut perasaan seseorang. Perasaan tentu tidak memiliki
dasar untuk menentukan mana yang beretika dan yang tidak. Begitu pun dengan seseorang
yang secara lengkap mengidentifikasi etika dengan agama. Agama cenderung menganjurkan
standar etika tinggi. Namun, jika etika terbatas oleh agama, maka etika hanya akan berlaku
untuk orang-orang religius. Etika berlaku atas perilaku orang yang menganut suatu agama
maupun dengan yang tidak menganut.
Menjadi etis juga tidak hanya sekedar mengikuti hukum. Hukum sering menggabungkan
standar etika yang sebagian besar dipatuhi masyarakat. Akan tetapi, hukum, seperti halnya
perasaan, dapat menyimpang dari apa yang disebut sebagai etika. Sejarah menguasai
masyarakat dengan hukum yang melegitimasi perbudakan. Pada beberapa masyarakat, peran
sekunder wanita diabadikan dalam hukum. Mungkin masih ada diantara para perempuan hari
ketika hukum melarang mereka untuk memberikan suara saat pemilihan umum.
Beretika juga tidak sama dengan melakukan ‘apapun yang diterima di masyarakat’. Standar
perilaku dalam masyarakat dapat menyimpang dari apa yang disebut etis. Apalagi jika
perilaku etis termasuk dalam melakukan hal ‘apapun yang diterima masyarakat’, yang
pertama harus menentukan letak tolak ukur atau standar tersebut. Pada berbagai isu yang
diperdebatkan, terlalu campuraduk, maka survey yang dilakukan tidak dapat terpenuhi.
Bahkan, kurangnya kesepakatan dalam masyarakat akan menghalangi kejelasan artikulasi
dari perilaku beretika.
Lalu? Apa sih etika itu? Pertama, etika secara seksama mengacu pada standar benar dan salah
yang kemudian dapat menentukan apa yang harus dilakukan oleh manusia, biasanya dalam
hal hak, kewajiban, berguna bagi masyarakat, keadilan, atau suatu kebajikan tertentu. Etika
mengacu pada standar kewajiban layak yang telah ditentukan untuk menjauhkan diri dari
perkosaan, pencurian, pembunuhan, penyerangan, fitnah dan penipuan. Standar etika juga
mendorong untuk berbuat kebaikan, seperti kejujuran, rasa belas kasihan, dan loyalitas, serta
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sosiolog Johan Galtung memberikan pertanyaan
kepada orang-orang dari sekitar 50 negara tentang ‘apa hal yang mereka tidak bisa lakukan
tanpa adanya sesuatu itu’, dan disimpulkan dari survei ini berupa kebutuhan dasar manusia
seperti kesejahteraan, identitas, dan kebebasan.10
Kedua, etika mengacu pada studi dan pengembangan standar etika. Karena perasaan, hukum
dan norma-norma sosial dapat menyimpang dari apa yang disebut etis, dengan demikian perlu
untuk memeriksa standar seseorang untuk memastikan bahwa mereka layak disebut beretika.
Etika juga berarti, upaya yang dilakukan secara terus-menerus untuk mempelajari keyakinan
moral kita dan perilaku moral, dan berjuang untuk memastikan bahwa kami dan bangsa-
bangsa serta lembaga yang telah kami bantu untuk bentuk, hidup untuk standar yang layak
dan berpengalaman, baik dalam sistem kepercayaan agama dan budaya atau instrument
internasional.11
Para filsuf Perancis Paul Ricœur13 dan Guy Bourgeault14, misalnya, umumnya menerapkan
istilah 'etika' untuk refleksi mendasar pada pertanyaan penting terkait perilaku manusia
(misalnya, akhir dan makna kehidupan, dasar kewajiban dan tanggung jawab, sifat baik dan
jahat, nilai hati nurani moral) dan istilah 'moral' untuk diaplikasikan pada sesuatu yang
konkrit berupa tindakan. Selanjutnya, 'etika' cenderung menyiratkan pertanyaan dan
membuka pikiran atau jiwa, sementara 'moral' lebih sering mengacu pada sistem yang
didefinisikan dari norma, perwujudan atas suatu aturan yang berorientasi terhadap tindakan.
Mungkin ada banyak sumber untuk perilaku etis, dan pertanyaan utamanya adalah seberapa
berharganya etika dalam membantu kita membedakan dan menanggapi keterkaitan semua
aspek kehidupan, seberapa bergunanya mereka dalam membina nilai-nilai yang manusiawi,
dan dalam membangun serta membina rasa kebersamaan.
Semua komunitas agama menganggap etika bukan sebagai pembatas atas suatu wilayah di
dalam kehidupan, tetapi dapat diberlakukan ke semua aspek kehidupan: individu, dalam
keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat. Etika Islam, misalnya, terdiri dari semua
kebajikan moral yang telah dikenal secara umum. Hal itu menyangkut dirinya dengan seluruh
lingkup kehidupan seorang individu maupun pada lingkup kolektif—relasi domestiknya,
perilaku sipil, dan kegiatan di bidang politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan sosial.
Dengan demikian, tentu sudah mencakup lingkup kehidupan setiap orang dari rumah ke
13
Paul Ricœur, Soi-même comme un autre, Paris, Seuil,1990
14
Guy Bourgeault, l’éthique et le droit face aux nouvelles technologies médicales, Les Presses de l’Université de Montréal, Montréal, 1990
15
K.E. Loegstrup, Ethical Demand, University of Notre Dame Press, Notre Dame and London, 1997
masyarakat, dari meja makan ke medan perang dan konferensi perdamaian—secara harfiah
dapat dikatakan ‘dari buaian hingga liang lahat’.
Sesuai dengan penekanan pada keduanya, individu dan masyarakat, sebagian besar
kepercayaan tradisional di Afrika menyatakan: “Satu individu dikatakan sebagai seseorang
hanya dengan orang lain" Mengingat keterkaitan ini, kita mencari nilai-nilai etika yang bisa
membantu anak-anak mengembangkan rasa kebersamaan dalam komunitas, tidak hanya
dengan orang-orang di sekitarnya, tetapi juga di lintas etnis, kebangsaan, ras, budaya dan
agama. Kami mencari dan memelihara nilai-nilai yang menumbuhkan rasa tanggung jawab
bersama untuk satu sama lain terutama untuk berada di dunia yang saling bergantung ini.
UNESCO telah mengidentifikasi beberapa nilai universal atas pengembangan pribadi yang
memungkinkan anak untuk berhubungan secara kreatif dengan dunianya: membantu anak
meningkatkan harga diri; memungkinkan mereka memiliki kapasitas untuk membuat pilihan
dan mengambil tanggung jawab atas pilihan tersebut; kemampuan mereka untuk membuat
keputusan yang bijak; kesiapan untuk menghormati orang lain dan pandangannya terhadap
suatu hal; kesediaan untuk membuat komitmen dan tetap setia pada komitmennya. Hal
tersebut merupakan contoh dari berbagai kualitas yang diidentifikasi sebagai nilai-nilai yang
harus ditanamkan pada anak untuk membantu dia berpikir dan bertindak sesuai etika.16
Agama, nilai spiritual, dan identitas budaya dibentuk dengan cara yang sama. Ekspos
terhadap berbagai kepercayaan, tradisi, dan budaya, terutama dengan keunikan masing-
masing agama dan budaya, tentu tidak melemahkan kesetiaan seseorang atas tradisi, agama,
kepercayaan dan budaya yang dianutnya. Jika realitas agama dan budaya plural disampaikan
secara mendalam, hangat, penuh kasih, dengan suasana harmonis dan pikiran yang terbuka,
maka figure yang akan muncul adalah bangkitnya rasa hormat dan kasih sayang, bukan rasa
takut, tidak ada ancamana atas tradisi yang telah dianut seseorang. Saat ini, seharusnya
lingkungan pendidikan secara keseluruhan harus mewujudkan konsep saling berbagi
16
UNESCO lists these and several other ‘humane values’ in Eliminating Corporal Punishment: The Way forward to constructive Child
Discipline, Stuart N. Hart (Ed), Paris, UNESCO, 2005. The values were drawn up by a panel of five international experts in the hope that
they would reflect ethical/moral values that transcend cultural boundaries.
pengetahuan yang sama, saling mendukung dan mendapatkan hak yang sama, sehingga tidak
ada satu pun keyakinan atau praktek agama yang lebih istimewa atau menunjukkan diri
sebagai superior. Di tengah keragaman, yang umum bagi semua --perlu ditekankan pada
aspek kemanusiaan. Figur yang ditampilkan juga bukan berarti semua keyakinan
dicampurkan di dalam satu wadah, tetapi seperti sebuah mozaik atas identitas budaya dengan
makna dan pengakuannya sendiri, dan menegaskan kekayaan dalam keberagaman.
Untuk memiliki rasa kepemilikan atas identitas sendiri membutuhkan otonomi: kemerdekaan,
kebebasan berpikir, berbicara dan bertindak, dan kebebasan dari rasa takut kecaman atau
hukum yang berbenturan dengan keyakinan seseorang atau kaum mayoritas maupun dengan
orang-orang dari pemerintah. Rasa hormat dan harga diri sangat penting, tidak hanya untuk
mendapatkan rasa hormat dari orang lain, tetapi juga sebagai dasar untuk menghormati orang
lain.
Umumnya, etika menjadi bagian dari pemikiran atas berbagai masalah yang menyangkut
nilai-nilai pribadi dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun begitu, kita hidup di
dunia yang memaksa kita untuk berpikir dan bertindak secara global. Kemiskinan dan berjuta
kerugian, eksploitasi sumber daya alam, krisis ekologi, kekerasan dan peperangan yang
merjalela, serta budaya keserakahan dan menjadi tempat terakumulasinya tekanan baru pada
diri kita untuk menerapkan nilai etika dalam kehidupan global kami. Kami—dan anak-anak
kami—perlu kepekaan etis untuk membantu kami berhubungan lintas budaya dan peradaban,
melintasi seluruh hambatan nasional maupun etnis, serta melintasi identitas agama dan
komitmen. Kami mulai mencari arah untuk mengatasi ini dan mempersiapkan diri untuk masa
depan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencapai aspek estetis atau nilai etika yang secara
umum dapat diterima dan disahkan oleh semua komunitas agama. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan diterbitkannya dokumen pada Centennial dari Parlemen Agama Dunia di
Chicago tahun 1993, di bawah kepemimpinan Hans Küng. Dokumen tersebut berjudul
Menuju Etika yang Global dan saat ini telah dikenal luas serta diterima di seluruh dunia.
Inspirasi yang tercantum dalam dokumen tersebut mungkin akan menghasilkan kesepakatan
antara orang-orang yang memiliki perbedaan perspektif atas nilai-nilai secara umum yang
seharusnya membimbing umat manusia secara keseluruhan.17
Sejak tahun 1993, telah dilakukan upaya lebih lanjut untuk menyusun kriteria etis atas
sejumlah lapisan masyarakat yang bisa terapkan oleh masyarakat global. Keragaman agama,
budaya dan cara hidup yang direpresentasikan di dunia membuat kesepakatan dan
pelaksanaannya laksan suatu tugas yang sulit. Namun, tampaknya ada konsensus umum
bahwa kita, sebagai umat manusia, harus berusaha menyepakati prinsip-prinsip etika yang
sama, demi generasi mendatang.
Dimensi inti untuk membangun masa depan yang lebih baik adalah dengan membantu anak-
anak mengembangkan nilai-nilai etika. Nilai-nilai memang harus dikembangkan secara
global, namun, juga harus memiliki relevansi di tingkat lokal. Contohnya, masyarakat di
tempat dan budaya yang berbeda, tentu saja menjadi wadah terbaik untuk menentukan apa
yang mereka anggap sebagai nilai-nilai inti yang nantinya akan diajarkan pada anak-anak
17
Declaration Towards a Global Ethic. The Council of a Parliament of the World’s Religions, at
http://www.parliamentofreligions.org/_includes/FCKcontent/File/TowardsAGlobalEthic.pdf
mereka. Kita mungkin, bagaimanapun juga, akan dikejutkan oleh fakta tentang berapa banyak
pencapaian secara bebas—memiliki kesamaan pada kode etik.
Kapasitas untuk memilih: Hadiah terbesar dan tanggung jawab yang paling menantang
Kapasitas untuk memilih diantara berbagai alternatif adalah salah satu hadiah terbesar dalam
hidup manusia. Kami, tentu saja, tidak selalu mendapatkan apa yang kita pilih, tapi kami
memiliki kapasitas dan hak untuk melakukan diskriminasi, menolak, dan memilih. Dalam
salah satu interpretasi pada tradisi Yahudi, dalam kisah penciptaan manusia, Adam dan
Hawa, manusia pria dan wanita pertama, ditempatkan di Taman Eden, tempat berdirinya dua
pohon–Pohon Kehidupan dan pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat. Mereka menyadari
konsekuensi dari memakan buah tersebut. Mereka makan buah dari pohon Pengetahuan yang
Baik dan Jahat. Apakah itu kesalahan atau merupakan pilihan yang disengaja?
Harold Kushner menunjukkan bahwa pilihan tersebut telah menjadikan kita manusia:
"Nenek moyang pertama kita lebih memilih untuk menjadi manusia dan bukan hidup abadi.
Mereka memilih rasa moralitas, sebuah 'pengetahuan tentang yang baik dan jahat', daripada
keabadian. Mereka menolak Pohon Kehidupan, yang akan memberikan kehidupan kekal,
pilihan mereka jatuh pada Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat yang memberi mereka hati
nurani. Kompensasi atas hal tersebut, Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia, yang
sekarang berbagi dengan-Nya, kemampuan untuk mengetahui hal baik dari yang jahat,
pemberian kuasa ilahi-Nya sendiri untuk menciptakan kehidupan baru. Kami ‘mengecoh’
kematian, tidak dengan hidup selamanya, tetapi dengan menanggung, membesarkan, dan
mendidik anak-anak untuk menjaga jiwa kami, nilai-nilai kami dan bahkan nama kami".18
Kemampuan manusia untuk memilih berbagai alternatif tentunya diakui dan ditegaskan
dalam semua agama. Kapasitas untuk memilih tersebut, pada saat bersamaan berarti sebagai
tanggung jawab yang sulit dan paling menantang. Hal tersebut membutuhkan kemampuan
untuk membedakan, memahami, dan membuat keputusan saat menghadapi dilemma seperti
saat tidak bisa melihat dan menilai dampak dari keputusan-keputusan yang sama, yang
mempengaruhi tidak hanya diri kita sendiri, tetapi juga orang lain dan dunia di sekitar kita.
Prinsip dan nilai-nilai etika memainkan peran utama dalam membantu kami membuat pilihan
ini.
18
Harold S. Kushner, The Lord is My Shepherd, New York, USA, First Anchor Books Edition, 2004, p. 23-24
hari untuk melayani, tidak hanya untuk mereka yang menganut Sikh, tetapi untuk siapa saja
yang mencari makan.
Islam telah memenuhi kebutuhan masyarakat miskin melalui salah satu dari lima rukun Islam,
dan menyerukan kepada setiap orang Islam untuk menyisihkan persentase dari pendapatan
mereka demi membantu mereka yang membutuhkan. Mengasihi Tuhan dan mengasihi
sesama seperti mengasihi diri sendiri adalah perintah sentral dalam Yudaisme dan Kristen.
Selanjutnya, tradisi Yahudi berbicara tentang manusia sebagai makhlus yang diciptakan
menurut gambar dan rupa oleh Tuhan; sekolah Vedanta Hindu melihat Brahman sebagai
Realitas Ultimate, dan Atman, Realitas pada manusia sebagai salah satunya, bukan dua.
Ajaran Buddha juga mempertanyakan diskriminasi kasta dan mempromosikan kesetaraan
perempuan dan laki-laki.
Tradisi agama tidak selalu benar bagi pengajaran etik ini, dan kadang-kadang tradisi tersebut
telah membangun struktur dan praktek bagi diri mereka yang dapat melukai martabat orang
lain baik di dalam dan di luar komunitas mereka sendiri. Akan tetapi, semua tradisi
keagamaan menganggap peniadaan martabat manusia sebagai penyimpangan. Martabat
merupakan bagian dari pemaknaan menjadi manusia.
Seorang Pendoa tua India Sioux mengatakan: “Oh Roh Agung, berilah aku kebijaksanaan
untuk berjalan di mokasin lain sebelum aku dikritik atau dihakimi.” Ketika kita berempati,
kita mengesampingkan harapan kita bahwa yang lain harus seperti kita; kita menerima
kenyataan bahwa yang lain telah membawa sesuatu yang unik ke dalam sebuah hubungan.
Pada saat yang sama, empati juga yang membantu seseorang untuk melihat dan mengenali
ketidakadilan yang dilakukan pada orang lain, dan mengumpulkan tekad untuk mengatasi
ketidakadilan yang mereka alami. Tradisi keagamaan mengajak orang untuk berempati
dengan orang miskin, kaum marjinal, dan tertindas. Tradisi Yahudi memenuhi syarat itu
dengan mengatakan: “...karena kamu telah menjadi budak di Mesir.” Tradisi Kristen
memanggil para murid untuk "mengingat mereka di penjara seolah-olah kamu sesama
tahanan dan mengingat mereka yang dianiaya dan merasakan seolah-olah kamu yang
menderita. Dalam tradisi Islam, bulan Ramadhan disebut bulan kesabaran, empati dan
pemurnian diri dari dosa. Pemahaman Buddha empati adalah cinta kasih, yang jauh
melampaui simpati—suatu bentuk iba atau kasihan—dan mengarahkan pengidentifikasian
mutlak dan secara langsung berhadapan dengan orang lain, disebut sebagai empati. Hak asasi
manusia dibangun di atas kesetaraan yang mutlak; hak yang universal dan beberapa memiliki
tanggung jawab khusus untuk memenuhi hak-hak orang lain, seperti dalam Konvensi Hak
Anak. Peduli dengan pemenuhan hak-hak orang lain merupakan sesuatu yang penting, baik
dalam tradisi agama maupun sekuler.
Panggilan untuk berempati dengan sesuatu yang dialami oleh orang lain mungkin dapat
menjadi salah satu nilai terbesar yang dapat kita ‘tularkan’ ke anak-anak.
Kami semakin menemukan makna sesungguhnya dari kata 'tanggung jawab' dalam
menghadapi berbagai permasalahan dunia. Orang cenderung menggugat ‘hak-hak’ mereka
dengan cepat, tetapi gagal untuk melihat tanggung jawab yang datang beriringan dengan hak
istimewa ini. Kami bertanggung jawab atas cara kami membesarkan anak-anak kami; ketika
kami mengabaikan tanggung jawab ini, mereka mungkin akan tersesat. Pemerintah
bertanggung jawab untuk menjaga persatuan sosial dan perdamaian; yang diabaikan hingga
saat ini, kita mungkin akan dihadapkan pada kekacauan sosial. Hal tersebut merupakan
tanggung jawab dan kewajiban masyarakat terutama untuk memastikan distribusi sumber
daya dan kebutuhan dasar sudah terpenuhi; ketika ini diabaikan, maka dapat menyebabkan
konflik dan kekerasan. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk merawat bumi; jika kita
mengabaikan tanggung jawab ini, maka dalam waktu dekat kita bisa mengalami bencana
ekologis.
Daftar pertanggung jawaban dapat diperluas hingga mencakup hampir semua hubungan
pribadi, social, dan global. Semua hubungan bergantung pada tanggung jawab bersama dan
setiap orang melaksanakan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Sebuah tanggung jawab
kolektif untuk peduli satu sama lain dapat menjamin kita hidup di dunia yang lebih adil dan
damai.
Tanggung jawab bukanlah sebuah pilihan; itu adalah nilai etis yang mendasar, dan itu perlu
diabadikan dalam hati dan pikiran anak-anak, mulai dari saat mereka membentuk hubungan
dengan orang lain dan dengan dunia di sekitar mereka.
Orang melihat rekonsiliasi sebagai salah satu langkah dalam menciptakan perdamaian dan
dalam memperbaiki hubungan di tingkat pribadi dan komunal. Saat ini, ada peningkatan
kesadaran atas rekonsiliasi, rekonsiliasi bukan hanya tindakan praktis, tetapi juga suatu
bentuk pendekatan ke dalam kehidupan. Dengan kata lain, rekonsiliasi bukan hanya
memperbaiki; melainkan sebagai suatu orientasi yang dapat digunakan untuk mengelola
masalah yang tak terelakkan, perbedaan sengit dan konflik di kehidupan masyarakat.
Rekonsiliasi dapat memusatkan diri sebagai nilai etika karena manusia cenderung untuk
menyelesaikan perbedaan dan perselisihan melalui penggunaan kekerasan. Kekerasan
tampaknya dianggap sebagai pilihan yang mudah dan cepat dalam menangani konflik, tetapi
tidak menawarkan resolusi yang berkelanjutan. Sebaliknya, menggunakan kekerasan hanya
akan memperburuk permusuhan dan keluhan. Semangat rekonsiliasi perlu digarisbawahi
sebagai nilai etika yang sangat diperlukan di zaman sekarang.
Belajar untuk hidup berdampingan berfokus pada empat nilai etika yang seharusnya menjadi
bagian dari pendidikan etika bagi anak-anak di dunia dan masyarakat plural beragama dan
berbudaya. Empat nilai tersebut antara lain, rasa hormat, empati, rekonsiliasi, dan tanggung
jawab, daftar tidak disusun secara menyeluruh, dan nilai-nilai tersebut tidak lebih eksklusif
dari nilai-nilai lain. Pendidikan etika bagi anak-anak bukanlah usaha untuk menanamkan
daftar nilai etika tersebut ke anak-anak, tetapi untuk memelihara spiritualitas yang diperlukan
untuk kehidupan di dunia yang plural. Perlu dicatat bahwa nilai etika dan spiritual bukanlah
dua pembimbing perilaku yang terpisah, melainkan terkait, dan saling melengkapi satu sama
lain. Seorang spiritualis juga merupakan seseorang yang menjunjung etika, dan orang yang
menjunjung etika akan menunjukkan spiritualitasnya sehingga orang lain berusaha untuk
menirunya.
Pendidikan Etika
Dewan keagamaan mengembangkan suatu cara bersikap dan pendekatan kepada orang lain
yang berkaitan dengan keadaan diri sendiri.
Teori
Refleksi
etika
Praktek
Gambar ini menggambarkan proses pembelajaran yang berkembang seperti sebuah spiral.
Proses tersebut berlangsung melalui pembelajaran, tentu dengan ruang untuk bebas berpikir
kritis, bahwa setiap anak dan kaum muda akan mampu membangun dan mempraktekkan
hubungan yang positif dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, dan dengan apa yang
orang sebut sebagai Tuhan, Ultimate Reality atau Hadirat Ilahi. Membangun hubungan yang
positif akan memperkaya spiritualitas mereka, membuka jalan untuk perkembangannya,
saling memahami dan menghormati orang yang berbeda agama dan budaya. Pada gilirannya
ini akan memungkinkan anak-anak dan kaum muda dapat menjadi mitra dalam membangun
dunia yang didasarkan pada nilai-nilai dan praktik yang melindungi martabat manusia serta
mengembangkan solidaritas, tanggung jawab individu maupun kolektif, dan rekonsiliasi.
Pembelajaran etika melibatkan anak-anak dan remaja dalam mengajar dan berlatih
pendekatan ke kehidupan berdasarkan nilai atau norma dan etika, sehingga memungkinkan
terciptanya ruang untuk bebas berpikir kritis, sambil memelihara spiritualitas.
Dewan keagamaan mempromosikan cara berpikir yang baru dan dinamis tentang etika dalam
masyarakat global dan plural. Ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
semua agama dan masyarakat; sesuatu yang unik dari hasil inisiatif ini adalah dapat dilakukan
antar-agama. Dewan Keagamaan tidak mempromosikan sebuah agama baru, tetapi mengakui
dan menegaskan keberagaman. Ini bukan ‘metode pengajaran’ baru. tetapi cara baru yang
menekankan pada pembangunan hubungan yang positif. Pendekatannya:
> antar-budaya.
> antar-agama.
> Menegaskan keragaman.
> Menegaskan dialog dan komunikasi dalam diri sendiri dan dengan orang lain dan
berkelanjutan
> Proses pembelajaran individu dan kolektif.
Selama proses pembelajaran, ruang dibuat untuk hubungan pertukaran, interaksi dan
pemahaman. Dengan mempromosikan pemikiran kritis, pemahaman dan pikiran yang terbuka
terhadap orang lain, proses ini memungkinkan anak-anak, remaja dan orang dewasa untuk
menemukan tradisi mereka sendiri, nilai-nilai mereka sendiri, dan nilai, norma, serta tradisi
lainnya. Interaksi dengan orang lain smenciptakan kemungkinan untuk saling melengkapi
atau selanjutnya mengarah kepada kosa kata 'memberi dan menerima' yang merupakan
bentuk kemanusiaan.
Di hampir semua masyarakat, orang dimiliki oleh berbagai tradisi agama, dan masyarakat
biasanya mendapat inspirasi untuk bertindak etis berdasarka komitmen agama yang paling
umum di masyarakat itu. Faktanya, etika atau moral ideal dan penjelasannya sering terkait
erat dengan keyakinan agama. Jika kita bertanya mengapa seseorang terlibat dalam aktivitas
kemanusiaan, mereka mungkin mengatakan “Aku mengasihi Allah; Karena itu saya juga
sayang kepada tetangga saya. “Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, mengasihi sesama,
memenuhi kebutuhan dasar mereka, dipandang sebagai ujian atas kesetiaan sejati seseorang
kepada Allah. Dalam tradisi Islam, memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, melekat
sebagai kewajiban agama. Umat Buddha dalam melakukan pendekatan ke suatu lingkungan,
terinspirasi oleh rasa belas kasih bagi semua makhluk. Demikian pula seorang Hindu, Sikh
atau orang dari agama tradisional mendapatkan inspirasi berupa cara berhubungan dengan
dunia berdasarkan ajaran tradisi mereka. Saat ini, ada berbagai cara untuk mendapatkan
inspirasi dalam bertindak etis, misalnya dari sumber daya spiritual yang tidak membawa label
agama.
Konten moral atau etika menyatukan hubungan secara lebih lazim pada tindakan yang etis.
Nilai-nilai yang mendasari tersebut menginformasikan kepada kita apa yang harus dan tidak
boleh dilakukan saat terkait dengan orang lain dan dengan alam. Hal tersebut juga membantu
kita untuk membentuk beragam ide dan visi tentang apa yang dunia bisa lakukan atau harus
seperti apa, sehingga imajinasi kita tidak terbatas pada dunia seperti biasanya. Oleh karena
itu, nilai-nilai ini membantu kami untuk bekerja sama membuat dunia menjadi tempat yang
lebih baik.
19
Michael Walzer, Thick and Thin: Moral Argument at Home and Abroad, Notre Dame, University of Notre Dame Press,
1994, p. 8
Banyak kaum muda dan anak-anak saat ini tidak hanya menganggap dunia pluralistik itu
nyata tetapi juga memanfaatkannya sebagai sumber daya umum: pemahaman mereka tentang
dunia, interaksi mereka, kontribusi mereka dan pengalaman hidup secara umum, perpaduan
identitas serta dasar etika mereka dibentuk dan berdasarkan keragaman yang baru
dikemukakan. Mereka bersatu dengan perjuangan membuat dunia lebih baik dan bersedia
untuk melampaui tradisi mereka demi mencari kode yang berorientasi pada nilai etika.
Baik keimanan dan kehidupan beragama dapat berakar pada tradisi agama, selain itu,
melampaui keistimewaan dari setiap agama. Etika yang diharapkan berkembang oleh Dewan
Keagamaan memiliki konteks agama dan terpusat pada hubungan satu sama lain. Etika
cenderung menjadi suatu perilaku dibanding sebagai dogma atau pengajaran—suatu
pendekatan ke orang lain, alam, and pada kehidupan itu sendiri. Hal tersebut terjadi melalui
suatu tindakan, praktek yang berasal dari situ, bukan dari teori, sehingga kita dapat
memahami tradisi kita dan orang lain.
Kita tidak bisa lagi hidup dengan situasi seakan setiap agama adalah suatu pulau. Di dunia
ini, orang dari agama yang berbeda dan orang yang tidak mempunyai agama, saling
menentang satu sama lain. Lingkungan dan masyarakat kita telah menjadi budaya dan agama
plural dan keyakinan dari orang lain dipermasalhkan. Hubungan antar agama dan pendekatan
pada kehidupan religius telah menjadi aspek lengkap untuk menjadi orang yang religius.
Pembelajaran lintas agama juga harus dipahami dalam konteks pendidikan berkualitas, seperti
yang dinyatakan dalam visi ke 6 Deklarasi tentang Pendidikan untuk Semua, dan dalam
empat pilar pendidikan UNESCO: belajar mengenal, belajar melakukan sesuatu, belajar untuk
hidup berdampingan, dan belajar menjadi sesuatu. Menurut UNESCO, pendidikan berkualitas
tinggi mengacu pada perkembangan pedoman kehidupan sehingga peserta didik merasa
percaya diri dan termotivasi untuk menerapkannya. Hal ini juga mengacu pada perkembangan
perilaku berdasarkan nilai-nilai positif—memahami dan menghormati orang dari berbagai
kalangan, memahami hak-hak mereka, menghargai alam, bagi masa lalu dan masa depan.
Menurut UNICEF, pendidikan yang berkualitas mempersiapkan individu untuk menjalani
keberhasilan dalam hidup dan menciptakan masyarakat yang sehat dengan pengetahuan yang
berkembang, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk membawa perubahan
perilaku yang akan memungkinkan anak-anak, remaja dan orang dewasa dapat mencegah
konflik dan kekerasan, baik secara terbuka maupun struktural; menyelesaikan konflik secara
damai; dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi perdamaian, baik bagi intrapersonal,
interpersonal, antarkelompok, tingkat nasional atau internasional. UNICEF mendukung
ketrampilan hidup yang berdasarkan pada pendidikan untuk mencegah kekerasan dan
membangun perdamaian, mendukung refleksi diri, emosional dan pembelajaran sosial yang
sejalan dengan empat pilar.
Keinginan untuk berbagi dalam ibadah dan doa sering muncul atas dasar keprihatinan
bersama untuk suatu komunitas, atau dalam menanggapi krisis dan bencana. Serangan teroris
pada 11 September 2001 dan Tsunami di Asia Selatan merupakan peristiwa ketika orang dari
agama yang berbeda datang bersama-sama secara spontan berdoa dan beribadah. Perang
Teluk pertama membawa orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim di berbagai belahan dunia
bersama-sama, dapat disebut, berdoa lintas agama. Di beberapa bagian dunia, doa antar-
agama dapat menjadi ekspresi dari koherensi nasional, seperti selama liburan sipil dan
perayaan masyarakat. Demonstrasi persatuan ini mencapai lintas perbedaan dari seluruh
agama. Peristiwa seperti ini mungkin kebetulan terjadi dan bersifat kurang lebih impersonal,
tetapi pada momen lain, ada doa antar-agama yang dengan sengaja dilakukan bersama seperti
pada pernikahan, perayaan syukuran, dan acara keluarga.
Ketika melibatkan dan mengikutsertakan anak-anak untuk berdoa lintas agama harus
dilakukan dengan sensitivitas yang baik serta rasa hormat atas setiap tradisi keagamaan.
Ibadah dan doa, yang terletak di inti jantung milik dimensi ritual dan spiritual dari setiap
tradisi. Pembelajaran antar agama yang didukung oleh Dewan Antaragama pada Pendidikan
Etika untuk Anak-anak dilakukan dengan hati-hati dan penuh hormat, harus bersama-sama
dan dengan kesadaran penuh atas kesucian setiap tradisi.
Spiritualitas
Karunia spiritual lain yang melekat pada anak-anak adalah imajinasi bukan fantasi atau
pemisahan khayalan dari kenyataan, tapi pengalaman dari diri yang seutuhnya. Hal ini
melibatkan tubuh dan indera sebanyak pemikiran. Seorang anak mungkin ingin mencium
adonan secara terus menerus ketika roti sedang dibuat, atau mendengarkan gemnericik air
hujan di atap, atau duduk diam-diam memantau sinar lilin yang menyala. Imajinasi yang
mengarahkan kepada sukacita, menjaga kegembiraan dan antusiasme, dan memicu energi dan
harapan.
Cinta adalah karakteristik ketiga dari kemampuan spiritual anak-anak. Memberi dan
menerima adalah jiwa dari setiap anak muda. Bukankah kita semua mengalami momen
spesial ketika seorang anak mendekati kita dengan mainan favorit, percaya bahwa kita tidak
akan mengambilnya, tetapi berbagi dan kemudian mengembalikannya. Akan tetapi, kita juga
mengetahui bagaimana awalnya seorang anak dapat belajar untuk tidak mempercayai orang
lain. Berkomitmen untuk menciptakan jaringan untuk orang yang menaruh perhatian atas
anak-anak, Pdt Takeyasu Miyamoto yang membentuk Dewan Pendidikan Etika Antaragama
bagi Anak-anak, menyatakan:
"Ini adalah keyakinan saya bahwa penurunan spiritual dan kurangnya perhatian terhadap etika
telah menjadi akar dari kekerasan dan ketidakadilan meningkat yang terlihat di sekitar kita
saat ini. Langkah penting pada jalan menuju perdamaian adalah dengan memastikan bahwa
setiap anak tumbuh dengan akses penuh menuju kapasitas bawaannya untuk perkembangan
spiritual. Hal ini menjadi alasan atas pentingnya pelaksanaan pendidikan etika antaragama,
baik di sekolah dan di berbagai latar ‘pendidikan’ lain—demi mencapai tujuan membangun
dunia yang damai bagi kehormatan manusia, dunia yang sesuai untuk anak-anak dalam arti
sebenarnya.”
Ada ungkapan yang berlaku tentang kemungkinan anak-anak untuk mengakses “kapasitas
bawaan demi perkembangan spiritual mereka.” Hal ini berarti bahwa spiritualitas bukanlah
sesuatu yang disodorkan atau bahkan diberikan kepada anak. Sebaliknya, etika pendidikan
bertujuan memberdayakan anak untuk membuka spiritualitas secara penuh demi
kesejahteraan dirinya dan seluruh masyarakat. Kesadaran penting untuk mengenali anak yang
memiliki ‘kemampuan spriritual bawaan, harus dipelihara dan dikembangkan. Bagi anak-
anak yang menunjukkan kepada kita tentang waktu yang terbatas, imajinasi, dan rasa cinta,
dapat kita tawarkan kata-kata dan gambaran bahwa kita dapat menampung waktu tanpa batas,
khayalan yang menakjubkan, dan kasih sayang yang tak terhingga. Spiritualitas ini penting
untuk dipelihara dalam agama atau tradisi spiritual tertentu pada anak sehingga struktur dan
pondasi nyata yang tersedia dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan ini terjadi melalui
suatu proses yang melibatkan pengajaran, refleksi kritis, integrasi, dan membangun serta
menerapkan hubungan yang positif
Spiritualitas dan agama tidak sama, dan pada beberapa waktu akan bertentangan satu sama
lain. Penekanannya ditempatkan oleh beberapa spiritualitas yang mungkin timbul dari
keinginan untuk lebih terbuka sehingga tidak semuanya dibatasi dalam batas-batas agama
yang ada. Namun, ada juga spiritualitas sesat yang membimbing orang-orang ke dalam
keasyikan egosentris dengan diri mereka sendiri, atau menurunkan realitas dunia tempat
mereka tinggal. Ada orang yang berpikir bahwa spiritualitas berkaitan dengan perasaan dan
emosi. Akan tetapi spiritualitas adalah cara untuk menyalurkan emosi, perasaan, dan kasih
sayang ke dalam suatu ikatan. Ikatan tersebut, pada gilirannya, merupakan kebebasan dan
pemberdayaan yang dinamis.
Spiritualitas adalah sikap, cara menjadi sesuatu, menempatkan diri di alam semesta. Sesuatu
yang menyebabkan kita dapat melampaui apa yang ada pada diri kita, melampaui apa yang
biasanya kita alami. Pertama, spiritualitas ‘bergerak ke luar’ yang tertarik pada suatu akhir,
tidak secara langsung. Jika, misalnya, kita melihat situasi ketika orang dewasa menggunakan
kekerasan terhadap anak, hampir selalu karena mereka terjebak dalam ‘kedekatan’—mereka
tidak bisa bergerak ke suatu akhiran. Dalam banyak kasus, bentuk kenyamanan ini secara
langsung dapat menyebabkan orang dewasa untuk melakukan kekerasan. Menghukum anak-
anak menunjukkan keprihatinan tentang kelangsungan, keinginan untuk mebebaskan anak
sebagai keinginan langsung tanpa bertanya apa hukuman ini akan berarti untuk anak ini
dalam jangka panjang. Spiritualitas bergerak di luar—spiritualitas yang melampaui—tidak
puas secara langsung, tetapi berusaha untuk merangkul yang utama.
Kedua, spiritualitas yang bergerak melampaui tentu tidak puas dengan berbagai
jawaban.Melampaui berarti mepertanyakan. Kebanyakan orang ingin jawaban yang cepat.
Semakin banyak pertanyaan dari orang-orang, maka akan lebih banyak gerakan melampaui
yang mereka dapatkan. Kita terkadang begitu yakin memiliki jawaban namun kita gagal
untuk mengajukan pertanyaan. Sikap spiritual menunjukkan bahwa kita tidak bisa puas
dengan jawaban itu sendiri.
Ketiga, spiritualitas yang bergerak melampaui tidak bisa dibatasi oleh suatu pembatas.
Sebagai gantinya, spiritualitas tidak difokuskan pada suatu kemungkinan. Hal ini mungkin
bagi orang untuk hidup dan bekerja sama demi kebaikan masyarakat. Panggilan untuk
mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri adalah sebuah tantangan untukdilampaui,
mencoba untuk hidup pada apa yang disebut sebagai kontradiksi. Apakah mungkin seseorang
dapat mencintai musuhnya? Ketika mempertanyakan apakah itu realistis, berarti kita telah
membuka diri untuk kemungkinan itu sendiri.
Bagian 1
Panduan Pengguna
Ruang lingkup dan Tujuan
Pembelajaran antarbudaya dan antaragama untuk pendidikan etika menegaskan keragaman
dan mengembangkan dialog dan komunikasi dengan orang lain, serta dengan diri sendiri. Ini
adalah proses yang berkelanjutan dari pembelajaran individu dan kolektif yang mendukung
cara konstruktif untuk hidup bersama di dunia global dan plural. Hal ini tentu berupaya untuk
menegakkan, memelihara, dan memungkinkan pertumbuhan nilai-nilai persatuan pada anak-
anak dan kaum muda.
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai etika dipromosikan melalui Pembelajaran untuk Hidup
Berdampingan yang disajikan pada misi Dewan Etika Pendidikan Antaragama untuk Anak-
anak. Misi ini bertujuan untuk membina rasa hormat kepada orang dari berbagai agama dan
kebudayaan antara anak-anak dengan:
> Mempromosikan sistem nilai yang menekankan pada hidup berdampingan, bermartabat dan
harmonis serta solidaritas antara orang-orang dari kelas yang berbeda etnis, agama, budaya,
latar belakang dan ideologi.
> Mempromosikan praktek nilai-nilai universal yang positif seperti komitmen atas hak asasi
manusia yang telah diuraikan dan diadopsi oleh masyarakat internasional.
> Membina spiritualitas yang secara alami akan membimbing kita agar menghormati agama
lain, saling pengertian dan berinteraksi di antara berbagai agama, sehingga dapat
meningkatkan budaya keagamaan yang telah berakar pada setiap tradisi iman.
> Memupuk budaya damai yang dapat melengkapi anak-anak dan kaum muda untuk menjadi
agen perubahan dan pendiri perdamaian.
Modul Pembelajaran
Belajar untuk Hidup Berdampingan memiliki dua Modul Belajar: Memahami diri dan orang
lain dan Mentransformasikan Dunia Secara Bersama-sama, yang dapat ditemukan di Bagian
2. Kedua modul terkait dan saling melengkapi.
Modul terdiri dari sejumlah ‘kiosk’ yang telah dikembangkan bagi peserta untuk memulai
perjalanan pembelajaran, di mana jalan yang berbeda akan membekali mereka untuk
menanggapi tantangan etika dan membantu mereka agar dapat menjadi agen perubahan.
Modul ini disertai oleh sejumlah metode evaluasi, yang dapat ditemukan pada Bagian 3,
untuk membantu Anda dan peserta menilai kemajuan masing-masing. Bagian 4 menyajikan
pilihan kegiatan yang bisa Anda pilih pada saat merancang rute spesifik melalui modul.
Berbagai aran kegiatan yang tepat telah disediakan pada setiap modul. Dua modul
diilustrasikan dalam peta pedesaan. Tidak ada satu rute yang harus diikuti—Anda dapat
menentukan jalan Anda sendiri bersama-sama dengan tim Anda. Sebuah poster disertakan
untuk membantu menampilkan setiap modul.
Kata 'kiosk' berasal dari Persia dan mengacu pada entitas yang bertindak sebagai bayangan
atau
yang memberikan keteduhan. Pada awalnya, terdapat dalam arsitektur Islam, sebuah paviliun
melingkar terbuka yang terdiri dari atap yang didukung oleh pilar, ruang terbuka, tetapi masih
sebagai ruang yang terlindungi. Kiosk umumnya ada di Persia, India, Pakistan dan di
Kekaisaran Ottoman dari tanggal 13abad selanjutnya. Kios (Persia Kushk; Arab Koshk; Turki
Kösk; Prancis Kiosque; Kios Jerman; Kios Polandia; Portugis Quiosque; Rumania Chios¸c;
dan Spanyol (Quiosco atau Kiosco).
‘Kiosk’ adalah suatu tempat bernaung, tempat berlindung ketika motivasi anda terhenti. ,
penemuan, pemaparan, refleksi dan dialog. Pergi ke kiosk yang berbeda akan membawa
peserta pada perjalanan menuju penemuan jati diri.
Tidak ada batas waktu. Sebaliknya, program dapat disesuaikan dengan kebutuhan tertentu
suatu kelompok, memberikan ruang yang cukup bagi peserta untuk merefleksikan dan
menemukan ikatan di dalam dan di antara masing-masing kiosk. Modul juga dapat
disesuaikan dengan situasi dan konteks yang berbeda. Peta desa mengindikasikan suatu
daerah, atau tempat peristirahatan, tempat Anda berhenti sejenak untuk menilai proses belajar
peserta. Anda dapat mengarah ke tempat peristirahatan yang petunjuknya ada pada Bagian
Monitoring Progress untuk informasi lebih lanjut.
Jalan pembelajaran yang Anda pilih harus membebaskan peserta untuk membuat hubungan
antara kiosk secara berturut-turut. Pendekatan ini akan membantu peserta untuk memelihara
nilai-nilai yang dipromosikan pada setiap modul dan mengaitkan pelaksanaannya ke
kehidupan mereka sendiri. jalan Jalan tersebut juga harus memungkinkan proses penemuan
yang mendorong sikap positif dan perilaku yang kondusif untuk hidup bersama, menghormati
budaya dan agama yang berbeda, dan bersama-sama mengubah dunia plural yang kita
tempati.
Empat nilai
Learning to Live together mempromosikan empat nilai-nilai etika yang utama:
> Menghormati.
> Empati.
> Tanggung Jawab.
> Rekonsiliasi.
Nilai-nilai ini diintegrasikan ke dalam dua modul dan diterapkan untuk konteks dan situasi
yang berbeda, dengan tujuan memfasilitasi proses pembelajaran antar agama dan
menegakkan perdamaian.
Melalui modul ini, peserta didorong untuk belajar.
> Bagaimana menghormati dan memahami diri dan orang lain.
> Bagaimana bertindak dengan sikap rekonsiliasi terhadap diri sendiri dan orang lain.
> Bagaimana menanggapi kebutuhan dunia dan melindungi hak asasi manusia.
Menghormati orang dari agama, budaya, dan peradaban yang berbeda dikembangkan dan
ditingkatkan dengan menyesuaikan diri di lingkungan lain—untuk mempelajari makna
empati. Rasa hormat dan empati mengarahkan pada kesadaran yang lebih besar, dan tindakan
yang didasari pada tanggung jawab atas individu dan kolektif, yang mengarah ke rekonsiliasi
terbuka. Martabat manusia dijunjung dan dijaga ketika kita sadar atas berbagai pengalaman
dan realitas, sejarah dan kenangan yang dibawa manusia, dan ketika kita bekerja untuk
kedamaian, keadilan, kesetaraan, hak asasi manusia dan hidup berdampingan secara
harmonis.
Modul
Modul 1: Memahami Diri dan Orang lain
Dalam modul ini, peserta belajar tentang diri sendiri dalam relasi dengan orang lain. Mereka
belajar untuk menghargai perbedaan dan persamaan, mendengarkan dan menghargai
perpektif orang lain, dan memahami serta menghormati mereka yang berbeda dan berpikir
dengan cara berbeda.
Belajar untuk Hidup Berdampingan dikembangkan untuk mengenalkan anak-anak dan remaja
ke dimensi spiritual dalam kehidupan. Kita berusaha untuk berkontribusi atas hak mereka
sepenuhnya, perkembangan dan kesehatan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial,
sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak. Tujuan dari pendidikan ini adalah agar setiap
peserta dapat mengembangkan citra diri serta berhubungan yang positif dengan orang lain,
lingkungan, dan dengan Tuhan, Ultimate Reality atau Hadirat Ilahi, dan dengan demikian
dapat memperdalam kualitas hidup sebagai anggota masyarakat, baik di tingkat lokal maupun
global. Dengan memperdalam pemahaman, membudidayakan kecerdasan moral, dan berpikir
kritis, anak-anak dan kaum muda akan lebih siap dalam menghadapi tantangan untuk
membuat pilihan terbaik di dunia yang dilengkapi oleh berbagai macam pengaruh dan
pilihan.
Proses Pembelajaran
Aksi
Refleksi
Penemuan
Dialog
Ekplorasi
Motivasi
Proses pembelajaran yang digambarkan di sini adalah panduan untuk membantu pendidikan
etika fasilitator dengan memastikan bahwa peserta terlibat aktif dalam pengalaman ini. Bagan
spiral ini membawa peserta untuk melalui proses penemuan, hasilnya akan mengarah ke
refleksi baru dan tetap melanjutkan pembelajaran. Proses pembelajaran berfungsi sebagai
model untuk sesi persiapan dan membuat peserta lebih sadar atas pengalaman belajar dari
agama mereka sendiri.
Motivasi
Mulailah sesi Anda dengan menggunakan serangkaian cerita, lagu, puisi atau kartun yang
merangsang rasa ingin tahu peserta tentang topik ini, menantang persepsi mereka dan
memotivasi mereka untuk mengeksplorasi permasalahan etika selanjutnya. Pastikan untuk
bertanya kepada peserta tentang musik dan media yang mungkin sesuai atau relevan dengan
kegiatan, yang dapat ditambahkan sebagai sumber, dapat ditemukan pada Bagian 5.
Eksplorasi
Setelah peserta bersemangat pada suatu topik, mereka akan mengeksplorasi informasi yang
relevan. Ini bukan saatnya menyajikan berbagai fakta, melainkan waktu bagi peserta untuk
mengeksplorasi ide-ide dan mendapatkan pengalaman baru melalui pelatihan praktis. Saat
yang tepat untuk menciptakan suasana dimana peserta dapat membuka diri satu sama lain,
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan apa yang dirasakan oleh batin mereka.
Dialog
Dialog merupakan pusat dari proses pembelajaran, terutama proses pembelajaran agama.
Dialog memberikan kesempatan untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, menemukan hal
lain, dan memungkinkan peserta berkesempatan untuk menantang persepsi mereka sendiri.
