Anda di halaman 1dari 275

Learning to Live Together

An Intercultural and Interfaith Programme


for Ethics Education

-> Contents
Learning to Live Together

Learning to Live Together


An Intercultural and Interfaith
Programme for Ethics Education

Interfaith Council on Ethics Education for Children


Global Network of Religions for Children
Arigatou Foundation

In cooperation with and endorsed by UNESCO and UNICEF


Anak-anak dan Pendidikan Etika
Pada bulan Mei 2000, Arigatou Foundation meresmikan Jaringan Keagamaan secara global
untuk anak-anak (GNRC). Jaringan ini memiliki visi meningkatkan kerjasama diantara orang-
orang yang memiliki perbedaan agama untuk ikut terlibat dalam aktivitas pemenuhan hak
anak-anak dan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. GNRC bekerjasama
dengan orang religius serta lembaga internasional, pemerintah, LSM, mahasiswa, laki-laki,
perempuan, dan anak-anak dari berbagai kalangan. Jaringan ini telah menumbuhkan gerakan
global untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk anak-anak di abad 21 melalui
sosialisasi dan kolaborasi tersebut. Komunitas internasional secara antusias telah menyambut
inisiatif lintas agama yang ditujukan khusus untuk anak-anak. Dan Arigatou Foundation
bekerjasama dengan PBB dalam pemenuhan hak anak-anak tersebut. Pada bulan Mei 2002,
Takeyasu Minamoto, Pemimpin Myochikai dan Presiden Arigatou Foundation, serta
inagurator dari GNRC, membuat pernyataan atas nama GNRC kepada pleno di Sidang
Majelis Umum PBB tentang anak-anak.

Dalam sambutannya, Pdt. Miyamoto mengusulkan pembentukan Dewan Pendidikan Etika


Antaragama untuk anak-anak. Dewan tersebut terdiri dari orang yang beragama, pendidik,
dan orang dengan profesi lain, akan bekerja sama dengan PBB untuk meningkatkan
perkembangan spiritualitas pada anak—nilai etika, dan rasa saling menghormati terhadap
orang yang berbeda agama dan budaya—bagian penting dari pendidikan berkualitas tertera di
dalam dokumen perjanjian khusu dan menghasilkan ide ‘Dunia yang layak untuk Anak-anak’.
GNRC mengadakan pertemuan rutin untuk mengekplorasi ide tersebut. Para undangan terdiri
dari ahli etika dan pendidikan, perwakilan dari UNICEF dan UNESCO, serta pemimpin yang
berpengaruh dan akademisi. Pada bulan May 2004, diadakan forum kedua GNRC di Jenewa,
Swiss, dan secara bersamaan, berkat dukungan dari Pdt. Miyamoto, Dewan Pendidikan Etika
Antaragama untuk anak-anak telah resmi didirikan,

Bagaimana Learning to Live Together dikembangkan


Dewan Pendidikan Etika Antaragama untuk anak-anak mempromosikan pendidikan etika
melalui pemahaman antarbudaya dan antargama dengan tujuan membantu komunitas dan
masyarakat hidup damai berdampingan dengan saling menghormati dan menghargai sesama
manusia. Dalam semangat seperti inilah, pemahaman tentang hidup berdampingan
dikembangkan.
Adanya keinginan untuk mempromosikan kerjasama yang tulus antar orang-orang dari agama
yang berbeda menyebabkan Dewan Pendidikan Etika Antaragama untuk anak-anak
melibatkan para tokoh agama, pendidik atau akademisi dari agama dan tradisi sekuler yang
berbeda untuk bekerjasama mengembangkan ide kebersamaan ini. Kelompok ini terinspirasi
oleh sebuah pemahaman mengenai ‘keragaman sebagai kekayaan’, sehingga memungkinkan
untuk memahami orang lain dan juga diri sendiri. Belajar untuk hidup berdampingan tentunya
mengacu pada suatu perjanjian menyeluruh yaitu demi melindungi martabat kemanusiaan.
Tujuan yang akan dicapai berdasarkan perjanjian tersebut adalah untuk memperkuat
komitmen keadilan bagi anak-anak, menghormati hak asasi manusia, dan membangun
hubungan yang hamonis antara individu dan di dalam masyarakat, Belajar untuk hidup
berdampingan melengkapi tokoh pemuda dan pendidik di seluruh dunia dengan berbagai misi
lintas budaya dan agama, dengan demikian anak-anak dan kaum muda mampu meningkatkan
esensi etika mereka. Hal ini dirancang untuk membantu kaum muda memahami dan
menghormati orang lain dengan budaya dan agama yang berbeda serta memupuk kesadaran
sebagai bagian dari komunitas global. Ide ini telah dikembangkan dengan dukungan erat dari
UNICEF dan UNESCO.
Judul Pembelajaran untuk hidup berdampingan dipilih berdasarkan empat pilar pembelajaran:
The Treasure within, yang berisi laporan ke UNESCO dari Komisi Pendidikan Internasional
untuk abad 21, diajukan oleh Jacques Delors.1
Dimana pembelajaran untuk hidup berdampingan dapat diaplikasikan
Pembelajaran hidup berdampingan telah dikembangan untuk diaplikasikan pada agama yang
berbeda dan konteks sekuler sehingga dapat dijadikan sebagai sumber daya yang penting
diperhatikan oleh setiap orang karena menyangkut peningkatan etika dan martabat. Sesuai
dengan tujuannya, yaitu untuk mengembangkan sumber daya yang relevan pada tingkat
global dan cukup fleksibel untuk diintepretasikan dalam konteks budaya dan sosial yang
berbeda.
Sumber daya tersebut telah diuji di berbagai wilayah dan konteks budaya yang berbeda untuk
memastikan bahwa penerapannya relevan di konteks lokal dan regional (silakan lihat ‘Kita
melakukannya dengan cara seperti ini’ hlm.187). Workshop telah diselenggarakan di 10
negara yang berbeda, GNRC mampu menyatukan berbagai agama dan organisasi sekuler
untuk bekerjasama dengan anak-anak. Selama workshop, panduan ini telah diterapkan untuk
kepentingan lebih dari 300 anak-anak dan remaja, yang mewakili Agama tradisional Afrika,
kepercayaan Bahá'í, Buddha, Kristen, Hindu, Islam, Yahudi, anggota Brahma Kumaris dan
sejumlah orang dengan pemikiran sekuler. Workshop sebagaiman halnya dengan saran dan
komentar dari para pakar di bidang pendidikan, etika, spiritualitas, budaya dan pembelajaran
antaragama serta hak anak telah memberikan kontribusi penting berupa pengalaman dan
kesempatan untuk belajar sehingga dapat mengembangkan sumber daya ini.
Pembelajaran untuk hidup berdampingan telah memiliki pengaruh. Di dalam program GNRC
di Israel, materi sumber telah diterapkan selama 6 hari perjalanan ke situs sejarah Israel dan
Palestina oleh kaum muda Yahudi, Kristen, dan Muslim, yang memiliki relevansi simbolik
terhadap konfilik di wilayah mereka. Di setiap pemberhentian, peserta muda tersebut
membahas nilai, norma dan perbedaan persepsi atas sejarah mereka. Hasilnya, mereka
menyimpulkan pengalaman tersebut melalui kata-kata berikut ini:
“Kami terlibat dalam pengalaman belajar bersama-sama secara mendalam - mengenal lebih
lanjut tentang sejarah satu sama lain, budaya, dan keyakinan sekaligus memperkuat identitas
kita sendiri dengan pembentukkan yang lebih kokoh dan pemahaman yang lebih dalam. Kami
berurusan dengan masalah yang sulit dan menantang, tetapi berusaha tidak merusak
hubungan dalam kelompok serta tidak menggunakan argumen yang menyinggung dan
menyakitkan. Mungkin, apa yang kami lakukan hanya merupakan langkah kecil untuk
merobohkan dinding isolasi yang tertancap dalam di antara kelompok nasionalis dan agama
yang berbeda di negara kita, tetapi yang kami lakukan adalah salah satu bagian penting dan
tentunya berhasil. Saat berada di iklim kehilangan harapan seperti ini, langkah-langkah kecil
yang telah kami lakukan sekaligus menjadi momen langka dan berharga, dan kami semua
harus merasa bangga dan terhormat untuk terlibat disini.”
Kalpana, 15, dari New Delhi, India, menghadiri workshop pendidikan etika selama seminggu
di India dengan panduan yang telah diterapkan, mengatakan hal berikut ini:
“Saya tahu tentang menghormati orang lain ketika saya datang ke sini, tapi sekarang saya
mulai belajar apa makna yang terjadi di dalam kenyataan dan apa yang dituntut dalam sikap
dan tindakan jika kita sebagai anak muda Hindu, Muslim dan Kristen ingin melakukan
berbagai hal bersama-sama demi memajukan masyarakat kita”.
Mohammed, 16, dari Kenya, menerapkan apa yang telah dipelajarinya pada workshop
percontohan pendidikan etika untuk membentuk Kelompok Perdamaian di Kenya Utara. Dia
telah membawa kaum muda di desanya secara bersama-sama untuk merencanakan tanggapan
anti kekerasan atas berbagai serangan yang dihadapi oleh desa mereka, memobilisasi sebuah

1
http://www.unesco.org/delors/ltolive.htm
gerakan pemuda yang aktif untuk melakukan perubahan dengan menatasnamakan
perdamaian.
Workshop pendidikan etika diselenggarakan untuk guru, orangtua, dan anak-anak di wilayah
perbatasan volatil seperti yang dihadapi oleh Ekuador dan Kolombia. Dengan menggunakan
studi kasus, permainan peran dan diskusi, peserta memetakan konflik permasalahan,
menjelajahi berbagai alternatif anti kekerasan, dan membuat komitmen pribadi untuk
menciptakan perdamaian. Salah satu fasilitator Kolombia memberikan komentar atas dampak
dari workshop tersebut:
“Efek dari konflik kekerasan di Kolombia, sayangnya, tertanam dalam perilaku dan sikap dari
beberapa anak yang terkena dampak langsung dari situasi disana. Hal ini dapat membuat
mereka diliputi kebencian dan tidak toleran terhadap orang lain. Saya senang melihat anak-
anak pengungsi dari Kolumbia yang tinggal di Ekuador berbagi pengalaman, menceritakan
kecemasan mereka, dan mereka sendiri mengusulkan cara untuk bersikap lebih hormat
terhadap orang lain, menerima perbedaan serta memberi reaksi tidak dengan kekerasan,
terutama, ketika hak-hak mereka dilanggar. Mereka menemukan bahwa mereka dapat
menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah.”
Belajar untuk hidup berdampingan merupakan panduan yang bisa diterapkan pada anak-anak
dari berbagai konteks budaya, agama, dan sosial yang berbeda. Hal ini penting untuk
memelihara nilai-nilai kebersamaan dan menghormati perbedaan latar belakang maupun
tradisi. Sumber ini menyediakan ruang untuk meningkatkan potensi bawaan anak-anak dari
sisi spiritualitas demi mewujudkan dunia yang lebih baik, dengan kata lain sebagai kontribusi
untuk mengubah situasi yang sesuai bagi anak-anak di seluruh dunia. Pengguna Panduan,
bagian 1, memberikan semua informasi yang diperlukan untuk penggunaannya.
UNESCO dan UNICEF telah terlibat dalam mengembangkan pembelajaran untuk hidup
berdampingan dan secara sahtelah menjadi materi yang berkontribusi penting untuk
pendidikan berkualitas, dan tentunya menjadi bentuk perhatian yang dibutuhkan oleh
masyarakat multikultural dan multi-agama.2 Pedoman UNESCO untuk pendidikan
antarbudaya mendukung filosofi dan pendekatan sumber berikut ini:
“Pendidikan religius dapat dideskripsikan sebagai pemahaman terhadap agama dan praktek
spiritualnya sendiri, atau mempelajari agama atau kepercayaan lain. Pendidikan anataragama,
sebaliknya, bertujuan untuk membentuk hubungan setiap orang dari agama yang berbeda
secara aktif.”3
Anak-anak sebagai suatu kewajiban etis kolektif
"Pada suatu masa di seluruh dunia, ada sekitar dua miliar anak yang hidup di antara kita. Dua
miliar tubuh muda dengan berbagai pemikiran, menampung potensi manusia yang sangat
besar dan secara kolektif dianggap layak untuk mendapatkan perhatian kami.”4
Kita hidup di tengah-tengah keindahan dan berbagai keajaiban hasil penciptaan, keajaiban
hidup dengan potensi yang besar dari manusia untuk memperkaya kehidupan—untuk
memberi keberkahan bagi semua makhluk. Namun, kami juga hidup di dunia, tempat dimana
adanya endemik kekerasan dan perang, kemiskinan serta ketidakadilan.
Pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi fisik, mental, sosial, budaya, spiritual, religius
dan dimensi lingkungan. Sayangnya, kemiskinan, kurangnya akses terhadap fasilitas dasar
dan pendidikan, penyakit maupun kasus kekurangan gizi masih menimpa banyak anak.
Konvensi Hak Anak (CRC) mengidentifikasi hak-hak anak untuk berbicara dan
mendengarkan (pada pasal 12) berbagai isu yang menyangkut mereka dan menegaskan
bahwa:


2
www.unesco.org/education
3
UNESCO Guidelines for Intercultural Education,p.14.
4
Kul Gautam, Towards a World Fit for Children, WCC Journal on Health and Healing, Issue No 179, January 2005, p. 5
"Anak harus sepenuhnya siap menjalani kehidupan sebagai individu dalam masyarakat, dan
memelihara semangat atas cita-cita yang tercantum dalam Piagam PBB, khususnya dalam
menyalurkan semangat perdamaian, menjunjung martabat, toleransi, kebebasan, kesetaraan
dan solidaritas ".
Isi pasal juga menyatakan bahwa:
“Oleh karena itu, maka pentingnya tradisi dan nilai-nilai budaya dari masing-masing orang
harus dijunjung tinggi demi perlindungan dan perkembangan anak secara harmonis.”5
Setiap anak ibarat suatu perjanjian, suatu hadiah suci, maupun suatu tanda kehidupan di masa
depan. Oleh karena itu, tantangan di depan kita menyangkut tentang bagaimana
memberdayakan anak-anak dan meningkatkan kemampuan bawaan mereka untuk kehidupan
positif dan penuh harapan.
Dalam menghadapi tantangan ini, para pemprakarsa Pendidikan Etika Antaragama secara
spesifik menyatakan perspektif mereka:
“Kami membayangkan sebuah dunia di mana semua anak diberdayakan untuk
mengembangkan spiritualitas mereka—merangkul nilai-nilai etika, belajar untuk hidup
bersolidaritas dengan orang-orang dari berbagai agama dan budaya, serta membangun iman
kepercayaan untuk sesuatu disebut sebagai Tuhan, ‘Ultimate reality’ atau Hadirat Ilahi.”6
Pemprakarsa Pendidikan Etika Antaragama berpegang pada keyakinan bahwa:
"Pendidikan Etika akan meningkatkan kemampuan bawaan anak-anak untuk berkontribusi
secara positif atas kesejahteraan rekan-rekan, keluarga mereka, dan masyarakat, kemudian
pada masanya akan membantu seluruh umat manusia untuk berkembang dalam lingkungan
penuh keadilan, perdamaian, kasih sayang, harapan dan bermartabat.” 7
Peduli pada anak-anak tidak hanya menjadi suatu impian, melainkan suatu kewajiban etis
kolektif.
Anak-anak—sebuah hadiah dan tanggung jawab
Di satu sisi anak-anak adalah 'milik' kami. Kami membawa mereka ke dunia; mereka berada
dalam pengasuhan kami. Namun, kami tidak memiliki mereka sepenuhnya. Mereka adalah
individu dengan hak mereka sendiri, siap untuk berkembang menjadi apa yang mereka
inginkan. Seperti yang diekspresikan Khalil Gibran dalam The Prophet:
And a woman who held a babe against her bosom said, “Speak to us of Children.”
And he said:
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you, yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them, but seek not to make them like you,
For life goes not backward nor tarries with yesterday…8
Setiap orang tua, setiap orang dewasa, tentu menghadapi dilema. Di satu sisi, kami diberi
karunia berupa anak-anak; mereka dalam perawatan kami, dan kami memiliki tanggung
jawab dan kesempatan untuk membimbing mereka saat mereka tumbuh menjadi dewasa.
Pada saat yang sama, kami tidak ingin memaksakan sudut pandang kami pada anak-anak
kami, yang mungkin akan membatasi kebebasan mereka untuk terlibat dengan kehidupan
yang telah mereka jalani, belajar dari hal tersebut mereka membentuk nilai-nilai mereka


5
Preamble of the Convention on the Rights of the Child
6
The vision document of the Interfaith Council on Ethics Education for Children
7
Ibid
8
Khalil Gibran, The Prophet, Chapter entitled: Children, Arrow Books Ltd, New York, 1991.
sendiri. Kami memberikan itu kepada mereka, dan kepada dunia, kami membesarkan dan
mendidik anak-anak dengan penuh tanggung jawab, kebijaksanaan, dan kesederhanaan.

Anak-anak mempelajari apa yang mereka terima


Proses belajar seorang anak dimulai dari ketia ia dilahirkan; lingkungan tempat mereka
tinggal, pengalaman yang mereka miliki, dan berbagai contoh perilaku yang kami berikan,
semuanya berkontribusi terhadap pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri dan juga
tentang dunia. Berdasarkan penggalan bait yang banyak dikutip, Anak-anak belajar dari apa
yang mereka terima, dengan merangkum kenyataan bahwa:

Jika anak-anak hidup dengan kritik


Mereka belajar untuk mengutuk;
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan
Mereka belajar untuk melawan;
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan
Mereka belajar untuk menjadi pemalu;
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu
Mereka belajar untuk merasa bersalah;

(Tetapi,)

Jika anak dibesarkan dengan toleransi


Mereka belajar untuk bersabar;
Jika mereka hidup dengan keberanian
Mereka belajar percaya diri;
Jika anak dibesarkan dengan pujian
Mereka belajar untuk menghargai;
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran
Mereka belajar keadilan;
Jika anak-anak hidup dengan keamanan
Mereka belajar untuk memiliki iman;
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan
Mereka belajar untuk menyukai diri mereka sendiri;
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan
Mereka belajar untuk menemukan cinta di dunia 9
Jantung dari semua pembelajaran adalah pengalaman, guru terbesar—kebenaran ini tidak
dapat
disangkal. Anak-anak tidak dilahirkan ke dunia yang ideal—dan proses belajar mereka
melibatkan pengamatan, pengalaman, penilaian, dan mengintegrasi serta menanggapi banyak
tekanan terhadap mereka, sementar orang tua mereka memiliki sedikit kontrol. Realitas yang
kompleks, nilai-nilai yang saling bertentangan, menentang klaim kebenaran dan meragukan
berbagai alternatif untuk bersaing dengan loyalitas mereka. Pada kenyataan seperti itu, ada
suatu kebutuhan intens terhadap metode untuk memelihara dan memberdayakan anak dengan
nilai serta norma, sehingga dapat membantu mereka membuat pilihan yang tepat.
Pendidikan Etika dan Hak Asasi Manusia

Visi dan misi Dewan Antaragama beresonansi khususnya dengan artikel-artikel dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang membahas: hak untuk kebebasan berpikir dan
berkeyakinan, berpendapat dan berekspresi; mendapatkan pendidikan dan beristirahat serta
berekreasi; untuk standar hidup yang memadai dan perawatan medis; dan partisipasi dalam
kehidupan masyarakat yang berbudaya. Dewan Antaragama meyetujui sepenuhnya atas
Konvensi Hak Anak. Pembelajaran hidup berdampingan menanggapi, khususnya, untuk
pasal 29, yang menyatakan bahwa pendidikan anak harus diarahkan untuk:

9
9 Dorothy Law Nolte, Children Learn What They Live, Workman Publishing Company, New York, 1998
a) Pengembangan dari kepribadian anak, bakat dan kemampuan mental serta fisiknya
untuk potensi mereka sepenuhnya.
b) Pengembangan dari rasa hormat atas hak asasi manusia dan kebebasan, serta untuk
prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Piagam PBB.
c) Pengembangan dari rasa hormat terhadap orang tuanya, identitas budaya, bahasa,
dan norma, nilai-nilai nasional dari negara di mana anak itu tinggal, negara dari
mana anak tersebut berasal, dan untuk kebudayaan yang berbeda dari dirinya
sendiri.
d) Persiapan bagi anak agar hidup bertanggung jawab dalam masyarakat bebas,
dalam semangat untuk saling memahami, perdamaian, toleransi, kesetaraan
gender, dan persahabatan antara sesama, etnis, kelompok nasionalis dan religius
serta kaum pribumi.
e) Pengembangan untuk memelihara lingkungan alam.

Konvensi Hak Anak menyiapkan instrumen untuk pendekatan dengan bertanggung jawab ke
anak-anak. CRC, yang telah ditandatangani oleh semua bangsa dan diratifikasi oleh semua
kecuali dua negara, menunjukkan tiga bidang atas hak-hak anak. Semua anak memiliki hak
untuk:
> Hidup, kesehatan, pendidikan dan perkembangan.
> Keselamatan dan perlindungan.
> Partisipasi.

CRC memiliki empat prinsip umum untuk melindungi hak-hak anak secara keseluruhan:
> Hak untuk kelangsungan hidup dan perkembangan.
> Hak untuk tidak didiskriminasi.
> Hak untuk didengar.
> Perhatian yang terbaik bagi anak.

Belajar untuk Hidup Berdampingan telah dikembangkan sebagai kontribusi untuk merealisasi
hak anak atas pendidikan dan berkembang sepenuhnya, baik untuk kesehatan fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial, sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak.

Etika dan Pendidikan Etika

Selama ini, orang telah hidup berdampingan di dalam masyarakat, peraturan moral dan
perilaku dibutuhkan untuk kesejahteraan masyarakat—hal ini disebut etika. Penting diingat
bagi pengguna Belajar untuk Hidup Berdampingan untuk memiliki beberapa kesepakatan
tentang apa itu etika, nilai-nilai dan pendidikan moral serta makna dari hal-hal tersebut.
Jika kita bertanya, "Apa etika bagi Anda?" Ada bisa mendapatkan beberapa jawaban yang
berbeda:
"Etika hubungannya dengan apa yang perasaan saya katakan kepada saya, benar atau salah."
"Etika hubungannya dengan agama saya."
"Beretika dengan melakukan apa yang sesuai dengan hukum."
"Etika adalah standar perilakuyang diterima masyarakat kita."
Orang cenderung menyamakan etika dengan perasaan mereka. Akan tetapi, menjadi beretika
bukan hanya masalah yang menyangkut perasaan seseorang. Perasaan tentu tidak memiliki
dasar untuk menentukan mana yang beretika dan yang tidak. Begitu pun dengan seseorang
yang secara lengkap mengidentifikasi etika dengan agama. Agama cenderung menganjurkan
standar etika tinggi. Namun, jika etika terbatas oleh agama, maka etika hanya akan berlaku
untuk orang-orang religius. Etika berlaku atas perilaku orang yang menganut suatu agama
maupun dengan yang tidak menganut.

Menjadi etis juga tidak hanya sekedar mengikuti hukum. Hukum sering menggabungkan
standar etika yang sebagian besar dipatuhi masyarakat. Akan tetapi, hukum, seperti halnya
perasaan, dapat menyimpang dari apa yang disebut sebagai etika. Sejarah menguasai
masyarakat dengan hukum yang melegitimasi perbudakan. Pada beberapa masyarakat, peran
sekunder wanita diabadikan dalam hukum. Mungkin masih ada diantara para perempuan hari
ketika hukum melarang mereka untuk memberikan suara saat pemilihan umum.

Beretika juga tidak sama dengan melakukan ‘apapun yang diterima di masyarakat’. Standar
perilaku dalam masyarakat dapat menyimpang dari apa yang disebut etis. Apalagi jika
perilaku etis termasuk dalam melakukan hal ‘apapun yang diterima masyarakat’, yang
pertama harus menentukan letak tolak ukur atau standar tersebut. Pada berbagai isu yang
diperdebatkan, terlalu campuraduk, maka survey yang dilakukan tidak dapat terpenuhi.
Bahkan, kurangnya kesepakatan dalam masyarakat akan menghalangi kejelasan artikulasi
dari perilaku beretika.

Lalu? Apa sih etika itu? Pertama, etika secara seksama mengacu pada standar benar dan salah
yang kemudian dapat menentukan apa yang harus dilakukan oleh manusia, biasanya dalam
hal hak, kewajiban, berguna bagi masyarakat, keadilan, atau suatu kebajikan tertentu. Etika
mengacu pada standar kewajiban layak yang telah ditentukan untuk menjauhkan diri dari
perkosaan, pencurian, pembunuhan, penyerangan, fitnah dan penipuan. Standar etika juga
mendorong untuk berbuat kebaikan, seperti kejujuran, rasa belas kasihan, dan loyalitas, serta
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sosiolog Johan Galtung memberikan pertanyaan
kepada orang-orang dari sekitar 50 negara tentang ‘apa hal yang mereka tidak bisa lakukan
tanpa adanya sesuatu itu’, dan disimpulkan dari survei ini berupa kebutuhan dasar manusia
seperti kesejahteraan, identitas, dan kebebasan.10

Kedua, etika mengacu pada studi dan pengembangan standar etika. Karena perasaan, hukum
dan norma-norma sosial dapat menyimpang dari apa yang disebut etis, dengan demikian perlu
untuk memeriksa standar seseorang untuk memastikan bahwa mereka layak disebut beretika.
Etika juga berarti, upaya yang dilakukan secara terus-menerus untuk mempelajari keyakinan
moral kita dan perilaku moral, dan berjuang untuk memastikan bahwa kami dan bangsa-
bangsa serta lembaga yang telah kami bantu untuk bentuk, hidup untuk standar yang layak
dan berpengalaman, baik dalam sistem kepercayaan agama dan budaya atau instrument
internasional.11

Etika, nilai-nilai dan moral


Sudah pasti kita akan merasa kesulitan untuk membedakan konsep 'etika', 'nilai' dan 'moral'.
Definisi berikut muncul dalam Compact Oxford English Dictionary:12

10
Johan Galtung, Human Needs, Humanitarian Intervention, Human Security and the War in Iraq”, keynote address, Sophia University,
Tokyo, 2004. http://www.transnational.org/forum/meet/2004/Galtung_HumanNeeds.html
11
Diadaptasi dari Hans Ucko, ’Ethics, law and commitment’, Current Dialogue, Issue 46, December 2005,
http://wcccoe.org/wcc/what/interreligious/cd46-09.html
12
Compact Oxford English Dictionary, Oxford University Press,2005.
Etika : Studi filosofis nilai-nilai moral dari tingkah laku manusia dan aturan serta
prinsip-
prinsip yang harus dikuasai.
Nilai : Prinsip-prinsip moral atau standar yang disetujui oleh seseorang atau suatu
kelompok.
Moral : Memberikan perhatian atas sesuatu yang berhubungan dengan perilaku
manusia
terutama terkait dengan perbedaan antara baik atau buruk, benar atau salah.
Etika merupakan keyakinan, ide, dan teori-teori yang memfasilitasi standar pengaturan.
Moral lebih dekat kaitannya dengan perilaku. Nilai-nilai merupakan hal yang bisa diterima
oleh suatu kelompok, komunitas atau masyarakat. Semua aspek tersebut termasuk penting
dan saling terkait. Seseorang dapat memiliki standar tinggi tetapi gagal untuk
mempertahankannya, hal itu berarti dia memiliki etika yang kuat tetapi moralnya lemah.
Nilai-nilai dari suatu kelompok tertentu mungkin tidak dapat diterima oleh kelompok lain.

Para filsuf Perancis Paul Ricœur13 dan Guy Bourgeault14, misalnya, umumnya menerapkan
istilah 'etika' untuk refleksi mendasar pada pertanyaan penting terkait perilaku manusia
(misalnya, akhir dan makna kehidupan, dasar kewajiban dan tanggung jawab, sifat baik dan
jahat, nilai hati nurani moral) dan istilah 'moral' untuk diaplikasikan pada sesuatu yang
konkrit berupa tindakan. Selanjutnya, 'etika' cenderung menyiratkan pertanyaan dan
membuka pikiran atau jiwa, sementara 'moral' lebih sering mengacu pada sistem yang
didefinisikan dari norma, perwujudan atas suatu aturan yang berorientasi terhadap tindakan.

Etika adalah tentang suatu hubungan


Tuntutan etis, dengan cara apapun kita sampai pada mereka, tentu terkait dengan relasi atau
hubungan. Teolog Denmark, K. E. Loegstrup15 memperkenalkan gagasan bahwa tuntutan etis
pada manusia dibiaskan seperti cahaya melalui prisma, mengungkap semua cara yang
berbeda dimana kita menemukan diri kita dalam relasi satu sama lain.
Bagaimana seseorang memilih untuk berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, serta ke
bumi, yang menopang semua kehidupan, sebagai manifestasi utama dari etika dan nilai-nilai
tersebut. Sumber norma dan perilaku etis dapat dianggap berasal dari kehadiran ilahi, atau
wahyu yang telah diberikan oleh Allah SWT hingga dari guru spiritual yang memiliki
kebijaksanaan yang besar, maupun prinsip-prinsip hak asasi manusia.

Mungkin ada banyak sumber untuk perilaku etis, dan pertanyaan utamanya adalah seberapa
berharganya etika dalam membantu kita membedakan dan menanggapi keterkaitan semua
aspek kehidupan, seberapa bergunanya mereka dalam membina nilai-nilai yang manusiawi,
dan dalam membangun serta membina rasa kebersamaan.

Semua komunitas agama menganggap etika bukan sebagai pembatas atas suatu wilayah di
dalam kehidupan, tetapi dapat diberlakukan ke semua aspek kehidupan: individu, dalam
keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat. Etika Islam, misalnya, terdiri dari semua
kebajikan moral yang telah dikenal secara umum. Hal itu menyangkut dirinya dengan seluruh
lingkup kehidupan seorang individu maupun pada lingkup kolektif—relasi domestiknya,
perilaku sipil, dan kegiatan di bidang politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan sosial.
Dengan demikian, tentu sudah mencakup lingkup kehidupan setiap orang dari rumah ke

13
Paul Ricœur, Soi-même comme un autre, Paris, Seuil,1990
14
Guy Bourgeault, l’éthique et le droit face aux nouvelles technologies médicales, Les Presses de l’Université de Montréal, Montréal, 1990
15
K.E. Loegstrup, Ethical Demand, University of Notre Dame Press, Notre Dame and London, 1997
masyarakat, dari meja makan ke medan perang dan konferensi perdamaian—secara harfiah
dapat dikatakan ‘dari buaian hingga liang lahat’.

Sesuai dengan penekanan pada keduanya, individu dan masyarakat, sebagian besar
kepercayaan tradisional di Afrika menyatakan: “Satu individu dikatakan sebagai seseorang
hanya dengan orang lain" Mengingat keterkaitan ini, kita mencari nilai-nilai etika yang bisa
membantu anak-anak mengembangkan rasa kebersamaan dalam komunitas, tidak hanya
dengan orang-orang di sekitarnya, tetapi juga di lintas etnis, kebangsaan, ras, budaya dan
agama. Kami mencari dan memelihara nilai-nilai yang menumbuhkan rasa tanggung jawab
bersama untuk satu sama lain terutama untuk berada di dunia yang saling bergantung ini.

Apakah ada nilai-nilai yang abadi?


Masyarakat cenderung mengekspresikan nilai-nilai etika dengan sesuatu yang konkret untuk
menentukan sikap dan pola perilaku, seperti, cinta dan kasih sayang, kejujuran dan keadilan,
ketulusan dan kemurahan hati, anti kekerasan dan kontrol atas diri sendiri. Komunitas ini
mungkin menekankan pada prinsip-prinsip etika secara menyeluruh –misalnya ‘menyayangi
orang lain seperti menyayangi diri sendiri’, atau ‘tidak melakukan hal yang tidak diinginkan
orang lain seperti apa yang tidak ingin orang lain lakukan ke diri kita’—dengan keyakinan
bahwa hidup dengan prinsip-prinsip etis ini akan membuahkan hasil.Apabila kita dengan
sengaja menitikberatkan pada pengembangan keterampilan dan kemampuan khusus pada
anak-anak, maka secara alami dapat menumbuhkan perilaku etis mereka.

UNESCO telah mengidentifikasi beberapa nilai universal atas pengembangan pribadi yang
memungkinkan anak untuk berhubungan secara kreatif dengan dunianya: membantu anak
meningkatkan harga diri; memungkinkan mereka memiliki kapasitas untuk membuat pilihan
dan mengambil tanggung jawab atas pilihan tersebut; kemampuan mereka untuk membuat
keputusan yang bijak; kesiapan untuk menghormati orang lain dan pandangannya terhadap
suatu hal; kesediaan untuk membuat komitmen dan tetap setia pada komitmennya. Hal
tersebut merupakan contoh dari berbagai kualitas yang diidentifikasi sebagai nilai-nilai yang
harus ditanamkan pada anak untuk membantu dia berpikir dan bertindak sesuai etika.16

Terkadang, suatu hubungan cenderung membentuk dan membangun identitas seseorang.


Anak perempuan atau anak laki-laki memiliki tipe hubungan yang berbeda dengan Ibu
maupun Ayah, menjadi murid di sekolah akan membentuk bagian lain dari identitas seorang
anak, seperti halnya dengan keluarga dan lingkungan budaya. Tradisi—di dalam keluarga,
tingkat lokal dan nasional –
membentuk identitas, keyakinan dan nilai-nilai seseorang. Pada aspek—pribadi, nasional,
regional, dan global—turut berkontribusi juga pada proses perkembangan identitas.

Agama, nilai spiritual, dan identitas budaya dibentuk dengan cara yang sama. Ekspos
terhadap berbagai kepercayaan, tradisi, dan budaya, terutama dengan keunikan masing-
masing agama dan budaya, tentu tidak melemahkan kesetiaan seseorang atas tradisi, agama,
kepercayaan dan budaya yang dianutnya. Jika realitas agama dan budaya plural disampaikan
secara mendalam, hangat, penuh kasih, dengan suasana harmonis dan pikiran yang terbuka,
maka figure yang akan muncul adalah bangkitnya rasa hormat dan kasih sayang, bukan rasa
takut, tidak ada ancamana atas tradisi yang telah dianut seseorang. Saat ini, seharusnya
lingkungan pendidikan secara keseluruhan harus mewujudkan konsep saling berbagi

16
UNESCO lists these and several other ‘humane values’ in Eliminating Corporal Punishment: The Way forward to constructive Child
Discipline, Stuart N. Hart (Ed), Paris, UNESCO, 2005. The values were drawn up by a panel of five international experts in the hope that
they would reflect ethical/moral values that transcend cultural boundaries.
pengetahuan yang sama, saling mendukung dan mendapatkan hak yang sama, sehingga tidak
ada satu pun keyakinan atau praktek agama yang lebih istimewa atau menunjukkan diri
sebagai superior. Di tengah keragaman, yang umum bagi semua --perlu ditekankan pada
aspek kemanusiaan. Figur yang ditampilkan juga bukan berarti semua keyakinan
dicampurkan di dalam satu wadah, tetapi seperti sebuah mozaik atas identitas budaya dengan
makna dan pengakuannya sendiri, dan menegaskan kekayaan dalam keberagaman.

Untuk memiliki rasa kepemilikan atas identitas sendiri membutuhkan otonomi: kemerdekaan,
kebebasan berpikir, berbicara dan bertindak, dan kebebasan dari rasa takut kecaman atau
hukum yang berbenturan dengan keyakinan seseorang atau kaum mayoritas maupun dengan
orang-orang dari pemerintah. Rasa hormat dan harga diri sangat penting, tidak hanya untuk
mendapatkan rasa hormat dari orang lain, tetapi juga sebagai dasar untuk menghormati orang
lain.

Umumnya, etika menjadi bagian dari pemikiran atas berbagai masalah yang menyangkut
nilai-nilai pribadi dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun begitu, kita hidup di
dunia yang memaksa kita untuk berpikir dan bertindak secara global. Kemiskinan dan berjuta
kerugian, eksploitasi sumber daya alam, krisis ekologi, kekerasan dan peperangan yang
merjalela, serta budaya keserakahan dan menjadi tempat terakumulasinya tekanan baru pada
diri kita untuk menerapkan nilai etika dalam kehidupan global kami. Kami—dan anak-anak
kami—perlu kepekaan etis untuk membantu kami berhubungan lintas budaya dan peradaban,
melintasi seluruh hambatan nasional maupun etnis, serta melintasi identitas agama dan
komitmen. Kami mulai mencari arah untuk mengatasi ini dan mempersiapkan diri untuk masa
depan.

Prinsip-prinsip Etika dan Nilai Pokok untuk Pendidikan Etika

Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencapai aspek estetis atau nilai etika yang secara
umum dapat diterima dan disahkan oleh semua komunitas agama. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan diterbitkannya dokumen pada Centennial dari Parlemen Agama Dunia di
Chicago tahun 1993, di bawah kepemimpinan Hans Küng. Dokumen tersebut berjudul
Menuju Etika yang Global dan saat ini telah dikenal luas serta diterima di seluruh dunia.
Inspirasi yang tercantum dalam dokumen tersebut mungkin akan menghasilkan kesepakatan
antara orang-orang yang memiliki perbedaan perspektif atas nilai-nilai secara umum yang
seharusnya membimbing umat manusia secara keseluruhan.17

Sejak tahun 1993, telah dilakukan upaya lebih lanjut untuk menyusun kriteria etis atas
sejumlah lapisan masyarakat yang bisa terapkan oleh masyarakat global. Keragaman agama,
budaya dan cara hidup yang direpresentasikan di dunia membuat kesepakatan dan
pelaksanaannya laksan suatu tugas yang sulit. Namun, tampaknya ada konsensus umum
bahwa kita, sebagai umat manusia, harus berusaha menyepakati prinsip-prinsip etika yang
sama, demi generasi mendatang.

Dimensi inti untuk membangun masa depan yang lebih baik adalah dengan membantu anak-
anak mengembangkan nilai-nilai etika. Nilai-nilai memang harus dikembangkan secara
global, namun, juga harus memiliki relevansi di tingkat lokal. Contohnya, masyarakat di
tempat dan budaya yang berbeda, tentu saja menjadi wadah terbaik untuk menentukan apa
yang mereka anggap sebagai nilai-nilai inti yang nantinya akan diajarkan pada anak-anak

17
Declaration Towards a Global Ethic. The Council of a Parliament of the World’s Religions, at
http://www.parliamentofreligions.org/_includes/FCKcontent/File/TowardsAGlobalEthic.pdf
mereka. Kita mungkin, bagaimanapun juga, akan dikejutkan oleh fakta tentang berapa banyak
pencapaian secara bebas—memiliki kesamaan pada kode etik.

Kapasitas untuk memilih: Hadiah terbesar dan tanggung jawab yang paling menantang
Kapasitas untuk memilih diantara berbagai alternatif adalah salah satu hadiah terbesar dalam
hidup manusia. Kami, tentu saja, tidak selalu mendapatkan apa yang kita pilih, tapi kami
memiliki kapasitas dan hak untuk melakukan diskriminasi, menolak, dan memilih. Dalam
salah satu interpretasi pada tradisi Yahudi, dalam kisah penciptaan manusia, Adam dan
Hawa, manusia pria dan wanita pertama, ditempatkan di Taman Eden, tempat berdirinya dua
pohon–Pohon Kehidupan dan pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat. Mereka menyadari
konsekuensi dari memakan buah tersebut. Mereka makan buah dari pohon Pengetahuan yang
Baik dan Jahat. Apakah itu kesalahan atau merupakan pilihan yang disengaja?

Harold Kushner menunjukkan bahwa pilihan tersebut telah menjadikan kita manusia:
"Nenek moyang pertama kita lebih memilih untuk menjadi manusia dan bukan hidup abadi.
Mereka memilih rasa moralitas, sebuah 'pengetahuan tentang yang baik dan jahat', daripada
keabadian. Mereka menolak Pohon Kehidupan, yang akan memberikan kehidupan kekal,
pilihan mereka jatuh pada Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat yang memberi mereka hati
nurani. Kompensasi atas hal tersebut, Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia, yang
sekarang berbagi dengan-Nya, kemampuan untuk mengetahui hal baik dari yang jahat,
pemberian kuasa ilahi-Nya sendiri untuk menciptakan kehidupan baru. Kami ‘mengecoh’
kematian, tidak dengan hidup selamanya, tetapi dengan menanggung, membesarkan, dan
mendidik anak-anak untuk menjaga jiwa kami, nilai-nilai kami dan bahkan nama kami".18

Kemampuan manusia untuk memilih berbagai alternatif tentunya diakui dan ditegaskan
dalam semua agama. Kapasitas untuk memilih tersebut, pada saat bersamaan berarti sebagai
tanggung jawab yang sulit dan paling menantang. Hal tersebut membutuhkan kemampuan
untuk membedakan, memahami, dan membuat keputusan saat menghadapi dilemma seperti
saat tidak bisa melihat dan menilai dampak dari keputusan-keputusan yang sama, yang
mempengaruhi tidak hanya diri kita sendiri, tetapi juga orang lain dan dunia di sekitar kita.
Prinsip dan nilai-nilai etika memainkan peran utama dalam membantu kami membuat pilihan
ini.