Ruang yang tepat perlu diciptakan agar peserta merasa nyaman untuk berpartisipasi penuh
tanpa meraa dihakimi.
Penemuan
Melalui proses dialog, peserta akan menemukan pemahaman dan ide-ide baru. Namun,
penemuan tidak datang segera atau dengan sekaligus. Ruang diperlukan untuk berbagi hasil
yang utama dari diskusi kelompok. Hal ini dapat memungkinkan peserta untuk memiliki
pengalaman ‘aha!’, dimana mereka menyatukan potongan-potongan tersebut dan
mendapatkan realisasi baru.
Refleksi
Momen untuk menemukan ikatan dengan diri sendiri. Anda dapat memberikan waktu sejenak
untuk refleksi individual dengan menggunakan Learning Log (lihat hal. 53), disini peserta
dapat merevisi pembelajaran mereka sendiri dalam kaitannya dengan situasi praktis dan
menilai kadar dan sikap mereka.
Aksi
Aksi tidak selalu merupakan bagian dari sesi, tetapi harus selalu menjadi hasil dari
pembelajaran. Setiap sesi harus menyimpulkan dengan peserta yang berkaitan belajar mereka
dengan realitas mereka sendiri, yang dapat menginspirasi mereka untuk mengidentifikasi
tindakan yang tepat. Setiap sesi perlu memberdayakan peserta untuk menjadi agen perubahan,
untuk memperkuat kemampuan mereka dalam menghadapi situasi yang membutuhkan sikap
saling pengertian.
Pendidikan etika melalui pembelajaran antarbudaya dan antaragama bukanlah sebuah akhir,
tetapi sarana pendidikan. Pembelajaran dikembangkan dari perspektif lintas budaya dan lintas
agama, proses pembelajaran memungkinkan peserta untuk merefleksikan diri pada budaya
yang berbeda, tradisi iman, ide-ide dan cara berpikir. Hal ini juga dikembangkan untuk
membantu peserta membuka diri untuk orang lain, membina batin mereka, dan bertindak atas
kebutuhan lingkungan mereka dengan lebih baik.
Metodologi
Belajar untuk Hidup Berdampingan menggabungkan kedua metodologi, baik tradisional
maupun modern. Untuk membantu Anda memberikan keseimbangan yang tepat selama
menjalankan program Anda, kegiatan dikelompokkan menurut metodologi, seperti yang ada
pada halaman 63 dan 64, Bagian 5, Sumber Daya. Materi yang diberikan cukup untuk semua
kegiatan ini, akan tetapi Anda diharapkan juga dapat menciptakan materi sendiri.
Dukungan terhadap anak secara keseluruhan terdapat dalam tulisan Janusz Korczak, penulis
anak-anak dan pendidik asal Polandia-Yahudi. Beliau memainkan peran penting dalam
memberikan wawasan baru ke dalam psikologi anak. Dari buku hariannya dan tulisan
lainnya, kita dapat menyoroti perilaku dan pendekatan berikut:
>> Mendorong setiap anak untuk menguatkan kesehatan atas dirinya sendiri. Dia harus
merasa bahagia dengan dirinya sendiri, tetapi tidak perlu merendahkan yang lain; ini
merupakan sayarat untuk menjadi seorang individu yang beretika. Setiap anak harus didorong
untuk mengembangkan rasa bangga atas dirinya atau keluarganya, masyarakat, budaya dan
agama, sementara juga dapat menghargai keluarga, masyarakat, budaya dan agama.
>> Mendiskusikan dan merefleksikan situasi konkret dengan menggunakan studi kasus, baik
kisah nyata dari orang lain, atau situasi yang didapat dari pengalaman peserta lain, dimana
keputusan dan pilihan yang etis diperlukan. Diskusi harus fokus pada pilihan yang telah
ditentukan dan proses musyawarah yang didahului dengan pemilihan: Apa yang harus
diperhitungkan dan mengapa? Apa yang akan menjadi konsekuensi saat pilihan lain telah
dibuat?
>>Menggunakan cerita tradisional, perumpamaan, kata-kata mutiara, dan lagu-lagu untuk
memberikan struktur dan membimbing diskusi perilaku etis.
>> Fasilitator harus setiap saat menampilkan perilaku etis terhadap siswa dan terhadap satu
sama lain. Kaum muda sangat cepat menangkap ketegangan dan kekasaran di antara orang
dewasa dan dapat menggunakannya sebagai alasan untuk perilaku mereka sendiri.
>> Mengembangkan kumpulan norma perilaku dan, bila diperlukan, mengadakan diskusi
dengan tertib ketika norma-norma ini dilanggar.20
Pendekatan ini mengarahkan pada metodologi yang menyediakan ruang untuk pertukaran,
interaksi, pertemuan, penemuan, berpikir kritis, refleksi dan aksi. Metodologi Belajar untuk
Hidup Berdampingan menempatkan individu dalam proses pembelajaran diri yang dilakukan
dalam kaitannya dengan orang lain. Hal ini juga membantu individu untuk mengembangkan
keterampilan, meningkatkan pengetahuan peserta, dan demi memelihara sikap yang
memberdayakan, sehingga mereka dapat belajar untuk hidup dan bertindak di dalam
masyarakat plural.
Peran Anda sebagai fasilitator untuk dapat memilih metodologi yang paling tepat bagi tiap
kelompok. Perlu diingat bahwa metodologi yang disarankan dapat digunakan dengan
berbagai kombinasi yang disesuaikan dengan konteks dan usia peserta. Kombinasi tersebut
dapat diterapkan untuk berbagai kegiatan. Metode dirancang untuk mempromosikan
partisipasi secara aktif, keterlibatan, dan hubungan dengan orang lain.
20
Janusz Korczak (1878 – 1942), a Polish-Jewish paediatrician, children’s author and child pedagogue. Refusing offers of help for his own
safety, he accompanied children of his orphanage into Auschwitz and is reported to have said, “You do not leave a sick child in the night,
and you do not leave children at a time like this.” Korczak’s approach to child pedagogy was to value the child as an actor in the present;
that children have their own rights. He elaborated the ideas of “courts” in orphanages, where everybody – children and adults alike – were
rewarded and corrected on an equal basis (see UNESCO Prospects, Quarterly Review of Education, Volume XVII, 1987).
21
David Kolb, Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development, Englewood Cliffs, NJ,Prentice Hall, 1984.
Association for Experiential Education. http://www.aee.org
> Keterlibatan seluruh orang—kecerdasan, perasaan dan indera.
> Relasi pembelajaran terkait pengalaman pribadi
> Refleksi berkelanjutan untuk bertansformasi menuju pemahaman lebih dalam
Pembelajaran kooperatif
Peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil yang bekerja secara independen untuk mencapai
tujuan bersama. Para peserta berusaha untuk saling mendukung sehingga semua anggota
kelompok memperoleh manfaat dari usaha masing-masing. Dalam pembelajaran kooperatif,
ada sikap saling ketergantungan yang positif di antara upaya belajar para peserta; peserta
merasa bahwa mereka dapat mencapai tujuan hanya jika semua anggota berkontribusi
terhadap tugas yang diberikan. Metode ini memungkinkan pembelajaran melalui interaksi.
Pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan anak untuk bekerja dengan orang yang
berbeda. Selama beinteraksi dengan kelompok kecil, mereka dapat menemukan banyak
kesempatan untuk merenungkan dan menanggapi beragam komentar yang dibawa oleh
anggota dari kelompok lain. kelompok-kelompok kecil juga memungkinkan anak-anak dan
remaja untuk menambah perspektif mereka terkait masalah yang berdasarkan perbedaan
budaya mereka. Bertukar pikiran dalam diskusi ini membantu peserta untuk memahami
budaya dan sudut pandang lain.
Pembelajaran kooperatif ini juga meningkatkan kemampuan komunikasi peserta dan
menguatkan harga diri mereka. Kegiatan yang melibatkan pembelajaran kooperatif
mempromosikan keberhasilan semua peserta di dalam kelompok, sehingga ada kontribusi
yang diberikan untuk menunjukkan kemampuan setiap peserta. Contoh teknik pembelajaran
berbasis kooperatif adalah proyek bersama, permainan, dan bertukar peran.
Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta untuk aktif, berorientasi pada tugas, dan
dapat mengendalikan diri untuk pembelajaran mereka sendiri. Metodologi ini dapat
digunakan dengan contoh peran, menganalisis studi kasus, dilema dan masalah sosial, atau
dengan teknik yang melibatkan pembelajaran berbasis pengalaman.
Program ini memerlukan lingkungan yang tepat untuk berbagi, mengungkapkan pendapat,
ide-ide dan keyakinan, baik sebelum dan selama latihan.
> Pastikan tempat yang dipilih memungkinkan untuk pengalaman dan kegiatan praktis.
> Pastikan ruang yang akan digunakan tidak menampilkan item agama dari tradisi tertentu.
Ruang tersebut harus netral dan bisa menyambut semua keyakinan dan berbagai pemikiran.
>Menginformasikan kepada peserta, setidaknya satu minggu sebelumnya, tentang workshop
dan segala aktivitas yang akan dilakukan. Memberi buku saku kepada mereka, seperti yang
dijelaskan pada halaman 37, menjelaskan tujuan dari program, agenda dan informasi praktis
lainnya yang perlu mereka ketahui. Buku saku ini akan membantu mempersiapkan program
dan mewujudkan harapan mereka.
> Menghabiskan waktu di awal program Anda untuk mengenal satu sama lain. Memecah
kekakuan dengan games atau jokes sehingga timbul rasa saling percaya diantara para peserta.
>Meminta peserta untuk membuat aturan-aturan dasar mereka sendiri. Hal ini sebagai bentuk
perjanjian umum terkait prosedur kerja, seperti penggunaan waktu atau cara berkomunikasi
yang memungkinkan kelompok untuk berinteraksi sebagai satu tim. Penciptaan aturan dasar
ini dapat membangun sinergi dalam kelompok dan rasa kepemilikan atas program tersebut.
Buatlah aturan dasar dengan mendorong brainstorming di antara sesama peserta.
>Selalu meningkatkan motivasi kelompok dan selalu memiliki cara untuk mwmecah
kekakuan, siap memulihkan, dan menjaga konsentrasi, serta energi dari para peserta.
25
Anda dapat mengeksplorasi tentang olahraga sebagai metode pembelajaran melalui http://www. toolkitsportdevelopment.org
>Mendukung partisipasi orang-orang yang tergolong kelompok minoritas dan
mengembangkan kegiatan yang mempromosikan kesetaraan serta interaksi konstan.
> Memanfaatkan waktu coffee break, waktu makan siang, dan malam hari setelah sesi formal
sebagai ruang interaksi peserta. Pada momen tersebut akan meningkatkan proses saling
mengenal dan memahami.
>Pastikan bahwa ide, pendapat dan saran peserta dapat dipertimbangkan, dan bahwa mereka
tercer merefleksikan hasil dan kegiatan program. Hal ini akan memungkinkan Anda untuk
membangun pengetahuan bersama-sama dan membuat peserta merasa dihargai serta diakui.
>Mengakhiri program Anda dengan kegiatan yang mendorong motivasi dan berfungsi
sebagai penutup yang tepat. Gunakan sebuah puisi atau doa antar-agama untuk upacara
penutupan dan menyiapkan presentasi dengan musik dan gambar dari workshop.
>Mendorong terciptanya suatu jalinan pertemanan di antara para peserta dan mengundang
mereka melanjutkan dialog hingga diskusi setelah program berakhir.
1.Gunakan peta ‘dusun’, mempersiapkan metode belajar Anda, memilih ‘kiosk’ dari modul,
atau modul, yang akan Anda kerjakan.
2.Pilih kegiatan yang paling sesuai dengan format program Anda dan memverifikasi bahwa
metodologi tersebut cocok untuk latar dan kelompoknya.
3.Internalisasi proses pembelajaran dan merenungkan bagaimana proses tersebut dapat
membantu Anda mencapai tujuan sesuai modul melalui kegiatan yang Anda pilih.
Pengaturan dan peserta
Mengidentifikasi latar pendidikan di tempat Anda akan bekerja, baik dari segi umum dan
lebih khusus. Apakah itu termasuk kemah musim panas, workshop, satu sesi, program jangka
panjang sesi mingguan, atau seminar? Pengaturan pendidikan akan menentukan bagaimana
Anda melanjutkan proses perencanaan. Silakan pikirkan hal tersebut berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan berikut:
>Siapa yang akan berpartisipasi?
>Apakah golongan homogen atau heterogen? Mempertimbangkan latar baik agama maupun
budaya.
>Bagaimana dampak dari latar dan peserta pada program dan sesi Anda?
Tujuan
Mengidentifikasi tujuan dari setiap sesi program.
Tujuan harus 'SMART':
>Specific. (Spesifik)
>Measurable. (Dapat diperhitungkan)
>Attainable. (Dapat dicapai)
>Realistic. (Realistis)
>Timely. (Tepat waktu)
Tujuan harus diberitahukan kepada para peserta dan dimodifikasi seperlunya.
Metodologi
Biasakan diri Anda dengan metodologi seperti yang terdapat pada halaman 28 dan 29.
Gunakan berbagai metodologi yang akan berfungsi sesuai pengaturan dan peserta Anda.
Mengidentifikasi kemungkinan adanya hambatan. Metodologi yang disarankan secara
keseluruhan sebaiknya partisipatif, interaktif, dan mempromosikan proses pembelajaran diri
sendiri.
Sumber
Learning to Live Together melengkapi sumber untuk berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan pemikiran kritis peserta. Sumber tersebut termasuk cerita, puisi, studi kasus,
lagu, film, dilema, kartu role playing dan doa untuk perdamaian. Lihatlah sumber dan
tanyakan pada diri sendiri tentang pertanyaan-pertanyaan berikut:
>Di mana lagi saya dapat menemukan materi pendukung kegiatan?
>Apa materi pendukung yang sudah tersedia di dalam kelompok?
>Materi pendukung mana yang harus digunakan untuk setiap aktivitas?
metodologi apa yang paling baik digunakan, mengingat latar dan pesertanya?
>Apakah ada bahan lain yang tersedia, misalnya, musik, seni, tradisi lisan, cerita?
> Apa cara terbaik untuk menggunakan atau memperkenalkan bahan pendukung?
Outline
Pada setiap kiosk, lihatlah kegiatan yang disarankan dan pilihlah yang paling cocok untuk
kelompok dan lokasi Anda.
Rancanglah proses belajar yang akan Anda ikuti selama sesi berlangsung, dengan permulaan
dan akhir yang jelas—atau memungkinkan untuk fleksibilitas tinggi diantara keduanya.
Mengacu pada proses pembelajaran spiral sesuai yang diusulkan pada halaman 25, yang
dapat membantu Anda membawa peserta ke dalam suatu proses pembelajaran yang lebih
partisipatif dan reflektif.
Pastikan proses pembelajaran pada sesi Anda memotivasi peserta lain, menyediakan ruang
untuk pertanyaan, membantu peserta menemukan suatu hal, dan memberikan waktu yang
cukup bagi mereka untuk mengkaitkan hasil latihan dengan kehidupannya.
Beralih ke Tindakan
Setiap sesi harus berisi kesimpulan mengenai kaitan apa yang peserta pelajari dengan
kehidupan mereka sendiri serta mendiskusikan tindakan yang mungkin cocok dalam konteks
ini. Tindakan harus kontekstual dan hanya efektif jika berasal dari peserta dan dimiliki oleh
kelompok tersebut. Hal ini bergantung pada konteks, tindakan mungkin dapat dilakukan
secara individual, tetapi dapat diterapkan melalui sekolah atau masyarakat terkait.
Evaluasi
Dalam Bagian 3, Monitoring Progress, Anda akan menemukan sejumlah metode bagi Anda
dan peserta untuk menilai pembelajaran mereka. Salah satu metodenya adalah Learning Log,
metode ini harus diperhatikan oleh para peserta. Selain itu, deskripsi dari lima metode
penilaian tersebut dapat Anda gunakan, dan tersedia juga beberapa metode ‘on-thespot’ yang
bergantung pada situasi saat pembelajaran.
Masing-masing kiosk membawa tanda istirahat sebagai pengingat bagi Anda untuk meminta
peserta menulis pada Learning Log dan menilai kemajuan mereka. Evaluasi ini dilakukan
oleh para peserta, bukan oleh fasilitator. Evaluasi atas progress ini didasarkan pada penilaian
diri dan refleksi diri; peserta harus mengkaitkan pembelajaran mereka dengan konteks
mereka sendiri. Kamudian peserta menyerap hasil pembelajaran untuk diterapkan ke dalam
dirinya sendiri, dan memberdayakannya.
Anda, sebagai fasilitator, didorong untuk mengembangkan evaluasi yang berpengaruh kepada
para peserta, sehingga mereka dapat menilai perubahan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan pada tingkat personal, interpersonal serta sosial. Evaluasi ini harus
memperhitungkan internalisasi nilai-nilai dan hubungan yang dibuat antara pembelajaran dan
realitas dari diri setiap peserta. Untuk model evaluasi tersebut, silakan lihat halaman 61.
Penting diingat bahwa tim fasilitator juga ikut melalui proses evaluasi diri setelah sesi
selesai, untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan hasil keseluruhan dari latihan
tersebut.
Gunakan format evaluasi untuk menilai tayangan langsung dari para peserta dalam hal
logistik, isi program dan pembelajaran, (lihat halaman 228).
Latar Formal
Sekolah dapat memberdayakan anak-anak dan kaum muda dengan termasuk memasukkan
Learning to Live Together ke dalam kurikulum mereka, dan dengan menyediakan metodologi
baru serta kegiatan yang meningkatkan pemikiran kritis para siswa. Penggunaan Learning to
Live Together di sekolah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat luas. Sekolah
telah, dan di beberapa bagian dunia masih, menjadi sebuah pusat komunitas, dimana orang
datang bersama-sama untuk beraktivitas, membuat perencanaan, tempat pertemuan, dan
berbagi ide. Sekolah dapat menjadi arena yang efektif untuk pembangunan dan pembelajaran
masyarakat, yang memungkinkan kita untuk menghormati dan memahami satu sama lain
dengan lebih baik.
Latar non-formal
Ruang pembelajaran di luar sistem sekolah formal yang memberikan pendidikan dan
pengembangan keterampilan untuk anak-anak dan remaja berada di luar sekolah, dan orang-
orang yang terpinggirkan dan rapuh (seperti pengungsi, migran dan anak yatim), dapat
mengkatalisis cara-cara baru untuk memperoleh pengetahuan, sikap positif, toleransi dan
pemahaman, serta mempromosikan perubahan perilaku.
Organisasi keagamaan, kelompok pemuda, klub perdamaian, dan jenis lain dari lembaga
pendidikan menjadi arena penting untuk mempromosikan etika melalui pembelajaran agama
dan antar budaya. Kaum muda sering menghadiri kelompok-kelompok ini secara sukarela
untuk meningkatkan dan mendiskusikan isu-isu sosial di lingkungan terbuka. Faktor-faktor
ini diciptakan sebagai tempat ideal untuk mengaktifkan kemampuan anak muda demi
menanggapi kebutuhan masyarakat mereka.
Learning to Live Together dapat dengan mudah disesuaikan dengan program perdamaian atau
pendidikan hak asasi manusia, terutama mereka yang menekankan pembelajaran antarbudaya
dan antaragama serta menjunjung martabat manusia. Debat, diskusi terbuka, kafe antaragama,
round table, dan inisiatif bersama mungkin lebih mudah terjadi pada latar pendidikan non-
formal, yang dapat memberikan kesempatan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan
dialog antaragama.
Di tempat-tempat di mana interaksi formal antar-agama sulit untuk diselenggarakan, baik
karena pemisahan atau karena konflik agama, maka ruang non-forma diperlukan untuk
mempromosikan rasa saling pengertian dan untuk memberikan kesempatan berinteraksi dan
berdialog.
Pengaturan Informal
26
Formal education is done in schools and training institutions; non-formal education in community groups, religious communities and
other organisations; and informal education covers what remains, e.g., interactions with friends, family and work colleagues. The
distinction is largely administrative but serves to cover all aspects of learning throughout life.
Peran fundamental anggota keluarga dan lingkungan di rumah adalah menjunjung rasa
hormat dan saling memahami antara kelompok yang berbeda. Menempatkan nilai-nilai secara
eksplisit tentang keragaman agama dan budaya menjadi salah satu cara untuk memotivasi
anak-anak dan remaja agar berusaha mencari cara yang lebih baik demi ‘hidup
berdampingan’. Keluarga adalah platform yang dapat mendorong apresiasi terhadap
perbedaan dan perkembangan identitas seseorang. Dengan cara ini, orang tua berpotensial
dan berkuasa untuk memberdayakan anak serta remaja.
Booklet untuk Peserta
Siapkanlah sebuah booklet bagi peserta yang memberikan informasi tentang isi program, apa
yang dibutuhkan dari mereka, apa yang akan mereka alami, dan bagaimana mereka dapat
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk pembelajaran ini.
Memberikan booklet kepada peserta di awal pembelajaran, akan memudahkan persiapan
mereka, merangsang rasa ingin tahu mereka, dan memungkinkan mereka untuk
mengartikulasikan harapan mereka.
Apa yang termasuk di dalam booklet ini?
1. Kata pengantar: Memberikan sambutan kepada peserta program ini, menyatakan durasi,
orang yang mengatur, jumlah peserta, negara asal dan keyakinan agama peserta, serta
menggarisbawahi pentingnya partisipasi mereka untuk keberhasilan program ini.
2.Tujuan: Outline yang diharapkan dapat dicapai pada akhir program. Gunakan tujuan
SMART.
3.Agenda: Berikan slot atau jeda waktu untuk setiap sesi. Pastikan ada waktu untuk istirahat,
makan, rekreasi, dan tamasya.
4. Penjelasan setiap sesi: Outline dari setiap sesi, bagaimana cara mereka menyiapkannya,
dan informasi logistik lain yang diperlukan untuk setiap sesi.
5.Learning Log: Menjelaskan kepada peserta bahwa sebagai bagian dari pembelajaran ini,
mereka akan diminta untuk menyimpan buku harian atau jurnal—Learning Log dari
pengalaman mereka selama belajar.
6.Informasi kemah: Jika acaranya berupa kemah musim panas atau workshop, pastikan Anda
memberitahu mereka tentang tempat, cuaca, jenis pakaian yang mereka butuhkan dan fasilitas
yang akan mereka dapatkan di tempat tersebut, misalnya, telepon umum, area hijau, dan
akses internet. Pada program sekolah, pastikan Anda memberikan informasi jika ada
kemungkinan kunjungan lapangan dan jenis kegiatan di luar ruangan.
Pastikan booklet Anda menarik bagi peserta dan informasi yang Anda berikan jelas dan
ringkas.
>Pastikan peserta mendapatkan penjelasan tentang agama lain dengan menggunakan kegiatan
yang berpengalaman. Anda dapat menggunakan aktivitas kunjungan antaragama, sesuai yang
ada di halaman 80, untuk mengenalkan mereka dengan keyakinan lain dan merenungkan
pemahaman serta ide-ide mereka.
>Mengundang tamu dari agama-agama lain untuk pertemuan antaragama atau diskusi dimana
peserta dapat berbicara dan belajar dengan mereka.
>Gunakan film yang menunjukkan hak untuk mengekspresikan keyakinan agama. Diskusikan
dengan peserta ide-ide dan refleksi mereka setelah menonton film.
>Sebagai bagian dari penilaian diri mereka, peserta diminta untuk bertemu seseorang yang
memiliki keyakinan agama berbeda dan belajar tentang mereka.
> Menggunakan gambaran atau citra dari tradisi agama lain dan mengeksplorasi fungsi serta
maknanya.
> Membentuk kelompok fasilitator dari latar belakang agama yang berbeda.
>Mengekplorasi perbedaan dan persamaan dari kelompok agama yang direpresentasikan—
Apakah ada lebih dari satu denominasi atau etnis? Membahas bagaimana perbedaan ini dapat
membentuk identitas keagamaan peserta.
Saya ingin mengatasi masalah-masalah sosial, bukan masalah agama.
Saya tertarik menggunakan Learning to Live Together, tapi saya tidak ingin berbicara tentang
isu-isu agama; Saya ingin membahas masalah-masalah sosial dengan relevansi yang lebih
besar ke daerah saya.
Learning to Live Together telah dirancang untuk melibatkan kaum muda dalam mengubah
ketidakadilan dan konflik kekerasan, dengan menekankan pada konflik yang dipicu oleh
perbedaan agama.
Pendekatan ini bertujuan untuk memahami keragaman dari berbagai perspektif, tetapi fokus
utamanya pada perbedaan agama.
Hal tersebut seharusnya tidak mencegah Anda untuk menggunakan sumber sebagai model
untuk menangani jenis lain dari konflik dan perbedaan. Learning to Live Together dapat
digunakan untuk mengatasi masalah apapun yang berakar pada kurangnya rasa hormat dan
pengertian di antara orang-orang. Kami menyarankan Anda menggunakan sumber ini dengan
kelompok-kelompok antaragama, meskipun jika topik utama bukan tentang pemahaman
agama, sumber ini akan membantu menciptakan ikatan diantara peserta dan untuk
mempromosikan kerjasama antaragama.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang berguna:
>Pilih topik sosial untuk menangani masalah (misalnya, kekerasan antara kelompok pemuda,
masalah perpindahan, migrasi, konflik sumber daya dan diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin).
>Menggunakan modul pertama, Memahami Diri dan Orang lain, untuk menekankan
keragaman budaya atau perbedaan cara berpikir; prasangka dan stereotip kelompok budaya
dan sosial; serta pentingnya menghargai orang lain, siapa pun mereka.
>Menyesuaikan dengan modul kedua, Mengubah Dunia Bersama, dengan topik yang telah
Anda pilih dan menekankan bagaimana masalah tersebut mempengaruhi hubungan antara
orang-orang dan rasa tanggung jawab indvidu dan komunitas untuk bertindak. Biarkan
peserta mengetahui bahwa mereka dapat menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.
Untuk melihat bagaimana Learn to Live Together digunakan untuk mengatasi perpindahan
dan situasi kekerasan, mengacu pada 'Workshop di Ekuador' sesuai pada halaman 210,
'Workshop di El Salvador' pada halaman 213 dan 'Workshop di Panama' pada halaman 216.
Saya ingin mengenalkan Learning to Live Together kepada kelompok agama yang beragam;
Namun, beberapa kelompok agama memiliki masa lalu yang sangat berat, dan ada
konfrontasi diantara para peserta.
Learning to Live Together membantu terciptanya kesadaran tentang perlunya sikap saling
pengertian dan membuka diri terhadap orang lain meskipun berbeda. Hal ini bertujuan untuk
membangun ikatan kepercayaan dan memelihara sikap rekonsiliasi peserta. Oleh karena itu,
harus Learning to Live Together mampu mengatasi jenis tantangan yang dijelaskan di atas.
Berikut adalah beberapa rekomendasi yang berguna:
>Luangkan waktu lebih banyak pada modul pertama, Memahami Diri dan Orang lain, agar
tercipta lingkungan yang aman untuk interaksi antar peserta.
> Menekankan pentingnya rasa kemanusiaan dan keanekaragaman. Hal ini akan
memungkinkan Anda untuk menciptakan rasa persatuan diantara para peserta.
>Menantang stereotipe dan prasangka dari setiap peserta dengan menggunakan metodologi
experiential yang memungkinkan mereka untuk memahami kehidupan dan pemikiran orang
lain.
>Menciptakan ruang untuk berdialog dan untuk berbagi. Menekankan pada pentingnya sikap
terbuka terhadap sudut pandang lain.
>Gunakan kegiatan dimana peserta harus dapat menempatkan diri diantara orang lain dan
memungkinkan mereka untuk merenungkan perasaan mereka sendiri dan orang lain.
>Memetakan konflik diantara kelompok agama dengan para peserta, mendengarkan semua
sudut pandang dan mengekplorasi pola dan sejarah dari konflik tersebut, orang-orang yang
terlibat di dalamnya, hubungan yang telah terpengaruh dan masa depan konflik tersebut.
Biarkan mereka merenungkan konflik dan bagaimana hal itu berakar pada ketidakmampuan
kita untuk menjalin hubungan dengan orang lain serta kegagalan kita untuk memahami dan
menghormati satu sama lain. Jika peserta menunjukkan diri mereka sebagian besar tidak tahu
tentang sejarah dan penyebab konflik, gunakan metode ini untuk mempertanyakan prasangka
yang tetap mereka bawa.
>Gunakan studi kasus, artikel, film dan lagu-lagu tentang transformasi konflik di daerah lain,
dan buka diskusi parallel yang temanya berdasarkan konteks peserta itu sendiri.
>Kasus dipresentasikan oleh orang-orang yang bekerja untuk pemahaman bersama atas
kelompok agama yang berbeda dan membiarkan peserta berdiskusi dan merenungkan ini.
>Membiarkan peserta untuk merefleksikan konflik pribadi mereka dengan orang-orang yang
termasuk ke dalam kelompok agama yang berbeda dan memberikan waktu untuk kegiatan di
kioks perdamaian dimulai dari saya, yang dapat ditemukan dalam modul. Transforming the
World Together.
>Membentuk kelompok fasilitator yang mewakili keragaman agama dari setiap kelompok
untuk menciptakan suasana seimbang dan melawan bias dalam diskusi dan fasilitasi.
Jika Anda ingin mendapatkan beberapa ide untuk menggunakan Learning to Live Together
dalam konteks kekerasan agama dan konflik, Anda dapat membaca laporan workshop di
Israel, Massa-- Massar (The Journey – The path) silakan temukan di http: // www.
arigatou.ch/mm/file/massa-massar-report.pdf
Learning to Live Together dapat digunakan oleh kelompok-kelompok dari latar belakang
sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda. Anak-anak dan kaum muda yang telah, atau
sedang, terkena dampak kekerasan membutuhkan kesempatan untuk memperkuat harga diri
mereka dan diberdayakan sehingga mereka dapat bertahan hidup dengan lebih baik dalam
menghadapi situasi tersebut dan memberikan kontribusi positif pada perdamaian.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang berguna:
>Penekanan kiosk dalam modul Acknowledge myself in relation to others in the
Understanding Self and Others (Memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan pemahaman
terhadap orang lain)
>Menciptakan ruang bagi peserta untuk memperkuat kepercayaan diri dan harga diri, melalui
berbagai kegiatan yang mendorong mereka untuk menggunakan kreativitas mereka,
berpartisipasi, dan berinteraksi tanpa dihakimi. Pastikan kelompok minoritas mendengar dan
didengarkan. >Siapkan kegiatan yang membantu peserta memvisualisasikan penyebab
ketidakadilan paada > masyarakat mereka dan kebutuhan untuk pemberdayaan dalam
menemukan solusi perdamaian terhadap situasi tersebut. Memanfaatkan kegiatan yang
meningkatkan pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan masalah.
>Membantu peserta menemukan alternatif non-kekerasan untuk menangani konflik dan
ketidakadilan sosial dan mempersiapkan mereka agar secara damai dalam menghadapi situasi
mereka sendiri. Anda dapat menggunakan film yang menampilkan sebuah perjuangan untuk
keadilan dipimpin oleh tokoh agama dan sosial yang berbeda, atau mengundang organisasi
atau orang-orang yang bekerja untuk gerakan perlawanan tanpa kekerasan.27
>Bantu peserta merefleksikan konflik pribadi mereka atau situasi kekerasan dan berikan
tambaha waktu untuk kegiatan di kiosk Reconciliation walk pada modul the Transforming the
World Together.
Ide-ide lebih lanjut tentang cara menggunakan Learning to Live Together dalam latar jenis
ini, lihat 'Workshop di Tanzania' pada halaman 207 dan 'Workshop di El Salvador' pada
halaman 213.
Kiosk pada dua Modul Pembelajaran tersebut akan membawa peserta melalui perjalanan
antar agama dan antarbudaya yang dapat memberdayakan mereka untuk membangun ikatan
kepercayaan sehingga dapat mengubah dunia.
Melalui kegiatan dari program tersebut, peserta akan belajar menghargai dan memelihara
hubungan dengan orang-orang yang berbeda dari mereka. Mereka akan menyadari
pentingnya memelihara diri dan hubungan mereka dengan orang lain serta memperkuat nilai-
nilai etika dalam kehidupan mereka. Pada program ini, peserta akan menghadapi tantangan
dalam memahami dunia dan orang-orang di sekitar mereka, tantangan yang akan membantu
mereka memahami tanggung jawab individu dan kolektif sebagai masyarakat global. Para
peserta akan merefleksikan pengalaman mereka sendiri, membuat relasi diantara nilai-nilai
yang berbeda dan akan lebih siap mengubah diri dan lingkungan mereka. Melalui kerjasama
yang menyenangkan, mereka akan menemukan cara damai untuk mengubah dunia mereka.
Modul pertama, Memahami Diri dan Orang lain, difokuskan pada individu dan identitas
dirinya. Hal ini dapat membantu peserta untuk menemukan kesamaan, serta perbedaan di
antara mereka dan orang-orang dari agama dan budaya yang berbeda. Mereka akan melihat
diri mereka dari perspektif orang lain dan belajar untuk mengakui orang lain dengan empati,
memahami dan menghormati perasaan, keyakinan dan cara hidup mereka. Pada akhir modul
pertama, peserta akan merefleksikan tanggung jawab individual untuk bertindak dengan cara
damai dan penuh kasih. Modul ini akan membantu mereka untuk memelihara spiritualitas
mereka.
Modul kedua, Mengubah Dunia Bersama-sama, menganggap pentingnya terhubung dengan
orang lain demi membawa perubahan. Peserta diharapkan dapat menganalisis akar dari
konflik sosial, situasi kekerasan dan ketidakadilan, memperoleh keterampilan untuk
menemukan solusi damai atas masalah ini. Mereka akan menemukan bahwa dengan
mencapai kedamaian batin, mereka dapat mengembangkan sikap rekonsiliasi yang dapat
membangun jembatan kepercayaan dengan orang lain. Pada akhir modul kedua, anak-anak
dan kaum muda akan termotivasi untuk bekerja sama dengan orang lain atas respon terhadap
nilai etika demi kebutuhan transformasi di dalam masyarakat mereka.
Dalam setiap modul, fasilitator harus memilih kiosk agar fokus dan sesuai pada pengalaman
mereka
Modul 1 Memahami Diri dan Orang lain (Understanding Self and Others)
Sikap saling menghargai tumbuh seiring dengan sikap saling memahami dan menghormati
perbedaan dan persamaan yang lebih besar.
Melalui kiosk dari Modul 1, peserta dapat belajar mengenai diri sendiri dalam hubungannya
dengan orang lain. Mereka akan belajar untuk menerima perbedaan dengan orang lain dan
berbagi kesamaan. Dengan berjalan pada lintasan yang berbeda, peserta dapat melihat
bagaimana identitas dibentuk oleh asal, hubungan dengan keluarga, teman dan orang-orang di
sekitar mereka. Perjalanan dalam program ini akan membantu mereka menghargai untuk
keberagaman, menantang prasangka mereka, dan mengakui kebutuhan atas pemahaman dan
penghormatan kepada orang lain.
Sebagai fasilitator, pilih kiosk yang ingin Anda kunjungi dan rencanakan perjalanan
kelompok Anda untuk Memahami Diri dan Orang lain!
Menghargai keragaman
Kegiatan di kios ini membantu peserta melihat dunia tempat kita hidup. Peserta akan belajar
lebih banyak tentang orang lain dan menemukan keragaman dan kesempurnaan pada orang
lain. Cara ini dapat memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi apa yang membuat kita
berbeda dan menghargai keberagaman ini tanpa prasangka.
kegiatan yang disarankan
>Gambar berbagi, halaman 70.
> Peta menggambar, halaman 76.
> Raihlah bintang, halaman 77.
> Kunjungan Antaragama, halaman 80.
> Bandingkan saja, halaman 82
.> Malam Budaya, halaman 83.
> Quiz - Apa aku tahu tentang agama-agama lain? Halaman 112.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Mengakui diri dalam hubungannya dengan orang lain
Kegiatan di kios ini membantu peserta melihat secara mendalam ke diri mereka sendiri dan
bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Peserta akan mengakui identitas mereka
sendiri dan belajar bagaimana menghormati hak setiap orang atas suatu identitas. Peserta
akan menemukan keterkaitan mereka dengan orang lain dan bagaimana identitas mereka
dibentuk melalui hubungan dan pengalaman dengan orang lain.
Kegiatan yang disarankan
>Silsilah hidup saya, halaman 65.
>Berbagi Pengalam Pribadi, halaman 67.
> Raihlah bintang, halaman 77.
> Bandingkan saja, halaman 82.
> Malam Budaya, halaman 83.
> Cerita Bobby, halaman 103.
> Melukis kaos, halaman 109.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Rasa kemanusiaan
Melalui kegiatan di kiosk ini, peserta akan menemukan bahwa, di luar perbedaan-perbedaan
kita, kita berbagi rasa kemanusiaan. Peserta akan mencari nurani mereka dan mendengarkan
cerita orang lain untuk membantu mereka terhubung satu sama lain. Mereka akan memiliki
rasa tanggung jawab bersama sebagai manusia.
Kegiatan yang disarankan
>Mendongeng, halaman 74.
> Raihlah bintang, halaman 77.
>Drumming circle, halaman 79.
> apresiasi atas kegembiraan, halaman 105.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Kegiatan dalam kiosk ini mengarahkan para peserta untuk menyadari dan bekerja dengan
prasangka mereka sehingga dapat mengerti satu sama lain dengan lebih baik. Kiosk ini
menyebabkan proses reflektif diri dari kebangkitan spiritual atas kebutuhan dan perasaan
orang lain. Hal ini tentu akan memperkuat spiritualitas dan kapasitas mereka untuk berempati
dengan orang lain.
Sebagai fasilitator, pilih kiosk yang ingin Anda kunjungi dan rencanakan perjalanan
kelompok Anda untuk Memahami Diri dan Orang lain!
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Kios ini membantu peserta untuk merefleksikan tentang bagaimana sikap mereka agar dapat
berkontribusi untuk kekerasan dan ketidakadilan. Pada saat yang sama, mereka akan menjadi
lebih menyadari tanggung jawab mereka untuk mengubah sikap-sikap ini. Peserta akan
melihat ke dalam diri mereka sendiri dan merefleksikan hubungan mereka dengan orang lain.
Mereka akan mampu menumbuhkan nurani mereka sambil memperkokoh kapasitas mereka
untuk mengubah dunia.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
alternatif non-kekerasan
Dalam kios ini, peserta akan terinspirasi dan siap untuk menanggapi secara damai atas situasi
yang mempengaruhi identitas dan hak-hak mereka sendiri. Peserta akan menemukan
alternatif non-kekerasan dan belajar tentang gerakan perlawanan anti kekerasan yang
ditunjukkan melalui ketidakadilan dan situasi kekerasan. Mereka akan merenungkan tentang
pentingnya membangun perdamaian untuk mengubah komunita, masyarakat dan dunia.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Rekonsiliasi berjalan
Kios ini akan membantu peserta menilai rekonsiliasi sebagai sarana memperbaiki hubungan
yang rusak. Mereka akan memelihara nurani mereka sendiri dan belajar untuk mendengarkan,
mengampuni, menyembuhkan dan memulihkan orang lain. Cara tersebut akan
memungkinkan para peserta untuk melihat rasa kemanusiaan lain, untuk mengakui rasa sakit
yang disebabkan kepada dan oleh orang lain serta kebutuhan untuk mencari dan memaafkan.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Section 3
Monitoring Progress
Learning to Live Together mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. LTLT memotivasi anak muda
untuk bekerja sama emebuat perubahan social . Untuk mencapai tujuan itu , perlu memonitor dan
menilai pengaruh programmu. Diantara alat assessement yang sangat disarankan di bagian ini adalah
Learning Log
Learning Log
Memberi anak kesempatan untuk berinteraksi dengan diri mereka sendiri , bertanya kenapa dan
bagaimana sesuatu terjadi, dan mengemukakan apayang mereka ketahui, lihat dan alami adalah kunci
dari pengembangan belajar kritis terhadap diri sendiri. Pertanyan yang refleftif membantu anak muda
belajar melewati pengertian mereka sendiri; mereka menantang persepsi dunia dan memotivasi
mereka untuk memikan kembali pendapat dan sikap mereka sendiri.
Berikut ini beberapa contoh dari pertanyaan dan pernyataan reflektif untuk dimasukkan dalam
Learning Log
1. Apa yang kamu pelajari dari pengalaman ini?
2. Apakah ide saya berubah? Jika begitu, kenapa?
3. Apakah ada yang salah? Kenapa? Bagaimana saya bisa memperbaiki? Bagaimana saya bisa
mengatasi situasi itu?
4. Satu hal saya pelajari hari ini adalah …….
5. Hari ini saya ada masalah yang berusaha untuk……… nesuk Saya kan atasi problem itu ……
6. Bagian yang terbaik tentang …….
7. Saya dulu berpikir ……. Sekarang saya berpikir ……
8. Hari ini saya mengubah cara saya …… Sebab…….
Contoh pertanyaan dan kegaatan yang kamu mungkin sarankan untuk Learning Log setelah satu
kegiatan termasuk
.> Apa artinya Respek bagi kamu? Tulislah moment kapan kamu menynjukan respek kepad
ayang lain di sekolah , keluarga atau komitasmu.
.> Juga pikirkan tentang moment kamu menungjukan ras tidak respek kepada yang lain
Ø Tulis di Learning Log kamu tentang moment dimana kamu mengalami tidak mendapat
respek dari yang lain.
Ø Tulis di Learning Log kamu 2 komitmet bahwa kamu mau menjadi lebih menghargai yang
lain.
Ø Tulis di Learning Log kamu satu perubahan yang kamu butuhkan agar hidupmu lebih
emphatic.
Ø Tulis dalam Learning Log kamu satu hal yang bisa kamu kerjakan sekarang untuk membantu
mengatasi masalah di sekitar kamu yang merusak saling pengertian.
Beberapa pasang anak muda belajra dari yang lain dengan berbagi pengalaman dan apa yang
mereka telah pelajari. Model ini menciptakan suatu pengalaman belajar yang sama dan
menantang pra konsepsi individu tentang latar belakang agama, social dan budaya yang berbeda.
Peer pairs bisa pilihan sendiri atau kamu pilih. Idealnya, pemasangan , pemasangan harus
melibatkan peserta dari budaya dan kepercayaan yang berbeda.
Kamu bisa banyak belajar dari satu sama lain. Selama 20 minutes dengan pasanganmu untuk
saling mengenal .
Ø Membicarakan keluargamu , budaya, Negara ,agama dan topic lain.
Ø Ceritakan bagaimana kehidupanmu, apa kepercayaan dan agamamu dan bagaimana kamu
mempraktekannya dan bagaimana kamu berpikir bahwa kehidupanmu bisa diperkaya.
Ø Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin tanyakan ke satu sama lain?
Ø Berbagilah apa pendapatmu tentang programme ini.
Akhirnya , tulislah apa yang kamu pelajari dan pengalamanmu di Learning Log kamu
Model ini memberi kesempatan kepada peserta untuk berbagi apa yang mereka sedang pelajari
tentang diri mereka sendiri, yang lain dan dunia dengan group. Mereka juga bisa berbagi tentang apa
yang mereka pelajari tentang respeck, hak dan tanggung jawab. Formatnya harus mendorong peserta
menghubungkan antar pengalaman respektifnya.
Tanyakan kepad peserta untuk mencari moment dalam seminggu untuk diceritakan kepada group
bagaiman mereka memperkuat hubungannya dengan yang lain, dan bagaimana mereka belajar untuk
mengerti dan menghargai yang lain.
Ø Mari kita bercerita satu sama lain apa bagian yang kita pikir paling berharga dari sesi terakhir
atau dan program.
Ø Kenapa kamu menghargai moment ini, khususnya?> What importance do you think it had?
Ø Pikirkan tentang situasi dalam keluargamu, sekolah atau lingkungan tetangga yang
melanggar human rights atau human dignity. Pikirkan tentang orang orang yang terlibat
dalam situasi tersebut dan bayangkan kamu adlah salah satu dari mereka.
Ø Katakan bagaimana perasaanmu. Apa yang akn kamu lakukan.
Ø Menurut kamu apa yang bisa dilakukan untuk membantu menyeleseikan masalh tersebut
Akhirnya, catatlah apa yang kamu pelajarai dan pengalamanmu di Learning Log kamu.
Model ini membantu peserta mengerti bagaimana belajrnya mempengaruhi pandangan mereka tentang dunia dan
kebutuhan untuk transformasi social. Dengan memvisualisasi masalah kehidupan sebenarnya dan menganalisa
kontribusi individu untuk solusi keseluruhan, metode penilaian sendiri ini bisa membantu munculnya
tindakannyata.
Peserta bisa menggambar kebutuhan untuk transformasi baik local dan global dengan berempati kepada mereka
yang terpengaruh sambil juga mendiskusikan solusi dan kemungkinan kontribusi. Metode ini membantu peserta
mengambil situasi’local’ ke ‘global’ kontek dan melihat diri mereka sendiri sebagai global citizens.
Ø Siapkan peta dunia ( sebesar kamu inginkan) dan pajang secara menyolok.
Ø Peserta memilih dua tempat( kota, Negara atau daerah) yang mereka tidak kenal dan ingin belajar tentang
itu. Lekatkan pin di masing masing tempat dan tanyakan kepada peserta untuk menulis apa yang mereka
ingin ketahui tentang tempat tersebut
Ø Selama sebulan, carilah lebih banyak informasi tentang 2 tempat yang dipilih . Peserta harus mencari di
Koran, TV news, dan internet dan bertanya kepada orangtua atau teman . Semuanya relevant: politik,
kejadian terbaru, budaya, keberagaman manusianya, praktek keagamaan. Setiap minggu , peserta berbagi
informasi yang mereka kumpulkan dan menambahkan penemuannya di peta.
Ø Begitu mereka telah belajar lebih banyak tentang tempat tersebut, tandai apa yang kelihatannya menjadi
situasi kritis di tempat tersebut, sesuatu yang perlu di transformasi atau sesuatu yang membuat orang
sedih. Tulislah dan temple diatas peta.
Ø Dorong peserta untuk refleksi bagaimana maslah yang diidentifikasi bisa di seleseikan . siapa yang
menyeleseikannya> Bisakah kita membantu menyeleseikannya?
Akhirnya , catatlah belajarmu dan pengalamanmu di Learning Log kamu
Mentoring Model
Peserta berdiskusi tentang ide ide mereka, ketakutan, inisitif dan tujuan hidup dengan role models
mereka. Ini cara untuk berbagi pengalaman dan mendorong masing masing peserta untuk
mererefleksikan pengalaman orang lain dan mungkin bisa menginspirasi untuk bisa mengontrol
hidupnya dengan lebih baik. Model ini juga mebuat role- models dewasa mendukung dengan
mempraktekan nilai nilai etika.
Dalam mitologi Yunani mentor dipercaya sebagi teman dan penasehat. Di Homer’s Odyssey,
Odysseus’ son, Telemachus, di jaga Mentornya, yang membantu perkembangan Telemachus untuk
bertanggung jawab terhadap kehidupan.
MY CHECKING CHART
Satu situasi Kenapa kamu Apakah ada hal Apakah ini Apakah saya bisa
saya ingin buat ingin yang melibatkan bekerjasama denganyang
lebih baik membuatnya menghentikan orang lain? lain untuk membuat situasi
lebih baik? kamu dari ini lebih baik?
membuatnya
lebih baik?
Quick ‘Temperature Taking’ Evaluation
Models.