Menjaga dan menjunjung tinggi martabat manusia


Konsep martabat manusia menangkap apa yang sedang diusahakan oleh pendidikan etika
untuk mengembangkan dan memelihara nilai-nilai serta prinsip-prinsip etika. Rasa
kemanusiaan seseorang akan dipertanyakan ketika martabatnya diinjak-injak. Martabat
manusia dapat terancam dari berbagai sisi.
Kurangnya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup merupakan suatu bentuk penghinaan
terhadap martabat seseorang. Sebuah pepatah Sikh menyatakan bahwa “mulut orang miskin
adalah peti harta karun Tuhan.” Di balik pernyataan ini terdapat salah satu nilai fundamental
yang merupakan dasar bagi semua tradisi agama, yaitu, martabat manusia. Sikh mengatakan
bahwa, ketika melihat kemiskinan, kelaparan, dan, kekurangan dianggap sebagai penghinaan
terhadap Tuhan. Setiap tindakan ibadah Sikh berakhir dengan Langar, makan bersama
masyarakat, yang terbuka untuk semua, terlepas dari kasta, status sosial, agama atau
kebangsaan. Bahkan, Gurdwaras, tempat ibadah Sikh, memiliki dapur yang terbuka sepanjang


18
Harold S. Kushner, The Lord is My Shepherd, New York, USA, First Anchor Books Edition, 2004, p. 23-24
hari untuk melayani, tidak hanya untuk mereka yang menganut Sikh, tetapi untuk siapa saja
yang mencari makan.
Islam telah memenuhi kebutuhan masyarakat miskin melalui salah satu dari lima rukun Islam,
dan menyerukan kepada setiap orang Islam untuk menyisihkan persentase dari pendapatan
mereka demi membantu mereka yang membutuhkan. Mengasihi Tuhan dan mengasihi
sesama seperti mengasihi diri sendiri adalah perintah sentral dalam Yudaisme dan Kristen.
Selanjutnya, tradisi Yahudi berbicara tentang manusia sebagai makhlus yang diciptakan
menurut gambar dan rupa oleh Tuhan; sekolah Vedanta Hindu melihat Brahman sebagai
Realitas Ultimate, dan Atman, Realitas pada manusia sebagai salah satunya, bukan dua.
Ajaran Buddha juga mempertanyakan diskriminasi kasta dan mempromosikan kesetaraan
perempuan dan laki-laki.
Tradisi agama tidak selalu benar bagi pengajaran etik ini, dan kadang-kadang tradisi tersebut
telah membangun struktur dan praktek bagi diri mereka yang dapat melukai martabat orang
lain baik di dalam dan di luar komunitas mereka sendiri. Akan tetapi, semua tradisi
keagamaan menganggap peniadaan martabat manusia sebagai penyimpangan. Martabat
merupakan bagian dari pemaknaan menjadi manusia.

Rasa Hormat dan Saling Pengertian


Hak individu atas martabat dan rasa hormat merupakan pokok yang tercantum pada dokumen
hak asasi manusia seperti pada Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Konvensi Hak Anak. Hak-
hak universal yang berguna bagi kelangsungan hidup, pengembangan, perlindungan dan
partisipasi telah disepakati oleh mayoritas negara bangsa untuk semua lapisan masyarakat,
tidak peduli pada usia, jenis kelamin, ras atau agama. Komite internasional memonitor
pemenuhan hak-hak bagi mereka yang berusia kurang dari 18 tahun, yang sangat tergantung
pada tindakan dan keputusan dari orang dewasa. Selain itu, komite mengamati dan
memberikan kritik untuk setiap negara yang tercantum dalam dokumen lengkap. Hak yang
tercantum disini dan di dalam dokumen hak asasi manusia PBB lainnya tidak dapat dicabut
dan bersifat universal, serta harus diajarkan ke semua lapisan masyarakat, terlepas dari
budaya atau keyakinan. Hak-hak yang disepakati secara global ini telah membentuk prinsip-
prinsip dasar bagi kemanusiaan dan tidak terbuka untuk ‘dicairkan’, dimiliki atau
dimodifikasi oleh badan maupun organisasi.
Sebagian tradisi keagamaan dan sekuler yakin tentang kebenaran atas keyakinan yang mereka
anut, dan beberapa mungkin merasa ada dorongan untuk berbagi tentang ‘kebenaran’ tersebut
dengan orang lain. Akan tetapi, saat ini, sebagian besar tradisi mengakui bahwa rasa saling
menghargai merupakan nilai yang sangat diperlukan sehingga harus diberitahukan kepada
semua orang yang memiliki hubungan dengan kita. Konsep saling menghormati memang
signifikan dalam hal itu terutama untuk menegaskan perbedaan dan tidak keliru menyatakan
'perbedaan' sebagai sesuatu yang 'salah', atau memungkinkan perbedaan yang alami dan sah
untuk berpindah ke bagian lain. Rasa saling hormat tumbuh seiring dengan rasa saling
pengertian dan penghargaan atas persamaan dan perbedaan yang lebih besar. Hal ini
membantu kita untuk membangun suatu hubungan meskipun terdapat berbagai perbedaan,
dan membantu dalam proses saling koreksi, memperdalam pemahaman dan kritik atas diri.
Menghormati martabat semua orang dapat menjadi nilai dasar dan prinsip dalam pendidikan
etika bagi anak-anak, tentunya tanpa syarat. Pengamanan dan penegakkan martabat manusia
menyiratkan suatu rangkaian nilai yang dapat membantu anak-anak serta kaum muda untuk
menghormati dan menghargai orang lain serta diri mereka sendiri sebagai manusia.
Penerapan sikap sikap pola pikir seperti itu dapat membantu terjalinnya hubungan yang sehat
dengan orang lain.
Martabat penting dalam konteks pluralitas gigih karena, secara historis, beberapa tradisi
agama telah mengambil 'baik-atau' sikap dalam kaitannya dengan orang lain, mencerminkan
sikap seperti jika kita benar, mereka salah; jika kita memiliki kebenaran, orang lain tidak
memilikinya; jika cara kami mengarah ke pemenuhan takdir manusia, orang lain
menyesatkan.

Empati dan Kemampuan untuk Menyesuaikan Diri


Pada intinya, dari semua rasa peduli terletak empati - kemampuan untuk memasukkan orang
lain dan untuk memahami serta merasakan kegembiraan maupun kesedihan, kegembiraan dan
penderitaan. Empati menggabungkan dua kapasitas penting dalam manusia: untuk
menganalisis dan bersimpati, untuk menggunakan kepala dan hati kita. Menganalisis adalah
mengumpulkan fakta-fakta tentang suatu masalah, mengamati kondisi, mengidentifikasi akar
penyebab, dan mengusulkan solusi. Bersimpati adalah turut merasakan apa yang orang lain
rasakan, merasakan rasa sakit seseorang yang sedang menderita atau merasakan kemarahan
seseorang atas emosinya.

Seorang Pendoa tua India Sioux mengatakan: “Oh Roh Agung, berilah aku kebijaksanaan
untuk berjalan di mokasin lain sebelum aku dikritik atau dihakimi.” Ketika kita berempati,
kita mengesampingkan harapan kita bahwa yang lain harus seperti kita; kita menerima
kenyataan bahwa yang lain telah membawa sesuatu yang unik ke dalam sebuah hubungan.
Pada saat yang sama, empati juga yang membantu seseorang untuk melihat dan mengenali
ketidakadilan yang dilakukan pada orang lain, dan mengumpulkan tekad untuk mengatasi
ketidakadilan yang mereka alami. Tradisi keagamaan mengajak orang untuk berempati
dengan orang miskin, kaum marjinal, dan tertindas. Tradisi Yahudi memenuhi syarat itu
dengan mengatakan: “...karena kamu telah menjadi budak di Mesir.” Tradisi Kristen
memanggil para murid untuk "mengingat mereka di penjara seolah-olah kamu sesama
tahanan dan mengingat mereka yang dianiaya dan merasakan seolah-olah kamu yang
menderita. Dalam tradisi Islam, bulan Ramadhan disebut bulan kesabaran, empati dan
pemurnian diri dari dosa. Pemahaman Buddha empati adalah cinta kasih, yang jauh
melampaui simpati—suatu bentuk iba atau kasihan—dan mengarahkan pengidentifikasian
mutlak dan secara langsung berhadapan dengan orang lain, disebut sebagai empati. Hak asasi
manusia dibangun di atas kesetaraan yang mutlak; hak yang universal dan beberapa memiliki
tanggung jawab khusus untuk memenuhi hak-hak orang lain, seperti dalam Konvensi Hak
Anak. Peduli dengan pemenuhan hak-hak orang lain merupakan sesuatu yang penting, baik
dalam tradisi agama maupun sekuler.

Panggilan untuk berempati dengan sesuatu yang dialami oleh orang lain mungkin dapat
menjadi salah satu nilai terbesar yang dapat kita ‘tularkan’ ke anak-anak.

Tanggung jawab Individu dan Kolektif

Kami semakin menemukan makna sesungguhnya dari kata 'tanggung jawab' dalam
menghadapi berbagai permasalahan dunia. Orang cenderung menggugat ‘hak-hak’ mereka
dengan cepat, tetapi gagal untuk melihat tanggung jawab yang datang beriringan dengan hak
istimewa ini. Kami bertanggung jawab atas cara kami membesarkan anak-anak kami; ketika
kami mengabaikan tanggung jawab ini, mereka mungkin akan tersesat. Pemerintah
bertanggung jawab untuk menjaga persatuan sosial dan perdamaian; yang diabaikan hingga
saat ini, kita mungkin akan dihadapkan pada kekacauan sosial. Hal tersebut merupakan
tanggung jawab dan kewajiban masyarakat terutama untuk memastikan distribusi sumber
daya dan kebutuhan dasar sudah terpenuhi; ketika ini diabaikan, maka dapat menyebabkan
konflik dan kekerasan. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk merawat bumi; jika kita
mengabaikan tanggung jawab ini, maka dalam waktu dekat kita bisa mengalami bencana
ekologis.

Daftar pertanggung jawaban dapat diperluas hingga mencakup hampir semua hubungan
pribadi, social, dan global. Semua hubungan bergantung pada tanggung jawab bersama dan
setiap orang melaksanakan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Sebuah tanggung jawab
kolektif untuk peduli satu sama lain dapat menjamin kita hidup di dunia yang lebih adil dan
damai.

Tanggung jawab bukanlah sebuah pilihan; itu adalah nilai etis yang mendasar, dan itu perlu
diabadikan dalam hati dan pikiran anak-anak, mulai dari saat mereka membentuk hubungan
dengan orang lain dan dengan dunia di sekitar mereka.

Rekonsiliasi dan pendekatan untuk membangun hubungan

Orang melihat rekonsiliasi sebagai salah satu langkah dalam menciptakan perdamaian dan
dalam memperbaiki hubungan di tingkat pribadi dan komunal. Saat ini, ada peningkatan
kesadaran atas rekonsiliasi, rekonsiliasi bukan hanya tindakan praktis, tetapi juga suatu
bentuk pendekatan ke dalam kehidupan. Dengan kata lain, rekonsiliasi bukan hanya
memperbaiki; melainkan sebagai suatu orientasi yang dapat digunakan untuk mengelola
masalah yang tak terelakkan, perbedaan sengit dan konflik di kehidupan masyarakat.
Rekonsiliasi dapat memusatkan diri sebagai nilai etika karena manusia cenderung untuk
menyelesaikan perbedaan dan perselisihan melalui penggunaan kekerasan. Kekerasan
tampaknya dianggap sebagai pilihan yang mudah dan cepat dalam menangani konflik, tetapi
tidak menawarkan resolusi yang berkelanjutan. Sebaliknya, menggunakan kekerasan hanya
akan memperburuk permusuhan dan keluhan. Semangat rekonsiliasi perlu digarisbawahi
sebagai nilai etika yang sangat diperlukan di zaman sekarang.

Belajar untuk hidup berdampingan berfokus pada empat nilai etika yang seharusnya menjadi
bagian dari pendidikan etika bagi anak-anak di dunia dan masyarakat plural beragama dan
berbudaya. Empat nilai tersebut antara lain, rasa hormat, empati, rekonsiliasi, dan tanggung
jawab, daftar tidak disusun secara menyeluruh, dan nilai-nilai tersebut tidak lebih eksklusif
dari nilai-nilai lain. Pendidikan etika bagi anak-anak bukanlah usaha untuk menanamkan
daftar nilai etika tersebut ke anak-anak, tetapi untuk memelihara spiritualitas yang diperlukan
untuk kehidupan di dunia yang plural. Perlu dicatat bahwa nilai etika dan spiritual bukanlah
dua pembimbing perilaku yang terpisah, melainkan terkait, dan saling melengkapi satu sama
lain. Seorang spiritualis juga merupakan seseorang yang menjunjung etika, dan orang yang
menjunjung etika akan menunjukkan spiritualitasnya sehingga orang lain berusaha untuk
menirunya.

Pendidikan Etika
Dewan keagamaan mengembangkan suatu cara bersikap dan pendekatan kepada orang lain
yang berkaitan dengan keadaan diri sendiri.

Teori
Refleksi
etika
Praktek
Gambar ini menggambarkan proses pembelajaran yang berkembang seperti sebuah spiral.
Proses tersebut berlangsung melalui pembelajaran, tentu dengan ruang untuk bebas berpikir
kritis, bahwa setiap anak dan kaum muda akan mampu membangun dan mempraktekkan
hubungan yang positif dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, dan dengan apa yang
orang sebut sebagai Tuhan, Ultimate Reality atau Hadirat Ilahi. Membangun hubungan yang
positif akan memperkaya spiritualitas mereka, membuka jalan untuk perkembangannya,
saling memahami dan menghormati orang yang berbeda agama dan budaya. Pada gilirannya
ini akan memungkinkan anak-anak dan kaum muda dapat menjadi mitra dalam membangun
dunia yang didasarkan pada nilai-nilai dan praktik yang melindungi martabat manusia serta
mengembangkan solidaritas, tanggung jawab individu maupun kolektif, dan rekonsiliasi.
Pembelajaran etika melibatkan anak-anak dan remaja dalam mengajar dan berlatih
pendekatan ke kehidupan berdasarkan nilai atau norma dan etika, sehingga memungkinkan
terciptanya ruang untuk bebas berpikir kritis, sambil memelihara spiritualitas.

Dewan keagamaan mempromosikan cara berpikir yang baru dan dinamis tentang etika dalam
masyarakat global dan plural. Ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
semua agama dan masyarakat; sesuatu yang unik dari hasil inisiatif ini adalah dapat dilakukan
antar-agama. Dewan Keagamaan tidak mempromosikan sebuah agama baru, tetapi mengakui
dan menegaskan keberagaman. Ini bukan ‘metode pengajaran’ baru. tetapi cara baru yang
menekankan pada pembangunan hubungan yang positif. Pendekatannya:
> antar-budaya.
> antar-agama.
> Menegaskan keragaman.
> Menegaskan dialog dan komunikasi dalam diri sendiri dan dengan orang lain dan
berkelanjutan
> Proses pembelajaran individu dan kolektif.
Selama proses pembelajaran, ruang dibuat untuk hubungan pertukaran, interaksi dan
pemahaman. Dengan mempromosikan pemikiran kritis, pemahaman dan pikiran yang terbuka
terhadap orang lain, proses ini memungkinkan anak-anak, remaja dan orang dewasa untuk
menemukan tradisi mereka sendiri, nilai-nilai mereka sendiri, dan nilai, norma, serta tradisi
lainnya. Interaksi dengan orang lain smenciptakan kemungkinan untuk saling melengkapi
atau selanjutnya mengarah kepada kosa kata 'memberi dan menerima' yang merupakan
bentuk kemanusiaan.

Sebuah Nilai Kemanusiaan yang Lazim

Di hampir semua masyarakat, orang dimiliki oleh berbagai tradisi agama, dan masyarakat
biasanya mendapat inspirasi untuk bertindak etis berdasarka komitmen agama yang paling
umum di masyarakat itu. Faktanya, etika atau moral ideal dan penjelasannya sering terkait
erat dengan keyakinan agama. Jika kita bertanya mengapa seseorang terlibat dalam aktivitas
kemanusiaan, mereka mungkin mengatakan “Aku mengasihi Allah; Karena itu saya juga
sayang kepada tetangga saya. “Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, mengasihi sesama,
memenuhi kebutuhan dasar mereka, dipandang sebagai ujian atas kesetiaan sejati seseorang
kepada Allah. Dalam tradisi Islam, memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, melekat
sebagai kewajiban agama. Umat Buddha dalam melakukan pendekatan ke suatu lingkungan,
terinspirasi oleh rasa belas kasih bagi semua makhluk. Demikian pula seorang Hindu, Sikh
atau orang dari agama tradisional mendapatkan inspirasi berupa cara berhubungan dengan
dunia berdasarkan ajaran tradisi mereka. Saat ini, ada berbagai cara untuk mendapatkan
inspirasi dalam bertindak etis, misalnya dari sumber daya spiritual yang tidak membawa label
agama.
Konten moral atau etika menyatukan hubungan secara lebih lazim pada tindakan yang etis.
Nilai-nilai yang mendasari tersebut menginformasikan kepada kita apa yang harus dan tidak
boleh dilakukan saat terkait dengan orang lain dan dengan alam. Hal tersebut juga membantu
kita untuk membentuk beragam ide dan visi tentang apa yang dunia bisa lakukan atau harus
seperti apa, sehingga imajinasi kita tidak terbatas pada dunia seperti biasanya. Oleh karena
itu, nilai-nilai ini membantu kami untuk bekerja sama membuat dunia menjadi tempat yang
lebih baik.

Ekspresi konkret dari nilai kemanusiaan yang lazim


Keyakinan bahwa kita memang bisa memperkukuh kemanusiaan dan bekerja demi cita-cita
bersama di dalam hubungan satu sama lain telah dibuktikan di sejumlah daerah.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diadopsi pada tahun 1948. Hak yang kedepanya
dapat diinterpretasikan secara luas. Gagasan atas kebutuhan dasar, misalnya, tidak terbatas
pada makanan, air, pakaian dan tempat tinggal, tetapi telah diperluas hingga mencakup
kebutuhan fisik, mental, budaya dan spiritual; hak untuk identitas; dan kapasitas serta
kebebasan untuk memilih. Saat ini ada suatu dokumen, yaitu Piagam Bumi yang menyangkut
perlindungan terhadap alam dan memandu perilaku kita terhadap lingkungan.
Kebutuhan khusus anak-anak secara historis kurang mendapat perhatian, tetapi sekarang
sudah semakin diakui. ‘UN Convention on the Rights of the Child’ (CRC—konvensi PBB
tentang hak Anak)—Undang-undang hak untuk mereka yang di bawah 18 tahun—disahkan
pada tahun 1989, setelah diratifikasi oleh kumpulan negara-negara dengan agama dan
keyakinan budaya berbeda, paling banyak meratifikasi perjanjian hak asasi manusia di dunia.
Komitmen untuk membangun dunia yang lebih baik bagi anak-anak dengan menempatkan
hak-hak anak di ujung tombak demi perjuangan global atas hak asasi manusia, nantinya akan
diabadikan sebagai kewajiban moral dan hukum. Pada tahun tersebut, sejak CRC diadopsi,
pemerintah lebih menyadari pentingnya kelangsungan hidup anak-anak, pertumbuhan,
perlindungan, dan partisipasinya.
Dengan kata lain, kita sudah memiliki demonstrasi mengenai masyarakat yang dapat bersatu,
meskipun ada perbedaan, untuk menjalankan cita-cita etika dan moral bersama yang akan
mengatur, memfasilitasi dan menginspirasi hidup mereka bersama-sama.

Dunia Religius yang Plural


Agama menjadi sumber untuk kehidupan beretika
Selama berabad-abad, tradisi agama telah mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai etika
kepada umatnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa anak-anak dapat mempelajari nilai-
nilai kehidupan melalui kehidupan yang beragama. Pemahaman ini menunjukkan bahwa
agama, baik sebagai agama itu sendiri maupun ekspresi budaya, merupakan pembawa nilai-
nilai moral dan etika yang diajarkan melalui teks, perumpamaan, peribahasa, contoh, dan
praktek. Dengan demikian, berarti jika tidak ada ikatan kuat ke keluarga dan masyarakat,
perkembangan moral manusia yang disosialisasikan ke dalam norma-norma perilaku manusia
tidak mungkin terwujud.
Ilmuwan sosial, Michael Walzer berkata:
“Masyarakat tertentu tentunya memiliki anggota dan ingatan, kenangan atau ingatannya tidak
hanya dari mereka sendiri tetapi juga dari kehidupan mereka bersama. Kemanusiaan,
sebaliknya, memiliki anggota tapi tidak memiliki kenangan atau ingatan, sehingga mereka
tidak memiliki sejarah dan budaya, tidak ada praktek adat, tidak ada kekeluargaan, tidak ada
perayaan agama, tidak ada saling berbagi pemahaman sosial. Hal-hal tersebut seharusnya
dimiliki manusia, akan tetapi tidak ada cara tunggal untuk memiliki itu”.19
Keistimewaan atas suatu kelompok dapat menyebabkan eksklusivitas dan chauvinisme. Kita
tidak boleh meremehkan aksi atas bahaya intens yang mengancam perdamaian dan stabilitas
dunia oleh tindakan ekstrim dari banyak orang yang mengaku bertindak atas keetisan atau
atas nama agama mereka. Kita lihat contoh di seluruh dunia melalui anak-anak yang dipaksa
untuk melihat orang lain sebagai musuh, yang dipaksa untuk terlibat dalam tindak kekerasan
sebagai bagian dari komitmen keagamaan mereka, atau tidak bersosialiasi agar acuh terhadap
kebutuhan dan hak-hak orang lain. Oleh karena itu, proses belajar dalam semua tradisi agama,
terutama dalam kaitannya dengan anak, perlu memperhatikan 4 dimensi tanggung jawab
berikut:
Pertama: Pada semua tradisi agama, perlu diperhatikan, ketika menanamkan iman dan nilai-
nilai masyarakat pada anak-anak mereka, harus dipastikan bahwa nilai-nilai dan iman yang
diajarkan dan dipelajari sepenuhnya dengan menghormati dan menghargai ‘perbedaan’ orang
lain. Seorang anak yang tidak belajar untuk begaul dengan orang-orang yang memiliki
kepercayaan dan bertindak dengan cara yang berbeda, tidak akan siap untuk menghadapi
kehidupan di dunia agama dan budaya yang plural.
Kedua: Tradisi-tradisi keagamaan perlu membuat suatu kesadaran pada praktik mengajar
mereka untuk menegakkan nilai-nilai agama dan nilai budaya dari tradisi mereka yang
mendukung keterbukaan, kejujuran, dan sikap welas asih terhadap manusia lainnya. Nilai-
nilai ini perlu dibina ke anak-anak sejak usia dini.
Ketiga: Meskipun kita mengakui bahwa tradisi agama berbeda satu sama lain, kita juga perlu
mencari persamaan dan nilai-nilai yang tumpang tindih, yang bisa memberikan dasar bagi
orang untuk bertindak bersama-sama di tengah keprihatinan. Kita perlu mengajar dan
mempraktekkan iman kita dengan cara-cara yang menunjukkan rasa kemanusiaan dan saling
bergantung.
Keempat: Saat ini, kami juga menekankan pada konsep pendidikan antar-agama, belajar tidak
dalam keterasingan tetapi dalam kaitannya dengan satu sama lain. Anak-anak perlu
mengetahui dan menghargai tidak hanya iman mereka sendiri tetapi juga memiliki
pemahaman atas keyakinan orang lain, dan berbagi kebersamaan baik sebagai masyarakat dan
terutama dalam hubungannya dengan berbagai tantangan.
Kehidupan tidak didiskriminasi oleh keimanan. Terlepas dari keimanan kita, kita semua
berbagi pengalaman umum—kelahiran, kematian, sukacita dan rasa sakit. Kita semua
mencari jawaban atas pertanyaan eksistensial tertentu. Dalam menghadapi tantangan ini,
ajaran agama berusaha untuk mengembangkan kode yang memusatkan pada nilai etika, dan
masing-masing tradisi berusaha untuk menyampaikan nilai-nilai dan etika ini melalui
instruksi keagamaannya, diinterpretasikan ke dalam kehidupan beragama.
Selama UN 2002 Sesi Khusus Anak-anak, anak-anak yang berpartisipasi mengatakan:
“Kami berjanji untuk memperlakukan satu sama lain dengan bermartabat dan rasa hormat
Kami berjanji untuk terbuka dan peka terhadap perbedaan-perbedaan kami.
Kami adalah anak-anak dunia, dan meskipun latar belakang kami berbeda, kami berbagi
realitas umum.
Kami disatukan oleh sebuah perjuangan demi membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik
untuk semua,
Kalian menyebut kami sebagai masa depan, tapi kami juga merupakan masa kini.


19
Michael Walzer, Thick and Thin: Moral Argument at Home and Abroad, Notre Dame, University of Notre Dame Press,
1994, p. 8

Banyak kaum muda dan anak-anak saat ini tidak hanya menganggap dunia pluralistik itu
nyata tetapi juga memanfaatkannya sebagai sumber daya umum: pemahaman mereka tentang
dunia, interaksi mereka, kontribusi mereka dan pengalaman hidup secara umum, perpaduan
identitas serta dasar etika mereka dibentuk dan berdasarkan keragaman yang baru
dikemukakan. Mereka bersatu dengan perjuangan membuat dunia lebih baik dan bersedia
untuk melampaui tradisi mereka demi mencari kode yang berorientasi pada nilai etika.

Agama dan sekuler


Ada tautan intrinsik antara pendidikan etika dan pelajaran agama; namun keduanya tidak
sama. Pendidikan etika melampaui keyakinan agama.
Wilfred Cantwell Smith berpendapat:
“Dalam pandangan saya iman adalah apresiasi atas keindahan; setiap perjuangan atas
kebenaran; mengejar keadilan; pengakuan atas setiap hal yang baik, dan buruk. Dan hal itu
penting; setiap perasaan atau praktek atas cinta; setiap cinta dari apa yang Teis sebut sebagai
'Tuhan'; semua ini dan selanjutnya adalah contoh dari iman pribadi dan komunal.”21
Wilfred Cantwell Smith berpendapat bahwa menjadi bagian dari orang beriman berarti
memiliki kemampuan membedakan antara apa yang baik, dapat diterima atau yang buruk,
dan percaya pada masalah perbedaan tersebut. Orang yang hidup dengan cara seperti itu,
mungkin tidak membawa-bawa label agama, tetapi mereka telah memeluk spiritualitas yang
peka terhadap pentingnya hubungan positif pada kehidupan komunal. Mereka terkadang
diberi label ‘sekuler’ karena mereka tidak tergabung dalam tradisi agama tertentu.
Pada kenyataannya, mereka adalah mitra penting yang dapat digunakan untuk membangun
sebuah dunia yang cocok untuk anak-anak kita.

Belajar berhubungan satu sama lain

Baik keimanan dan kehidupan beragama dapat berakar pada tradisi agama, selain itu,
melampaui keistimewaan dari setiap agama. Etika yang diharapkan berkembang oleh Dewan
Keagamaan memiliki konteks agama dan terpusat pada hubungan satu sama lain. Etika
cenderung menjadi suatu perilaku dibanding sebagai dogma atau pengajaran—suatu
pendekatan ke orang lain, alam, and pada kehidupan itu sendiri. Hal tersebut terjadi melalui
suatu tindakan, praktek yang berasal dari situ, bukan dari teori, sehingga kita dapat
memahami tradisi kita dan orang lain.
Kita tidak bisa lagi hidup dengan situasi seakan setiap agama adalah suatu pulau. Di dunia
ini, orang dari agama yang berbeda dan orang yang tidak mempunyai agama, saling
menentang satu sama lain. Lingkungan dan masyarakat kita telah menjadi budaya dan agama
plural dan keyakinan dari orang lain dipermasalhkan. Hubungan antar agama dan pendekatan
pada kehidupan religius telah menjadi aspek lengkap untuk menjadi orang yang religius.

Pembelajaran lintas agama juga harus dipahami dalam konteks pendidikan berkualitas, seperti
yang dinyatakan dalam visi ke 6 Deklarasi tentang Pendidikan untuk Semua, dan dalam
empat pilar pendidikan UNESCO: belajar mengenal, belajar melakukan sesuatu, belajar untuk
hidup berdampingan, dan belajar menjadi sesuatu. Menurut UNESCO, pendidikan berkualitas
tinggi mengacu pada perkembangan pedoman kehidupan sehingga peserta didik merasa
percaya diri dan termotivasi untuk menerapkannya. Hal ini juga mengacu pada perkembangan
perilaku berdasarkan nilai-nilai positif—memahami dan menghormati orang dari berbagai
kalangan, memahami hak-hak mereka, menghargai alam, bagi masa lalu dan masa depan.
Menurut UNICEF, pendidikan yang berkualitas mempersiapkan individu untuk menjalani
keberhasilan dalam hidup dan menciptakan masyarakat yang sehat dengan pengetahuan yang
berkembang, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk membawa perubahan
perilaku yang akan memungkinkan anak-anak, remaja dan orang dewasa dapat mencegah
konflik dan kekerasan, baik secara terbuka maupun struktural; menyelesaikan konflik secara
damai; dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi perdamaian, baik bagi intrapersonal,
interpersonal, antarkelompok, tingkat nasional atau internasional. UNICEF mendukung
ketrampilan hidup yang berdasarkan pada pendidikan untuk mencegah kekerasan dan
membangun perdamaian, mendukung refleksi diri, emosional dan pembelajaran sosial yang
sejalan dengan empat pilar.

Berdoa bersama atau datang bersama-sama untuk berdoa


Pada Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian diselenggarakan di Assisi pada tahun 1986,
perbedaanyang jelas telah dibuat: Peserta tidak datang untuk berdoa bersama-sama, mereka
datang bersama-sama untuk berdoa. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait berdoa bersama
tersebut.
Saat ini, orang dari agama yang berbeda saling bertemu, mengenal satu sama lain, dan
bekerja sama. Orang yang memiliki kehidupan dengan berdialog bersama tetangga yang
berbeda agama, dan mengalami spiritualitas lain, mungkin berharap bahwa proses ini tumbuh
bersama dan disampaikan juga di dalam doa dan ibadah. Ada diantara mereka yang
mempertanyakan pada diri sendiri apakah ibadah, doa dan meditasi sebenarnya tidak harus
menjadi pangkal dari ziarah spiritual lintas agama; bahwa pencarian bersama ini akan lebih
dari kata-kata, mempromosikan dialog dan memimpin kerja sama masyarakat plural.

Keinginan untuk berbagi dalam ibadah dan doa sering muncul atas dasar keprihatinan
bersama untuk suatu komunitas, atau dalam menanggapi krisis dan bencana. Serangan teroris
pada 11 September 2001 dan Tsunami di Asia Selatan merupakan peristiwa ketika orang dari
agama yang berbeda datang bersama-sama secara spontan berdoa dan beribadah. Perang
Teluk pertama membawa orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim di berbagai belahan dunia
bersama-sama, dapat disebut, berdoa lintas agama. Di beberapa bagian dunia, doa antar-
agama dapat menjadi ekspresi dari koherensi nasional, seperti selama liburan sipil dan
perayaan masyarakat. Demonstrasi persatuan ini mencapai lintas perbedaan dari seluruh
agama. Peristiwa seperti ini mungkin kebetulan terjadi dan bersifat kurang lebih impersonal,
tetapi pada momen lain, ada doa antar-agama yang dengan sengaja dilakukan bersama seperti
pada pernikahan, perayaan syukuran, dan acara keluarga.

Ketika melibatkan dan mengikutsertakan anak-anak untuk berdoa lintas agama harus
dilakukan dengan sensitivitas yang baik serta rasa hormat atas setiap tradisi keagamaan.
Ibadah dan doa, yang terletak di inti jantung milik dimensi ritual dan spiritual dari setiap
tradisi. Pembelajaran antar agama yang didukung oleh Dewan Antaragama pada Pendidikan
Etika untuk Anak-anak dilakukan dengan hati-hati dan penuh hormat, harus bersama-sama
dan dengan kesadaran penuh atas kesucian setiap tradisi.

Spiritualitas

Anak-anak memiliki kapasitas spiritual yang signifikan. Pertama, anak-anak memiliki


kepekaan khusus atas waktu. Seorang anak mungkin dapat menetap sepenuhnya untuk waktu
yang lama, membungkuk pada barisan semut, terpikat oleh penjelajahan mereka. Dari sudut
pandang spiritual, anak memiliki kemampuan untuk terpikat pada suatu momen, sementara
para orang dewasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengulang pelajaran.
Kemampuan ini meliputi kesadaran penuh atas realitas yang didapat dan merasakan tak
terbatasnya waktu.

Karunia spiritual lain yang melekat pada anak-anak adalah imajinasi bukan fantasi atau
pemisahan khayalan dari kenyataan, tapi pengalaman dari diri yang seutuhnya. Hal ini
melibatkan tubuh dan indera sebanyak pemikiran. Seorang anak mungkin ingin mencium
adonan secara terus menerus ketika roti sedang dibuat, atau mendengarkan gemnericik air
hujan di atap, atau duduk diam-diam memantau sinar lilin yang menyala. Imajinasi yang
mengarahkan kepada sukacita, menjaga kegembiraan dan antusiasme, dan memicu energi dan
harapan.

Cinta adalah karakteristik ketiga dari kemampuan spiritual anak-anak. Memberi dan
menerima adalah jiwa dari setiap anak muda. Bukankah kita semua mengalami momen
spesial ketika seorang anak mendekati kita dengan mainan favorit, percaya bahwa kita tidak
akan mengambilnya, tetapi berbagi dan kemudian mengembalikannya. Akan tetapi, kita juga
mengetahui bagaimana awalnya seorang anak dapat belajar untuk tidak mempercayai orang
lain. Berkomitmen untuk menciptakan jaringan untuk orang yang menaruh perhatian atas
anak-anak, Pdt Takeyasu Miyamoto yang membentuk Dewan Pendidikan Etika Antaragama
bagi Anak-anak, menyatakan:
"Ini adalah keyakinan saya bahwa penurunan spiritual dan kurangnya perhatian terhadap etika
telah menjadi akar dari kekerasan dan ketidakadilan meningkat yang terlihat di sekitar kita
saat ini. Langkah penting pada jalan menuju perdamaian adalah dengan memastikan bahwa
setiap anak tumbuh dengan akses penuh menuju kapasitas bawaannya untuk perkembangan
spiritual. Hal ini menjadi alasan atas pentingnya pelaksanaan pendidikan etika antaragama,
baik di sekolah dan di berbagai latar ‘pendidikan’ lain—demi mencapai tujuan membangun
dunia yang damai bagi kehormatan manusia, dunia yang sesuai untuk anak-anak dalam arti
sebenarnya.”

Ada ungkapan yang berlaku tentang kemungkinan anak-anak untuk mengakses “kapasitas
bawaan demi perkembangan spiritual mereka.” Hal ini berarti bahwa spiritualitas bukanlah
sesuatu yang disodorkan atau bahkan diberikan kepada anak. Sebaliknya, etika pendidikan
bertujuan memberdayakan anak untuk membuka spiritualitas secara penuh demi
kesejahteraan dirinya dan seluruh masyarakat. Kesadaran penting untuk mengenali anak yang
memiliki ‘kemampuan spriritual bawaan, harus dipelihara dan dikembangkan. Bagi anak-
anak yang menunjukkan kepada kita tentang waktu yang terbatas, imajinasi, dan rasa cinta,
dapat kita tawarkan kata-kata dan gambaran bahwa kita dapat menampung waktu tanpa batas,
khayalan yang menakjubkan, dan kasih sayang yang tak terhingga. Spiritualitas ini penting
untuk dipelihara dalam agama atau tradisi spiritual tertentu pada anak sehingga struktur dan
pondasi nyata yang tersedia dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan ini terjadi melalui
suatu proses yang melibatkan pengajaran, refleksi kritis, integrasi, dan membangun serta
menerapkan hubungan yang positif

Spiritualitas dan agama tidak sama, dan pada beberapa waktu akan bertentangan satu sama
lain. Penekanannya ditempatkan oleh beberapa spiritualitas yang mungkin timbul dari
keinginan untuk lebih terbuka sehingga tidak semuanya dibatasi dalam batas-batas agama
yang ada. Namun, ada juga spiritualitas sesat yang membimbing orang-orang ke dalam
keasyikan egosentris dengan diri mereka sendiri, atau menurunkan realitas dunia tempat
mereka tinggal. Ada orang yang berpikir bahwa spiritualitas berkaitan dengan perasaan dan
emosi. Akan tetapi spiritualitas adalah cara untuk menyalurkan emosi, perasaan, dan kasih
sayang ke dalam suatu ikatan. Ikatan tersebut, pada gilirannya, merupakan kebebasan dan
pemberdayaan yang dinamis.

Spiritualitas adalah sikap, cara menjadi sesuatu, menempatkan diri di alam semesta. Sesuatu
yang menyebabkan kita dapat melampaui apa yang ada pada diri kita, melampaui apa yang
biasanya kita alami. Pertama, spiritualitas ‘bergerak ke luar’ yang tertarik pada suatu akhir,
tidak secara langsung. Jika, misalnya, kita melihat situasi ketika orang dewasa menggunakan
kekerasan terhadap anak, hampir selalu karena mereka terjebak dalam ‘kedekatan’—mereka
tidak bisa bergerak ke suatu akhiran. Dalam banyak kasus, bentuk kenyamanan ini secara
langsung dapat menyebabkan orang dewasa untuk melakukan kekerasan. Menghukum anak-
anak menunjukkan keprihatinan tentang kelangsungan, keinginan untuk mebebaskan anak
sebagai keinginan langsung tanpa bertanya apa hukuman ini akan berarti untuk anak ini
dalam jangka panjang. Spiritualitas bergerak di luar—spiritualitas yang melampaui—tidak
puas secara langsung, tetapi berusaha untuk merangkul yang utama.

Kedua, spiritualitas yang bergerak melampaui tentu tidak puas dengan berbagai
jawaban.Melampaui berarti mepertanyakan. Kebanyakan orang ingin jawaban yang cepat.
Semakin banyak pertanyaan dari orang-orang, maka akan lebih banyak gerakan melampaui
yang mereka dapatkan. Kita terkadang begitu yakin memiliki jawaban namun kita gagal
untuk mengajukan pertanyaan. Sikap spiritual menunjukkan bahwa kita tidak bisa puas
dengan jawaban itu sendiri.

Ketiga, spiritualitas yang bergerak melampaui tidak bisa dibatasi oleh suatu pembatas.
Sebagai gantinya, spiritualitas tidak difokuskan pada suatu kemungkinan. Hal ini mungkin
bagi orang untuk hidup dan bekerja sama demi kebaikan masyarakat. Panggilan untuk
mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri adalah sebuah tantangan untukdilampaui,
mencoba untuk hidup pada apa yang disebut sebagai kontradiksi. Apakah mungkin seseorang
dapat mencintai musuhnya? Ketika mempertanyakan apakah itu realistis, berarti kita telah
membuka diri untuk kemungkinan itu sendiri.

Spiritualitas merupakan suatu panggilan untuk bergerak melampaui posisi seseorang—dari


langsung ke ‘ultimate’, dari jawaban ke pertanyaan, dari batas-batas ke suatu kemungkinan.
Dengan memelihara potensi spiritualitas bawaan, maka dapat meningkatkan gerakan untuk
membangun dunia yang sesuai bagi anak-anak.
Berikut ini merupakan bagian dari Pembelajaran untuk Hidup Berdampingan yang
memberikan panduan praktis untuk program antarbudaya dan antaragama untuk pendidikan
etika. Proses ini dibagi menjadi dua Modul Belajar yang menyarankan ide-ide untuk berbagai
kegiatan dan didukung oleh sumber daya dari tradisi berbeda dan dengan daerah kondusif
untuk proses pembelajaran. Kami harap Anda akan mendapatkan manfaat dari sumber
tersebut.

Bagian 1
Panduan Pengguna
Ruang lingkup dan Tujuan
Pembelajaran antarbudaya dan antaragama untuk pendidikan etika menegaskan keragaman
dan mengembangkan dialog dan komunikasi dengan orang lain, serta dengan diri sendiri. Ini
adalah proses yang berkelanjutan dari pembelajaran individu dan kolektif yang mendukung
cara konstruktif untuk hidup bersama di dunia global dan plural. Hal ini tentu berupaya untuk
menegakkan, memelihara, dan memungkinkan pertumbuhan nilai-nilai persatuan pada anak-
anak dan kaum muda.
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai etika dipromosikan melalui Pembelajaran untuk Hidup
Berdampingan yang disajikan pada misi Dewan Etika Pendidikan Antaragama untuk Anak-
anak. Misi ini bertujuan untuk membina rasa hormat kepada orang dari berbagai agama dan
kebudayaan antara anak-anak dengan:

> Mempromosikan sistem nilai yang menekankan pada hidup berdampingan, bermartabat dan
harmonis serta solidaritas antara orang-orang dari kelas yang berbeda etnis, agama, budaya,
latar belakang dan ideologi.
> Mempromosikan praktek nilai-nilai universal yang positif seperti komitmen atas hak asasi
manusia yang telah diuraikan dan diadopsi oleh masyarakat internasional.
> Membina spiritualitas yang secara alami akan membimbing kita agar menghormati agama
lain, saling pengertian dan berinteraksi di antara berbagai agama, sehingga dapat
meningkatkan budaya keagamaan yang telah berakar pada setiap tradisi iman.
> Memupuk budaya damai yang dapat melengkapi anak-anak dan kaum muda untuk menjadi
agen perubahan dan pendiri perdamaian.

Modul Pembelajaran

Belajar untuk Hidup Berdampingan memiliki dua Modul Belajar: Memahami diri dan orang
lain dan Mentransformasikan Dunia Secara Bersama-sama, yang dapat ditemukan di Bagian
2. Kedua modul terkait dan saling melengkapi.
Modul terdiri dari sejumlah ‘kiosk’ yang telah dikembangkan bagi peserta untuk memulai
perjalanan pembelajaran, di mana jalan yang berbeda akan membekali mereka untuk
menanggapi tantangan etika dan membantu mereka agar dapat menjadi agen perubahan.
Modul ini disertai oleh sejumlah metode evaluasi, yang dapat ditemukan pada Bagian 3,
untuk membantu Anda dan peserta menilai kemajuan masing-masing. Bagian 4 menyajikan
pilihan kegiatan yang bisa Anda pilih pada saat merancang rute spesifik melalui modul.
Berbagai aran kegiatan yang tepat telah disediakan pada setiap modul. Dua modul
diilustrasikan dalam peta pedesaan. Tidak ada satu rute yang harus diikuti—Anda dapat
menentukan jalan Anda sendiri bersama-sama dengan tim Anda. Sebuah poster disertakan
untuk membantu menampilkan setiap modul.

Kata 'kiosk' berasal dari Persia dan mengacu pada entitas yang bertindak sebagai bayangan
atau
yang memberikan keteduhan. Pada awalnya, terdapat dalam arsitektur Islam, sebuah paviliun
melingkar terbuka yang terdiri dari atap yang didukung oleh pilar, ruang terbuka, tetapi masih
sebagai ruang yang terlindungi. Kiosk umumnya ada di Persia, India, Pakistan dan di
Kekaisaran Ottoman dari tanggal 13abad selanjutnya. Kios (Persia Kushk; Arab Koshk; Turki
Kösk; Prancis Kiosque; Kios Jerman; Kios Polandia; Portugis Quiosque; Rumania Chios¸c;
dan Spanyol (Quiosco atau Kiosco).

‘Kiosk’ adalah suatu tempat bernaung, tempat berlindung ketika motivasi anda terhenti. ,
penemuan, pemaparan, refleksi dan dialog. Pergi ke kiosk yang berbeda akan membawa
peserta pada perjalanan menuju penemuan jati diri.
Tidak ada batas waktu. Sebaliknya, program dapat disesuaikan dengan kebutuhan tertentu
suatu kelompok, memberikan ruang yang cukup bagi peserta untuk merefleksikan dan
menemukan ikatan di dalam dan di antara masing-masing kiosk. Modul juga dapat
disesuaikan dengan situasi dan konteks yang berbeda. Peta desa mengindikasikan suatu
daerah, atau tempat peristirahatan, tempat Anda berhenti sejenak untuk menilai proses belajar
peserta. Anda dapat mengarah ke tempat peristirahatan yang petunjuknya ada pada Bagian
Monitoring Progress untuk informasi lebih lanjut.
Jalan pembelajaran yang Anda pilih harus membebaskan peserta untuk membuat hubungan
antara kiosk secara berturut-turut. Pendekatan ini akan membantu peserta untuk memelihara
nilai-nilai yang dipromosikan pada setiap modul dan mengaitkan pelaksanaannya ke
kehidupan mereka sendiri. jalan Jalan tersebut juga harus memungkinkan proses penemuan
yang mendorong sikap positif dan perilaku yang kondusif untuk hidup bersama, menghormati
budaya dan agama yang berbeda, dan bersama-sama mengubah dunia plural yang kita
tempati.

Empat nilai
Learning to Live together mempromosikan empat nilai-nilai etika yang utama:
> Menghormati.
> Empati.
> Tanggung Jawab.
> Rekonsiliasi.
Nilai-nilai ini diintegrasikan ke dalam dua modul dan diterapkan untuk konteks dan situasi
yang berbeda, dengan tujuan memfasilitasi proses pembelajaran antar agama dan
menegakkan perdamaian.
Melalui modul ini, peserta didorong untuk belajar.
> Bagaimana menghormati dan memahami diri dan orang lain.
> Bagaimana bertindak dengan sikap rekonsiliasi terhadap diri sendiri dan orang lain.
> Bagaimana menanggapi kebutuhan dunia dan melindungi hak asasi manusia.
Menghormati orang dari agama, budaya, dan peradaban yang berbeda dikembangkan dan
ditingkatkan dengan menyesuaikan diri di lingkungan lain—untuk mempelajari makna
empati. Rasa hormat dan empati mengarahkan pada kesadaran yang lebih besar, dan tindakan
yang didasari pada tanggung jawab atas individu dan kolektif, yang mengarah ke rekonsiliasi
terbuka. Martabat manusia dijunjung dan dijaga ketika kita sadar atas berbagai pengalaman
dan realitas, sejarah dan kenangan yang dibawa manusia, dan ketika kita bekerja untuk
kedamaian, keadilan, kesetaraan, hak asasi manusia dan hidup berdampingan secara
harmonis.

Modul
Modul 1: Memahami Diri dan Orang lain
Dalam modul ini, peserta belajar tentang diri sendiri dalam relasi dengan orang lain. Mereka
belajar untuk menghargai perbedaan dan persamaan, mendengarkan dan menghargai
perpektif orang lain, dan memahami serta menghormati mereka yang berbeda dan berpikir
dengan cara berbeda.

Jalan untuk memahami diri sendiri dan orang lain


Mengenali diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain
Menghargai perbedaan
Dapat menempatkan diri di lingkungan lain
Dapatkah kita bergaul?
Menyikapi kebutuhan untuk saling memahami
Suatu dasar Kemanusiaan
Modul 2: Mengubah Dunia Bersama-sama
Dalam modul ini peserta menemukan dunia yang membutuhkan transformasi sosial. Berbagai
aktivitas akan membimbing mereka untuk membuka diri terhadap rekonsiliasi dan
mendukung kemampuan mereka untuk berhubungan dengan orang lain. Hal ini dirancang
untuk membekali mereka agar dapat bekerja dengan orang-orang dari budaya dan agama
yang berbeda dan demi membantu mengubah masyarakat mereka sendiri maupun dunia yang
lebih luas secara bersama-sama serta berpengaruh dalam lingkungan mereka sendiri.

Menghargai satu sama lain’


Konflik: Kekerasan dan ketidakadilan di sekitar saya
Kedamaian dimulai dari saya
Pilihan alternatif tanpa unsur kekerasan
Jalan menuju rekonsiliasi
Bekerjasama mengubah dunia
Membangun kepercayaan

Mendidik kaum muda untuk mengembangkan spiritulitas bawaan mereka

Belajar untuk Hidup Berdampingan dikembangkan untuk mengenalkan anak-anak dan remaja
ke dimensi spiritual dalam kehidupan. Kita berusaha untuk berkontribusi atas hak mereka
sepenuhnya, perkembangan dan kesehatan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial,
sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak. Tujuan dari pendidikan ini adalah agar setiap
peserta dapat mengembangkan citra diri serta berhubungan yang positif dengan orang lain,
lingkungan, dan dengan Tuhan, Ultimate Reality atau Hadirat Ilahi, dan dengan demikian
dapat memperdalam kualitas hidup sebagai anggota masyarakat, baik di tingkat lokal maupun
global. Dengan memperdalam pemahaman, membudidayakan kecerdasan moral, dan berpikir
kritis, anak-anak dan kaum muda akan lebih siap dalam menghadapi tantangan untuk
membuat pilihan terbaik di dunia yang dilengkapi oleh berbagai macam pengaruh dan
pilihan.

Pendidik dan fasilitator - inti dari proses pembelajaran


Belajar untuk Hidup Berdampingan memerlukan gaya demokratis dan partisipatif yang
memfasilitasi. Idenya adalah bukan orang dewasa/guru yang tahu tentang etika dan nilai-nilai
dan anak-anak/remaja tidak tahu. Pendidik/fasilitator bukan menginstruksikan melainkan
membimbing dan menata proses pembelajaran dengan cara menyelenggarakan kegiatan
belajar. Proses tersebut membantu setiap orang, siswa dan guru, untuk bersama-sama
mengembangkan dan mempertanyakan pengetahuan, sikap dan perilaku mereka.
‘Kualitas’dari pendidik/fasilitator membuat semua perbedaan menjadi bagaian dari
pengalaman belajar. Peserta bergantung pada Anda sebagai fasilitator yang secara aman
membimbing meraka sepanjang perjalanan. Mereka ingin percaya terhadap Anda untuk tidak
mengolok-olok melainkan mendukung mereka di masa sulit atau dalam keadaan memalukan.
Fasilitator yang menunjukkan diri mereka terorganisir dengan baik, adil, dan jujur akan
membangun kepercayaan para peserta, dan menjamin peserta akan dengan senang hati
menjadi bagian dari perjalanan yang telah Anda tata untuk mereka.
Pedoman penting untuk fasilitator:
1. Bersiaplah untuk setiap sesi; Tanamkan dalam pikiran Anda terlebih dahulu dan berpikir
tentang diskusi dan perkembangan yang mungkin akan timbul pada setiap tahap. Bersiaplah
menghadapi masalah atau kesulitan dan pertanyaan. Pastikan Anda memiliki semua peralatan
yang Anda butuhkan dan menemukan cara aman untuk membuka dan menyimpulkan
kegiatan yang dipilih.
2. Pentingya waktu. Sesuaikan aktivitas Anda dengan waktu yang tersedia. Jika waktu tidak
mencukupi, sebaiknya Anda memutuskan dimana dapat mempersingkat aktivitas atau
menyelesikan dengan tepat sampai waktu berikutnya.
3. Selalu memiliki jeda yang baik untuk membuka sesi, mengajak semua orang bersama-sama
(setelah waktu terpisah), untuk merasakan kebaikan di dalam sesi tersebut.
4. Buatlah sesi tersebut menyenangkan—peserta akan lebih terbuka untuk terlibat dan
berinteraksi jika mereka merasa bersenang-senang bersama.
5. Jangan menunjukkan perilaku atau sikap diantara peserta. Jelaskan bahwa rasisme atau
prasangka apapun tidak memiliki tempat di dalam ruangan tersebut. Jika hal ini telah menjadi
permasalahan sejak awal, mungkin perlu menjadi isu pertama yang dapat didiskusikan
dengan para peserta.
6. Perlakukan peserta Anda dengan hormat setiap saat, sebagai penghormatan terhadap orang
lain tentunya dipelajari melalui panutan yang baik.

Proses dan Pedoman Pembelajaran

Proses Pembelajaran

Aksi
Refleksi
Penemuan
Dialog
Ekplorasi
Motivasi

Proses pembelajaran yang digambarkan di sini adalah panduan untuk membantu pendidikan
etika fasilitator dengan memastikan bahwa peserta terlibat aktif dalam pengalaman ini. Bagan
spiral ini membawa peserta untuk melalui proses penemuan, hasilnya akan mengarah ke
refleksi baru dan tetap melanjutkan pembelajaran. Proses pembelajaran berfungsi sebagai
model untuk sesi persiapan dan membuat peserta lebih sadar atas pengalaman belajar dari
agama mereka sendiri.

Motivasi
Mulailah sesi Anda dengan menggunakan serangkaian cerita, lagu, puisi atau kartun yang
merangsang rasa ingin tahu peserta tentang topik ini, menantang persepsi mereka dan
memotivasi mereka untuk mengeksplorasi permasalahan etika selanjutnya. Pastikan untuk
bertanya kepada peserta tentang musik dan media yang mungkin sesuai atau relevan dengan
kegiatan, yang dapat ditambahkan sebagai sumber, dapat ditemukan pada Bagian 5.

Eksplorasi
Setelah peserta bersemangat pada suatu topik, mereka akan mengeksplorasi informasi yang
relevan. Ini bukan saatnya menyajikan berbagai fakta, melainkan waktu bagi peserta untuk
mengeksplorasi ide-ide dan mendapatkan pengalaman baru melalui pelatihan praktis. Saat
yang tepat untuk menciptakan suasana dimana peserta dapat membuka diri satu sama lain,
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan apa yang dirasakan oleh batin mereka.
Dialog
Dialog merupakan pusat dari proses pembelajaran, terutama proses pembelajaran agama.
Dialog memberikan kesempatan untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, menemukan hal
lain, dan memungkinkan peserta berkesempatan untuk menantang persepsi mereka sendiri.
Ruang yang tepat perlu diciptakan agar peserta merasa nyaman untuk berpartisipasi penuh
tanpa meraa dihakimi.

Penemuan
Melalui proses dialog, peserta akan menemukan pemahaman dan ide-ide baru. Namun,
penemuan tidak datang segera atau dengan sekaligus. Ruang diperlukan untuk berbagi hasil
yang utama dari diskusi kelompok. Hal ini dapat memungkinkan peserta untuk memiliki
pengalaman ‘aha!’, dimana mereka menyatukan potongan-potongan tersebut dan
mendapatkan realisasi baru.

Refleksi
Momen untuk menemukan ikatan dengan diri sendiri. Anda dapat memberikan waktu sejenak
untuk refleksi individual dengan menggunakan Learning Log (lihat hal. 53), disini peserta
dapat merevisi pembelajaran mereka sendiri dalam kaitannya dengan situasi praktis dan
menilai kadar dan sikap mereka.

Aksi
Aksi tidak selalu merupakan bagian dari sesi, tetapi harus selalu menjadi hasil dari
pembelajaran. Setiap sesi harus menyimpulkan dengan peserta yang berkaitan belajar mereka
dengan realitas mereka sendiri, yang dapat menginspirasi mereka untuk mengidentifikasi
tindakan yang tepat. Setiap sesi perlu memberdayakan peserta untuk menjadi agen perubahan,
untuk memperkuat kemampuan mereka dalam menghadapi situasi yang membutuhkan sikap
saling pengertian.

Pendidikan etika melalui pembelajaran antarbudaya dan antaragama bukanlah sebuah akhir,
tetapi sarana pendidikan. Pembelajaran dikembangkan dari perspektif lintas budaya dan lintas
agama, proses pembelajaran memungkinkan peserta untuk merefleksikan diri pada budaya
yang berbeda, tradisi iman, ide-ide dan cara berpikir. Hal ini juga dikembangkan untuk
membantu peserta membuka diri untuk orang lain, membina batin mereka, dan bertindak atas
kebutuhan lingkungan mereka dengan lebih baik.

Metodologi
Belajar untuk Hidup Berdampingan menggabungkan kedua metodologi, baik tradisional
maupun modern. Untuk membantu Anda memberikan keseimbangan yang tepat selama
menjalankan program Anda, kegiatan dikelompokkan menurut metodologi, seperti yang ada
pada halaman 63 dan 64, Bagian 5, Sumber Daya. Materi yang diberikan cukup untuk semua
kegiatan ini, akan tetapi Anda diharapkan juga dapat menciptakan materi sendiri.

Dukungan terhadap anak secara keseluruhan terdapat dalam tulisan Janusz Korczak, penulis
anak-anak dan pendidik asal Polandia-Yahudi. Beliau memainkan peran penting dalam
memberikan wawasan baru ke dalam psikologi anak. Dari buku hariannya dan tulisan
lainnya, kita dapat menyoroti perilaku dan pendekatan berikut:
>> Mendorong setiap anak untuk menguatkan kesehatan atas dirinya sendiri. Dia harus
merasa bahagia dengan dirinya sendiri, tetapi tidak perlu merendahkan yang lain; ini
merupakan sayarat untuk menjadi seorang individu yang beretika. Setiap anak harus didorong
untuk mengembangkan rasa bangga atas dirinya atau keluarganya, masyarakat, budaya dan
agama, sementara juga dapat menghargai keluarga, masyarakat, budaya dan agama.
>> Mendiskusikan dan merefleksikan situasi konkret dengan menggunakan studi kasus, baik
kisah nyata dari orang lain, atau situasi yang didapat dari pengalaman peserta lain, dimana
keputusan dan pilihan yang etis diperlukan. Diskusi harus fokus pada pilihan yang telah
ditentukan dan proses musyawarah yang didahului dengan pemilihan: Apa yang harus
diperhitungkan dan mengapa? Apa yang akan menjadi konsekuensi saat pilihan lain telah
dibuat?
>>Menggunakan cerita tradisional, perumpamaan, kata-kata mutiara, dan lagu-lagu untuk
memberikan struktur dan membimbing diskusi perilaku etis.
>> Fasilitator harus setiap saat menampilkan perilaku etis terhadap siswa dan terhadap satu
sama lain. Kaum muda sangat cepat menangkap ketegangan dan kekasaran di antara orang
dewasa dan dapat menggunakannya sebagai alasan untuk perilaku mereka sendiri.
>> Mengembangkan kumpulan norma perilaku dan, bila diperlukan, mengadakan diskusi
dengan tertib ketika norma-norma ini dilanggar.20

Pendekatan ini mengarahkan pada metodologi yang menyediakan ruang untuk pertukaran,
interaksi, pertemuan, penemuan, berpikir kritis, refleksi dan aksi. Metodologi Belajar untuk
Hidup Berdampingan menempatkan individu dalam proses pembelajaran diri yang dilakukan
dalam kaitannya dengan orang lain. Hal ini juga membantu individu untuk mengembangkan
keterampilan, meningkatkan pengetahuan peserta, dan demi memelihara sikap yang
memberdayakan, sehingga mereka dapat belajar untuk hidup dan bertindak di dalam
masyarakat plural.

Peran Anda sebagai fasilitator untuk dapat memilih metodologi yang paling tepat bagi tiap
kelompok. Perlu diingat bahwa metodologi yang disarankan dapat digunakan dengan
berbagai kombinasi yang disesuaikan dengan konteks dan usia peserta. Kombinasi tersebut
dapat diterapkan untuk berbagai kegiatan. Metode dirancang untuk mempromosikan
partisipasi secara aktif, keterlibatan, dan hubungan dengan orang lain.

Metodologi yang disarankan


Pembelajaran berbasis pengalaman
Pembelajaran berbasis pengalaman menggunakan pengalaman dan difokuskan pada
pemikiran untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan
memperjelas berbagai nilai.21Pengalaman melibatkan peristiwa sebelumnya di dalam
kehidupan peserta, peristiwa terkini, atau yang timbul dari partisipasi dalam kegiatan praktis
yang dilaksanakan oleh pengajar dan fasilitator. Peserta didik dapat merenungkan,
mengevaluasi dan menganalisis pengalaman, baik secara individual maupun kolektif.
Pembelajaran berbasis pengalaman memiliki tiga karakteristik:


20
Janusz Korczak (1878 – 1942), a Polish-Jewish paediatrician, children’s author and child pedagogue. Refusing offers of help for his own
safety, he accompanied children of his orphanage into Auschwitz and is reported to have said, “You do not leave a sick child in the night,
and you do not leave children at a time like this.” Korczak’s approach to child pedagogy was to value the child as an actor in the present;
that children have their own rights. He elaborated the ideas of “courts” in orphanages, where everybody – children and adults alike – were
rewarded and corrected on an equal basis (see UNESCO Prospects, Quarterly Review of Education, Volume XVII, 1987).
21
David Kolb, Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development, Englewood Cliffs, NJ,Prentice Hall, 1984.
Association for Experiential Education. http://www.aee.org
> Keterlibatan seluruh orang—kecerdasan, perasaan dan indera.
> Relasi pembelajaran terkait pengalaman pribadi
> Refleksi berkelanjutan untuk bertansformasi menuju pemahaman lebih dalam

Metodologi berbasis Pengalaman dapat dikembangkan melalui beberapa teknik, termasuk


simulasi, permainan, bertukar peran, magang (Keja Kuliah Nyata), dan kunjungan lapangan.

Pembelajaran kooperatif
Peserta didik dibagi menjadi kelompok kecil yang bekerja secara independen untuk mencapai
tujuan bersama. Para peserta berusaha untuk saling mendukung sehingga semua anggota
kelompok memperoleh manfaat dari usaha masing-masing. Dalam pembelajaran kooperatif,
ada sikap saling ketergantungan yang positif di antara upaya belajar para peserta; peserta
merasa bahwa mereka dapat mencapai tujuan hanya jika semua anggota berkontribusi
terhadap tugas yang diberikan. Metode ini memungkinkan pembelajaran melalui interaksi.
Pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan anak untuk bekerja dengan orang yang
berbeda. Selama beinteraksi dengan kelompok kecil, mereka dapat menemukan banyak
kesempatan untuk merenungkan dan menanggapi beragam komentar yang dibawa oleh
anggota dari kelompok lain. kelompok-kelompok kecil juga memungkinkan anak-anak dan
remaja untuk menambah perspektif mereka terkait masalah yang berdasarkan perbedaan
budaya mereka. Bertukar pikiran dalam diskusi ini membantu peserta untuk memahami
budaya dan sudut pandang lain.
Pembelajaran kooperatif ini juga meningkatkan kemampuan komunikasi peserta dan
menguatkan harga diri mereka. Kegiatan yang melibatkan pembelajaran kooperatif
mempromosikan keberhasilan semua peserta di dalam kelompok, sehingga ada kontribusi
yang diberikan untuk menunjukkan kemampuan setiap peserta. Contoh teknik pembelajaran
berbasis kooperatif adalah proyek bersama, permainan, dan bertukar peran.

Pembelajaran berbasi permasalahan


Dalam metodologi ini, masalah digunakan untuk membantu mengembangkan kreativitas
anak-anak, cara berpikir kritis mereka, kemampuan mereka untuk menganalisis dan
merefleksikan nilai-nilai etika. Metodologi berbasis masalah mendorong peserta untuk
mengajukan dan menjawab pertanyaan, memanfaatkan rasa ingin tahu mereka yang masih
alami. Anak-anak dan remaja dihadapkan dengan masalah yang tidak memiliki jawaban
mutlak atau solusi yang mudah dan yang mencerminkan kompleksitas situasi di dunia nyata.

Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta untuk aktif, berorientasi pada tugas, dan
dapat mengendalikan diri untuk pembelajaran mereka sendiri. Metodologi ini dapat
digunakan dengan contoh peran, menganalisis studi kasus, dilema dan masalah sosial, atau
dengan teknik yang melibatkan pembelajaran berbasis pengalaman.

Pembelajaran berbasis introspeksi


Refleksi dapat dianggap sebagai bagian dari semua metodologi yang disebutkan di atas.
Metodologi tersebu melibatkan refleksi individu dan kolektif pada tahapan yang berbeda.
Namun, ada jenis lain dari refleksi yang melampaui kecerdasan dan membantu anak-anak
untuk menilai pemikiran mereka sendiri dan memfokuskan perhatian mereka ke pembelajaran
ini. Jenis refleksi ini mengacu pada metodologi introspektif yang membantu memelihara diri
dan dimensi spiritual pada anak-anak.
Introspeksi memberi peserta kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pikiran,
perasaan batin, keinginan mereka. Hal ini sangat penting bagi program antar budaya dan
antar-agama untuk pendidikan etika karena memungkinkan anak-anak agar dapat
merefleksikan nilai dan sikap mereka. Selain itu, bermanfaat bagi taraf perubahan diri dan
komitmen.
Introspeksi dapat berlangsung secara individu maupun kelompok. Teknik seperti meditasi,
saat diam atau praktek pemikiran lainnya dapat membantu peserta menciptakan pengalaman
reflektif diri.

Teknik yang disarankan


>Seni: Seni adalah kendaraan yang sangat baik untuk pembelajaran. Hal ini dapat
merangsang kreativitas dan meningkatkan kemampuan untuk menerjemahkan ide-ide dalam
kata-kata, gambar dan suara. Seni melengkapi kecerdasan dan membantu anak-anak
merefleksikan dan kemudian mengungkapkan pikiran dan ide-ide kreatif mereka. Seni
mencakup kegiatan menulis lagu, membuat kolase, melukis T-shirt, menggambar, membuat
film, mengambil foto, dan menulis puisi atau cerita. Selain itu, ada kemungkinkan kita untuk
mengeksplorasi budaya atau masyarakat melalui seni.
>Pertanyaan apresiatif22: Ini adalah teknik yang lebih rumit. Teknik ini menegaskan bahwa
masalah sering muncul dari hasil perspektif kita sendiri. Hal ini didasarkan pada eksplorasi
dari situasi yang berubah dengan cara mengenali hal terbaik yang ada pada individu dan
menemukan apa yang penting dalam hubungan manusia dan sistemnya. Selain itu, dengan
melibatkan identifikasi paralel dari masa lalu, menganalisis pekerjaan terbaik, dan
membayangkan apa yang diinginkan di masa depan. Dengan demikan, kita perlu melihat
kapasitas masyarakat dan membangun kekuatan mereka untuk menemukan cara agar dapat
mengubah situasi tertentu.
>Debat: Ini adalah metode formal berupa argumentasi antara dua tim atau individu. Metode
ini membutuhkan lebih dari keterampilan lisan atau kinerja belaka, debat meliputi argumen
ideal yang masuk akal, bertoleransi atas perbedaan perpektif, dan teliti memeriksa diri. Debat
adalah suatu cara bagi mereka yang memegang pandangan berlawanan untuk membahas isu-
isu kontroversial tanpa merendahkan diri dengan penghinaan, menunjukkan emosi, atau
prasangka pribadi.23
>Berbagi pengalaman: Teknik ini meningkatkan kapasitas anak-anak dan kaum muda untuk
mendengarkan, mengartikulasikan pikiran dan perasaan mereka, dan untuk menjalin
hubungan dengan orang lain, membawa mereka ke dalam pengalaman reflektif yang akan
membantu mereka mengatasi prasangka mereka sendiri. Dengan menggunakan dongeng,
lingkaran bergilir, kisah-kisah nyata, film, lagu, dan laporan berita akan membantu
terciptanya lingkungan untuk berbagi pengalaman pribadi.
>Karya Wisata: Teknik ini memperluas pembelajaran anak karena melampaui pembelajaran
dalam kelas ke masyarakat luar. Karyawisata memberi pengalaman baru dan asing yang tidak
bisa direproduksi oleh anak-anak di lingkungan sekolah. Kunjungan lapangan ini juga
memberikan kesempatan untuk meningkatkan sosialisasi dan kewarganegaraan serta
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang subjek tertentu.
>Focus Group: Diskusi ini dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 5 sampai 10 orang
untuk menghasilkan informasi dan pendapat tentang topik tertentu. Focus group dijalankan
oleh moderator yang mengembangkan pedoman diskusi sesuai dengan kelompok dan
memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berbicara. Interaksi antara
peserta dapat merangsang diskusi penuh dan berwawasan, tentunya mengacu pada data
kualitatif tentang dampak dan efektivitas program. Mereka dapat digunakan untuk memeriksa
jenis konsep dan nilai-nilai yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa tentang perdamaian,
ide-ide tentang bagaimana menangani kekerasan, dan saran tentang b cara terbaik untuk
mempromosikan perdamaian di sekolah dan masyarakat.

22
For more information on this methodology, please refer to http://appreciativeinquiry.case.edu/
For further information on debates go to http://www.idebate.org/debate/what.php
23
>Games: Melalui permainan kooperatif, peserta bekerja sama untuk menyelesaikan suatu
tugas atau untuk mencapai suatu tujuan. Permainan dapat meningkatkan kemampuan peserta
untuk bekerja sama dengan orang lain, membangun kepercayaan diri, menemukan ide-ide
baru dan menantang prasangka. Hal tersebut tentu tepat untuk pendidikan etika melalui
pembelajaran antar agama. Namun, Anda perlu menciptakan lingkungan untuk kompetisi
yang adil dan penuh hormat serta menghindari permainan yang menggambarkan adanya
‘pecundang’ dan ‘pemenang’. Permainan juga dapat digunakan sebagai pemanasan, dan
mempromosikan partisipasi dan team building.
> Inisiatif bersama: Teknik ini didasarkan pada kerja tim; datang bersama-sama dari
berbagai kelompok untuk menanggapi situasi tertentu. Hal ini mendorong rasa saling
pengertian, dan dapat membantu mengembangkan ketrampilan komunikasi dan
mendengarkan, serta pemikiran kreatif tentang bagaimana efek perubahan dalam masyarakat.
Inisiatif bersama dapat mencakup kampanye untuk mempromosikan hak-hak anak,
pertukaran sekolah, minggu tematik, membuat video, dan proyek-proyek untuk
mempromosikan sikap saling pengertian dan rasa hormat.
>Meditasi: Meditasi dapat membantu anak-anak untuk bersikap tenang, meningkatkan
konsentrasi, dan meningkatkan keshatan fisik dan mental mereka. Teknik meditasi termasuk
praktek kontemplatif yang menciptakan kesadaran yang lebih besar dari pikiran, keinginan
dan sensasi; berjalan; atau meditasi pikiran. Melalui meditasi, anak-anak dapat belajar
bagaimana mengendalikan kemarahan, stres dan frustrasi.
> Pemecahan masalah: Ini adalah teknik tradisional di mana peserta berkolaborasi
memecahkan masalah dan merenungkan pengalaman mereka. Teknik ini menunjukkan
serangkaian langkah, seperti mengklarifikasi masalah, menganalisa penyebabnya,
mengidentifikasi solusi alternatif, menilai setiap alternatif, memilih salah satu,
mengimplementasikannya, dan mengevaluasi apakah masalah ini terselesaikan atau tidak.
Kegiatan yang diusulkan dalam materi ini tidak selalu mengikuti serangkaian langkah, tetapi
mengajukan masalah yang akan dianalisis dan kemudian memecahkan atau mengubahnya.
>Role Playing: Hal ini adalah cara untuk masuk ke dalam ‘pengalaman’ orang lain dan
mengeksplorasi masalah peserta lain tanpa membongkar secara pribadi. Peserta
mengasumsikan peran karakter dan berkolaborasi menciptakan situasi yang dapat didasarkan
pada realitas mereka sendiri. Peserta dapat menentukan tindakan karakter mereka sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan oleh fasilitator. Bermain peran juga dapat membantu
memecahkan kekakuan di antara peserta, mendorong kreativitas, dan menciptakan sinergi di
dalam kelompok. Teknik ini berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang situasi
tertentu. Bermain peran dapat disusun berdasarkan studi kasus atau situasi sederahana.
>Round Table: Ini adalah salah satu teknik untuk berdiskusi dan bertukar ide yang
mendorong kesetaraan dan rasa hormat. Tidak ada satu orang pun yang duduk di sekitar meja
mendapatkan posisi istimewa dan semua peserta diperlakukan sederajat. Dalam sebuah
diskusi meja bundar, fasilitator tidak memimpin dan semua peserta berkontribusi.
>Service Learning24: Teknik ini melibatkan pelayanan masyarakat dan refleksi pada layanan
tersebut. Pada teknik ini, peserta dapat memelihara tanggung jawab sosial dan sikap altruistik
terhadap masyarakat. Pembelajaran atas pelayanan ini juga dapat digunakan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan terhadap masalah tertentu atau untuk belajar
bagaimana mengubah situasi tertentu. Contoh kegiatan service learning meliputi: kampanye
daur ulang atau program lingkungan; atau mengajar komputer untuk anak-anak di daerah
miskin.
>Simulasi: Peserta mengambil peran individu dalam kelompok hipotesis dan situasi sosial
serta mengalami suatu kompleksitas dalam melaksanakan tugas-tugas baru dan bertindak

24
Informasi lebih lanjut tentang service learning, dapat mengacu ke, Service Learning: Lessons, Plans and Projects, Human Rights
Education Program, Amnesty International and Human Rights Education Associates, HREA, March 2007.
sesuai dengan peran barunya. Teknik ini dapat membantu mereka menganalisis berbagai
tindakan yang berbeda, merenungkan situasi etis dan dapat menyesuaikan diri di lingkungan
lain. uji Mock dan wawancara imajiner adalah bagian dari teknik ini.
>Olahraga: Olahraga dapat mempromosikan kesetaraan, partisipasi dan inklusi, serta
meningkatkan nilai-nilai sosial dan cita-cita individu, seperti kerja keras, berlaku adil,
pengembangan karakter, dan kerja sama tim. Partisipasi dalam olahraga telah terbukti
meningkatkan komitmen kepada masyarakat, meningkatkan hubungan interpersonal dan
kecenderungan yang lebih besar untuk peran kepemimpinan.25 Olahraga juga
mempromosikan kohesi sosial, rasa saling pengertian dan menghormati, selain itu dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan pesan perdamaian dan untuk membantu menemukan
solusi tanpa kekerasan atas suatu masalah.
>Mendongeng: Teknik ini menggunakan seni kuno, menyampaikan peristiwa dalam kata-
kata dan suara, terkadang dengan improvisasi. Dengan bercerita, maka ada kemungkinan
anak-anak untuk memasuki dunia lain, pada saat bersamaan, mereka begitu mengenal dunia
itu sekaligus juga tidak mengenalnya. Ada persatuan dan komunitas ketika bersama-sama
mendengarkan sebuah cerita. Cerita bukan sekedar dongeng, melainkan suatu ekspresi pada
setiap tingkat untuk menjadi, apa yang disebut, sebagai seorang manusia. Melalui cerita,
anak-anak dapat mengembangkan keterampilan mendengarkan dan kapasitas untuk
menempatkan diri di lingkungan lain. Mereka dapat mengembangkan kreativitas dan
kemampuan merefleksikan perilaku mereka dengan memasuki dunia yang dijelaskan di
dalam cerita mereka.
Proses pembelajaran dan metodologi yang disarankan bertujuan untuk mendorong peserta
agar dapat mempertanyakan, merefleksikan dan meningkatkan kapasitas mereka dalam
mengambil keputusan berdasarkan pada nilai-nilai etika. Pembelajaran untuk hidup
berdmapingan bertujuan untuk mendukung suatu transformasi serta membiarkan anak-anak
dan kaum muda melihat kemudian belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Menciptakan Lingkungan yang Tepat

Program ini memerlukan lingkungan yang tepat untuk berbagi, mengungkapkan pendapat,
ide-ide dan keyakinan, baik sebelum dan selama latihan.
> Pastikan tempat yang dipilih memungkinkan untuk pengalaman dan kegiatan praktis.
> Pastikan ruang yang akan digunakan tidak menampilkan item agama dari tradisi tertentu.
Ruang tersebut harus netral dan bisa menyambut semua keyakinan dan berbagai pemikiran.
>Menginformasikan kepada peserta, setidaknya satu minggu sebelumnya, tentang workshop
dan segala aktivitas yang akan dilakukan. Memberi buku saku kepada mereka, seperti yang
dijelaskan pada halaman 37, menjelaskan tujuan dari program, agenda dan informasi praktis
lainnya yang perlu mereka ketahui. Buku saku ini akan membantu mempersiapkan program
dan mewujudkan harapan mereka.
> Menghabiskan waktu di awal program Anda untuk mengenal satu sama lain. Memecah
kekakuan dengan games atau jokes sehingga timbul rasa saling percaya diantara para peserta.
>Meminta peserta untuk membuat aturan-aturan dasar mereka sendiri. Hal ini sebagai bentuk
perjanjian umum terkait prosedur kerja, seperti penggunaan waktu atau cara berkomunikasi
yang memungkinkan kelompok untuk berinteraksi sebagai satu tim. Penciptaan aturan dasar
ini dapat membangun sinergi dalam kelompok dan rasa kepemilikan atas program tersebut.
Buatlah aturan dasar dengan mendorong brainstorming di antara sesama peserta.
>Selalu meningkatkan motivasi kelompok dan selalu memiliki cara untuk mwmecah
kekakuan, siap memulihkan, dan menjaga konsentrasi, serta energi dari para peserta.


25
Anda dapat mengeksplorasi tentang olahraga sebagai metode pembelajaran melalui http://www. toolkitsportdevelopment.org
>Mendukung partisipasi orang-orang yang tergolong kelompok minoritas dan
mengembangkan kegiatan yang mempromosikan kesetaraan serta interaksi konstan.
> Memanfaatkan waktu coffee break, waktu makan siang, dan malam hari setelah sesi formal
sebagai ruang interaksi peserta. Pada momen tersebut akan meningkatkan proses saling
mengenal dan memahami.
>Pastikan bahwa ide, pendapat dan saran peserta dapat dipertimbangkan, dan bahwa mereka
tercer merefleksikan hasil dan kegiatan program. Hal ini akan memungkinkan Anda untuk
membangun pengetahuan bersama-sama dan membuat peserta merasa dihargai serta diakui.
>Mengakhiri program Anda dengan kegiatan yang mendorong motivasi dan berfungsi
sebagai penutup yang tepat. Gunakan sebuah puisi atau doa antar-agama untuk upacara
penutupan dan menyiapkan presentasi dengan musik dan gambar dari workshop.
>Mendorong terciptanya suatu jalinan pertemanan di antara para peserta dan mengundang
mereka melanjutkan dialog hingga diskusi setelah program berakhir.

Menjadi seorang panutan


Menjadi seorang panutan yang baik memang penting. Cara Anda memperlakukan peserta
akan menjadi indikasi kuat terkait cara mereka akan memperlakukan satu sama lain. Oleh
karena itu, sebaiknya Anda selalu memperlakukan mereka dengan rasa hormat dan sikap
transparansi. Anak-anak dan kaum muda mengagumi orang-orang terdekat dan orang-orang
yang tindakan serta kata-katanya saling terkait dan jujur. Oleh karena itu, Anda diminta untuk
menunjukkan nilai-nilai positif, cara berpikir, dan bertindak dengan terbuka, merangkul, dan
inklusif. Seorang panutan yang baik dapat menginspirasi orang lain dan merenungkan ‘siapa
aku dan apa yang kuinginkan’, serta dapat memotivasi orang lain untuk mencari solusi atas
situasi yang sulit. Hal ini sangat penting bagi anak-anak dan kaum muda, terlebih lagi pada
pendidikan etika, yang berupaya untuk meningkatkan budaya perdamaian. Panutan yang baik
dapat memperluas pengaruh Learn to Live Together.

Memulai Modul Pembelajaran


Perencanaan dan persiapan merupakan aspek yang sangat penting. Sebelum mulai
menggunakan modul pembelajaran, tim fasilitasi harus terlibat dalam proses perencanaan
umum dengan menggunakan poin seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Internalisasi isi modul
Learning to Live Together membangun inti dari nilai etika, seperti rasa hormat, empati,
tanggung jawab, dan rekonsiliasi. Hal ini terintegrasi dalam dua Modul Pembelajaran, yaitu
memahami diri sendiri dan mengubah dunia. Membaca melalui modul dan menuliskan
dua atau tiga kalimat tentang nilai-nilai dan konsep yang pokok bagi Anda serta bagaimana
Anda dapat beradaptasi dengan program yang sesuai dengan konteks Anda. Dengan
demikian, Anda dapat menjelaskan konsep berdasarkan pemahaman Anda sendiri dan
mengetahui apa yang ingin Anda komunikasikan. Selanjutnya ada pada poin-poin berikut:

1.Gunakan peta ‘dusun’, mempersiapkan metode belajar Anda, memilih ‘kiosk’ dari modul,
atau modul, yang akan Anda kerjakan.
2.Pilih kegiatan yang paling sesuai dengan format program Anda dan memverifikasi bahwa
metodologi tersebut cocok untuk latar dan kelompoknya.
3.Internalisasi proses pembelajaran dan merenungkan bagaimana proses tersebut dapat
membantu Anda mencapai tujuan sesuai modul melalui kegiatan yang Anda pilih.
Pengaturan dan peserta
Mengidentifikasi latar pendidikan di tempat Anda akan bekerja, baik dari segi umum dan
lebih khusus. Apakah itu termasuk kemah musim panas, workshop, satu sesi, program jangka
panjang sesi mingguan, atau seminar? Pengaturan pendidikan akan menentukan bagaimana
Anda melanjutkan proses perencanaan. Silakan pikirkan hal tersebut berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan berikut:
>Siapa yang akan berpartisipasi?
>Apakah golongan homogen atau heterogen? Mempertimbangkan latar baik agama maupun
budaya.
>Bagaimana dampak dari latar dan peserta pada program dan sesi Anda?
Tujuan
Mengidentifikasi tujuan dari setiap sesi program.
Tujuan harus 'SMART':
>Specific. (Spesifik)
>Measurable. (Dapat diperhitungkan)
>Attainable. (Dapat dicapai)
>Realistic. (Realistis)
>Timely. (Tepat waktu)
Tujuan harus diberitahukan kepada para peserta dan dimodifikasi seperlunya.