Kelima model diatas berfungsi untuk menilaian peserta baik secara mandiri maupun secara kelompok,
dipakai sepanjang alur pembelajaran. Sebagai seorang fasilitator, Anda mungkin ingin mengetahui
apakah segala sesuatunya telah berjalan dengan baik dengan menggunakan metode ‘On The Spot”.
Beberapa metode yang berguna termasuk :
• Angkat Tangan : Saat peserta diberi pertanyaan dimana mereka diharapkan untuk mengangkat
tangannya (untuk berbicara atau untuk menunjukkan tangan mereka), banyak yang dapat
dipelajari tentang apakah mereka merasa senang atau seberapa besar tingkat kepuasan mereka
dari cara mereka mengangka tangannya. Apakah tangan mereka diangkat, setengah diangkat
secara penuh atau bahkan tidak diangkat sama sekali. Metode ini dapat juga dipakai untuk
menilai apakah suatu informasi telah dimengerti secara penuh.
• Survey : Memberikan survey kepada peserta dan meminta mereka melingkari 3 kata sifat
yang menurut mereka paling mencerminkan rasa puas mereka pada sesi yang baru saja
mereka dapat. Masukkan kata-kata yang dapat dipakai peserta untuk mengekespresikan
perasaan mereka seperti :
• Satu hal yang saya sukai dan satu hal yang tidak saya sukai : Peserta meletakkan tangan
mereka di lingkaran dan mengatakan satu hal yang meeka sukai dan satu hal yang mereka
tidak sukai tentang sesi yang baru saja mereka dapat
Impact Assessment
Matrik penilaian dampak pada lampiran-lampiran di halaman 230 sampai 232 didasarkan pada tujuan-
tujuan dari belajar Hidup Berdampingan. Matrik tersebut dapat membantu Anda untuk mengukur
apakah programnya telah memberikan dampak pada pengetahuan, perilaku yang etis, sikap dan
kemampuan/ ketrampilan peserta atau tidak.
Perubahan perilaku dan sikap sulit untuk diukur dikarenakan data kwalitatif yang perlu dinilai dan
komponen subyektif yang berasal dari penilaian tersebut.
Matrik-matrik ini hanya memungkinkan Anda mengerti apakah persepsi peserta telah berubah dan
mau melakukan tindakan dengan cara yang damai dan menghargai orang lain.
Pertanyaan-pertanyaan dalam matrik-matrik tersebut dirancang dibawah 3 judul : pengetahuan,
perilaku, dan ketrampilan. Pengetahuan tentang diri sendiri, orang lain dan tentang realitas dunia
mempengaruhi perilaku dan sikap anak-anak terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
Konsekwensinya ini akan mengarah pada cara bertindak yang bias saja inklusif, berbelas kasih,
perhatian atau diskriminasi dan mau menang sendiri. Cara anak-anak bertingkah laku dan bertindak
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tumbuh dan ruangan/kesempatan yang diberikan kepada
mereka untukberinter-aksi dengan orang lain.
Beberapa pertanyaan berhubungan dengan stereotype (pelabelan), prasangka dan diskriminasi pada
orang lain. Pelabelan termasuk generalisasi tentang karakter dari anggota kelompok. Prasangka adalah
perilaku terhadap anggota kelompok yang hanya berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu
kelompok (bias positif atau negatif), dan diskriminasi adalah tindakan positif atau negatif terhadap
obyek prasangka. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan memungkinkan Anda untuk menilai perilaku
anak-anak terhadap diri mereka sendiri atau orang lain serta korelasinya dengan tindakan mereka.
Petunjuk pemakaian matrik
Matrik di lampiran pada halaman 230 sampai 232 dirancang untuk dipakai sebelum dan sesudah
program Belajar Hidup Berdampingan.
Berilah masing-masing peserta 1 set matrik (A, B, C) pada awal program dan jelaskan bahwa tujuan
latihannya adalah untuk mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Garis bawahi bahwa mereka tidak
perlu menuliskan nama mereka di lembar matrik jika mereka tidak mau melakukannya. Minta mereka
untuk tetap menaruh lembar matrik tersebut didalam map atau Log Pembelajaran (Learning Log)
untuk sementara.
Bagikan satu set matrik yang sama pada akhir program dan minta peserta mengisinya. Beritahu bahwa
tujuan mengisi matrik-matrik ini adalah untuk melihat apakah telah ada perubahan pada persepsi,
pemikiran, dan pendapat mereka sesudah mengkuti program ini.
Minta peserta untuk mengklip 2 set lembar matrik setelah mereka selesai mengisinya. Beri mereka
waktu untuk menulis dalam log pembelajaran mereka tentang jawaban apa yang telah berubah pada
lembar pertama dan kedua.
Minta peserta menyerahkan 2 set lembaran yang telah diklip tersebut kepada Anda setelah mereka
selesai.
Bandingkan jawaban-jawaban dari set pertama dan dari set kedua untuk masing-masing peserta
(klipkan semua lembar jawaban) dan nilailah dampak dari program ini kepada peserta dengan cara
melihat perubahan-perubahan pada :
1. Persepsi pada mereka sendiri dan kepada orang lain.
2. Pengetahuan yang mereka punyai tentang budaya dan kepercayaan orang lain.
3. Pengetahuan yang mereka punyai tentang kenyataan social.
4. Pendapat mereka tentang pernyataan-pernyataan di lembar matrik.
5. Cara mereka akan bertindak dalam situasi-situasi tertentu.
Bagian 4
Aktivitas
Tabel Aktifitas
Modul 1 Mengerti Diri Sendiri dan Orang Lain
Kios Akifitas Metodologi Hala-
man
Berbagi gambar Experience-based learning 70
Menghargai Menggambar peta Discussion-based learning 76
perbedaan Menggapai bintang Discussion-based learning 77
Kunjungan antar kepercayaan Experience-based learning 80
Bandingkan Discussion-based learning 82
Malam budaya Experience-based learning 83
Quiz – Apa yang saya tahu Cooperative-based learning 112
tentang agama lain?
Pohon kehidupan saya Introspection-based learning 65
Menerima diri Berbagi informasi pribadi Experience-based learning 67
sendiri Menggapai bintang Experience-based learning 77
dalamaitannya Bandingkan Experience-based learning 82
dengan orang lain Malam budaya Experience-based learning 83
Cerita Bobby Introspection-based learning 103
Menggambar T-shirt Introspection-based learning 109
Bercerita Experience-based learning 77
Kemanusiaan Megapai bintang Experience & introspection-based 79
yang umum learning
Menabuh lingkaran Introspection-based learning 74
Mengapresiasi kegembiraan Introspection-based learning 106
Cerita untuk jiwa Discussion-based learning 73
Bisakah kita Apa yang akan saya pertahankan Discussion-based learning 78
bekerja bersama? Bank etika Problem-based learning 87
Fokus grup tentang rasa hormat Discussion-based learning 95
Café antar kepercayaan Discussion-based learning 96
Cerita Bobby Introspection-based learning 103
Dialog antar kepercayaan Discussion-based learning 122
Bayanganmu adalah aku Introspection-based learning 69
Menggunakan Kunjungan antar kepercayaan Experience-based learning 80
sepatu orang lain Menggunakan role-play Experience and problem-based learning 85
Menggunakan studi kasus Experience and problem-based learning 86
Café antar kepercayaan Discussion-based learning 96
Merespon Membuat film Experience-based learning 110
kebutuhan akan Kampanye Pembelajaran antar Experience-based learning 117
saling mengerti kepercayaan
Pertukaran antar sekolah Experience-based learning 118
Minggu bertema Experience-based learning 119
Kampanye hak anak-anak Experience-based learning 120
Dialog antar kepercayaan Discussion-based learning 122
Modul 2 Bersama Mengubah Dunia
Kios Akivitas Metodologi Hala-
man
Waktu untuk melihat film Discussion-based learning 71
Apa yang tejadi Belajar dari cerita nyata Discussion-based learning 72
kalau kita tidak Situasi yang tidak adil Experience-based learning 75
saling Bagaimana dunia jka … Introspection-based learning 104
menghormati 1000 derek kertas Introspection-based learning 107
Pulau yang berangsur hilang Experience-based learning 114
Waktu untuk melihat film Discussion-based learning 71
Mengerti konflik, Menggunakan role-play Experience and problem-based learning 85
kekerasan dan Menggunakan studi kasus Experience and problem-based learning 86
ketidak adilan Dilema Discussion-based learning 89
disekitarku Meja bundar Discussion and problem-based learning 97
Debat Discussion-based learning 98
1000 derek kertas Introspection-based learning 107
Menabuh genderang di lingkaran Introspection-based learning 79
Kedamaian mulai Meditasi – perjalanan senyap Introspection-based learning 99
dari diriku Mengapresiasi kegembiraan Introspection-based learning 105
Mandala Introspection-based learning 106
1000 derek kertas Introspection-based learning 107
Menggambar T-shirt Introspection-based learning 109
Kunjungan lapangan Experience-based learning 84
Pilihan-pilihan Bank etika Problem-based learning 87
tanpa kekerasan 6 langkah pemecahan masalah Problem-based learning 91
Berita perdamaian Experience and problem-based learning 93
Pemimpin agama dan sosial Introspection & Discussion-based 101
learning
Cerita untuk jiwa Discussion-based learning 73
Perjalanan Bercerita Introspection-based learning 74
rekonsiliasi 6 langkah pemecahan masalah Problem-based learning 91
Pemimpin agama dan sosial Introspection & Discussion-based 101
learning
Mengapa saya merasa terluka Discussion-based learning 102
Menggunakan role-play Problem-based learning 85
Membangun 6 langkah pemecahan masalah Problem-based learning 91
jembatan- Café antar kepercayaan Discussion-based learning 96
jembatan rasa Membuat film Experience-based learning 110
percaya Bola di udara Cooperative-based learning 115
Perkembangan proyek Cooperative-based learning 121
Dialog antar kepercayaan Discussion-based learning 122
Belajar layanan Experience-based learning 116
Bekerja bersama Kampanye Pembelajaran antar Experience-based learning 117
merubah dunia kepercayaan
Minggu bertema Experience-based learning 119
Kampanye hak anak-anak Experience-based learning 120
Perkembangan proyek Cooperative-based learning 121
My Life tree
Tujuan : Untuk mendorong peserta untuk merefleksikan/merenungkan hidup dan identitas mereka
sendiri dan menghormati identitas orang lain yang unik.
Hasil yang diharapkan : Peserta lebih menyadari diri dan identitas mereka sendiri. Dengan
berbagi/menunjukkan pohon kehidupan mereka, mereka juga menjadi menyadari hidup dan identitas
mereka dan orang lain bagaimanapun samanya atau bedanya kelitan pada awalnya.
Aktivitas
Beri masing-masing peserta satu lembar kertas kosong dan beberapa spidol berwarna dan minta
mereka menggambar sebuah pohon. Setelah selesai, minta mereka untuk mencari informasi tentang
mereka sendiri yang ingin mereka tuliskan pada pohn mereka. Tuliskan usulan-usulan peserta di
papan tulis atau di kertas sehingga mereka dapat melihatnya jika mereka memerlukannya. Berikut
beberapa yang mungkin mereka usulkan :
Sebelum peserta mulai menulis, bicarakan dengan mereka tentang pohon. Apa gunanya akar? Dimana
pertumbuhan terjadi? Informasi apa yang mereka perlu tuliskan di bagaian akar, ujung ranting dan
pada puncak pohon? Sebagian murid mungkin memerlukan bntuan dalam memikirkan tentang mereka
sendiri dan masa depan mereka.
Aktivitas ini memerlukan waktu untuk melakukan instropeksi dan saling berbagi informasi secara
informal dengan orang lain. Setelah semua selesai menuliskan informasi pada pohon mereka, minta
beberpa orang sukarelawan untuk menceritakan pohon kehidupan mereka. Setelah beberapa orang
memberikan presentsi, disarankan peserta berjalan menghampiri peserta-peserta lain dan mencoba
mencari :
• Minimal satu orang lain yang tumbuh ditempat yang sama – dan seseorang yang datang dari
tempat lain.
• Seseorang yang menjadi bersedih hati karena sesuatu – dan seseorang lain yang menjadi
bersedih hati karena sesuatu hal yang sama sekali berbeda.
• Seseorang yang pandai dalam hal yang sama – dan seseorang yang pandai dalam hal yang
berbeda.
Inilah beberapa saran, silahkan membuat tematik yang baru jika ada.
Akhiri sesi ini dengan mendiskusikan kesamaan-kesamaan dan cara bagaimana kesamaan dan
perbedaan tersebut membentuk suatu identitas. Kesimpulan apa yang diambil oleh peserta? Buat
refleksi tentang keunikan seseorang dan tentang menghormati perbedaan orang lain.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.
Catatan saya ;
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
Personal Experience Sharing
Tujuan : Memberikan kesempatan peserta untuk belajar dari spiritualitas orang lain dan merefleksikan
pada keyakinan mereka sendiri.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah menjelajahi dan saling berbagi pengalaman spiritualitas mereka
dan secara beersama-sama melakukan refleksi diri.
Bahan yang diperlukan : kertas dan pena atau spidol untuk peserta. Siapkan beberapa pertanyaan –
lihatlah dibawah ini sebagai contoh – tentang bagaimana masing-masing peserta berhubungan dengan
orang lain, apa yang mereka lakukan saat mereka sedih atau gembira, ketika mereka ingin
merefleksikan diri, atau menyendiri.
Biasakah Anda jelaskan beberapa hal terjadi pada diri Anda jika Anda meresa senang?
Biasakah Anda jelaskan hal negatif apa yang akan terjadi jika Anda merasa sedih?
Apakah ada hubungannya antara apa yang Anda rasakan didalam diri Anda dan bagaimana Anda
berkomunikasi dengan orang lain?
Dapatkah hubungan Anda dengan orang lain mebantu Anda untuk merasa lebih baik didalam diri
Anda?
Aktivitas__
1. Carilah tempat yang tenang dan dimana peserta dapat duduk dan berfikir tanpa ada gangguan;
bisa di taman, atau di ruangan dengan music yang lembut.
2. Beritahu bahwa dalam aktivitas ini peserta diminta untuk berfikir tentang diri mereka yang
paling dalam, perasaan dan keyakinan, kejadian-kejadian di masa lalu dan hubungan-
hubungan mereka dengan orang lain. Katakan bahwa Anda telah menyiapkan beberapa
pertanyaan untuk membantu mengarahkan pemikiran mereka dan akan memberikan a kopi
kepada masing-masing peserta atau akan memasankan pertanyaan-pertanyaan tersebut supaya
peserta dapat melihatnya. Yakinkan bahwa ini bukan semacam tes melainkan latihan untuk
membantu mereka untuk merefleksikan diri. Selain itu, yakinkan mereka bahwa tidak ada
keharusan bagi mereka untuk berbagi apa yang mereka fikirkan dengan orang lain kalau
mereka tidak menginginkannya dan bahwa yang mereka akana tulis di kertas adalah untuk
mereka sendiri.
3. Berikan lembar pertanyaan yang telah disiapkan atau tempelkan pertanyaan tersebut dengan
jelas. Minta peserta mencari tempat yang tenang dan enak dimana mereka dapat menyendiri
menuliskan respon atas pertanyaan tsb, baik di lembar pertanyaan atau di lembar yang
terpisah.
4. Berikan minimal 30 menit untuk refleksi diri dan untuk para peserta membentuk lingkaran,
sehingga merasa enak berbicara dengan peserta lainnya. Buka diskusinya dengan bertanya
secara umum apa yang mereka rasakan dalam menjawab pertanyaann tsb. Minta beberapa
sukarelawan untuk berbagi apa jawaban mereka atas masing-msing pertanyaan. Jaga
situasinya senyaman dan seharmonis mungkin – tidak ada yang diharuskan berbagi apabila
mereka tidak menginginkannya.
5. Akhirnya, focus pada pertanyaan terakhir dan berbagi ritual mereka, momen refleksi mereka,
dan perasaan serta keyakinan mereka. Bicarakan bagaimana mereka dapat meningkatkan
hubungan mereka dengan orang lain, tidak tergantung pada keperayaan dan keyakinan
mereka.
Sebagai penutup, Anda dapat membacakan puisi, Salt for the Soul”, yang dapat Anda temukan di
bagian Resources/Poem di halaman 160.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.
Catatan saya ;
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
Your Silhouette Is Mine
Tujuan : Membantu peserta mengerti dan menghormati sudut pandang orang lain dengan
menggunakan bayangan.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah belajar tentang orang lain dengan cara mengerti perasaan
mereka. Peserta telah melakan refleksi diri atas tindakan orang lain atau mengapa orang lain berfikir
dengan cara yang tertentu.
Bahan yang diperlukan : Kertas lebar seukuran tubuh (gunakan beberapa lembar kertas diri flip chart
atau kertas-kertas lainny), pen berwarna atau spidal, music yang lembut.
Aktivitas________________________________________________
__
Minta peserta unk berpasang-pasangan – jelaskan bahwa mereka harus bekerja sepagai partner dalam
aktifitas ini. Berikan masing-masing pasangan kertas seukran tubuh. Minta mereka untuk berbaring
diatas kertas tersebut dan secara bergiliran menggambar bayangan partner mereka diatas kertas tadi.
Setelah bayangan-bayangan selesai digambar, minta masing-masing peserta menuliskan informasi
berikut diatas bayangan mereka sendiri :
Picture Sharing
Tujuan : Memberikan motivasi kepada peserta untuk belajar lebih banyak tentang realitas dunia
dengan cara meminta mereka menggambarkannya.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah merefleksikan pengertian mereka tentang dunia dan apa yang
terjadi kalau orang tidak bisa saling mengerti.
Bahan yang diperlukan : Beberapa Koran atau majalah lama, gunting dan lem, kira-kira 2 meter atau
lebih kertas atau kain (bisa dari beberapa kertas yang digabungkan), pena berwarna atau spidol,
pewarna semprotan yang tidak be rearacun.
Aktivitas________________________________________________________
____
Pasang kertas atau kain yag pnjang di tembok. Dengan menggunakan spidol hitam, gambarkan batu
bata dan detail-detail lainnya diatasnya sehingga menyerupai tembok jalanan.
Berikan koran dan majalah kepada peserta and minta mereka membuat kolase tentang dunia seperti
yang mereka melihatna. Mereka boleh menaruh kata-kata, gambar, membuat sendiri gambar,
membuat graffiti – apa saja yang menurut mereka dapat mengekspresikan realitas dunia. Berikan
waktu 45 -60 menit untuk menyelesaikan ini and biarkan mereka bekerja sendiri, bersama-sama,
secara berpasangan dll.
Setelah kolasenya selesai, semua berkumpul mengitarinya, serta mengamatinya beberapa saat.
Movie Time
Tujuan : Meningkatkan kesadaran peserta terhadap konflik, ketidak-adilan, dan kekerasan yang terjadi
di seleruh dunia, serta bahwa bahkan sedikit tindakan akan memberikan dampak yang luar biasa.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah belajar tentang orang-orang yang baru, tempat-tempat yng baru
dan sejarah. Keberanian dan komitmen dari mereka yang tindakan-tindakannya digambarkan di dalam
film akan mengarahkan peserta untuk bertanya tentang sebab-sebab terjadinya kemiskinan, kekerasan
dan konflik, serta kebutuhan orang-orang tersebut untuk terus menerus untuk merubah situasi ini
menjadi lebih baik.
Bahan yang diperlukan : Video atan DVD yang baik tempat yang cukup menyenangkan untuk
melihatnya. Jika Anda memutuskan untuk membawa satu grup untuk melihat film di gedung bioskop,
cobalah untuk mengatur wakt Anda sehingga Anda mempunyai tempat dan waktu untuk
mendiskusikan film tersebut sebelum grup tersebut membubarkan diri.
Aktivitas________________________________________________
Film adalah medium yang dapat membantu peserta memasuki dunia atau hidup yang lain dan melihat
bagaimana sesuatu telah terjadi atau sedang berlangsung bagi orang lain. Tergantung pada
ketrampilan pembuat film, peserta dapat juga mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda,
motivasi untuk bertindak, dan kompleksitas situasi yang dihapi.
Beberapa film yang cocok ada di bagian Resources pada halaman 149, tetapi masih banyak yang
dapat ditambahkan pada daftar film tersebut.
Untuk kegiatan melihat film di bioskop bersama, buatlah persiapan dengan memberikan peserta
ringkasan singkat ceritanya serta kapan kejadian yang digambarkan dalam film tersebut terjadi.
Tanyakan kepada mereka mengapa meihat film sangat penting bagi pembelajaran tentang etika.
Setelah melihat film, beri pertanyaan umum yang akan menantang pengertian mereka tentang film dan
tentang kejadian dan tokoh-tokoh yang ada dalam film tersebut. Tanyakan motivasi dari tokoh-tokoh
tersebut : bagaimana sebagian dari mereka memberikan respon pada perintah, bagaimana yang lain
menggunakan hati nurani dan inisiatif mereka untuk mengabil tindakan atas nama orang lain. Anda
dapat menanyakan apakah film tersebut mempunyai hubungan dengan realitas social peserta atau apa
yang mereka ketahui tentang masalah yang sedang dihadapi di dunia saat ini. Perluas diskusinya
dengan mempertimbangkan penyebab konflik dan ketidak-adilan di dunia. Anda juga dapat bertanya
dimana posisi peserta apa yang mereka akan lakukan jika mereka menghadapi masalah yang sama
seperti yang ada dalam film tersebut.
Akhirnya, minta peserta untuk melihat kejadian di film melalu perspektif hak, rasa hormat, dan
tanggung jawab. Hak-hak siapa yang dilanggar? Hak-hak siapa yang telah dipenuhi? Apakah orang-
orang saling menghormati, Apakah orang mengambil tanggung jawab terhadap diri meeka sendiri
atau rang lain? Apakah mereka mempertahankan hak-hak orang lain?
Aktivitas______________________________________
1. Bagilah peserta menjadi grup-grup yang kecil yang terdiri dari 3 – 5 orang dan berilah
masing-masing grup lembar cerita tersebut.
2. Minta setiap grup membaca cerita mereka, memdiskusikan penyebab situasi yang ada dalam
cerita, prinsip etika apa yang dilanggar, dan apa konsekwensinya.
3. Jika Anda mempunyai waktu, minta peserta mempersiapkan role play untuk menggambarkan
situasi yang telah mereka baca. Role play tersebut tidak perlu menggambarkan persis apa
yang terjadi di cerita tersebut tetapi menggambarkan interpretasi mereka. Jika Anda
memutuskan untuk melewati langkah ini, langsung saja ke butir 5, diskusi.
4. Setelah semua grup selesai mendiskusikan dan meniapknn role play, kumpulkan semua grup
dan bersama-sama untuk melakukan dan kemudian mendiskuskan role play tersebut.
5. Gunakan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini untuk mendiskusikan ceritanya. Pada saat
memberikan pertanyaan, buatlah ringkasan jawaban dan refleksi peserta di flip chart sehingga
peserta dapat memvisualisasikan pembelajaran mereka sendiri. Anda juga dapat
menggunakan tehnik kartu atau Mind Map untuk mempresentasikan kesimpulan kepada
semua grup sehingga mereka dapat saling belajar.
• Siapa yang menjadi protagonist utama, bagaimana hubungan mereka
• Apa kejadian atau situasi utamanya di dalam cerita tersebut?
• Hak siapa yang dilanggar? Hak-hak siapa yang telah dipenuhi? Apakah orang-orang
saling menghormati, Apakah orang mengambil tanggung jawab terhadap diri meeka
sendiri atau rang lain? Apakah mereka mempertahankan hak-hak orang lain?
• Bagaimana situasi yang sedang terjadi dapat diselesaikan secara etika?
• Apa yang dapat dipelajari dari cerita tersebut dan bagaimana hal itu dapat
dikorelasikan dengan kehidupan kita sendiri?
Berikan dorongan kepada peserta untuk secara sukarela membagikan pengalaman pribadi mereka
dalam diskusi.
Akhiri aktifitas ini dengan merefleksikan bgaimana tindakan dan perilaku kita dapat memberi
dampak kepada orang lain, baik secara negatif maupun positif.
Aktivitas________________________________________________
__
1. Bagilah peserta menjadi grup-grup kecil yang terdiri dari 3 – 5 orang dan berikan masing-
mang grup lembar cerita.
2. Mintalah masing-masing grup untuk membaca cerita mereka, mendiskusikan pesannya dan
ajaran moralnya.
3. Kemudian siapkan role play untuk menggambarkan ceritanya – tanpa harus memerankannya
atau langsung menuju point 5.
4. Kumpulkan semua grup untuk melakukan role play. Akhiri dengan diskusi.
5. Gunakan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini untuk mendiskusikan ceritanya. Pada saat
memberikan pertanyaan, buatlah ringkasan jawaban dan refleksi peserta di flip chart sehingga
peserta dapat memvisualisasikan pembelajaran mereka sendiri. Anda juga dapat
menggunakan tehnik kartu atau Mind Map untuk mempresentasikan kesimpulan kepada
semua grup sehingga mereka dapat saling belajar.
• Apa yang dapat kita pelajari dari cerita tersebut dan apa artinya bagi kehidupan kita?
• Nilai-nilai apa yang disorot dalam cerita tersebut?
• Dapatkah kita menghubungkan cerita tersebut dengan situasi dalam kehidupan yang
nyata kita? Berilah contohnya.
Berikan dorongan kepada peserta untuk secara sukarela membagikan pengalaman pribadi mereka
dalam diskusi.
Akhiri aktifitas ini dengan merefleksikan bgaimana tindakan dan perilaku kita dapat memberi
dampak kepada orang lain, baik secara negatif maupun positif.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.
Story Telling
Tujuan : Membangun ketrampilan untuk mendengar dan berhubungan dengan orang lain dengan cara
memasuki dunia cerita bersama-sama.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah membangun kemampuan untuk membuka diri pada imaginasi
serta membangun kapasitas untuk mendengar. Meraka telah mmenghormati warisan budaya yang
disampaikan melalui cerita-cerita tersebut.
Bahan yang diperlukan : Pilihlah cerita-cerita yang sesuai dari Resources/Stories pada halaman 123.
Anda boleh juga memilih menggunakan cerita rakyat yang barasal dari budaya dan tradisi agama
Anda. Ciptakan atmosfer yang nyaman dan hangat.
Petunjuk berikut ini diambil dari Handbook for Story Teller
Aktivitas
Ciptakan lingkungan yang tepat untuk bercerita. Bisa saaja di dekat api unggun, di taman berdekatan
dengan alam, atau di ruangan yang tenang. Anda bia meggunakan lilin, dupa, alat music seperti gitar,
drum, ataau musik yang lembut untuk memulai bercerita.
Kadang-kadang pengantar singkat atau informasi latar belakang diperlukan untuk bisa mengerti
ceritanya dengan baik. Selalu berikan sumber cerita : pencerita lain, buku-buku dll.
Anda mungkin mempunyai satu frasa untuk memperkenalkan cerita tsb. Sebagai contoh untuk
memperkenalkan cerita, settingnya dibuat oleh bea cukai West Indian ;
Narator : Cric
Unjust Situations
Tujuan : Untuk memberikann motivasi peserta untuk lebih banyak belajar dan merefleksikan ketidak
adilan yang ada di dunia.
Hasil yang diharapkan : Peserta menanyakan apa penyebab ketidak adilan di dunia dan apa yang
kemungkinan mereka dpat lakukan untuk membantu.
Bahan yang diperlukan : Bermacam-macam gambar/foto tentang situasi yang tidak adil di dunia
(pktek-praktek yang tidak terhormat, penderitaan orang, kemiskinan, konflik dll.) yang diambil dari
majalah, Koran, poster dll. presentasi dalam Powerpoint bisa juga dipakai. Website NGO – Organisasi
Nir Laba seringkali mempunyai gambar-gambar yang dapat di unduh.
Aktivitas
Taruh gambar/foto-foto yang Anda pilih di dinding atu di lantai dan minta peserta berkeliling ruangan
dan melihat gambar/foto-foto tersebut. Kemudian duduklah melingkar tetapi mh bisa melihat foto-foto
tsb.
Minta peserta untuk mendiskusikan perasaan mereka setelah melihat gambar/foto-foto tersebut.
• Tanyakan foto mana yang sangat menarik perhatian mereka dan mengapa.
• Minta beberapa peserta membicarakan apa yang mungkin sedang terjadi di dalam foto yang
mereka pilih.
o Apa yang mungkin telah terjadi?
o Siap yang melakukannya?
o Mengapa hal itu bisa terjadi?
o Mengapa orang yang ada di dalam foto mempunyai ekspresi seperti itu di wajahnya?
o Apa yang mungkin sedang difikirkan atau dirasakan oleh mereka?
o Apa yang mungin terjadi pada mereka sekarang ini?
Peserta mungkin saja mempunyai banyak pertanyaan tentang situasi ditunjukan dalam foto dan sangat
penting untuk membiarkan mereka mengakhiri sesi dengan perasaan nagatif seperti tidak dapat
berbuat apa-apa, tidak mempunyai kekuatan dan depresi.
Akhiri sesi ini menanyakan pada peserta pertanyaan yang dapat membantu mereka mengrti orang lain
:
Map Drawing
Tujuan : Membuat peserta tertarik pada dunia dan kekayaannya dengan memaparkan meraka pada
budaya dan agama yang dipunyai dan dipraktekkan oleh berbagai bagian dunia.
Hasil yang diharapkan : Peserta mempunyai pengertian tentang agama dan budaya serta pentingnya
mempelajar keragaman.
Bahan yang diperlukan : Peta dunia yang besar atau globe yang menggambarkan peta dunia. Post-it,
labul-label kecil, pin, atau thumb tacks mungkin diperlukan untuk menaruh komentar-komentar pada
peta.
Aktivitas__________________________
Bagilah peserta menjadi grup-grup yang terdiri dari 3 atau 4 orang dan minta masing-masing grup
untuk menentukan lokasi di peta 8 negara yang merepresentasikan 4 agama tertentu.
Berkan waktu 15 menit untuk berdiskusi dalam grup mereka dan 5 menit tambahan untuk
memberikan jawaban mereka di peta.
Biarkan setiap orang melihat peta dan berbagi pengetahuan.
Pertanyakan jawaban mereka dengan menanyakan tentang minoritas yang menganut agama berbeda
di Negara yang mereka pilih.
Akhri sesinya dengan mennyakan beberapa pertanyaan umum di bawah ini :
Bahan yang diperlukan : Kertas dan pena, benang berwarna yang banyak, tape perekat, beberapa
gunting.
Aktivitas
1. Setiap peserta menggambar sebuah bintang segi lima – memberikan templet atau diagram
untuk dicontoh supaya semua bintang sama. Minta peserta tentang informasi apa yang
menjadi dasar identitas mereka dan pilih 5 pertanyaan dri daftar. Minta mereka menulis di
kelima titik ujung bintang lima tersebut jawaban pertanyaannya. Misalnya : agama mereka,
music kesukaan mereka, tempat-tempat yang penting bagi mereka, orang yang paling penting
bagi mereka, aktifitas yang mereka sukai dll. Anda dapat membuat pilihan-pilihan lain.
2. Setelah mera selesai menulis di bintang mereka, duduklah di lingkaran dan minta masing-
masing orang menjelaskan piihannya. Minta peserta menempelkan bintangnya di dinding.
Berikan padaa masing-masing peserta 1 gulung benang berwarna yang dapat mereka gunakan
untukmenghubungkan titik-titik di bintang mereka dengan bintang orang lain yang
mempunyai kesamaan pandangan.
3. Setiap orang harus mencoba untuk mencari minimal 1 kesamaan dengan orang yang
memberikan presentasi sebelumnya atau dengan orang lain sesudah mereka. Anda atau
fasilitator lainnya bisa mulai lebih dahulu sehingga masing-masing peserta bisaa mencari
paling tidak 1 kesamaan.
4. Setelah semua hubungan telah dilakukan, minta peserta mencari tahu lebih baanyaak tentang
pembuat bintang lainnya yang telah terhubung dengan benang. Dalam percakapan-percakapan
pendek mereka harus mencari kesamaan-kesamaan lagi dan jug perbedaan-perbedaan.
Misalnya, kita sama-sama menyukai makanan india, saya suka bermain sepak bola dan dia
tidak, dia suka memasak dn saya tidak, kami berasal dari kota yang sama dll.
5. Lihat berapa titik bintang yang tidak terhubung. Apakah ini sesuatu yang sangat unik bagi
sebagian orang? Refleksikan betapa hebatnya bahwa ada sebegitu banyak perbedaan dan
kekayaan di dunia ini. Seperti bahwa bintang mungkin kelihaatannya sama, kita tahu bahwa
mereka berbeda. Bukannya ini sangat menarik?
6. Minta peserta membicarakan seseeorang yang mereka telah temui, jelaskan kesamaan dan
perbedaan apa yang mereka punyai.
7. Akhirnya, buatlah diskusi yang lebih besar tentang apa yang membuat kita masing-masing
unik. Beri penekanan bahwa semua orang mempunyai hal-hal yang sama, tetapi juga berbeda
dalam sspek-asspek yang penting. Tutup aktifitas ini dengan refleksi tentang pentingnya
melihat orang lain dari sisi dalam daripa hanya dari sisi luar.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.
Aktivitas
Buatlah subuah garis di tengah-tengah ruangan dan tahuhlah kedua tanda di masing-masing ujung.
Mintalah peserta berdiri sepanjang garis tersebut dan menghadap Anda. Minta mereka memberikan
respon atas serangkaian pernyataan dengan cara berpindah pada tandaa yang sesuai.
Selesaikan latihan ini dengan memberikan penekanan bagaimana keyakinan dan pendapat bisa
berbeda dan bahwa keyakinan dan pendapat itu harus dihargai walaupun meraka tidak mempunyai
keyakinan dan pendapat yang sama.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.
Drumming Circles
Tujuan : Menciptakan ruangan dan kesempatan untuk membuat hubungan antar peserta yang akan
dicapai melalui berbagi pengalaman dalam lingkungan yang berbeda.
Hasil yang diharapkan : Masing-masing peserta telah terhubung dengan cara yang berbeda dan lebih
intim serta telah mempelajari kehidupan masing-masing peserta.
Bahan yang diperlukan : Serangkaian genderang, kayu bakar, korek api dan bahan-bahan yang mudah
terbakar. Anda bisa mendapatkan petunjuk bagaimana membuat api unggun di :
http://www.luontoon.fi/page.asp?Section=8497.
Aktivitas
Persiapkan api unggun dan serangkaian genderang. Susunlah peserta melingkari api unggun dan
bagikan genderang kepada mereka. Jika ada peserta yang telah mengetahui bagaimana memainkan
drumnya, Anda bisa minta mereka menjelaskannya. Cobalah menyusun aktifatas ini dimana semua
orang atau sebagian besar peserta dapat berpartisipasi. Tujuannya adalah untuk membuat peserta
merasakan kegembiraan dengan membuat irama tabuhan genderang bersama-sama. Sesudah setiap
orang menikmasi kesenangan dan relax, buatlah ruangan untuk berbicara.
Dorong peserta untuk berbicara tentang apa saja yang ada dalam benak mereka. Buatlah waktu yang
tersedia ini sebagai kesempatan untuk saling belajar dari sisi dalam mereka.
Berilah arti pada musik, api, dan pada malam dan pada setiap orang yang berpartisipasi pada aktifitas
tsb. Refleksikan elemen-elemen tersebut yang membuat keadaan saat ini unik. Perluas temanya
dengan cara memikirkan bahwa semua orang-orang yang luar biasa tersebut yang menjadi bagian dari
masyarakat manusia yang tinggal dalam dunia yang sama.
Menabuh genderang di lingkaran dapat berfungsi sebagai tempat yang intim dan waktu untuk
membuat refleksi - baik secara individu maupun bersama-sama – tentang bagaimana orang dapat
bekerja bersama untuk menciptakan kedamaian dan perdamaian. Peserta menyatu dan belajar bersama
tentang mereka sendiri, dan saling belajar membentuk sinergi yang bisa sangat positif untuk pekerjaan
yang dikerjakan secara bersama.
Jika memungkinkan, buatlah menabuh genderang di lingkaran ini menjadi peristiwa bulan ini.
Menabuh genderang di lingkaran dapat dipakai bersama dengan aktifitas berikut ini :
• Bercerita
• Menyanyi dan menari
• Meditasi dan refleksi
Kunjungan Lintas-keyakinan
Tujuan: Mempelajari pengalaman baru dengan sumber-sumber spiritual lain dan mempelajari
kepercayaan-kepercayaan yang dianut orang lain. Kunjungan ke berbagai tempat keagamaan, seperti:
kuil, masjid, sinagog, gereja, dan gurdwara.
Hasil/Keluaran: Para peserta dapat memperluas kesadaran mereka mengenai agama dan
kepercayaan, ritual, dan ekspresi spiritual orang lain.
Alat dan Bahan: Sediakan lembar informasi untuk para peserta mengenai agama dan kepercayaan
yang akan mereka pelajari. Peserta harus membuat catatan mengenai tempat-tempat yang mereka
kunjungi
Kegiatan
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan mengunjungi tempat-tempat keagamaan yang telah
ditentukan. Kunjungan ini dapat memakan waktu beberapa hari, beberapa minggu, ataupun lebih lama
lagi, tergantung kebutuhan. Apapun agama atau kepercayaan yang dianut peserta (atau bahkan jika
tidak menganut ajaran apapun), mereka tetap dapat mengambil manfaat dari kegiatan ini, terutama
mengambil manfaat dari pengalaman baru dan unik untuk merasakan ada di posisi orang lain.
Tempat-tempat keagamaan dapat dikunjungi saat waktu bebas untuk umum ataupun saat kegiatan
ibadah sedang dilakukan. Sebaiknya jelaskan maksud dan tujuan kunjungan ini dan atur jadwal dan
kesepakatan dengan penjaga tempat ibadah yang dikunjungi. Jelaskan kepada tuan rumah bahwa
kunjungan ini bersifat lintas-keyakinan, sehingga pendekatan yang digunakan sebaiknya deskriptif
dan informatif dan bukan bersifat ajakan, promotif, ataupun membandingkan dengan kepercayaan
lain.
Sediakan waktu untuk berdiskusi dengan peserta setiap selesai mengunjungi satu lokasi. Ajak mereka
untuk mengungkapkan perasaan mereka mengenai apa yang telah mereka lihat dan pelajari. Tanyakan
pula bagaimana perbandingannya dengan keyakinan yang mereka anut atau keyakinan lain yang telah
mereka pelajari.
Perbandingan
Tujuan: Untuk mengeksplorasi persamaan dan perbedaan lokasi, kepercayaan, dan kebudayaan.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan sebelum kegiatan Kunjungan Lintas-keyakinan, ataupun, jika
diperlukan, menggantikan kegiatan Kunjungan Lintas-keyakinan tersebut.
Hasil/keluaran: peserta dapat memperluas pengetahuan mereka mengenai keberagaman di dunia ini
dan termotivasi untuk mempelajari lebih jauh mengenai kepercayaan dan keyakinan orang lain.
Alat dan bahan: segala perlengkapan dan peralatan yang mewakili berbagai ritual keagamaan atau
kepercayaan yang ada.
Kegiatan
- jika tidak memungkinkan melaksanakan kegiatan Kunjungan Lintas-keyakinan, atau mungkin
sedang dalam persiapan untuk kunjungan ke beberapa tempat, maka siapkan presentasi dan
pameran mengenai kepercayaan-kepercayaan lain. Termasuk di dalamnya gambar-gambar,
lukisan-lukisan, dan artifak atau literatur yang dapat mendeskripsikan perbedaan kepercayaan
dan praktik keagamaan di seluruh dunia. Jika memungkinkan, gabungkan kegiatan ini dengan
menonton video mengenai kepercayaan-kepercayaan lain.
- Pastikan Anda menyediakan informasi yang memadai mengenai pakaian keagamaan, apa yang
mereka lakukan, ke mana mereka pergi, kepada siapa mereka berdoa, dan apa yang boleh
mereka lakukan dan apa yang tidak boleh.
- setelah presentasi selesai, atur peserta menjadi kelompok-kelompok kecil dan mintalah mereka
untuk mengidentifikasikan setidaknya lima persamaan dan lima perbedaan diantara tradisi-
tradisi yang telah mereka pelajari tersebut.
- akhiri kegiatan dengan mengajak peserta untuk merenungkan betapa berbeda dan beragamnya
dunia ini dan orang-orang yang hidup di dalamnya, dan betapa pentingnya untuk mempelajari
apa yang mereka yakini supaya kita bisa saling memahami.
Catatan: pastikan tetap menjaga dan menghormati tradisi keagamaan orang lain selama kegiatan
berlangsung.
Malam Kebudayaan
Tujuan: Memberikan sarana dan kesempatan bagi para peserta untuk saling berbagi kebudayaan dan
tradisi-tradisi mereka
Hasil/Keluaran: Peserta dapat merasakan jadi bagian dari kebudayaan lain sehingga dapat lebih
memahami diri mereka sendiri sebagai bagian dari orang lain.
Alat dan Bahan: Tempat yang sesuai untuk pertunjukan kebudayaan dan dapat mengakomodir
kegiatan-kegiatan seperti pertunjukan visual, presentasi, musik dan tarian, makanan dan minuman,
dan perlengkapan lainnya.
Kegiatan
Malam Kebudayaan adalah kesempatan yang bagus untuk dapat saling berbagi pengalaman dan tradisi
dari kebudayaan atau negara yang berbeda. Kegiatan ini dapat meliputi makanan tradisional, pakaian
tradisional, musik dan tarian, dan juga pameran yang menjelaskan tentang keadaan geografis,
kebudayaan, keagamaan, maupun kondisi ekonomi dari negara-negara tersebut. Anda dapat membagi
kegiatan ini menjadi beberapa malam dan hanya menampilkan atau membahas satu tradisi per malam,
ataupun Anda dapat menggabungkan seluruh penampilan group dalam satu malam. Jika
memungkinkan, tampilkan pula kegiatan kebudayaan yang spesial, seperti penari atau pemain musik
khas dari negara atau kebudayaan tertentu.
Kegiatan ini merupakan kesempatan bagi para peserta yang lebih muda untuk berperan lebih aktif
dalam mempersiapkan kegiatan ini, karena ini merupakan bagian dari kebudayaan dan kehidupan
mereka. Mintalah mereka untuk mengorganisir segala aspek dalam kegiatan ini termasuk mengambil
keputusan. Pastikan acara ini dihadiri oleh banyak orang dengan mengundang keluarga dan kerabat
dan juga tokoh-tokoh lokal. Kirimkan undangan beberapa waktu sebelumnya.
Jika para peserta mengalami kesulitan dalam memperoleh perlengkapan yang dibutuhkan, sarankan
mereka untuk menghubungi restoran atau Kedutaan Besar negara terkait yang mungkin dapat
membantu mensponsori kegiatan ini. Jika pendekatan dilakukan dengan baik dan maksud kegiatan ini
dapat disampaikan dengan jelas, maka Kedutaan Besar mungkin dapat membantu menyediakan peta
dan brosur, sementara restoran dapat membantu menyediakan makanan tradisional.
Jika Anda berencana menampilkan berbagai macam kebudayaan yang berbeda dalam satu malam,
maka ajukan saran untuk mengadakan "bazar" dimana masing-masing negara mengisi satu kios atau
stand. para tamu dapat berkeliling dari satu stand ke stand lainnya sambil menikmati makanan dan
minuman traadisional dan mendengarkan musik dari berbagai kebudayaan berbeda.
81
Kunjungan Lapangan
Tujuan: Memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengunjungi tempat-tempat yang mungkin
belum pernah mereka kunjungi sebelumnya dan juga bertemu dengan orang-orang yang belum pernah
mereka temui sebelumnya. Apa yang mereka lihat dan rasakan mungkin dapat memberikan efek yang
besar pada cara pandang mereka terhadap dunia.
Hasil/keluaran: peserta memperoleh pengalaman dari lingkungan masyarakat yang berbeda. Peserta
dapat mempertimbangkan dan memahami bagaimana masyarakat tersebut berkerjasama dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta juga dapat mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perubahan dari
kelompok masyarakat tersebut, jenis bantuan yang diperlukan, darimana bantuan tersebut bisa
diperoleh, dan bagaimana diri mereka sendiri juga dapat menjadi agen perubahan.
Alat dan Bahan: jadwalkan kunjungan ke komunitas atau kelompok masyarakat yang berbeda dan
asing bagi sebagian besar peserta dalam kelompok. Lokasi yang dipilih bisa saja berbeda secara
sosial-ekonomi, dihuni oleh kelompok etnis yang berbeda, atau terletak di lokasi yang sangat jauh (di
Negara lain, misalnya). Kunjungan ini mungkin membutuhkan bebrapa jam, satu hari, ataupun
diperlukan menginap beberapa hari.
Sangat penting untuk memastikan bahwa kunjungan ini terorganisir dengan baik, dan sebaiknya
bekerjasama dengan organisasi lokal di daerah yang dituju. Kunjungan ini tidak hanya berbentuk
kunjungan sosial tapi bisa juga berbemtuk "pertunjukan", atau melibatkan para generasi muda untuk
ikut terlibat dalam kegiatan ini. Pastikan kegiatan ini fokus tidak hanya pada kehidupan saat ini dari
masyarakat tersebut tapi juga dari kehidupan masa lalunya dan bagaimana mereka membuat
perubahan dalam kehidupan mereka.
Kegiatan
Persiapkan para peserta untuk kegiatan kunjungan ini dengan melibatkan mereka dalam proses
perencanaan. Bicarakan dengan mereka mengenai lokasi tujuan, siapa saja yang harus ditemui, dan
apa saja yang akan dilakukan di lokasi.
Jika kegiatan ini bersifat interaktif, maka pastikan seluruh peserta memiliki persiapan yang memadai.
Mungkin para peserta bisa berinteraksi dengan warga lokal melalui pertunjukan drama, bernyanyi atau
bermain musik, atau bermain permainan sederhana dengan anak-anak lokal di lokasi tersebut. Akan
lebih mudah bagi para peserta untuk berbaur dengan masyarakat lokal jika mereka melakukan suatu
hal bersama-sama. Jika anak-anak muda lokal menjadi tuan rumah, maka kedua belah pihak dapat
saling belajar satu sama lain lebih banyak lagi, karena kedua kelompok dapat bekerja bersama-sama
dan menghabiskan waktu bersama lebih banyak.
Jika Anda berencana melibatkan orang-orang yang membawa perubahan bagi kelompok masyarakat
tersebut, maka siapkan sesi diskusi (diskusi panel atau round table) sehingga bisa mengakomodir sesi
tanya jawab dengan lebih baik dan terarah.
Sebagai fasilitator, Anda harus mewaspadai adanya stereotipe maupun stigma dari para peserta
terhadap lingkungan yang akan dikunjungi. Pastikan kegiatan ini dapat menyikapi hal-hal tersebut
secara positif.
Kegiatan ini harus dipersiapkan secara maksimal dengan bantuan rekan sesama fasilitator atau partner.
Jika memungkinkan, lakukan survey atau kunjungan pendahuluan agar Anda lebih memahami
keadaan dan dapat mempersiapkan kegiatan ini dengan lebih baik.
Setelah kunjungan selesai, gelar sesi diskusi bersama para peserta untuk mempelajari dan
merenungkan reaksi dan perasaan mereka setelah kegiatan kunjungan tersebut.
Tujuan: Mempelajari penyebab-penyebab konflik dan berbagai cara yang bisa digunakan dalam
menyelesaikan situasi yang melibatkan kekerasan. Kegiatan ini membantu para peserta untuk
menempatkan diri di posisi orang lain dan merasakan bagaimana rasanya ada di posisi tersebut.