Metodologi
Biasakan diri Anda dengan metodologi seperti yang terdapat pada halaman 28 dan 29.
Gunakan berbagai metodologi yang akan berfungsi sesuai pengaturan dan peserta Anda.
Mengidentifikasi kemungkinan adanya hambatan. Metodologi yang disarankan secara
keseluruhan sebaiknya partisipatif, interaktif, dan mempromosikan proses pembelajaran diri
sendiri.
Sumber
Learning to Live Together melengkapi sumber untuk berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan pemikiran kritis peserta. Sumber tersebut termasuk cerita, puisi, studi kasus,
lagu, film, dilema, kartu role playing dan doa untuk perdamaian. Lihatlah sumber dan
tanyakan pada diri sendiri tentang pertanyaan-pertanyaan berikut:
>Di mana lagi saya dapat menemukan materi pendukung kegiatan?
>Apa materi pendukung yang sudah tersedia di dalam kelompok?
>Materi pendukung mana yang harus digunakan untuk setiap aktivitas?
metodologi apa yang paling baik digunakan, mengingat latar dan pesertanya?
>Apakah ada bahan lain yang tersedia, misalnya, musik, seni, tradisi lisan, cerita?
> Apa cara terbaik untuk menggunakan atau memperkenalkan bahan pendukung?
Outline
Pada setiap kiosk, lihatlah kegiatan yang disarankan dan pilihlah yang paling cocok untuk
kelompok dan lokasi Anda.
Rancanglah proses belajar yang akan Anda ikuti selama sesi berlangsung, dengan permulaan
dan akhir yang jelas—atau memungkinkan untuk fleksibilitas tinggi diantara keduanya.
Mengacu pada proses pembelajaran spiral sesuai yang diusulkan pada halaman 25, yang
dapat membantu Anda membawa peserta ke dalam suatu proses pembelajaran yang lebih
partisipatif dan reflektif.
Pastikan proses pembelajaran pada sesi Anda memotivasi peserta lain, menyediakan ruang
untuk pertanyaan, membantu peserta menemukan suatu hal, dan memberikan waktu yang
cukup bagi mereka untuk mengkaitkan hasil latihan dengan kehidupannya.
Beralih ke Tindakan
Setiap sesi harus berisi kesimpulan mengenai kaitan apa yang peserta pelajari dengan
kehidupan mereka sendiri serta mendiskusikan tindakan yang mungkin cocok dalam konteks
ini. Tindakan harus kontekstual dan hanya efektif jika berasal dari peserta dan dimiliki oleh
kelompok tersebut. Hal ini bergantung pada konteks, tindakan mungkin dapat dilakukan
secara individual, tetapi dapat diterapkan melalui sekolah atau masyarakat terkait.
Evaluasi
Dalam Bagian 3, Monitoring Progress, Anda akan menemukan sejumlah metode bagi Anda
dan peserta untuk menilai pembelajaran mereka. Salah satu metodenya adalah Learning Log,
metode ini harus diperhatikan oleh para peserta. Selain itu, deskripsi dari lima metode
penilaian tersebut dapat Anda gunakan, dan tersedia juga beberapa metode ‘on-thespot’ yang
bergantung pada situasi saat pembelajaran.
Masing-masing kiosk membawa tanda istirahat sebagai pengingat bagi Anda untuk meminta
peserta menulis pada Learning Log dan menilai kemajuan mereka. Evaluasi ini dilakukan
oleh para peserta, bukan oleh fasilitator. Evaluasi atas progress ini didasarkan pada penilaian
diri dan refleksi diri; peserta harus mengkaitkan pembelajaran mereka dengan konteks
mereka sendiri. Kamudian peserta menyerap hasil pembelajaran untuk diterapkan ke dalam
dirinya sendiri, dan memberdayakannya.
Anda, sebagai fasilitator, didorong untuk mengembangkan evaluasi yang berpengaruh kepada
para peserta, sehingga mereka dapat menilai perubahan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan pada tingkat personal, interpersonal serta sosial. Evaluasi ini harus
memperhitungkan internalisasi nilai-nilai dan hubungan yang dibuat antara pembelajaran dan
realitas dari diri setiap peserta. Untuk model evaluasi tersebut, silakan lihat halaman 61.
Penting diingat bahwa tim fasilitator juga ikut melalui proses evaluasi diri setelah sesi
selesai, untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan hasil keseluruhan dari latihan
tersebut.
Gunakan format evaluasi untuk menilai tayangan langsung dari para peserta dalam hal
logistik, isi program dan pembelajaran, (lihat halaman 228).

Untuk siapa seharusnya Learning to Live Together digunakan?


Learning to Live Together telah dikembangkan dan dapat digunakan untuk anak-anak serta
anak muda yang berusia di atas 12 tahun. Anda dapat memilih metodologi dan kegiatan yang
paling tepat sesuai dengan kelompok usianya. Program inini telah dirancang untuk
beradaptasi dengan konteks budaya dan sosial yang berbeda.
Proses pembelajaran dan metodologi membantu mengembangkan komitmen pribadi dan
perencanaan bersama, diambil dari kapasitas peserta, sehingga anak-anak dan orang muda
dapat mengubah masyarakat mereka.
Learning to Live Together dirancang untuk digunakan terutama oleh kelompok-kelompok
antar-agama, dan idealnya harus ada perwakilan dari setidaknya dua tradisi keagamaan. Hal
ini tidak selalu memungkinkan untuk terlaksana, akan tetapi, ada hal yang lebih penting dari
itu semua, yaitu memastikan adanya keterbukaan dan raa hormat terhadap agama-agama,
tradisi, dan budaya lain.
Dimana Learning to Live Together digunakan?
Sumber dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda:
1. Modul Pembelajaran dapat diimplementasikan selama wokshop, konferensi, atau seminar.
Anda mengikuti kios tematik dari setiap modul dan beradaptasi sesuai dengan waktu,
penonton, dan latar.
2. Modul belajar dapat disesuaikan dan digunakan dalam silabus sekolah. Kegiatan ini dapat
dikenalkan sebagai bagian dari program agama atau etika. Anda dapat, misalnya, memilih
alur belajar untuk setiap modul dan menjalankan satu atau lebih kegiatan dari masing-masing
kiosk tematik selama beberapa bulan. Kiosk tematik tunggal juga dapat diadaptasi untuk mata
pelajaran sekolah tertentu.
3. Modul dapat digunakan di kemah musim panas untuk anak-anak dan remaja. Modul dapat
berkontribusi terhadap pengalaman belajar yang lebih komprehensif antara orang dari agama
dan budaya yang berbeda. Kiosk pada masing-masing modul juga dapat berfungsi sebagai
tema untuk kegiatan kemah musim panas.

Siapakah yang dapat menggunakan Learning to Live Together?


Pengguna utama dari sumber materi ini adalah mereka yang bekerja dengan anak-anak dan
remaja dalam latar pendidikan formal, non-formal dan informal.26 Mereka termasuk anggota
GNRC, serta komunitas agama, budaya, pendidik agama, guru, dan lembaga-lembaga
pelatihan.

Latar Formal
Sekolah dapat memberdayakan anak-anak dan kaum muda dengan termasuk memasukkan
Learning to Live Together ke dalam kurikulum mereka, dan dengan menyediakan metodologi
baru serta kegiatan yang meningkatkan pemikiran kritis para siswa. Penggunaan Learning to
Live Together di sekolah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat luas. Sekolah
telah, dan di beberapa bagian dunia masih, menjadi sebuah pusat komunitas, dimana orang
datang bersama-sama untuk beraktivitas, membuat perencanaan, tempat pertemuan, dan
berbagi ide. Sekolah dapat menjadi arena yang efektif untuk pembangunan dan pembelajaran
masyarakat, yang memungkinkan kita untuk menghormati dan memahami satu sama lain
dengan lebih baik.

Latar non-formal
Ruang pembelajaran di luar sistem sekolah formal yang memberikan pendidikan dan
pengembangan keterampilan untuk anak-anak dan remaja berada di luar sekolah, dan orang-
orang yang terpinggirkan dan rapuh (seperti pengungsi, migran dan anak yatim), dapat
mengkatalisis cara-cara baru untuk memperoleh pengetahuan, sikap positif, toleransi dan
pemahaman, serta mempromosikan perubahan perilaku.
Organisasi keagamaan, kelompok pemuda, klub perdamaian, dan jenis lain dari lembaga
pendidikan menjadi arena penting untuk mempromosikan etika melalui pembelajaran agama
dan antar budaya. Kaum muda sering menghadiri kelompok-kelompok ini secara sukarela
untuk meningkatkan dan mendiskusikan isu-isu sosial di lingkungan terbuka. Faktor-faktor
ini diciptakan sebagai tempat ideal untuk mengaktifkan kemampuan anak muda demi
menanggapi kebutuhan masyarakat mereka.
Learning to Live Together dapat dengan mudah disesuaikan dengan program perdamaian atau
pendidikan hak asasi manusia, terutama mereka yang menekankan pembelajaran antarbudaya
dan antaragama serta menjunjung martabat manusia. Debat, diskusi terbuka, kafe antaragama,
round table, dan inisiatif bersama mungkin lebih mudah terjadi pada latar pendidikan non-
formal, yang dapat memberikan kesempatan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan
dialog antaragama.
Di tempat-tempat di mana interaksi formal antar-agama sulit untuk diselenggarakan, baik
karena pemisahan atau karena konflik agama, maka ruang non-forma diperlukan untuk
mempromosikan rasa saling pengertian dan untuk memberikan kesempatan berinteraksi dan
berdialog.

Pengaturan Informal


26
Formal education is done in schools and training institutions; non-formal education in community groups, religious communities and
other organisations; and informal education covers what remains, e.g., interactions with friends, family and work colleagues. The
distinction is largely administrative but serves to cover all aspects of learning throughout life.
Peran fundamental anggota keluarga dan lingkungan di rumah adalah menjunjung rasa
hormat dan saling memahami antara kelompok yang berbeda. Menempatkan nilai-nilai secara
eksplisit tentang keragaman agama dan budaya menjadi salah satu cara untuk memotivasi
anak-anak dan remaja agar berusaha mencari cara yang lebih baik demi ‘hidup
berdampingan’. Keluarga adalah platform yang dapat mendorong apresiasi terhadap
perbedaan dan perkembangan identitas seseorang. Dengan cara ini, orang tua berpotensial
dan berkuasa untuk memberdayakan anak serta remaja.
Booklet untuk Peserta
Siapkanlah sebuah booklet bagi peserta yang memberikan informasi tentang isi program, apa
yang dibutuhkan dari mereka, apa yang akan mereka alami, dan bagaimana mereka dapat
mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk pembelajaran ini.
Memberikan booklet kepada peserta di awal pembelajaran, akan memudahkan persiapan
mereka, merangsang rasa ingin tahu mereka, dan memungkinkan mereka untuk
mengartikulasikan harapan mereka.
Apa yang termasuk di dalam booklet ini?
1. Kata pengantar: Memberikan sambutan kepada peserta program ini, menyatakan durasi,
orang yang mengatur, jumlah peserta, negara asal dan keyakinan agama peserta, serta
menggarisbawahi pentingnya partisipasi mereka untuk keberhasilan program ini.
2.Tujuan: Outline yang diharapkan dapat dicapai pada akhir program. Gunakan tujuan
SMART.
3.Agenda: Berikan slot atau jeda waktu untuk setiap sesi. Pastikan ada waktu untuk istirahat,
makan, rekreasi, dan tamasya.
4. Penjelasan setiap sesi: Outline dari setiap sesi, bagaimana cara mereka menyiapkannya,
dan informasi logistik lain yang diperlukan untuk setiap sesi.
5.Learning Log: Menjelaskan kepada peserta bahwa sebagai bagian dari pembelajaran ini,
mereka akan diminta untuk menyimpan buku harian atau jurnal—Learning Log dari
pengalaman mereka selama belajar.
6.Informasi kemah: Jika acaranya berupa kemah musim panas atau workshop, pastikan Anda
memberitahu mereka tentang tempat, cuaca, jenis pakaian yang mereka butuhkan dan fasilitas
yang akan mereka dapatkan di tempat tersebut, misalnya, telepon umum, area hijau, dan
akses internet. Pada program sekolah, pastikan Anda memberikan informasi jika ada
kemungkinan kunjungan lapangan dan jenis kegiatan di luar ruangan.
Pastikan booklet Anda menarik bagi peserta dan informasi yang Anda berikan jelas dan
ringkas.

Apa yang dapat saya lakukan jika ...


Pada bagian ini Anda akan menemukan rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan
ketika menghadapi hambatan tertentu pada pelaksanaan program pendidikan etika. Kasus-
kasus hipotetis, dan rekomendasi, diambil dari pengalaman kami selama test pada workshop
dan tantangan akan dihadapi demi perkembangan Learning to Live Together. Situasi yang
menantang tentu akan dijumpai. Mereka akan membutuhkan persiapan pada sisi fasilitator
dan untuk dia yang turut campur tangan secara tegas namun tidak emosional. Kami
mengundang Anda untuk menghadapi kasus berikut dan merenungkan bagaimana situasi ini
dapat mempengaruhi kinerja Anda sebagai fasilitator.
Apa yang dapat saya lakukan jika ...
Saya tidak memiliki kelompok agama yang beragam.
Saya ingin menciptakan kesadaran tentang keberagaman agama dan mempromosikan nilai-
nilai yang kondusif untuk hidup berdampingan dengan orang-orang dari agama yang berbeda;
Namun, saya tidak memiliki kelompok agama yang beragam, dan tidak ada keragaman agama
di kota saya.
Learning to Live Together telah dikembangkan untuk digunakan oleh peserta dari berbagai
latar belakang agama. Namun, jika Anda tidak memiliki kelompok agama yang beragam,
Anda masih dapat menggunakan sumber ini untuk menciptakan kesadaran tentang agama-
agama lain atau mengolah isu-isu budaya. Pertimbangkanlah rekomendasi yang bermanfaat
ini:

>Pastikan peserta mendapatkan penjelasan tentang agama lain dengan menggunakan kegiatan
yang berpengalaman. Anda dapat menggunakan aktivitas kunjungan antaragama, sesuai yang
ada di halaman 80, untuk mengenalkan mereka dengan keyakinan lain dan merenungkan
pemahaman serta ide-ide mereka.
>Mengundang tamu dari agama-agama lain untuk pertemuan antaragama atau diskusi dimana
peserta dapat berbicara dan belajar dengan mereka.
>Gunakan film yang menunjukkan hak untuk mengekspresikan keyakinan agama. Diskusikan
dengan peserta ide-ide dan refleksi mereka setelah menonton film.
>Sebagai bagian dari penilaian diri mereka, peserta diminta untuk bertemu seseorang yang
memiliki keyakinan agama berbeda dan belajar tentang mereka.
> Menggunakan gambaran atau citra dari tradisi agama lain dan mengeksplorasi fungsi serta
maknanya.
> Membentuk kelompok fasilitator dari latar belakang agama yang berbeda.
>Mengekplorasi perbedaan dan persamaan dari kelompok agama yang direpresentasikan—
Apakah ada lebih dari satu denominasi atau etnis? Membahas bagaimana perbedaan ini dapat
membentuk identitas keagamaan peserta.
Saya ingin mengatasi masalah-masalah sosial, bukan masalah agama.
Saya tertarik menggunakan Learning to Live Together, tapi saya tidak ingin berbicara tentang
isu-isu agama; Saya ingin membahas masalah-masalah sosial dengan relevansi yang lebih
besar ke daerah saya.
Learning to Live Together telah dirancang untuk melibatkan kaum muda dalam mengubah
ketidakadilan dan konflik kekerasan, dengan menekankan pada konflik yang dipicu oleh
perbedaan agama.
Pendekatan ini bertujuan untuk memahami keragaman dari berbagai perspektif, tetapi fokus
utamanya pada perbedaan agama.
Hal tersebut seharusnya tidak mencegah Anda untuk menggunakan sumber sebagai model
untuk menangani jenis lain dari konflik dan perbedaan. Learning to Live Together dapat
digunakan untuk mengatasi masalah apapun yang berakar pada kurangnya rasa hormat dan
pengertian di antara orang-orang. Kami menyarankan Anda menggunakan sumber ini dengan
kelompok-kelompok antaragama, meskipun jika topik utama bukan tentang pemahaman
agama, sumber ini akan membantu menciptakan ikatan diantara peserta dan untuk
mempromosikan kerjasama antaragama.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang berguna:
>Pilih topik sosial untuk menangani masalah (misalnya, kekerasan antara kelompok pemuda,
masalah perpindahan, migrasi, konflik sumber daya dan diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin).
>Menggunakan modul pertama, Memahami Diri dan Orang lain, untuk menekankan
keragaman budaya atau perbedaan cara berpikir; prasangka dan stereotip kelompok budaya
dan sosial; serta pentingnya menghargai orang lain, siapa pun mereka.
>Menyesuaikan dengan modul kedua, Mengubah Dunia Bersama, dengan topik yang telah
Anda pilih dan menekankan bagaimana masalah tersebut mempengaruhi hubungan antara
orang-orang dan rasa tanggung jawab indvidu dan komunitas untuk bertindak. Biarkan
peserta mengetahui bahwa mereka dapat menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.
Untuk melihat bagaimana Learn to Live Together digunakan untuk mengatasi perpindahan
dan situasi kekerasan, mengacu pada 'Workshop di Ekuador' sesuai pada halaman 210,
'Workshop di El Salvador' pada halaman 213 dan 'Workshop di Panama' pada halaman 216.

Saya memiliki ketegangan di dalam kelompok karena perbedaan agama

Saya ingin mengenalkan Learning to Live Together kepada kelompok agama yang beragam;
Namun, beberapa kelompok agama memiliki masa lalu yang sangat berat, dan ada
konfrontasi diantara para peserta.
Learning to Live Together membantu terciptanya kesadaran tentang perlunya sikap saling
pengertian dan membuka diri terhadap orang lain meskipun berbeda. Hal ini bertujuan untuk
membangun ikatan kepercayaan dan memelihara sikap rekonsiliasi peserta. Oleh karena itu,
harus Learning to Live Together mampu mengatasi jenis tantangan yang dijelaskan di atas.
Berikut adalah beberapa rekomendasi yang berguna:
>Luangkan waktu lebih banyak pada modul pertama, Memahami Diri dan Orang lain, agar
tercipta lingkungan yang aman untuk interaksi antar peserta.
> Menekankan pentingnya rasa kemanusiaan dan keanekaragaman. Hal ini akan
memungkinkan Anda untuk menciptakan rasa persatuan diantara para peserta.
>Menantang stereotipe dan prasangka dari setiap peserta dengan menggunakan metodologi
experiential yang memungkinkan mereka untuk memahami kehidupan dan pemikiran orang
lain.
>Menciptakan ruang untuk berdialog dan untuk berbagi. Menekankan pada pentingnya sikap
terbuka terhadap sudut pandang lain.
>Gunakan kegiatan dimana peserta harus dapat menempatkan diri diantara orang lain dan
memungkinkan mereka untuk merenungkan perasaan mereka sendiri dan orang lain.
>Memetakan konflik diantara kelompok agama dengan para peserta, mendengarkan semua
sudut pandang dan mengekplorasi pola dan sejarah dari konflik tersebut, orang-orang yang
terlibat di dalamnya, hubungan yang telah terpengaruh dan masa depan konflik tersebut.
Biarkan mereka merenungkan konflik dan bagaimana hal itu berakar pada ketidakmampuan
kita untuk menjalin hubungan dengan orang lain serta kegagalan kita untuk memahami dan
menghormati satu sama lain. Jika peserta menunjukkan diri mereka sebagian besar tidak tahu
tentang sejarah dan penyebab konflik, gunakan metode ini untuk mempertanyakan prasangka
yang tetap mereka bawa.
>Gunakan studi kasus, artikel, film dan lagu-lagu tentang transformasi konflik di daerah lain,
dan buka diskusi parallel yang temanya berdasarkan konteks peserta itu sendiri.
>Kasus dipresentasikan oleh orang-orang yang bekerja untuk pemahaman bersama atas
kelompok agama yang berbeda dan membiarkan peserta berdiskusi dan merenungkan ini.
>Membiarkan peserta untuk merefleksikan konflik pribadi mereka dengan orang-orang yang
termasuk ke dalam kelompok agama yang berbeda dan memberikan waktu untuk kegiatan di
kioks perdamaian dimulai dari saya, yang dapat ditemukan dalam modul. Transforming the
World Together.
>Membentuk kelompok fasilitator yang mewakili keragaman agama dari setiap kelompok
untuk menciptakan suasana seimbang dan melawan bias dalam diskusi dan fasilitasi.

Jika Anda ingin mendapatkan beberapa ide untuk menggunakan Learning to Live Together
dalam konteks kekerasan agama dan konflik, Anda dapat membaca laporan workshop di
Israel, Massa-- Massar (The Journey – The path) silakan temukan di http: // www.
arigatou.ch/mm/file/massa-massar-report.pdf

Peserta yang terkena situasi kekerasan


Peserta dari kelompok saya menghadapi kekerasan setiap hari dan merupakan bagian dari
kelompok minoritas yang dikucilkan dari masyarakat.

Learning to Live Together dapat digunakan oleh kelompok-kelompok dari latar belakang
sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda. Anak-anak dan kaum muda yang telah, atau
sedang, terkena dampak kekerasan membutuhkan kesempatan untuk memperkuat harga diri
mereka dan diberdayakan sehingga mereka dapat bertahan hidup dengan lebih baik dalam
menghadapi situasi tersebut dan memberikan kontribusi positif pada perdamaian.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang berguna:
>Penekanan kiosk dalam modul Acknowledge myself in relation to others in the
Understanding Self and Others (Memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan pemahaman
terhadap orang lain)
>Menciptakan ruang bagi peserta untuk memperkuat kepercayaan diri dan harga diri, melalui
berbagai kegiatan yang mendorong mereka untuk menggunakan kreativitas mereka,
berpartisipasi, dan berinteraksi tanpa dihakimi. Pastikan kelompok minoritas mendengar dan
didengarkan. >Siapkan kegiatan yang membantu peserta memvisualisasikan penyebab
ketidakadilan paada > masyarakat mereka dan kebutuhan untuk pemberdayaan dalam
menemukan solusi perdamaian terhadap situasi tersebut. Memanfaatkan kegiatan yang
meningkatkan pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan masalah.
>Membantu peserta menemukan alternatif non-kekerasan untuk menangani konflik dan
ketidakadilan sosial dan mempersiapkan mereka agar secara damai dalam menghadapi situasi
mereka sendiri. Anda dapat menggunakan film yang menampilkan sebuah perjuangan untuk
keadilan dipimpin oleh tokoh agama dan sosial yang berbeda, atau mengundang organisasi
atau orang-orang yang bekerja untuk gerakan perlawanan tanpa kekerasan.27
>Bantu peserta merefleksikan konflik pribadi mereka atau situasi kekerasan dan berikan
tambaha waktu untuk kegiatan di kiosk Reconciliation walk pada modul the Transforming the
World Together.
Ide-ide lebih lanjut tentang cara menggunakan Learning to Live Together dalam latar jenis
ini, lihat 'Workshop di Tanzania' pada halaman 207 dan 'Workshop di El Salvador' pada
halaman 213.

Topik yang menyebabkan peserta mengalami tekanan emosional.


Topik, sesi atau kegiatan workshop membuat peserta 'sensitif tentang perasaan mereka sendiri
dan mencegah mereka dari berpartisipasi sepenuhnya.
Learning to Live Together dirancang untuk berhubungan dengan masalah yang sangat
pribadi, seperti identitas, nilai-nilai, dan budaya. Program ini akan mendorong peserta untuk
merefleksikan prasangka pribadi, bias, dan pengalaman—untuk melihat ke dalam jiwa dan
emosi mereka sendiri. Diharapkan bahwa proses ini akan mengarah pada internalisasi sikap
positif.
Berikut ini beberapa rekomendasi yang berguna:
>Berikan ruang untuk mendengarkan apa yang dirasakan oleh para peserta jika mereka ingin
atau butuh berbagi rasa dengan orang lain.
>Berbicara secara pribadi kepada peserta yang mengalami gangguan emosi dan membiarkan
mereka tahu bahwa itu semua haknya untuk emosi terhadap topik tersebut. Menanyakan
kepada peserta apa yang menyebabkan mereka kesusahan dan mengapa mereka merasa
terluka karena hal itu.

27
Untuk rincian lebih lanjut tentang sumber daya, permainan, dan media pada konflik non-kekerasan, lihat A Pasukan yang Lebih Berkuasa
di http: // www. aforcemorepowerful.org

>Jika peserta mengungkapkan situasi serius yang mempengaruhi kehidupannya, pastikan
Anda berbicara dengan dia setelah workshop atau kegiatan selesai dan membantu mencari
bantuan atau solusi untuk masalah ini.
>Jika peserta mengungkapkan tekanan emosional di tengah-tengah sesi, berempatilah.
Tanyakan apa yang terjadi, hal ini dapat memungkinkan peserta untuk mengungkapkan
perasaannya dan meminta peserta lain untuk mendengarkan dan mencoba memahami emosi
seseorang.
>Menenangkan peserta dengan menarik napas dalam-dalam, bernyanyi, atau hanya dengan
membiarkan mereka berbaring.
>Siapkan beberapa kegiatan yang memungkinkan mereka untuk melakukan sesuatu yang
kreatif untuk mengekspresikan diri, seperti menggambar atau melukis.
>Jika peserta mengatakan hal-hal dengan serius, pastikan untuk tetap menjaga
kerahasiaannya.
Bagian 2
Modul Belajar
Modul 1: Memahami Diri dan Orang Lain
Modul 2: Mengubah Dunia Bersama-sama
Visi dari Dewan Antaraagama pada Pendidikan Etika
Kami membayangkan sebuah dunia di mana semua anak diberdayakan untuk
mengembangkan spiritualitas, menganut nilai-nilai etika, belajar untuk hidup dalam
solidaritas dengan orang-orang dari berbagai agama dan kebudayaan, serta membangun iman
untuk sesuatu yang disebut sebagai Tuhan, Ultimate Reality atau Hadirat Ilahi.

Memberdayakan kaum muda untuk mengubah dunia

Kiosk pada dua Modul Pembelajaran tersebut akan membawa peserta melalui perjalanan
antar agama dan antarbudaya yang dapat memberdayakan mereka untuk membangun ikatan
kepercayaan sehingga dapat mengubah dunia.
Melalui kegiatan dari program tersebut, peserta akan belajar menghargai dan memelihara
hubungan dengan orang-orang yang berbeda dari mereka. Mereka akan menyadari
pentingnya memelihara diri dan hubungan mereka dengan orang lain serta memperkuat nilai-
nilai etika dalam kehidupan mereka. Pada program ini, peserta akan menghadapi tantangan
dalam memahami dunia dan orang-orang di sekitar mereka, tantangan yang akan membantu
mereka memahami tanggung jawab individu dan kolektif sebagai masyarakat global. Para
peserta akan merefleksikan pengalaman mereka sendiri, membuat relasi diantara nilai-nilai
yang berbeda dan akan lebih siap mengubah diri dan lingkungan mereka. Melalui kerjasama
yang menyenangkan, mereka akan menemukan cara damai untuk mengubah dunia mereka.

Modul pertama, Memahami Diri dan Orang lain, difokuskan pada individu dan identitas
dirinya. Hal ini dapat membantu peserta untuk menemukan kesamaan, serta perbedaan di
antara mereka dan orang-orang dari agama dan budaya yang berbeda. Mereka akan melihat
diri mereka dari perspektif orang lain dan belajar untuk mengakui orang lain dengan empati,
memahami dan menghormati perasaan, keyakinan dan cara hidup mereka. Pada akhir modul
pertama, peserta akan merefleksikan tanggung jawab individual untuk bertindak dengan cara
damai dan penuh kasih. Modul ini akan membantu mereka untuk memelihara spiritualitas
mereka.
Modul kedua, Mengubah Dunia Bersama-sama, menganggap pentingnya terhubung dengan
orang lain demi membawa perubahan. Peserta diharapkan dapat menganalisis akar dari
konflik sosial, situasi kekerasan dan ketidakadilan, memperoleh keterampilan untuk
menemukan solusi damai atas masalah ini. Mereka akan menemukan bahwa dengan
mencapai kedamaian batin, mereka dapat mengembangkan sikap rekonsiliasi yang dapat
membangun jembatan kepercayaan dengan orang lain. Pada akhir modul kedua, anak-anak
dan kaum muda akan termotivasi untuk bekerja sama dengan orang lain atas respon terhadap
nilai etika demi kebutuhan transformasi di dalam masyarakat mereka.
Dalam setiap modul, fasilitator harus memilih kiosk agar fokus dan sesuai pada pengalaman
mereka
Modul 1 Memahami Diri dan Orang lain (Understanding Self and Others)

KATA KUNCI: SALING MENGHARGAI

Sikap saling menghargai tumbuh seiring dengan sikap saling memahami dan menghormati
perbedaan dan persamaan yang lebih besar.
Melalui kiosk dari Modul 1, peserta dapat belajar mengenai diri sendiri dalam hubungannya
dengan orang lain. Mereka akan belajar untuk menerima perbedaan dengan orang lain dan
berbagi kesamaan. Dengan berjalan pada lintasan yang berbeda, peserta dapat melihat
bagaimana identitas dibentuk oleh asal, hubungan dengan keluarga, teman dan orang-orang di
sekitar mereka. Perjalanan dalam program ini akan membantu mereka menghargai untuk
keberagaman, menantang prasangka mereka, dan mengakui kebutuhan atas pemahaman dan
penghormatan kepada orang lain.
Sebagai fasilitator, pilih kiosk yang ingin Anda kunjungi dan rencanakan perjalanan
kelompok Anda untuk Memahami Diri dan Orang lain!

Jalan menuju pemahaman atas diri dan orang lain


menghargai keragaman
Mengakui keberadaan diri dalam hubungannya dengan orang lain
Bisakah kita bersama?
Menempatkan diri dalam suatu relasi
Rasa kemanusiaan
Menanggapi kebutuhan untuk saling pengertian

Menghargai keragaman
Kegiatan di kios ini membantu peserta melihat dunia tempat kita hidup. Peserta akan belajar
lebih banyak tentang orang lain dan menemukan keragaman dan kesempurnaan pada orang
lain. Cara ini dapat memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi apa yang membuat kita
berbeda dan menghargai keberagaman ini tanpa prasangka.
kegiatan yang disarankan
>Gambar berbagi, halaman 70.
> Peta menggambar, halaman 76.
> Raihlah bintang, halaman 77.
> Kunjungan Antaragama, halaman 80.
> Bandingkan saja, halaman 82
.> Malam Budaya, halaman 83.
> Quiz - Apa aku tahu tentang agama-agama lain? Halaman 112.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Mengakui diri dalam hubungannya dengan orang lain
Kegiatan di kios ini membantu peserta melihat secara mendalam ke diri mereka sendiri dan
bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Peserta akan mengakui identitas mereka
sendiri dan belajar bagaimana menghormati hak setiap orang atas suatu identitas. Peserta
akan menemukan keterkaitan mereka dengan orang lain dan bagaimana identitas mereka
dibentuk melalui hubungan dan pengalaman dengan orang lain.
Kegiatan yang disarankan
>Silsilah hidup saya, halaman 65.
>Berbagi Pengalam Pribadi, halaman 67.
> Raihlah bintang, halaman 77.
> Bandingkan saja, halaman 82.
> Malam Budaya, halaman 83.
> Cerita Bobby, halaman 103.
> Melukis kaos, halaman 109.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Rasa kemanusiaan
Melalui kegiatan di kiosk ini, peserta akan menemukan bahwa, di luar perbedaan-perbedaan
kita, kita berbagi rasa kemanusiaan. Peserta akan mencari nurani mereka dan mendengarkan
cerita orang lain untuk membantu mereka terhubung satu sama lain. Mereka akan memiliki
rasa tanggung jawab bersama sebagai manusia.
Kegiatan yang disarankan
>Mendongeng, halaman 74.
> Raihlah bintang, halaman 77.
>Drumming circle, halaman 79.
> apresiasi atas kegembiraan, halaman 105.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Bisakah kita bersama?


Kegiatan di kios ini akan membantu peserta belajar dan menghargai apa artinya menghormati
orang lain. Peserta akan menantang sikap mereka, cara berpikir dan perilaku, dan belajar
untuk melihat jauh ke depan tentang apa itu perbedaan, prasangka dan stereotip.

kegiatan yang disarankan

>Cerita dari hati, halaman 73.


>Apa yang saya perjuangkan, halaman 78.
>Kumpulan Etika, halaman 87.
> Focus Grouo atas rasa hormat, halaman 95.
> kafe antaragama, halaman 96.
> cerita Bobby, halaman 103.
>Dialog antaragama, halaman 122.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Menempatkan diri dalam lingkungan lain

Kegiatan dalam kiosk ini mengarahkan para peserta untuk menyadari dan bekerja dengan
prasangka mereka sehingga dapat mengerti satu sama lain dengan lebih baik. Kiosk ini
menyebabkan proses reflektif diri dari kebangkitan spiritual atas kebutuhan dan perasaan
orang lain. Hal ini tentu akan memperkuat spiritualitas dan kapasitas mereka untuk berempati
dengan orang lain.

Kegiatan yang disarankan


>Siluet Anda adalah milikku, halaman 69.
> kunjungan antaragama, halaman 80.
> Menggunakan role playing, halaman 85.
> Menggunakan studi kasus, halaman 86.
Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Menanggapi kebutuhan untuk saling pengertian


Dalam kiosk ini, peserta bertindak atas komitmen mereka untuk menjadi lebih menghargai
dan mencoba untuk memahami orang lain. Kiosk dibangun di atas penemuan yang tercipta
selama perjalanan dan menandai awal dari sebuah perjalanan baru dengan bekerja sama untuk
mengubah dunia.

Kegiatan yang disarankan

> kafe Dewan antaragama, halaman 96.


> Membuat film, halaman 110.
> kampanye pembelajaran antaragama, halaman 117.
>Pertukaran sekolah, halaman 118.
>Minggu tematik, halaman 119.
> kampanye hak-hak anak, halaman 120.
> dialog antaragama, halaman 122.

Modul 2 Mengubah Dunia Bersama (Transforming the World Together)


KATA KUNCI: REKONSILIASI
Rekonsiliasi bukan hanya suatu bentuk penyembuhan terhadap hal-hal yang tidak berjalan
dengan lancar; hal itu juga merupakan orientasi dalam menangani masalah-masalah yang tak
terelakkan, perbedaan, dan konflik dalam kehidupan komunal.
Seiring dengan modul memahami diri dan orang lain, perjalanan ini memotivasi peserta
untuk membangun ikatan kepercayaan dan bekerja sama, sehingga masing-masing dapat
berkontribusi untuk membangun perdamaian di lingkungannya. Para peserta akan
menemukan bahwa ketidakadilan dan kekerasan muncul ketika kita gagal untuk menghormati
satu sama lain, dan bahwa sering kali ada kebutuhan untuk sikap rekonsiliasi terutama ketika
bekerja dengan orang lain. Sikap rekonsiliasi mendorong dan membantu peserta untuk
memulihkan hubungan yang rusak, untuk mendapat kedamaian dan untuk memenuhi
tanggung jawab individu dan kolektif.

Sebagai fasilitator, pilih kiosk yang ingin Anda kunjungi dan rencanakan perjalanan
kelompok Anda untuk Memahami Diri dan Orang lain!

Gagal menghargai satu sama lain


Konflik, kekerasan, dan ketidakadilan di sekitar saya
Alternatif non-kekerasan
Membangun ikatan kepercayaan
Perdamaian dimulai dari saya
Rekonsiliasi
Bekerja sama untuk mengubah dunia
Apa yang terjadi ketika kita gagal untuk menghargai satu sama lain?
Kios ini menunjukkan bahwa konflik itu normal dalam hubungan manusia, tetapi dapat
diselesaikan secara damai melalui perubahan yang konstruktif. Peserta akan mengeksplorasi
alasan kegagalan memahami dan menghargai satu sama lain dapat membawa kekerasan,
ketidakadilan, dan pelanggaran terhadap martabat manusia.

kegiatan yang disarankan


>Waktu menonton film, halaman 71.
> Belajar dari kisah nyata, halaman 72.
> Situasi yang tidak adil, halaman 75.
> Dunia akan menjadi apa jika ..., halaman 104.
> One thousand paper crane, halaman 107.
> Mengecilkan kelompok halaman 114.

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Memahami konflik, kekerasan, dan ketidakadilan di sekitar saya


Kiosk ini mengarahkan para peserta untuk memahami akar dan konsekuensi dari konflik,
ketidakadilan, dan situasi kekerasan di sekitar mereka. Peserta akan mengeksplorasi perilaku
dan tindakan manusia serta akan mempelajari kemampuan manusia untuk menciptakan,
menghancurkan, dan mengubah.

Kegiatan yang disarankan


> Waktu menonton Film, halaman 71.
> Menggunakan role playing, halaman 85.
> Menggunakan studi kasus, halaman 86.
> Dilema, halaman 89.
> Roundtable, halaman 97.
> Debat, halaman 98.
> One thousand paper crane, halaman 107.

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Perdamaian dimulai dari saya

Kios ini membantu peserta untuk merefleksikan tentang bagaimana sikap mereka agar dapat
berkontribusi untuk kekerasan dan ketidakadilan. Pada saat yang sama, mereka akan menjadi
lebih menyadari tanggung jawab mereka untuk mengubah sikap-sikap ini. Peserta akan
melihat ke dalam diri mereka sendiri dan merefleksikan hubungan mereka dengan orang lain.
Mereka akan mampu menumbuhkan nurani mereka sambil memperkokoh kapasitas mereka
untuk mengubah dunia.

kegiatan yang disarankan

> Drumming circle, halaman 79.


> Renungkan sendiri - perjalanan hening, halaman 99.
> Apresiasi atas kegermbiraan, halaman 105.
> Mandala, halaman 106.
> One thousand paper cranes, halaman 107.
> Melukis kaos, halaman 109.

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

alternatif non-kekerasan

Dalam kios ini, peserta akan terinspirasi dan siap untuk menanggapi secara damai atas situasi
yang mempengaruhi identitas dan hak-hak mereka sendiri. Peserta akan menemukan
alternatif non-kekerasan dan belajar tentang gerakan perlawanan anti kekerasan yang
ditunjukkan melalui ketidakadilan dan situasi kekerasan. Mereka akan merenungkan tentang
pentingnya membangun perdamaian untuk mengubah komunita, masyarakat dan dunia.

kegiatan yang disarankan

>Kunjungan lapangan, halaman 84.


>Kumpulan etika, halaman 87.
> Enam langkah pemecahan masalah, halaman 91.
> Berita Perdamaian, halaman 93.
> Para pemimpin agama dan sosial, halaman 101.

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Rekonsiliasi berjalan
Kios ini akan membantu peserta menilai rekonsiliasi sebagai sarana memperbaiki hubungan
yang rusak. Mereka akan memelihara nurani mereka sendiri dan belajar untuk mendengarkan,
mengampuni, menyembuhkan dan memulihkan orang lain. Cara tersebut akan
memungkinkan para peserta untuk melihat rasa kemanusiaan lain, untuk mengakui rasa sakit
yang disebabkan kepada dan oleh orang lain serta kebutuhan untuk mencari dan memaafkan.

kegiatan yang disarankan


>Cerita dari hati, halaman 73.
> Mendongeng, halaman 74.
> Enam langkah pemecahan masalah, halaman 91.
> Para pemimpin agama dan sosial, halaman 101.
> Mengapa menyakiti saya? halaman 102.

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Membangun ikatan kepercayaan


Di kios ini, peserta akan bekerja sama dengan orang lain untuk membangun ikatan
kepercayaan dan mendamaikan perbedaan. Latihan pada workshop juga akan meningkatkan
kemampuan komunikasi mapupun mendengarkan. Para peserta akan bekerja bersama-sama,
dan dengan orang lain, untuk mencapai tujuan bersama saat menilai dan mengeksplorasi
kemampuan mereka untuk mengubah masyarakat.
kegiatan yang disarankan
>Menggunakan Role Playing, halaman 85.
> Enam langkah pemecahan masalah, halaman 91
> Kafe antaragama, halaman 96.
> Membuat film, halaman 110.
> Bola di udara, halaman 115.
> Pengembangan proyek, halaman 121.
> Dialog antaragama, halaman 122.

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.

Bekerja sama untuk mengubah dunia


Setelah melalui kios dari modul ini, peserta akan termotivasi dan siap untuk mulai mengubah
dunia mereka secara langsung. Mereka akan lebih siap bekerja dengan orang lain untuk
mengubah situasi di sekitar mereka, membawa perdamaian dan perubahan ke masyarakat
mereka, dari mereka untuk dunia

kegiatan yang disarankan


Layanan pembelajaran, halaman 116.
> Kampanye pembelajaran antaragama, halaman 117.
> Minggu Tematik, halaman 119.
> Kampanye hak anak, halaman 120.
> Pengembangan proyek, halaman 121

Sebelum Anda melanjutkan kegiatan, nilailah apa yang telah dipelajari peserta dengan
menggunakan satu atau lebih model evaluasi. Lihat Bagian 3, Monitoring Progress.
Section 3
Monitoring Progress

Learning to Live Together mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. LTLT memotivasi anak muda
untuk bekerja sama emebuat perubahan social . Untuk mencapai tujuan itu , perlu memonitor dan
menilai pengaruh programmu. Diantara alat assessement yang sangat disarankan di bagian ini adalah
Learning Log

Learning Log

The ‘Participants Booklet’, digambarkan di halaman 37, memberitahu


participants bahwa mereka diharapkan menyimpan a Learning Log. Sampai berakhir, peserta
diberi atau harus membawa satu buku catatan yang akan mereka gunakan selama kegiatan dan
modules. Log adalah pribadi da harus digunakan di setap sesi agar masing masing peserta merekam
pengalaman dan perasaannya. Learning Log dimaksudkan untuk memperkuat proses refleksi diri . Itu
harus dikerjakan setelah sesi, ketika peserta sendirian dan punya waktu untuk refleksi.
Membawa Learning Log pribadi merupakan element sentral dari Learning To Live Together dan
harus. Jika memungkinkan, digunakan di setiap akhir kegiatan. Dalam proses pembelajaran interfaith
dan intercultural, Learning Log bisa membantu peserta melihat diluar prejudice mereka dan
memperdalam pengertian tentang diversity . Proses ini kadang kadang membutuhkan ‘ umlearning’
atau ‘detachment’ dari apa yang mereka telah pelajari sebelumnya dan apayang mereka anggap benar.
Oleh sebab itu Learning Log harus pribadi dan dibagi secara sukarela.

Memberi anak kesempatan untuk berinteraksi dengan diri mereka sendiri , bertanya kenapa dan
bagaimana sesuatu terjadi, dan mengemukakan apayang mereka ketahui, lihat dan alami adalah kunci
dari pengembangan belajar kritis terhadap diri sendiri. Pertanyan yang refleftif membantu anak muda
belajar melewati pengertian mereka sendiri; mereka menantang persepsi dunia dan memotivasi
mereka untuk memikan kembali pendapat dan sikap mereka sendiri.

Berikut ini beberapa contoh dari pertanyaan dan pernyataan reflektif untuk dimasukkan dalam
Learning Log
1. Apa yang kamu pelajari dari pengalaman ini?
2. Apakah ide saya berubah? Jika begitu, kenapa?
3. Apakah ada yang salah? Kenapa? Bagaimana saya bisa memperbaiki? Bagaimana saya bisa
mengatasi situasi itu?
4. Satu hal saya pelajari hari ini adalah …….
5. Hari ini saya ada masalah yang berusaha untuk……… nesuk Saya kan atasi problem itu ……
6. Bagian yang terbaik tentang …….
7. Saya dulu berpikir ……. Sekarang saya berpikir ……
8. Hari ini saya mengubah cara saya …… Sebab…….