Hasil/Keluaran: peserta memahami penyebab dan alasan seseorang melakukan tindakan tertentu saat
berada dalam suatu situasi spesifik. Peserta dapat mengkesplorasi penyebab terjadinya bias,
prasangka, dan konflik. Peserta bisa menganalisis bagaimana suatu tindakan yang tidak etis dapat
memberi pengaruh negatif bagi masyarakat. Peserta dapat berdiskusi mengenai cara mengubah atah
menurunkan tingkat kekerasan dalam konflik.
Alat dan Bahan: Biarkan para peserta mengeksplorasi ide-ide dari kondisi sehari-hari mereka, atau
Anda dapat menggunakan kartu bermain peran yang ada di halaman 175. Anda juga dapat
menyiapkan skenario sendiri berdasarkan isu-isu terkini. Gunakan satu kartu bermain peran untuk
semua peserta atau beberapa skenario berdasarkan tema yang sama.
Kegiatan:
Atur peserta menjadi beberapa kelompok dan minta tiap kelompok memikirkan sebuah konflik atau
situasi kekerasan yang pernah mereka alami, atau yang dapat terjadi di sekolah. Lingkungan keluarga
dan kerabat mereka. Bantu peserta mengembangkan kreativitas mereka dengan memberikan contoh
konflik-konflik yang mungkin terjadi, misalnya: diskriminasi di sekolah, tindak kekerasan di
lingkungan, permasalahan antar anggota keluarga, atau keretakan hubungan bermasyarakat. Minta
para peserta untuk melakukan reka ulang situasi konflik yang mengakibatkan terjadinya tindak
kekerasan. Beri mereka waktu untuk membaca dialog dan melatih drama mereka sebelum tampil di
depan kelompok-kelompok lainnya.
Katakan pada peserta lainnya (penonton) bahwa mereka juga harus mencari solusi atau jalan keluar
untuk mengurangi tingkat kekerasan yang terjadi pada situasi yang diperankan oleh kelompok
tersebut.
Saat adegan dimana situasi konflik meningkat, hentikan drama dengan mengatakan "freeze!" atau
"stop!" lalu mintalah peserta dari kelompok lain untuk segera memikirkan cara untuk mengubah
situasi atau menurunkan tingkat kekersan yang terjadi. Jika peserta lain memiliki saran atau ide, minta
mereka untuk menggantikan aktor yang menurut mereka dapat berperan untuk menurunkan tingkat
kekerasan dalam kejadian drama tersebut, ataupun berperan sebagai tokoh baru untuk tujuan yang
sama. Ulangi sesi bermain peran sebanyak dua atau tiga kali dengan solusi-solusi yang ditawarkan
peserta lain, dan bantu para peserta untuk mengemukakan dan mengembangkan ide-ide mereka.
Setelah tiap sesi selesai, ajak peserta berdiskusi tentang hal-hal berikut:
- apakah ini solusi yang baik?
- apakah semua orang yang terlibat puas saat keadilan telah ditegakkan atau akan ditegakkan?
- apakah hal ini mungkin terjadi di situasi sebenarnya?
- apakah mungkin solusi sepihak sudah cukup untuk menyelesaiksn masalah, ataukah
dibutuhkan negoisasi dan musyawarah (inti dari drama tersebut)?
- apa yang akan terjadi jika... (tempatkan posisi diri Anda sebagai oposisi dan tanyakan
pertanyaan-pertanyaan atau kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk mengajak
para peserta berpikir kritis)
Setelah semua drama selesai dimainkan, ajak peserta berpikir mengenai bagaimana tindakan-tindakan
yang tidak etis akan menghancurkan masyarakat dan hubungan antar individu. Diskusikan arti empati
dan pentingnya memiliki empati. Jelaskan pula apa hubungan empati dengan menghargai, dan
bagaimana kemampuan untuk memahami orang lain dapat membangun hubungan yang lebih baik.
Tujuan: Membantu para peserta untuk menempatkan diri di posisi orang lain dan merasakan
bagaimana rasanya ada di posisi tersebut.
Hasil/Keluaran: : peserta memahami penyebab dan alasan seseorang melakukan tindakan tertentu
saat berada dalam suatu situasi spesifik. Peserta bisa menganalisis bagaimana suatu tindakan yang
tidak etis dapat memberi pengaruh negatif bagi masyarakat. Peserta memahami sebab-sebab
terjadinya konflik dengan kekerasan dan ketidakadilan.
Alat dan Bahan: Manfaatkan kumpulan studi kasus yang terdapat di halaman 138 atau Anda dapat
pula menyiapkan contoh kasus sendiri berdasarkan isu-isu terkini. Gunakan satu kasus untuk semua
peserta atau beberapa kasus berdasarkan tema yang sama.
Catatan: kasus-kasus yang digunakan sebaiknya fokus pada tema mengenai kondisi-kondisi yang
mempengaruhi golongan minoritas atau memicu tindakan-tindakan yang tidak etis diantara kaum
muda.
Kegiatan
Atur peserta menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat hingga enam orang per
kelompok. Berikan sebuah studi kasus untuk masing-masing kelompok dan berikan beberapa
pertanyaan untuk membantu sesi diskusi mereka, contohnya seperti berikut:
- apa yang terjadi dalam kasus yang dipelajari?
- siapa saja yang menjadi korban?
- apa yang bisa dilakukan untuk menolong mereka?
Berikan waktu untuk tiap kelompok mempelajari kasus yang diberikan dan kemudian membahas
dampak dan implikasinya.
Atur sebuah sesi diskusi untuk membahas kasus tersebut dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
- bagaimana agar bisa terhindar dari konsekuensi negatif dari kasus tersebut?
- bagaimana perasaan saya jika saya berada di dalam situasi tersebut?
- bagaimana saya merespon situasi tersebut? apa yang kurang dari orang-orang di sekitar?
Setelah diskusi tersebut selesai, ajak peserta untuk merenungkan bagaimana tindakan-tindakan yang
tidak etis dapat menghancurkan masyarakat dan hubungan antar anggota masyarakat. Perkenalkan arti
empati dan bicarakan apa pentingnya memiliki empati, dan apa hubungan antara empati dan saling
menghargai? Jelaskan pula mengenai bagaimana rasa saling memahami sesama dapat membangun
hubungan yang lebih baik lagi.
Bank Etika
Tujuan: Membantu peserta untuk menemukan solusi bagi prasangka, intoleransi, dan ketidakadilan
dengan menggunakan "perbankan" sebagai metafora.
Hasil/Keluaran: Peserta mencari cara untuk membangun rasa saling menghargai dalam lingkungan
masyarakat mereka dan menyadari bagaimana rasa saling memahami dapat membantu
mengembangkan status modal sosial (Social interest) masyarakat.
Alat dan Bahan: sebuah kotak sebagai representasi dari Bank. Bank tersebut dapat digambarkan
sebagai "papan neraca keuangan", berupa selembar kertas besar yang bertuliskan seluruh transaksi
yang terjadi. Sediakan sebuah kertas berwarna untuk menggambarkan "penarikkan" atau
"pengeluaran" dan kertas berwarna lainnya untuk menggambarkan "pemasukkan".
Terminologi
• Penarikkan / pengeluaran - "masalah-masalah" yang sudah teridentifikasi
• Pemasukkan - solusi dari "masalah-masalah" yang sudah diidentifikasi dan dapat di deposit ke
bank
• Neraca Keuangan - papan yang dapat diakses publik dan bertuliskan "pengeluaran" dan
"pemasukkan". "Pengeluaran" ditulis di sisi kiri dan "pemasukkan" ditulis di sisi kanan sampai
nanti neraca ini menjadi seimbang
Kegiatan
Bank Etika adalah bank fiktif yang titiknya dimulai dalam kondisi rugi (minus / tekor) karena
berbagai masalah, misalnya kurangnya rasa saling menghargai di berbagai konteks (sekolah, keluarga,
antar teman, pemerintah). Tugas para peserta adalah mengembalikan kondisi bank menjadi untung
atau plus dengan mendepositkan berbagai solusi dan tindakan-tindakan yang dapat menyelesaikan
masalah yang sudah disebutkan.
Kegiatan ini dapat berlangsung selama beberapa minggu dan para peserta sepakat menentukan kapan
batas akhir yang diharapkan agar kondisi bank menjadi untung.
Ingatkan peserta mengenai piagam HAM dan tanggung jawab beserta penghargaan yang
mendampingi hak. Tanyakan pada peserta mengenai hak siapa yang dilanggar dan apakah orang-
orang bertanggungjawab untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dan apakah mereka dapat saling
menghargai hak-hak orang lain. Apakah analisa ini dapat membantu mengidentifikasi akar dari
permasalahan-permasalahan yang ada sekaligus solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut.
Seluruh kelompok kemudian berkumpul untuk berbagi "pengeluaran" yang telah mereka identifikasi
yang kemudian ditulis di kolom kertas berwarna yang sesuai. Daftar kredit tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam "bank" dan di tulis pada papan neraca keuangan dibawah "rekening-rekening"
yang berbeda, misal: 'keluarga', 'tetangga', 'sekolah', 'kota', dan 'negara'
Ajak peserta untuk berbagi ide dan berdiskusi bagaimana mereka akan menyelesaikan permasalahan-
permasalahan tersebut.
Dilema
Tujuan: Memahami pentingnya mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip etika dan moral.
Alat dan Bahan: satu atau beberapa salinan dari contoh-contoh Dilema Moral (lihat halaman 143),
atau Anda dapat menuliskan sendiri contoh-contoh dilema moral yang Anda tahu, dan Panduan
Pengambilan Keputusan (cek halaman 90).
Kegiatan
Atur peserta menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan tiga hingga lima orang kemudian
berikan satu contoh kasus dilema moral. Berikan waktu 30 menit untuk para peserta berdiskusi dan
mengambil keputusan solusi untuk kondisi tersebut. Presentasikan keputusan yang telah disepakati
tersebut di depan kelompok-kelompok lainnya.
Perkenalkan peserta pada Panduan Pengambilan Keputusan (lihat halaman selanjutnya). Peserta
diminta membahas panduan ini dan kemudian memanfaatkan panduan ini untuk mempertimbangkan
kembali keputusan yang telah mereka ambil sebelumnya.
Diskusikan dengan para peserta mengenai apakah panduan yang diberikan ternyata mengubah
keputusan yang telah diambil kelompok atau tidak. Tanyakan pula mengenai apakah pengetahuan
tentang HAM mempengaruhi keputusan yang mereka ambil dan Apakah para peserta ingin merevisi
Panduan Pengambilan Keputusan tersebut.
Pimpinlah sebuah momen sejenak bagi peserta untuk merenungkan bahwa sebuah hal sederhana
ternyata dapat memicu banyak pertentangan pendapat. Diskusikan perlunya untuk melihat suatu
masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan baik buruk dari tiap sisi.
Tujuan: Memperkenalkan para peserta mengenai cara terstruktur dalam menyelesaikan konflik-
konflik intrapersonal.
Hasil/Keluaran: Peserta mempelajari cara alternatif tanpa kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Peserta memahami bahwa mereka dapat memperoleh solusi dari suatu permasalahan dengan
perubahan dari dalam diri, dan sikap damai seringkali membantu penyelesaian konflik.
Kegiatan
Dua orang sukarelawan dipilih untuk memainkan adegan konflik, seperti perebutan buku atau
perlengkapan sekolah; mengejek penampilan atau kondisi finansial; mengembalikan barang pinjaman
dalam keadaan rusak; atau dipaksa melakukan sesuatu diluar kehendak.
Kedua sukarelawan memainkan adegan tersebut di depan seluruh peserta. Penting sekali untuk
mengatur adegan konflik tersebut supaya berkesan alot dan tidak tercapai kesepakatan atau solusi.
Lalu tunjukkan pada peserta mengenai proses enam-langkah menyelesaikan masalah:
1. Tentukan kebutuhan:
"Apa yang sebenarnya Anda butuhkan (atau inginkan)?"
Tiap orang yang terlibat konflik harus menjawab pertanyaan ini tanpa menyalahkan atau
menuduh pihak lainnya.
2. Tentukan permasalahan yang terjadi:
"Bagaimana Anda melihat persoalan ini?"
Peserta dapat membantu memformulasikan jawaban yang sesuai dengan mempertimbangkan
keinginan atau kebutuhan kedua belah pihak tanpa menyalahkan pihak manapun. Kedua pihak
yang berseteru harus menyetujui definisi masalah yang diajukan para peserta.
3. Diskusikan berbagai solusi yang mungkin bisa dilakukan
"Siapa yang dapat menemukan jalan keluar untuk permasalahan ini?"
Semua orang dapat menawarkan jawaban yang dianggap sesuai. Seluruh respon ini harus
dicatat, tanpa berkomentar, dan tanpa dinilai atau dihakimi. Tujuan dari langkah ini adalah
untuk mengumpulkan sebanyak mungkin solusi untuk permasalahan tersebut.
4. Menilai dan mempertimbangkan solusi-solusi tersebut
"Apakah Anda puas dengan penyelesaian ini?"
Masing-masing pihak yang berseteru membahas seluruh solusi yang diberikan kemudian
menjelaskan mana yang bisa diterima dan mana yang tidak.
Peserta kemudian bisa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang dan kemudian mencoba
memainkan adegan dari situasi konflik yang berbeda.
Akhiri kegiatan dengan mengajak peserta merenungkan arti dari reaksi dan tindakan diri masing-
masing terhadap orang lain saat terjadi perbedaan. Tekankan pula pentingnya mencari solusi dan
penyelesaian daripada menyalahkan orang lain.
Berita Perdamaian
Tujuan: Mengajak peserta untuk menemukan solusi dan jalan keluar untuk situasi dimana tidak ada
rasa saling memahami dan saling menghargai.
Hasil/Keluaran: Peserta dapat menemukan solusi-solusi positif untuk situasi dimana tidak ada rasa
saling memahami dan saling menghargai. Peserta dapat menerapkan metode tersebut pada
permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka.
Kegiatan
Mintalah peserta untuk membentuk kelompok beranggotakan empat atau lima orang kemudian
berikan masing-masing kelompok satu buah kartu Berita Perdamaian. Katakan pada peserta untuk
berdiskusi dan mencari solusinya. Kemudian minta para peserta untuk melaporkan solusi yang telah
mereka sepakati dengan gaya pembaca berita, sehingga seolah-olah mereka sedang melaporkannya di
acara berita di TV.
Tiap kelompok memiliki waktu 30 menit untuk mencari solusi dan menyiapkan liputan mereka. Buat
kegiatan menjadi lebih menarik dengan meminta mereka untuk mereka ulang kejadian dalam berita
tersebut atau mewawancara tokoh-tokoh yang terlibat dan kemudian melaporkannya di liputan
mereka.
Siapkan sesi diskusi setiap satu kelompok. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa digunakan adalah sebagai
berikut:
- Apakah mungkin ada solusi untuk situasi tersebut?
- Bagaimana jika situasi diperburuk oleh....?
- Apakah solusi yang ditawarkan melanggar hak-hak orang lain?
- Apa yang akan Anda lakukan jika berada di situasi tersebut?
- Bagaimana cara agar orang-orang bisa berdamai?
- Apakah rekonsiliasi itu penting untuk membawa perdamaian di dunia?
Bantu peserta untuk berpikir kritis dan bebas mengenai jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dan
biarkan peserta mengemukakan ide-ide yang inovatif maupun kontroversial. Ajak mereka untuk
memikirkan solusi yang damai dan tidak menyakiti orang lain,
Ajak peserta untuk memandang kembali permasalahan tersebut dari sudut pandang hak, kewajiban,
dan penghormatan. Hak-hak siapa yang dilanggar? Hak-hak siapa yang terpenuhi? Apakah orang-
orang tersebut saling menghargai? Apakah solusi yang ada membuat orang-orang bertanggungjawab
untuk dirinya sendiri dan orang lain? Apakah mereka melindungi hak-hal orang lain?
Rangkum sesi ini dengan menggunakan tabel 12 Keterampilan untuk Transformasi Konflik yang ada
di halaman selanjutnya kemudian diskusikan dengan peserta mengenai cara-cara yang mungkin untuk
mengubah konflik. Sebagai contoh: jelaskan pada peserta mengenai mengapa mediasi dapat
membantu kedua pihak yang terlibat konflik untuk dapat saling memahami. Tanyakan pada mereka
apakah mereka pernah menjadi mediator dalam suatu prrmasalahan atau apakah mereka pernah berada
dalam suatu keadaan yang membutuhkan mediasi orang lain. Bicarakan dengan peserta, sebagai
contoh, mengenai bagaimana dengan menjelaskan hak-hak mereka maka mereka bisa mendapatkan
solusi yang saling menguntungkan, atau bagaimana menghasilkan negoisasi yang damai dengan cara
bersikap lunak terhadap orang lain tapi tegas terhadap permasalahan.
Tujuan: Menggelar diskusi mengenai konsep "menghargai orang lain" dan apa dampaknya terhadap
masyarakat jika tidak ada rasa saling menghargai.
Hasil/Keluaran: Peserta memahami bahwa dengan mengakui hak tiap orang untuk dihargai dapat
memperbaiki hubungan antar sesama, baik dari yang paling dekat hingga ke tingkat global.
Alat dan Bahan: Salinan dari Deklarasi HAM dan Konvensi Hak Anak (lihat daftar sumber /
resources)
Kegiatan
Beritahu peserta bahwa mereka akan membentuk diskusi kelompok dengan tema menghargai orang
lain. Diskusi kelompok terarah (FGD) mirip dengan metode wawancara tetapi tidak dilaksanakan
secara individu melainkan dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil beranggotakan lima hingga
sepuluh orang. Metode diskusi ini melibatkan seorang moderator yang mengatur jalannya diskusi
dengan sistem yang memungkinkan tiap orang mendapat kesempatan bicara. Interaksi antar peserta
tersebut dapat menstimulasi diskusi yang hidup dan kaya pendapat sehingga data kualitatif melimpah,
begitu juga dengan tingkat efektivitas nya. Metode diskusi seperti ini biasanya lebih singkat dibanding
metode wawancara mendalam. Metode ini sudah sering digunakan untuk mempelajari jenis konsep
dan nilai-nilai pada anak-anak maupun orang dewasa mengenai perdamaian. Metode ini juga
digunakan untuk mempelajari ide-ide untuk menanggapi kekerasan, dan saran-saran terbaik untuk
mempromosikan konsep perdamaian di sekolah dan masyarakat.
Pengarahan moderator untuk sesi diskusi mengenai menghargai orang lain adalah sebagai berikut:
Kita ingin mengetahui bagaimana para anggota kelompok memandang konsep menghargai orang
lain. Gunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini (tidak perlu sesuai urutan) untuk mengarahkan
jalannya diskusi.
- Siapa yang menghargai Anda?
- Siapa yang kadang tidak menghargai Anda?
- Bagaimana Anda mengetahui bahwa seseorang menghargai Anda?
- Seberapa besar Anda menunjukkan penghargaan terhadap orang lain? Siapa yang selalu Anda
hargai?
- Kapan dan mengapa Anda tidak menghargai orang lain?
- Apa alasan untuk selalu menghargai semua orang?
- Apa alasan untuk hanya menghargai beberapa orang saja?
Jika diperlukan, Anda dapat mengarahkan kelompok Anda untuk fokus pada salah satu topik di bawah
ini:
1. Saling menghargai di lingkungan sekolah - Apakah ada kasus-kasus khusus yang
menunjukkan rendahnya rasa saling menghargai di lingkungan sekolah?
2. Saling menghargai di lingkungan kota atau masyarakat - Apakah ada kelompok yang kurang
dihargai, seperti misalnya kelompok imigran atau minoritas?
3. Saling menghargai di lingkungan keluarga - seberapa besar rasa saling menghargai
ditunjukkan antar anggota keluarga? Siapa yang paling dihargai dan siapa yang kurang
dihargai?
4. Saling menghargai antar umat beragama - apakah kita sudah saling menghargai kepercayaan
atau keyakinan orang lain? Jika tidak, mengapa?
Akhiri kegiatan ini dengan saling berbagi kesimpulan diskusi masing-masing kelompok. Anda juga
bisa menggunakan mind-map untuk memvisualisasikan pemahaman peserta mengenai menghargai
orang lain dan penerapannya.
Café Lintas-keyakinan
Tujuan: Membantu peserta untuk berdiskusi mengenai topik-topik yang ada sekaligus
mengembangkan rasa saling memahami dan minat untuk saling belajar.
Hasil/Keluaran: Peserta dapat mengatur dan menyelenggarakan kegiatan dimana orang-orang dapat
datang dan berdiskusi bersama-sama untuk membahas berbagai topik menarik dan mengajukan solusi-
solusi yang mungkin untuk berbagai masalah social
Alat dan Bahan: Tempat seperti sekolah, lingkungan warga terdekat seperti RT/RW, tempat-tempat
ibadah, atau di rumah para peserta sendiri dimana orang-orang bisa datang (mungkin saja secara rutin)
untuk berdiskusi tentang macam-macam hal, seperti keagamaan ataupun isu-isu terkini, dari berbagai
sudut pandang.
Kegiatan
Perkenalkan konsep Café Lintas-keyakinan pada para peserta sebagai sebuah tempat dimana orang-
orang (diharapkan berasal dari latar belakang keyakinan berbeda) bisa datang dan berdiskusi bersama
mengenai berbagai topik sambil menikmati makanan dan ,inuman ringan dan bersantai, layaknya
seperti di sebuah café.
Katakan pada para peserta bahwa membuat satu atau beberapa Café Lintas-keyakinan dapat menjadi
bagian dari komitmen mereka untuk menyebarkan rasa saling memahami. Sebuah kelompok kecil
sukarelawan dapat membentuk "panitia" untuk memastikan kegiatan berjalan baik dan bahwa kegiatan
pertemuan santai ini adalah tempat dimana seluruh peserta dapat merasa nyaman dalam berdiskusi dan
saling belajar bersama, sekaligus melibatkan orang-orang yang mungkin belum pernah mereka temui
sebelumnya.
Untuk membuat suatu Café Lintas-keyakinan, "panitia" harus melakukan bebrapa hal berikut:
- memilih topik
- memilih metode untuk menyampaikan informasi, misalnya dengan menggunakan video
dokumenter singkat, presentasi powerpoint, speaker, kliping, atau pameran foto atau gambar.
- susun jadwal kegiatan untuk durasi beberapa jam. Jadwal ini harus bisa mengantisipasi
beberapa momen, seperti momen kedatangan para tamu, istirahat, kemungkinan
diperlukannya satu atau dua sesi icebreaker atau relaksasi, presentasi materi, dan sesi tanya
jawab atau diskusi terbuka untuk seluruh peserta.
- Tentukan makanan dan minuman yang akan disajikan, dari mana dan siapa yang akan
menyediakannya, dan kapan harus disajikan
- seseorang (tidak harus orang dewasa) harus 'menjaga' cafe tersebut dan bertugas untuk
memperkenalkan pemateri, mengatur jalannya diskusi, mencatat pertanyaan, dan
memfasilitasi tukar pikiran para 'tamu'
- 'Penjaga Cafe' harus dapat menjaga jalannya diskusi dan memberikan topik atau pertanyaan-
pertanyaan seperti "apa yang harus dilakukan dalam situasi tersebut?" Atau "bagaimana cara
mengubah kondisi tersebut?" dan pertanyaan-pertanyaan lain pada peserta ataupun pembicara.
- ' Penjaga Cafe' harus dapat memastikan bahwa kontribusi dan pendapat semua orang
dihormati dan dihargai.
- 'Penjaga Cafe' bisa mengakhiri kegiatan dengan mengheningkan cipta sejenak untuk
perdamaian. Jika ada jadwal pelaksanaan Café Lintas-keyakinan berikutnya maka
informasikan pada para tamu yang hadir mengenai waktu dan tempat sesi berikutnya. 'Penjaga
Cafe' juga bisa mengajak para hadirin untuk memberi saran mengenI topik yang akan dibahas
selanjutnya.
- Panitia harus mempromosikan kegiatan Café Lintas-keyakinan menggunakan poster atau
media promosi lainnya terutama di tempat-tempat ibadah atau bahkan di media lokal. Mereka
juga dapat melibatkan para orangtua sehingga rentang umur para tamu yang akan hadir
menjadi beragam.
Tujuan: Berdiskusi dan mempelajari mengenai isu dan konflik keagamaan penting dalam sebuah
forum dimana semuanya sejajar
Alat dan Bahan: Sebuah meja bundar (atau beberapa meja yang disusun dengan format melingkar
sehingga peserta bisa duduk dan saling memandang dengan seluruh peserta lain), informasi mengenai
konflik atau topik yang akan dibicarakan, flip chart, dan spidol.
Kegiatan
Jelaskan pada para peserta mengenai metode diskusi meja bundar (RTD).
1. Meja bundar tidak memiliki sisi atau sudut sehingga tidak ada “kepala”, “badan”, dan “kaki”,
jadi tidak ada seorangpun yang memiliki posisi lebih tinggi karena semua adalah sejajar. Ide
ini berasal dari legenda Raja Arthur dari Inggris tentang Ksatria Meja Bundar di Camelot.
2. Pilih sebuah isu atau konflik keagamaan bersama peserta yang akan mereka diskusikan.
Tentukan tanggal untuk diskusi sehingga tiap peserta memiliki waktu yang cukup untuk
mempersiapkan diri. Jelaskan bahwa diskusi ini dimaksud untuk memungkinkan analisa dari
segala sudut (ekonomi, politik, social, dan keagamaan). Minta mereka untuk fokus pada
kemampuan manusia untuk menciptakan, menghancurkan, tapi juga mengubah.
3. Lengkapi peserta dengan informasi mengenai topik tersebut lebih awal, tapi dukung mereka
untuk melakukan riset mereka sendiri dan membawa sesuatu yang baru ke dalam diskusi
nanti.
4. Saat diskusi, mintalah seorang peserta sebagai moderator. Pastikan semua orang dapat
berkontribusi dengan cara melibatkan semua pihak baik penyaji informasi maupun penanya.
Pastikan juga untuk mengajak mereka yang belum berbicara agar bisa ikut terlibat.
5. Anda mungkin perlu menggunakan flip chart untuk menggambar diagram atau informasi
lainnya terkait topik yang dibahas. Seorang sukarelawan dapat mengisi posisi ini.
6. Sebagai fasilitator, silahkan terlibat dengan sejajar bersama peserta tapi jangan memberikan
informasi atau pengetahuan pada diskusi karena ini adalah tanggungjawab para peserta.
Jangan mengoreksi pendapat atau interpretasi mereka, tapi silahkan memperbaiki jka ada
kesalahan interpretasi terhadap konsep.
7. Arahkan diskusi ke kesimpulan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Mengapa keyakinan memicu konflik
- Apakah orang-orang ingin memerangi mereka yang berbeda keyakinan atau kepercayaan?
- Apakah mustahil untuk orang-orang yang berbeda keyakinan untuk dapat hidup bersama
dan saling membantu?
- Apa yang dapat kita lakukan untuk membuat mereka yang berbeda keyakinan, atau yang
tidak memiliki keyakinan, dapat hidup bersama dengan harmonis?
Hasil/Keluaran: Peserta memahami situasi, perilaku, dan sikap yang dapat mempengaruhi martabat
manusia dan penilaian diri mereka sendiri.
Debat adalah konfrontasi lisan secara formal antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dengan adu argumentasi dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan
perbedaan. Debat memiliki peraturan dimana kedua belah pihak harus membicarakan dan
memutuskan perbedaan mereka dalam kerangka interaksi yang telah ditentukan.
Peraturan yang diberikan ini merupakan adaptasi dari Kejuaran Dunia Debat antar Sekolah (*2).
Peserta dapat mengambil keuntungan dari menyelenggarakan debat rutin sehingga setiap orang
mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara dan dapat menerapkan kelimuan yang sesuai untuk
berkontribusi dalam debat.
Kegiatan
Peserta memilih isu terkini yang ada di berita atau isu lain yang signifikan. Debat biasanya dimulai
dengan satu pihak mengungkapkan pendapat nya dengan ‘gaya’: “Pihak ini yakin bahwa….” dan
didukung oleh pihaknya dan kemudian ditentang oleh pihak lainnya. Dalam debat, harus ada
pemimpin atau pengawas yang bertugas mengawasi waktu dan urutan.
2 http://www.schoolsdebate.com/guides.asp
Meditasi Diri – Perjalanan Sunyi
Tujuan: Memberi kesempatan bagi para peserta untuk merenungkan tentang kehidupan mereka,
tentang siapa diri mereka, dan tentang hubungan mereka dengan orang lain dan lingkungan.
Hasil/Keluaran: Peserta dapat menyadari kebutuhan untuk menghargai diri mereka sendiri sehingga
mereka dapat lebih memahami orang lain dengan cara yang positif.
Alat dan Bahan: Sebuah ruangan yang redup atau 6 buah ruangan tertutup, kertas atau kartu berwarna
(kuning, merah, hijau, hitam, putih, dan biru). Buat suasana yang damai dengan memutar musik yang
lembut dan menenangkan, memasang lilin atau dupa wewangian, memasang gambar atau lukisan
tempat-tempat yang memberi rasa damai atau kutipan-kutipan dari literature atau puisi di tembok.
Diperlukan enam orang fasilitator untuk kegiatan ini.
Kegiatan
Pindahkan perabotan dari ruangan dan buat enam buah area diatas lantai atau di ruangan lain dengan
menempatkan kertas berwarna diatas area yang dimaksud. Dibutuhkan enam orang fasilitator, satu
fasilitator untuk masing-masing warna dimana tiap fasilitator akan memberikan pertanyaan untuk
direnungkan (lihat contoh pertanyaan dibawah)
Beritahu peserta bahwa mereka akan melakukan perjalanan yang sunyi untuk memahami tentang diri
mereka sendiri. Mereka akan berpindah melalui enam area yang berbeda dimana dalam tiap area
mereka akan bermeditasi mengenai kehidupan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain. Bagi
peserta menjadi enam kelompok yang sama besar dan tiap kelompok tidak lebih dari lima orang.
Untuk memulai, arahkan masing-masing kelompok ke salah satu area. Ajak kelompok tersebut
berpindah ke area berikutnya setelah 15 menit.
Di tiap area, peserta diminta duduk atau berbaring (boleh dengan mata tertutup) dan coba untuk rileks.
Fasilitator akan menayakan beberapa pertanyaan tetapi para peserta cukup menjawabnya di dalam hati
dan tidak saling berbicara dengan peserta lain. Tujuannya agar para peserta dapat memikirkan
pertanyaan tersebut dengan sungguh-sungguh dan mengaitkannya dengan kehidupan mereka.
Mungkin ada beberapa peserta yang dapat menjadi sangat emosional dalam sesi ini dan fasilitator
sudah harus siap menghadapinya. Setelah selesai, berikan waktu sejenak bagi para peserta untuk
mengungkapkan pendapat mereka mengenai apa yang paling mereka sukai, apa yang paling mereka
ingat, dan pengalaman apa yang paling berkesan bagi mereka.
Saran bagi fasilitator
(Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat retoris bukan interogatif)
Kuning – Gambaran dari menemukan cahaya di dalam diri kita sendiri. Seberapa damai Anda
terhubung atau memahami orang lain? Apakah anda kadang menjadi cahaya bagi orang lain? Pikirkan
bagaimana Anda bisa membawa pencerahan ke dalam situasi yang sulit.
Hijau – Warna alam. Kita semua memiliki kewajiban terhadap lingkungan. Dan kita tidak boleh
berputus asa, kita harus terus berharap bahwa bahkan ditengah-tengah kesulitan ada sesuatu dalam diri
kita yang meyakinkan kita bahwa semua akan baik-baik saja.
Merah – Warna cinta. Siapakah orang yang paling anda cintai? Dengarkan detak jantung Anda, kapan
jantung Anda berdetak sangat kencang sampai-sampai Anda dapat merasakannya? Kita memberikan
cinta begitu saja kepada orang lain dengan bebasnya tapi kadang kita justru menghalangi mereka yang
benar-benar membutuhkannya. Bagaimana kita belajar untuk peduli terhadap mereka yang tidak
mudah mencintai atau dicintai?
Hitam – Warna perubahan dan kekuatan diri. Itu artinya kemungkinan, kesempatan, dan potensi. Ini
adalah saat para peserta merenungkan bagaiman kita menghakimi orang lain. Apakah Anda menilai
atau menghakimi orang lain dengan kritis? Apakah anda menjadi sangat kritis khususnya kepada
mereka yang berbeda dari Anda? Apakah Anda merasa sulit untuk memahami dan menyukai orang
yang menurut Anda berbeda dari diri Anda?
Putih – Ini adalah saat para peserta merenungkan bagaimana mereka mencintai dan menghargai diri
mereka sendiri. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Anda tidak bisa mencintai orang lain
sebelum Anda mencintai diri Anda sendiri”, bagaimana menurut Anda tentang ungkapan ini?
Biru – Ini adalah saat peserta merenungkan kelebihan dan bakat yang mereka miliki. Apa yang
menginspirasi Anda? Apa yang membuat Anda unik? Bagaimana bakat dan kualitas diri Anda
mempengaruhi orang lain? Bagaimana anda memanfaatkan kelebihan ini untuk menolong atau
membantu orang lain? Apakah penting untuk hidup bersama dalam damat dengan orang lain dan
berkontribusi untuk keharmonisan dunia?
Hasil/Keluaran: Peserta dapat mengeksplorasi perilaku dan sikap para tokoh panutan tersebut dan
merenungkan bagaimana mengembangkan sikap perdamaian terhadap sesama.
Alat dan Bahan: Film (termasuk film atau video dokumenter atau sejenisnya) mengenai kehidupan
tokoh-tokoh berikut (boleh pilih lebih dari satu): Aung San Suu Kyi, Dalai Lama, Mohandas Gandhi,
Martin Luther King, Jr., Pope John Paul II, Imam W. Deen Mohammed, Mother Teresa, Nelson
Mandela, Cat Stevens (Yusulf Islam), Rabbi Abraham Joshua Heschel, Moses Maimonides, Tich Nhat
Hanh, Shirin Ebadi, Swami Vivekananda, atau tokoh-tokoh lainnya yang Anda anggap memilikk
dampak terhadap perdamaian dan kebaikan hidup umat manusia.
Kegiatan
Pilih satu atau lebih tokoh-tokoh pemimpin sosial dan keagamaan yang membawa perdamaian dunia
dan kemudian siapkan presentasi atau film yang akan ditonton (lihat halaman 149). Setelah selesai
menonton film atau presentasi, ajak peserta untuk berdiskusi tentang tokoh protagonis film tersebut
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- karakteristik apa yang membuat tokoh tersebut sangat dikenal atau diakui?
- keyakinan apa yang menjadi landasan tokoh tersebut melakukan pekerjaannya?
- Apa yang tokoh itu lakukan dan bagaimana mereka bertindak untuk mengubah situasi yang
tidak adil?
- Bagaimana tokoh tersebut mampu memaafkan dan membawa perdamaian di masyarakat
sekitar?
Anda mungkin harus menjelaskan pada para peserta apa artinya berdamai, bagaimana seseorang bisa
berdamai dengan orang lain, dan mengapa hal itu penting. Buat sesi diskusi menjadi lebih pribadi
dengan menanyakan para peserta bagaimana mereka menyikapi sikap memaafkan dan berdamai.
Anda dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan spesifik, seperti:
- Apa yang menyebabkan kita tidak bisa memaafkan orang lain?
- Apa 'harga' yang harus dibayar untuk bersikap lebih memaafkan, misal, apa yang dibutuhkan
dari diri kita untuk bertindak dengan jalan dan sikap damai?
- Bagaimana ajaran dari tokoh di film tersebut dapat dipraktekan di kehidupan kita sehari-hari?
- Bagaimana perdamaian dapat menjadi alat untuk mengubah dunia?
Akhiri kegiatan dengan meminta para peserta untuk menuliskan sikap dan perilaku apa yang ingin
mereka kembangkan supaya dapat mencapai kedamaian dalam diri.
Tujuan: Menciptakan ruang untuk 'menyembuhkan' hati para peserta dan mengisi kekosongan
didalamnya dengan kenyamanan spiritual dan kedamaian diri dengan melepaskan segala rasa sakit
dan sedih.
Hasil/Keluaran: Peserta dapat bermeditasi dan merenungkan perasaan-perasaan sakit dan sedih
dalam diri mereka dan kemudian memahami kebutuhan akan penyelesaian dan perdamaian dalam diri.
Kegiatan
Beritahu peserta bahwa kegiatan meditasi ini adalah mengenai hal-hal yang membuat mereka sedih
dan sakit, dan juga mengenai hal-hal yang mereka lakukan yang membuat orang lain sedih atau sakit.
Anda akan mencoba membantu mereka menemukan penyelesaian dan kedamaian diri.
Mulailah dengan merenungkan efek dan kerusakan yang kita timbulkan pada orang lain melalui kata-
kata yang kita ucapkan, sikap, dan perilaku yang kita tunjukkan. Perbandingan yang tepat adalah
dengan membandingkan dengan tembok yang hancur saat kita memukulnya dengan palu sehingga
berlubang, dan bagaimana sulitnya memperbaiki lubang pada tembok tersebut hingga kembali mulus
dan kokoh. Atau anda juga bisa menunjukkan dengan meremas sehelai kertas di tangan Anda
kemudian berikan pada peserta dan minta mereka meratakannya kembali. Jelaskan bagaimana sikap,
perilaku, dan kata-kata kita juga dapat membuat lubang yang tidak mudah diperbaiki dalam hubungan
kita dengan orang lain. Hati kita akan terasa kosong saat ada lubang disana dan kekosongan ini butuh
diisi dengan kerelaan hati untuk memaafkan dan berdamai.
Setelah merenungkan hal-hal tersebut, Anda bisa mengajukan pertangaan-pertanyaan di bawah ini
dengan flip chart atau bisa juga dituliskan diatas kertas dan kemudian dibagikan ke peserta.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membantu peserta dalam bermeditasi dan
menemukan apa penyebab kesedihan dan rasa sakit dalam hati mereka.
Akhiri kegiatan dengan memberikan lilin pada masing-masing peserta kemudian nyalakan. Lilin
melambangkan menemukan kedamaian dan kerelaan untuk berdamai dengan mereka yang telah
menyakiti dan membuat Anda sedih. Ajak peserta untuk berkumpul dan kemudian bersama-sama
merenung dalam hening untuk mengisi kekosongan dalam hati mereka dengan maaf dan kedamaian.
Kisah Bobby
Tujuan: Memahami nilai setiap orang dengan melihat pada diri kita sendiri dan orang lain
Hasil/Keluaran: Peserta bisa memahami bahwa mereka bisa menjadi sama seperti seseorang yang
mereka hakimi. Peserta dapat merenungkan mengenai prasangka-prasangka yang mereka lakukan dan
bagaimana mereka sendiri juga bisa menjadi korban dari prasangka.
Kegiatan
Ajak peserta berkumpul dan kemudian ceritakan kisah tentang Bobby.
Kisah Bobby
---
Kalian semua mengenal Bobby. Ia tidak termasuk anak yang populer di sekolah dan penampilan
fisiknya sangat menonjol. Bobby berbobot setidaknya 12 kilo lebih berat dari siswa-siswa lain pada
umumnya, dan dia selalu terlihat berantakan. Pakaiannya tidak trendi dan bahkan kadang bau. Giginya
terlihat jelek dan wajahnya berjerawat.
Pernahkah kamu melihat Bobby? Orang-orang selalu menghindarinya saat berpapasan di koridor. Ia
adalah anak yang selalu duduk sendirian di kantin saat jam istirahat. Kadang, anak-anak yang berhati
baik ingin duduk bersamanya, tapi mereka takut akan diejek teman-temannya. Tetapi, sekali aku
pernah duduk disebelahnya dan berbicara dengan Bobby, dan disitu aku menyadari bahwa Bobby
sama seperti kau atau aku.
Setelah peserta selesai berdiskusi, perkenalkan Bobby pada mereka. Bobby direpresentasikan dengan
sebuah bola. Mintalah para peserta untuk mengedarkan bola tersebut ke sekeliling dengan hati-hati
karena Bobby sangat rentan dan kita bisa saja melukainya. Setelah bola itu selesai diedarkan ke
seluruh peserta, biarkan peserta membentuk kelompok-kelompok kecil dan kemudian membicarakan
tentang bagaimana mereka memperlakukan orang lain atau bagaimana mereka telah berprasangka
terhadap orang lain.
Ajak peserta beekumpul kembali di ruang utama dan renungkan tentang apa perlunya menghargai diri
mereka sendiri dan orang lain tanpa memandang kekurangan atau kelebihannya. Renungkan
pentingnya untuk melihat ke dalam diri seseorang dan tidak terfokus pada penampilan luarnya saja.
104
Bagaimana Jadinya Dunia Jika...
Tujuan: Menciptakan kesempatan bagi para peserta untuk memikirkan akibat dari konflik pada dunia
dan nilai-nilai apa yang dibutuhkan setiap orang untuk membantu membangun dunia yang lebih baik.
Hasil/Keluaran: Peeerta dapat merenungkan sebab dan akibat dari konflik dan pentingnya sikap
saling memahami. Peserta bisa memvisualisasikan bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk
mengembangkan sikap saling memahami.
Alat dan Bahan: flipchart, pena, kartu pos, majalah, koran, lem. Kumpulkan bahan-bahan tersebut
sebanyak yang kiranya Anda perlukan.
Kegiatan
1. Minta peserta untuk berpasangan dan gunakan alat dan bahan yang telah disiapkan untuk
membuat sebuah gambaran atau ilustrasi mengenai bagaimana jadinya dunia jika:
- tidak ada konflik kekerasan
- saya merubah ....... atau saya melakukan .......
- atau buat pernyataan Anda sendiri berdasarkan atas apa yang ingin Anda tekankan dalam
diskusi.
2. Kumpulkan para peserta dan minta tiap pasang peserta untuk menjelaskan hasil karyanya
3. Pimpin sesi diskusi berdasarkan topik-topik yang tergambar dalam hasil karya peserta. Jangan
lupa pertimbangkan:
- Apa yang dapat kita lakukan untuk menyebarkan rasa saling memahami antar orang-orang
dengan keyakinan yang berbeda.
- Bagaimana kita bisa menyebarkan rasa perdamaian diantara orang-orang yang berbeda
keyakinan dan kebudayaan?
- Kualitas atau nilai-nilai apa yang dibutuhkan untuk bisa saling memahami?
- Apa peran agama dalam membantu seseorang untuk bisa lebih memahami dan
menghargai orang lain?
- Bagaimana Anda dapat berperan dalam pembangunan dunia dimana setiap orang dapat
saling memahami?
Kegiatan ini dapat berupa kegiatan atau kampanye sekolah dengan pameran gambar dan hasil karya
peserta.
Mintalah para peserta menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran
mereka
112
105
Tujuan: Membangun keyakinan diri para peserta dan merayakan penghargaan yang menyenangkan
Hasil/Keluaran: Peserta mampu meningkatkan rasa percaya diri dan keyakinan diri mereka sekaligus
merasakan dukungan moral dan rasa penghargaan yang menyenangkan dari rekan-rekan sekelompok.
Alat dan Bahan: Dua cangkir plastik dan beberapa biji-bijian kering untuk setiap peserta. Kacang
hijau kering cukup bagus untuk digunakan
Kegiatan
1. Peserta duduk membentuk lingkaran. Mintalah peserta untuk menutup mata mereka dan tarik
napas dalam-dalam kemudian rileks dan lepaskan kesibukan yang mereka rasakan hari itu.
2. Berikan setiap orang dua buah cangkir plastik. Satu cangkir terisi kacang hijau kering dan
cangkir lainnya kosong.
3. Mintalah peserta untuk memikirkan kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan dalam
satu minggu ini termasuk didalamnya berperilaku baik, bertutur kata baik, berbicara hal baik
tentang seseorang, membantu orang lain, dsb.
4. Untuk setiap kebaikan yang pernah dilakukan, peserta diminta untuk memasukkan sebutir
kacang dari cangkir yang satu ke cangkir yang kosong. Lakukan hal ini dalam diam dan
berikan waktu sekitar lima menit. Fasilitator juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
5. Mintalah seluruh peserta dalam lingkaran untuk berbagi kisah-kisah kebaikan tersebut.
Peserta lain mendengarkan dengan 'khusyuk', yaitu mendengarkan dengan rasa empati dan
tanpa berprasangka atau menghakimi.
6. Dengan menjadi bagian dari suatu lingkaran yang penuh dengan kebaikan dan penghargaan,
maka seseorang akan menjadi lebih percaya diri.
Tujuan: Menyediakan peluang bagi peserta untuk dapat menjelajahi sisi terdalam diri mereka sendiri
dan menemukan kedamaian di dalamnya.
Hasil/Keluaran: Peserta dapat merefleksikan kehidupan mereka dalam waktu yang ditentukan dan
dapat memahami makna dari transformasi dan perubahan dalam diri.
Alat dan Bahan: pensil warna, spidol, lilin warna, kertas gambar, musik lembut yang menenangkan,
dupa wewangian
Kegiatan
Kata "Mandala" berasal dari bahasa India kuno atau Sansekerta. Secara bebas, kata "Mandala"
diartikan sebagai "lingkaran" atau bentuk yang sangat sederhana dan menggambarkan keutuhan.
Lingkaran dapat dipandang sebagai bentuk organisasi struktur kehidupan itu sendiri - sebuah diagram
kosmis yang mengingatkan kita akan hubungan kita dengan yang tak terbatas, sebuah dunia yang ada
diluar batasan tubuh dan pikiran kita. Untuk informasi lebih lanjut mengenai mandala sila kunjungi
situs berikut: http://www.mandalaproject.org/Index.html.
Mandala digunakan untuk memandang dunia dari dalam dan untuk merasakan penyatuan dengan alam
semesta dan penciptaan. Bailey Cunningham Direktur Eksekutif dan pencipta Mandala Project,
sebuah organisasi nirlaba yang mengabdikan diri untuk menyebarkan perdamaian melalui seni dan
pendidikan, mengatakan bahwa: "kesadaran mandala mungkin memiliki potensial untuk mengubah
cara pandang kita terhadap diri kita sendiri, terhadap planet kita dan mungkin terhadap tujuan
hidup kita". (*3)
- Cari tempat yang sepi dimana peserta tidak terganggu dan dapat merenung dengan tenang.
Katakan pada peserta untuk menjelajahi pikiran mereka agar bisa mengaktifkan otak kanan
mereka yang merupakan lokasi dari kreatifitas dan intuisi. Hal ini akan membantu mereka
memasuki suasana introspektif yang akan membuat mereka memahami apa yang mereka
rasakan saat ini dan membuat gambaran-gambaran yang mewakili keadaan pikiran mereka.
- Putar musik lembut yang menenangkan untuk menstimulasi indra-indra peserta. Mintalah
peserta untuk menggambar sebuah lingkaran menggunakan piring atau jangka kemudian
tandai titik tengah lingkaran tersebut dengan sebuah titik. Peserta lalu mulai menggambar
berbagai macam bentuk, tanda, kata-kata, dsb. mulai dari tengah lingkaran sampai memenuhi
seluruh lingkaran. Peserta bebas berkreasi dengan warna dan bentuk.
- Setelah peserta selesai menggambar, ajak mereka meresapi apa yang mereka rasakan saat ini.
Ajak mereka untuk memikirkan makna setiap warna dan bentuk tersebut bagi diri mereka dan
apa yang mereka rasakan saat menggambar bentuk-bentuk tersebut. Jelaskan pada mereka
bahwa mandala adalah perwujudan dari apa yang mereka rasakan dalam diri. Dukung peserta
untuk membuat mandala di rumah dan letakkan di tempat yang mudah dilihat sehingga
mereka bisa sering mengamatinya
Anda bisa melakukan kegiatan ini lagi setelah beberapa minggu sehingga peserta dapat
membandingkan mandala yang mereka buat dari waktu ke waktu dan mengamati perubahan yang
terjadi dalam diri mereka.
Tujuan: Memahami dampak global dari rendahnya sikap saling memahami dan supaya para peserta
dapat membuat suatu symbol nyata dari perdamaian
Hasil/Keluaran: Peserta menjadi bagian dari jaringan global orang-orang yang memperingati
serangan bom atom di Hiroshima dengan membuat bangau kertas. Mereka dapat merenungkan
bagaimana mereka bisa menjadi agen perubahan dan pembawa perdamaian
Alat dan Bahan: Kertas origami atau kertas berwarna dipotong seukuran 20 x 20 cm. Langkah-
langkah membuat bangau kertas bisa ditemukan di halaman 183. Anda juga mungkin berminat untuk
membaca mengenai Proyek Perdamaian Dunia untuk Anak-anak di www.sadako.org
Kegiatan:
Ceritakan pada peserta kisah mengenai Sadako
Kisah Sadako
Bangau kertas telah menjadi symbol perdamaian internasional karena sebuah kisah tentang seorang
gadis kecil dari Jepang bernama Sadako Sasaki. Lahir pada tahun 1943, Sadako berumur 2 tahun saat
bom atom dijatuhkan di Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Saat ia tumbuh dewasa, Sadako
adalah gadis yang pemberani, kuat, dan atletis. Tetapi pada tahun 1955, saat Sadako berusia 11 tahun
dan sedang berlatih untuk suatu kejuaraan besar, mendadak ia merasa pusing lalu jatuh pingsan.
Sadako akhirnya didiagnosis menderita leukemia, salah satu bentuk kanker yang sering disebut
sebagai ‘penyakit bom atom’ akibat dari radiasi bom atom saat ia berumur 2 tahun.
Sahabat Sadako bercerita kepadanya mengenai sebuah legenda kuno jepang yang menceritakan bahwa
siapapun yang membuat seribu bangau kertas maka permintaannya akan terkabul. Sadako berharap
para dewa mau mengabulkan permintaannya untuk bisa berlari lagi, maka Sadako pun mulai membuat
bangau kertas. Sadako berhasil menyelesaikan lebih dari seribu bangau kertas sebelum akhirnya
meninggal pada 25 Oktober 1955 di usia 12 tahun.
Teman-teman Sadako terinspirasi dengan semangat, keberanian, dan kekuatan Sadako. Mereka
bersama-sama mengumpulkan surat-surat Sadako dan menjilidnya menjadi sebuah buku kemudian
menerbitkannya. Mereka mulai bermimpi untuk bisa membangun sebuah monument peringatan untuk
Sadako dan anak-anak lainnya yang tewas akibat bom atom. Anak-anak muda seluruh Jepang
bersama-sama membantu mengumpulkan uang untuk proyek tersebut.
Pada tahun 1958, patung sadako yang sedang memegang bangau emas diresmikan di Taman
Perdamaian Hiroshima. Anak-anak juga membuat permohonan yang tertulis dibawah patung sebagai
berikut: “Ini tangisan kami, ini doa kami, perdamaian untuk dunia”
Saat ini, orang-orang di seluruh dunia membuat bangau kertas dan mengirimnya ke monument Sadako
di Hiroshima.
Diskusikan dengan peserta mengenai bagaimana konflik dan kekerasan antara masyarakat dan Negara
berdampak pada orang-orang tak berdosa. Ambil kesimpulan mengenai pentingnya mendukung
perdamaian dan sikap saling memahami. Diskusikan bagaimana kisah Sadako dapat membantu
membangun kesadaran akan pentingnya belajar hidup berdampingan dengan rasa saling menghargai
dan bermartabat.
Berikan kertas yang sudah disiapkan kepada peserta dan ajarkan mereka cara membuat bangau kertas.
Berikan mereka waktu untuk menuliskan permohonan mereka untuk perdamaian pada kertas tersebut
sebelum membuat bangau kertas. Ajak mereka untuk memikirkan mengenai kisah Sadako dan
dampak bencana nuklir di Hiroshima.
Akhiri kegiatan ini dengan mengheningkan cipta sejenak untuk para korban dari peperangan dan dari
rendahnya rasa saling memahami dan menghargai antara manusia dan Negara, juga mendoakan
perdamaian untuk dunia.
Walaupun kegiatan ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi akan terasa lebih special jika dilakukan pada
tanggal 6 Agustus bersamaan dengan peringatan tahunan bagi para korban serangan nuklir di
Hiroshima dan Nagasaki.
Tujuan: Mengajak peserta untuk terlibat dalam kegiatan yang dapat membantu mereka untuk
merefleksikan identitas diri mereka
Hasil: Peserta mempunyai pikiran dan cara pandang mengenai identitas mereka dan bagaimana
mereka ingin menunjukkan diri mereka pada dunia. Mereka juga dapat membuat sesuatu yang
menarik dan memiliki nilai unutk mereka pakai dan simpan.
Alat dan Bahan: Peserta bisa membawa sendiri kaos putih polos atau bisa disediakan oleh panitia.
Peralatan melukis, cat yang sesuai, kuas berbagai macam ukuran, cetakan jika diperlukan, dsb.
Siapkan pula kertas kosong dan pensil warna untuk mereka membuat sketsa desain
Kegiatan
Sangat penting bagi peserta untuk mendapat waktu sejenak untuk berpikir dan berdiksusi tentang apa
yang akan mereka gambar di kaos mereka. Jelaskan pada peserta mengenai kegiatan ini dan minta
mereka memikirkan dengan baik apa yang akan mereka gambar pada kaos karena ini merupakan
gambaran diri mereka dan apa yang mereka hargai. Ingatkan peserta bahwa kaos ini akan bisa dilihat
orang lain, dan orang bisa saja mengambil kesimpulan dan penilaian tentang siapa diri mereka dilihat
dari pakaian yang mereka pakai. Akan sangat membantu jika Anda sudah pernah menyelesaikan
beberapa kegiatan Berbagi Pengalaman sehingga para peserta merasa nyaman untuk membicarakan
makna identitas mereka dengan lebih terbuka dan bebas.
Berikan kertas dan pensil warna pada peserta dan minta mereka untuk membuat sketsa desain kaos
mereka. Ingatkan pula bahwa desain tersebut harus pas dengan ukuran kaos. Setelah mereka puas
dengan desain mereka, minta peserta untuk menyalin desain tersebut ke kaos mereka.
Peserta kemudian memakai kaos yang telah mereka gambar dan menunjukkannya ke seluruh peserta
lain. Setelah itu ajak peserta untuk merenungkan sejenak mengenai apa yang telah mereka gambar dan
apa yang kaos mereka gambarkan tentang diri mereka dan apa pentingnya menghargai siapa diri kita
dan diri orang lain.
Jika anda ingin menuliskan pesan-pesan pada kaos tersebut, ajak peserta untuk berdiskusi mengenai
apa yang kiranya orang-orang, terutama mereka yang hidup di zona konflik, akan tuliskan disana.
Anda bisa mengambil foto tiap peserta dengan hasil karyanya dan berikan kepada mereka sebagai
kenang-kenangan dari kegiatan ini.
Membuat Film
Tujuan: Mengajak peserta untuk memikirkan tentang topik yang diberikan kemudian menciptakan
kesadaran mengenai topik tersebut melalui film.
Hasil/Keluaran: Peserta membuat film yang dapat mereka pertunjukan untuk meningkatkan
kesadaran mengenai topik yang mereka pilih.
Alat dan Bahan: Kamera video, aplikasi untuk memanipulasi rekaman video (Video Editting Software)
Kegiatan
Kenalkan topik membuat film ini sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai topik atau isu tertentu. Jelaskan pada peserta bahwa mereka memiliki kesempatan untuk
membuat sebuah film pendek. Jelaskan juga bahwa Anda akan membantu mencari lokasi yang sesuai
untuk memutar film hasil karya peserta tersebut di depan teman-teman sekolahnya atau di lokasi
umum atau bahkan dihadapan para tokoh terpandang.
Gunakan beberapa metode diskusi (seperti: brainstorming, diskusi atau RTD) dan biarkan peserta
memilih topik yang mereka inginkan. Ajak mereka unutk memilih topik yang berkaitan dengan
masalah sosial atau topik yang bisa membantu mereka mempelajari lebih jauh mengenai keberagaman
baik lokal maupun global.
Ada beberapa sumber-sumber spesifik yang bisa membantu para peserta dalam membuat film mereka,
contohnya: http://www.filmyourissue.com/making/index.shtml. Atau Anda juga bisa mengundang
orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis untuk berbagi pengetahuan dengan para peserta.
Peserta sebisa mungkin harus memiliki kendali atas pengambilan keputusan dan harus bisa
bekerjasama sebagai fokus utama dari kegiatan ini.
Ini adalah kegiatan yang dapat memakan waktu berbulan-bulan sehingga sangat penting untuk dapat
menjaga para peserta agar tetap termotivasi. Jadwalkan pertemuan rutin untuk revisi dan tentukan
tanggal untuk penayangan perdana. Anda mungkin ingin menjadwalkan penayangan tertutup untuk
orangtua dan teman-teman terlebih dulu sebelum dibuka untuk umum. Setelah itu Anda bisa
berdiskusi mengenai kapan sebaiknya film ini ditayangkan untuk target penonton yang telah
direncanakan.
Video ini bisa diunggah ke internet dan dikirimkan ke festival film atau ke situs seperti YouTube.
Hari Siaran Anak-anak Internasional dirayakan pada hari minggu kedua di bulan Desember dimana
para produser TV diseluruh dunia biasanya mendedikasikan waktu siaran untuk film-film yang dibuat
oleh para sineas-sineas muda (sebagai bagian dari pasal 12 – hak untuk didengar)
Tujuan: Mempelajari keyakinan dan kepercayaan lain dengan cara yang berbeda dan menyenangkan
Hasil/Keluaran: Peserta belajar tentang ajaran, ritual. Dan tradisi agama atau kepercayaan lain
Alat dan Bahan: Pertanyaan-pertanyaan, potongan kertas, gambar atau benda-benda dari berbagai
agama dan keyakinan
Kegiatan
Anak muda biasanya menyukai kuis atau tebak-tebakan. Kuis ini bukan dimaksudkan sebagai alat
evaluasi tapi sebagai proses belajar. Gunakan dengan cara yang kreatif dan interaktif.
Siapkan beberapa pertanyaan mengenai berbagai macam keyakinan, misal: lihat contoh pertanyaan
kuis di halaman 113. Lebih baik lagi jika Anda meminta peserta yang menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan untuk kegiatan ini. Anda kemudian dapat mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan ini dan
kemudian bertindak sebagai pembawa acara kuis. Bisa juga peserta dibagai menjadi beberapa
kelompok dan kemudian saling menguji masing-masing kelompok. Sebaiknya mereka
mempersiapkan banyak pertanyaan karena beberapa pertanyaan akan muncul berulang.
Jika memungkinkan, lengkapi jawaban para peserta dengan gambar, ilustrasi, atau benda-benda yang
sesuai, misalnya bendera Buddha, Alkitab, salib, gambar Taurat, gambar Masjid, dsb.
1. Siapakah Muhammad?
2. Siapakah Buddha?
3. Apa arti kata “Kristus”?
4. Siapakah Yesus?
5. Apa itu Kippa?
6. Apa itu reinkarnasi?
7. Apa itu Tirthankara bagi Jainists?
8. Apa itu perjalanan ziarah (atau ibadah Haji)?
9. Apa sebutan bagi Tuhan di agam Islam dan Yahudi?
10. Berapa murid yang Yesus miliki?
11. Kapan Nabi Muhammad dilahirkan?
12. Apa arti Brahman bagi umat Hindu?
13. Apa itu Weda?
14. Apa Kitab Suci umat Islam?
15. Apa nama tempat ibadah umat Yahudi?
16. Apa itu guru?
17. Siapakah Siddharta Gautama?
18. Apa arti kata “Buddha”?
19. Bahasa apa yang digunakan oleh Yesus?
20. Apa arti kata Tripitaka dalam bahasa Sansekerta?
21. Apa warna bendera Buddhis?
22. Apa itu meditasi?
23. Apa Kitab Suci umat Yahudi?
24. Siapakah Bahá’u’lláh?
25. Bagaimana dan mengapa umat Hindu merayakan Dipavali?
26. Apa itu Hanukkah dan bagaimana pelaksanaannya?
27. Apa itu Ramadhan dan bagaimana pelaksanaannya?
28. Siapakah Shiva di dalam ajaran Hindu?
29. Apa Kitab Suci umat Sikh?
30. Sebutkan lima Rukun Islam
Tujuan: mengenalkan topic mengenai perubahan konflik dan alternatif tanpa kekerasan
Hasil/Keluaran: Peserta memahami tentang konflik dan penyebabnya. Peserta dapat memahami
pentingnya membangun situasi yang saling menguntungkan.
Alat dan Bahan: Beberapa lembar koran bekas dan musik yang menarik
Kegiatan
Hamparkan lembaran koran bekas di lantai dengan celah diantaranya. Mulai dengan banyak lembaran
Koran dan setiap lembar menggambarkan sebuah pulau. Mainkan music dan minta peserta untuk
berjalan di sekeliling “pulau-pulau” tersebut tanpa menyentuhnya. Instruksikan pada peserta untuk
berdiri diatas “pulau” setiap musik berhenti. Hentikan musik beberapa kali selama permainan.
Hilangkan sebuah pulau tiap kali Anda memutar musik kembali sehingga jumlah pulau yang tersedia
lambat laun berkurang dan setiap pulau yang tersisa semakin penuh. Pada akhirnya, tempat yang
tersedia tidak akan cukup untuk menampung semua peserta. Mereka yang tidak dapat naik ke atas
pulau saat music dihentikan berarti harus keluar dari permainan. Lanjutkan permainan hingga hanya
satu orang tersisa dan seluruh peserta lainnya sudah keluar.
Hubungkan permainan ini dengan situasi di kehidupan nyata dan diskusikan dengan peserta mengenai
penyebab-penyebab konflik atau sumber daya yang diperebutkan dan memicu konflik. Jelaskan pada
peserta bahwa konflik adalah suatu hal yang normal, hanya saja konflik dapat melibatkan kekerasan
saat orang-orang tidak bisa saling berbagi, saling bekerjasama, dan saling membantu. Kita cenderung
hanya memikirkan diri kita sendiri saat berusaha menyelesaikan konflik, tapi bagaimana dengan
bekerjasama untuk mengubah keadaan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan?
Bola di Udara
Hasil/Keluaran: Peserta mampu memahami cara berkomunikasi yang lebih baik dengan orang lain
dan mampu mengembangkan keterampilan untuk bekerjasama meraih tujuan bersama.
Alat dan Bahan: Sebuah bola kecil dan sebuah bola besar.
Kegiatan
Jelaskan pada peserta bahwa kita akan bermain bola dimana mereka harus menjaga agar bola tidak
menyentuh tanah selama mungkin. Bentuk sebuah kelompok minimal 10 orang dan maksimal 40
orang. Setiap orang harus memukul bola dengan tangannya dan menccegah bola jatuh menyentuh
tanah. Target permainan ini adalah untuk menjaga bola selama mungkin di udara dan memukul bola
sebanyak mungkin.
Mulai permainan dengan menggunakan bola kecil. Anda akan menyadari bahwa diawal permainan
kebanyakan peserta akan memukul bola tanpa menyadari informasi dari orang lain atau menyadari
tentang perlunya bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Jika bola jatuh ke tanah, berikan
semangat bagi para peserta untuk bermain lebih baik dan memukul lebih banyak dari sebelumnya.
Tentukan target yang lebih tinggi di setiap sesi.
Setelah peserta akhirnya menyadari cara mendapatkan pukulan terbanyak, ganti bola kecil menjadi
bola besar. Karena ukuran bola yang lebih besar, maka akan lebih sulit bagi peserta untuk memukul
bola tanpa membiarkan bola jatuh. Pastikan semua orang berpartisipasi dan bantu peserta untuk bisa
mendapatkan skor yang lebih tinggi dalam tiap sesi.
Setelah peserta berhasil mendapatkan nilai sesuai target dan sudah puas dengan hasilnya, diskusikan
dengan mereka mengenai apa saja yang mereka pelajari dalam permainan ini. Beberapa pertanyaan
yang bisa Anda tanyakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan Anda memainkan permainan ini?
2. Apa tujuan permainan ini?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang baik?
4. Mengapa di awal permainan sepertinya lebih sulit mendapatkan skor yang baik?
5. Apa kontribusi dari tiap orang terhadap permainan ini?
6. Kenapa setiap orang berperan penting untuk mencapai tujuan yang dimaksud?
7. Teknik apa yang digunakan oleh tim?
8. Apakah kerjasama penting untuk mencapai tujuan?
Ajak tiap peserta untuk menceritakan pengalaman dan pendapat mereka mengenai permainan ini.
Tekankan pada pentingnya mengembangkan kemampuan berkomunikasi agar bisa bekerjasama
dengan lebih baik. Akhiri kegiatan ini dengan menanyakan pada peserta mengenai bagaimana mereka
bekerjasama dan mengapa kerjasama itu penting bagi masyarakat yang beragam.
Tujuan: Menciptakan peluang bagi para peserta untuk merasakan keajaiban dari menolong orang lain
yang berbeda dari diri mereka dan yang hak-haknya terabaikan.
Hasil/Keluaran: Peserta mampu mengembangkan kesadaran mengenai kebutuhan orang lain dan
menyadari bahwa rendahnya rasa saling menghargai dapat memicu pelanggaran martabat manusia.
Kegiatan
Ajak kaum muda untuk memulai kegiatan sukarela atau kegiatan social yang melibatkan interaksi
dengan orang-orang yang hak-haknya terabaikan atau dilanggar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
melibatkan:
1. Pengungsi
2. Orang-orang terlantar
3. Orang-orang dengan kebutuhan khusus
4. Kaum marjinal
5. Imigran yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan
6. Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim
Kegiatan ini dapat berupa bagian dari kegiatan belajar mengajar di kelas atau dapat dikelola oleh
sekolah sebagai bagian pengembangan layanan sosial dan spiritual.
Tujuan: Menyediakan sarana bagi peserta untuk menyiapkan kampanye kreatif untuk
mempromosikan pembelajaran lintas-keyakinan
Kegiatan:
Ajak peserta untuk melaksanakan kampanya di sekolah atau organisasi mereka dan fokus pada
pentingnya saling menghormati antar umat beragama. Kampanya seperti itu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya:
Radio Lintas-keyakinan
Siaran radio sekolah dimana para siswa diwawancara mengenai keyakinan yang mereka anut
Bazar Lintas-keyakinan
Siapkan acara bazaar sebagai sarana pembelajaran lintas-agama. Bazaar tersebut dapat memiliki
stand-stand yang berisi informasi mengenai keyakinan dan kepercayaan lain, bioskop kecil dengan
film-film yang sesuai tema, stand dengan musik-musik keagamaan, dan sesi diskusi meja bundar
(RTD) dengan berbagai peserta lintas-keyakinan. Bazar ini juga bisa menjadi sarana untuk
menampilan karya seni peserta, seperti gambar dan tulisan, mengenai isu lintas-keyakinan
Selenggarakan kegiatan kampanye ini sebagai usaha untuk memberi motivasi bagi para generasi muda
untuk belajar lebih banyak dan memahami kepercayaan orang lain yang berbeda.
Tujuan: Memberikan kesempatan bagi peserta untuk memperoleh pengalaman dari kegiatan belajar
mengajar di sekolah lain di lingkungan yang berbeda dan dengan orang-orang yang memiliki latar
belakang keyakinan berbeda.
Hasil/Keluaran: Peserta merasakan dan mendukung sikap saling memahami dan saling menghargai
keyakinan orang lain
Kegiatan
Dua orang siswa dari tingkat yang sama tetapi dari sekolah dan latar belakang keyakinan yang
berbeda saling bertukar tempat dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Jika dilaksanakan antar sekolah maka kegiatan ini membutuhkan persetujuan dari dewan sekolah atau
guru-guru terkait. Pertukaran ini juga dapat diadaptasi untuk beberapa organisasi keagamaan atau
organisasi kepemudaan. Keakraban antar siswa dari sekolah dan keyakinan yang berbeda juga dapat
di dibangun dengan cara mengundang siswa-siswa tersebut ke sekolah Anda saat ada acara-acara atau
kegiatan-kegiatan khusus.
Pertukaran pelajar tidak hanya berkontribusi terhadap terciptanya rasa saling memahami antar kedua
orang yang memiliki keyakinan berbeda, tetapi juga dapat membantu membangun jaringan yang kuat
antara dua komunitas berbeda sehingga dapat berkontribusi untuk masa depan yang lebih damai.
Pertukaran antara organisasi kepemudaan dapat melibatkan sebuah kegiatan atau proyek yang
membutuhkan kerjasama antara dua atau lebih organisasi, dengan peserta dari tiap kelompok
diberikan tugas atau tanggungjawab yang spesifik. Proyek semacam itu biasanya membutuhkan waktu
persiapan setidaknya satu bulan dimana anak-anak dengan berbagai keyakinan dapat bekerja bersama-
sama.
Anda dapat menyiapkan program pertukaran khusus yang melibatkan suatu tugas spesifik, seperti:
berpartisipasi di komunitas lintas-keyakinan untuk mendukung dialog lintas-keyakinan, partisipasi di
kelas-kelas di sekolah lain, debat atau kegiatan-kegiatan di organisasi lintas-keyakinan lainnya.
Sebagai bagian dari program pertukaran, siapkan waktu untuk mempelajari tradisi, keyakinan, atau
kebudayaan semua pihak yang berpartisipasi di program pertukaran. Kegiatan ini juga dapat meliputi
presentasi, menggambar, atau menulis.
Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran
mereka.
Minggu Tematik
Tujuan: mendukung kesadaran mengenai tindakan-tindakan etis untuk membantu mengubah dunia
Kegiatan
Minggu tematik untuk mempromosikan implementasi tindakan-tindakan etis dapat mengajak
masyarakat untuk saling memahami dan membantu menebar perdamaian di lingkungan masyarakat.
Minggu tematik dapat fokus ke beberapa topic seperti: ‘perdamaian’, ‘pengampunnan’, ‘belas kasih’,
atau ‘kejujuran’, dsb. Tujuannya adalah untuk mendukung implementasi tindakan-tindakan etis
dengan cara menunjukkan bagaimana saling memahami dan saling menghargai dapat memberi
manfaat bagi masyarakat dan membantu mengubah dunia menjadi lebih baik.
Biarkan generasi muda mengurus persiapan kegiatan Minggu Tematik ini. Jika diperlukan, mereka
dapat merencanakan beberapa kali Minggu Tematik yang mungkin bisa dilakukan secara rutin dan
terjadwal. Para relawan membentuk panitia dan mengadakan pertemuan setiap minggu
Dukung para panitia muda untuk menyiapkan perencanaan penuh untuk seluruh kegiatan, tetapi
jangan lupa untuk meminta persetujuan otoritas sekolah. Beberapa ide yang bisa digunakan:
1. Diskusi panel mengenai topik yang dipilih - Undang bintang tamu khusus baik dari sekolah
atau diluar lingkungan sekolah untuk membahas tentang tema minggu tersebut.
2. Forum film – Sesi diskusi atau bedah film mengenai topik terkait
3. Pentas drama yang disiapkan oleh para siswa
4. Mading atau papan informasi – fokus pada kejadian-kejadian masa lalu yang sesuai dengan
tema minggu tersebut
5. Konser dengan musik dan lagu-lagu yang sesuai tema
6. Kompetisi – menggambar, menulis essai, membaca puisi, dsb. yang sesuai dengan tema
minggu tersebut
7. Doa untuk Perdamaian
Resmikan minggu tematik di sekolah atau lingkungan Anda dan promosikan ke seluruh kota Anda.
Hasil/Keluaran: Peserta mempelajari tentang hak-hak mereka dan bagaimana cara mendukung hak-
hak mereka. Peserta memperoleh kesadaran akan pentingnya untuk mendukung dan melindungi hak-
hak tersebut bagi seluruh anak-anak di dunia tanpa memandang latar belakang budaya atau keyakinan.
Kegiatan
Kegiatan ini membantu menyebarkan pengetahuan dan kesadaran mengenai Konvensi Hak-Hak Anak
(CRC – Convention on the Rights of the Child), sebuah kesepakatan Internasional yang telah
diratifikasi oleh 193 dari 195 negara-negara di dunia.
Generasi muda dapat merasakan ikatan yang saling menyatukan dengan rekan-rekan mereka di
seluruh dunia dengan menyadari bahwa mereka semua berbagi hak-hak yang sama yang sangat jelas
dan diakui secara global.
Bulan opini dan keyakinan anak (berdasarkan pada pasal 13 dan 14)
Anak-anak mengkespresikan ide-ide, keyakinan dan kepercayan, dan kebudayaan mereka.
Tujuan asli dan holistik dari Konvensi Hak-hak Anak harus diperjelas sehingga peserta juga
memahamni bahwa pemenuhan hak-hak mereka untuk perlindungan, pemenuhan kebutuhan,
perkembangan, dan partisipasi diawasi oleh Komite Hak-hak Anak dimana seluruh Negara harus
melapor kepada komite tersebut.
Tujuan: Memberi kesempatan bagi peserta untuk dapat terlibat dalam usaha mengubah situasi di
sekeliling mereka
Hasil/Keluaran: Peserta didukung untuk dapat berkontribusi dalam menyebarkan perdamaian dan
keadilan di dunia.
Kegiatan
Mintalah peserta untuk membuat suatu proyek yang dapat membantu mengubah masyarakat. Proyek
tersebut harus selesai dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Peserta membentuk kelompok dengan anggota maksimal 10 orang dan kemudian diminta untuk
membuat suatu proyek yang bisa diselesaikan dalam waktu beberapa bulan, untuk mengubah situasi
atau suatu permasalahan di lingkungan masyarakat – baik di sekolah, keluarga, tetangg, kota, ataupun
Negara.
Beberapa proyek memerlukan dukungan dan bantuan dari dewan sekolah atau dari pemimpin-
pemimpin organisasi dan diluncurkan sebagai suatu proyek resmi. Hal ini juga memungkinkan Anda
untuk melibatkan lebih banyak orang di dalam proyek. Sangat penting juga untuk dapat memperoleh
bantuan dana yang memadai untuk menjalankan proyek ini.
Proyek yang dilaksanakan harus memenuhi beberapa kriteria yang dapat disepakati sendiri oleh para
peserta. Contoh kriteria yang bisa digunakan, adalah:
- Berbasis lintas-keyakinan
- Bersifat nyata dan jelas
- Menjunjung etika
- Membantu mengubah suatu kondisi spesifik
- Inovatif
- Berorientasi solusi
Kegiatan ini dapat dijadikan kegiatan khusus untuk siswa senior dan dapat menjadi nilai bagi mata
pelajaran tertentu dengan persetujuan dan kesepakatan dari pihak sekolah dan guru.
Siapkan kegiatan khusus, undang para orang tua dan bintang tamu, kemudian biarkan para peserta
mempresentasikan usulan proyek mereka.
Film dapat menjadi sarana yang berguna dan menarik unutk memotivasi siswa dan mengembangkan
imajinasi mereka. Film-film yang direkomendasikan antara lain: Pay it Forward dan Schindler’s List.
122
Tujuan: Mendukung sikap saling memahami dan menyatukan berbagai orang dengan keyakinan dan
kepercayaan yang berbeda ke dalam suatu dialog mengenai bagaimana membantu mengubah dunia.
Kegiatan
Dialog lintas-keyakinan ditujukan untuk membangun rasa saling memahami dan sarana untuk
bekerjasama bagi orang-orang dari berbagai latar belakang keyakinan. Diskusi lintas-keyakinan diatur
untuk membahas topik-topik spesifik, misalnya: sikap tidak menghormati, fanatisme, hubungan antar
agama, perdamaian dan pengampunan, bagaimana tiap keyakinan memahami dan bekerja bersama
untuk perdamaian dan untuk melindungi hak-hak anak.
Akhiri kegiatan dengan sesi doa untuk perdamaian dan untuk meningkatkan rasa saling memahami
dan menghargai. Anda juga bisa meminta para peserta untuk menuliskan doa-doa mereka dan
kemudian membacakannya di depan seluruh hadirin jika mereka bersedia.
Bagian 5
Sumber dan Referensi
Kisah-Kisah
Ini adalah penggalan ayat dari Injil Ibrani (78:1-4) yang menjelaskan dengan sederhana mengenai apa
artinya menjadi seorang manusia. Untuk mencapai jauh ke dalam diri kita masing-masing, sebuah
kisah / dongeng / cerita mampu, melebihi apapun, menembus segala batasan dalam diri kita. Tuhan
atau Yang Maha Kuasa, atau Realitas, atau Yang Maha Bijaksana, atau Transenden, atau Zat Yang
Tidak Diketahui, atau Zat Yang Melampaui Segalanya, telah lama dikisahkan melalui media dongeng
atau cerita. Kisah-kisah semacam ini meceritakan berbagai tradisi masa lalu, apa yang pernah kita
dengar dan apa yang leluhur kita katakan. Cerita-cerita atau dongeng-dongeng ini diwariskan turun
temurun dan bertahan dengan hanya bergantung pada memori pendengarnya. Kisah semacam ini tidak
pernah diklaim sebagai sebuah fakta, dan memang tidak perlu, karena kisah semacam ini diterima
secara umum sebagai suatu kebenaran yang berbeda jenis dari teori atau fakta. Bisa jadi lebih banyak
kebenaran didalam sebuah cerita fiksi dan lebih banyak yang salah didalam cerita non-fiksi yang
berbasis fakta.
Hannah Arendt (*1) mengatakan bahwa kegiatan mendongeng mampu menjelaskan lebih banyak hal
tanpa khawatir salah menggunakan definisi. Ini adalah kekuatan dongeng. Makna sebenarnya tersirat
didalamnya dan tidak disodorkan dengan gamblang. Makna tersebut disadari dan dipahami tapi tidak
dikonsepkan. Makna tersebut ada tapi tidak bisa dilihat.
Dongeng menyatukan langit dan bumi, sebuah kenyataan yang jauh lebih sulit untuk diartikulasi dan
dipahami. Dongeng dapat membuka pintu ke masa lalu; dongeng dapat membuat masa kini bergema
dalam keabadian yang tak berujung dan mereka mampu mempengaruhi masa depan. Ben Okri,
seorang pujangga dan novelis dari Nigeria mengatakan, “Anda tahu, dongeng dapat mengalahkan rasa
takut. Mereka dapat membesarkan hati”.
Kita semua senang mendengarkan dongeng-dongeng. Anak-anak yang beranjak tidur, orang-orang
yang berkumpul disekeliling pendongeng di dekat perapian, menyerap seluruh kata, mengangguk,
tersenyum, tertawa, dan bersinggungan satu sama lain dalam kebahagiaan. Ada persatuan dan
kebersamaan dalam mendengarkan dongeng bersama-sama. Memang mungkin benar bahwa
teknologi, media interaktif, game elektronik di berbagai kebudayaan saat ini menawarkan lebih
banyak dongeng yang lebih maju, lebih berwarna, dan lebih menyeramkam, pada dasarnya
ketertarikan terhadap dongeng adalah sesuatu yang manusiawi. Dalam tradisi Yahudi dikatakan
bahwa manusia bukan satu-satunya yang menikmati keindahan seni bercerita. Ada sebuah pertanyaan:
“Mengapa Tuhan menciptakan manusia?” dan jawabannya adalah: “Karena Tuhan suka mendengar
kisah-kisah yang bagus”.
1 Hannah Arendt (1906-1975), seorang ahli politik dan filsuf Jerman, Origins of Storytelling, Bartlett’s Book of
Quotations
Dongeng mampu membuat anak-anak masuk ke dunia lain, yang disaat yang sama sangat dikenal tapi
juga tidak dikenal. Sebuah dongng dimulai dengan kata-kata ajaib: “Alkisah pada suatu hari…”.
Dalam bahasa Arab, dongeng biasanya dimulai dengan kalimat:”Ken ye me ken”, yang dapat
diterjemahkan menjadi “pernah anda dan tidak pernah ada”, lalu semua orang yang mendengar akan
tahu bahwa itu saatnya bercerita. Atau saat orang-orang di Iran ingin bercerita, mereka memulainya
dengan: “Yeki bud, yeki nabud” atau “ada sesuatu dan tidak ada”, lalu orang-orang akan duduk
mendengarkan dan masuk ke sebuah alam dimana semua hal menjadi mungkin. Cerita atau kisah
bukanlah sembarang dongeng tetapi sebuah ekspresi di berbagai tingkatan mengenai makna menjadi
manusia. Seseorang tidak akan berpikir untuk membuat dogma atau dalil teoritis dari sebuah kisah.
Kisah-kisah ini terjadi di sebuah dimensi yang nyata dan tidak nyata dimana kisah itu terjadi dan tidak
terjadi.
Mendongeng memang adalah sebuah kegiatan di dunia nyata, tetapi kisahnya itu sendiri tidak nyata.
Kisah itu ada di dunia yang berbeda, seperti layaknya senja dimana dua cahaya dari waktu yang
berbeda, cahaya siang bertemu cahaya malam, dan seseorang tidak akan tahu kapan batas cahaya yang
satu dimulai dan kapan cahaya lainnya berakhir. Satu cahaya di ambang batas, dan cahaya lainnya
tidak ada di luar maupun di dalam. Hal itu hanya terjadi di ambang batas dimana kita mampu
menggenggam dua jenis kebenaran yang saling berlawanan tetapi tidak saling menghilangkan,
melainkan dapat disimpan bersama-sama sebagai sebuah tekanan kreatif yang membawa kita semakin
dalam dan semakin jauh menuju diri kita sendiri.
Pada suatu ketika di China ada seorang anak lelaki bernama Ping. Dia menyukai bunga, dan
setiap bibit yang ia tanam akan tumbuh menjadi bunga yang indah. Kaisar tua yang sedang
memerintah negeri ini pun menyukai bunga. Ketika datang waktunya untuk memilih penerus
tahta, sang Kaisar memutuskan menggunakan bunga sebagai alat untuk menentukan pilihan.
Beliau mengundang semua anak-anak di negerinya untuk datang ke istana untuk menerima
bibit bunga spesial. Kemudian setelah satu tahun, anak yang datang dengan bunga yang
paling indah akan dipilih sebagai kaisar berikutnya. Ping datang dengan rombongan besar
anak-anak, dan hatinya sangat senang karena kaisar akan memberinya bibit bunga.
Ping mengisi pot indahnya dengan kualitas tanah terbaik dan menanam bibit dengan hati-hati.
Dia menyiramnya dengan terukur dan tepat, tapi tak ada satupun yang tumbuh. Dia lalu
mengganti pot, namun tak ada juga yang tumbuh. Dia mencoba mengganti tanah, hasilnya
sama saja tak ada yang tumbuh. Dan satu tahun pun berlalu.
Semua anak-anak datang dengan pakaian terbaik dan berjalan menuju istana dengan bunga-
bunga yang indah. Ping merasa malu. Anak-anak lain menertawakannya. Ayahnya memberi
semangat untuk mengambil pot kosongnya, Ping telah mencoba yang terbaik.
Ketika Ping tiba di istana, kaisar telah memeriksa semua bunga-bunga yang indah, namun
raut wajahnya terlihat masam. Ketika kaisar bertanya padanya, Ping merasa malu.
“Mengapa kau memberiku pot yang kosong?”
Dengan terisak Ping menjawab, “Aku telah melakukan semampuku.”
Sang Kaisar tersenyum. “Aku telah memasak semua bibitmu!”
Beliau lalu memanggil semua anak-anak. “Sangat tidak mungkin bibit-bibit itu tumbuh! Anak
ini adalah satu-satunya yang pantas menjadi kaisar, karena ia telah menunjukkan kejujuran
dan keberanian dengan kedatangannya hari ini, untuk mengatakan padaku bahwa bibitnya
telah gagal tumbuh! Ia mempunya karakter yang baik untuk menjadi kaisar China.”
(Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtue, Series One. Garborg’s Inc.,
Bloomington, 1995, pp11-13.)
Berkisah seorang bocah gembala yang menjaga kawanan domba-dombanya agak jauh dari
desa. Suatu ketika ia berpikir untuk bermain tipuan pada penduduk desa dan bersenang-
senang bersama mereka. Ia lalu pergi menuju desa dan menangis kencang,
Kemudian suatu hari seekor serigala datang ke padang rumput dan mulai memangsa domba-
domba. Dengan sangat ketakutan, bocah itu pun berlari menuju desa untuk meminta tolong.
“Serigala! Serigala!” ia berteriak histeris. “Tolong, ada serigala di kawanan dombaku”
Penduduk desa mendengar teriakan itu, tapi mereka berpikir itu tipuan jahat lagi yang
dimainkan, sehingga tak ada satupun yang memperhatikan atau pergi untuk menolongnya.
Dan bocah penggembala kehilangan semua domba-dombanya.
Itulah hal yang terjadi pada orang yang berbohong, bahkan jika mereka mengatakan yang
sebenarnya mereka tidak akan dipercaya.
(Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtues, SeriesO ne. Garborg’s Inc.,
Bloomington, 1995, pp34-36)
Ketika aku kecil, aku dicintai oleh keluarga dan tetanggaku. Aku punya banyak permainan
yang menyenangkan di Rama, Ontario, tempat dimana aku lahir. Ketika aku kelas tiga aku
naik bus setiap hari ke kota terdekat yang bernama Orillia.
Suatu hari disekolah, seorang bocah lelaki mendorongku dan aku tak dapat mencegah buku-
bukuku jatuh berceceran ditanah.
“Tolong ambilkan,” aku meminta.
“Tidak,” ia meludahiku.
“Ambilkan,”aku bersikeras, dengan suara yang kencang.
“Tak akan, perempuan jelek!” Ia berteriak. “perempuan indian jelek.”
Aku marah.
“Ambilkan bukuku! kau membuatnya jatuh,” aku menggerutu kesal.
“Coba saja, perempuan jelek,” ia mengejek. “kamu hanya seorang perempuan Indian jelek.”
“Tongkat dan batu bisa mematahkan tulangku tapi ejekan tidak akan melukai hatiku,” aku
membalas dengan berteriak.
Keributan ini telah menarik perhatian guruku dan dia memarahi kami berdua. Tapi bocah
laki-laki itu tidak pernah meminta maaf. Aku marah. Dia telah melakukan hal yang tidak baik
kepadaku.
Aku merasa kesepian, marah, bangga, dan besar kepala pada saat yang sama. Aku pulang dan
bercerita pada ibuku. Beliau bilang bahwa Tuhan akan selalu bersama kita, dan tak akan takut
pada apapun dan siapapun.
Dalam hatiku yang terdalam aku tahu aku seorang aborigin, bukan perempuan Indian. Bocah
itu salah. Dan sekarang aku tahu bahwa aku akan selalu dapat berdiri di kakiku sendiri dan
menentukan apa yang terbaik untuk diriku.
Adapted from the story of Peggy Monague, Christian Island, Ontario (Wilson, Lois Miriam.
Miriam, Maryand Me. Wood Lake Books Inc., Winfield, 1992, p.62)
Dalam suatu persidangan yang besar, setiap orang duduk sesuai dengan nomor urut untuk
menunggu datangnya raja. Kemudian datanglah seorang lelaki yang polos, berbaju lusuh dan
mengambil kursi terdepan.
Pada suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang bernama Naduk. Hingga pada masa
ekonomi sulit tiba dan bisnisnya merugi, ia memutuskan untuk meninggalkan kota dan
mencari peruntungan di tempat yang baru. Ia menjual semua yang harta yang dimiliki dan
membayar hutang-hutangnya. Yang hanya ia tinggalkan adalah sebuah balok besi yang berat.
Naduk kemudian berpamitan kepada sahabatnya Lakshman, dan memintanya untuk
menyimpan balok itu sampai ia kembali. Lakshman berjanji untuk menjaga balok besi itu.
Bertahun-tahun, Naduk pergi jauh membangun kesuksesannya. Ia beruntung, ia pun kembali
menjadi kaya. Kemudian, ia pulang dan membeli rumah baru dan memulai usahanya lagi. Ia
pergi untuk mengunjungi Laksman, teman lamanya, dan Laksman pun menyambutnya
dengan hangat.
Setelah beberapa lama, Naduk bertanya kepadanya tentang balok besi yang pernah
dititipkannya kepada Laksman. Laksman tahu bahwa balok besi itu dapat menghasilkan uang
yang banyak sehingga ia tidak ingin mengembalikannya. Ia berkata pada Naduk bahwa dia
telah menyimpan balok itu di gudang namun tikus telah memakannya.
Mendengar penjelasan Laksman, Naduk tidak berkeberatan. Ia lalu meminta Laksman untuk
mengirim anaknya ke rumah bersamanya untuk mengambil hadiah yang ia beli untuknya.
Laksman kemudian mengirim putranya, Ramu untuk pergi bersama Naduk.
Naduk mengunci Ramu di ruang bawah tanah rumahnya. Ketika malam tiba, Laksman
khawatir dan datang untuk bertanya keberadaan putranya. Naduk menjawab, bahwa pada saat
mereka menuju rumahnya, ada seekor elang menukik turun dan membawa putranya.
Laksman menuduh Naduk berbohong. Ia bersikeras bahwa elang tak bisa membawa anak
berumur 15 tahun.
Mereka berselisih dan membawa hal itu ke pengadilan. Ketika hakim mendengar cerita
Laksman, ia memerintahkan Naduk untuk mengembalikan anak itu kepada ayahnya. Tapi
Naduk tetap bersikeras bahwa seekor elang telah membawa anak itu. Hakim bertanya
padanya bagaimana hal itu bisa terjadi. Naduk menjawab jika sebuah balok besi yang besar
bisa dimakan tikus, lalu tentu seorang anak bisa dibawa oleh seekor burung elang.
Naduk mengaitkan keseluruhan cerita. Para pengunjung diruangan sidang tertawa terbahak-
bahak. Hakim lalu memerintahkan Laksman untuk mengembalikan balok besi kepada Naduk
dan Naduk mengembalikan anak Laksman.
Ada sebuah cerita rakyat Yahudi kuno yang menceritakan seorang pria mengunjungi neraka,
dan terkagum-kagum ketika melihat penghuni neraka sedang duduk di meja-meja panjang,
dengan taplak meja yang mewah, peralatan makan yang terbuat dari perak yang indah, dan
makanan yang berlimpah di depan mereka. Tapi tidak ada seorang pun yang makan karena
mereka semua hanya meratap. Ketika pria itu melihat lebih dekat, ia melihat bahwa tak ada
satupun dari mereka yang mampu menekuk siku tangannya; sehingga meskipun mereka dapat
menyentuh makanan, tak ada satupun yang dapat memasukkan makanan ke mulutnya.
Ia lalu pergi ke surga, semua yang didapati sama, meja-meja panjang, taplak meja yang
mewah, peralatan makan dari perak yang indah, dan makanan yang berlimpah. Dan disini pun
orang-orang tak dapat menekuk siku mereka. Hanya saja, orang-orang tak ada yang meratap
karena setiap orang saling menyuapi sesamanya.
SEORANG PENGEMIS
Aku sedang menyusuri jalan ketika seorang pengemis pria jompo menghentikan langkahku.
Matanya bengkak dan berkaca-kaca, bibirnya biru, bajunya lusuh, dan luka koreng. Oh betapa
mengerikan kemiskinan menggerogoti sebuah kebahagiaan
Dia mengulurkan tangan kepadaku, tangan yang kotor dengan warna merah. Dia mengerang,
berteriak meminta tolong. Aku lalu mulai memeriksa semua sakuku. Tak ada dompet, jam
tangan bahkan sapu tangan pun tak dapat ku temukan. Aku tak membawa apa-apa.
Dan sang pengemis masih menunggu dan mengulurkan tangannya yang bergoyang dan
bergetar lemah. Dengan bingung, aku meraih tangan kotor itu.
Pria pengemis itu menatap diriku dengan mata bengkaknya; bibir birunya tersenyum- dan
kemudian dia memijit jari-jari tanganku yang beku.
“Tidak apa, saudaraku,”dia bergumam. “terima kasih untuk ini, saudaraku. Ini juga bentuk
sedekah.”
Aku sekarang mengerti bahwa aku telah menerima sedekah dari saudaraku.
(Elbert Hubbard’s Scrap Book. Wm. H. Wise & Co., Roycroft Distributors, New York City,
1923, p.9)
Pada suatu malam seorang Indian tua bercerita kepada cucunya tentang pertempuran yang
terjadi didalam dirinya. Ia berkata, “Anakku, ini adalah tentang dua serigala. Yang satu
adalah jahat: penuh kemarahan, iri, penderitaan, penyesalan, keserakahan, mengasihani diri,
rasa bersalah, dendam, kebohongan, kebanggaan palsu, keunggulan dan egoisme. Sedangkan
yang satu lainnya adalah serigala yang baik: penuh dengan kebahagiaan, perdamaian,
ketenangan, kerendahan hati, kebaikan, kebajikan, empati, kedermawanan, kebenaran, belas
kasih, dan iman.”
Cucunya berpikir sejenak, lalu bertanya pada kakeknya, “Lalu serigala mana yang menang?”
Dengan mudahnya Indian tua itu menjawab, “Serigala yang telah aku beri makan.”
Seorang pemuda datang ke Rabbi Israel dari Rizhyn, membual bahwa ia hanya minum air,
berguling di salju, memakai paku disepatunya, dan membiarkan dirinya dicambuk teratur.
Kemudian, Rabbi Israel membawa pemuda itu ke jendela, dan menunjuk seekor kuda di
halaman: “Dia juga memakai paku disepatunya, berguling disalju; dia hanya minum air dan
dicambuk teratur. Tapi dia tetap hanya seekor kuda.”
BONEKA GARAM
Setelah perjalanan ziarah yang panjang di tanah tandus, boneka garam datang ke laut dan
menemukan sesuatu yang tak pernah ia lihat dan sulit untuk dimengerti.
Boneka garam yang kecil itu berdiri ditanah keras, dan melihat ada tanah lain yang bergerak,
tidak aman, berisik, aneh dan tidak dikenal.
Lalu sang boneka dengan malu-malu mengedepankan kakinya dan menyentuh air, dan dia
mendapatkan kesan yang aneh, sesuatu yang mulai dapat diketahui. Dia lalu menarik kakinya,
melihat dan memperhatikan bahwa jari-jarinya telah hilang, ia takut dan berkata, “oh, dimana
jemariku?” Apa yang kau lakukan padaku?”
Dan laut pun berkata, “kau telah diberikan sesuatu agar dapat memahami.”
Sang Boneka pun menuju ke tengah laut dan air laut mengambil sedikit demi sedikit bagian
tubuhnya, dan pada setiap saat dia merasa mengerti dan lebih mengerti lagi, namun tetap ia
tak mampu menjelaskan apa laut itu.
Setiap ia melangkah ke tengah laut, maka ia lumer lagi dan begitu seterusnya, dan ia tetap
bertanya, “Apakah laut itu?”
Akhirnya sebuah gelombang laut melumerkan sisa bagian tubuhnya dan boneka itu berkata:
“Ternyata inilah aku”
Dia telah menemukan apakah laut itu, namun dia belum mengetahui apakah air itu.
TERSESAT DI HUTAN
Seorang pria tersesat di hutan yang lebat dan gelap. Ia menjadi semakin ketakutan, ketika
cahaya siang hari memudar menjadi bayang-bayang senja dan gelap karena malam. Ia
menjadi putus asa setelah tiga hari tiga malam menderita karena tersesat.
Akhirnya, pada hari ke empat, pada sore harinya, ia melihat sesuatu yang ia pikir adalah
monster yang mendekati dia dari jauh. Ia mengisi saku-sakunya dengan batu-batu untuk
melempar dan menyiapkan tongkat dari batang yg ang berat untuk menjaga dirinya.