Contoh pertanyaan dan kegaatan yang kamu mungkin sarankan untuk Learning Log setelah satu
kegiatan termasuk
.> Apa artinya Respek bagi kamu? Tulislah moment kapan kamu menynjukan respek kepad
ayang lain di sekolah , keluarga atau komitasmu.
.> Juga pikirkan tentang moment kamu menungjukan ras tidak respek kepada yang lain
Ø Tulis di Learning Log kamu tentang moment dimana kamu mengalami tidak mendapat
respek dari yang lain.
Ø Tulis di Learning Log kamu 2 komitmet bahwa kamu mau menjadi lebih menghargai yang
lain.
Ø Tulis di Learning Log kamu satu perubahan yang kamu butuhkan agar hidupmu lebih
emphatic.
Ø Tulis dalam Learning Log kamu satu hal yang bisa kamu kerjakan sekarang untuk membantu
mengatasi masalah di sekitar kamu yang merusak saling pengertian.

Methods of assessing Participants’


Learning
5 model evaluasi disarankan disini didisain untuk membantu anak danank muda untuk
Ø Milihat kedalam dan merefleksikan bagaimana mereka telah berubah selama programmmm
Ø Melhat hubungan mereka dengan yang lain dan bagaimana ini menjadi tantangan dengan
interaksi dengan yang lain
Ø Merefleksikan siapa mereka dan ingin jadi seperti siapa
Ø Melihat dirinya sendiri dan hubungannya daninteraksi dengan dunia.

Assess the learning of the participants!


Use the Peer – Peer Model as a way to help participants assess their
own learning

Peer – Peer Model

Beberapa pasang anak muda belajra dari yang lain dengan berbagi pengalaman dan apa yang
mereka telah pelajari. Model ini menciptakan suatu pengalaman belajar yang sama dan
menantang pra konsepsi individu tentang latar belakang agama, social dan budaya yang berbeda.
Peer pairs bisa pilihan sendiri atau kamu pilih. Idealnya, pemasangan , pemasangan harus
melibatkan peserta dari budaya dan kepercayaan yang berbeda.

Examples of questions or activities to use

Kamu bisa banyak belajar dari satu sama lain. Selama 20 minutes dengan pasanganmu untuk
saling mengenal .
Ø Membicarakan keluargamu , budaya, Negara ,agama dan topic lain.
Ø Ceritakan bagaimana kehidupanmu, apa kepercayaan dan agamamu dan bagaimana kamu
mempraktekannya dan bagaimana kamu berpikir bahwa kehidupanmu bisa diperkaya.
Ø Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin tanyakan ke satu sama lain?
Ø Berbagilah apa pendapatmu tentang programme ini.
Akhirnya , tulislah apa yang kamu pelajari dan pengalamanmu di Learning Log kamu

Assess the learning of the participants!


Use the Group Sharing Model as a way to help participants assess
their own learning

Group Sharing Model

Model ini memberi kesempatan kepada peserta untuk berbagi apa yang mereka sedang pelajari
tentang diri mereka sendiri, yang lain dan dunia dengan group. Mereka juga bisa berbagi tentang apa
yang mereka pelajari tentang respeck, hak dan tanggung jawab. Formatnya harus mendorong peserta
menghubungkan antar pengalaman respektifnya.
Tanyakan kepad peserta untuk mencari moment dalam seminggu untuk diceritakan kepada group
bagaiman mereka memperkuat hubungannya dengan yang lain, dan bagaimana mereka belajar untuk
mengerti dan menghargai yang lain.

Examples of questions or activities to use

Ø Mari kita bercerita satu sama lain apa bagian yang kita pikir paling berharga dari sesi terakhir
atau dan program.
Ø Kenapa kamu menghargai moment ini, khususnya?> What importance do you think it had?
Ø Pikirkan tentang situasi dalam keluargamu, sekolah atau lingkungan tetangga yang
melanggar human rights atau human dignity. Pikirkan tentang orang orang yang terlibat
dalam situasi tersebut dan bayangkan kamu adlah salah satu dari mereka.
Ø Katakan bagaimana perasaanmu. Apa yang akn kamu lakukan.
Ø Menurut kamu apa yang bisa dilakukan untuk membantu menyeleseikan masalh tersebut

Akhirnya, catatlah apa yang kamu pelajarai dan pengalamanmu di Learning Log kamu.

Assess the learning of the participants!


Use the Me and the World Model as a way to help participants assess
their own learning

‘Me and the World’ Model

Model ini membantu peserta mengerti bagaimana belajrnya mempengaruhi pandangan mereka tentang dunia dan
kebutuhan untuk transformasi social. Dengan memvisualisasi masalah kehidupan sebenarnya dan menganalisa
kontribusi individu untuk solusi keseluruhan, metode penilaian sendiri ini bisa membantu munculnya
tindakannyata.
Peserta bisa menggambar kebutuhan untuk transformasi baik local dan global dengan berempati kepada mereka
yang terpengaruh sambil juga mendiskusikan solusi dan kemungkinan kontribusi. Metode ini membantu peserta
mengambil situasi’local’ ke ‘global’ kontek dan melihat diri mereka sendiri sebagai global citizens.

Examples of questions or activities to use

Ø Siapkan peta dunia ( sebesar kamu inginkan) dan pajang secara menyolok.
Ø Peserta memilih dua tempat( kota, Negara atau daerah) yang mereka tidak kenal dan ingin belajar tentang
itu. Lekatkan pin di masing masing tempat dan tanyakan kepada peserta untuk menulis apa yang mereka
ingin ketahui tentang tempat tersebut
Ø Selama sebulan, carilah lebih banyak informasi tentang 2 tempat yang dipilih . Peserta harus mencari di
Koran, TV news, dan internet dan bertanya kepada orangtua atau teman . Semuanya relevant: politik,
kejadian terbaru, budaya, keberagaman manusianya, praktek keagamaan. Setiap minggu , peserta berbagi
informasi yang mereka kumpulkan dan menambahkan penemuannya di peta.
Ø Begitu mereka telah belajar lebih banyak tentang tempat tersebut, tandai apa yang kelihatannya menjadi
situasi kritis di tempat tersebut, sesuatu yang perlu di transformasi atau sesuatu yang membuat orang
sedih. Tulislah dan temple diatas peta.
Ø Dorong peserta untuk refleksi bagaimana maslah yang diidentifikasi bisa di seleseikan . siapa yang
menyeleseikannya> Bisakah kita membantu menyeleseikannya?
Akhirnya , catatlah belajarmu dan pengalamanmu di Learning Log kamu

Assess the learning of the participants!


Use the Mentoring Model as a way to help participants assess their
own learningAssess the learning ofthe participants!

Mentoring Model

Peserta berdiskusi tentang ide ide mereka, ketakutan, inisitif dan tujuan hidup dengan role models
mereka. Ini cara untuk berbagi pengalaman dan mendorong masing masing peserta untuk
mererefleksikan pengalaman orang lain dan mungkin bisa menginspirasi untuk bisa mengontrol
hidupnya dengan lebih baik. Model ini juga mebuat role- models dewasa mendukung dengan
mempraktekan nilai nilai etika.

Dalam mitologi Yunani mentor dipercaya sebagi teman dan penasehat. Di Homer’s Odyssey,
Odysseus’ son, Telemachus, di jaga Mentornya, yang membantu perkembangan Telemachus untuk
bertanggung jawab terhadap kehidupan.

Examples of questions or activities to use


Ø Tentukan paling tidak satu orang yang kamu pikir bisa jadi role model untuk beberapa anak
muda di kelompokmu atau terangkan ke peserta apa itu role model dan minta mereka
menominasikan dari komonitas mereka. Role model tersebut harus orang yang dihormati dan
dikagumi, tetapi juga yang bisa berbicara dan mendengarkan anak anak dan pemuda.
Ø Undanglah role model tersebut untuk mengunjungi kelompok tersebut dan berbagi
pengalaman tentang kehidupannya , hubunganya denganyang lain, dan kehidupan spiritual
dan kepercayaannya.
Ø Peserta bisa sebaliknya berbagi kepada orang tersebut pengalaman mereka, situasi sulit yang
mereka hadapi, keberhasilan dan tantangan etika. Apakah ada kejadian yang mereka alami
elama beberapa bulan terakhir yang mereka ingin ceritakan dengan role model.
Ø Jika Trust terbangun dan orang yang diundang bersimpati terhadap group, mintalah mereka
untuk mengunjungi group secara regular.
Ø Dorong peserta untuk menemukan role model mereka sendiri diluar program, seorang yang
bisa memberi wawasan, kebijaksanaan dan pengetahuan dan dengan siapa peserta di percaya ,
dididik dan didorong untuk bertanggung jawab ikut serta membentuk dunia yang lebih baik
dan adil.

Assess the learning of the participants!


Use the Checking Chart Model as a way to help participants assess
their own learning

Checking Chart Model


Ini adalah seperangkat pertanyaan untuk menilai hasil belajar perorangan . Ini memberi kesempatan
kepada peserta untuk mengadakan refleksi diri berdasarkan apa yang dipelajari dan menemukan cara
bertidak secara bertanggung jawab dan mengubah sekeliling mereka..

Examples of questions or activities to use


Gambarlah Checking Chart di Learning Log kamu

MY CHECKING CHART

Satu situasi Kenapa kamu Apakah ada hal Apakah ini Apakah saya bisa
saya ingin buat ingin yang melibatkan bekerjasama denganyang
lebih baik membuatnya menghentikan orang lain? lain untuk membuat situasi
lebih baik? kamu dari ini lebih baik?
membuatnya
lebih baik?
Quick ‘Temperature Taking’ Evaluation
Models.
Kelima model diatas berfungsi untuk menilaian peserta baik secara mandiri maupun secara kelompok,
dipakai sepanjang alur pembelajaran. Sebagai seorang fasilitator, Anda mungkin ingin mengetahui
apakah segala sesuatunya telah berjalan dengan baik dengan menggunakan metode ‘On The Spot”.
Beberapa metode yang berguna termasuk :

• Angkat Tangan : Saat peserta diberi pertanyaan dimana mereka diharapkan untuk mengangkat
tangannya (untuk berbicara atau untuk menunjukkan tangan mereka), banyak yang dapat
dipelajari tentang apakah mereka merasa senang atau seberapa besar tingkat kepuasan mereka
dari cara mereka mengangka tangannya. Apakah tangan mereka diangkat, setengah diangkat
secara penuh atau bahkan tidak diangkat sama sekali. Metode ini dapat juga dipakai untuk
menilai apakah suatu informasi telah dimengerti secara penuh.
• Survey : Memberikan survey kepada peserta dan meminta mereka melingkari 3 kata sifat
yang menurut mereka paling mencerminkan rasa puas mereka pada sesi yang baru saja
mereka dapat. Masukkan kata-kata yang dapat dipakai peserta untuk mengekespresikan
perasaan mereka seperti :

Cerdik sekali luar biasa fantastis hebat baik ok


Menyenangkan Mengherankan kerja keras sulit menggelitik

terlalu panjang membosankan

• Satu hal yang saya sukai dan satu hal yang tidak saya sukai : Peserta meletakkan tangan
mereka di lingkaran dan mengatakan satu hal yang meeka sukai dan satu hal yang mereka
tidak sukai tentang sesi yang baru saja mereka dapat
Impact Assessment

Matrik penilaian dampak pada lampiran-lampiran di halaman 230 sampai 232 didasarkan pada tujuan-
tujuan dari belajar Hidup Berdampingan. Matrik tersebut dapat membantu Anda untuk mengukur
apakah programnya telah memberikan dampak pada pengetahuan, perilaku yang etis, sikap dan
kemampuan/ ketrampilan peserta atau tidak.
Perubahan perilaku dan sikap sulit untuk diukur dikarenakan data kwalitatif yang perlu dinilai dan
komponen subyektif yang berasal dari penilaian tersebut.
Matrik-matrik ini hanya memungkinkan Anda mengerti apakah persepsi peserta telah berubah dan
mau melakukan tindakan dengan cara yang damai dan menghargai orang lain.
Pertanyaan-pertanyaan dalam matrik-matrik tersebut dirancang dibawah 3 judul : pengetahuan,
perilaku, dan ketrampilan. Pengetahuan tentang diri sendiri, orang lain dan tentang realitas dunia
mempengaruhi perilaku dan sikap anak-anak terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
Konsekwensinya ini akan mengarah pada cara bertindak yang bias saja inklusif, berbelas kasih,
perhatian atau diskriminasi dan mau menang sendiri. Cara anak-anak bertingkah laku dan bertindak
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tumbuh dan ruangan/kesempatan yang diberikan kepada
mereka untukberinter-aksi dengan orang lain.
Beberapa pertanyaan berhubungan dengan stereotype (pelabelan), prasangka dan diskriminasi pada
orang lain. Pelabelan termasuk generalisasi tentang karakter dari anggota kelompok. Prasangka adalah
perilaku terhadap anggota kelompok yang hanya berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu
kelompok (bias positif atau negatif), dan diskriminasi adalah tindakan positif atau negatif terhadap
obyek prasangka. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan memungkinkan Anda untuk menilai perilaku
anak-anak terhadap diri mereka sendiri atau orang lain serta korelasinya dengan tindakan mereka.
Petunjuk pemakaian matrik
Matrik di lampiran pada halaman 230 sampai 232 dirancang untuk dipakai sebelum dan sesudah
program Belajar Hidup Berdampingan.
Berilah masing-masing peserta 1 set matrik (A, B, C) pada awal program dan jelaskan bahwa tujuan
latihannya adalah untuk mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Garis bawahi bahwa mereka tidak
perlu menuliskan nama mereka di lembar matrik jika mereka tidak mau melakukannya. Minta mereka
untuk tetap menaruh lembar matrik tersebut didalam map atau Log Pembelajaran (Learning Log)
untuk sementara.
Bagikan satu set matrik yang sama pada akhir program dan minta peserta mengisinya. Beritahu bahwa
tujuan mengisi matrik-matrik ini adalah untuk melihat apakah telah ada perubahan pada persepsi,
pemikiran, dan pendapat mereka sesudah mengkuti program ini.
Minta peserta untuk mengklip 2 set lembar matrik setelah mereka selesai mengisinya. Beri mereka
waktu untuk menulis dalam log pembelajaran mereka tentang jawaban apa yang telah berubah pada
lembar pertama dan kedua.
Minta peserta menyerahkan 2 set lembaran yang telah diklip tersebut kepada Anda setelah mereka
selesai.
Bandingkan jawaban-jawaban dari set pertama dan dari set kedua untuk masing-masing peserta
(klipkan semua lembar jawaban) dan nilailah dampak dari program ini kepada peserta dengan cara
melihat perubahan-perubahan pada :
1. Persepsi pada mereka sendiri dan kepada orang lain.
2. Pengetahuan yang mereka punyai tentang budaya dan kepercayaan orang lain.
3. Pengetahuan yang mereka punyai tentang kenyataan social.
4. Pendapat mereka tentang pernyataan-pernyataan di lembar matrik.
5. Cara mereka akan bertindak dalam situasi-situasi tertentu.
Bagian 4
Aktivitas
Tabel Aktifitas
Modul 1 Mengerti Diri Sendiri dan Orang Lain
Kios Akifitas Metodologi Hala-
man
Berbagi gambar Experience-based learning 70
Menghargai Menggambar peta Discussion-based learning 76
perbedaan Menggapai bintang Discussion-based learning 77
Kunjungan antar kepercayaan Experience-based learning 80
Bandingkan Discussion-based learning 82
Malam budaya Experience-based learning 83
Quiz – Apa yang saya tahu Cooperative-based learning 112
tentang agama lain?
Pohon kehidupan saya Introspection-based learning 65
Menerima diri Berbagi informasi pribadi Experience-based learning 67
sendiri Menggapai bintang Experience-based learning 77
dalamaitannya Bandingkan Experience-based learning 82
dengan orang lain Malam budaya Experience-based learning 83
Cerita Bobby Introspection-based learning 103
Menggambar T-shirt Introspection-based learning 109
Bercerita Experience-based learning 77
Kemanusiaan Megapai bintang Experience & introspection-based 79
yang umum learning
Menabuh lingkaran Introspection-based learning 74
Mengapresiasi kegembiraan Introspection-based learning 106
Cerita untuk jiwa Discussion-based learning 73
Bisakah kita Apa yang akan saya pertahankan Discussion-based learning 78
bekerja bersama? Bank etika Problem-based learning 87
Fokus grup tentang rasa hormat Discussion-based learning 95
Café antar kepercayaan Discussion-based learning 96
Cerita Bobby Introspection-based learning 103
Dialog antar kepercayaan Discussion-based learning 122
Bayanganmu adalah aku Introspection-based learning 69
Menggunakan Kunjungan antar kepercayaan Experience-based learning 80
sepatu orang lain Menggunakan role-play Experience and problem-based learning 85
Menggunakan studi kasus Experience and problem-based learning 86
Café antar kepercayaan Discussion-based learning 96
Merespon Membuat film Experience-based learning 110
kebutuhan akan Kampanye Pembelajaran antar Experience-based learning 117
saling mengerti kepercayaan
Pertukaran antar sekolah Experience-based learning 118
Minggu bertema Experience-based learning 119
Kampanye hak anak-anak Experience-based learning 120
Dialog antar kepercayaan Discussion-based learning 122
Modul 2 Bersama Mengubah Dunia
Kios Akivitas Metodologi Hala-
man
Waktu untuk melihat film Discussion-based learning 71
Apa yang tejadi Belajar dari cerita nyata Discussion-based learning 72
kalau kita tidak Situasi yang tidak adil Experience-based learning 75
saling Bagaimana dunia jka … Introspection-based learning 104
menghormati 1000 derek kertas Introspection-based learning 107
Pulau yang berangsur hilang Experience-based learning 114
Waktu untuk melihat film Discussion-based learning 71
Mengerti konflik, Menggunakan role-play Experience and problem-based learning 85
kekerasan dan Menggunakan studi kasus Experience and problem-based learning 86
ketidak adilan Dilema Discussion-based learning 89
disekitarku Meja bundar Discussion and problem-based learning 97
Debat Discussion-based learning 98
1000 derek kertas Introspection-based learning 107
Menabuh genderang di lingkaran Introspection-based learning 79
Kedamaian mulai Meditasi – perjalanan senyap Introspection-based learning 99
dari diriku Mengapresiasi kegembiraan Introspection-based learning 105
Mandala Introspection-based learning 106
1000 derek kertas Introspection-based learning 107
Menggambar T-shirt Introspection-based learning 109
Kunjungan lapangan Experience-based learning 84
Pilihan-pilihan Bank etika Problem-based learning 87
tanpa kekerasan 6 langkah pemecahan masalah Problem-based learning 91
Berita perdamaian Experience and problem-based learning 93
Pemimpin agama dan sosial Introspection & Discussion-based 101
learning
Cerita untuk jiwa Discussion-based learning 73
Perjalanan Bercerita Introspection-based learning 74
rekonsiliasi 6 langkah pemecahan masalah Problem-based learning 91
Pemimpin agama dan sosial Introspection & Discussion-based 101
learning
Mengapa saya merasa terluka Discussion-based learning 102
Menggunakan role-play Problem-based learning 85
Membangun 6 langkah pemecahan masalah Problem-based learning 91
jembatan- Café antar kepercayaan Discussion-based learning 96
jembatan rasa Membuat film Experience-based learning 110
percaya Bola di udara Cooperative-based learning 115
Perkembangan proyek Cooperative-based learning 121
Dialog antar kepercayaan Discussion-based learning 122
Belajar layanan Experience-based learning 116
Bekerja bersama Kampanye Pembelajaran antar Experience-based learning 117
merubah dunia kepercayaan
Minggu bertema Experience-based learning 119
Kampanye hak anak-anak Experience-based learning 120
Perkembangan proyek Cooperative-based learning 121

My Life tree
Tujuan : Untuk mendorong peserta untuk merefleksikan/merenungkan hidup dan identitas mereka
sendiri dan menghormati identitas orang lain yang unik.
Hasil yang diharapkan : Peserta lebih menyadari diri dan identitas mereka sendiri. Dengan
berbagi/menunjukkan pohon kehidupan mereka, mereka juga menjadi menyadari hidup dan identitas
mereka dan orang lain bagaimanapun samanya atau bedanya kelitan pada awalnya.

Bahan yang digunakan : kertas kosong untk menggambar, spidol berwarna.

Aktivitas
Beri masing-masing peserta satu lembar kertas kosong dan beberapa spidol berwarna dan minta
mereka menggambar sebuah pohon. Setelah selesai, minta mereka untuk mencari informasi tentang
mereka sendiri yang ingin mereka tuliskan pada pohn mereka. Tuliskan usulan-usulan peserta di
papan tulis atau di kertas sehingga mereka dapat melihatnya jika mereka memerlukannya. Berikut
beberapa yang mungkin mereka usulkan :

• Dimana saya tinggal


• Tempat-tempat dimana saya sebelmnya tinggal
• Anggota keluarga
• Teman-teman
• Sekolah, termasuk nama dan kelas berapa
• Kepandaian saya
• Ini yang saya ingin lakukan
• Ini yang membuat saya bahagia
• Ini yang membuat saya merasa sedih
• Ini yang saya percayai
• Ketika dewasa, saya ingin …..

Sebelum peserta mulai menulis, bicarakan dengan mereka tentang pohon. Apa gunanya akar? Dimana
pertumbuhan terjadi? Informasi apa yang mereka perlu tuliskan di bagaian akar, ujung ranting dan
pada puncak pohon? Sebagian murid mungkin memerlukan bntuan dalam memikirkan tentang mereka
sendiri dan masa depan mereka.

Aktivitas ini memerlukan waktu untuk melakukan instropeksi dan saling berbagi informasi secara
informal dengan orang lain. Setelah semua selesai menuliskan informasi pada pohon mereka, minta
beberpa orang sukarelawan untuk menceritakan pohon kehidupan mereka. Setelah beberapa orang
memberikan presentsi, disarankan peserta berjalan menghampiri peserta-peserta lain dan mencoba
mencari :

• Minimal satu orang lain yang tumbuh ditempat yang sama – dan seseorang yang datang dari
tempat lain.
• Seseorang yang menjadi bersedih hati karena sesuatu – dan seseorang lain yang menjadi
bersedih hati karena sesuatu hal yang sama sekali berbeda.
• Seseorang yang pandai dalam hal yang sama – dan seseorang yang pandai dalam hal yang
berbeda.

Inilah beberapa saran, silahkan membuat tematik yang baru jika ada.
Akhiri sesi ini dengan mendiskusikan kesamaan-kesamaan dan cara bagaimana kesamaan dan
perbedaan tersebut membentuk suatu identitas. Kesimpulan apa yang diambil oleh peserta? Buat
refleksi tentang keunikan seseorang dan tentang menghormati perbedaan orang lain.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Catatan saya ;

……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
Personal Experience Sharing
Tujuan : Memberikan kesempatan peserta untuk belajar dari spiritualitas orang lain dan merefleksikan
pada keyakinan mereka sendiri.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah menjelajahi dan saling berbagi pengalaman spiritualitas mereka
dan secara beersama-sama melakukan refleksi diri.
Bahan yang diperlukan : kertas dan pena atau spidol untuk peserta. Siapkan beberapa pertanyaan –
lihatlah dibawah ini sebagai contoh – tentang bagaimana masing-masing peserta berhubungan dengan
orang lain, apa yang mereka lakukan saat mereka sedih atau gembira, ketika mereka ingin
merefleksikan diri, atau menyendiri.

Beberapa contoh pertanyaan :


Apa yg membuat Anda tersenyum, apa yg membuat Anda merasa hidup, apa yang menyentuh hati
Anda?
Apa yang membuat Anda mempunyai suasana hati yang jelek, apa yang membuat Anda marah dan
sulit berkomunikasi?

Biasakah Anda jelaskan beberapa hal terjadi pada diri Anda jika Anda meresa senang?
Biasakah Anda jelaskan hal negatif apa yang akan terjadi jika Anda merasa sedih?

Apakah ada hubungannya antara apa yang Anda rasakan didalam diri Anda dan bagaimana Anda
berkomunikasi dengan orang lain?
Dapatkah hubungan Anda dengan orang lain mebantu Anda untuk merasa lebih baik didalam diri
Anda?

Aktivitas__
1. Carilah tempat yang tenang dan dimana peserta dapat duduk dan berfikir tanpa ada gangguan;
bisa di taman, atau di ruangan dengan music yang lembut.
2. Beritahu bahwa dalam aktivitas ini peserta diminta untuk berfikir tentang diri mereka yang
paling dalam, perasaan dan keyakinan, kejadian-kejadian di masa lalu dan hubungan-
hubungan mereka dengan orang lain. Katakan bahwa Anda telah menyiapkan beberapa
pertanyaan untuk membantu mengarahkan pemikiran mereka dan akan memberikan a kopi
kepada masing-masing peserta atau akan memasankan pertanyaan-pertanyaan tersebut supaya
peserta dapat melihatnya. Yakinkan bahwa ini bukan semacam tes melainkan latihan untuk
membantu mereka untuk merefleksikan diri. Selain itu, yakinkan mereka bahwa tidak ada
keharusan bagi mereka untuk berbagi apa yang mereka fikirkan dengan orang lain kalau
mereka tidak menginginkannya dan bahwa yang mereka akana tulis di kertas adalah untuk
mereka sendiri.
3. Berikan lembar pertanyaan yang telah disiapkan atau tempelkan pertanyaan tersebut dengan
jelas. Minta peserta mencari tempat yang tenang dan enak dimana mereka dapat menyendiri
menuliskan respon atas pertanyaan tsb, baik di lembar pertanyaan atau di lembar yang
terpisah.
4. Berikan minimal 30 menit untuk refleksi diri dan untuk para peserta membentuk lingkaran,
sehingga merasa enak berbicara dengan peserta lainnya. Buka diskusinya dengan bertanya
secara umum apa yang mereka rasakan dalam menjawab pertanyaann tsb. Minta beberapa
sukarelawan untuk berbagi apa jawaban mereka atas masing-msing pertanyaan. Jaga
situasinya senyaman dan seharmonis mungkin – tidak ada yang diharuskan berbagi apabila
mereka tidak menginginkannya.
5. Akhirnya, focus pada pertanyaan terakhir dan berbagi ritual mereka, momen refleksi mereka,
dan perasaan serta keyakinan mereka. Bicarakan bagaimana mereka dapat meningkatkan
hubungan mereka dengan orang lain, tidak tergantung pada keperayaan dan keyakinan
mereka.
Sebagai penutup, Anda dapat membacakan puisi, Salt for the Soul”, yang dapat Anda temukan di
bagian Resources/Poem di halaman 160.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Catatan saya ;

……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
Your Silhouette Is Mine
Tujuan : Membantu peserta mengerti dan menghormati sudut pandang orang lain dengan
menggunakan bayangan.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah belajar tentang orang lain dengan cara mengerti perasaan
mereka. Peserta telah melakan refleksi diri atas tindakan orang lain atau mengapa orang lain berfikir
dengan cara yang tertentu.
Bahan yang diperlukan : Kertas lebar seukuran tubuh (gunakan beberapa lembar kertas diri flip chart
atau kertas-kertas lainny), pen berwarna atau spidal, music yang lembut.

Aktivitas________________________________________________
__
Minta peserta unk berpasang-pasangan – jelaskan bahwa mereka harus bekerja sepagai partner dalam
aktifitas ini. Berikan masing-masing pasangan kertas seukran tubuh. Minta mereka untuk berbaring
diatas kertas tersebut dan secara bergiliran menggambar bayangan partner mereka diatas kertas tadi.
Setelah bayangan-bayangan selesai digambar, minta masing-masing peserta menuliskan informasi
berikut diatas bayangan mereka sendiri :

Di kepala satu pemikiran

Di dada satu perasaan

Di perut satu kebutuhan

Di tangan satu keinginan untuk melakukan sesuatu


Di kaki satu aktivitas yang Anda senangi
Setelah mereka selesi, minta peserta berbagi informasi dengan pasangan mereka dan menjelaskan
masing-masing pemikiran, perasaan, kebutuhan, keinginan atau aktifitas yang mereka suka tanpa
perlu mengatakan mengapa.
Setelah mereka berbagi apa yang mereka tulis di bayangan mereka, minta peserta untuk berbaring
diatas bayangan orang lain, menutup mata mereka dan membayangkan bahwa mereka adalah orang
lain. Anda bisa memutar music yang lembut dan mulai refleksi diri dengan minta peserta
“meninggalkan alam fikiran mereka dan masuk kedalam alam fikiran partner Anda”, dan mencoba
untuk berfikir menggunakan alam fikiran orang lain, merasakan kebutuhan orang lain, menginginkan
apa yang diinginkan orang lain, dan membayangan melakukan aktifitas yang partner Anda senang
melakkannya.
Pada bagian akhir, sisakan 5 menit untuk refleksi diri tentang apa artinya memakai sepatu orang lain.
Anda dapat mengakhiri aktifitas ini dengan meminta peserta untuk saling berpelukan sebagai untuk
menunjukkan saling pengertian.

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Picture Sharing
Tujuan : Memberikan motivasi kepada peserta untuk belajar lebih banyak tentang realitas dunia
dengan cara meminta mereka menggambarkannya.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah merefleksikan pengertian mereka tentang dunia dan apa yang
terjadi kalau orang tidak bisa saling mengerti.

Bahan yang diperlukan : Beberapa Koran atau majalah lama, gunting dan lem, kira-kira 2 meter atau
lebih kertas atau kain (bisa dari beberapa kertas yang digabungkan), pena berwarna atau spidol,
pewarna semprotan yang tidak be rearacun.

Aktivitas________________________________________________________
____
Pasang kertas atau kain yag pnjang di tembok. Dengan menggunakan spidol hitam, gambarkan batu
bata dan detail-detail lainnya diatasnya sehingga menyerupai tembok jalanan.

Berikan koran dan majalah kepada peserta and minta mereka membuat kolase tentang dunia seperti
yang mereka melihatna. Mereka boleh menaruh kata-kata, gambar, membuat sendiri gambar,
membuat graffiti – apa saja yang menurut mereka dapat mengekspresikan realitas dunia. Berikan
waktu 45 -60 menit untuk menyelesaikan ini and biarkan mereka bekerja sendiri, bersama-sama,
secara berpasangan dll.

Setelah kolasenya selesai, semua berkumpul mengitarinya, serta mengamatinya beberapa saat.

Kemudian berikan pertanyaan reflektif kepada peserta seperti :

• Apakah ini dunia yang Anda ingin tinggal?


• Apakaini dunia yang ingin Anda wariskan kepada anak-anak Anda?
• Siapa yang telah membuat dunia seperti ini?
• Apa kejadian-kejadian yang mempengaruhinya yang digambarkan di dinding?
• Dapatkah kita mengambil atau mengulangi tindakan yang baik seperti yang digambarkan di
dinding di tempat-tempat dimana terjadi kekerasan dan ketidak adilan terjadi?
• Apakah kita bertanggung jawab atas apa yang terjadi di dunia ini?
Biarkan diskusinya berjalan menjadi pengalaman berbagi pengalaman, dimana peserta banyak
menceritakan relitas yang dihadapi di dalam masyarakat mereka.
Beritahukan bahw ini hanyalah bagian dari perjalanan mereka dan bahwa mereka perlu memikirkan
apakah ada tindakan-tindakan yang dapat mereka ambil untuk memperbaiki situasinya.
Anda dapat mengakhiri aktifitas ini dengan menyalakan lilin dan berdoa bagi perdamaian di dunia,
jika sesuai, atau dengan menyanyikn lagu perdamaian.

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Movie Time
Tujuan : Meningkatkan kesadaran peserta terhadap konflik, ketidak-adilan, dan kekerasan yang terjadi
di seleruh dunia, serta bahwa bahkan sedikit tindakan akan memberikan dampak yang luar biasa.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah belajar tentang orang-orang yang baru, tempat-tempat yng baru
dan sejarah. Keberanian dan komitmen dari mereka yang tindakan-tindakannya digambarkan di dalam
film akan mengarahkan peserta untuk bertanya tentang sebab-sebab terjadinya kemiskinan, kekerasan
dan konflik, serta kebutuhan orang-orang tersebut untuk terus menerus untuk merubah situasi ini
menjadi lebih baik.
Bahan yang diperlukan : Video atan DVD yang baik tempat yang cukup menyenangkan untuk
melihatnya. Jika Anda memutuskan untuk membawa satu grup untuk melihat film di gedung bioskop,
cobalah untuk mengatur wakt Anda sehingga Anda mempunyai tempat dan waktu untuk
mendiskusikan film tersebut sebelum grup tersebut membubarkan diri.

Aktivitas________________________________________________
Film adalah medium yang dapat membantu peserta memasuki dunia atau hidup yang lain dan melihat
bagaimana sesuatu telah terjadi atau sedang berlangsung bagi orang lain. Tergantung pada
ketrampilan pembuat film, peserta dapat juga mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda,
motivasi untuk bertindak, dan kompleksitas situasi yang dihapi.
Beberapa film yang cocok ada di bagian Resources pada halaman 149, tetapi masih banyak yang
dapat ditambahkan pada daftar film tersebut.
Untuk kegiatan melihat film di bioskop bersama, buatlah persiapan dengan memberikan peserta
ringkasan singkat ceritanya serta kapan kejadian yang digambarkan dalam film tersebut terjadi.
Tanyakan kepada mereka mengapa meihat film sangat penting bagi pembelajaran tentang etika.
Setelah melihat film, beri pertanyaan umum yang akan menantang pengertian mereka tentang film dan
tentang kejadian dan tokoh-tokoh yang ada dalam film tersebut. Tanyakan motivasi dari tokoh-tokoh
tersebut : bagaimana sebagian dari mereka memberikan respon pada perintah, bagaimana yang lain
menggunakan hati nurani dan inisiatif mereka untuk mengabil tindakan atas nama orang lain. Anda
dapat menanyakan apakah film tersebut mempunyai hubungan dengan realitas social peserta atau apa
yang mereka ketahui tentang masalah yang sedang dihadapi di dunia saat ini. Perluas diskusinya
dengan mempertimbangkan penyebab konflik dan ketidak-adilan di dunia. Anda juga dapat bertanya
dimana posisi peserta apa yang mereka akan lakukan jika mereka menghadapi masalah yang sama
seperti yang ada dalam film tersebut.
Akhirnya, minta peserta untuk melihat kejadian di film melalu perspektif hak, rasa hormat, dan
tanggung jawab. Hak-hak siapa yang dilanggar? Hak-hak siapa yang telah dipenuhi? Apakah orang-
orang saling menghormati, Apakah orang mengambil tanggung jawab terhadap diri meeka sendiri
atau rang lain? Apakah mereka mempertahankan hak-hak orang lain?

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Learning From Real Life Stories


Tujuan : Membantu peserta menjelajahi ketidak adilan, konflik, dan tidak adanya rasa hormat yang
terjadi melalui cerita kehidpan yang nyata.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah menyadari bahwa stiap orang mempunyai tanggung jawab untuk
menghormati hak manusia untuk mendapatkan rasa hormat yang merupakan sesuatu yang universal
dan absolut.
Bahan yang diperlukan : Kupulkan pilihan tulisan-tulisan tentang pelanggaran hak azasi manusia dari
koran, majalah, atau dari salah satu studi kasus (Resoures/Case studies, alaman 139). Anda , mungkin
perlu memilih 1 atau 2 cerita, atau beberapa. Cobalah memilih cerita-cerita yang mempunyai panjang
yang sama, Anda juga mungkin menginginkan setiap orang memdiskusikan hal yang sama atau
menampilkan sejumlah cerita dengan tema yang berbeda. Aktifitas ini memerlukan flip chart dan
spidol untuk fasilitator.

Aktivitas______________________________________
1. Bagilah peserta menjadi grup-grup yang kecil yang terdiri dari 3 – 5 orang dan berilah
masing-masing grup lembar cerita tersebut.
2. Minta setiap grup membaca cerita mereka, memdiskusikan penyebab situasi yang ada dalam
cerita, prinsip etika apa yang dilanggar, dan apa konsekwensinya.
3. Jika Anda mempunyai waktu, minta peserta mempersiapkan role play untuk menggambarkan
situasi yang telah mereka baca. Role play tersebut tidak perlu menggambarkan persis apa
yang terjadi di cerita tersebut tetapi menggambarkan interpretasi mereka. Jika Anda
memutuskan untuk melewati langkah ini, langsung saja ke butir 5, diskusi.
4. Setelah semua grup selesai mendiskusikan dan meniapknn role play, kumpulkan semua grup
dan bersama-sama untuk melakukan dan kemudian mendiskuskan role play tersebut.
5. Gunakan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini untuk mendiskusikan ceritanya. Pada saat
memberikan pertanyaan, buatlah ringkasan jawaban dan refleksi peserta di flip chart sehingga
peserta dapat memvisualisasikan pembelajaran mereka sendiri. Anda juga dapat
menggunakan tehnik kartu atau Mind Map untuk mempresentasikan kesimpulan kepada
semua grup sehingga mereka dapat saling belajar.
• Siapa yang menjadi protagonist utama, bagaimana hubungan mereka
• Apa kejadian atau situasi utamanya di dalam cerita tersebut?
• Hak siapa yang dilanggar? Hak-hak siapa yang telah dipenuhi? Apakah orang-orang
saling menghormati, Apakah orang mengambil tanggung jawab terhadap diri meeka
sendiri atau rang lain? Apakah mereka mempertahankan hak-hak orang lain?
• Bagaimana situasi yang sedang terjadi dapat diselesaikan secara etika?
• Apa yang dapat dipelajari dari cerita tersebut dan bagaimana hal itu dapat
dikorelasikan dengan kehidupan kita sendiri?
Berikan dorongan kepada peserta untuk secara sukarela membagikan pengalaman pribadi mereka
dalam diskusi.
Akhiri aktifitas ini dengan merefleksikan bgaimana tindakan dan perilaku kita dapat memberi
dampak kepada orang lain, baik secara negatif maupun positif.

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Stories For The Soul


Tujuan : Membantu peserta menjelajahi perilaku dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengubah
situasi yang sulit.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah merefleksikan diri tentang perilaku dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk menghadirkan rasa hormat, pengertian, serta kedamaian kepada masyarakat.
Bahan yang diperlukan : Pilihlah cerita-cerita yang sesuai tentang rasa hormat, membantu orang lain,
rekonsiliasi, memaafkan dll. dari Resources/Stories pada halaman 123. Anda boleh memilih
menggunakan hanya 1, 2 atau beberapa cerita. Pilihlah cerita-cerita yang mempunyai panjang yang
hamper sama tetapi mempunyai tema yang berbeda. Flip chart dan spidol diperlukan untuk fasilitator.

Aktivitas________________________________________________
__
1. Bagilah peserta menjadi grup-grup kecil yang terdiri dari 3 – 5 orang dan berikan masing-
mang grup lembar cerita.
2. Mintalah masing-masing grup untuk membaca cerita mereka, mendiskusikan pesannya dan
ajaran moralnya.
3. Kemudian siapkan role play untuk menggambarkan ceritanya – tanpa harus memerankannya
atau langsung menuju point 5.
4. Kumpulkan semua grup untuk melakukan role play. Akhiri dengan diskusi.
5. Gunakan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini untuk mendiskusikan ceritanya. Pada saat
memberikan pertanyaan, buatlah ringkasan jawaban dan refleksi peserta di flip chart sehingga
peserta dapat memvisualisasikan pembelajaran mereka sendiri. Anda juga dapat
menggunakan tehnik kartu atau Mind Map untuk mempresentasikan kesimpulan kepada
semua grup sehingga mereka dapat saling belajar.

• Apa yang dapat kita pelajari dari cerita tersebut dan apa artinya bagi kehidupan kita?
• Nilai-nilai apa yang disorot dalam cerita tersebut?
• Dapatkah kita menghubungkan cerita tersebut dengan situasi dalam kehidupan yang
nyata kita? Berilah contohnya.
Berikan dorongan kepada peserta untuk secara sukarela membagikan pengalaman pribadi mereka
dalam diskusi.
Akhiri aktifitas ini dengan merefleksikan bgaimana tindakan dan perilaku kita dapat memberi
dampak kepada orang lain, baik secara negatif maupun positif.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Story Telling
Tujuan : Membangun ketrampilan untuk mendengar dan berhubungan dengan orang lain dengan cara
memasuki dunia cerita bersama-sama.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah membangun kemampuan untuk membuka diri pada imaginasi
serta membangun kapasitas untuk mendengar. Meraka telah mmenghormati warisan budaya yang
disampaikan melalui cerita-cerita tersebut.
Bahan yang diperlukan : Pilihlah cerita-cerita yang sesuai dari Resources/Stories pada halaman 123.
Anda boleh juga memilih menggunakan cerita rakyat yang barasal dari budaya dan tradisi agama
Anda. Ciptakan atmosfer yang nyaman dan hangat.
Petunjuk berikut ini diambil dari Handbook for Story Teller

Aktivitas
Ciptakan lingkungan yang tepat untuk bercerita. Bisa saaja di dekat api unggun, di taman berdekatan
dengan alam, atau di ruangan yang tenang. Anda bia meggunakan lilin, dupa, alat music seperti gitar,
drum, ataau musik yang lembut untuk memulai bercerita.

Kadang-kadang pengantar singkat atau informasi latar belakang diperlukan untuk bisa mengerti
ceritanya dengan baik. Selalu berikan sumber cerita : pencerita lain, buku-buku dll.

Anda mungkin mempunyai satu frasa untuk memperkenalkan cerita tsb. Sebagai contoh untuk
memperkenalkan cerita, settingnya dibuat oleh bea cukai West Indian ;
Narator : Cric

Respon Pendengar : Crac (Kami ingin mendengar cerita Anda)

Akhir cerita mungkin : “..demikianlah ceritanya..”; “..ini akhir dari cerita..”