Jantungnya berdetak kencang didadanya. Keringat ketakutan berkumpul di dahinya ketika
bayangan monster terlihat besar dan menjulang mendekatinya. Tampaknya setinggi manusia.
Dia berjongkok dibelakang semak-semak. Ia meraih batu yang tajam dan bersiap untuk
menyerang. Ia terdiam kaku dalam ketakutan ketika monster semakin mendekatinya.
Ia memeluk saudaranya dengan penuh syukur dan cinta. “Terima kasih Tuhan, kau datang
untuk mencari aku. Tolong tunjukkan jalan keluar dari hutan ini.”
Saudaranya menjawab dengan berlinang air mata: “Aku juga tersesat, saudaraku. Namun, aku
dapat menunjukkanmu jalan yang tidak dapat kita lalui. Bersama-sama kita akan menemukan
jalan keluar.”
Suatu hari, seorang Jenderal Angkatan Darat mengundang Biksu Budha bernama I-hsiu di
kantor pusat militernya untuk makan malam. I-hsiu tidak terbiasa memakai pakaian mewah,
dan dia hanya mengenakan jubah tua yang sederhana ke markas militer.
Ketika ia mendekati markas militer, dua tentara muncul dan berteriak, “Dari mana datangnya
pengemis ini? Perkenalkan dirimu! Kau tak diperbolehkan berada di sekitar sini!”
“Namaku Guru Dharma I-hsiu. Aku diundang makan malam oleh Jendral Anda.”
Dua tentara itu memeriksa pendeta dengan seksama dan berkata,”Kau bohong. Bagaimana
bisa Jenderalku mengundang seorang pendeta lusuh? Dia mengundang Yang Mulia I-hsiu ke
markas kami untuk upacara hari ini, bukan kau. Sekarang, pergilah!”
I-hsiu tidak dapat meyakinkan tentara-tentara itu bahwa dialah tamu yang diundang, lalu ia
kembali ke kuil dan mengganti jubahnya menjadi jubah upacara formal untuk acara makan
malam ini. Ketika ia kembali ke markas militer, para tentara mengamati bahwa ia adalah
pendeta Buddha yang mulia, dan mempersilahkan masuk dengan hormat.
Pada saat makan malam, I-hsiu duduk didepan meja yang penuh dengan makanan, tetapi
bukannya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, ia justru mengambil makanan dengan
sumpit dan menaruhnya di dalam lengan bajunya.
Sang Jenderal penasaran, dan membisikina, “Ini sangat memalukan. Apakah kau ingin
mengambil makanan untuk dibawa ke kuil? Aku akan memesan koki untuk menyiapkan
pesanan untuk anda.”
“Tidak.” Jawab pendeta. “Ketika aku datang ke sini, aku tak diperbolehkan masuk ke markas
oleh prajuritmu, sampai akhirnya aku memakai jubah upacara ini. Kau tidak mengundangku
untuk makan malam, kau mengundang jubahku. Karena itulah jubahku yang memakan
makanan ini, bukan aku.”
RAKSASA
Pada suatu ketika, di sebuah desa sepi yang dikelilingi perkebunan zaitun hidup seorang anak
muda bernama Hassan. Tepat disebelah desa itu adalah pegunungan.
Setiap pagi, pria dan wanita akan pergi menuju ladang; para gadis muda bermalas-malasan
berjalan ke air terjun untuk mengisi kendi air untuk persediaan harian sedangkan anak-anak
bermain di halaman. Kehidupan di desa terlihat begitu indah. Hanya ada satu hal yang
merusak kebahagiaan penduduk desa, yaitu ada seorang raksasa yang besar, jelek dan
menakutkan, dan penduduk percaya raksasa itu tinggal dipuncak gunung. Setiap orang takut
pada raksasa itu. Penduduk desa akan berlari meninggalkan ladang, terkadang berjalan
dengan berjinjit. Mereka akan mendiamkan anak-anak mereka dan berkata, “Jangan membuat
keributan, jika kalian ribut raksasa akan terganggu dengan kebisingan kalian dan ia akan
datang dan menyerang kita.” Dan ketika anak-anak nakal atau menolak untuk tidur, orang tua
mereka akan mengancam dengan berkata, “Jika kalian tidak patuh kepada kami dan nakal,
raksasa akan datang dan memakanmu.” Anak-anak jadi ketakutan sehingga mulai bersikap
tenang.
Suatu hari tiba musim panen zaitun, Hasan menyuruh bibinya Um Hamed, “katakan padaku
bibi, mengapa penduduk desa begitu takut pada raksasa?”
Um Hamed menghela nafas dan berkata, “Oh Hasan! Berapa kali kau tanyakan hal ini?”
Raksasa adalah mahluk yang sangat besar dengan bulu-bulu yang lebat. Dia mempunyai satu
mata tepat di dahinya dan kuku yang tajam dan gigi yang tajam, runcing dan besar. Kau
harusnya selalu waspada karena makanan favoritnya adalah anak muda seperti kau. Sekarang
berhenti menggangguku dengan pertanyaan yang tak berujung, dan kembali bekerja.”
Hasan tidak puas dengan jawaban Um Hamed dan ingin tahu lebih banyak tentang Raksasa,
lalu ia pulang ke rumah dan bertanya pada ayahnya, Yaha: Pernahkan kau melihat raksasa?”
Ayah Hasan berpikir sejenak kemudian berdeham dan berkata, “Tidak, Hassan, aku belum
pernah melihatnya tapi aku mengetahui fakta bahwa ia sangat mengerikan dan berbahaya.”
Hassan kemudian beralih kepada ibunya dan bertanya, “Bagaimana denganmu Yumma,
apakah kau pernah mendengar tentang raksasa?”
Ibu Hasan terkejut dan berkata, “Tidak, aku tidak pernah mendengarnya, tapi aku tahu fakta
bahwa raungannya sangat kencang seperti singa. Demi Tuhan Hasan, janganlah kau
mengganggu raksasa itu.”
Hasan berkata pada dirinya sendiri, “Hmm sepertinya orang-orang di desa takut pada raksasa
walaupun tak ada satupun yang pernah mendengar atau melihatnya. Mungkin memang tak
ada, atau mungkin memang ada raksasa itu tapi tidak menakutkan seperti kata penduduk. Aku
harus mencari tahu sendiri. Aku sudah lelah berjalan jinjit di sekitar desa dan semua
menyuruh diam. Aku ingin lompat dan berteriak, menjerit dan tertawa, dan mendaki gunung
juga. Besok pagi aku akan memulai perjalananku mendaki gunung. Aku tak akan
membiarkan orang menghentikanku.”
Keesokan harinya para penduduk mendapatkan kabar tentang perjalanan Hasan mendaki
gunung. Beberapa orang mengaguminya dan berkata, “Sungguh anak muda yang kuat dan
berani. Mungkin dia bisa menyelamatkan kita dari raksasa.”
Sebagian berkata, “Sungguh anak muda yang keras kepala dan bodoh. Perhatikan kata-kata
kami dia mungkin akan dimakan oleh raksasa dan dia akan membuat marah raksasa itu dan
melampiaskan murkanya pada kita, penduduk miskin.”
“Aku tidak takut kepada raksasa besar dan berbulu! Aku Hasan sang pemberani! Hasan yang
tidak takut! Aku tidak takut! Aku tidak takut!”
Hasan berjalan dan mendaki gunung sampai pada puncaknya. Ia melihat sekelilingnya dengan
hati-hati tapi ia tak menemukan hal yang menakutkan. Ia bernafas lega dan berteriak dari
puncak dan berharap warga desa akan mendengarnya: “Aku tidak takut pada raksasa besar
dan berbulu. Aku Hasan sang pemberani. Hasan yang tak takut. Lihatlah aku melompat.
Lihatlah aku berteriak. Aku tidak takut. Aku tidak takut.”
Tiba-tiba, Hasan mendengar suara dibelakangnya. Dia mendengar langkah kaki dari mahluk
yang besar dan berat. Dengan cepat ia berbalik dan menemukan dirinya berhadapan dengan
sang raksasa.
Raksasa itu persis seperti penduduk desa menggambarkannya. Dia mempunyai bulu yang
lebar dengan kuku yang panjang dan tajam, dan satu mata tepat didahinya. Hasan terpaku
ketakutan. Dia berharap bahwa ia mendengarkan penduduk desa dan tidak pernah
meninggalkan desanya. Raksasa itu datang dan semakin dekat kemudian memutari Hasan
dengan hati-hati dan tiba-tiba berlari sambil meraung dan merintih.
Hasan menghela nafas lega. Dia tak percaya bahwa raksasa yang ditakuti oleh penduduk desa
itu juga memiliki ketakutan yang sama dengan dirinya. Hasan lalu mengikuti raksasa itu
menuju gua dan memanggilnya. “Raksasa! Raksasa!dimana kau?”
Raksasa itu menjawab dengan suara yang gemetar. “Pergilah kau anak muda, pergi. Aku
tidak pernah menyakitimu.”
Hasan berkata dengan takjub, “Tapi, kau adalah Raksasa dan semua orang takut kepadamu!”
Raksasa itu menggaruk kepalanya dengan bingung dan berkata, “Takut kepadaku?! Sungguh
aneh! Manusia takut kepadaku dan aku juga takut pada mereka.”
Hasan tertawa dengan keras dan berkata, “Mengapa kau takut pada mereka padahal kau
adalah raksasa?”
Sang raksasa berkata dengan gemetar, “Para penduduk itu terlihat sangat menakutkan bagiku.
Mereka mempunyai dua mata sedangkan aku hanya punya satu. Mereka tidak mempunyai
rambut tebal sepertiku dan mereka mempunyai suara yang melengking. Yang paling
menakutkan adalah mereka suka makan Raksasa.”
Hasan tertawa dan berkata, “Itu mustahil! Kami tidak memakan raksasa. Raksasa lah yang
memakan manusia.”
Raksasa berkata, “Memakan manusia? Yuck...hilangkan pikiran itu! Kami, raksasa hanya
memakan serangga dan tumbuh-tumbuhan.”
Mendengar ini Hasan berkata, “Para penduduk desa akan senang dan lega mendengar ini.”
Raksasa itu menatap Hasan cukup lama kemudian ia tertawa terbahak-bahak dan berkata,
“Walaupun kau terlihat aneh dan menakutkan bagiku, tapi aku merasa kau baik.”
Hasan dan sang raksasa tertawa dengan keras dan berlari-lari untuk bermain bersama.
Sejak saat itu sang Raksasa menjadi sahabat baik penduduk desa. Dia melindung mereka dari
bahaya dan membantu pekerjaan sehari-sehari sekaligus bermain dengan anak-anak mereka.
(By Taghreed A. Najjar, Al-Salwa Publishing House, published 2002, Standno.5.0 D953)
Seorang wanita tinggal di sebuah kota, dan ketika dia tiba di pintu gerbang, penjaga berkata
kepadanya,
Penjaga itu kemudian berkata, “kau akan menemukan orang-orang yang sama seperti itu, jadi
aku sarankan kau melanjutkan perjalananmu.”
Wanita kedua datang, dan penjaga pintu gerbang bertanya hal yang sama, dan wanita itu
menjawab, “Penduduk kota dimana aku berasal sangat baik dan perhatian. Mereka tangguh
dalam masa-masa sulit dan selalu berbagi denganku dan ramah dengan pendatang.”
Penjaga itu kemudian berkata, “Masuklah, kau akan mendapati orang-orang disini yang
ramah dan penolong.”
Suatu hari, tiga orang pria buta bertemu satu sama lain dan berbincang tentang banyak hal.
Tiba-tiba salah satu dari mereka bercerita, “Aku mendengar bahwa gajah itu adalah binatang
yang aneh. Sayang sekali kita buta dan tak dapat melihatnya.”
“Ah, benar, sayang sekali kita tidak mempunyai keberuntungan untuk melihat binatang
aneh,” yang lain menyesalkan.
Pria yang ketiga, sedikit terganggu dan ikut menimpali, “Melihat? Lupakanlah! Hanya
dengan merasakan saja itu sudah bagus.”
“Ya, itu benar. Jika ada cara untuk menyentuh gajah, kita akan dapat mengetahuinya.”
Merekapun sepakat.
Kebetulan seorang pedagang dengan rombongan gajah lewat, dan mendengar pembicaraan
mereka. “Hei, kawan, apa kau benar-benar ingin merasakan seekor gajah?” Ikutilah aku, aku
akan menunjukkanmu.” ia berkata.
Pedagang itu meminta mereka untuk duduk di tanah dan membimbing pria buta pertama
untuk merasakan gajah. Dengan tangan terulur, ia menyentuh kaki depan kiri dan kanan.
Setelah itu ia merasakan kedua kaki dari atas hingga bawah, dan dengan wajah berseri ia
berkata, “Jadi, binatang aneh seperti itu.” Kemudian dengan perlahan ia kembali ke grupnya.
Selanjutnya pria buta kedua dituntun ke bagian belakang gajah. Dia menyentuh ekor yang
berkibas beberapa kali, dan ia berseru dengan puas,”Ha! Sungguh binatang yang aneh! Benar-
benar aneh! Aku tahu sekarang. Aku tahu.” Ia segera menyingkir.
Pria buta ketiga datang, dan ia menyentuh belalai gajah yang bergerak bolak-balik memutar
dan ia berpikir, “Baiklah! Aku telah belajar.”
Ketiga pria buta itu mengucapkan terima kasih pada pedagang dan melanjutkan perjalanan.
Masing-masing-masing merasa gembira dengan pengalaman itu dan begitu banyak hal untuk
dikatakan.
”Mari kita duduk dan berdiskusi tentang binatang aneh ini,” pria buta kedua berkata,
memecahkan keheningan.
“Ide yang bagus. Sangat bagus,” dua temannya setuju. Tanpa menunggu yang lain duduk
dengan nyaman, pria kedua berseru,”binatang aneh ini seperti kipas jerami berayun bolak-
balik untuk menghembuskan angin. Namun ia tidak besar atau kuat. Bagian utama agak
tipis.”
“Tidak, tidak!” Pria buta pertama berteriak tidak setuju. “Binatang aneh ini seperti dua pohon
besar tanpa cabang.”
“Kau berdua salah.” Pria ketiga menjawab. “Binatang aneh ini seperti ular; panjang dan
melingkar, dan sangat kuat.”
Begitulah mereka berdebat! Setiap orang bersikeras paling benar. Tentu tidak ada kesimpulan
karena tidak seorang pun memeriksa seluruh gajah. Bagaimana bisa seseorang
menggambarkan sesuatu secara menyeluruh kecuali dia telah belajar seluruh bagian?
Tradisi Hassidic Yahudi menceritakan tentang seorang Rabbi yang mengklaim bahwa ia telah
belajar arti dari mencintai tetangga seperti mencintai diri sendiri dari dua orang petani
(Leviticus 19:18 “Janganlah engkau menuntut balas atau menaruh dendam terhadap orang
lain, tetapi cintailah tetanggamu seperti kau mencintai dirimu sendiri”).
Jika kita benar-benar mengklaim bahwa kita peduli terhadap pihak-pihak yang terlibat
konflik, maka itu adalah tugas kita, dan tugas penting kita adalah, untuk mencari dan
memahami apa yang menyebabkan rasa sakit lainnya.
Seekor rubah yang egois mengundang bangau untuk makan malam dirumahnya di sebuah
pohon yang berlubang. Pada malam itu, bangau terbang menuju rumah rubah dan mengetuk
pintunya dengan paruhnya yang panjang. Rubah membuka pintu dan berkata, “Mari masuk
dan nikmati hidanganku.”
Bangau dipersilahkan untuk duduk di meja. Dia sangat lapar dan tercium aroma makanan
yang lezat! Rubah menyajikan sup di dalam mangkuk yang dangkal dan ia menjilat supnya
dengan cepat. Namun, bangau tidak dapat memakannya karena mangkuk itu terlalu dangkal
untuk paruhnya yang panjang. Bangau miskin itu hanya bisa tersenyum sopan dan tetap
kelaparan.
Rubah egois itu bertanya, “Bangau, kenapa kau tak memakan supmu? Apakah kau tak suka?”
Bangau menjawab, “Kau sangat baik mengundangku makan malam. Besok malam, silahkan
bergabung denganku untuk makan malam dirumahku.”
Hari berikutnya, ketika rubah tiba di rumah bangau, ia melihat sang bangau juga menyiapkan
sup untuk makan malam. Kali ini sup disajikan di kendi yang tinggi. Sang bangau dapat
menghirup sup itu dengan mudah tapi rubah tidak dapat menjangkau ke dalam kendi yang
tinggi. Kali ini gilirannya untuk merasakan lapar.
TETANGGA
Seorang Mujtahid Agung, Sayyed Jawad Ameli sedang menikmati makan malamnya ketika
kemudian seseorang mengetuk pintu rumahnya. Itu adalah hamba dari tuannya, Ayatullah
Sayyed Mehdi Bahrul Uloom, yang berkata:
“Tuanmu menyuruhmu untuk datang segera. Beliau baru saja duduk untuk makan malam
namun menolak untuk makan sampai ia bertemu denganmu.”
Tanpa menyia-nyiakan waktu, Sayyed Jawad Ameli meninggalkan makan malamnya dan
segera menuju kediaman Ayatullah Bahrul Uloom. Ketika ia masuk, tuannya terlihat tidak
suka dan berkata: “Sayyed Jawad! Kau tidak takut kepada Allah! Tidakkah kau malu
dihadapan Allah?”
Hal ini membuatnya terkejut, dia tak dapat mengingat hal yang membuat murka tuannya.
Dia berkata : “Tuanku, tolong tunjukkan dimana kesalahanku.”
Ayatullah Bahrul Uloom menjawab: “Sudah seminggu tetanggamu dan keluarganya tanpa
gandum dan nasi. Ia berusaha membeli kurma dari toko dengan berhutang namun penjaga
toko menolaknya untuk memberikan hutang lagi. Ia pulang dengan tangan hampa dan mereka
tidak ada makanan sepotong pun.”
Sayed Jawed terkejut. “Demi Allah,” dia berkata, “Aku tak tahu sama sekali tentang hal ini.”
Ayatullah Uloom menjawab “Karena itulah aku lebih tak senang. Bagaimana bisa kau tidak
menyadari tetanggamu sendiri? Tujuh hari kesusahan telah berlalu dan kau katakan tak tahu
tentang hal ini. Jika kau mengetahui hal ini dan mengabaikannya, maka kau bukan seorang
muslim,”.
Lalu dia memerintahkan Sayed Jawadun mengambil semua makanan untuk tetangganya.
“Duduklah dan makan bersama dia, agar dia tak merasa malu. Dan ambil sejumlah uang ini
untuk masa depannya. Letakkan dibawah bantal atau karpet agar ia tak merasa terhina, dan
beritahu aku ketika pekerjaan ini selesai, hingga aku bisa makan lagi. Aku bukanlah lelaki
yang dapat tidur pulas ketika tetanggaku tidur dalam kelaparan.”
Pada suatu ketika, ada seorang lelaki bijak yang pergi ke laut untuk menulis. Dia mempunyai
kebiasaan berjalan di pantai sebelum melakukan pekerjaannya. Suatu hari, ketika berjalan di
sepanjang pesisir, dia melihat ke arah pantai dan melihat sesosok manusia seperti sedang
menari. Dia tersenyum sendiri dan berpikir siapa yang menari, kemudian ia melangkah cepat
untuk mendekat.
Ketika dia mendekat, dia melihat seorang anak muda dan ia tidak menari, tapi ia sedang
berjalan menuju pantai, meraih sesuatu dan dengan lembut melemparnya ke laut.
Ketika semakin mendekat, ia berteriak, “Selamat pagi! Apa yang kau lakukan?”
Lelaki muda itu menghentikan aktivitasnya, dan menjawab, “Melempar bintang laut ke dalam
lautan.”
“Sepertinya aku harus bertanya, mengapa kau melempar bintang laut ke laut?”
“Matahari naik dan air pasang akan keluar. Dan jika aku tidak melempar mereka, mereka
akan mati.”
“Tapi anak muda, tidakkah kau sadar bahwa bermil-mil panjangnya pantai disertai bintang
laut, kau tak mungkin membuat perbedaan!”
Anak muda itu mendengarkan dengan sopan. Kemudian membungkuk dan mengambil
bintang laut yang lain dan melemparkan ke laut, memecahkan gelombang.
“Hal tadi telah membuat satu perbedaan!”
Respon anak muda itu mengagetkan lelaki itu. Ia marah. Ia tak tahu bagaimana menjawabnya.
Kemudian ia berbalik dan berjalan pulang menuju penginapan untuk memulai menulis.
Sepanjang hari ia menulis, bayangan anak muda itu menghantuinya. Dia berusaha untuk
mengabaikan, tetapi bayangan itu tetap hadir. Akhirnya, ketika sore menjelang malam dia
menyadari bahwa dia adalah ilmuan, dia adalah penyair, dia telah menghilangkan sifat
penting dari tindakan anak muda itu. Karena dia telah sadar bahwa apa yang dilakukan anak
muda itu bukan memilih untuk jadi pengamat alam semesta ini, tetapi membuat perbedaan. Ia
merasa malu.
Malam itu ia tidur kurang nyenyak. Ketika pagi datang ia terbangun dan merasa harus
melakukan sesuatu. Dia bangkit, memakai bajunya, lalu pergi ke pantai dan menemui anak
muda itu. Dan bersama-sama dia habiskan sisa pagi itu dengan melemparkan bintang laut ke
dalam lautan.
STUDI KASUS
Pendidik dan fasilitator dapat menggunakan studi kasus berdasarkan situasi kehidupan nyata
manusia dan menyediakan materi untuk diskusi tentang masalah etika dan situasi yang
berdampak pada martabat dan hak asasi manusia. Studi kasus yang ditulis dengan baik dapat
membawa anak-anak dan anak muda menuju dunia lain yang disajikan dari sudut pandang
subjek. Studi kasus juga dapat menyajikan isu-isu yang familiar, yang dapat membantu
peserta merefleksikan pada situasi mereka sendiri tanpa mengubah mereka.
Melalui studi kasus, anak-anak, dan orang muda dapat menganalisa situasi yang familiar atau
benar-benar asing bagi mereka. Studi kasus dapat menjadi alat yang penting dalam
mengembangkan empati, karena informasi yang disajikan dari sudut pandang subjek lebih
dari sekedar ‘laporan berita’. Studi kasus dan pilihan yang disajikan dapat membantu
membangun identifikasi kuat tentang subjek itu.
Penggunaan studi kasus dapat mendorong berpikir kritis dan kemampuan analisa juga
membangun kemampuan anak-anak dan anak muda untuk mengajukan pertanyaan dan
diskusi alternatif. Studi kasus juga membantu anak-anak dan remaja memeriksa sikap dan
perilaku melalui kehidupan orang lain.
Studi kasus tidak selalu membutuhkan solusi; mereka menggambarkan situasi yang mungkin
sudah memiliki ‘akhir’ atau ada kesimpulannya. Mereka selalu mengambil dari kehidupan
nyata.
Jika anda menggunakan studi kasus tentang kekerasan pada anak, anda dapat menggunakan
pengembangan materi yang berhubungan dengan Laporan dunia tentang kekerasan terhadap
anak-anak.
STUDI KASUS 1
Hari ini adalah hari Senin pagi dan Chris tidak mau bangun dan pergi ke sekolah. Kasur
terasa hangat dan cuaca dingin diluar. Dia juga tahu bahwa dia belum menyelesaikan
pekerjaan rumahnya dan harus diserahkan hari itu. Dia membuka matanya perlahan dan
mengenali anjingnya, Prowler berbaring dilantai mengunyah sepatu barunya.
“Prowler, keluar dari sini!” dia berteriak marah, melompat dari tempat tidur. Prowler berlari
dan bersembunyi di sudut kamar.
Kemudian dengan perlahan ia berganti pakaian, menggosok giginya dan turun ke bawah.
“Mengapa bukan akhir pekan?” pikirnya.
Chris lalu menikmati sarapan, meraih tasnya dan pergi menuju halte bus. Anak-anak sedang
bermain bola. Saat ia membungkuk dan meletakkan tasnya dibawah, tiba-tiba bola melayang
dan mengenai kepalanya. “Aduh!” ia berteriak, “Siapa yang melakukan?” Ternyata Shawn
yang berteriak mengaku. “Aku sungguh tidak sengaja,” anak-anak yang lain tertawa. Chris
sangat marah.
“Oh iya, benar tak sengaja, kau memang bodoh. Mari kita lihat agar kau tahu rasanya!” Dan
kemudian, ia mengangkat bola dan melemparkan bola kembali ke Shawn, lalu memukul
perutnya. Shawn berteriak, “Hey ini tidak adil. Kau terkena bola dengan tidak sengaja, tapi
yang kau lakukan tadi disengaja. Kau jahat.”
Kali ini Shawn melempar bola dengan keras ke kaki Chris. Chris menubruk Shawn dan
mendorongnya. Jika tak ada teman-teman yang melerai, akan terjadi perkelahian yang
dahsyat dengan salah satunya akan terluka.
George adalah seorang murid kelas 2 SMP di sekolahmu. Kau menyukainya dan dia selalu
ramah dan mengucapkan ‘hai’. Keramahan ini membuatnya sangat populer pada hampir
semua orang, dan ia dianggap memiliki kemampuan memimpin yang baik.
Namun, kau harus menyadari George tampaknya mempunyai masalah dengan salah satu
temannya, Siffan. Siffran berasal dari Yordania dan ayahnya membawa keluarganya ke
kotamu ketika ia mendapatkan pekerjaan sementara.
Siffan selalu sendirian dan ia tampaknya tak terlalu suka belajar bersama teman sekelasnya.
George tampaknya berpikir bahwa Siffan tidak suka berteman dan menganggap dirinya lebih
baik daripada teman sekelasnya.
Siffan beberapa kali bertindak tak menyenangkan terhadap George, yang membuatnya
berkomentar negatif tentang Siffan, seringnya berkaitan dengan warna kulit dan perilaku
budaya.
Tidak banyak anak-anak dari negara Arab di sekolahmu dan sebagian anak-anak mengolok
mereka. Tentunya, ini juga terjadi pada Siffan beberapa kali.
Minggu lalu ayah Siffan pergi ke Amman, Yordania untuk rapat bisnis. Ketika disana, ia
terbunuh terkena bom di salah satu hotel. Peristiwa ini diketahui seluruh sekolah dan para
guru menyampaikan belasungkawa kepada Siffan dan keluarganya.
Siffan kembali ke sekolah namun tak ada satu pun teman sekelasnya yang berbicara
dengannya. Sejak itu ia tampaknya tak punya teman di sekolah, ia sendirian dengan
kesedihannya.
“Aku dulu tinggal di Alto Baudo, Kolombia, sampai suatu peristiwa dikotaku membawaku
laridan menemukan tempat perlindungan di Esmeraldas, Ekuador. Namaku Ana.”
“Daerah kami telah diganggu oleh kelompok gerilya bersenjata dalam beberapa tahun.
Beberapa tahun mereka pergi, di lain waktu mereka melakukan penggerebekan rumah-rumah
yang mereka anggap telah mengkhianati mereka.
Suatu hari, mereka memanggil semua orang di kota untuk berkumpul. Mereka menuduh adik
lelakiku Andresbekerjasama dengan pihak lain, Paramiliter. Mereka tidak memberikan
kesempatan Andres untuk menjelaskan tapi langsung menembaknya tepat di kepala, di alun-
alun, didepan semua orang. Ia mempunyai istri yang masih muda dan tiga orang anak.
Sebagai kakak, aku juga dicurigai tapi akutelah diberitahu untuk meninggalkan kota, atau
mereka akan membunuh anak-anakku juga. Tanpa banyak waktu untuk mengemasi
pakaianku, aku pergi bersama enam orang anakku, kakak ipar dan tiga orang anaknya.
Umurku 49 tahun dan aku mempunyai delapan orang anak. Yang satu sekolah di Quibdo
namun ia bergabung dengan kelompok gerilya, kelompok yang sama yang telah
mengancamku dan membunuh Andres. Salah satu anak perempuanku bekerja dengan
Paramiliter. Dapatkah kau bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka bertemu?
Kehidupan di Esmeralda tidaklah mudah bagi enam orang anakku dan diriku sendiri.Aku
berjualan buah-buahan dan mendapatkan uang yang hanya cukup untuk menyewa kamar
yang kecil dimana aku tinggal dengan anak-anakku. Carlos, salah satu anak lelakiku bekerja
di kantor pos, meskipun dia belum menerima uang dalam tiga bulan terakhir. Jorge, 16 tahun,
dipenjara minggu lalu karena ia dituduh mencuri jam tangan. Kami tidak mempunyai uang
untuk makan.
Anak-anakku yang lain tidak mendapatkan pekerjaan dan aku tak mampu mengirim mereka
ke sekolah. Terkadang tetanggaku memanggil kami pengedar narkoba, anggota pasukan
gerilya dan mereka memperlakukan kami seperti penjahat.Bagaimanapun, kehidupan disini
lebih baik daripada kembali lagi ke Kolombia dan perang. Aku tak pernah berpikir masalah
disana akan dapat diselesaikan. Selama kelompok bersenjata masih ada di daerah itu, aku tak
akan kembali ke kotaku.
Kami telah menemukan tempat perlindungan di Esmeralda. Tapi bagaimana kami akan
hidup? Apa pilihan yang aku punya? Aku khawatir dengan anak-anakku yang masih muda.
Mereka tak bisa pergi ke sekolah sejak aku tak mampu membayar uang sekolah.Apa yang
akan mereka lalukan sepanjang hari? Aku takut mereka akan bergabung dengan geng
kriminal dan bermasalah dan lalu berakhir di penjara atau jalanan. Hidup ini hanyalah
penderitaan.
Ø Apa yang akan kau lakukan jika dalam situasi seperti Ana?
Ø Apakah ada orang-orang seperti Ana di kotamu?
Ø Apakah kau dapat membantu mereka, dengan cara apapun?
Maria, kini berumur 16 tahun mempunyai ayah tiri yang kasar. Sebelum dia memukul Maria,
ia mendengar dia memukul ibunya. Ketika Maria berusia 8 tahun, ayahnya bertanya
kepadanya jam berapa sekarang dan dia melakukan kesalahan karena.
Maria berkata: “Dia memukulku sangat keras hingga aku jatuh dan memukul kepalaku diatas
sofa. Dia kemudian mulai menendangku.Aku sangat takut hingga aku mengompol.”
Kekerasan berlanjut, namun Maria tidak merasa ia dapat bercerita pada seseorang. “Aku tidak
mau berbicara pada seseorang di sekolah atau memberitahuibuku, karena ia sudah
mempunyai banyak masalah lain yang harus dikhawatirkan. Aku sangat takut memberitahu
kepada orang lain apa yang terjadi padaku, untuk berjaga-jaga jika hal ini diketahui oleh
ayah tiriku dan ia melampiaskan amarahnya padaku dan ibuku.
Kekerasan itu mempengaruhi segala aspek kehidupan Maria dan pendidikannya mulai
terganggu.
“Aku kehilangan tiga tahun masa pendidikan karena aku khawatir jika meninggalkan ibuku
sendirian bersamanya.Hal ini juga mempengaruhi kepercayaan diriku dan aku membiarkan
anak-anak lain disekolah untukmembulidan memperlakukanku dengan buruk.Aku tidak ingin
berbicara dengan seorang pun di sekolah dan bercerita pada ibuku, karena dia telah punya
banyak masalah yang dipikirkan.”
Akhirnya pihak sekolah peduli dan ketika Maria naik ke kelas 9, pada umur 13 tahun, mereka
mengundang konselor. Pada awalnya Maria merasa ia tak perlu berbicara kepada
penasehatnya, tapi akhirnya ia membuka diri.
“Aku awalnya tidak mempercayai dia, tapi setelah satu tahun, aku meceritakan semua yang
terjadi padaku. Dia menjadi seperti teman baik dan aku merasa aku dapat bercerita apapun
dan tak ada hal satu pun yang terlewatkan yang aku ceritakan.”
Namun walaupun ia masih tetap bertemu dengan konselornya, Maria terkena overdosis obat-
obatan dan dirawat di rumah sakit selama seminggu. Ia berkata,”Aku menyerah pada hidup
dan merasa tak ada alasan untuk tetap hidup.”
Maria dirujuk kepada konselor yang lain, dan juga menerima perawatan dari psikiater dan
dokter untuk membantu pemulihan.
Maria berkata: “Konseling dan dukungan dari psikiater dan dokter benar-benar membantuku.
Juga setelah membaca buku dan majalah, aku menyadari bahwa bukan hanya aku saja yang
mengalami masalah ini. Pemikiran bahwa bukan hanya aku saja yang mengalami hal ini
adalah salah satu sumber terbesar kenyamananku.”
Apa yang akan kamu lakukan pada situasi Maria?
Ø Bagaimana menurutmu kehidupan dia selanjutnya akan dipengaruhi oleh apa yang
telah terjadi padanya?
Ø Bagaimana anak-anak dapat terlindungi dari kekerasan dalam rumah?
Ø Bagaimana situasi hukum dinegaramu untuk anak-anak yang tinggal dilingkungan
yang keras, termasuk di rumah mereka?
Ø Bagaimana dan oleh siapa anak-anak seharusnya terlindungi dari kekerasan di dalam
rumah?
Ø Apakah kamu mempunyai teman sekelas yang menderita kekerasan dan siksaan di
rumah?
Ø Apa yang dapat kamu lakukan untuk membantu mereka dan memberikan dukungan
teman?
Ø Apakah menurutmu anak perempuan lebih tak terlindungi dari kekerasan dibanding
anak lelaki? Mengapa?
Ø Apakah kamu mempunyai kasus pembulian di sekolah? Bagaimanakah untuk
menghentikan hal ini?
DILEMA MORAL
Dilema moral menggambarkan situasi yang dibutuhkan untuk diselesaikan, Jika sebuah
masalah adalah dilema, itu berarti ada solusi pilihan yang muncul tanpa diinginkan, bahkan
untuk jangka pendek atau jangka panjang. Penyelesaian dilema seringnya menyangkut
pertanyaan etika yang sulit.
Apa yang akan mereka lakukan? Satu pandangan berpendapat bahwa mereka sebaiknya
membagi air mereka, jadi tidak akan ada yang menyaksikan kematian teman mereka.
Pandangan lain berpendapat bahwa pemilik botollah yang dapat memprediksi untuk
membawa botol air, karena itu sebaiknya ia yang meminum air.
Olimpiade bola basket antar sekolah akan dimulai di kotamu. Tim sekolahmu memenangkan
Olimpiade tahun lalu dan dianugerahi medali emas untuk permainan yang adil.
Tahun ini lebih banyak sekolah yang ikut. Dua pemain terbaik tidak ada di sekolahmu dan
kamu membutuhkan dua orang untuk menggantikan mereka. Pelatihmu akan ada diluar kota
selama tiga minggu dan memberimu tanggung jawab untuk menyeleksi dua pemain baru,
berdasarkan kriteria sebagai sebuah tim. Namun, pelatih telah membuat rekomendasi,
memastikan pemain yang terpilih setuju dan mengerti peraturan tim sebelum mereka
diterima, dan memastikan kamu memilih yang terbaik.
Kamu telah membuka proses seleksi dan hanya tiga orang yang terlihat berminat untuk
mendaftar. Kamu tidak punya waktu untuk memulai proses baru, jadi kamu harus memilih
dari tiga orang ini.
Christian: 14 tahun
Tidak ada pengalaman bermain bola basket. Ingin belajar.
Bersedia untuk latihan : setiap sore
Hiran: 16 tahun
Pengalaman dua tahun. Dia adalah salah satu pemain sekolah terbaik kedua pada olimpiade
tahun lalu, namun dikeluarkan dari tim karena permainan yang curang. Beberapa orang
menduga sejak ia dikeluarkan ia mulai menggunakan narkoba.
Bersedia untuk latihan : 4 hari seminggu
Andres : 15 tahun
Pengalaman satu tahun
Bersedia untuk latihan : tiga hari seminggu
Ø Setiap hari Sabtu, tim menerima pelatihan kepemimpinan. Sesi ini diwajibkan bagi
seluruh pemain
Ø Anggota harus menghadiri Perkemahan Pembentukan Tim selama minggu pertama
setiap bulan kedua
Ø Alasan hanya diterima jika sakit atau masalah keluarga
Christian berkata ia akan berumur 15 tahun tiga bulan lagi dan ia tidak dapat mengikuti
latihan pada Jumat sore, karena ia telah merencanakan rapat bersama komite pelajar di
sekolah.
Andres menjelaskan dia tidak dapat mengikuti program di akhir pekan dikarenakan aturan
agama. Dia beragama Yahudi, dan Sabbath adalah hari untuk Tuhan.
> Siapa yang akan kamu pilih sebagai bagian dari tim kamu?
> Apakah peraturan tim telah cukup untuk bisa membuat keputusan?
>Baik Christian maupun Andres tidak dapat mengikuti seluruh aturan dalam tim, bagaimana
kamu dapat menyesuaikan keputusanmu dengan persyaratan yang dibuat oleh pelatih yaitu:
“Pastikan mereka setuju dan mengerti dengan aturan dalam tim”
> Jika kamu memutuskan tidak menerima Hiran, apakah alasannya? Bisakah pengeluaran
paksa dari tim sebelumnya menjadi alasan untuk tidak menerima ia bergabung dengan tim
kamu? Bisakah rumor mengenai penggunaan narkoba menjadi alasan untuk tidak menerima
dia?
> Jika kamu memutuskan tidak menerima Andres, apakah yang akan menjadi alasannya?
DILEMA MORAL 3 – MELINDUNGI SEBUAH KEBOHONGAN
Judy berusia 12 tahun. Ibunya menjanjikan dia untuk bisa pergi ke konser musik rock spesial
di kotanya jika ia dapat menabung uang yang cukup dari jasa menjaga bayi, dan menabung
dari uang makan siang untuk membeli tiket. Dia berhasil menabung hingga $20, lebih dari
cukup untuk tiket yang harganya $15. Ibu Judy kemudian mengubah pikirannya dan
mengatakan pada Judy bahwa ia harus membelanjakan uang itu untuk membeli buku sekolah.
Judy kecewa dan memutuskan untuk tetap pergi ke konser. Dia membeli tiket dan
mengatakan pada ibunya bahwa dia hanya bisa menabung 5 dollar. Pada hari Sabtu, dia pergi
ke konser dan mengatakan pada ibunya bahwa ia menghabiskan waktu sepanjang hari
bersama seorang teman. Satu minggu akhirnya berlalu tanpa ibunya mencari tahu.
Judy kemudian bercerita kepada kakak perempuannya, Louise, bahwa dia pergi ke koner dan
telah berbohong kepada ibunya. Louise bertanya dalam hati akankah menceritakan kepada
ibunya apa yang telah dilakukan Judy.
1. Haruskah Louise, sebagai kakak tertua, menceritakan kepada ibu mereka bahwa Judy
telah berbohong mengenai uang dan konser – atau sebaiknya ia tetap diam? Atas dasar apa ia
membuat keputusannya?
2. Kepada siapakah Louise memilika loyalitas yang kuat, kepada ibu atau kepada
adiknya? Mengapa?
3. Apakah fakta bahwa Judy mendapatkan uang sendiri penting dalam situasi ini?
Mengapa?
4. Ibu menjanjikan bahwa Judy dapat pergi ke konser jika ia mendapatkan uang. Apakah
fakta bahwa ibu mengingkari janjinya merupakan pertimbangan yang penting? Mengapa?
5. Secara umum, haruskah sebuah janji ditepati? Mengapa?
6. Apakah dapat membuat perbedaan seseorang yang dijanjikan sesuatu itu dekat
denganmu atau orang asing?
7. Tanggung jawab apa yang harus dilakukan Louise dalam situasi ini?
Di Eropa, seorang wanita menderita kanker dan berpegang erat pada kehidupan. Satu obat
mungkin menyelamatkan dia, yaitu radium, baru saja ditemukan oleh apoteker di kota yang
sama. Apoteker memberikan harga $2,000 untuk obat itu, sepuluh kali lebih dari biaya
produksinya.
Suami dari wanita yang sakit bernama Heinz, mengunjungi teman-teman dan keluarga untuk
meminjam uang, tapi dia hanya dapat mengumpulkan sekitar $1,000. Dia mengatakan pada
apoteker bahwa istrinya sedang sekarat dan meminta diskon atau kredit sementara. Apoteker
mengatakan tidak.
Sang suami menjadi putus asa dan merusak apotek tersebut dan mencuri obat untuk istrinya.
Ø Apakah tindakan apoteker menolak Heinz adalah benar? Mengapa?
Ø Apakah tindakan sang Suami merusak toko adalah benar? Mengapa?
Ø Apakah Suami tersebut mempunyai cara tindakan yang lain yang terbuka untuknya?
Ø Apa yang akan kamu lakukan jika kamu ada dalam situasi Suami tersebut?
Pada tahun 1842, sebuah kapal menabrak gunung es dan lebih dari 30 orang selamat dan
berkumpul di sebuah sekoci yang seharusnya hanya untuk tujuh orang.
Ketika badai mengancam, beban kapal sekoci harus diringankan jika ingin yang lain selamat.
Alasan kapten bahwa hal tepat yang dilakukan adalah memaksa beberapa orang untuk keluar
dari kapal dan tenggelam. Alasan Kapten untuk tindakan itu adalah bukan tidak adil
membuang mereka ke laut, tapi karena mereka juga akan tenggelam sendiri dengan cara
apapun. Jika ia tidak melakuka apapun, maka ia akan bertanggung jawab akan kematian dari
penumpang yang dapat diselamatkan.
Beberapa orang menentang keputusan Kapten. Mereka menyatakan bahwa jika tak ada yang
bisa dilakukan dan hasilnya semua orang mati, tak akan ada yang bertanggung jawaba akan
kematian ini. Dilain pihak, jika Kapten berusaha untuk menyelamatkan beberapa nyawa, dia
akan membunuh yang lain dan kematian mereka akan menjadi tanggung jawabnya.
Kapten menolak alasan ini. Karena satu-satunya penyelamatan yang mungkin adalah
memerlukan usaya yang sangat kuat untuk mendayung, Kapten lalu memutuskan yang
terlemah yang akan dikorbankan. Pada situasi ini, ia berpikir akan tampak tidak masuk akal,
untuk memutuskan mengundi siapa yang akan dilempar dari kapal. Dia kemudian memaksa
yang paling lemah untuk keluar dari kapal.
Ternyata, setelah beberapa hari mendayung dengan susah payah, para korban dapat
diselamatkan dan Kapten tersebut diadili atas tindakannya.
Ø Jika kamu berada di kapal tersebut, apa argumen yang kamu pakai : jika a) kamu
tampaknya yang akan dipaksa keluar dari kapal; atau b) kamu adalah salah satu yang terkuat
yang akan tetap tinggal di kapal?
Ø Jika kamu menjadi juri dalam persidangan Kapten tersebut, apa yang akan kamu
putuskan tentang kesalahannya?
Ø Apa hukumannya, jika kamu berpikir Kapten tersebut harus menerima?
Ø Apa yang akan kamu lakukan jika dalam posisi Kapten tersebut?
Adaptasi dari Alasan Moral oleh Victor Grassian, Prentice Hall, 1981.
Sona mempunyai masalah dalam pelajaran kimia dan dia tak mendapatkan hasil yang bagus
pada ujian terakhir.
Namun, Sona belajar keras untuk ujian akhir dan merasa percaya diri akan melakukan dengan
baik. Ujian berlangsung lama tapi Sona menjawab hampir semua soal dan merasa dia
melakukan dengan baik sejauh ini. Namun, ada satu soal yang dia tidak dapat menjawab. Soal
ini bernilai 25% dari keseluruhan nilai. Waktu hampir habis.
Orang disebelah Sona telah menyelesaikan ujian dan dia mempunyai kesempatan untuk
menyalin jawaban dari pertanyaan yang dia tak dapat jawab. Profesor terbagi perhatiannya
menjawab pertanyaan dari pelajar lain dan Sona tahu bahwa dia dapat menyalin jawaban
dengan sangat cepat.
Jika Sona mendapat jawaban dari soal terakhir ini, dia akan lulus ujian dan juga mata
pelajarannya. Jika dia tidak menjawab soal terakhir, dia akan gagal dan harus mengulang
mata pelajaran selama semester selanjutnya.
Ø Menurutmu apa yang akan dilakukan Sona?
Ø Apa yang akan kamu lakukan bila dalam posisi Sona?
Ø Misalkan kamu menyontek. Jika guru bertanya padamu keesokan harinya apakah
kamu menyontek atau tidak, akankah kamu mengaku atau membuat suatu alasan?
Ø Jika seseorang menyontek di kelas, apakah menurutmu yang lain akan terpengaruh?
Mengapa dan Bagaimana? Mengapa tidak?
Film dan video dapat membantu peserta memasuki dunia lain dan belajar tentang situasi dan
kehidupan yang lain. Itu semua tergantung dari keahlian pembuat film, peserta juga dapat
mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, motivasi tindakan, dan rumitnya situasi
yang kita dihadapi.
Pendidik dan fasilitator dapat terhubung dengan mudah dengan anak-anak dan orang muda
dengan menggunakan film dokumenter yang menyajikan isu-isu sosial saat ini. Menonton
film dapat mendorong peserta untuk mengajikan pertanyaan tentang realitas di berbagai
belahan dunia yang berbeda, memperlihatkan isu hak asasi manusia dan belajar tentang cara
lain tanpa kekerasan untuk penyelesaian konflik.
Film adalah bagian dari budaya populer dan memerankan peranan penting di hiburan anak
muda; oleh karena itu, mereka dapat membawa anak-anak dan orang muda lebih dekat
dengan tema dengan cara yang menarik dan inspiratif. Sebuah diskusi film dapat membantu
peserta mengekspresikan ketakutan, pikiran, perasaan dan pemahaman tentang situasi
mereka. Sebuah aspek tambahan untuk didiskusikan adalah peranan media yang bermain
dalam budaya konsumtif.
Berikut daftar film yang telah dipilih untuk membantu fasilitator dan guru-guru menggunakan
film yang berhubungan dengan hak asasi manusia, pendidikan perdamaian, budaya dan
agama. Film-film ini dinilai oleh MPA (Motion Pictures Association) / Asosiasi Perfilman,
yang akan mempertimbangkan tema, bahasa, kekerasan, ketelanjangan, seks dan penggunaan
narkoba didalam materi untuk membuat keputusan rating. Rating ini biasanya dibuat oleh
orang tua dan sebuah cara yang bagus untuk memutuskan kepantasan sebuah film untuk
kelompok umur tertentu. Beberapa film tidak di rating oleh MPA; pada kasus ini,
kebijaksanaan fasilitator dibutuhkan untuk menggunakan film atau tidak.
pikirkan sebelumnya.
Meskipun keinginannya untuk
mati, Ramón mengajarkan
pada semua orang yang ia
temui tentang makna, nilai dan
berharganya hidup
Silent Waters Sabiha Sumar Film ini bercerita tentang
dampak dari kehidupan di
Pakistan di tahun 1979 di
bawah pemerintahan darurat
militer, Presiden Jenderal Zia-
ul-Haq. Film ini berfokus pada
kehidupan Ayesha, seorang
janda yang hidupnya berpusat
pada anaknya Saleem, seorang
yang lembut, pemimpi, berusia
18 tahun, yang jatuh cinta
dengan Zubeida. Saleem
kemudian menjadi terlibat
dengan kelompok
fundamentalis Islam dan
meninggalkan Zubeida.
Peristiwa meningkat ketika
peziarah Sikh dari India turun
ke desa, salah satu dari mereka
mencari adiknya yang diculik
pada tahun 1947. Hal ini
membangkitkan kenangan
yang menyayat hati.
LAGU
Melalui musik anak-anak dapat mengekspresikan perasaan mereka, memulihkan ingatan dan
pikiran, dan menikmati sensasi kebebasan, ketenangan dan kesenangan. Hal ini dapat
membantu meningkatkan saluran komunikasi non-verbal dan mempromosikan persatuan
dengan orang yang mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Guru dan fasilitator dapat
menggunakan lagu sebagai alternatif non-kekerasan untuk memprotes ketidakadilan dan
kekerasan.
Mendengarkan lagu dapat mengarahkan pada diskusi tentang isu-isu yang penting bagi anak-
anak dan orang muda saat ini. Hal ini juga dapat membantu menyiapkan ruang untuk
mendengarkan, dialog, berbagi dan untuk interaksi saling menghormati di antara peserta.
Daftar lagu berikut ini dapat digunakan dalam program pembelajaran antarbudaya dan
antaragama Anda untuk memotivasi peserta untuk belajar tentang keyakinan orang lain,
tentang budaya lain dan agama lain. Lagu-lagu ini juga dapat berfungsi sebagai titik awal
untuk membahas masalah dunia yang dihadapi hari ini, yaitu perasaan dan kurangnya
pemahaman antara orang-orang. Anda dapat mengajarkan lagu kepada peserta dan mungkin
menerjemahkannya ke dalam bahasa daerah Anda.
PUISI
Puisi, berasal dari bahasa Yunani, “poiesis”, yang artinya adalah 'membuat' atau
'menciptakan', puisi adalah sebuah bentuk seni di mana bahasa digunakan dengan indah dan
selain itu juga untuk membangkitkan rasa kenangan kita.
Membaca puisi untuk anak-anak dan orang muda akan menambah kualitas kreatif, artistik
dan emosional yang terkadang buku cerita tidak bisa menyampaikan. Irama dan persamaan
bunyi memberikan kenyamanan sehingga anak-anak dapat memprediksi kata apa yang datang
berikutnya dalam baris puisi itu. Mereka mengekspresikan dengan ketukan yang
menenangkan dan penting untuk memelihara kedamaian batin.
Puisi membantu memperluas arti harfiah dari kata-kata dan membangkitkan respon emosional
terhadap fantasi atau kenyataan. Penggunaan ambiguitas, simbolisme atau ironi menjadikan
sebuah puisi multitafsir, oleh karena itu dapat memotivasi kreativitas anak-anak dan
kemampuan untuk memaknai puisi menjadi berbeda-beda.
Puisi memberikan batas oposisi dan absorbsi kata dari penolakan dan penerimaan, memberi
dan mengambil, yang memosisikan pikiran diantara kerancuan-kerancuan yang hanya akan
menjadi masuk akal di dalam struktur dunia yang diciptakan puisi. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan anak untuk memahami realitas dari cara pandang yang berbeda,
tidak peduli betapa berbedanya dengan realitas.
Puisi dapat dilihat sebagai sebagai satu percakapan terus menerus, semacam rantai kisah yang
banyak tentang kehidupan seseorang.
Setelah anak melihat dirinya sendiri dalam sebuah puisi, ia dapat mulai menemukan
keajaiban kata-kata dan kekuatan puisi. Sebuah puisi dapat dihafal atau dinyanyikan, atau
dibawa, dikenang, di dalam pikiran dan hati.
Puisi juga dapat digunakan sebelum, selama atau setelah kegiatan introspeksi atau untuk
mendorong momen refleks dan ketenangan sebelum memulai rencana kerja Anda.
Wahai teman,
Beberapa kali Anda luangkan waktu untuk berbicara dengan saya .... dan saya merindukan
kesempatan itu. Langka adalah perasaan yang membuat saya bergetar dan Anda
mengambilnya,
Beberapa kali kita habiskan waktu bersama-sama .... dan saya merindukan kesempatan itu,
Bersemangat adalah detik ketika saya menyentuh Anda dan Anda merasa aku dekat,
Saya adalah satu yang menangis di dalam dan perasaan yang membuat Anda tersenyum, saya
adalah satu yang tidak Anda kenal sebagai mesin hidup Anda.
Jiwamu
Lalu seorang Ibu dengan bayi dalam dekapan datang mengajukan sebuah pertanyaan:
Bicaralah pada kami tentang anak keturunan. Maka jawabnya: Anakmu bukan milikmu;
Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri;
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau;
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan
paksakan bentuk pikiranmu;
Tapi
Tidak ada ruang di dalam hatiku untuk membalas dendam, membara atau membenci
tidak ada ruang dalam pikiran saya untuk setiap pikiran seperti ini.
Luka yang telah ditorehkan kepada kami rasa sakitnya seperti terpotong pisau,
tapi kita tidak harus, membalas seperti yang telah dilakukan kepada kami.
David Gould
Ditulis dalam menanggapi putrinya yang telah terbunuh dalam Bom London 7 Juli 2005
Di perbatasan
"Ini adalah titik terakhir Anda di negara ini!" Kita meraih minuman.
Semuanya akan segera terasa berbeda.
Tanah di bawah kaki kita tak terputus, hanya dibatasi dengan rantai besi tebal.
Adikku menempatkan kakinya di atasnya. "Lihat di sini," katanya kepada kami, "kaki kanan
saya di negara ini dan kaki kiri saya di negara yang lain."
Ibu saya mengatakan kepada saya: Kita akan pulang. Dia mengatakan bahwa jalanan lebih
bersih, pemandangannya lebih indah,
dan orang-orang jauh lebih ramah.
Puluhan keluarga menunggu redanya hujan. "Aku bisa menghirup bau rumah," kata
seseorang.
Sekarang, ibu kami menangis. Saya berusia lima tahun, berdiri di titik perbatasan,
membandingkan kedua sisi perbatasan.
Tanah musim gugur terus berturutan di sisi lain, warna yang sama, tekstur yang sama.
Hujan di kedua sisi rantai.
Kami menunggu sementara surat-surat kami diperiksa, wajah kami diperiksa secara
menyeluruh.
Kemudian rantai itu dibuka agar kami dapat lewat.
Seorang pria membungkuk dan mencium tanah yang berlumpur. Deretan pegunungan yang
sama mengelilingi kita semua.
Choman Hardi
Seorang penyair Kurdi muda di London yang dapat menulis dalam bahasa Inggris dan bahasa
Kurdi
Ini adalah waktu Natal dan saya harus berpikir bahwa kebahagiaan adalah milikku
Semuanya meriah, semuanya luhur, tapi hati saya tidak mampu bersinar
Aku terus mengingat gambar anak-anak yang telanjang dan sakit
Lapar untuk keadilan dan beberapa makanan untuk makan
Pada saat yang sama, adikku berjalan ke arah saya. Dengan senyumnya yang saya suka, dia
meminta saya untuk mencium bonekanya, Sementara dia berpura-pura menyusui bonekanya.
Dia berkata kepada saya: tolong bantu saya untuk menyusuinya, wahai Hind.
Hal itu membuatku seperti tersambar guntur, jawaban untuk kesedihan dan kemarahan saya
Saya sadar bahwa jawabannya adalah lakukan yang Anda bisa dan tidak menyerah
Jika seandainya setiap orang melakukan bagian kerja mereka saja, anak-anak akan memiliki
tempat yang damai untuk hidup
Mereka akan memiliki dunia lebih cerah, kesempatan dan harapan baru
Hind Farahat
Anggota Program Fishers dan peserta muda dari GNRC di Yordania
Tapi,
Keinginan berkuasa datang, para pemimpin yang ingin memerintah. Para pembela tanah air
menjadi haus kekuasaan, perang mulai terbakar, pendirian dan sikap telah berubah, ego
dibangun,
Pemimpin membuat perubahan drastis semalam
Sampai hari ini kita tidak punya jawaban untuk perang ini, tak satu pun tidak ada yang tahu
alasan perang? Apakah para pemimpin kita menggunakan bahasa kita yang berbeda untuk
menyulut perselisihan?
Apa yang terjadi dengan orang-orang yang berjuang bersama-sama untuk kemerdekaan dan
lainnya?
Kita semua tahu bahwa kita perlu untuk hidup dan bekerja bersama-sama, Tapi kita tidak mau
melakukannya,
Orang ingin melupakan masa lalu dan melupakan perang, Tapi ego kita sudah tumbuh
Seribu tahun keluhan tidak dapat diselesaikan dalam satu dekade atau lebih,
Kita mungkin tidak dapat mengubah hal-hal sekarang, karena saat ini telah ditaburkan
Tapi,
Kita bisa menjadi pemimpin masa depan dan membentuk masa depan oleh kita sendiri,
Kami dapat bekerja untuk sebuah negara di mana semua orang menghormati satu sama lain
dan bergerak, kita bisa belajar untuk bersama-sama dan biarkan perdamaian dilahirkan
Kita dapat membuat sebuah negara di mana setiap orang dapat hidup dalam damai,
Kita seharusnya tidak menyalahkan satu sama lain tetapi mencoba untuk menemukan solusi
setidaknya, bukan Inggris yang menciptakan ini;
Mereka tidak di sini ketika kita membuat merayakan kekuasaan,
Jika Anda terinspirasi untuk mengubah dunia, mulai dengan diri sendiri, Anda tidak bisa
mengharapkan perubahan untuk menunjukkan hasil sendiri,
Seseorang perlu berkorban dan bekerja untuk yang terbaik
Kenyamanan dan kepentingan tidak memiliki tempat di sini
Tidak ada negara yang sempurna; Anda perlu untuk membuatnya sempurna ... "Waktu adalah
penyembuh tapi waktu tetap berjalan,
Waktu menunggu siapa pun, tetapi ada hal-hal yang perlu diubah arahnya
Nooranie Muthaliph
GNRC Pemuda Anggota, Sri Lanka
Damai, damai, damai dalam keluarga kita, kedamaian kepada setiap orang di sekitar kita,
Perdamaian adalah sumber kemajuan, kedamaian membawa cinta dan kebahagiaan.
Kekerasan, kekerasan dalam masyarakat kita, kekerasan adalah seruan kepada orang yang
tidak bersalah,
Kekerasan menyebabkan kerusakan dan perpecahan keluarga, kekerasan adalah tanda yang
kekasaran dan keganasan.
Datang ke Tanzania, banyak anak-anak di sini hidup di jalanan, mereka lari dari rumah,
mencari kehidupan yang berbeda untuk hidup keluarga mereka telah dipisahkan
Dan hak-hak mereka telah dilanggar
Tidak ada yang membuka mata mereka, Orang pura-pura tidak melihat mereka, Mereka
mengolok-olok tentang bagaimana mereka berperilaku,
Ketika mereka mengemis dan mencuri di jalan.
Clara Mduma
GNRC Pemuda Anggota, Republik Tanzania
Selama pertemuan antar-agama di Dewan Gereja Dunia pada tahun 2005, sekelompok
perwakilan dari komunitas agama datang bersama-sama dengan keprihatinan yang mendalam
atas dunia kita yang akan diserahkan kepada orang-orang muda dan anak-anak kita. Mereka
sangat terganggu oleh kekerasan yang meluas, budaya eksklusif dan keserakahan yang
mendominasi dunia. "Karena itu, kami mengakui," kata mereka, "yang sangat penting dari
pendidikan agama adalah untuk menyerahkan harta warisan kita dari generasi ke generasi.
Hal ini penting bahwa setiap komunitas agama memahami kebutuhan untuk memberdayakan
kaum muda untuk berpartisipasi dalam transformasi yang sedang berlangsung dari warisan
mereka.
"Kami juga melihat ke proses pembelajaran yang akan membangun sikap inklusif, terbuka
dan penuh kasih kepada orang lain atas dasar iman seseorang. Kami juga melihat pentingnya
memiliki pemahaman atas tradisi agama masing-masing, sehingga kami tidak mendapatkan
gambaran yang salah dari prasangka lama yang dipegang dan juga distorsi dari media massa.
"Menyadari bahwa hubungan antara agama dan kekerasan telah menjadi salah satu isu
mendesak sekarang ini, kelompok itu mengatakan:" Kami meyakini bahwa tidak ada tradisi
keagamaan menganggap kekerasan sebagai suatu kebajikan atau nilai agama dan kita tahu
bahwa kekerasan bukanlah esensi agama apapun. Sebaliknya, cinta, kasih sayang dan hidup
berdampingan dengan damai adalah nilai-nilai semua tradisi yang kita junjung. Oleh karena
itu, kami menolak dihubungkannya kekerasan terhadap agama-agama dan berusaha
mewujudkan potensi perdamaian dan non-kekerasan yang diadakan sebagai nilai-nilai inti
dalam tradisi kita. "
KOMITMEN UMUM
"Kami mengakui bahwa tantangan yang kami hadapi di dunia ini terlalu kuat ditangani oleh
tradisi kami, dan kami saling membutuhkan dalam upaya untuk merespon tantangan tersebut.
Oleh karena itu, kami tidak perlu melakukan secara terpisah apa yang bisa kami lakukan
bersama-sama. Hal ini dalam rangka mengenali dan bertindak bersama-sama bahwa kami
benar-benar akan memahami satu sama lain, dan dalam rangka membuat komitmen umum
bahwa kami akan tumbuh bersama. Oleh karena itu, kami membuat penegasan dan komitmen
sebagai berikut:
Kami menegaskan bahwa manusia, terdiri dari banyak bangsa, negara, ras, warna, budaya dan
tradisi agama, adalah salah satu keluarga manusia.
Oleh karena itu, kami menolak segala upaya yang menghalangi antara tradisi keagamaan
yang menghadirkan mereka sebagai komunitas yang saling terpisah.
Kami berkomitmen untuk belajar lebih banyak tentang satu sama lain, dan untuk menemukan
dan memahami kembali diri kita sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.
Kami menegaskan bahwa jantung dari semua tradisi agama kita adalah cinta, kasih sayang,
pengorbanan dan nilai-nilai yang mendukung hidup dan kehidupan di masyarakat.
Oleh karena itu, kami menolak segala interpretasi ajaran agama yang mempromosikan
permusuhan, kebencian, atau pengucilan.
Kami berkomitmen untuk mengangkat ajaran dan praktik dalam tradisi agama kita yang
menyehatkan kehidupan dan mengembangkan komunitas.
Kami menegaskan bahwa kekerasan dan peperangan tidak sejalan dengan ajaran agama kami
dan tidak ada tradisi agama kami mendukung penyelesaian konflik melalui cara-cara
kekerasan.
Oleh karena itu kami menolak segala kekerasan yang digunakan atas nama agama, semua
interpretasi agama yang mendukung perang, dan setiap upaya untuk menafsirkan kitab suci
kami untuk mendukung konflik.
Kami berkomitmen untuk menafsirkan, mengajar dan mengamalkan tradisi agama kami
untuk mendorong perdamaian dan harmoni.
Kami menegaskan diskriminasi yang berdasarkan ras, kasta, status sosial, kemampuan fisik
dan mental, etnis, gender, dll adalah tidak sejalan dengan semua ajaran agama kami. Oleh
karena itu, kami menolak segala bentuk diskriminasi dan pengucilan.
Kami berkomitmen untuk bekerja menuju masyarakat inklusif dan untuk berjuang melawan
interpretasi iman kita dan kitab suci untuk membenarkan tindakan diskriminasi.
Kami menegaskan bahwa keadilan dan kejujuran adalah inti dari kehidupan beragama; bahwa
kemiskinan, kehilangan, kelaparan dan penyakit adalah kekuatan yang dapat mengurangi
martabat manusia dan potensi.
Oleh karena itu, kami menolak kehidupan ekonomi dan politik yang membawa ketidakadilan,
ketimpangan dan eksploitasi bumi yang banyak sekali untuk keserakahan manusia.
Kami berkomitmen untuk mempertahankan bersama martabat dan kemanusiaan, sosial, dan
hak-hak ekonomi semua orang, dan keutuhan dunia.
Kami menegaskan hak-hak orang-orang muda dan anak-anak, dan karunia yang mereka bawa
ke pemahaman dan praktik kehidupan beragama.
Oleh karena itu kami menolak semua upaya mengucilkan mereka dari arus utama kehidupan
beragama.
Kami berkomitmen untuk mendorong masyarakat inklusif yang akan menggabungkan orang-
orang muda dan anak-anak sepenuhnya, untuk mengizinkan mereka untuk membawa karunia
mereka untuk kehidupan bersama.
Telah dikatakan bahwa perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. Kami melihat
komitmen ini sebagai langkah yang kami ambil menuju visi dunia untuk hidup dalam
keadilan dan perdamaian. Kami menyerukan kepada semua umat beragama untuk beraksi
membuat komitmen mereka sendiri dan selanjutnya visi spiritualitas yang akan membawa
penyembuhan dan keutuhan dunia kita yang sakit. "
Hal ini penting bahwa penegasan ini muncul dari pentingnya kebutuhan bagi orang-orang dari
seluruh tradisi keagamaan untuk berbicara dan bertindak bersama-sama pada isu-isu yang
mempengaruhi kehidupan mereka! Pentingnya hal ini tidak hanya dirasakan oleh komunitas
keagamaan tetapi juga oleh orang-orang yang menarik inspirasi mereka dari nilai-nilai
kemanusiaan dan spiritualitas yang tidak dipahami dalam hal agama.
Memperkuat tekad kami untuk memberikan kesaksian kebenaran ini dengan cara hidup
kami.
Berikanlah kepada kami:
Pemahaman yang mengakhiri perselisihan;
Belas kasih yang memadamkan kebencian, dan
Pengampunan yang mengatasi dendam.
Memberdayakan semua orang untuk hidup dalam hukum cinta-Mu
Amin.
(Pax Chistie)
(Doa, pada perayaan antar-agama dari ulang tahun ketujuh puluh Bishop Profesor Krister
Stendahl, 21 April 1991)
Mungkinkah saya akan menjadi disetiap waktu, baik sekarang dan selamanya
Menjadi pelindung bagi mereka yang tanpa perlindungan
Menjadi Panduan bagi mereka yang telah kehilangan jalan mereka
Menjadi sebuah kapal bagi mereka dengan lautan untuk diseberangi
Menjadi sebuah jembatan bagi mereka dengan sungai untuk diseberangi
Menjadi pelindung bagi mereka dalam bahaya
Menjadi sebuah lampu bagi mereka yang tanpa cahaya
Menjadi sebuah tempat berlindung bagi mereka yang tidak ada tempat berlindung
Dan seorang hamba kepada semua yang membutuhkan.
Bermurah hatilah
Jadilah murah hati dalam kemakmuran, dan bersyukur dalam kesulitan. Adil dalam
penilaianmu, dan dijaga dalam perkataanmu. Menjadi pelita bagi mereka yang berjalan dalam
kegelapan dan rumah untuk orang asing. Jadilah mata untuk orang buta, dan cahaya penuntun
bagi kaki berdosa itu. Menjadi nafas kehidupan bagi tubuh manusia, embun ke tanah dari hati
manusia, dan buah dari pohon kerendahan hati.
(Bahá’u’ lláh)
Damai di dunia
Jika ada damai di dalam rumah, pastilah ada damai di dalam hati.
(Lao Tse)
Jalan Ketuhanan
Jika ada orang yang berbicara buruk tentang Anda, Pujilah mereka selalu.
Jika ada orang yang melukai Anda, layani mereka dengan baik.
Jika ada orang yang menganiaya Anda,
Bantulah mereka dalam segala cara yang memungkinkan.
Anda akan mendapat kekuatan besar.
Anda akan mengontrol kemarahan dan kebanggaan.
Anda akan menikmati perdamaian, ketenangan, dan ketentraman. Anda akan menjadi hebat.
(Swami Sivananda)
(Pekan Doa untuk Perdamaian Dunia, yang diadaptasi dari sebuah lagu dari Old Jain)
Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Damai, Engkaulah sumber kedamaian, kepada-Mu lah
kembali kedamaian, hidupkanlah kami di dunia dengan penuh kedamaian, dan masukkanlah
kami kelak ke surga-Mu, negeri penuh kedamaian, Maha Suci Engkau, Maha Mulia, Maha
Sempurna, dan Maha Pemurah
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja di mana pun juga.
Janganlah karena marah atau berniat jahat mengharap orang lain celaka
Bagaikan seorang ibu mau melindungi anaknya yang tunggal dengan mengorbankan
kehidupannya sendiri, demikian pula hendaklah dia mengembangkan hati yang tak terbatas
kepada semua makhluk.
Hendaklah pikirannya dipenuhi cinta kasih yang tak terbatas, menyelimuti
seluruh dunia. Ke atas, ke bawah dan ke sekliling, tanpa rintangan, tanpa
kebencian, tanpa rasa permusuhan apa pun.
Apakah sedang berdiri, berjalan, duduk atau pun berbaring, selama masih
terjaga, dia harus mengembangkan perhatian-kewaspadaan ini.Inilah yang
dikatakan hidup termulia disini.
Tidak terjatuh ke dalam pandangan salah, memiliki moralitas dan
kebijaksanaan, dengan melepaskan kemelekatan terhadap nafsu indera,
dia tak akan pernah terlahir lagi.
(Sutta Nipata, 145)
Di dalam kalender Yahudi ada perayaan suci Yom Kippur, yaitu hari penebusan dosa
seseorang.
Wahai Sumber kedamaian, bawalah kami menuju Perdamaian, perdamaian yang mendalam
dan benar; bawalah kami untuk penyembuhan, mengendalikan dari semua hal yang
mendorong kami untuk perang dalam diri kami dan dengan orang lain.
Semoga amal perbuatan kita dituliskan dalam Kitab kehidupan yang berkah, kitab kebenaran
dan perdamaian!
Wahai sumber kehidupan yang damai, berkatilah kami dengan kedamaian.
Untuk Engkau Pencipta alam dan kemanusiaan, dalam kebenaran dan keindahan saya berdoa:
Dengarlah suara saya, untuk suara korban semua perang dan kekerasan di antara individu dan
bangsa,
Dengarlah suara saya, untuk suara anak-anak yang menderita dan yang akan menderita ketika
orang menaruh iman mereka dalam senjata dan perang.
Dengarlah suara saya ketika saya memohon Engkau untuk menanamkan ke dalam hati semua
manusia kebijaksanaan perdamaian, kekuatan keadilan dan sukacita persahabatan.
Dengarlah suara saya, karena saya berbicara untuk orang banyak di setiap negara dan setiap
periode sejarah yang tidak ingin perang dan siap untuk berjalan menuju jalan perdamaian.
Dengarlah suara saya dan berilah pengetahuan dan kekuatan sehingga kami dapat selalu
menghadapi kebencian dengan cinta, ketidakadilan dengan dedikasi total untuk keadilan,
berbagi dengan yang membutuhkan, memilih damai daripada perang.
Biarkan disana ada damai, Wahai anakku – jangan biarkan perang tersebar luas.
Letakkan tombakmu dan tinggalkan sebagai bukti – biarkan anak cucu keturunanmu
melihatnya.
Temui kakekmu – di Auruia
Ia akan menasihati engkau di pertemuan tersebut.
Janganlah lagi ada perang; untuk seorang pria yang berperang, akan selalu tidak pernah
merasa puas; Tapi biarkan anak saya menjadi orang yang bijaksana dan berilmu,
Sebagai penjaga tradisi di rumahnya, maka janganlah ada perang.
Tanamlah dengan dalam semangat perdamaian
Lalu kebijakanmu akan dikenal -
tanah bagi semua - petunjuk perdamaian.
(Sebuah lagu dari Rarotonga Island, Polinesia)
Bermain Peran
Bermain peran adalah cara yang berguna untuk membantu peserta untuk melihat sesuatu dari
cara pandang yang lain.
"Berjalanlah satu mil dengan memakai sepatu saya" adalah sebuah nasihat yang baik. Anak-
anak kita akan belajar menghargai orang lain jika mereka membayangkan diri mereka
menjadi orang lain.
Bermain peran secara bersamaan akan sangat menarik dan berguna karena menantang peserta
untuk menangani masalah kompleks dengan tidak ada satu jawaban yang 'benar' dan
menggunakan berbagai keterampilan.
Latihan bermain peran membutuhkan persiapan dan kepekaan dalam pelaksanaan, tetapi
pekerjaan ini akan terbayar lunas setelah melihat motivasi dan keberhasilan para peserta.
Hal ini penting untuk menjelaskan tujuan dalam memutuskan mencakup topik apa saja dalam
latihan nanti. Identifikasi masalah berkaitan dengan topik yang dipilih dan pengaturan
karakter. Hal ini adalah ide yang baik untuk membuat pengaturan yang realistis, tetapi belum
tentu nyata.
Tentukan tujuan karakter 'dan apa yang terjadi jika karakter tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Karena itu harus menggali lebih dalam informasi tentang latar belakang masing-
masing karakter.
Melibatkan peserta dalam skenario dengan menggambarkan keadaan dan masalah. Menyediakan
informasi kepada mereka tentang karakter : tujuan dan informasi latar belakang. Tentukan berapa
banyak peserta telah melakukan permainan peran sebelumnya dan jelaskan bagaimana latihan ini
Page | 206
akan berjalan dengan baik.
Para peserta yang akan memainkan karakter perlu beberapa saat untuk melihat lebih dalam dari
karakter mereka, dan masuk ke dalam peran mereka dalam latihan. Peserta mungkin memiliki
keberatan tentang karakter yang mereka ditetapkan atau tentang alasan mereka. Hal ini baik
untuk mencari tahu sebelum permainan peran dimulai.
Bermain peran harus diikuti dengan pembekalan bagi para peserta untuk menentukan apa yang
telah mereka pelajari dan untuk memperkuat nya. Hal ini dapat ditangani dalam diskusi, di saat-
saat tenang, atau pada saat menulis sendiri dalam buku catatan pribadi. Mereka yang memainkan
karakter dapat menjelaskan tentang karakter mereka dan juga berbagi dengan mengungkapkan
apa yang mereka rasakan atau berbicara dalam karakter yang mereka perankan. Mereka yang
mengamati dapat mengajukan pertanyaan untuk karakter tersebut, baik sebagai karakter mereka -
kadang-kadang disebut 'kursi panas', dan sebagai diri mereka sendiri - bagaimana mereka merasa
berada dalam peran tertentu.
Beberapa permainan peran yang disediakan, dan dengan latihan, akan cukup mudah untuk
membuatnya sendiri tentang peristiwa yang aktual atau baru terjadi.
Punjama adalah seorang gadis berusia 17 tahun. Dia tinggal bersama ayah, ibu dan dua
saudaranya. Karena ia adalah satu-satunya anak perempuan, orangtuanya sangat melindunginya
dan tidak memperbolehkan dia untuk mempunyai pacar. keluarga Punjama ini sangat konservatif
dan mentaati semua aturan agama dan budaya mereka. Punjama bertemu Matthew, kakak
sahabatnya dan mulai berkencan dengannya tanpa memberitahu orang tua atau saudara-
saudaranya. Matthew menganut agama yang berbeda dari Punjama dan berasal dari negara yang
berbeda dengannya.
Suatu hari, salah satu kakak lelaki Punjama melihat dia bergandengan tangan dengan Mattew di
Page | 207
jalan dan mengadu kepada orang tuanya. Mereka menjadi benar-benar marah pada Punjama dan
menunggu sampai ia tiba di rumah. Ketika dia pulang ibunya mulai berteriak padanya,
mengatakan bahwa ia telah mempermalukan mereka dan bahwa dia tidak pantas menjadi
putrinya lagi. Kakak lelaki Punjama menyarankan orang tua mereka untuk mengunci Punjama di
rumah sehingga dia tidak bisa melihat Matthew lagi. Kemudian ayah mereka dengan penuh
kemarahan bergegas bertemu Punjama dan menamparnya, gadis itu berlari ke kamar lain tapi
saudara-saudaranya mengikutinya dan membawanya kembali ke orang tua mereka
Permainan Peran Nomor 2
Sarah, Lina dan Lucy adalah teman baik di sekolah. Mereka selalu bersama-sama dan mengolok-
olok gadis-gadis yang pemalu atau pun orang yang tidak mereka sukai.
Farzina dan Laura adalah murid baru di sekolah. Mereka tidak memiliki banyak teman, tapi
mereka sangat ramah dengan siswa lain.
Suatu hari Farzina dan Laura sedang bermain basket di lapangan ketika Sarah, Lina dan Lucy
mendekati mereka. Mereka meminta Farzina dan Laura meninggalkan lapangan dan bola
basketnya karena mereka ingin bermain. Farzina mengatakan kepada mereka bahwa mereka baru
saja mulai bermain dan mereka ingin bermain untuk waktu yang lama. Sarah benar-benar marah
dan mendorongnya. Farzina bereaksi, mendorong Sarah kembali dan kemudian Lina dan Lucy
ikut masuk ke perkelahian juga. Laura takut bahwa mereka akan menyakiti Farzina dan
melemparkan bola keras ke kepala Sarah sehinga membuat dia terjatuh. Sarah benar-benar
marah, berdiri dan langsung hendak memukul Laura.
Kartu ini telah digunakan dihalaman 93, tentang aktivitas Berita Perdamaian. Tujuan dari kartu
ini adalah untuk menggambarkan situasi yang melibatkan kurangnya rasa hormat dan atau
adanya diskriminasi, dimana peserta harus mencari solusi positif. Peserta harus melaporkan
solusi mereka seolah-olah itu adalah berita utama dalam buletin berita TV. Mereka akan
Page | 208
menyajikan berita utama dengan memberlakukan situasi dan atau mewawancarai orang-orang
yang terlibat.
Kamu dapat menulis kartu berita damai anda sendiri tentang situasi yang berkaitan dengan isu-
isu di kotamu atau di sekitar lingkunganmu.
5% dari populasi di kotamu adalah imigran. Beberapa minggu yang lalu beberapa insiden
kekerasan terjadi di antara imigran dan orang-orang lokal.
Tiga anak imigran dari lingkungan di kotamu tertangkap mencuri tas di sebuah toko. orang lokal
marah dan mengatakan bahwa belum pertama kali ini terjadi dan mereka tidak ingin imigran
yang tinggal di lingkungan mereka lagi.
Ada ketegangan antara masyarakat lokal dan imigran yang telah menyebabkan konfrontasi
kekerasan. masyarakat setempat meminta pemerintah untuk memindahkan imigran ke tempat
lain dan membiarkan mereka memiliki lingkungan mereka sendiri. Mereka berpendapat bahwa
tingkat ketidakamanan dan kriminalitas meningkat di lingkungan mereka sejak banyaknya
imigran telah datang.
Imigran mengeluh bahwa mereka didiskriminasi dan itu tidak mudah bagi mereka untuk
mendapatkan pekerjaan dan diintegrasikan ke dalam masyarakat. Mereka telah melakukan protes
di depan kota kota setiap hari selama minggu terakhir.
Pemerintah telah menemukan solusi, dan itu adalah berita utama ...
Tiga anak baru tiba untuk sekolahmu. Mereka datang dari negara lain dan memiliki keyakinan
agama yang berbeda dari sebagian besar siswa lain. Orang tua mereka telah mengeluh kepada
Page | 209
sekolah bahwa makanan yang disediakan di kantin untuk makan siang tidak memenuhi
persyaratan vegetarian diet anak-anak mereka.
Mereka meminta sekolah untuk menyediakan pilihan makanan vegetarian. Namun, direktur
sekolah tidak menerima, dengan alasan bahwa itu lebih mahal untuk sekolah untuk menyediakan
berbagai jenis makanan untuk hanya tiga orang murid dan tidak ada dana anggaran yang
dialokasikan untuk tujuan itu. Ia mengusulkan anak-anak sebaiknya membawa makanan sendiri
dari rumah.
Keluarga menuduh sekolah melakukan tindakan rasis dan mengancam direktur bahwa mereka
akan menuntut sekolah jika mereka tidak memberikan pilihan makanan vegetarian untuk anak-
anak mereka.
Di sebuah negara yang mencoba untuk menjaga aturan agama dan negara terpisah, seorang gadis
berusia 13 tahun sudah mulai datang ke sekolah berjilbab penuh, termasuk cadar di wajahnya.
Dia mengatakan sekarang bahwa ia telah mencapai pubertas dan dia harus menutupi tubuhnya.
Dia juga berpendapat seharusnya tidak ada bedanya dengan cara dia melakukan pekerjaan
sekolahnya.
Namun, guru kepalanya mengirimnya pulang dari sekolah dan mengatakan padanya untuk tidak
datang lagi sampai dia melepaskan jilbab. Kepala sekolah mengatakan itu dapat membahayakan,
misalnya di laboratorium sains, dan juga membawa agama ke sekolah, yang sekuler. Orang tua
gadis itu bersikeras anaknya datang ke sekolah dengan mengenakan jilbab dan mengancam
sekolah dengan tindakan pengadilan.
Kartu Perdamaian 4
Sebuah sekolah gempar atas kedatangan sejumlah besar siswa yang baru telah tiba di negara itu.
Orang-orang muda ini tidak dapat berbicara bahasa lokal dengan baik, bahkan sama sekali tidak
bisa. Para siswa khawatir bahwa mereka tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik seperti
biasa karena para guru berusaha untuk menangani orang-orang yang tidak mengerti bahasanya.
Para siswa khawatir bahwa standar akan turun dan mereka tidak akan bisa masuk ke perguruan
tinggi pilihan mereka. Mereka mulai menjadi sangat kasar dengan para siswa-siswa baru itu dan
mengeluh kepada guru.
Dalam Konvensi Hak Anak kata "anak" berarti setiap orang yang berusia di bawah usia 18.
Pasal 1
Semua orang yang berusia di bawah 18 tahun memiliki semua hak yang tercantum dalam
Konvensi ini.
Pasal 2
Konvensi ini berlaku untuk semua orang, apapun ras, agama, atau kemampuan mereka, apa pun
yang mereka pikirkan atau katakan, dan darimanapun keluarga mereka berasal.
Pasal 3
Semua organisasi yang berkaitan dengan anak-anak harus mengusahakan yang terbaik untuk
setiap anak.
Pasal 4
Pemerintah harus memenuhi hak – hak yang tercantum dalam Konvensi ini untuk anak-anak.
Pasal 5
Pemerintah harus menghormati hak-hak dan tanggung jawab keluarga untuk mengarahkan dan
memandu anak-anak mereka sehingga, saat mereka tumbuh dan belajar untuk menggunakan hak-
hak mereka dengan baik.
Pasal 6
Semua anak memiliki hak untuk hidup. Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak bertahan
hidup dan berkembang dengan baik.
Pasal 7
Semua anak memiliki hak atas nama yang terdaftar secara hukum, hak untuk kewarganegaraan,
hak untuk tahu dan, sebisa mungkin, hak untuk dirawat oleh orang tua mereka.
Page | 212
Pasal 8
Pemerintah harus menghormati hak anak atas nama, kewarganegaraan, dan ikatan keluarga.
Pasal 9
Anak-anak tidak boleh dipisahkan dari orang tua mereka kecuali untuk kebaikan mereka sendiri,
misalnya jika orang tua memperlakukan sang anak dengan salah atau mengabaikan sang anak.
Anak-anak yang orang tuanya telah berpisah memiliki hak untuk tetap berhubungan dengan
kedua orang tuanya, kecuali hal tersebut dapat menyakiti sang anak.
Pasal 10
Keluarga yang tinggal di negara yang berbeda harus diizinkan untuk mengunjungi anaknya
sehingga orang tua dan anak-anaknya dapat tetap berhubungan atau berkumpul kembali sebagai
keluarga.
Pasal 11
Pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menghentikan anak-anak yang dibawa
keluar dari negara mereka sendiri secara ilegal.
Pasal 12
Anak-anak memiliki hak untuk menyatakan pendapat mereka ketika orang dewasa membuat
keputusan yang mempengaruhi mereka, dan pendapat mereka berhak untuk diperhitungkan.
Pasal 13
Anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan dan berbagi informasi, selama informasi tersebut
tidak merusak bagi mereka atau bagi orang lain.
Pasal 14
Anak-anak memiliki hak untuk memikirkan dan memercayai apa yang mereka inginkan dan
untuk memeluk agama mereka, selama mereka tidak mengganggu hak - hak orang lain. Orang
tua harus membimbing anak-anak mereka tentang hal ini.
Page | 213
Pasal 15
Anak-anak memiliki hak untuk bertemu dan bergabung dengan kelompok dan organisasi, selama
hal tersebut tidak mengganggu hak – hak orang lain.
Pasal 16
Anak-anak memiliki hak atas privasi. Hukum harus melindungi mereka dari serangan terhadap
jalan hidup, nama baik, keluarga, dan rumah mereka.
Pasal 17
Anak-anak memiliki hak untuk informasi yang terpercaya dari media massa. Televisi, radio, dan
media cetak harus memberikan informasi yang dapat dipahami oleh anak-anak dan tidak boleh
mempromosikan hal - hal yang dapat membahayakan anak-anak.
Pasal 18
Kedua orang tua berbagi tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka, dan harus
selalu mempertimbangkan apa yang terbaik untuk setiap anak. Pemerintah harus membantu
orang tua dengan menyediakan layanan untuk mendukung mereka terutama jika kedua orang tua
bekerja.
Pasal 19
Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak dirawat dengan benar, dan melindungi mereka
dari tindak kekerasan baik itu tindak kekerasan dan penelantaran oleh orang tua atau oleh orang
yang merawat mereka.
Pasal 20
Anak-anak yang tidak dirawat oleh keluarga mereka sendiri harus dijaga dengan baik, oleh
orang-orang yang menghormati agama, budaya, dan bahasa.
Pasal 21
Ketika anak-anak diadopsi, fokus utamanya adalah apa yang terbaik bagi mereka. Aturan yang
sama juga berlaku bagi anak-anak yang diadopsi dan tinggal di negara yang sama dengan tempat
mereka dilahirkan atau diadopsi dan kemudian tinggal di negara lain.
Page | 214
Pasal 22
Anak-anak yang datang ke suatu negara sebagai pengungsi harus memiliki hak yang sama
dengan anak yang lahir di negara yang dituju.
Pasal 23
Anak-anak yang memiliki disabilitas harus mendapatkan perawatan khusus dan dukungan agar
mereka dapat menjalani hidup dengan mandiri.
Pasal 24
Anak-anak memiliki hak untuk perawatan kesehatan yang berkualitas, air bersih, makanan
bergizi, dan lingkungan yang bersih sehingga mereka dapat hidup sehat. Negara-negara kaya
harus membantu negara-negara miskin dalam pencapaian hak tersebut.
Pasal 25
Anak-anak yang dirawat oleh otoritas lokal harus dikunjungi untuk dilihat kondisinya secara
rutin.
Pasal 26
Pemerintah harus menyediakan tambahan dana untuk anak-anak dari keluarga yang
membutuhkan.
Pasal 27
Anak-anak memiliki hak atas standar hidup yang baik untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
mental mereka. Pemerintah harus membantu keluarga yang tidak mampu untuk menyediakan
hak tersebut.
Pasal 28
Anak-anak memiliki hak atas pendidikan. Kedisiplinan di sekolah harus menghormati martabat
anak-anak. Pendidikan dasar harus disediakan secara gratis. Negara-negara kaya harus
Page | 215
membantu negara-negara miskin untuk pencapaian hak tersebut.
Pasal 29
Pendidikan harus mampu mengembangkan kepribadian dan bakat setiap anak secara penuh.
Pendidikan harus mendorong anak-anak untuk menghormati orang tua, diri sendiri, dan budaya
mereka.
Pasal 30
Anak-anak memiliki hak untuk belajar dan menggunakan bahasa dan adat istiadat dari keluarga
mereka, baik bahasa dan adat tersebut mayoritas digunakan di negara mereka atau tidak.
Pasal 31
Semua anak memiliki hak untuk bersantai dan bermain, dan untuk bergabung dalam berbagai
kegiatan.
Pasal 32
Pemerintah harus melindungi anak-anak dari pekerjaan yang berbahaya atau mungkin
membahayakan kesehatan atau pendidikan mereka.
Pasal 33
Pemerintah harus menyediakan cara untuk melindungi anak-anak dari obat-obatan berbahaya.
Pasal 34
Pemerintah harus melindungi anak-anak dari pelecehan seksual.
Pasal 35
Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak dilindungi dari tindak penculikan dan
perdagangan.
Page | 216
Pasal 36
Anak-anak harus dilindungi dari setiap kegiatan yang dapat membahayakan perkembangan
mereka.
Pasal 37
Anak-anak yang melanggar hukum tidak boleh diperlakukan dengan kejam. Mereka selayaknya
tidak dimasukkan ke dalam penjara yang sama dengan orang dewasa dan harus tetap memiliki
akses untuk berhubungan dengan keluarga mereka.
Pasal 38
Pemerintah tidak boleh membiarkan anak-anak berusia di bawah 15 tahun untuk bergabung
dengan tentara. Anak-anak di zona perang harus mendapatkan perlindungan khusus.
Pasal 39
Anak-anak yang telah diabaikan atau dilecehkan harus mendapatkan bantuan khusus untuk
mengembalikan harga diri mereka.
Pasal 40
Anak-anak yang dituduh melanggar hukum harus menerima bantuan hukum. Hukuman penjara
untuk anak hanya dapat digunakan jika anak melakukan pelanggaran tingkat berat.
Pasal 41
Jika hukum di suatu negara tertentu dapat melindungi anak-anak lebih baik dari Pasal – pasal
dalam Konvensi ini, maka hukum negara tersebut yang akan digunakan.
Pasal 42
Pemerintah harus membuat Konvens ini diketahui oleh semua orang tua dan anak-anak.
Page | 217
Page | 219
Langkah 4
Balik kertas.
Langkah 5
Lakukan hal yang sama seperti pada langkah 4.
Page | 220
Langkah 6
Inilah bagian yang sedikit sulit (secara teknis bisa dilewati sampai Langkah 9).
Lipat kertas dari sudut kiri dan kanan ke tengah sepanjang garis merah, dan kemudian lipat sudut
atas sesuai garis biru. Kertas dilipat hanya untuk membuat garis lipatan.
Langkah 7
Bentuk kertas akan terlihat seperti ini.
Langkah 8
Sekarang, buka lipatan dengan menarik sudut bawah kertas ke atas, dan lipat ke arah dalam
mengikuti garis lipatan.
Langkah 9
Bentuk kertas akan terlihat seperti ini. Hati-hati melipat sudut dan ujung kertas agar terlihat rapi.
Setelah selesai, lakukan hal yang sama di sisi sebaliknya seperti Langkah 6, 7, dan 8.
Langkah 10
Sekarang kamu telah mendapatkan bentuk dasarnya. Bentuk ini sudah setengah jadi, langkah
selanjutnya akan sangat mudah!
Langkah 11
Pastikan sisi atas kertas sudah benar, lalu lipat bagian kanan dan kiri kertas ke tengah sesuai
garis. Lipat kertas pada lapisan atas saja.
Langkah 12
Bentuk kertas akan terlihat seperti ini. Balik kertas.
Langkah 13
Lakukan hal yang sama seperti langkah 11. Apakah kertas semakin sulit dilipat? Itu berarti kamu
hampir selesai.
Langkah 14
Lipat bagian ujung bawah ke atas sesuai garis putus-putus untuk membentuk kepala.
Langkah 15
Buka sedikit sisi lipatan dan tekuk bagian kepala ke atas seperti ini:
Langkah 16
Lipat kembali ujung bawah sisi yang lainnya ke atas dan pipihkan.
Lakukan hal yang sama untuk membentuk ekor di sisi lain.
Page | 221
Langkah 17
Lipat ujung kertas sesuai garis putus-putus untuk membentuk paruh. Kamu dapat menentukan
sendiri panjang paruhnya.
Langkah 18
Bengkokkan sayap ke arah luar sesuai posisi yang tepat. Kamu dapat meniupkan sedikit udara
dari bawah.
Langkah 19
Burung origami sudah selesai.
Bagian 6
Kami Melakukannya Seperti Ini
Bagaimana kami menggunakan metode Learning to Live Together atau Belajar untuk
Hidup Bersama pada wilayah dan kondisi yang berbeda dan dengan orang-orang yang
memiliki perbedaan budaya dan keyakinan.
Page | 222
Proses pengembangan modul ini memakan waktu yang cukup panjang dan merupakan hasil dari
kerjasama orang-orang dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Metode Belajar untuk Hidup
Bersama diuji coba di lima wilayah, sepuluh negara, dan dalam kondisi yang berbeda, dengan lebih dari
300 partisipan yang berasal dari Argentina, Azerbaijan, Bolivia, Kanada, Kolombia, Kosta Rika,
Denmark, Ekuador, El Salvador, Finlandia, Ghana, Guatemala, Honduras, India, Israel, Jepang, Yordania,
Kenya, Lebanon, Maladewa, Nepal, Panama, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Inggris, Republik Tanzania
dan Venezuela.
Perwakilan dari Agama Tradisional Afrika/African Traditional Religions, Keyakinan Bahá'í /Bahá'í Faith,
Buddha, Kristen, Hindu, Tradisi Adat, Islam, Yahudi, anggota Brahma Kumaris dan orang-orang sekuler
menghadiri workshop yang dilaksanakan. Workshop ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk
dapat belajar tentang satu sama lain. Modul ini diperkaya dengan masukan dari peserta yang berkontribusi
pada sumber daya yang fleksibel namun terstruktur dan tetap menjaga fokus global namun mendorong
implementasi lokal.
Pengalaman yang diperoleh dari setiap workshop dimasukkan ke versi final modul ini baik itu berupa
masukan dari fasilitator, saran dari partisipan yang menghadiri pertemuan parallel, pembelajaran dari
anak dan remaja, rekomendasi dari para ahli di bidang pendidikan, etika, dan pembelajaran antar agama,
dari anggota GNRC, dan pencapaian yang diraih selama proses workshop.
Pada halaman berikut, Anda akan menemukan deskripsi dari setiap workshop uji coba yakni metode yang
digunakan, pembelajaran yang diperoleh oleh peserta, dampak dari workshop dan input utama yang
dimasukkan dalam modul ini. Anda akan melihat bagaimana setiap workshop berkontribusi pada hasil
akhir dari modul ini. Anda akan mampu memvisualisasikan proses yang telah dilalui sejak workshop
pertama dan bagaimana masing-masing workshop membantu dalam pengembangan materi – materi
pembelajaran antar-agama dan antar budaya yang dapat digunakan dalam kondisi yang berbeda.
Bagian ini juga akan memberikan ide yang lebih baik tentang bagaimana program dijalankan di berbagai
daerah dan membantu Anda untuk menjalankannya sendiri.
Kami mengundang Anda untuk mencatat pengalaman Anda dalam menggunakan modul ini dan dampak
yang dihasilkan kepada para peserta. Diharapkan hal tersebut akan menjadi sumber yang berguna bagi
organisasi Anda untuk dapat mendokumentasikan program pendidikan etika dan dalam meninjau proses
pembelajaran peserta.
Page | 223
Selama tiga hari, peserta dari Denmark, Finlandia, Swedia dan Inggris berkumpul untuk
membahas isu-isu yang berkaitan dengan nilai saling menghormati, empati, dan tanggung jawab.
Peserta dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan nilai – nilai yang dibahas. Setiap kelompok
yang terdiri dari golongan usia yang bervariasi membahas salah satu dari nilai – nilai tersebut.
Setiap kelompok membahas bagaimana nilai tersebut dapat diterapkan dan dipromosikan dalam
masyarakat.
Kelompok pertama mengeksplorasi nilai empati dari perspektif yang berbeda. Melalui analisis
penderitaan, kurangnya rasa hormat, kebencian, cinta, pemahaman, dan kepedulian peserta
termotivasi untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai pentingnya empati dalam masyarakat,
dan kebutuhan untuk mempraktikkan kegiatan - kegiatan yang mendidik rasa saling menyayangi
dan saling menghormati terhadap orang lain.