Ceritanya bisa juga dimulai dengan kata-kata : “Pada suatu hari”. Di Arab, bercerita selalu diawai
dengan kata-kata :”Itu dan bukan itu” dan semua orang tahu bahwa mereka akan mendengar suatu
cerita. Atau contoh lain kalau orang Iran akan bercerita, mereka akan memulai dengn kata-kata :”Ada
dan tiada”.
Jaga agar tetap bertatap mata dg pendengar. Perhatikan kalau anak-anak merasa resah. Jika ceritanya
tidak berjalan dengan baik, mungkin ceritanya curang cocok untuk grup tsb. Kalau ini terjadi, fikirkan
untuk dengaan cepat menyimpulkan dan mengakhiri cerita tersebut. Mungkin Anda melihat satu titik
dimana Anda bisa berhenti bercerita dn meminta anak-anak untuk mendapatkan akhir cerita tersebut
dengan membaca buku.
Jika anak-anak tidak mengetahui kata-kata tertentu, masukkan definisinya dalam cerita. Jika mereka
resah, jangann marah, hindari kegiatan bercerita berubah menjadi pengalaman yg tidak
menyenangkan. Cari masalahnya. Mungkin ceritanya tidak sesuai untuk mereka, mungkin terlalu
panjang dll. ada juga kemungkinan factor luar yang mengganggu konsentrasi mereka.
Memakai celemek untuk bercerita mungkin menyenangkan. Celemek tukang kayu dg banyak saku
bisa dipakai. Di masing-masing saku bisa dimasukkan barang-barang yg menggambarkan pilihan-
pilihan cerita yang Anda telah siapkan misalnya batu untuk cerita “Sup Batu” dll. Anak-anak dapat
memilih saku yang mereka inginkan kemudian cerita sesuai dengan saku yang dipilih bisa dimulai.

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Unjust Situations
Tujuan : Untuk memberikann motivasi peserta untuk lebih banyak belajar dan merefleksikan ketidak
adilan yang ada di dunia.
Hasil yang diharapkan : Peserta menanyakan apa penyebab ketidak adilan di dunia dan apa yang
kemungkinan mereka dpat lakukan untuk membantu.
Bahan yang diperlukan : Bermacam-macam gambar/foto tentang situasi yang tidak adil di dunia
(pktek-praktek yang tidak terhormat, penderitaan orang, kemiskinan, konflik dll.) yang diambil dari
majalah, Koran, poster dll. presentasi dalam Powerpoint bisa juga dipakai. Website NGO – Organisasi
Nir Laba seringkali mempunyai gambar-gambar yang dapat di unduh.

Aktivitas
Taruh gambar/foto-foto yang Anda pilih di dinding atu di lantai dan minta peserta berkeliling ruangan
dan melihat gambar/foto-foto tersebut. Kemudian duduklah melingkar tetapi mh bisa melihat foto-foto
tsb.
Minta peserta untuk mendiskusikan perasaan mereka setelah melihat gambar/foto-foto tersebut.

• Tanyakan foto mana yang sangat menarik perhatian mereka dan mengapa.
• Minta beberapa peserta membicarakan apa yang mungkin sedang terjadi di dalam foto yang
mereka pilih.
o Apa yang mungkin telah terjadi?
o Siap yang melakukannya?
o Mengapa hal itu bisa terjadi?
o Mengapa orang yang ada di dalam foto mempunyai ekspresi seperti itu di wajahnya?
o Apa yang mungkin sedang difikirkan atau dirasakan oleh mereka?
o Apa yang mungin terjadi pada mereka sekarang ini?
Peserta mungkin saja mempunyai banyak pertanyaan tentang situasi ditunjukan dalam foto dan sangat
penting untuk membiarkan mereka mengakhiri sesi dengan perasaan nagatif seperti tidak dapat
berbuat apa-apa, tidak mempunyai kekuatan dan depresi.
Akhiri sesi ini menanyakan pada peserta pertanyaan yang dapat membantu mereka mengrti orang lain
:

• Mengapa orang saling melukai?


• Mengapa orang tidak menghargai hidup, keyakinan dan pemikiran orang lain?
• Apa yang mebuat kebencian,ketidak adilan dan kekerasan di dunia ini?
• Apa peran badan-badan keagamaan dan non-keagamaan dalam kekerasan dan ketidak adilan
ini?
• Bagaimana agama dapat berperan dalam membentuk perdamaian dan kedamaian dunia?
• Apa yang dapat dilakukan peserta disini di kota/desa mereka sendiri untuk membantu orang
lain dan berusaha menbuat dunia yang lebih baik?
Mungkin ada banyak ide-ide yang didapat dari pertanyaan terakhir seperti membantu pengungsi yang
sedang mencari negara yang mau menerima mereka, berdoa untuk kebaikan dunia, meningkatkan
kedaran, menulis surat ke parlemen/presiden dll. Penting sekali mendorong mereka untuk berfikir
dalam kerangka tindakan yang mereka daapat lakukan.

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Map Drawing
Tujuan : Membuat peserta tertarik pada dunia dan kekayaannya dengan memaparkan meraka pada
budaya dan agama yang dipunyai dan dipraktekkan oleh berbagai bagian dunia.
Hasil yang diharapkan : Peserta mempunyai pengertian tentang agama dan budaya serta pentingnya
mempelajar keragaman.
Bahan yang diperlukan : Peta dunia yang besar atau globe yang menggambarkan peta dunia. Post-it,
labul-label kecil, pin, atau thumb tacks mungkin diperlukan untuk menaruh komentar-komentar pada
peta.

Aktivitas__________________________
Bagilah peserta menjadi grup-grup yang terdiri dari 3 atau 4 orang dan minta masing-masing grup
untuk menentukan lokasi di peta 8 negara yang merepresentasikan 4 agama tertentu.
Berkan waktu 15 menit untuk berdiskusi dalam grup mereka dan 5 menit tambahan untuk
memberikan jawaban mereka di peta.
Biarkan setiap orang melihat peta dan berbagi pengetahuan.
Pertanyakan jawaban mereka dengan menanyakan tentang minoritas yang menganut agama berbeda
di Negara yang mereka pilih.
Akhri sesinya dengan mennyakan beberapa pertanyaan umum di bawah ini :

• Agama-agama apa saja yang da di dunia? Buatlah daftarnya.


• Secara porposional, berapa jumlah penganut agama-agama tersebut?
• Apa agama utama di negera, kota, sekolah Anda? Apakah ada agama yang yang dianut? Apa
pengalaman Anda tentang mereka yang menganut agama lain?
• Apakah mereka yang menganut agama lain di Negara Anda menghadapi kesulitan karena
kepercayaan mereka? Apakah ada prasangka negatif dan diskriminasi? Jika ya, menurut Anda
mengapa ini terjadi? Apakah ada hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi adanya
intoleransi dan kurangnya rasa saling menghargai?
• Bagaaimana dengan mereka yang tidak menganut agama apapun? Apakah juga ada prasangka
negatif dan diskriminasi pda mereka? Diskusikan.
• Peserta mungkin membuat saran yang kongkrit – misalnya kunjungan antar agama, malam
budaya atau kunjungan lapangan – yang bisa ditindak-lanjuti.
Jika jawaban untuk berbagai pertanyaan tersebut tidak diketahui, buatlah pertanyaan-pertanyaan
utama yang ada sehingga setiap orang, termasuk peserta bisa melakukan riset di perpustakaan atau
internet, dan memberitahukan kepada grupnya apa yang mereka temukan di sesi berikutnya.
Mungkin akan bermanfaat memutar video atau DVD tentang berbagai agama, atau membuat
presentasi yang menunjukkan berbagai agama, tokoh/nabi/rosul penyebar agama tersebut, keyakinan
dan kebiasaan utamanya (misalnya pakaian, ritual, dan buku sucinya).

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Reach For The Stars


Tujuan : Memberikan kesmpatan kepada peserta untuk mengetahui orang lain secara lebih dalam dan
bagaimana mereka mempunyai kesamaaan dan perbedaan dibanding mereka.
Hasil yang diharapkan : Peserta mengerti bahwa orang lain yang berbeda dengan mereka bisa juga
mempunyai banyak persamaan dengan mereka. Peserta telah menerima mereka sendiri dan orang lain
dengan cara melihat sisi dalam dan sisi luar.

Bahan yang diperlukan : Kertas dan pena, benang berwarna yang banyak, tape perekat, beberapa
gunting.

Aktivitas
1. Setiap peserta menggambar sebuah bintang segi lima – memberikan templet atau diagram
untuk dicontoh supaya semua bintang sama. Minta peserta tentang informasi apa yang
menjadi dasar identitas mereka dan pilih 5 pertanyaan dri daftar. Minta mereka menulis di
kelima titik ujung bintang lima tersebut jawaban pertanyaannya. Misalnya : agama mereka,
music kesukaan mereka, tempat-tempat yang penting bagi mereka, orang yang paling penting
bagi mereka, aktifitas yang mereka sukai dll. Anda dapat membuat pilihan-pilihan lain.
2. Setelah mera selesai menulis di bintang mereka, duduklah di lingkaran dan minta masing-
masing orang menjelaskan piihannya. Minta peserta menempelkan bintangnya di dinding.
Berikan padaa masing-masing peserta 1 gulung benang berwarna yang dapat mereka gunakan
untukmenghubungkan titik-titik di bintang mereka dengan bintang orang lain yang
mempunyai kesamaan pandangan.
3. Setiap orang harus mencoba untuk mencari minimal 1 kesamaan dengan orang yang
memberikan presentasi sebelumnya atau dengan orang lain sesudah mereka. Anda atau
fasilitator lainnya bisa mulai lebih dahulu sehingga masing-masing peserta bisaa mencari
paling tidak 1 kesamaan.
4. Setelah semua hubungan telah dilakukan, minta peserta mencari tahu lebih baanyaak tentang
pembuat bintang lainnya yang telah terhubung dengan benang. Dalam percakapan-percakapan
pendek mereka harus mencari kesamaan-kesamaan lagi dan jug perbedaan-perbedaan.
Misalnya, kita sama-sama menyukai makanan india, saya suka bermain sepak bola dan dia
tidak, dia suka memasak dn saya tidak, kami berasal dari kota yang sama dll.
5. Lihat berapa titik bintang yang tidak terhubung. Apakah ini sesuatu yang sangat unik bagi
sebagian orang? Refleksikan betapa hebatnya bahwa ada sebegitu banyak perbedaan dan
kekayaan di dunia ini. Seperti bahwa bintang mungkin kelihaatannya sama, kita tahu bahwa
mereka berbeda. Bukannya ini sangat menarik?
6. Minta peserta membicarakan seseeorang yang mereka telah temui, jelaskan kesamaan dan
perbedaan apa yang mereka punyai.
7. Akhirnya, buatlah diskusi yang lebih besar tentang apa yang membuat kita masing-masing
unik. Beri penekanan bahwa semua orang mempunyai hal-hal yang sama, tetapi juga berbeda
dalam sspek-asspek yang penting. Tutup aktifitas ini dengan refleksi tentang pentingnya
melihat orang lain dari sisi dalam daripa hanya dari sisi luar.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

What I Stand For


Tujuan : Untuk mendorong peserta untuk berdiri dan mempertahankan apa yang mereka yakini.
Memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan keyakinan mereka sendiri dan
mengetahui keyakinan orang lain.
Hasil yang diharapkan : Peserta telah mengetahui bagaimana keyakinadan pendapat mereka berbeda
dengan orang lain.
Bahan yang diperlukan : Materi-materi yang sesuai yang diperlukan untuk membuat garis di tengah
ruangan atau tempat bermain misaln kapur tulis, tape perekat, atau gulungan kain. Dua tanda besar
dengan tulisan “Saya Setuju” dan “Saya Tidak Setuju”.

Aktivitas
Buatlah subuah garis di tengah-tengah ruangan dan tahuhlah kedua tanda di masing-masing ujung.
Mintalah peserta berdiri sepanjang garis tersebut dan menghadap Anda. Minta mereka memberikan
respon atas serangkaian pernyataan dengan cara berpindah pada tandaa yang sesuai.

Bacakan beberapa pernyataan – berikut beberapa contoh :

• Semua anak harus dapat pergi sekolah.


• Hanya yang paling pandai saja yg mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan setelah 14
th.
• Membunuh seseorang karena alas an apapun adalah salah.
• Orang mempunyai hak untuk memperjuangkan dan memperrtahankan apa yg mereka yakini.
• Setiap orang mempunyai hak untuk hidup dalam kedamaian.
• Tidak seorangpun harus hidup dalam penjajahan Negara lain.
• Setiap orang mempunyai hak untuk dihormati.
• Saya hanya menghormati orang yang menghormati saya.
• Polusi adalah tanggung jawab pemerintah.
• Tidak ada gunanya untuk selalu membuang sampah ditempatnya jika orang lain tidak.
• Setiap orang mempunyai hak untuk menerapkan ajaran agamanya.
• Agama adalah penyebab utama konfik di dunia ini.
Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga peserta berada dalam posisi yang saling
bertentangan yang akan mendorong mereka melakukan refleksi diri. Setelah selesai, aturlah peserta
untuk duduk di lingkaran dan minta mereka membicarakan jawabnya. Diskusikan beberapa masalah
yang membuat mereka tidak setuju dan tanyakan bagaimana perasaan mereka karenanya.
Jika peserta kesulitan dalam memberikan respon pada pertanyaan, tanyakan mengapa mereka meresa
demikian? Hal penting yang muncul dari diskusi ini adalah bahwa dunia ini tidak sederhana dan tidak
selalu mudah untuk memutuskan apa yg harus diyakini dan kapan harus berdiri dan mempertahankan.
Tanyakan pada peserta tentan bagaimana perasaan mereka ketika orang lain berdiri di seberang
mereka. Apa pendapatnya tentang mereka dan keyakinaannya?

Selesaikan latihan ini dengan memberikan penekanan bagaimana keyakinan dan pendapat bisa
berbeda dan bahwa keyakinan dan pendapat itu harus dihargai walaupun meraka tidak mempunyai
keyakinan dan pendapat yang sama.
Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Drumming Circles
Tujuan : Menciptakan ruangan dan kesempatan untuk membuat hubungan antar peserta yang akan
dicapai melalui berbagi pengalaman dalam lingkungan yang berbeda.
Hasil yang diharapkan : Masing-masing peserta telah terhubung dengan cara yang berbeda dan lebih
intim serta telah mempelajari kehidupan masing-masing peserta.
Bahan yang diperlukan : Serangkaian genderang, kayu bakar, korek api dan bahan-bahan yang mudah
terbakar. Anda bisa mendapatkan petunjuk bagaimana membuat api unggun di :

http://www.luontoon.fi/page.asp?Section=8497.

Aktivitas
Persiapkan api unggun dan serangkaian genderang. Susunlah peserta melingkari api unggun dan
bagikan genderang kepada mereka. Jika ada peserta yang telah mengetahui bagaimana memainkan
drumnya, Anda bisa minta mereka menjelaskannya. Cobalah menyusun aktifatas ini dimana semua
orang atau sebagian besar peserta dapat berpartisipasi. Tujuannya adalah untuk membuat peserta
merasakan kegembiraan dengan membuat irama tabuhan genderang bersama-sama. Sesudah setiap
orang menikmasi kesenangan dan relax, buatlah ruangan untuk berbicara.
Dorong peserta untuk berbicara tentang apa saja yang ada dalam benak mereka. Buatlah waktu yang
tersedia ini sebagai kesempatan untuk saling belajar dari sisi dalam mereka.
Berilah arti pada musik, api, dan pada malam dan pada setiap orang yang berpartisipasi pada aktifitas
tsb. Refleksikan elemen-elemen tersebut yang membuat keadaan saat ini unik. Perluas temanya
dengan cara memikirkan bahwa semua orang-orang yang luar biasa tersebut yang menjadi bagian dari
masyarakat manusia yang tinggal dalam dunia yang sama.
Menabuh genderang di lingkaran dapat berfungsi sebagai tempat yang intim dan waktu untuk
membuat refleksi - baik secara individu maupun bersama-sama – tentang bagaimana orang dapat
bekerja bersama untuk menciptakan kedamaian dan perdamaian. Peserta menyatu dan belajar bersama
tentang mereka sendiri, dan saling belajar membentuk sinergi yang bisa sangat positif untuk pekerjaan
yang dikerjakan secara bersama.

Jika memungkinkan, buatlah menabuh genderang di lingkaran ini menjadi peristiwa bulan ini.

Menabuh genderang di lingkaran dapat dipakai bersama dengan aktifitas berikut ini :

• Bercerita
• Menyanyi dan menari
• Meditasi dan refleksi

Minta peserta menuliskan aktivitas mereka dalam log pembelajaran mereka.

Kunjungan Lintas-keyakinan
Tujuan: Mempelajari pengalaman baru dengan sumber-sumber spiritual lain dan mempelajari
kepercayaan-kepercayaan yang dianut orang lain. Kunjungan ke berbagai tempat keagamaan, seperti:
kuil, masjid, sinagog, gereja, dan gurdwara.

Hasil/Keluaran: Para peserta dapat memperluas kesadaran mereka mengenai agama dan
kepercayaan, ritual, dan ekspresi spiritual orang lain.

Alat dan Bahan: Sediakan lembar informasi untuk para peserta mengenai agama dan kepercayaan
yang akan mereka pelajari. Peserta harus membuat catatan mengenai tempat-tempat yang mereka
kunjungi

Kegiatan
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan mengunjungi tempat-tempat keagamaan yang telah
ditentukan. Kunjungan ini dapat memakan waktu beberapa hari, beberapa minggu, ataupun lebih lama
lagi, tergantung kebutuhan. Apapun agama atau kepercayaan yang dianut peserta (atau bahkan jika
tidak menganut ajaran apapun), mereka tetap dapat mengambil manfaat dari kegiatan ini, terutama
mengambil manfaat dari pengalaman baru dan unik untuk merasakan ada di posisi orang lain.

Tempat-tempat keagamaan dapat dikunjungi saat waktu bebas untuk umum ataupun saat kegiatan
ibadah sedang dilakukan. Sebaiknya jelaskan maksud dan tujuan kunjungan ini dan atur jadwal dan
kesepakatan dengan penjaga tempat ibadah yang dikunjungi. Jelaskan kepada tuan rumah bahwa
kunjungan ini bersifat lintas-keyakinan, sehingga pendekatan yang digunakan sebaiknya deskriptif
dan informatif dan bukan bersifat ajakan, promotif, ataupun membandingkan dengan kepercayaan
lain.

Contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan dalam kunjungan ini:


- Berdiskusi dengan pengelola tempat ibadah mengenai inti ajaran agama atau kepercayaannya.
- Informasi dan penjelasan mengenai berbagai ritual yang dilakukan di sana lengkap dengan
makna dan tujuannya.
- kesempatan untuk tanya jawab
- kesempatan untuk bicara dengan kaum muda penganut keyakinan tersebut yang ada di sekitar
lokasi
- jika memungkinkan, kesempatan untuk berpartisipasi di kegiatan ibadah.
- jika tidak melanggar aturan dan tuan rumah tidak keberatan, mintalah mereka untuk
mendoakan peserta dengan ritual dan tradisi keagamaan mereka.
Sebelum kunjungan dimulai, jelaskan pada peserta mengenai tujuan dari kunjungan ini, yaitu: untuk
mengetahui dan mempelajari keyakinan atau kepercayaan orang lain. Tekankan pula kepada para
peserta untuk menghormati cara berpakaian yang telah ditentukan di lokasi dan berperilaku sopan.

Sediakan waktu untuk berdiskusi dengan peserta setiap selesai mengunjungi satu lokasi. Ajak mereka
untuk mengungkapkan perasaan mereka mengenai apa yang telah mereka lihat dan pelajari. Tanyakan
pula bagaimana perbandingannya dengan keyakinan yang mereka anut atau keyakinan lain yang telah
mereka pelajari.

Peserta sebaiknya mencatat hal-hal berikut di Jurnal Pembelajaran mereka:


- lokasi tempat keagamaan, termasuk nama dan alamatnya.
- siapa yang mereka temui dan apa yang mereka pelajari
- kesan mereka mengenai bangunan dan ritual ibadah
- kepercayaan utama para penganut keyakinan tersebut
- persamaan dan perbedaan dengan keyakinan atau kepercayaan yang mereka anut

Panduan Persiapan Kunjungan Lintas-agama


1. Kumpulkan informasi mengenai tempat keagamaan yang akan dituju. Pertimbangkan pula
kepercayaan dan keyakinan yang dianut para peserta. Diskusikan pilihan-pilihan lokasi
tersebut dengan peserta.
2. Buat daftar tempat-tempat keagamaan atau lokasi pemujaan yang akan dituju dan atur rencana
teknis kunjungan sehingga waktu yang ada bisa digunakan dengan efisien untuk mengunjungi
seluruh lokasi tersebut. Jangan lupa atur waktu untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
3. Hubungi penjaga atau petugas yang ada di lokasi kunjungan dan jelaskan maksud dan tujuan
kunjungan ini. Tekankan pula bahwa tujuan utama kunjungan ini adalah untuk belajar
mengenai berbagai keyakinan dan kepercayaan orang lain, sehingga diharapkan informasi
yang diberikan selama kunjungan bersifat informatif. Diharapkan pula dapat saling menjaga
suasana yang kondusif dengan prinsip saling menghargai selama kunjungan ini dilaksanakan.
4. Baik adanya anggota-anggota yang lebih muda dan memiliki keyakinan yang berbeda,
ataupun kelompok Anda bersifat homogen dan sedang mempelajari proses saling menghargai
dengan keyakinan lain, tetap tekankan prinsip keberagaman dan inti bahwa kegiatan ini
bersifaf Lintas-keyakinan.
5. Sepakati tanggal dan waktu kunjungan dengan perwakilan tempat ibadah atau yang
ditugaskan sebagai pemandu. Sepakati aturan dan ketentuan yang diberikan sesuai waktu
kunjungan, misalnya: apa yang harus dilakukan jika kunjungan dilakukan saat jam ibadah,
adakah ketentuan berpakaian yang berlaku, dan apakah ada makanan dan minuman yang
disediakan. Tanyakan pula apakah memungkinkan jika ada anak-anak atau peserta yang lebih
muda untuk ikut dalam kunjungan ini.
6. Jika memungkinkan, siapkan brosur informasi mengenai keyakinan beserta ajarannya untuk
setiap tempat yang dikunjungi.
7. Ingatkan peserta untuk berpakaian sesuai ketentuan
8. Lakukan pertemuan persiapan dengan para peserta sebelum kunjungan dilaksanakan.
Mintalah mereka untuk menyiapkan pertanyaan dan ingatkan untuk memperhatikan dan
menyimak dengan seksama seluruh lokasi kunjungan.dalam pertemuan persiapan tersebut.
Buatlah sesi diskusi mengenai agama dan kepercayaan lalu mintalah salah seorang peserta
untuk menjelaskan tentang keyakinan yang dianut. Ingatkan peserta untuk bersikap sopan,
saling menghargai, dan berpikiran terbuka.
9. Selama kunjungan, biarkan para peserta mengeksplorasi lokasi dan jangan lupa sediakan
waktu untuk tanya jawab.
10. Setelah kunjungan selesai, mintalah para peserta untuk menuliskan perasaan mereka dan
pengalaman yang mereka peroleh dari kunjungan tersebut. Sediakan waktu untuk penutupan
dengan saling berbagi cerita. Tekankan pentingnya untuk mempelajari keyakinan atau
kepercayaan orang lain disamping mempelajari keyakinan dan kepercayaan kita sendiri.

Perbandingan

Tujuan: Untuk mengeksplorasi persamaan dan perbedaan lokasi, kepercayaan, dan kebudayaan.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan sebelum kegiatan Kunjungan Lintas-keyakinan, ataupun, jika
diperlukan, menggantikan kegiatan Kunjungan Lintas-keyakinan tersebut.

Hasil/keluaran: peserta dapat memperluas pengetahuan mereka mengenai keberagaman di dunia ini
dan termotivasi untuk mempelajari lebih jauh mengenai kepercayaan dan keyakinan orang lain.

Alat dan bahan: segala perlengkapan dan peralatan yang mewakili berbagai ritual keagamaan atau
kepercayaan yang ada.

Kegiatan
- jika tidak memungkinkan melaksanakan kegiatan Kunjungan Lintas-keyakinan, atau mungkin
sedang dalam persiapan untuk kunjungan ke beberapa tempat, maka siapkan presentasi dan
pameran mengenai kepercayaan-kepercayaan lain. Termasuk di dalamnya gambar-gambar,
lukisan-lukisan, dan artifak atau literatur yang dapat mendeskripsikan perbedaan kepercayaan
dan praktik keagamaan di seluruh dunia. Jika memungkinkan, gabungkan kegiatan ini dengan
menonton video mengenai kepercayaan-kepercayaan lain.
- Pastikan Anda menyediakan informasi yang memadai mengenai pakaian keagamaan, apa yang
mereka lakukan, ke mana mereka pergi, kepada siapa mereka berdoa, dan apa yang boleh
mereka lakukan dan apa yang tidak boleh.
- setelah presentasi selesai, atur peserta menjadi kelompok-kelompok kecil dan mintalah mereka
untuk mengidentifikasikan setidaknya lima persamaan dan lima perbedaan diantara tradisi-
tradisi yang telah mereka pelajari tersebut.
- akhiri kegiatan dengan mengajak peserta untuk merenungkan betapa berbeda dan beragamnya
dunia ini dan orang-orang yang hidup di dalamnya, dan betapa pentingnya untuk mempelajari
apa yang mereka yakini supaya kita bisa saling memahami.

Catatan: pastikan tetap menjaga dan menghormati tradisi keagamaan orang lain selama kegiatan
berlangsung.

Mintalah para peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Malam Kebudayaan

Tujuan: Memberikan sarana dan kesempatan bagi para peserta untuk saling berbagi kebudayaan dan
tradisi-tradisi mereka

Hasil/Keluaran: Peserta dapat merasakan jadi bagian dari kebudayaan lain sehingga dapat lebih
memahami diri mereka sendiri sebagai bagian dari orang lain.

Alat dan Bahan: Tempat yang sesuai untuk pertunjukan kebudayaan dan dapat mengakomodir
kegiatan-kegiatan seperti pertunjukan visual, presentasi, musik dan tarian, makanan dan minuman,
dan perlengkapan lainnya.

Kegiatan
Malam Kebudayaan adalah kesempatan yang bagus untuk dapat saling berbagi pengalaman dan tradisi
dari kebudayaan atau negara yang berbeda. Kegiatan ini dapat meliputi makanan tradisional, pakaian
tradisional, musik dan tarian, dan juga pameran yang menjelaskan tentang keadaan geografis,
kebudayaan, keagamaan, maupun kondisi ekonomi dari negara-negara tersebut. Anda dapat membagi
kegiatan ini menjadi beberapa malam dan hanya menampilkan atau membahas satu tradisi per malam,
ataupun Anda dapat menggabungkan seluruh penampilan group dalam satu malam. Jika
memungkinkan, tampilkan pula kegiatan kebudayaan yang spesial, seperti penari atau pemain musik
khas dari negara atau kebudayaan tertentu.

Kegiatan ini merupakan kesempatan bagi para peserta yang lebih muda untuk berperan lebih aktif
dalam mempersiapkan kegiatan ini, karena ini merupakan bagian dari kebudayaan dan kehidupan
mereka. Mintalah mereka untuk mengorganisir segala aspek dalam kegiatan ini termasuk mengambil
keputusan. Pastikan acara ini dihadiri oleh banyak orang dengan mengundang keluarga dan kerabat
dan juga tokoh-tokoh lokal. Kirimkan undangan beberapa waktu sebelumnya.

Jika para peserta mengalami kesulitan dalam memperoleh perlengkapan yang dibutuhkan, sarankan
mereka untuk menghubungi restoran atau Kedutaan Besar negara terkait yang mungkin dapat
membantu mensponsori kegiatan ini. Jika pendekatan dilakukan dengan baik dan maksud kegiatan ini
dapat disampaikan dengan jelas, maka Kedutaan Besar mungkin dapat membantu menyediakan peta
dan brosur, sementara restoran dapat membantu menyediakan makanan tradisional.

Jika Anda berencana menampilkan berbagai macam kebudayaan yang berbeda dalam satu malam,
maka ajukan saran untuk mengadakan "bazar" dimana masing-masing negara mengisi satu kios atau
stand. para tamu dapat berkeliling dari satu stand ke stand lainnya sambil menikmati makanan dan
minuman traadisional dan mendengarkan musik dari berbagai kebudayaan berbeda.

Mintalah para peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

81
Kunjungan Lapangan

Tujuan: Memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengunjungi tempat-tempat yang mungkin
belum pernah mereka kunjungi sebelumnya dan juga bertemu dengan orang-orang yang belum pernah
mereka temui sebelumnya. Apa yang mereka lihat dan rasakan mungkin dapat memberikan efek yang
besar pada cara pandang mereka terhadap dunia.

Hasil/keluaran: peserta memperoleh pengalaman dari lingkungan masyarakat yang berbeda. Peserta
dapat mempertimbangkan dan memahami bagaimana masyarakat tersebut berkerjasama dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta juga dapat mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perubahan dari
kelompok masyarakat tersebut, jenis bantuan yang diperlukan, darimana bantuan tersebut bisa
diperoleh, dan bagaimana diri mereka sendiri juga dapat menjadi agen perubahan.

Alat dan Bahan: jadwalkan kunjungan ke komunitas atau kelompok masyarakat yang berbeda dan
asing bagi sebagian besar peserta dalam kelompok. Lokasi yang dipilih bisa saja berbeda secara
sosial-ekonomi, dihuni oleh kelompok etnis yang berbeda, atau terletak di lokasi yang sangat jauh (di
Negara lain, misalnya). Kunjungan ini mungkin membutuhkan bebrapa jam, satu hari, ataupun
diperlukan menginap beberapa hari.

Sangat penting untuk memastikan bahwa kunjungan ini terorganisir dengan baik, dan sebaiknya
bekerjasama dengan organisasi lokal di daerah yang dituju. Kunjungan ini tidak hanya berbentuk
kunjungan sosial tapi bisa juga berbemtuk "pertunjukan", atau melibatkan para generasi muda untuk
ikut terlibat dalam kegiatan ini. Pastikan kegiatan ini fokus tidak hanya pada kehidupan saat ini dari
masyarakat tersebut tapi juga dari kehidupan masa lalunya dan bagaimana mereka membuat
perubahan dalam kehidupan mereka.

Kegiatan
Persiapkan para peserta untuk kegiatan kunjungan ini dengan melibatkan mereka dalam proses
perencanaan. Bicarakan dengan mereka mengenai lokasi tujuan, siapa saja yang harus ditemui, dan
apa saja yang akan dilakukan di lokasi.

Jika kegiatan ini bersifat interaktif, maka pastikan seluruh peserta memiliki persiapan yang memadai.
Mungkin para peserta bisa berinteraksi dengan warga lokal melalui pertunjukan drama, bernyanyi atau
bermain musik, atau bermain permainan sederhana dengan anak-anak lokal di lokasi tersebut. Akan
lebih mudah bagi para peserta untuk berbaur dengan masyarakat lokal jika mereka melakukan suatu
hal bersama-sama. Jika anak-anak muda lokal menjadi tuan rumah, maka kedua belah pihak dapat
saling belajar satu sama lain lebih banyak lagi, karena kedua kelompok dapat bekerja bersama-sama
dan menghabiskan waktu bersama lebih banyak.

Jika Anda berencana melibatkan orang-orang yang membawa perubahan bagi kelompok masyarakat
tersebut, maka siapkan sesi diskusi (diskusi panel atau round table) sehingga bisa mengakomodir sesi
tanya jawab dengan lebih baik dan terarah.

Sebagai fasilitator, Anda harus mewaspadai adanya stereotipe maupun stigma dari para peserta
terhadap lingkungan yang akan dikunjungi. Pastikan kegiatan ini dapat menyikapi hal-hal tersebut
secara positif.

Kegiatan ini harus dipersiapkan secara maksimal dengan bantuan rekan sesama fasilitator atau partner.
Jika memungkinkan, lakukan survey atau kunjungan pendahuluan agar Anda lebih memahami
keadaan dan dapat mempersiapkan kegiatan ini dengan lebih baik.

Setelah kunjungan selesai, gelar sesi diskusi bersama para peserta untuk mempelajari dan
merenungkan reaksi dan perasaan mereka setelah kegiatan kunjungan tersebut.

Mintalah para peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.
Bermain Peran

Tujuan: Mempelajari penyebab-penyebab konflik dan berbagai cara yang bisa digunakan dalam
menyelesaikan situasi yang melibatkan kekerasan. Kegiatan ini membantu para peserta untuk
menempatkan diri di posisi orang lain dan merasakan bagaimana rasanya ada di posisi tersebut.

Hasil/Keluaran: peserta memahami penyebab dan alasan seseorang melakukan tindakan tertentu saat
berada dalam suatu situasi spesifik. Peserta dapat mengkesplorasi penyebab terjadinya bias,
prasangka, dan konflik. Peserta bisa menganalisis bagaimana suatu tindakan yang tidak etis dapat
memberi pengaruh negatif bagi masyarakat. Peserta dapat berdiskusi mengenai cara mengubah atah
menurunkan tingkat kekerasan dalam konflik.

Alat dan Bahan: Biarkan para peserta mengeksplorasi ide-ide dari kondisi sehari-hari mereka, atau
Anda dapat menggunakan kartu bermain peran yang ada di halaman 175. Anda juga dapat
menyiapkan skenario sendiri berdasarkan isu-isu terkini. Gunakan satu kartu bermain peran untuk
semua peserta atau beberapa skenario berdasarkan tema yang sama.

Kegiatan:
Atur peserta menjadi beberapa kelompok dan minta tiap kelompok memikirkan sebuah konflik atau
situasi kekerasan yang pernah mereka alami, atau yang dapat terjadi di sekolah. Lingkungan keluarga
dan kerabat mereka. Bantu peserta mengembangkan kreativitas mereka dengan memberikan contoh
konflik-konflik yang mungkin terjadi, misalnya: diskriminasi di sekolah, tindak kekerasan di
lingkungan, permasalahan antar anggota keluarga, atau keretakan hubungan bermasyarakat. Minta
para peserta untuk melakukan reka ulang situasi konflik yang mengakibatkan terjadinya tindak
kekerasan. Beri mereka waktu untuk membaca dialog dan melatih drama mereka sebelum tampil di
depan kelompok-kelompok lainnya.

Katakan pada peserta lainnya (penonton) bahwa mereka juga harus mencari solusi atau jalan keluar
untuk mengurangi tingkat kekerasan yang terjadi pada situasi yang diperankan oleh kelompok
tersebut.
Saat adegan dimana situasi konflik meningkat, hentikan drama dengan mengatakan "freeze!" atau
"stop!" lalu mintalah peserta dari kelompok lain untuk segera memikirkan cara untuk mengubah
situasi atau menurunkan tingkat kekersan yang terjadi. Jika peserta lain memiliki saran atau ide, minta
mereka untuk menggantikan aktor yang menurut mereka dapat berperan untuk menurunkan tingkat
kekerasan dalam kejadian drama tersebut, ataupun berperan sebagai tokoh baru untuk tujuan yang
sama. Ulangi sesi bermain peran sebanyak dua atau tiga kali dengan solusi-solusi yang ditawarkan
peserta lain, dan bantu para peserta untuk mengemukakan dan mengembangkan ide-ide mereka.

Setelah tiap sesi selesai, ajak peserta berdiskusi tentang hal-hal berikut:
- apakah ini solusi yang baik?
- apakah semua orang yang terlibat puas saat keadilan telah ditegakkan atau akan ditegakkan?
- apakah hal ini mungkin terjadi di situasi sebenarnya?
- apakah mungkin solusi sepihak sudah cukup untuk menyelesaiksn masalah, ataukah
dibutuhkan negoisasi dan musyawarah (inti dari drama tersebut)?
- apa yang akan terjadi jika... (tempatkan posisi diri Anda sebagai oposisi dan tanyakan
pertanyaan-pertanyaan atau kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk mengajak
para peserta berpikir kritis)

Setelah semua drama selesai dimainkan, ajak peserta berpikir mengenai bagaimana tindakan-tindakan
yang tidak etis akan menghancurkan masyarakat dan hubungan antar individu. Diskusikan arti empati
dan pentingnya memiliki empati. Jelaskan pula apa hubungan empati dengan menghargai, dan
bagaimana kemampuan untuk memahami orang lain dapat membangun hubungan yang lebih baik.

Mintalah peserta untuk mencatat di Jurnal Pembelajaran mereka


mengenai tindakan-tindakan dan perilaku yang bisa dilakukan untuk
membawa lebih banyak keadilan dan rasa saling menghargai di
masyarakat.
Studi Kasus

Tujuan: Membantu para peserta untuk menempatkan diri di posisi orang lain dan merasakan
bagaimana rasanya ada di posisi tersebut.

Hasil/Keluaran: : peserta memahami penyebab dan alasan seseorang melakukan tindakan tertentu
saat berada dalam suatu situasi spesifik. Peserta bisa menganalisis bagaimana suatu tindakan yang
tidak etis dapat memberi pengaruh negatif bagi masyarakat. Peserta memahami sebab-sebab
terjadinya konflik dengan kekerasan dan ketidakadilan.

Alat dan Bahan: Manfaatkan kumpulan studi kasus yang terdapat di halaman 138 atau Anda dapat
pula menyiapkan contoh kasus sendiri berdasarkan isu-isu terkini. Gunakan satu kasus untuk semua
peserta atau beberapa kasus berdasarkan tema yang sama.

Catatan: kasus-kasus yang digunakan sebaiknya fokus pada tema mengenai kondisi-kondisi yang
mempengaruhi golongan minoritas atau memicu tindakan-tindakan yang tidak etis diantara kaum
muda.

Kegiatan

Atur peserta menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat hingga enam orang per
kelompok. Berikan sebuah studi kasus untuk masing-masing kelompok dan berikan beberapa
pertanyaan untuk membantu sesi diskusi mereka, contohnya seperti berikut:
- apa yang terjadi dalam kasus yang dipelajari?
- siapa saja yang menjadi korban?
- apa yang bisa dilakukan untuk menolong mereka?

Berikan waktu untuk tiap kelompok mempelajari kasus yang diberikan dan kemudian membahas
dampak dan implikasinya.

Atur sebuah sesi diskusi untuk membahas kasus tersebut dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
- bagaimana agar bisa terhindar dari konsekuensi negatif dari kasus tersebut?
- bagaimana perasaan saya jika saya berada di dalam situasi tersebut?
- bagaimana saya merespon situasi tersebut? apa yang kurang dari orang-orang di sekitar?

Setelah diskusi tersebut selesai, ajak peserta untuk merenungkan bagaimana tindakan-tindakan yang
tidak etis dapat menghancurkan masyarakat dan hubungan antar anggota masyarakat. Perkenalkan arti
empati dan bicarakan apa pentingnya memiliki empati, dan apa hubungan antara empati dan saling
menghargai? Jelaskan pula mengenai bagaimana rasa saling memahami sesama dapat membangun
hubungan yang lebih baik lagi.

Mintalah peserta untuk mencatat di Jurnal Pembelajaran mereka


mengenai tindakan-tindakan dan perilaku yang bisa dilakukan untuk
membawa lebih banyak keadilan dan rasa saling menghargai di
masyarakat.

Bank Etika

Tujuan: Membantu peserta untuk menemukan solusi bagi prasangka, intoleransi, dan ketidakadilan
dengan menggunakan "perbankan" sebagai metafora.

Hasil/Keluaran: Peserta mencari cara untuk membangun rasa saling menghargai dalam lingkungan
masyarakat mereka dan menyadari bagaimana rasa saling memahami dapat membantu
mengembangkan status modal sosial (Social interest) masyarakat.

Alat dan Bahan: sebuah kotak sebagai representasi dari Bank. Bank tersebut dapat digambarkan
sebagai "papan neraca keuangan", berupa selembar kertas besar yang bertuliskan seluruh transaksi
yang terjadi. Sediakan sebuah kertas berwarna untuk menggambarkan "penarikkan" atau
"pengeluaran" dan kertas berwarna lainnya untuk menggambarkan "pemasukkan".

Terminologi
• Penarikkan / pengeluaran - "masalah-masalah" yang sudah teridentifikasi
• Pemasukkan - solusi dari "masalah-masalah" yang sudah diidentifikasi dan dapat di deposit ke
bank
• Neraca Keuangan - papan yang dapat diakses publik dan bertuliskan "pengeluaran" dan
"pemasukkan". "Pengeluaran" ditulis di sisi kiri dan "pemasukkan" ditulis di sisi kanan sampai
nanti neraca ini menjadi seimbang

Kegiatan
Bank Etika adalah bank fiktif yang titiknya dimulai dalam kondisi rugi (minus / tekor) karena
berbagai masalah, misalnya kurangnya rasa saling menghargai di berbagai konteks (sekolah, keluarga,
antar teman, pemerintah). Tugas para peserta adalah mengembalikan kondisi bank menjadi untung
atau plus dengan mendepositkan berbagai solusi dan tindakan-tindakan yang dapat menyelesaikan
masalah yang sudah disebutkan.

Kegiatan ini dapat berlangsung selama beberapa minggu dan para peserta sepakat menentukan kapan
batas akhir yang diharapkan agar kondisi bank menjadi untung.

Fase pertama: mengumpulkan pengeluaran


Dalam satu atau dua sesi, peserta diminta untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
menyebabkan bank menjadi rugi. Para peserta membentuk kelompok kemudian mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada dan berdiskusi mengenai berbagai masalah di lokasi yang berbeda:
keluarga, tetangga, sekolah, kota atau negara.

Ingatkan peserta mengenai piagam HAM dan tanggung jawab beserta penghargaan yang
mendampingi hak. Tanyakan pada peserta mengenai hak siapa yang dilanggar dan apakah orang-
orang bertanggungjawab untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dan apakah mereka dapat saling
menghargai hak-hak orang lain. Apakah analisa ini dapat membantu mengidentifikasi akar dari
permasalahan-permasalahan yang ada sekaligus solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut.

Seluruh kelompok kemudian berkumpul untuk berbagi "pengeluaran" yang telah mereka identifikasi
yang kemudian ditulis di kolom kertas berwarna yang sesuai. Daftar kredit tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam "bank" dan di tulis pada papan neraca keuangan dibawah "rekening-rekening"
yang berbeda, misal: 'keluarga', 'tetangga', 'sekolah', 'kota', dan 'negara'

Fase Kedua: Bank telah Berfungsi


Para peserta bertugas untuk mengidentifikasi solusi dan menyiapkan tindakan yang perlu dilakukan
terhadap 'pengeluaran' bank. Status bank akan tetap merugi sampai peserta melakukan sesuatu yang
setidaknya berkontribusi atau memberi solusi bagi salah satu rekening kredit yang tertera di neraca.
Tindakan tersebut dicatat pada kertas "pemasukkan". Pada waktu tertentu, kontribusi-kontribusi ini
dibacakan, diperiksa, dan dibahas, kemudian papan neraca keuangan diperbaharui.

Ajak peserta untuk berbagi ide dan berdiskusi bagaimana mereka akan menyelesaikan permasalahan-
permasalahan tersebut.

Minta peserta untuk mencatat kegiatan mereka di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Dilema

Tujuan: Memahami pentingnya mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip etika dan moral.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan secara etis.


Dilema Etika (Ethical Dilemma) adalah situasi yang sering melibatkan konflik antara beberapa
kewajiban moral, dimana untuk memenuhi satu kewajiban moral tersebut berarti melanggar yang
lainnya.

Alat dan Bahan: satu atau beberapa salinan dari contoh-contoh Dilema Moral (lihat halaman 143),
atau Anda dapat menuliskan sendiri contoh-contoh dilema moral yang Anda tahu, dan Panduan
Pengambilan Keputusan (cek halaman 90).

Jika Anda menulis sendiri contoh dilema moral:


1. Berikan para peserta suatu situasi dimana mereka harus memutuskan mana yang benar dan
salah
2. Ajukan sebuah contoh dilema dimana solusi yang tampaknya terbaik adalah solusi yang
menguntungkan peserta tetapi merugikan orang lain
3. Gambarkan suatu situasi yang memberikan peluang untuk mengabaikan peraturan
4. Pastikan dilema tersebut melibatkan situasi dimana peserta harus mengambil keputusan.

Kegiatan
Atur peserta menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan tiga hingga lima orang kemudian
berikan satu contoh kasus dilema moral. Berikan waktu 30 menit untuk para peserta berdiskusi dan
mengambil keputusan solusi untuk kondisi tersebut. Presentasikan keputusan yang telah disepakati
tersebut di depan kelompok-kelompok lainnya.

Perkenalkan peserta pada Panduan Pengambilan Keputusan (lihat halaman selanjutnya). Peserta
diminta membahas panduan ini dan kemudian memanfaatkan panduan ini untuk mempertimbangkan
kembali keputusan yang telah mereka ambil sebelumnya.

Diskusikan dengan para peserta mengenai apakah panduan yang diberikan ternyata mengubah
keputusan yang telah diambil kelompok atau tidak. Tanyakan pula mengenai apakah pengetahuan
tentang HAM mempengaruhi keputusan yang mereka ambil dan Apakah para peserta ingin merevisi
Panduan Pengambilan Keputusan tersebut.

Pimpinlah sebuah momen sejenak bagi peserta untuk merenungkan bahwa sebuah hal sederhana
ternyata dapat memicu banyak pertentangan pendapat. Diskusikan perlunya untuk melihat suatu
masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan baik buruk dari tiap sisi.

Panduan Pengambilan Keputusan secara Etis - Pendekatan Lintas-agama


Saat Anda berasa dalam situasi dimana Anda harus mengambil keputusan, gunakan daftar pertanyaan
berikut untuk membantu Anda dalam mengambil pilihan terbaik:
- Apakah keputusan Anda mempengaruhi orang lain? Siapa saja yang akan terpengaruh?
- Apakah keputusan Anda mempengaruhi keyakinan Anda?
- Apakah keputusan Anda mempengaruhi keyakinan orang lain?
- Apakah keputusan Anda akan memaksa orang lain untuk bertindak diluar keinginannya atau
bertindak melanggar keyakinannya?
- Apakah keputusan Anda menghargai pandangan orang-orang dari kepercayaan atau
kebudayaan lain?
- Apakah keputusan Anda akan menciptakan kesan buruk pada orang-orang yang berbeda dari
Anda (terkait gender, hubungan keagamaan, atau perbedaan status)?
- Apakah keputusan Anda merendahkan martabat manusia?
- Apakah Anda dapat dengan terbuka menceritakan keputusan Anda tersebut kepada keluarga,
teman, atau guru?
- Apakah keputusan Anda benar untuk menyelesaikan masalah tersebut atau hanya untuk
menyembunyikan atau menghindarinya?
- Apakah akan ada konsekuensi negatif dari keputusan Anda di kemudian hari?

Mintalah para peserta untuk mencatat kegiatan ini dalam Jurnal


Pembelajaran mereka.

Enam Langkah Penyelesaian Masalah

Tujuan: Memperkenalkan para peserta mengenai cara terstruktur dalam menyelesaikan konflik-
konflik intrapersonal.

Hasil/Keluaran: Peserta mempelajari cara alternatif tanpa kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Peserta memahami bahwa mereka dapat memperoleh solusi dari suatu permasalahan dengan
perubahan dari dalam diri, dan sikap damai seringkali membantu penyelesaian konflik.

Kegiatan
Dua orang sukarelawan dipilih untuk memainkan adegan konflik, seperti perebutan buku atau
perlengkapan sekolah; mengejek penampilan atau kondisi finansial; mengembalikan barang pinjaman
dalam keadaan rusak; atau dipaksa melakukan sesuatu diluar kehendak.
Kedua sukarelawan memainkan adegan tersebut di depan seluruh peserta. Penting sekali untuk
mengatur adegan konflik tersebut supaya berkesan alot dan tidak tercapai kesepakatan atau solusi.
Lalu tunjukkan pada peserta mengenai proses enam-langkah menyelesaikan masalah:
1. Tentukan kebutuhan:
"Apa yang sebenarnya Anda butuhkan (atau inginkan)?"
Tiap orang yang terlibat konflik harus menjawab pertanyaan ini tanpa menyalahkan atau
menuduh pihak lainnya.
2. Tentukan permasalahan yang terjadi:
"Bagaimana Anda melihat persoalan ini?"
Peserta dapat membantu memformulasikan jawaban yang sesuai dengan mempertimbangkan
keinginan atau kebutuhan kedua belah pihak tanpa menyalahkan pihak manapun. Kedua pihak
yang berseteru harus menyetujui definisi masalah yang diajukan para peserta.
3. Diskusikan berbagai solusi yang mungkin bisa dilakukan
"Siapa yang dapat menemukan jalan keluar untuk permasalahan ini?"
Semua orang dapat menawarkan jawaban yang dianggap sesuai. Seluruh respon ini harus
dicatat, tanpa berkomentar, dan tanpa dinilai atau dihakimi. Tujuan dari langkah ini adalah
untuk mengumpulkan sebanyak mungkin solusi untuk permasalahan tersebut.
4. Menilai dan mempertimbangkan solusi-solusi tersebut
"Apakah Anda puas dengan penyelesaian ini?"
Masing-masing pihak yang berseteru membahas seluruh solusi yang diberikan kemudian
menjelaskan mana yang bisa diterima dan mana yang tidak.

5. Memilih solusi terbaik:


"Apakah Anda berdua setuju dengan penyelesaian ini? Apakah masalahnya sudah
terselesaikan?"
Pastikan keduabelah pihak setuju dengan penyelesaian tersebut dan jangan lupa berikan
apresiasi terhadap usaha mereka dalam menyelesaikan masalah.
6. Amati bagaimana efek dari solusi tersebut:
"Mari coba berdiskusi bersama lagi setelah 10 menit untuk memastikan bahwa permasalahan
benar-benar telah selesai".
Langkah ini sangat penting. Tetapi mengingat simulasi yang dilakukan sukarelawan bersifat
fiktif maka memang tidak mungkin melihat efek nyata dari solusi yang diberikan. Walaupun
begitu, Anda mungkin akan mau mencoba membahas kembali situasi tersebut beserta
solusinya dalam waktu beberapa menit, beberapa jam, beberapa hari, atau bahkan seminggu
setelahnya, tergantung dari intensitas permasalahan yang dibahas dan umur dari siswa yang
terlibat.

Peserta kemudian bisa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang dan kemudian mencoba
memainkan adegan dari situasi konflik yang berbeda.

Akhiri kegiatan dengan mengajak peserta merenungkan arti dari reaksi dan tindakan diri masing-
masing terhadap orang lain saat terjadi perbedaan. Tekankan pula pentingnya mencari solusi dan
penyelesaian daripada menyalahkan orang lain.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Berita Perdamaian

Tujuan: Mengajak peserta untuk menemukan solusi dan jalan keluar untuk situasi dimana tidak ada
rasa saling memahami dan saling menghargai.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat menemukan solusi-solusi positif untuk situasi dimana tidak ada rasa
saling memahami dan saling menghargai. Peserta dapat menerapkan metode tersebut pada
permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka.

Alat dan Bahan: Kartu Berita Perdamaian (lihat halaman 177).

Kegiatan
Mintalah peserta untuk membentuk kelompok beranggotakan empat atau lima orang kemudian
berikan masing-masing kelompok satu buah kartu Berita Perdamaian. Katakan pada peserta untuk
berdiskusi dan mencari solusinya. Kemudian minta para peserta untuk melaporkan solusi yang telah
mereka sepakati dengan gaya pembaca berita, sehingga seolah-olah mereka sedang melaporkannya di
acara berita di TV.

Tiap kelompok memiliki waktu 30 menit untuk mencari solusi dan menyiapkan liputan mereka. Buat
kegiatan menjadi lebih menarik dengan meminta mereka untuk mereka ulang kejadian dalam berita
tersebut atau mewawancara tokoh-tokoh yang terlibat dan kemudian melaporkannya di liputan
mereka.
Siapkan sesi diskusi setiap satu kelompok. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa digunakan adalah sebagai
berikut:
- Apakah mungkin ada solusi untuk situasi tersebut?
- Bagaimana jika situasi diperburuk oleh....?
- Apakah solusi yang ditawarkan melanggar hak-hak orang lain?
- Apa yang akan Anda lakukan jika berada di situasi tersebut?
- Bagaimana cara agar orang-orang bisa berdamai?
- Apakah rekonsiliasi itu penting untuk membawa perdamaian di dunia?

Bantu peserta untuk berpikir kritis dan bebas mengenai jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dan
biarkan peserta mengemukakan ide-ide yang inovatif maupun kontroversial. Ajak mereka untuk
memikirkan solusi yang damai dan tidak menyakiti orang lain,

Ajak peserta untuk memandang kembali permasalahan tersebut dari sudut pandang hak, kewajiban,
dan penghormatan. Hak-hak siapa yang dilanggar? Hak-hak siapa yang terpenuhi? Apakah orang-
orang tersebut saling menghargai? Apakah solusi yang ada membuat orang-orang bertanggungjawab
untuk dirinya sendiri dan orang lain? Apakah mereka melindungi hak-hal orang lain?

Rangkum sesi ini dengan menggunakan tabel 12 Keterampilan untuk Transformasi Konflik yang ada
di halaman selanjutnya kemudian diskusikan dengan peserta mengenai cara-cara yang mungkin untuk
mengubah konflik. Sebagai contoh: jelaskan pada peserta mengenai mengapa mediasi dapat
membantu kedua pihak yang terlibat konflik untuk dapat saling memahami. Tanyakan pada mereka
apakah mereka pernah menjadi mediator dalam suatu prrmasalahan atau apakah mereka pernah berada
dalam suatu keadaan yang membutuhkan mediasi orang lain. Bicarakan dengan peserta, sebagai
contoh, mengenai bagaimana dengan menjelaskan hak-hak mereka maka mereka bisa mendapatkan
solusi yang saling menguntungkan, atau bagaimana menghasilkan negoisasi yang damai dengan cara
bersikap lunak terhadap orang lain tapi tegas terhadap permasalahan.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini pada Jurnal Pembelajaran


mereka.
12 Keterampilan untuk Transformasi Konflik

Saling Menguntungkan Jawaban Kreatif Pemahaman


Kembali ke kebutuhan Konflik sebagai suatu peluang Bagaimana pandangan pihak lain
- Cari kesempatan- - Pentingnya sebuah - Dengarkan motif, alasan,
kesempatan untuk perubahan kebutuhan, dan minat pihak
keuntungan bersama - Mengembangkan lain
peluang

Ketegasan Kekuatan kreatif Menyikapi emosi


- Memahami hak-hak saya - Kita melakukannya - Tidak bersikap lunak atau
- Memanfaatkan hak-hak dengan baik jika santai
saya dengan tepat bersama-bersama - Jangan menolak
- Perbedaan antara - Bangun hubungan yang
dominasi dengan saling memperkaya atau
bekerjasama membangun

Keinginan untuk Membuat peta konflik Mengembangkan pilihan-pilihan


menyelesaikan masalah - Apa kebutuhannya? - Alternatif-alternatif baru
- Kacamata apa yang saya - Apa minat dan untuk solusi yang lebih baik
gunakan tujuannya? - Kembangkan banyak ide
- Memahami motivasi diri - Pahami konteks
saya sendiri

Keterampilan bernegosiasi Cara pandang yang luas dan Mediasi


- Tegas menghadapi toleran - Bangun lingkungan
permasalahan, tetapi - Solusi yang pembelajaran yang aman
lunak menghadapi orang menunjukkan seluruh - Temukan dan gunakan
- Siapkan kesepakatan sudut pandang perantara netral
- Keseimbangan kreatif
- Kesepakatan yang luas

Diskusi Kelompok Terarah (FGD - Focus Group


Discussion) mengenai Menghargai Sesama

Tujuan: Menggelar diskusi mengenai konsep "menghargai orang lain" dan apa dampaknya terhadap
masyarakat jika tidak ada rasa saling menghargai.

Hasil/Keluaran: Peserta memahami bahwa dengan mengakui hak tiap orang untuk dihargai dapat
memperbaiki hubungan antar sesama, baik dari yang paling dekat hingga ke tingkat global.

Alat dan Bahan: Salinan dari Deklarasi HAM dan Konvensi Hak Anak (lihat daftar sumber /
resources)

Kegiatan
Beritahu peserta bahwa mereka akan membentuk diskusi kelompok dengan tema menghargai orang
lain. Diskusi kelompok terarah (FGD) mirip dengan metode wawancara tetapi tidak dilaksanakan
secara individu melainkan dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil beranggotakan lima hingga
sepuluh orang. Metode diskusi ini melibatkan seorang moderator yang mengatur jalannya diskusi
dengan sistem yang memungkinkan tiap orang mendapat kesempatan bicara. Interaksi antar peserta
tersebut dapat menstimulasi diskusi yang hidup dan kaya pendapat sehingga data kualitatif melimpah,
begitu juga dengan tingkat efektivitas nya. Metode diskusi seperti ini biasanya lebih singkat dibanding
metode wawancara mendalam. Metode ini sudah sering digunakan untuk mempelajari jenis konsep
dan nilai-nilai pada anak-anak maupun orang dewasa mengenai perdamaian. Metode ini juga
digunakan untuk mempelajari ide-ide untuk menanggapi kekerasan, dan saran-saran terbaik untuk
mempromosikan konsep perdamaian di sekolah dan masyarakat.

Pengarahan moderator untuk sesi diskusi mengenai menghargai orang lain adalah sebagai berikut:
Kita ingin mengetahui bagaimana para anggota kelompok memandang konsep menghargai orang
lain. Gunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini (tidak perlu sesuai urutan) untuk mengarahkan
jalannya diskusi.
- Siapa yang menghargai Anda?
- Siapa yang kadang tidak menghargai Anda?
- Bagaimana Anda mengetahui bahwa seseorang menghargai Anda?
- Seberapa besar Anda menunjukkan penghargaan terhadap orang lain? Siapa yang selalu Anda
hargai?
- Kapan dan mengapa Anda tidak menghargai orang lain?
- Apa alasan untuk selalu menghargai semua orang?
- Apa alasan untuk hanya menghargai beberapa orang saja?
Jika diperlukan, Anda dapat mengarahkan kelompok Anda untuk fokus pada salah satu topik di bawah
ini:
1. Saling menghargai di lingkungan sekolah - Apakah ada kasus-kasus khusus yang
menunjukkan rendahnya rasa saling menghargai di lingkungan sekolah?
2. Saling menghargai di lingkungan kota atau masyarakat - Apakah ada kelompok yang kurang
dihargai, seperti misalnya kelompok imigran atau minoritas?
3. Saling menghargai di lingkungan keluarga - seberapa besar rasa saling menghargai
ditunjukkan antar anggota keluarga? Siapa yang paling dihargai dan siapa yang kurang
dihargai?
4. Saling menghargai antar umat beragama - apakah kita sudah saling menghargai kepercayaan
atau keyakinan orang lain? Jika tidak, mengapa?
Akhiri kegiatan ini dengan saling berbagi kesimpulan diskusi masing-masing kelompok. Anda juga
bisa menggunakan mind-map untuk memvisualisasikan pemahaman peserta mengenai menghargai
orang lain dan penerapannya.

Mintalah para peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal


Pembelajaran mereka

Café Lintas-keyakinan
Tujuan: Membantu peserta untuk berdiskusi mengenai topik-topik yang ada sekaligus
mengembangkan rasa saling memahami dan minat untuk saling belajar.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat mengatur dan menyelenggarakan kegiatan dimana orang-orang dapat
datang dan berdiskusi bersama-sama untuk membahas berbagai topik menarik dan mengajukan solusi-
solusi yang mungkin untuk berbagai masalah social

Alat dan Bahan: Tempat seperti sekolah, lingkungan warga terdekat seperti RT/RW, tempat-tempat
ibadah, atau di rumah para peserta sendiri dimana orang-orang bisa datang (mungkin saja secara rutin)
untuk berdiskusi tentang macam-macam hal, seperti keagamaan ataupun isu-isu terkini, dari berbagai
sudut pandang.

Kegiatan
Perkenalkan konsep Café Lintas-keyakinan pada para peserta sebagai sebuah tempat dimana orang-
orang (diharapkan berasal dari latar belakang keyakinan berbeda) bisa datang dan berdiskusi bersama
mengenai berbagai topik sambil menikmati makanan dan ,inuman ringan dan bersantai, layaknya
seperti di sebuah café.

Katakan pada para peserta bahwa membuat satu atau beberapa Café Lintas-keyakinan dapat menjadi
bagian dari komitmen mereka untuk menyebarkan rasa saling memahami. Sebuah kelompok kecil
sukarelawan dapat membentuk "panitia" untuk memastikan kegiatan berjalan baik dan bahwa kegiatan
pertemuan santai ini adalah tempat dimana seluruh peserta dapat merasa nyaman dalam berdiskusi dan
saling belajar bersama, sekaligus melibatkan orang-orang yang mungkin belum pernah mereka temui
sebelumnya.

Untuk membuat suatu Café Lintas-keyakinan, "panitia" harus melakukan bebrapa hal berikut:
- memilih topik
- memilih metode untuk menyampaikan informasi, misalnya dengan menggunakan video
dokumenter singkat, presentasi powerpoint, speaker, kliping, atau pameran foto atau gambar.
- susun jadwal kegiatan untuk durasi beberapa jam. Jadwal ini harus bisa mengantisipasi
beberapa momen, seperti momen kedatangan para tamu, istirahat, kemungkinan
diperlukannya satu atau dua sesi icebreaker atau relaksasi, presentasi materi, dan sesi tanya
jawab atau diskusi terbuka untuk seluruh peserta.
- Tentukan makanan dan minuman yang akan disajikan, dari mana dan siapa yang akan
menyediakannya, dan kapan harus disajikan
- seseorang (tidak harus orang dewasa) harus 'menjaga' cafe tersebut dan bertugas untuk
memperkenalkan pemateri, mengatur jalannya diskusi, mencatat pertanyaan, dan
memfasilitasi tukar pikiran para 'tamu'
- 'Penjaga Cafe' harus dapat menjaga jalannya diskusi dan memberikan topik atau pertanyaan-
pertanyaan seperti "apa yang harus dilakukan dalam situasi tersebut?" Atau "bagaimana cara
mengubah kondisi tersebut?" dan pertanyaan-pertanyaan lain pada peserta ataupun pembicara.
- ' Penjaga Cafe' harus dapat memastikan bahwa kontribusi dan pendapat semua orang
dihormati dan dihargai.
- 'Penjaga Cafe' bisa mengakhiri kegiatan dengan mengheningkan cipta sejenak untuk
perdamaian. Jika ada jadwal pelaksanaan Café Lintas-keyakinan berikutnya maka
informasikan pada para tamu yang hadir mengenai waktu dan tempat sesi berikutnya. 'Penjaga
Cafe' juga bisa mengajak para hadirin untuk memberi saran mengenI topik yang akan dibahas
selanjutnya.
- Panitia harus mempromosikan kegiatan Café Lintas-keyakinan menggunakan poster atau
media promosi lainnya terutama di tempat-tempat ibadah atau bahkan di media lokal. Mereka
juga dapat melibatkan para orangtua sehingga rentang umur para tamu yang akan hadir
menjadi beragam.

Mintalah peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka

Diskusi Meja Bundar (RTD – Round Table


Discussion)

Tujuan: Berdiskusi dan mempelajari mengenai isu dan konflik keagamaan penting dalam sebuah
forum dimana semuanya sejajar

Hasil/Keluaran: Peserta memperoleh informasi mengenai berbagai konflik-konflik keagamaan,


bagaimana pengaruhnya terhadap dunia, dan pentingnya untuk menghargai orang lain yyang memiliki
kebudayaan, keyakinan, dan tradisi yang berbeda.

Alat dan Bahan: Sebuah meja bundar (atau beberapa meja yang disusun dengan format melingkar
sehingga peserta bisa duduk dan saling memandang dengan seluruh peserta lain), informasi mengenai
konflik atau topik yang akan dibicarakan, flip chart, dan spidol.

Kegiatan
Jelaskan pada para peserta mengenai metode diskusi meja bundar (RTD).
1. Meja bundar tidak memiliki sisi atau sudut sehingga tidak ada “kepala”, “badan”, dan “kaki”,
jadi tidak ada seorangpun yang memiliki posisi lebih tinggi karena semua adalah sejajar. Ide
ini berasal dari legenda Raja Arthur dari Inggris tentang Ksatria Meja Bundar di Camelot.
2. Pilih sebuah isu atau konflik keagamaan bersama peserta yang akan mereka diskusikan.
Tentukan tanggal untuk diskusi sehingga tiap peserta memiliki waktu yang cukup untuk
mempersiapkan diri. Jelaskan bahwa diskusi ini dimaksud untuk memungkinkan analisa dari
segala sudut (ekonomi, politik, social, dan keagamaan). Minta mereka untuk fokus pada
kemampuan manusia untuk menciptakan, menghancurkan, tapi juga mengubah.
3. Lengkapi peserta dengan informasi mengenai topik tersebut lebih awal, tapi dukung mereka
untuk melakukan riset mereka sendiri dan membawa sesuatu yang baru ke dalam diskusi
nanti.
4. Saat diskusi, mintalah seorang peserta sebagai moderator. Pastikan semua orang dapat
berkontribusi dengan cara melibatkan semua pihak baik penyaji informasi maupun penanya.
Pastikan juga untuk mengajak mereka yang belum berbicara agar bisa ikut terlibat.
5. Anda mungkin perlu menggunakan flip chart untuk menggambar diagram atau informasi
lainnya terkait topik yang dibahas. Seorang sukarelawan dapat mengisi posisi ini.
6. Sebagai fasilitator, silahkan terlibat dengan sejajar bersama peserta tapi jangan memberikan
informasi atau pengetahuan pada diskusi karena ini adalah tanggungjawab para peserta.
Jangan mengoreksi pendapat atau interpretasi mereka, tapi silahkan memperbaiki jka ada
kesalahan interpretasi terhadap konsep.
7. Arahkan diskusi ke kesimpulan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Mengapa keyakinan memicu konflik
- Apakah orang-orang ingin memerangi mereka yang berbeda keyakinan atau kepercayaan?
- Apakah mustahil untuk orang-orang yang berbeda keyakinan untuk dapat hidup bersama
dan saling membantu?
- Apa yang dapat kita lakukan untuk membuat mereka yang berbeda keyakinan, atau yang
tidak memiliki keyakinan, dapat hidup bersama dengan harmonis?

Mintalah peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


Mereka
Debat
Tujuan: Membuat peserta memahami tentang konflik dan ketidakadilan dari berbagai sudut pandang
berbeda dan untuk melatih kemampuan berargumentasi yang membangun dalam lingkungan yang
terkendali

Hasil/Keluaran: Peserta memahami situasi, perilaku, dan sikap yang dapat mempengaruhi martabat
manusia dan penilaian diri mereka sendiri.

Debat adalah konfrontasi lisan secara formal antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dengan adu argumentasi dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan
perbedaan. Debat memiliki peraturan dimana kedua belah pihak harus membicarakan dan
memutuskan perbedaan mereka dalam kerangka interaksi yang telah ditentukan.

Peraturan yang diberikan ini merupakan adaptasi dari Kejuaran Dunia Debat antar Sekolah (*2).
Peserta dapat mengambil keuntungan dari menyelenggarakan debat rutin sehingga setiap orang
mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara dan dapat menerapkan kelimuan yang sesuai untuk
berkontribusi dalam debat.

Kegiatan
Peserta memilih isu terkini yang ada di berita atau isu lain yang signifikan. Debat biasanya dimulai
dengan satu pihak mengungkapkan pendapat nya dengan ‘gaya’: “Pihak ini yakin bahwa….” dan
didukung oleh pihaknya dan kemudian ditentang oleh pihak lainnya. Dalam debat, harus ada
pemimpin atau pengawas yang bertugas mengawasi waktu dan urutan.

1. Setiap sisi diwakili oleh tiga pembicara


2. Setiap tim harus memutuskan urutan pembicara. Sebelum debat dimulai, setiap tim harus
memberitahu pemimpin debat nama-nama pembicara beserta urutan tampilnya.
3. Pemimpin setiap tim bicara di awal dan memiliki giliran bicara yang paling lama. Pihak yang
pro bicara terlebih dulu dan kemudian diikuti oleh pihak yang kontra.
4. Pembicara pertama dilanjutkan oleh pembicara kedua dari setiap sisi dan merespon
pembicaraan pertama. Respons dimulai dari pihak oposisi dan kemudian diikuti oleh pihak
yang pro.
5. Giliran pembicara ketiga juga dimulai dari pihak yang kontra disusul oleh pihak yang pro.
6. Waktu bicara dari pembicara pertama adalah 8 menit dan untuk pembicara-pembicara
selanjutnya adalah 4 menit.
7. Satu-satunya yang diperbolehkan bicara selama debat adalah tiga orang pembicara dari
masing-masing kelompok seperti yang sudah diumumkan oleh pemimpin debat sebelum debat
dimulai.
8. Selama debat berlangsung, tidak ada pembicara yang boleh berkomunikasi dengan siapapun
dari penonton.
9. Anda dapat menyimpulkan debat Anda dengan meminta para pernonton untuk voting dan
memilih argument pihak mana yang lebih diterima.
10. Untuk mengakhiri kegiatan ini, tanyakan pada peserta mengenai apakah kepercayaan atau
keyakinan mereka menjadi landasan pandangan, pendapat, dan perilaku mereka.
Kualitas debat dapat menjadi lebih baik jika topik dan para pembicara memiliki keseriusan yang
ditunjukkan dengan persiapan yang baik dalam menghadapi debat.

Mintalah peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


Mereka

2 http://www.schoolsdebate.com/guides.asp
Meditasi Diri – Perjalanan Sunyi

Tujuan: Memberi kesempatan bagi para peserta untuk merenungkan tentang kehidupan mereka,
tentang siapa diri mereka, dan tentang hubungan mereka dengan orang lain dan lingkungan.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat menyadari kebutuhan untuk menghargai diri mereka sendiri sehingga
mereka dapat lebih memahami orang lain dengan cara yang positif.

Alat dan Bahan: Sebuah ruangan yang redup atau 6 buah ruangan tertutup, kertas atau kartu berwarna
(kuning, merah, hijau, hitam, putih, dan biru). Buat suasana yang damai dengan memutar musik yang
lembut dan menenangkan, memasang lilin atau dupa wewangian, memasang gambar atau lukisan
tempat-tempat yang memberi rasa damai atau kutipan-kutipan dari literature atau puisi di tembok.
Diperlukan enam orang fasilitator untuk kegiatan ini.

Kegiatan
Pindahkan perabotan dari ruangan dan buat enam buah area diatas lantai atau di ruangan lain dengan
menempatkan kertas berwarna diatas area yang dimaksud. Dibutuhkan enam orang fasilitator, satu
fasilitator untuk masing-masing warna dimana tiap fasilitator akan memberikan pertanyaan untuk
direnungkan (lihat contoh pertanyaan dibawah)

Beritahu peserta bahwa mereka akan melakukan perjalanan yang sunyi untuk memahami tentang diri
mereka sendiri. Mereka akan berpindah melalui enam area yang berbeda dimana dalam tiap area
mereka akan bermeditasi mengenai kehidupan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain. Bagi
peserta menjadi enam kelompok yang sama besar dan tiap kelompok tidak lebih dari lima orang.
Untuk memulai, arahkan masing-masing kelompok ke salah satu area. Ajak kelompok tersebut
berpindah ke area berikutnya setelah 15 menit.

Di tiap area, peserta diminta duduk atau berbaring (boleh dengan mata tertutup) dan coba untuk rileks.
Fasilitator akan menayakan beberapa pertanyaan tetapi para peserta cukup menjawabnya di dalam hati
dan tidak saling berbicara dengan peserta lain. Tujuannya agar para peserta dapat memikirkan
pertanyaan tersebut dengan sungguh-sungguh dan mengaitkannya dengan kehidupan mereka.

Mungkin ada beberapa peserta yang dapat menjadi sangat emosional dalam sesi ini dan fasilitator
sudah harus siap menghadapinya. Setelah selesai, berikan waktu sejenak bagi para peserta untuk
mengungkapkan pendapat mereka mengenai apa yang paling mereka sukai, apa yang paling mereka
ingat, dan pengalaman apa yang paling berkesan bagi mereka.
Saran bagi fasilitator
(Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat retoris bukan interogatif)
Kuning – Gambaran dari menemukan cahaya di dalam diri kita sendiri. Seberapa damai Anda
terhubung atau memahami orang lain? Apakah anda kadang menjadi cahaya bagi orang lain? Pikirkan
bagaimana Anda bisa membawa pencerahan ke dalam situasi yang sulit.

Hijau – Warna alam. Kita semua memiliki kewajiban terhadap lingkungan. Dan kita tidak boleh
berputus asa, kita harus terus berharap bahwa bahkan ditengah-tengah kesulitan ada sesuatu dalam diri
kita yang meyakinkan kita bahwa semua akan baik-baik saja.

Merah – Warna cinta. Siapakah orang yang paling anda cintai? Dengarkan detak jantung Anda, kapan
jantung Anda berdetak sangat kencang sampai-sampai Anda dapat merasakannya? Kita memberikan
cinta begitu saja kepada orang lain dengan bebasnya tapi kadang kita justru menghalangi mereka yang
benar-benar membutuhkannya. Bagaimana kita belajar untuk peduli terhadap mereka yang tidak
mudah mencintai atau dicintai?

Hitam – Warna perubahan dan kekuatan diri. Itu artinya kemungkinan, kesempatan, dan potensi. Ini
adalah saat para peserta merenungkan bagaiman kita menghakimi orang lain. Apakah Anda menilai
atau menghakimi orang lain dengan kritis? Apakah anda menjadi sangat kritis khususnya kepada
mereka yang berbeda dari Anda? Apakah Anda merasa sulit untuk memahami dan menyukai orang
yang menurut Anda berbeda dari diri Anda?

Putih – Ini adalah saat para peserta merenungkan bagaimana mereka mencintai dan menghargai diri
mereka sendiri. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Anda tidak bisa mencintai orang lain
sebelum Anda mencintai diri Anda sendiri”, bagaimana menurut Anda tentang ungkapan ini?

Biru – Ini adalah saat peserta merenungkan kelebihan dan bakat yang mereka miliki. Apa yang
menginspirasi Anda? Apa yang membuat Anda unik? Bagaimana bakat dan kualitas diri Anda
mempengaruhi orang lain? Bagaimana anda memanfaatkan kelebihan ini untuk menolong atau
membantu orang lain? Apakah penting untuk hidup bersama dalam damat dengan orang lain dan
berkontribusi untuk keharmonisan dunia?

Mintalah peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


Mereka
Pemimpin-pemimpin Sosial dan Keagamaan

Tujuan: Mempelajari pemimpin-pemimpin sosial dan keagamaan yang membawa perdamaian di


dunia dan sekaligus yang ajaran spiritualnya membawa kedamaian bagi kehidupan banyak orang.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat mengeksplorasi perilaku dan sikap para tokoh panutan tersebut dan
merenungkan bagaimana mengembangkan sikap perdamaian terhadap sesama.

Alat dan Bahan: Film (termasuk film atau video dokumenter atau sejenisnya) mengenai kehidupan
tokoh-tokoh berikut (boleh pilih lebih dari satu): Aung San Suu Kyi, Dalai Lama, Mohandas Gandhi,
Martin Luther King, Jr., Pope John Paul II, Imam W. Deen Mohammed, Mother Teresa, Nelson
Mandela, Cat Stevens (Yusulf Islam), Rabbi Abraham Joshua Heschel, Moses Maimonides, Tich Nhat
Hanh, Shirin Ebadi, Swami Vivekananda, atau tokoh-tokoh lainnya yang Anda anggap memilikk
dampak terhadap perdamaian dan kebaikan hidup umat manusia.

Kegiatan
Pilih satu atau lebih tokoh-tokoh pemimpin sosial dan keagamaan yang membawa perdamaian dunia
dan kemudian siapkan presentasi atau film yang akan ditonton (lihat halaman 149). Setelah selesai
menonton film atau presentasi, ajak peserta untuk berdiskusi tentang tokoh protagonis film tersebut
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- karakteristik apa yang membuat tokoh tersebut sangat dikenal atau diakui?
- keyakinan apa yang menjadi landasan tokoh tersebut melakukan pekerjaannya?
- Apa yang tokoh itu lakukan dan bagaimana mereka bertindak untuk mengubah situasi yang
tidak adil?
- Bagaimana tokoh tersebut mampu memaafkan dan membawa perdamaian di masyarakat
sekitar?

Anda mungkin harus menjelaskan pada para peserta apa artinya berdamai, bagaimana seseorang bisa
berdamai dengan orang lain, dan mengapa hal itu penting. Buat sesi diskusi menjadi lebih pribadi
dengan menanyakan para peserta bagaimana mereka menyikapi sikap memaafkan dan berdamai.
Anda dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan spesifik, seperti:
- Apa yang menyebabkan kita tidak bisa memaafkan orang lain?
- Apa 'harga' yang harus dibayar untuk bersikap lebih memaafkan, misal, apa yang dibutuhkan
dari diri kita untuk bertindak dengan jalan dan sikap damai?
- Bagaimana ajaran dari tokoh di film tersebut dapat dipraktekan di kehidupan kita sehari-hari?
- Bagaimana perdamaian dapat menjadi alat untuk mengubah dunia?

Akhiri kegiatan dengan meminta para peserta untuk menuliskan sikap dan perilaku apa yang ingin
mereka kembangkan supaya dapat mencapai kedamaian dalam diri.

Mintalah peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.
Kenapa Ini Menyakitkan Bagi Saya

Tujuan: Menciptakan ruang untuk 'menyembuhkan' hati para peserta dan mengisi kekosongan
didalamnya dengan kenyamanan spiritual dan kedamaian diri dengan melepaskan segala rasa sakit
dan sedih.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat bermeditasi dan merenungkan perasaan-perasaan sakit dan sedih
dalam diri mereka dan kemudian memahami kebutuhan akan penyelesaian dan perdamaian dalam diri.

Kegiatan
Beritahu peserta bahwa kegiatan meditasi ini adalah mengenai hal-hal yang membuat mereka sedih
dan sakit, dan juga mengenai hal-hal yang mereka lakukan yang membuat orang lain sedih atau sakit.
Anda akan mencoba membantu mereka menemukan penyelesaian dan kedamaian diri.

Mulailah dengan merenungkan efek dan kerusakan yang kita timbulkan pada orang lain melalui kata-
kata yang kita ucapkan, sikap, dan perilaku yang kita tunjukkan. Perbandingan yang tepat adalah
dengan membandingkan dengan tembok yang hancur saat kita memukulnya dengan palu sehingga
berlubang, dan bagaimana sulitnya memperbaiki lubang pada tembok tersebut hingga kembali mulus
dan kokoh. Atau anda juga bisa menunjukkan dengan meremas sehelai kertas di tangan Anda
kemudian berikan pada peserta dan minta mereka meratakannya kembali. Jelaskan bagaimana sikap,
perilaku, dan kata-kata kita juga dapat membuat lubang yang tidak mudah diperbaiki dalam hubungan
kita dengan orang lain. Hati kita akan terasa kosong saat ada lubang disana dan kekosongan ini butuh
diisi dengan kerelaan hati untuk memaafkan dan berdamai.

Setelah merenungkan hal-hal tersebut, Anda bisa mengajukan pertangaan-pertanyaan di bawah ini
dengan flip chart atau bisa juga dituliskan diatas kertas dan kemudian dibagikan ke peserta.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membantu peserta dalam bermeditasi dan
menemukan apa penyebab kesedihan dan rasa sakit dalam hati mereka.

Mengapa hal itu menyakiti saya?


- Apakah akhir-akhir ini terjadi sesuatu yang membuat hati Anda sakit? Apa yang terjadi?
- Apa yang Anda rasakan? Perasaan apa yang membuat Anda merasa sakit dan menderita?
- Apakah perasaan tersebut bersifat fisik atau emosional? Jelaskan.
- Apakah Anda mau terus merasa seperti itu? Apakah perasaan itu hanya melukai Anda dan
tidak melukai orang lain? Apakah Anda mau terus membuang-buang tenaga untuk
memelihara rasa sakit itu?
- Bisakah Anda bayangkan bagaimana bahagianya Anda jika lubang dalam hati Anda tersebut
dapat terisi? Bisakah Anda bayangkan bagaimana hidup Anda jika Anda melepaskan rasa
sakit itu? Bisakah Anda melakukannya sekarang?
- Tutup mata Anda dan pikirkan bagaimana jadinya hidup Anda jika tidak ada perasaan dan
pikiran-pikiran itu. Resapi dan bayangkan Anda berada di suatu tempat yang sangat damai.
Sekarang, lepaskan dan biarkan perasaan sakit itu pergi.
- Anda adalah satu-satunya orang yang dapat 'menyembuhkan' hati Anda dan membawa
kedamaian bagi jiwa Anda. Maafkan diri Anda. Memaafkan memang tidak berarti
menyelesaikan, tapi memaafkan dapat mempersiapkan diri Anda menghadapi situasi dengan
sikap damai

Akhiri kegiatan dengan memberikan lilin pada masing-masing peserta kemudian nyalakan. Lilin
melambangkan menemukan kedamaian dan kerelaan untuk berdamai dengan mereka yang telah
menyakiti dan membuat Anda sedih. Ajak peserta untuk berkumpul dan kemudian bersama-sama
merenung dalam hening untuk mengisi kekosongan dalam hati mereka dengan maaf dan kedamaian.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka

Kisah Bobby

Tujuan: Memahami nilai setiap orang dengan melihat pada diri kita sendiri dan orang lain

Hasil/Keluaran: Peserta bisa memahami bahwa mereka bisa menjadi sama seperti seseorang yang
mereka hakimi. Peserta dapat merenungkan mengenai prasangka-prasangka yang mereka lakukan dan
bagaimana mereka sendiri juga bisa menjadi korban dari prasangka.

Kegiatan
Ajak peserta berkumpul dan kemudian ceritakan kisah tentang Bobby.
Kisah Bobby
---
Kalian semua mengenal Bobby. Ia tidak termasuk anak yang populer di sekolah dan penampilan
fisiknya sangat menonjol. Bobby berbobot setidaknya 12 kilo lebih berat dari siswa-siswa lain pada
umumnya, dan dia selalu terlihat berantakan. Pakaiannya tidak trendi dan bahkan kadang bau. Giginya
terlihat jelek dan wajahnya berjerawat.

Pernahkah kamu melihat Bobby? Orang-orang selalu menghindarinya saat berpapasan di koridor. Ia
adalah anak yang selalu duduk sendirian di kantin saat jam istirahat. Kadang, anak-anak yang berhati
baik ingin duduk bersamanya, tapi mereka takut akan diejek teman-temannya. Tetapi, sekali aku
pernah duduk disebelahnya dan berbicara dengan Bobby, dan disitu aku menyadari bahwa Bobby
sama seperti kau atau aku.

Tanyakan hal berikut pada para peserta:


- Apa yang membuat orang tertarik pada Anda?
- Apa yang membuat beberapa orang menghindari Anda?
- bagaimana segala hal buruk yang kita lakukan pada Bobby dapat membantunya?
- bagaimana dengan menghindari Bobby kita dapat membantunya keluar dari dunianya?
- Apa sisi baik yang mungkin dimiliki oleh Bobby?
- Apa persamaan kita dengan Bobby?