Melalui latihan kepercayaan, peserta menemukan arti empati dan bagaimana pola pikir ini bisa
mengarah pada kesadaran untuk membantu orang lain. Sebuah studi kasus tentang isu-isu
imigrasi di Eropa menjadi bahan dasar untuk diskusi mengenai empati di masyarakat.
Kelompok kedua fokus pada nilai tanggung jawab. Para peserta menganalisis peran, sudut
pandang dan pengalaman mereka di lingkungan masyarakat dari perspektif mereka sendiri.
Mereka mendiskusikan isu – isu yang mempengaruhi negara – negara Nordik serta tanggung
jawab individu dan kolektif yang mereka pegang sebagai warga negara. Proses analisis studi
kasus dan diskusi membantu mereka menyadari kemampuan mereka untuk menanggapi
ketidakadilan dan memenuhi kebutuhan negara mereka.
Kelompok terakhir membahas nilai saling menghormati. Setelah membahas apa arti nilai saling
menghormati, bagaimana nilai tersebut dapat dikembangkan dan dilanggar, peserta menyiapkan
film animasi tentang topik ini, menggunakan bahan dasar seperti pena, karton dan gunting.
Metode ini menunjukkan kreativitas peserta dan melatih berpikir kritis tentang perilaku mereka
sendiri.
Workshop ini berakhir dengan doa antaragama yang disiapkan oleh para peserta, di mana
masing-masing dari mereka berdoa, menyanyi atau membacakan teks sesuai ajaran agama
mereka masing - masing. Pada momen tersebut para peserta dapat merenungkan hasil dari
partisipasi, pembelajaran, dan pengalaman mereka.
Page | 225
Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran
Peserta merasa bahwa diskusi mereka telah memperluas pemahaman mereka tentang beberapa
masalah sosial yang dihadapi saat ini di negara-negara Nordik. Interaksi dengan orang-orang dari
latar belakang agama yang berbeda juga menantang sudut pandang mereka dan membantu
mereka melihat betapa pentingnya nilai – nilai tersebut ketika berinteraksi dengan orang lain.
Pembelajaran lainnya adalah menyangkut pentingnya menempatkan diri pada kondisi orang lain
dan menantang prasangka seseorang.
Pada workshop ini draft materi diuji untuk pertama kalinya dan hanya bagian pengantar yang
telah selesai ditulis. Evaluasi workshop membawa banyak poin pembelajaran penting yang
membantu pembentukan konsep modul dan isinya. Berikut ini adalah ide – ide utama yang
digabungkan dalam versi final modul ini:
Ø Metodologi aktif dan partisipatif menjadi titik sentral pemeliharaan nilai-nilai etika.
Ø Memfasilitasi ruang untuk berbagi dan belajar bagi anak-anak dan remaja.
Ø Nilai-nilai kehidupan tidak harus dipilah tapi harus saling berhubungan.
Ø Modul harus memiliki pendekatan yang lebih regional dan harus ada ruang untuk input
regional dan sumber daya.
Ø Modul perlu mengidentifikasi masalah – masalah sosial dan membantu anak-anak dan remaja
memahami masalah dalam masyarakat.
Ø Nilai – nilai kehidupan hanya bisa dipupuk bukan diajarkan.
Ø Lebih banyak ruang yang diperlukan bagi individu untuk mengembangkan spiritualitas
mereka.
Ø Menyertakan sumber daya – sumber daya seperti kegiatan, cerita – cerita, dan studi kasus.
Bogota, Kolombia
5 – 8 Desember 2005
Anak-anak, remaja, dan dewasa dari Argentina, Bolivia, Kolombia, Ekuador dan Venezuela
bertemu selama empat hari dan membahas bagaimana rasa saling menghormati, empati,
rekonsiliasi dan tanggung jawab dapat diterapkan dalam konteks negara mereka, dan secara
khusus untuk isu pengungsian dan migrasi yang mempengaruhi wilayah Pegunungan Andes.
Workshop ini dirancang bagi pendidik untuk mempelajari kegiatan praktis baru, metodologi
berdasarkan nilai-nilai yang diusulkan, dan untuk meminta saran terkait perkembangan lebih
lanjut dari modul.
Pada hari pertama peserta mengeksplorasi identitas mereka sendiri agar dapat lebih memahami
diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Eksplorasi dilakukan dengan menggambar
diagram pohon yang membantu mengidentifikasi siapa diri mereka dan apa yang ingin mereka
capai dalam hidup. Suatu aktivitas dinamis tentang menemukan perbedaan dan persamaan di
antara para peserta juga digunakan untuk mengeksplorasi topik saling memahami.
Nilai empati dieksplorasi melalui kegiatan meditasi tentang perasaan peserta sendiri. Latihan ini
membantu mereka untuk terhubung dengan Bumi dan dengan orang-orang di sekitar mereka.
Dengan menempatkan diri secara fisik di siluet orang lain, peserta mampu menemukan arti
pentingnya empati. Setelah kegiatan, peserta melakukan diskusi untuk mengungkapkan
kesulitan menunjukkan rasa empati kepada mereka yang telah hak melanggar hak seseorang.
Peserta merefleksikan kebutuhan untuk melihat sisi kemanusiaan seseorang bahkan jika mereka
telah melakukan kejahatan.
Melalui analisa proses rekonsiliasi, peserta mempelajari bahwa konflik adalah bagian dari
realitas kita dan bahwa terdapat kebutuhan untuk transformasi konflik secara damai. Peserta
menggunakan studi kasus tentang rekonsiliasi dan menekankan pentingnya dialog jika ingin
hidup secara berdampingan.
Pada hari terakhir, peserta menganalisis isu pengungsian di wilayah tersebut. Peran dan tanggung
jawab dari masing-masing aktor sosial dipetakan. Peserta lalu membuat rencana aksi untuk Page | 228
melaksanakan pendidikan etika dalam konteks pengungsian. Workshop selalu dimulai dengan
doa untuk perdamaian di mana peserta menyanyikan lagu dan bersatu dalam keheningan.
Seluruh hasil workshop, metodologi yang digunakan, masukan dari peserta, dan refleksi dari
kelompok berkontribusi dalam pembentukan modul. Berikut ini adalah masukan – masukan
penting yang digabungkan dalam versi final modul ini:
Ø Gabungan anak-anak dan dewasa sangat baik untuk melakukan beberapa kegiatan.
Ø Perkenalkan kegiatan – kegiatan dan latihan – latihan yang dinamis dan partisipatif, seperti
musik, permainan, bermain peran, dan film.
Ø Keempat nilai yang telah disebutkan dapat dimasukkan ke dalam modul untuk memberikan
fleksibilitas dan memfasilitasi interkoneksi antara peserta.
Ø Berbagi pengalaman dan waktu untuk refleksi akan sangat diapresiasi dan dapat
diprioritaskan.
Ø Pentingnya metodologi yang memungkinkan ruang untuk anak-anak untuk memahami satu
sama lain dan untuk merefleksikan tentang diri mereka sendiri dan tentang dunia.
Page | 229
Page | 230
Workshop internasional dengan perwakilan dari Azerbaijan, Kolombia, Honduras, India, Israel,
Yordania, Kenya, Lebanon, Sri Lanka, Swedia, Inggris dan Republik Tanzania diselenggarakan
sebagai workshop uji coba pertama dari modul lengkap versi pertama.
Pemuda berusia 14 sampai 16 tahun terlibat dalam diskusi tentang identitas agama mereka
sendiri. Dengan saling berbagi pemahaman tentang agama dan ritual agama, mereka terlibat
dalam dialog intens yang membantu mereka terhubung dengan satu sama lain. Kunjungan antar
agama diselenggarakan dan peserta diberikan kesempatan untuk saling merasakan kondisi satu
sama lain.
Ketika melaksanakan kegiatan melukis baju, peserta merefleksikan hubungan mereka dengan
orang lain dan situasi yang mereka hadapi. Mereka menyatakan keinginan untuk membawa
perdamaian di dunia melalui persatuan, kepedulian, cinta dan saling menghormati. Diskusi
kelompok terfokus tentang rasa saling menghormati yang dilaksanakan di sekolah, di keluarga,
dan di lingkungan membantu mereka menganalisis bagaimana rasa saling menghormati dapat
diterapkan.
Malam budaya diselenggarakan dengan partisipasi beberapa pemuda dari Jenewa. Peserta
memiliki kesempatan untuk berbagi informasi tentang budaya dan keyakinan mereka.
Perwakilan pemuda dari Israel meninggalkan pesan kedamaian ketika berbicara tentang kegiatan
yang telah mereka laksanakan yang bertujuan untuk membina koeksistensi dan saling pengertian
di komunitas mereka di Israel.
Page | 231
Pada hari terakhir workshop, peserta belajar tentang berbagai jenis konflik dan bagaimana
konflik dapat berkembang dalam kondisi kekerasan. Mereka merefleksikan kebutuhan atas
rekonsiliasi untuk dapat menerapkan transformasi konflik. Salah satu pemuda menanyakan
perihal apa yang akan mereka lakukan jika mereka adalah korban kekerasan yang dilakukan oleh
orang lain.
Beberapa peserta berbagi pengalaman dimana mereka merasa sangat sulit untuk merespon
dengan cara damai dan menyatakan bahwa kekerasan terkadang sangat sulit untuk dihindari.
Selama diskusi, salah satu peserta dari India menunjukkan bagaimana Ghandi membawa
perdamaian ke India melalui perlawanan secara damai. Pada akhirnya, peserta merefleksikan
bahwa terdapat kebutuhan untuk memelihara perdamaian dari dalam diri untuk dapat
menanggapi situasi sulit.
Pada akhir workshop, para peserta berkomitmen untuk mengadakan pertemuan sekembalinya di
negara masing – masing dengan pemuda lainnya untuk membahas nilai-nilai yang telah
dieksplorasi selama workshop berlangsung.
Untuk pertama kalinya, modul pembelajaran diuji dalam lingkungan yang multikultural dan
multi-agama. Hal ini memungkinkan untuk mengidentifikasi milestone dan tantangan dalam
pelaksanaan modul. Berikut ini adalah masukan – masukan penting yang digabungkan dalam
modul:
Page | 232
Ø Mengembangkan transisi yang lebih jelas antara modul pertama dan kedua.
Ø Sesi terpisah untuk orang dewasa untuk memperkenalkan mereka untuk paket sumber daya.
Ø Lebih banyak ruang untuk memelihara spiritualitas melalui kegiatan introspektif.
Ø Memberikan ruang kepada peserta untuk berbagi tentang budaya dan keyakinan mereka.
Ø Perlu untuk menghubungkan kegiatan dengan lingkungan lokal dan realitas sosial.
Ø Menggunakan teknik pedagogis untuk melibatkan anak-anak dan pemuda dalam proses
refleksi.
Informasi tentang Workshop
Tempat John Knox Center, Jenewa
Jumlah peserta / fasilitator 16/4
Jumlah pemuda (15 - 19 tahun) 16
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Inggris/Bahasa Spanyol
Negara asal peserta Azerbaijan, Kolombia, Honduras, India,
Israel, Jordan, Kenya, Lebanon, Sri Lanka,
Swedia, Inggri, dan Republik Tanzania
Keyakinan peserta Buddha, Kristen (Anglikan, Katolik,
Ortodoks), Hindu, Islam, dan Yahudi
Teknik pedagogik Kesenian
Berbagi pengalaman
Kelompok Terfokus
Karyawisata
Permainan
Page | 233
India adalah tempat yang spesial untuk workshop uji coba ini karena kondisi masyarakat antar-
agama yang tinggi, masyarakat yang dinamis, dan isu-isu sosial yang mempengaruhi negara dan
semangat kewirausahaan masyarakatnya menciptakan lingkungan yang sangat baik untuk peserta
workshop dalam pengalaman belajar spiritual.
Peserta dari Kanada, India, Yordania, Lebanon, Maladewa, Nepal dan Sri Lanka dapat
menemukan lebih banyak tentang diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan orang lain dan
memelihara spiritualitas mereka. Setiap pagi, peserta datang bersama-sama untuk memanjatkan
doan dan bermeditasi. Di awal workshop, peserta bekerja dalam kelompok untuk membahas
kebutuhan untuk dapat saling menghormati dalam masyarakat serta sikap dan perilaku yang
diperlukan untuk hidup dalam keragaman.
Kunjungan antar-agama dilaksanakan dengan mengunjungi masjid, kuil Jain, Sikh Gurudwara,
gereja, dan kuil Hindu. Di setiap kunjungan peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan, berdoa, memainkan musik atau bermeditasi dan juga mengidentifikasi perbedaan dan
persamaan yang dimiliki masing – masing agama.
Peserta menjalankan aktivitas berupa kuis dengan diberikan pertanyaan “Apa yang saya tahu
tentang agama lain?”. Peserta dibagi menjadi kelompok dan menjawab pertanyaan terkait tempat Page | 234
ibadah yang telah mereka kunjungi. Para peserta juga membahas perlunya rekonsiliasi dan rasa
saling menghormati.
Peserta mencatat dalam learning logs mereka hal – hal yang telah mereka pelajari, pengalaman
yang mereka lalui dan dampak yang mereka rasakan selama workshop berlangsung.
Pada hari ketiga, peserta berkesempatan untuk mengunjungi desa-desa setempat dimana anak-
anak mempelajari proyek-proyek yang dijalankan oleh masyarakat, program pendidikan yang
diselenggarakan oleh LSM lokal, dan inisiatif yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk
mentransformasi masyarakat. Aktivitas yang berbasis pengalaman ini memberikan kesempatan
kepada peserta untuk memahami tanggung jawab individu dan kolektif yang dapat
mentransformasi dunia.
Musik, tarian dan puisi dipentaskan pada malam budaya, di mana peserta menunjukkan bakat
dan budaya mereka masing - masing. Pada hari terakhir, peserta bergabung dengan Coimbatore
Peace Festival bersama 250 anak-anak untuk membahas perlunya nilai-nilai etika dalam
masyarakat dan bagaimana mereka dapat bertindak sebagai penjaga perdamaian. Workshop
berakhir dengan pertunjukan musik dan para peserta menyanyikan sebuah lagu yang telah
mereka latih selama workshop yang mempromosikan persaudaraan dan perdamaian.
Page | 236
Pada workshop yang diselenggarakan di Spanyol, peserta terdiri dari orang dewasa dan anak-
anak dari beberapa wilayah di Spanyol yang mewakili umat Kristen, Komunitas Baha'i dan
Organisasi Brahma Kumaris. Ini adalah pertama kalinya modul diuji dengan peserta yang berasal
hanya dari satu negara.
Peserta dewasa dan remaja dipisah menjadi dua kelompok dan kemudian membahas topik
pertama dari modul yaitu, Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain, serta memberikan masukan
untuk pengembangan konten modul.
Selama hari pertama, para pemuda mengeksplorasi keragaman global yang diidentifikasi melalui
aktivitas Menggambar Peta, dan kemudian membahas perbedaan agama dan daerah yang
ditentukan. Para peserta mendapatkan pemahaman baru tentang bagaimana keberagaman agama
telah membentuk dunia dan bagaimana negara-negara yang telah secara tradisional mengantu
hanya satu agama pada perkembangannya merangkul agama – agama lain.
Page | 237
Melalui aktivitas permainan, peserta mendiskusikan martabat manusia dan kebutuhan untuk
saling menghormati dan memahami. Saat saling bertukar pendapat, peserta mengemukakan
tentang prasangka terhadap budaya dan agama lain serta tentang perlunya untuk memahami
orang lain. Mereka menganalisis penyebab masalah sosial yang terjadi di Spanyol dan
bagaimana masalah – masalah sosial tersebut mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Mereka membahas bagaimana mereka dapat lebih terbuka terhadap orang-orang yang
terkucilkan atau direndahkan.
Pada malam hari, peserta dewasa dan anak-anak melakukan aktivitas yang disebut kafe antar-
agama/interfaith cafe di mana mereka membahas prinsip-prinsip, perilaku dan sikap yang
diperlukan untuk hidup dalam harmoni dengan orang-orang yang berasal dari berbagai
keyakinan dan budaya. Setelah itu mereka mengikuti malam budaya di mana anak-anak
mementaskan tarian dan cerita khas dari daerah mereka.
Selama hari terakhir, peserta merefleksikan kebutuhan untuk menemukan kedamaian dari dalam
diri sendiri dan menempatkandiri pada posisi orang lain. Melalui kegiatan meditasi, peserta
menemukan koneksinya dengan alam, dengan peserta lain, dan merefleksikan perasaan dan
tanggung jawab mereka untuk membantu memecahkan masalah dan merespon secara damai atas
kebutuhan orang lain.
menegaskan kesediaan mereka untuk mengembangkan kegiatan lintas agama bagi pemuda
dengan tujuan untuk mempromosikan perdamaian dan persatuan di Spanyol.
Meditasi
Meja Bundar
Page | 239
Workshop satu hari diselenggarakan di Kyoto untuk anak-anak dan pemuda dari berbagai
wilayah GNRC di Ghana, Israel, Jepang, Yordania, Sri Lanka dan Republik Tanzania. Workshop
ini dilaksanakan bersamaan dengan the 8th World Assembly of the World Conference of Religions
for Peace (WCRP).
Sejumlah enam anak merepresentasikan Agama Tradisional Afrika, Buddha, Kristen, Hindu,
Islam dan Yahudi berkumpul bersama untuk belajar dengan cara yang interaktif tentang diri
mereka sendiri dan orang lain. Melalui metodologi introspektif, mereka mereflesikan tentang
hubungan mereka dengan orang lain.
Page | 240
Workshop ini dimulai dengan berbagai aktivitas yang memungkinkan peserta untuk saling
mengenal satu sama lain dan membahas mengapa mereka bergabung dalam workshop dan apa
yang mereka harapkan dari workshop ini. Sesi perkenalan ini membantu menciptakan suasana
yang nyaman untuk sesi workshop berikutnya.
Anak-anak diinstruksikan untuk menggambar pohon yang mewakili asal usul mereka, keluarga
mereka, kepentingan mereka, apa yang membuat mereka bahagia atau sedih dan apa yang paling
mereka sukai. Aktivitas yang disebut Pohon Kehidupan Saya/My Life Tree memberikan
kesempatan bagi mereka untuk refleksi dan introspeksi. Pada akhir aktivitas, mereka saling
memperlihatkan gambar dan mengeksplorasi perbedaan dan persamaan mereka.
Melalui aktivitas Mengurangi Wilayah Pulau/Diminishing Island, anak – anak belajar kebutuhan
untuk berbagi dan membantu orang lain. Mereka mendiskusikan bagaimana mereka semua
merupakan bagian dari kemanusiaan dan betapa pentingnya untuk menghormati orang lain dan
menempatkan diri pada posisi orang lain.
Anak-anak mengeksplorasi konflik dan bagaimana merespon orang – orang yang berada dalam
situasi yang berbeda. Mereka belajar tentang metode alternatif non-kekerasan dan melalui
berbagai aktivitas menemukan cara bagaimana mentransformasi kondisi dunia saat ini dan di
masa depan.
Pada sesi berbagi dan refleksi kolektif, anak-anak diperkenalkan tentang Kisah Sadako, seorang
gadis Jepang yang meninggal karena penyakit leukemia yang didapatkannya dari efek bencana
nuklir di Hiroshima. Selama tahun akhir kehidupannya, Sadako membuat lebih dari 1.000
burung bangau dari kertas dengan harapan keinginannya akan terkabulkan. Anak-anak
mendengarkan dengan seksama cerita tersebut dan kemudian belajar cara membuat burung
bangau dari kertas.
Anak-anak belajar tentang bagaimana burung bangau kertas telah menjadi simbol doa untuk
perdamaian di seluruh dunia. Mereka diberi waktu untuk menuliskan doa untuk perdamaian di
Page | 241
kertas yang mereka digunakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk refleksi dan
membuat aktivitas membuat bangau kertas menjadi momen spiritual di mana para peserta bisa
berpikir tentang kisah Sadako dan efek dari bencana nuklir di Hiroshima.
Perjalanan Bersama Menuju Perdamaian adalah tema Workshop yang diselenggarakan di Dar Es
Salaam di mana peserta dari Kenya, Uganda dan Republik Tanzania berkumpul untuk membahas
bagaimana mereka bisa menjadi penjaga perdamaian dan promotor toleransi di negara mereka.
Page | 243
Workshop ini diadaptasikan dengan lingkungan regional dan budaya serta dikaitkan dengan
aktivitas lokal dan isu-isu sosial dalam konteks Afrika Timur. Perwakilan peserta dari agama
yang berbeda yang juga terlibat dalam dialog antar-agama turut mendukung keterbukaan dalam
memeluk agama dan kepedulian kepada orang lain.
Perjalanan dimulai dengan sesi mengenal diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Aktivitas worskhop dilaksanakan dengan menekankan identitas peserta dan perbedaan serta
persamaan mereka dengan orang lain. Diskusi tentang perbedaan memberikan kesempatan
kepada peserta untuk mengidentifikasi masalah – masalah yang muncul dalam lingkungan sosial
mereka dikarenakan kurangnya rasa saling menghormati antar satu sama lain. Melalui aktivitas
pemecahan masalah, The Ethical bank, peserta mengidentifikasi penyakit sosial, seperti korupsi
dan kekerasan terhadap anak kemudian membahas bagaimana hal tersebut dapat merusak
kemanusiaan. Para peserta juga membahas cara-cara kreatif untuk mentransformasi situasi
tersebut.
Para peserta menyiapkan pertunjukan drama untuk menunjukkan betapa sulitnya suatu kondisi
ditransformasi secara damai. Anak – anak juga membahas perundungan/bullying, pengucilan
sosial dan diskriminasi, dan isu-isu lain untuk kemudian merefleksikannya dalam perilaku dan
sikap mereka sendiri. Mereka menyorot pentingnya empati dan juga mempelajari budaya orang
lain melalui permainan dan simulasi yang melatih praanggapan mereka dan keberagaman.
Peserta memiliki kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat ibadah dari agama yang berbeda
dan menemukan persepsi dan ide-ide terkait keberagaman agama. Mereka mendapati kunjungan
antar-agama membuat mereka mempelajari bahwa Kehadiran Ilahi dapat muncul dari banyak
wajah dan dipahami dengan cara yang berbeda-beda oleh setiap orang.
Pada hari terakhir workshop, peserta belajar tentang transformasi konflik dan bagaimana konflik
dapat dipahami dan dianalisis. Aktivitas Diminishing Islands membuat peserta memahami bahwa
terkadang kita mengucilkan orang lain secara tidak sadar hanya untuk mendapatkan apa yang
kita butuhkan atau inginkan dan mereka juga mempelajari pentingnya berbagi dan merangkul
Page | 244
orang lain melalui aktivitas tersebut. Sesi diskusi juga dilaksanakan dengan narasumber dari
inisiator GNRC Peace Clubs di Republik Tanzania yang berbagi pengalaman terkait pengalaman
hidupnya yang menantang dan bagaimana pengalaman dalam menentukan nasibnya telah
memberikan inspirasi untuk mempromosikan hak – hak anak dan inisiatif perdamaian di
kalangan pemuda Republik Tanzania.
Sesi akhir workshop ini diisi dengan kegiatan api unggun di mana anak-anak dan orang dewasa
berkumpul di sekitar api unggun tradisional Afrika dan menggunakan drum untuk berkomunikasi
dan saling menghibur.
Suasana yang dibentuk merupakan pengingat warisan Afrika di mana ruang spiritual diciptakan
oleh tetua Afrika untuk mewariskan nilai-nilai etika yang penting dan abadi dan untuk
mendamaikan pihak yang sedang berkonflik.
23 – 25 Januari 2007
Workshop pengungsian dan migrasi mengumpulkan orang tua, pemuda, dan anak-anak dari
Kolombia dan Ekuador. Modul disesuaikan dengan tema workshop dan peserta dari denominasi
Kristen yang berbeda dan dari Keyakinan Baha'I membahas tantangan etika yang dihadapi oleh
masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan Kolombia dan Ekuador.
Setiap pagi, sebelum kegiatan dimulai, peserta berkumpul untuk mengheningkan cipta, meditasi
dan berdoa untuk perdamaian di wilayah mereka. Beberapa sesi dilaksanakan menggabungkan
peserta anak-anak dan dewasa sementara di sesi lain dimana kegiatan yang dilaksanakan lebih
banyak eksplorasi dan diskusi, peserta melaksanakan kegiatan secara terpisah.
Workshop dibuka dengan sesi identitas budaya dimana peserta dibagi ke dalam kelompok dan
diminta untuk menggambar peta Kolombia atau Ekuador dan kemudian mengidentifikasi
kekhasan dari negara yang digambar seperti benda – benda khas, aktivitas khas, makanan, dan
gambar – gambar. Para peserta terlibat dalam diskusi tentang asal usul kedua negara serta
perbedaan dan persamaan kedua negara. Kegiatan ini membantu menciptakan koneksi antar para
peserta.
Pada sore hari, peserta terlibat dalam pembahasan keragaman dan mengidentifikasi isu
pengungsian dan migrasi berdasarkan pengalaman, pandangan agama, dan latar belakang etnis
dan sosial mereka. Keanekaragaman ditegaskan sebagai realitas yang memperkaya kemanusiaan
dan perlu diterima dengan baik.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam workshop adalah malam budaya yang diisi dengan
musik Ekuador dan Kolombia. Para peserta menari, menyanyi, dan bercerita dengan satu sama
lain. Kegiatan ini memberikan kesempatan yang baik bagi para peserta untuk menikmati malam
khas Latin dan menciptakan koneksi antar peserta. Hari berikutnya, para peserta mengunjungi
salah satu komunitas lokal di daerah San Lorenzo yang memberikan kesempatan bagi para
peserta untuk mempelajari situasi yang sedang dihadapi masyarakat Kolombia dan Ekuador yang
Page | 247
tinggal di sana. Mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang lokal dan
membahas isu-isu sosial dengan tokoh masyarakat dan serta belajar tentang inisiatif dan proyek-
proyek yang mereka jalankan.
Pada hari terakhir workshop, peserta memetakan konflik – konflik yang timbul antara
masyarakat Kolombia dan Ekuador di wilayah tersebut. Melalui studi kasus dan aktivitas
bermain peran, peserta menganalisis kemungkinan penyebab dan konsekuensi dari konflik serta
belajar tentang alternatif non-kekerasan yang ditujukan untuk mengtransformasi konflik yang
terjadi. Anak-anak berbagi pengalaman terkait kekerasan yang mereka hadapi sehari – hari di
sekolah dan di komunitas mereka. Mereka membahas kemungkinan solusi dan merefleksikan
tanggung jawab yang mereka emban.
Ø Penggunaan modul untuk meningkatkan kerjasama antar-agama dalam isu sosial tertentu.
Ø Menginklusi metodologi yang mendorong partisipasi dan inklusivitas.
Ø Pentingnya mempersiapkan orang dewasa, guru dan fasilitator untuk menggunakan modul
dalam kondisi yang berbeda.
Page | 248
Page | 249
25 anak-anak dari El Salvador yang mewakili agama Keyakinan Baha'i, Buddha, Kristen, Tradisi
Adat, Islam, dan Yahudi, berkumpul dengan orang dewasa yang mewakili organisasi-organisasi
keagamaan untuk memupuk spiritualitas mereka dengan belajar untuk lebih memahami satu
sama lain. Melalui workshop mereka menemukan cara-cara damai untuk mengtransformasi
situasi kekerasan dan mengembangkan kapasitas mereka untuk bekerja sama dalam menjaga
perdamaian di masyarakat mereka, meskipun mereka berbeda.
Pada hari pertama, peserta menggambar siluet mereka dan mengeksplorasi siapa diri mereka dan
bagaimana identitas mereka dibentuk oleh pengalaman mereka kemudian mereka berbagi
refleksi dengan satu sama lain. Permainan kooperatif dilaksanakan untuk mengeksplorasi cara –
cara dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan merenungkan keunikan setiap
individu. Peserta menyimpulkan bahwa sangat mungkin untuk bekerja sama ketika mereka
belajar untuk saling menghormati dan menghargai perbedaaan dengan pikiran dan perasaan
terbuka.
Setelah kegiatan, peserta dibagi dalam kelompok dan diminta untuk membuat lambang persatuan
yang dapat menunjukkan perbedaan dan persamaan antara anggota kelompok masing-masing.
Kegiatan ini membantu mereka untuk mengenal satu sama lain dan menilai orang lain
Diskusi tentang realitas dan tantangan membantu peserta untuk membuka diri dalam berbagi
Page | 250
pengalaman pribadi mereka. Peserta saling berbagi dan menceritakan dan mendiskusikan tentang
permasalahan keluarga, permasalahan saudara kandung yang merupakan bagian dari Maras
(Geng), dan situasi kekerasan.
Beberapa sesi dilaksanakan untuk membahas konflik kekerasan yang terjadi di El Salvador dan
alternatif non-kekerasan. Sesi ini mendorong kreatifitas dan keterampilan berpikir kritis peserta
untuk mencairkan perbedaan dengan orang lain dan untuk belajar cara – cara menantang
praanggapan dan stereotip. Melalui studi kasus, bermain peran dan diskusi, mereka memetakan
konflik yang mempengaruhi mereka dan mengidentifikasi cara – cara yang mungkin
untukmentransformasi konflik secara damai.
Melalui kegiatan silent journey, peserta menjelajahi wilayah – wilayah di tempat workshop
berlangsung dan mengidentifikasi masing-masing tempat dengan warna tertentu. Setiap warna
membuat mereka merenungkan kehidupan mereka, hubungan mereka dengan orang lain dan
dengan alam serta sikap rekonsiliasi yang diperlukan untuk membawa perdamaian dalam
lingkungan sosial mereka. Aroma, suara, dan musik membantu proses introspeksi dan
memungkinkan peserta untuk sementara waktu menjauhkan diri dari rutinitas dan kesibukan
mereka sehari-hari.
Doa dari masing – masing agama yang dipanjatkan dan aktivitas bersemedi membantu
menciptakan suasana spiritualitas peserta dan kebutuhan untuk menemukan kedamaian dari
dalam diri yang pada akhirnya ditujukan untuk membentuk perdamaian dalam masyarakat.
anak-anak dan remaja. Anak-anak menyarankan untuk memasukkan lebih banyak permainan dan
aktivitas doa pada workshop berikutnya, sedangkan peserta dewasa menyarankan untuk
mengadakan pertemuan terkait pendidikan etika bagi orang tua. Setelah workshop,para pemuda
membentuk sebuah blog (http://www.gnrcelsalvador.blogspot.com/) yang ditujukan sebagai
Page | 251
sarana berbagi pengalaman dan untuk menjaga komunikasi antar peserta.
Meditasi
Pemecahan Masalah
Bermain Peran
Page | 252
38 orang dewasa dan anak-anak yang mewakili Keyakinan Baha'i, denominasi Kristen, Gerakan
Hare Krishna dan Yahudi berkumpul selama tiga hari untuk menganalisis dan merefleksikan isu
kekerasan terhadap remaja di Panama.
Pada hari pertama, api unggun dinyalakan untuk menyambut para peserta. Lagu – lagu
dinyanyikan, gitar dan simbal dimainkan, gelak tawa, doa - doa, puisi dan puji – pujian terdengar
dan terbaur sehingga membentuk suatu koneksi dan rasa saling menghormati antar peserta.
Peserta mendiskusikan kebutuhan untuk menghormati pendapat orang lain dan saling memahami
melalui kegiatan yang disebut I Stand For. Para peserta mengemukakan pendapat yang berbeda –
beda terkait topik yang mempengaruhi mereka dan menyatakan prinsip atas apa yang mereka
percayai. Kegiatan ini melatih sudut pandang mereka dan mendorong mereka untuk dapat
menghormati pendapat orang lain walaupun mereka tidak sependapat.
Peserta juga membahas terkait dilema etika dan merefleksikan tentang bagaimana membuat
keputusan yang etis. Dengan saling berbagi pengalaman, para peserta merefleksikan kebutuhan Page | 253
untuk berempati dan saling menghormati agar mampu membuat keputusan yang berdasar.
Para peserta memetakan jenis - jenis kekerasan yang dialami dan diperbuat oleh pemuda, serta
ketika pemuda menjadi korban kekerasan dalam lingkungan mereka sendiri. Para peserta juga
mencari tahu penyebab, konsekuensi dan potensi dari kekerasan yang dapat mereka transformasi.
Disfungsi keluarga, kekerasan dari orang tua, dan tidak adanya teladan diidentifikasi menjadi
penyebab utama kekerasan remaja. Melalui kegiatan bermain peran, peserta menganalisis
alternatif non-kekerasan yang dapat digunakan untuk menanggapi situasi kekerasan dan
menurunkan tingkat kekerasan yang mempengaruhi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Pada sesi terakhir workshop, kegiatan introspektif dilaksanakan dengan tujuan memberikan
kesempatan pada peserta untuk bermeditasi dan merenungkan tentang kehidupan mereka,
hubungan mereka dengan orang lain, dan sikap mereka. Para peserta kemudian menceritakan
hasil refleksi mereka dan menyimpulkan bahwa mengenali diri mereka sendiri dan bagaimana
mereka berhubungan dengan orang lain sangat penting untuk dipahami.
Pada salah satu sesi berbagi pengalaman, salah satu peserta bercerita tentang Knight in Rusty
Armour, yang berkisah tentang jenis baju zirah yang dibawa untuk melindungi diri dari orang
lain dan mencegah kita untuk menunjukkan diri kita sebenarnya. Peserta tersebut mendorong
peserta lain untuk lebih membuka diri dan menemukan identitas sejati serta makna kehidupan
mereka. Kegiatan ini memberikan kesempatan yang baik bagi para peserta untuk refleksi diri dan
interaksi mereka dengan orang lain.
Peserta dewasa mengusulkan pengembangan program pendidikan etika untuk keluarga dan
menyertakan orang tua dalam diskusi tentang etika dengan anak-anak. Perwakilan dari
Kementerian Sosial dan Kesehatan di Panama menunjukkan minat mereka untuk bekerja sama
dengan GNRC dalam mempromosikan pendidikan etika untuk mencegah kekerasan remaja di
Page | 254
negara tersebut.
28
Alat yang digunakan untuk berkonsentrasi selama bersemedi, biasanya berbentuk lukisan diatas kain atau
lukisan di atas tanah yang digambari dengan taburan beras berwarna (KBBI)
Section 7
Referensi
Kumpulan Sumber
Kumpulan Kisah
A Chinese folk tale – Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtue, Series One.
The boy who cried ‘Wolf’ – Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtues, Series
One. Garborg’s Inc., Bloomington, 1995, pp.34-36.
The courage to be – Adapted from the story of Peggy Monague, Christian Island, Ontario. Page | 256
Wilson, Lois Miriam. Miriam, Mary and Me. Wood Lake Books Inc., Winfield, 1992,
p.62.
The mice that ate iron – Panchatantra-The Mice that ate Iron (1999). Tersedia di: http://
www.indiaparenting.com/stories/panchatantra/panch009.shtml
The beggar man – Elbert Hubbard’s Scrap Book. Wm. H. Wise & Co., Roycroft Distributors,
New York City, 1923, p.9.
The nothing beyond – Kenneth Cragg: The Wisdom of the Sufis, London, 76, p.8.
The salt doll – Anthony Bloom: Living Prayer, Libra, London, 1966, pp.105-106.
The ghoul – By Taghreed A. Najjar, Al-Salwa Publishing House, published 2002, Bagian
no.5.0 D 953.
The blind men and the elephant – Kuo, Louise and Kuo, Yuan-Hsi (1976), “Chinese Folk
Tales,” Celestial Arts: 231 Adrian Road, Millbrae, CA 94030, pp. 83-85. Tautan dibawah ini
adalah versi lain dongeng ini:
Puisi
Speak to us children. Khalil Gibran “The Prophet”, pada judul “Children” Arrow Books
Ltd. New York, 1991.
Children learn what they live. Dorothy Law Nolte. Workman Publishing Company.
New York, 1998.
Puisi dari anggota GNRC youth, nama penulis terdapat pada bagian bawah puisi.
Studi Kasus
Studi kasus 1 Chris’s Bad Morning, ha;aman 139 – Diadaptasi dari Learning the Skills of
Peacemaking, Naomi Drew, Jalmar Press, Rolling Hills Estates, California, 1987. Page | 257
Studi kasus 3 Ana’s Story, page x – Diadaptasi dari testimonies of internally displaced people
from the International Committee of the Red Cross, http://www.cicr.org/web/spa/sitespa0.
nsf/iwpList2/Home?OpenDocument
Dilema moralitas
Protecting a lie and life boat, halaman 145 and 147 – Diadapatasi dari Moral Reasoning, by
Victor
Grassian, Prentice Hall, 1981, 1992.
The Price of a life, halaman 146 – Diperoleh dari Kohlberg, Lawrence. Koleksi Papers on Moral
Development and Moral Education. Cambridge: Moral Education and Research Foundation,
Harvard University Education Foundation, 1973.
Simpulan dari CRC dan the UDHR deiperoleh dari the UN Flag, Assemblies for
citizenship in Secondary Schools, UNICEF UK, 2005.
Buku panduan mendongeng. Inez Ramsey, Professor Emeritus James Madison University,
http://falcon.jmu.edu/~ramseyil/storyhandbook.htm
12 Skill untuk transformasi konflik. Diapatasi dari versi yang digunakan oleh Ms. Amada
Benavides. Escuelas de Paz, Colombia.
Safe you, Safe Me, a resource for child safety. Save the Children. Contribution to the United
Nations Secretary-General’s Study on Violence against Children. 2006, http://www.
violencestudy.org/IMG/pdf/safeyoufinal.pdf
Service Learning: Lessons, Plans and Projects. Human Rights Education Program, Amnesty
International and Human Rights Education Associates, HREA, March 2007
My Life tree, page 65 – Diadaptasi dari Jag & Du, Dioceses of Lund, 2004.
Reach for the stars, halaman 77 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Fundación Escuelas
de Paz,
Bogotá – Colombia.
Using role playing, halaman 85 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Centre San
Bartolome de las
Casas. El Salvador.
Your Silhouette is Mine, halaman 69 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Fundación
Escuelas de
Joyful Appreciation, halaman 105 – Diadaptasi dari versi yang diajarkan oleh seorang Thai
master.
Diminishing Islands, halaman 114 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Dr. Mustafa Ali, Page | 259
United
Republic of Tanzania, Africa.
Ball in the Air, halaman 115 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Centre San Bartolome
de las Casas.
El Salvador.
Daftar Kata
Etika: Sebuah cabang utama filsafat. Ini adalah studi tentang nilai-nilai dan kebiasaan seseorang
atau kelompok dan mencakup analisis dan konsep benar dan salah, baik dan buruk, dan tanggung
jawab. Etika adalah keyakinan, ide, teori dan refleksi mendasar pada pertanyaan penting, yang
memfasilitasi pengaturan standar.
Moral: Berlaku untuk perilaku manusia; mengacu pada apa yang baik dan apa yang tidak baik
untuk dilakukan. Moral disajikan dalam aturan untuk perilaku dan ekspresi moral yang baik
disebut "kebajikan." Ada aspek pribadi atau individu tersirat dalam konsep moral. Moral
memiliki aspek praktis, menginstruksikan seseorang untuk apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan.
Nilai: Nilai yang diterima oleh individu atau kelompok - (personal dan kultural); berupa
prinsip, standar, atau kualitas yang membimbing kelakuan manusia
Nilai-nilai pribadi Page | 260
Nilai-nilai pribadi berkembang dari pengalaman dengan dunia luar dan dapat berubah dari waktu
ke waktu. Integritas dalam penerapan nilai-nilai mengacu pada kontinuitas.Seseorang memiliki
integritas jika ia mengaplikasikan nilai-nilai secara tepat terlepas dari pengaruh dari orang lain.
Nilai-nilai pribadi yang dikembangkan sejak dini kehidupan mungkin resisten terhadap
perubahan. Nilai-nilai tersebut berasal dari kelompok atau sistem tertentu, seperti budaya, agama,
dan partai politik. Namun, nilai-nilai pribadi tidak universal seseorang , keluarga, bangsa dan
lingkungan sejarah menentukan nilai-nilai pribadi seseorang. Ini tidak untuk mengatakan bahwa
konsep nilai sendiri tidak universal, hanya setiap individu memiliki konsepsi yang unik dari
nilai-nilai tersebut yaitu pengetahuan pribadi dari nilai-nilai yang sesuai dengan perasaan dan
pengalaman.
Nilai-nilai budaya
Kelompok, masyarakat, agama dan budaya memiliki nilai-nilai yang sebagian besar dimiliki oleh
anggotanya. Anggota berbagi budaya bahkan jika nilai-nilai pribadi masing-masing anggota tidak
sepenuhnya sama dengan beberapa nilai normatif dalam budaya. Jika seorang individu
mengungkapkan nilai yang bertentangan serius dengan norma-norma kelompok mereka, otoritas
kelompok dapat melakukan berbagai cara stigma
Kategori
Nilai dapat dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut:
Nilai-nilai dan kebiasaan sehat - Nilai Sensual dan Operasional - nilai Sensual yang adalah nilai-
nilai individu dan fungsional atau disfungsional bagi kelangsungan hidup. Nilai-nilai tersebut
sensitif atau tidak sensitif tergantung pada kematangan emosi seseorang. Nilai-nilai operasional
adalah nilai-nilai individu dan fungsional atau disfungsional untuk kelangsungan hidup fisik
seseorang. Nilai-nilai aktif atau tidak aktif tergantung pada perkembangan fisik seseorang. Nilai-
nilai dan kebiasaan yang sehat diperoleh melalui kepuasan pribadi, praktek dan pengalaman
seseorang.
> Nilai-nilai dan norma-norma moral - Nilai Tradisional Sosial dan Keagamaan / - nilai sosial
adalah nilai-nilai keluarga / kelompok dan fungsional atau disfungsional untuk kelangsungan
hidup keluarga / kelompok. Nilai-nilai tradisional adalah nilai-nilai interpersonal dan fungsional
atau disfungsional untuk bertahan hidup impersonal luar keluarga / kelompok. Nilai-nilai toleran
tergantung pada kedewasaan agama / tradisi ini. nilai-nilai moral yang diperoleh melalui
dorongan, instruksi dan pengalaman interpersonal.
> Nilai-nilai etis dan perilaku - Nilai Ekonomi dan Politik - nilai ekonomi adalah nilai-nilai
nasional dan fungsional atau disfungsional bagi kelangsungan hidup bangsa. Nilai-nilai produktif
atau tidak produktif tergantung pada pembangunan ekonomi bangsa. nilai politik adalah nilai-
nilai nasional dan fungsional atau disfungsional untuk survival nasional. Nilai-nilai progresif atau
regresif tergantung pada perkembangan politik suatu negara. nilai-nilai etika yang diperoleh
melalui penghargaan, pendidikan dan pengalaman interpersonal.
> Nilai sejarah dan perilaku - Estetika dan Teoritis Nilai - nilai Aesthetic adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang fungsional atau disfungsional untuk kelangsungan hidup manusia. Nilai-nilai
indah atau jelek (bermakna atau tidak-bermakna) tergantung pada perkembangan artistik
manusia. nilai-nilai teoritis adalah nilai-nilai manusia yang benar atau salah untuk kelangsungan
hidup manusia tergantung pada pengembangan ilmu pengetahuan manusia. nilai-nilai historis
yang diperoleh melalui inspirasi, kognisi dan pengalaman kreatif. Page | 261
Kebajikan: keunggulan moral seseorang. Sebuah kebajikan adalah suatu sifat karakter dihargai sebagai
baik.
Interfaith: Mengacu pada interaksi kooperatif dan positif antara orang dari tradisi yang berbeda
agama.Baik pada tingkat individu dan institusi, yang mengarah ke toleransi dan saling
menghormati.
Akronim
Anggota Dewan
Dr. A. T. Ariyaratne
Founder and President of the Sarvodaya Shramadana Movement, Sri Lanka
Mr. Adolfo Perez Esquivel
Swami Agnivesh
Former Chairperson, United Nations Trust Fund on Contemporary Forms of Slavery, India
Freelance Inspector / Educational and Management Consultant Trustee and Vice Chair / International
Interfaith Centre, Oxford, United Kingdom
Secretary-General, Saudi National Commission for Education, Culture and Science, Saudi Arabia
Page | 264
Dr. Kezevino Aram
Director, Shanti Ashram, India
Dr. Wesley Ariarajah
Professor, Ecumenical Theology, Drew University Graduate and Theological Schools, United States
Professor Alicia Cabezudo
Director, Educating Cities Latin America, Argentina
Koordinator GNRC
Afrika
Dr. Mustafa Yusuf Ali
GNRC Office Coordinator, GNRC Africa Secretariat
Arab Region
Rev. Dr. Qais Sadiq
President of the Ecumenical Studies Center in Jordan
Central Asia and Caucasus
Ms. Razia Sultan Ismail Abbasi International Convenor and
Founding Charter Member, Women’s Coalition for Peace and
Development with Dignity
Europe
Ms. Marta Palma
Advisor on Children’s Issues to the General Secretary of the World Council of Churches
Latin America and the Caribbean
Ms. Mercedes Roman
Women and Children’s Desk, Maryknoll Office for Global Concerns
South Asia
Dr. Vinya S. Ariyaratne
Executive Director, Sarvodaya Shramadana Movement of Sri Lanka
Israel
Ms. Dorit Shippin
Coordinator Doumia – Sakinah. The Pluralistic Spiritual Center, Neve-Shalom / Wahat al-Salam
Page | 266
Lampiran
Formulir Evaluasi
Logistik
Rank 1 – 5 Komentar
(5 tertinggi)
Tempat pertemuan
Akomodasi
Makanan
Materi
Komentar Lainnya
Page | 267
Isi Materi
Apakah tujuan dari workshop jelas?
Pengetahuan
Apa pembelajaran utama dari
lokakarya ini?
Page | 268
REKOMENDASI
Aku tahu apa kemampuan dan Jika jawaban Anda adalah ya,
keterampilan saya bagaimana Anda
menggunakannya?
Page | 269
Saya bangga pada diriku Jelaskan
sendiri, keluarga saya, budaya
saya dan keyakinan saya
Saya tahu orang-orang yang Jika jawaban Anda adalah ya, apa
mempunyai budaya dan yang Anda tahu tentang mereka?
keyakinan lain
Saya kenal dengan masalah Jika jawaban Anda adalah ya, yang
kekerasan dan kurangnya mana?
pemahaman di sekolah dan
lingkungan saya
Aku tahu tentang prakarsa Jika jawaban Anda adalah ya, yang
perdamaian di komunitas saya mana?
B. Jawab Benar Atau Salah untuk pernyataan berikut dan sebutkan alasannya
Page | 271
C. Pikirkan tentang situasi berikut dan bagaimana Anda akan bertindak atau
menanggapi situasi tersebut.
Seseorang menghina keyakinan
dan budaya keluarga Anda.
Bagaimana reaksi Anda?
Catatan
Belajar untuk Hidup Bersama adalah program antarbudaya dan antaragama untuk pendidikan etika, yang
dirancang untuk berkontribusi pada realisasi hak anak untuk pengembangan pada fisik, mental, spiritual,
moral dan sosial, dan pendidikan sebagaimana yang diatur pada United Nations Convention on the Rights
of the Children (CRC), dalam pasal 26.1 dari Universal Declaration of Human Rights (UDHR), World Page | 273
Declaration on Education for All and in the Millennium Development Goals (MDG).
Belajar untuk Hidup Bersama memberikan tokoh pemuda dan pendidik dunia dengan alat untuk program
antar budaya dan antar agama, dimana anak-anak dan orang muda dapat mengembangkan etika yang
lebih kuat. Hal ini dirancang untuk membantu kaum muda memahami dan menghormati orang-orang dari
budaya dan agama lain untuk memelihara komunitas global. Modul ini telah dikembangkan dalam
kerjasama dengan UNESCO dan UNICEF