Setelah peserta selesai berdiskusi, perkenalkan Bobby pada mereka. Bobby direpresentasikan dengan
sebuah bola. Mintalah para peserta untuk mengedarkan bola tersebut ke sekeliling dengan hati-hati
karena Bobby sangat rentan dan kita bisa saja melukainya. Setelah bola itu selesai diedarkan ke
seluruh peserta, biarkan peserta membentuk kelompok-kelompok kecil dan kemudian membicarakan
tentang bagaimana mereka memperlakukan orang lain atau bagaimana mereka telah berprasangka
terhadap orang lain.

Ajak peserta beekumpul kembali di ruang utama dan renungkan tentang apa perlunya menghargai diri
mereka sendiri dan orang lain tanpa memandang kekurangan atau kelebihannya. Renungkan
pentingnya untuk melihat ke dalam diri seseorang dan tidak terfokus pada penampilan luarnya saja.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

104
Bagaimana Jadinya Dunia Jika...

Tujuan: Menciptakan kesempatan bagi para peserta untuk memikirkan akibat dari konflik pada dunia
dan nilai-nilai apa yang dibutuhkan setiap orang untuk membantu membangun dunia yang lebih baik.

Hasil/Keluaran: Peeerta dapat merenungkan sebab dan akibat dari konflik dan pentingnya sikap
saling memahami. Peserta bisa memvisualisasikan bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk
mengembangkan sikap saling memahami.

Alat dan Bahan: flipchart, pena, kartu pos, majalah, koran, lem. Kumpulkan bahan-bahan tersebut
sebanyak yang kiranya Anda perlukan.

Kegiatan
1. Minta peserta untuk berpasangan dan gunakan alat dan bahan yang telah disiapkan untuk
membuat sebuah gambaran atau ilustrasi mengenai bagaimana jadinya dunia jika:
- tidak ada konflik kekerasan
- saya merubah ....... atau saya melakukan .......
- atau buat pernyataan Anda sendiri berdasarkan atas apa yang ingin Anda tekankan dalam
diskusi.
2. Kumpulkan para peserta dan minta tiap pasang peserta untuk menjelaskan hasil karyanya
3. Pimpin sesi diskusi berdasarkan topik-topik yang tergambar dalam hasil karya peserta. Jangan
lupa pertimbangkan:
- Apa yang dapat kita lakukan untuk menyebarkan rasa saling memahami antar orang-orang
dengan keyakinan yang berbeda.
- Bagaimana kita bisa menyebarkan rasa perdamaian diantara orang-orang yang berbeda
keyakinan dan kebudayaan?
- Kualitas atau nilai-nilai apa yang dibutuhkan untuk bisa saling memahami?
- Apa peran agama dalam membantu seseorang untuk bisa lebih memahami dan
menghargai orang lain?
- Bagaimana Anda dapat berperan dalam pembangunan dunia dimana setiap orang dapat
saling memahami?

Kegiatan ini dapat berupa kegiatan atau kampanye sekolah dengan pameran gambar dan hasil karya
peserta.
Mintalah para peserta menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran
mereka

112

105

Penghargaan yang Menyenangkan

Tujuan: Membangun keyakinan diri para peserta dan merayakan penghargaan yang menyenangkan

Hasil/Keluaran: Peserta mampu meningkatkan rasa percaya diri dan keyakinan diri mereka sekaligus
merasakan dukungan moral dan rasa penghargaan yang menyenangkan dari rekan-rekan sekelompok.

Alat dan Bahan: Dua cangkir plastik dan beberapa biji-bijian kering untuk setiap peserta. Kacang
hijau kering cukup bagus untuk digunakan

Kegiatan
1. Peserta duduk membentuk lingkaran. Mintalah peserta untuk menutup mata mereka dan tarik
napas dalam-dalam kemudian rileks dan lepaskan kesibukan yang mereka rasakan hari itu.
2. Berikan setiap orang dua buah cangkir plastik. Satu cangkir terisi kacang hijau kering dan
cangkir lainnya kosong.
3. Mintalah peserta untuk memikirkan kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan dalam
satu minggu ini termasuk didalamnya berperilaku baik, bertutur kata baik, berbicara hal baik
tentang seseorang, membantu orang lain, dsb.
4. Untuk setiap kebaikan yang pernah dilakukan, peserta diminta untuk memasukkan sebutir
kacang dari cangkir yang satu ke cangkir yang kosong. Lakukan hal ini dalam diam dan
berikan waktu sekitar lima menit. Fasilitator juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
5. Mintalah seluruh peserta dalam lingkaran untuk berbagi kisah-kisah kebaikan tersebut.
Peserta lain mendengarkan dengan 'khusyuk', yaitu mendengarkan dengan rasa empati dan
tanpa berprasangka atau menghakimi.
6. Dengan menjadi bagian dari suatu lingkaran yang penuh dengan kebaikan dan penghargaan,
maka seseorang akan menjadi lebih percaya diri.

Mintalah peserta untuk menuliskan kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka
Mandala

Tujuan: Menyediakan peluang bagi peserta untuk dapat menjelajahi sisi terdalam diri mereka sendiri
dan menemukan kedamaian di dalamnya.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat merefleksikan kehidupan mereka dalam waktu yang ditentukan dan
dapat memahami makna dari transformasi dan perubahan dalam diri.

Alat dan Bahan: pensil warna, spidol, lilin warna, kertas gambar, musik lembut yang menenangkan,
dupa wewangian

Kegiatan
Kata "Mandala" berasal dari bahasa India kuno atau Sansekerta. Secara bebas, kata "Mandala"
diartikan sebagai "lingkaran" atau bentuk yang sangat sederhana dan menggambarkan keutuhan.
Lingkaran dapat dipandang sebagai bentuk organisasi struktur kehidupan itu sendiri - sebuah diagram
kosmis yang mengingatkan kita akan hubungan kita dengan yang tak terbatas, sebuah dunia yang ada
diluar batasan tubuh dan pikiran kita. Untuk informasi lebih lanjut mengenai mandala sila kunjungi
situs berikut: http://www.mandalaproject.org/Index.html.
Mandala digunakan untuk memandang dunia dari dalam dan untuk merasakan penyatuan dengan alam
semesta dan penciptaan. Bailey Cunningham Direktur Eksekutif dan pencipta Mandala Project,
sebuah organisasi nirlaba yang mengabdikan diri untuk menyebarkan perdamaian melalui seni dan
pendidikan, mengatakan bahwa: "kesadaran mandala mungkin memiliki potensial untuk mengubah
cara pandang kita terhadap diri kita sendiri, terhadap planet kita dan mungkin terhadap tujuan
hidup kita". (*3)

- Cari tempat yang sepi dimana peserta tidak terganggu dan dapat merenung dengan tenang.
Katakan pada peserta untuk menjelajahi pikiran mereka agar bisa mengaktifkan otak kanan
mereka yang merupakan lokasi dari kreatifitas dan intuisi. Hal ini akan membantu mereka
memasuki suasana introspektif yang akan membuat mereka memahami apa yang mereka
rasakan saat ini dan membuat gambaran-gambaran yang mewakili keadaan pikiran mereka.
- Putar musik lembut yang menenangkan untuk menstimulasi indra-indra peserta. Mintalah
peserta untuk menggambar sebuah lingkaran menggunakan piring atau jangka kemudian
tandai titik tengah lingkaran tersebut dengan sebuah titik. Peserta lalu mulai menggambar
berbagai macam bentuk, tanda, kata-kata, dsb. mulai dari tengah lingkaran sampai memenuhi
seluruh lingkaran. Peserta bebas berkreasi dengan warna dan bentuk.
- Setelah peserta selesai menggambar, ajak mereka meresapi apa yang mereka rasakan saat ini.
Ajak mereka untuk memikirkan makna setiap warna dan bentuk tersebut bagi diri mereka dan
apa yang mereka rasakan saat menggambar bentuk-bentuk tersebut. Jelaskan pada mereka
bahwa mandala adalah perwujudan dari apa yang mereka rasakan dalam diri. Dukung peserta
untuk membuat mandala di rumah dan letakkan di tempat yang mudah dilihat sehingga
mereka bisa sering mengamatinya

Anda bisa melakukan kegiatan ini lagi setelah beberapa minggu sehingga peserta dapat
membandingkan mandala yang mereka buat dari waktu ke waktu dan mengamati perubahan yang
terjadi dalam diri mereka.

Mintalah Peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Seribu Bangau Kertas

Tujuan: Memahami dampak global dari rendahnya sikap saling memahami dan supaya para peserta
dapat membuat suatu symbol nyata dari perdamaian
Hasil/Keluaran: Peserta menjadi bagian dari jaringan global orang-orang yang memperingati
serangan bom atom di Hiroshima dengan membuat bangau kertas. Mereka dapat merenungkan
bagaimana mereka bisa menjadi agen perubahan dan pembawa perdamaian

Alat dan Bahan: Kertas origami atau kertas berwarna dipotong seukuran 20 x 20 cm. Langkah-
langkah membuat bangau kertas bisa ditemukan di halaman 183. Anda juga mungkin berminat untuk
membaca mengenai Proyek Perdamaian Dunia untuk Anak-anak di www.sadako.org

Kegiatan:
Ceritakan pada peserta kisah mengenai Sadako

Kisah Sadako
Bangau kertas telah menjadi symbol perdamaian internasional karena sebuah kisah tentang seorang
gadis kecil dari Jepang bernama Sadako Sasaki. Lahir pada tahun 1943, Sadako berumur 2 tahun saat
bom atom dijatuhkan di Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Saat ia tumbuh dewasa, Sadako
adalah gadis yang pemberani, kuat, dan atletis. Tetapi pada tahun 1955, saat Sadako berusia 11 tahun
dan sedang berlatih untuk suatu kejuaraan besar, mendadak ia merasa pusing lalu jatuh pingsan.
Sadako akhirnya didiagnosis menderita leukemia, salah satu bentuk kanker yang sering disebut
sebagai ‘penyakit bom atom’ akibat dari radiasi bom atom saat ia berumur 2 tahun.

Sahabat Sadako bercerita kepadanya mengenai sebuah legenda kuno jepang yang menceritakan bahwa
siapapun yang membuat seribu bangau kertas maka permintaannya akan terkabul. Sadako berharap
para dewa mau mengabulkan permintaannya untuk bisa berlari lagi, maka Sadako pun mulai membuat
bangau kertas. Sadako berhasil menyelesaikan lebih dari seribu bangau kertas sebelum akhirnya
meninggal pada 25 Oktober 1955 di usia 12 tahun.

Teman-teman Sadako terinspirasi dengan semangat, keberanian, dan kekuatan Sadako. Mereka
bersama-sama mengumpulkan surat-surat Sadako dan menjilidnya menjadi sebuah buku kemudian
menerbitkannya. Mereka mulai bermimpi untuk bisa membangun sebuah monument peringatan untuk
Sadako dan anak-anak lainnya yang tewas akibat bom atom. Anak-anak muda seluruh Jepang
bersama-sama membantu mengumpulkan uang untuk proyek tersebut.

Pada tahun 1958, patung sadako yang sedang memegang bangau emas diresmikan di Taman
Perdamaian Hiroshima. Anak-anak juga membuat permohonan yang tertulis dibawah patung sebagai
berikut: “Ini tangisan kami, ini doa kami, perdamaian untuk dunia”

Saat ini, orang-orang di seluruh dunia membuat bangau kertas dan mengirimnya ke monument Sadako
di Hiroshima.
Diskusikan dengan peserta mengenai bagaimana konflik dan kekerasan antara masyarakat dan Negara
berdampak pada orang-orang tak berdosa. Ambil kesimpulan mengenai pentingnya mendukung
perdamaian dan sikap saling memahami. Diskusikan bagaimana kisah Sadako dapat membantu
membangun kesadaran akan pentingnya belajar hidup berdampingan dengan rasa saling menghargai
dan bermartabat.

Berikan kertas yang sudah disiapkan kepada peserta dan ajarkan mereka cara membuat bangau kertas.
Berikan mereka waktu untuk menuliskan permohonan mereka untuk perdamaian pada kertas tersebut
sebelum membuat bangau kertas. Ajak mereka untuk memikirkan mengenai kisah Sadako dan
dampak bencana nuklir di Hiroshima.

Akhiri kegiatan ini dengan mengheningkan cipta sejenak untuk para korban dari peperangan dan dari
rendahnya rasa saling memahami dan menghargai antara manusia dan Negara, juga mendoakan
perdamaian untuk dunia.

Walaupun kegiatan ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi akan terasa lebih special jika dilakukan pada
tanggal 6 Agustus bersamaan dengan peringatan tahunan bagi para korban serangan nuklir di
Hiroshima dan Nagasaki.

Mintalah Peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.
Melukis di atas Kaos

Tujuan: Mengajak peserta untuk terlibat dalam kegiatan yang dapat membantu mereka untuk
merefleksikan identitas diri mereka

Hasil: Peserta mempunyai pikiran dan cara pandang mengenai identitas mereka dan bagaimana
mereka ingin menunjukkan diri mereka pada dunia. Mereka juga dapat membuat sesuatu yang
menarik dan memiliki nilai unutk mereka pakai dan simpan.

Alat dan Bahan: Peserta bisa membawa sendiri kaos putih polos atau bisa disediakan oleh panitia.
Peralatan melukis, cat yang sesuai, kuas berbagai macam ukuran, cetakan jika diperlukan, dsb.
Siapkan pula kertas kosong dan pensil warna untuk mereka membuat sketsa desain

Kegiatan

Sangat penting bagi peserta untuk mendapat waktu sejenak untuk berpikir dan berdiksusi tentang apa
yang akan mereka gambar di kaos mereka. Jelaskan pada peserta mengenai kegiatan ini dan minta
mereka memikirkan dengan baik apa yang akan mereka gambar pada kaos karena ini merupakan
gambaran diri mereka dan apa yang mereka hargai. Ingatkan peserta bahwa kaos ini akan bisa dilihat
orang lain, dan orang bisa saja mengambil kesimpulan dan penilaian tentang siapa diri mereka dilihat
dari pakaian yang mereka pakai. Akan sangat membantu jika Anda sudah pernah menyelesaikan
beberapa kegiatan Berbagi Pengalaman sehingga para peserta merasa nyaman untuk membicarakan
makna identitas mereka dengan lebih terbuka dan bebas.

Berikan kertas dan pensil warna pada peserta dan minta mereka untuk membuat sketsa desain kaos
mereka. Ingatkan pula bahwa desain tersebut harus pas dengan ukuran kaos. Setelah mereka puas
dengan desain mereka, minta peserta untuk menyalin desain tersebut ke kaos mereka.

Peserta kemudian memakai kaos yang telah mereka gambar dan menunjukkannya ke seluruh peserta
lain. Setelah itu ajak peserta untuk merenungkan sejenak mengenai apa yang telah mereka gambar dan
apa yang kaos mereka gambarkan tentang diri mereka dan apa pentingnya menghargai siapa diri kita
dan diri orang lain.

Jika anda ingin menuliskan pesan-pesan pada kaos tersebut, ajak peserta untuk berdiskusi mengenai
apa yang kiranya orang-orang, terutama mereka yang hidup di zona konflik, akan tuliskan disana.

Anda bisa mengambil foto tiap peserta dengan hasil karyanya dan berikan kepada mereka sebagai
kenang-kenangan dari kegiatan ini.

Mintalah Peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Membuat Film

Tujuan: Mengajak peserta untuk memikirkan tentang topik yang diberikan kemudian menciptakan
kesadaran mengenai topik tersebut melalui film.

Hasil/Keluaran: Peserta membuat film yang dapat mereka pertunjukan untuk meningkatkan
kesadaran mengenai topik yang mereka pilih.

Alat dan Bahan: Kamera video, aplikasi untuk memanipulasi rekaman video (Video Editting Software)

Kegiatan
Kenalkan topik membuat film ini sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai topik atau isu tertentu. Jelaskan pada peserta bahwa mereka memiliki kesempatan untuk
membuat sebuah film pendek. Jelaskan juga bahwa Anda akan membantu mencari lokasi yang sesuai
untuk memutar film hasil karya peserta tersebut di depan teman-teman sekolahnya atau di lokasi
umum atau bahkan dihadapan para tokoh terpandang.

Gunakan beberapa metode diskusi (seperti: brainstorming, diskusi atau RTD) dan biarkan peserta
memilih topik yang mereka inginkan. Ajak mereka unutk memilih topik yang berkaitan dengan
masalah sosial atau topik yang bisa membantu mereka mempelajari lebih jauh mengenai keberagaman
baik lokal maupun global.

Ada beberapa sumber-sumber spesifik yang bisa membantu para peserta dalam membuat film mereka,
contohnya: http://www.filmyourissue.com/making/index.shtml. Atau Anda juga bisa mengundang
orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis untuk berbagi pengetahuan dengan para peserta.
Peserta sebisa mungkin harus memiliki kendali atas pengambilan keputusan dan harus bisa
bekerjasama sebagai fokus utama dari kegiatan ini.

Sebelum kegiatan dimulai:


1. Tentukan objek dari fim Anda
2. Tentukan target penonton Anda
3. Perhatikan halangan atau batasan, seperti waktu, jadwal pengambilan video, dan kebutuhan
untuk edit dan perbaikan.
4. Gambarkan alur cerita (Urutan film)
5. Diskusikan dengan peserta mengenai apa yang ingin mereka saksikan dalam video tersebut
(wawancara, gambar-gambar, kartun, music)
6. Alokasikan tugas para peserta. Beberapa akan melakukan wawancara sementara peserta
lainnya melakukan riset atau survey, peserta lainnya mengurus pekerjaan seni, membuat
gambar dan music, mengambil gambar, dan mengedit video.

Saat Film telah selesai dibuat


Diskusikan proses editing sehingga semua peserta dapat berkontribusi ke hasil video akhir. Setelah
film tersebut selesai dan Anda sudah menyaksikannya, pastikan peserta memiliki waktu untuk
memikirkan dan merenungkan hal-hal yang mereka temukan selama proses pembuatan film tersebut.

Ini adalah kegiatan yang dapat memakan waktu berbulan-bulan sehingga sangat penting untuk dapat
menjaga para peserta agar tetap termotivasi. Jadwalkan pertemuan rutin untuk revisi dan tentukan
tanggal untuk penayangan perdana. Anda mungkin ingin menjadwalkan penayangan tertutup untuk
orangtua dan teman-teman terlebih dulu sebelum dibuka untuk umum. Setelah itu Anda bisa
berdiskusi mengenai kapan sebaiknya film ini ditayangkan untuk target penonton yang telah
direncanakan.
Video ini bisa diunggah ke internet dan dikirimkan ke festival film atau ke situs seperti YouTube.
Hari Siaran Anak-anak Internasional dirayakan pada hari minggu kedua di bulan Desember dimana
para produser TV diseluruh dunia biasanya mendedikasikan waktu siaran untuk film-film yang dibuat
oleh para sineas-sineas muda (sebagai bagian dari pasal 12 – hak untuk didengar)

Mintalah Peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Kuis – Apa yang Saya Tahu Mengenai Agama dan


Keyakinan Lain?

Tujuan: Mempelajari keyakinan dan kepercayaan lain dengan cara yang berbeda dan menyenangkan

Hasil/Keluaran: Peserta belajar tentang ajaran, ritual. Dan tradisi agama atau kepercayaan lain

Alat dan Bahan: Pertanyaan-pertanyaan, potongan kertas, gambar atau benda-benda dari berbagai
agama dan keyakinan

Kegiatan
Anak muda biasanya menyukai kuis atau tebak-tebakan. Kuis ini bukan dimaksudkan sebagai alat
evaluasi tapi sebagai proses belajar. Gunakan dengan cara yang kreatif dan interaktif.

Siapkan beberapa pertanyaan mengenai berbagai macam keyakinan, misal: lihat contoh pertanyaan
kuis di halaman 113. Lebih baik lagi jika Anda meminta peserta yang menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan untuk kegiatan ini. Anda kemudian dapat mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan ini dan
kemudian bertindak sebagai pembawa acara kuis. Bisa juga peserta dibagai menjadi beberapa
kelompok dan kemudian saling menguji masing-masing kelompok. Sebaiknya mereka
mempersiapkan banyak pertanyaan karena beberapa pertanyaan akan muncul berulang.

Metode lainnya adalah dengan menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut di potongan-potongan kertas.


Tempelkan kertas berisi pertanyaan tersebut beserta jawabannya (dalam keadaan terbalik sehingga
tidak terbaca). Bagi peserta menjadi beberapa kelompok beranggotakan tiga atau empat orang
kemudian mereka secara bergiliran akan bertanya dan menjawab. Salah seorang dari anggota
kelompok akan memilih pertanyaan yang ditempel di tembok kemudian mencoba menjawabnya.
Anggota kelompoknya boleh membantu. Seiring waktu, jumlah pertanyaan yang tersisa di tembok
akkan habis.

Jika memungkinkan, lengkapi jawaban para peserta dengan gambar, ilustrasi, atau benda-benda yang
sesuai, misalnya bendera Buddha, Alkitab, salib, gambar Taurat, gambar Masjid, dsb.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Contoh Pertanyaan untuk Kuis Berbagai Keyakinan

1. Siapakah Muhammad?
2. Siapakah Buddha?
3. Apa arti kata “Kristus”?
4. Siapakah Yesus?
5. Apa itu Kippa?
6. Apa itu reinkarnasi?
7. Apa itu Tirthankara bagi Jainists?
8. Apa itu perjalanan ziarah (atau ibadah Haji)?
9. Apa sebutan bagi Tuhan di agam Islam dan Yahudi?
10. Berapa murid yang Yesus miliki?
11. Kapan Nabi Muhammad dilahirkan?
12. Apa arti Brahman bagi umat Hindu?
13. Apa itu Weda?
14. Apa Kitab Suci umat Islam?
15. Apa nama tempat ibadah umat Yahudi?
16. Apa itu guru?
17. Siapakah Siddharta Gautama?
18. Apa arti kata “Buddha”?
19. Bahasa apa yang digunakan oleh Yesus?
20. Apa arti kata Tripitaka dalam bahasa Sansekerta?
21. Apa warna bendera Buddhis?
22. Apa itu meditasi?
23. Apa Kitab Suci umat Yahudi?
24. Siapakah Bahá’u’lláh?
25. Bagaimana dan mengapa umat Hindu merayakan Dipavali?
26. Apa itu Hanukkah dan bagaimana pelaksanaannya?
27. Apa itu Ramadhan dan bagaimana pelaksanaannya?
28. Siapakah Shiva di dalam ajaran Hindu?
29. Apa Kitab Suci umat Sikh?
30. Sebutkan lima Rukun Islam

Pulau-pulau yang Menghilang

Tujuan: mengenalkan topic mengenai perubahan konflik dan alternatif tanpa kekerasan

Hasil/Keluaran: Peserta memahami tentang konflik dan penyebabnya. Peserta dapat memahami
pentingnya membangun situasi yang saling menguntungkan.

Alat dan Bahan: Beberapa lembar koran bekas dan musik yang menarik

Kegiatan
Hamparkan lembaran koran bekas di lantai dengan celah diantaranya. Mulai dengan banyak lembaran
Koran dan setiap lembar menggambarkan sebuah pulau. Mainkan music dan minta peserta untuk
berjalan di sekeliling “pulau-pulau” tersebut tanpa menyentuhnya. Instruksikan pada peserta untuk
berdiri diatas “pulau” setiap musik berhenti. Hentikan musik beberapa kali selama permainan.

Hilangkan sebuah pulau tiap kali Anda memutar musik kembali sehingga jumlah pulau yang tersedia
lambat laun berkurang dan setiap pulau yang tersisa semakin penuh. Pada akhirnya, tempat yang
tersedia tidak akan cukup untuk menampung semua peserta. Mereka yang tidak dapat naik ke atas
pulau saat music dihentikan berarti harus keluar dari permainan. Lanjutkan permainan hingga hanya
satu orang tersisa dan seluruh peserta lainnya sudah keluar.

Berikan penjelasan mengenai kegiatan tersebut


Setelah permainan selesai, diskusikan dengan peserta mengenai permainan tersebut. Berikut adalah
contoh-contoh pertanyaan yang dapat Anda tanyakan:
- Apa yang terjadi saat semakin sedikit pulau yang tersedia?
- Bagaiman rekasi orang-orang?
- Bagaimana Anda melindungi tempat Anda?
- Apakah Anda membantu orang lain?
- Apakah ini mencerminkan apa yang terjadi di dunia nyata?

Hubungkan permainan ini dengan situasi di kehidupan nyata dan diskusikan dengan peserta mengenai
penyebab-penyebab konflik atau sumber daya yang diperebutkan dan memicu konflik. Jelaskan pada
peserta bahwa konflik adalah suatu hal yang normal, hanya saja konflik dapat melibatkan kekerasan
saat orang-orang tidak bisa saling berbagi, saling bekerjasama, dan saling membantu. Kita cenderung
hanya memikirkan diri kita sendiri saat berusaha menyelesaikan konflik, tapi bagaimana dengan
bekerjasama untuk mengubah keadaan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan?

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Bola di Udara

Tujuan: Mengembangkan keterampilan peserta untuk bekerjasama dan membangung jembatan


kepercayaan diantara peserta

Hasil/Keluaran: Peserta mampu memahami cara berkomunikasi yang lebih baik dengan orang lain
dan mampu mengembangkan keterampilan untuk bekerjasama meraih tujuan bersama.

Alat dan Bahan: Sebuah bola kecil dan sebuah bola besar.

Kegiatan
Jelaskan pada peserta bahwa kita akan bermain bola dimana mereka harus menjaga agar bola tidak
menyentuh tanah selama mungkin. Bentuk sebuah kelompok minimal 10 orang dan maksimal 40
orang. Setiap orang harus memukul bola dengan tangannya dan menccegah bola jatuh menyentuh
tanah. Target permainan ini adalah untuk menjaga bola selama mungkin di udara dan memukul bola
sebanyak mungkin.

Mulai permainan dengan menggunakan bola kecil. Anda akan menyadari bahwa diawal permainan
kebanyakan peserta akan memukul bola tanpa menyadari informasi dari orang lain atau menyadari
tentang perlunya bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Jika bola jatuh ke tanah, berikan
semangat bagi para peserta untuk bermain lebih baik dan memukul lebih banyak dari sebelumnya.
Tentukan target yang lebih tinggi di setiap sesi.

Setelah peserta akhirnya menyadari cara mendapatkan pukulan terbanyak, ganti bola kecil menjadi
bola besar. Karena ukuran bola yang lebih besar, maka akan lebih sulit bagi peserta untuk memukul
bola tanpa membiarkan bola jatuh. Pastikan semua orang berpartisipasi dan bantu peserta untuk bisa
mendapatkan skor yang lebih tinggi dalam tiap sesi.

Setelah peserta berhasil mendapatkan nilai sesuai target dan sudah puas dengan hasilnya, diskusikan
dengan mereka mengenai apa saja yang mereka pelajari dalam permainan ini. Beberapa pertanyaan
yang bisa Anda tanyakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan Anda memainkan permainan ini?
2. Apa tujuan permainan ini?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang baik?
4. Mengapa di awal permainan sepertinya lebih sulit mendapatkan skor yang baik?
5. Apa kontribusi dari tiap orang terhadap permainan ini?
6. Kenapa setiap orang berperan penting untuk mencapai tujuan yang dimaksud?
7. Teknik apa yang digunakan oleh tim?
8. Apakah kerjasama penting untuk mencapai tujuan?

Ajak tiap peserta untuk menceritakan pengalaman dan pendapat mereka mengenai permainan ini.
Tekankan pada pentingnya mengembangkan kemampuan berkomunikasi agar bisa bekerjasama
dengan lebih baik. Akhiri kegiatan ini dengan menanyakan pada peserta mengenai bagaimana mereka
bekerjasama dan mengapa kerjasama itu penting bagi masyarakat yang beragam.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Pembelajaran Berbasis Jasa/Pelayanan

Tujuan: Menciptakan peluang bagi para peserta untuk merasakan keajaiban dari menolong orang lain
yang berbeda dari diri mereka dan yang hak-haknya terabaikan.
Hasil/Keluaran: Peserta mampu mengembangkan kesadaran mengenai kebutuhan orang lain dan
menyadari bahwa rendahnya rasa saling menghargai dapat memicu pelanggaran martabat manusia.

Kegiatan
Ajak kaum muda untuk memulai kegiatan sukarela atau kegiatan social yang melibatkan interaksi
dengan orang-orang yang hak-haknya terabaikan atau dilanggar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
melibatkan:
1. Pengungsi
2. Orang-orang terlantar
3. Orang-orang dengan kebutuhan khusus
4. Kaum marjinal
5. Imigran yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan
6. Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim

Kegiatan ini dapat berupa bagian dari kegiatan belajar mengajar di kelas atau dapat dikelola oleh
sekolah sebagai bagian pengembangan layanan sosial dan spiritual.

Panduan persiapan dan pengembangan kegiatan pembelajaran berbasis jasa


atau pelayanan
- Kumpulkan informasi mengenai situasi di lokasi dimana martabat manusia telah dilanggar
- Buat daftar organisasi lokal yang bergerak di bidang layanan untuk kaum terpinggirkan atau
di bidang pelanggaran HAM
- Hubungi satu atau dua organisasi yang menerima anak-anak muda sebagai sukarelawan
- Buat kesepakatan dengan organisasi tersebut untuk menyiapkan kegiatan social untuk para
relawan muda Anda
- Mintalah kepala organisasi atau penanggung jawab kegiatan untuk memberikan penjelasan
pada para peserta mengenai pekerjaan mereka dan dampaknya pada orang lain
- Putuskan jenis pertolongan apa yang dibutuhkan dan apa yang bisa dilakukan oleh para
peserta, misalnya: kegiatan hiburan seperti bermain music, bermain drama, mengajar
keterampilan (contoh: melukis, menjahit, music, berhitung, membaca, dan menulis), atau
kegiatan bantuan umum seperti membantu belanja, menulis, dsb.
- Ajak para peserta untuk menentukan satu atau dua tujuan yang harus mereka capai di akhir
kegiatan ini
- Siapkan sesi diskusi untuk mengajak peserta merenungkan dan mempertimbangkan
pengalaman yang telah mereka peroleh, misalnya:
o Apa yang telah mereka pelajari selama kegiatan sukarela tersebut
o Apa yang mereka rasakan saat mereka melayani atau membantu orang lain
o Apa perbedaan dan persamaan mereka dengan orang-orang ini
o Bagaimana mereka bisa menghindari pencemaran HAM
o Mengapa mereka piker kaum minoritas di diskriminasi?
o Bandingkan dengan diskriminasi berbasis agama atau keyakinan dan efeknya

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Kampanye Pembelajaran Lintas-keyakinan

Tujuan: Menyediakan sarana bagi peserta untuk menyiapkan kampanye kreatif untuk
mempromosikan pembelajaran lintas-keyakinan

Hasil/Keluaran: Peserta dapat mengembangkan kegiatan lintas-keyakinan sebagai cara untuk


mempromosikan rasa saling menghargai terhadap kepercayaan atau keyakinan lain. Peserta
berkomitmen untuk mengambil tindakan yang bisa membantu menciptakan rasa saling memahami
antar sesama.

Kegiatan:
Ajak peserta untuk melaksanakan kampanya di sekolah atau organisasi mereka dan fokus pada
pentingnya saling menghormati antar umat beragama. Kampanya seperti itu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya:

Kampanye komunikasi dan pembelajaran


Papan Informasi (Mading – Majalah Dinding)
Siapkan papan informasi yang berisi informasi dan fakta-fakta mengenai hal-hal khas dari berbagai
keyakinan, misalnya: perayaan dan hari-hari besar, berita-berita, dsb. Sekelompok siswa
mengumpulkan informasi, memelihara, dan memperbaharui papan informasi tersebut secara berkala

Radio Lintas-keyakinan
Siaran radio sekolah dimana para siswa diwawancara mengenai keyakinan yang mereka anut

Bazar Lintas-keyakinan
Siapkan acara bazaar sebagai sarana pembelajaran lintas-agama. Bazaar tersebut dapat memiliki
stand-stand yang berisi informasi mengenai keyakinan dan kepercayaan lain, bioskop kecil dengan
film-film yang sesuai tema, stand dengan musik-musik keagamaan, dan sesi diskusi meja bundar
(RTD) dengan berbagai peserta lintas-keyakinan. Bazar ini juga bisa menjadi sarana untuk
menampilan karya seni peserta, seperti gambar dan tulisan, mengenai isu lintas-keyakinan

Diskusi Lintas-keyakinan atau Café Lintas-keyakinan bulanan


Undang siswa-siswa dari berbagai latar belakang keyakinan untuk datang ke sekolah Anda dan
berbagi cerita dan pengetahuan mengenai kepercayaan mereka. Anda juga dapat menyelenggarakan
sesi diskusi mengenai topik-topik tersebut.

Selenggarakan kegiatan kampanye ini sebagai usaha untuk memberi motivasi bagi para generasi muda
untuk belajar lebih banyak dan memahami kepercayaan orang lain yang berbeda.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.
Bertukar Sekolah

Tujuan: Memberikan kesempatan bagi peserta untuk memperoleh pengalaman dari kegiatan belajar
mengajar di sekolah lain di lingkungan yang berbeda dan dengan orang-orang yang memiliki latar
belakang keyakinan berbeda.

Hasil/Keluaran: Peserta merasakan dan mendukung sikap saling memahami dan saling menghargai
keyakinan orang lain

Kegiatan
Dua orang siswa dari tingkat yang sama tetapi dari sekolah dan latar belakang keyakinan yang
berbeda saling bertukar tempat dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Jika dilaksanakan antar sekolah maka kegiatan ini membutuhkan persetujuan dari dewan sekolah atau
guru-guru terkait. Pertukaran ini juga dapat diadaptasi untuk beberapa organisasi keagamaan atau
organisasi kepemudaan. Keakraban antar siswa dari sekolah dan keyakinan yang berbeda juga dapat
di dibangun dengan cara mengundang siswa-siswa tersebut ke sekolah Anda saat ada acara-acara atau
kegiatan-kegiatan khusus.

Pertukaran pelajar tidak hanya berkontribusi terhadap terciptanya rasa saling memahami antar kedua
orang yang memiliki keyakinan berbeda, tetapi juga dapat membantu membangun jaringan yang kuat
antara dua komunitas berbeda sehingga dapat berkontribusi untuk masa depan yang lebih damai.

Pertukaran antara organisasi kepemudaan dapat melibatkan sebuah kegiatan atau proyek yang
membutuhkan kerjasama antara dua atau lebih organisasi, dengan peserta dari tiap kelompok
diberikan tugas atau tanggungjawab yang spesifik. Proyek semacam itu biasanya membutuhkan waktu
persiapan setidaknya satu bulan dimana anak-anak dengan berbagai keyakinan dapat bekerja bersama-
sama.

Anda dapat menyiapkan program pertukaran khusus yang melibatkan suatu tugas spesifik, seperti:
berpartisipasi di komunitas lintas-keyakinan untuk mendukung dialog lintas-keyakinan, partisipasi di
kelas-kelas di sekolah lain, debat atau kegiatan-kegiatan di organisasi lintas-keyakinan lainnya.

Sebagai bagian dari program pertukaran, siapkan waktu untuk mempelajari tradisi, keyakinan, atau
kebudayaan semua pihak yang berpartisipasi di program pertukaran. Kegiatan ini juga dapat meliputi
presentasi, menggambar, atau menulis.
Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran
mereka.

Minggu Tematik

Tujuan: mendukung kesadaran mengenai tindakan-tindakan etis untuk membantu mengubah dunia

Hasil/Keluaran: Peserta menghasilkan suatu inisiatif untuk mendukung tindakan-tindakan etis di


lingkungan mereka untuk meningkatkan rasa saling memahami dan saling menghargai.

Kegiatan
Minggu tematik untuk mempromosikan implementasi tindakan-tindakan etis dapat mengajak
masyarakat untuk saling memahami dan membantu menebar perdamaian di lingkungan masyarakat.

Minggu tematik dapat fokus ke beberapa topic seperti: ‘perdamaian’, ‘pengampunnan’, ‘belas kasih’,
atau ‘kejujuran’, dsb. Tujuannya adalah untuk mendukung implementasi tindakan-tindakan etis
dengan cara menunjukkan bagaimana saling memahami dan saling menghargai dapat memberi
manfaat bagi masyarakat dan membantu mengubah dunia menjadi lebih baik.

Biarkan generasi muda mengurus persiapan kegiatan Minggu Tematik ini. Jika diperlukan, mereka
dapat merencanakan beberapa kali Minggu Tematik yang mungkin bisa dilakukan secara rutin dan
terjadwal. Para relawan membentuk panitia dan mengadakan pertemuan setiap minggu

Dukung para panitia muda untuk menyiapkan perencanaan penuh untuk seluruh kegiatan, tetapi
jangan lupa untuk meminta persetujuan otoritas sekolah. Beberapa ide yang bisa digunakan:
1. Diskusi panel mengenai topik yang dipilih - Undang bintang tamu khusus baik dari sekolah
atau diluar lingkungan sekolah untuk membahas tentang tema minggu tersebut.
2. Forum film – Sesi diskusi atau bedah film mengenai topik terkait
3. Pentas drama yang disiapkan oleh para siswa
4. Mading atau papan informasi – fokus pada kejadian-kejadian masa lalu yang sesuai dengan
tema minggu tersebut
5. Konser dengan musik dan lagu-lagu yang sesuai tema
6. Kompetisi – menggambar, menulis essai, membaca puisi, dsb. yang sesuai dengan tema
minggu tersebut
7. Doa untuk Perdamaian

Resmikan minggu tematik di sekolah atau lingkungan Anda dan promosikan ke seluruh kota Anda.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Kampanye Hak-hak Anak

Tujuan: Meningkatkan kesadaran mengenai konvensi Hak-hak Anak

Hasil/Keluaran: Peserta mempelajari tentang hak-hak mereka dan bagaimana cara mendukung hak-
hak mereka. Peserta memperoleh kesadaran akan pentingnya untuk mendukung dan melindungi hak-
hak tersebut bagi seluruh anak-anak di dunia tanpa memandang latar belakang budaya atau keyakinan.

Kegiatan
Kegiatan ini membantu menyebarkan pengetahuan dan kesadaran mengenai Konvensi Hak-Hak Anak
(CRC – Convention on the Rights of the Child), sebuah kesepakatan Internasional yang telah
diratifikasi oleh 193 dari 195 negara-negara di dunia.

Generasi muda dapat merasakan ikatan yang saling menyatukan dengan rekan-rekan mereka di
seluruh dunia dengan menyadari bahwa mereka semua berbagi hak-hak yang sama yang sangat jelas
dan diakui secara global.

Dengan melakukan kampanye rutin di sekolah-sekolah atau di kelompok-kelompok pemuda maka


dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai hak-hak dan fungsinya untuk
pelrindungan anak, apapun latar belakang ras dan budayanya. Kampanye ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Anda dapat fokus ke hak-hak spesifik atau ke keseluruhan hak-hak anak, ataupun fokus
pada anak-anak yang hidup di kondisi sulit. Kerjasama dengan sekolah, organisasi, atau kelompok
dari berbagai keyakinan sangat disarankan.

Beberapa contoh kegiatan bulanan:


Bulan partisipasi anak (berdasarkan pasal 12)
Anak-anak dapat berpartisipasi di debat, diskusi panel, dan forum yang disiapkan oleh sekolah,
organisasi kepemimpinan, atau organisasi lainnya untuk mendukung demokrasi dan saling
memahami. Kehadiran para tokoh pengambil keputusan sangat penting untuk mendengarkan apa yang
anak-anak sampaikan.

Bulan opini dan keyakinan anak (berdasarkan pada pasal 13 dan 14)
Anak-anak mengkespresikan ide-ide, keyakinan dan kepercayan, dan kebudayaan mereka.

Bulan keberagaman (berdasarkan pasal 30)


Anak-anak menyiapkan kegiatan untuk mendukung interaksi antar kelompok keyakinan minoritas,
kelompok pribumi, dan imigran dengan tujuan untuk dapat saling belajar satu sama lain.

Tujuan asli dan holistik dari Konvensi Hak-hak Anak harus diperjelas sehingga peserta juga
memahamni bahwa pemenuhan hak-hak mereka untuk perlindungan, pemenuhan kebutuhan,
perkembangan, dan partisipasi diawasi oleh Komite Hak-hak Anak dimana seluruh Negara harus
melapor kepada komite tersebut.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.
Perkembangan Proyek

Tujuan: Memberi kesempatan bagi peserta untuk dapat terlibat dalam usaha mengubah situasi di
sekeliling mereka

Hasil/Keluaran: Peserta didukung untuk dapat berkontribusi dalam menyebarkan perdamaian dan
keadilan di dunia.

Kegiatan
Mintalah peserta untuk membuat suatu proyek yang dapat membantu mengubah masyarakat. Proyek
tersebut harus selesai dalam jangka waktu yang telah disepakati.

Peserta membentuk kelompok dengan anggota maksimal 10 orang dan kemudian diminta untuk
membuat suatu proyek yang bisa diselesaikan dalam waktu beberapa bulan, untuk mengubah situasi
atau suatu permasalahan di lingkungan masyarakat – baik di sekolah, keluarga, tetangg, kota, ataupun
Negara.

Beberapa proyek memerlukan dukungan dan bantuan dari dewan sekolah atau dari pemimpin-
pemimpin organisasi dan diluncurkan sebagai suatu proyek resmi. Hal ini juga memungkinkan Anda
untuk melibatkan lebih banyak orang di dalam proyek. Sangat penting juga untuk dapat memperoleh
bantuan dana yang memadai untuk menjalankan proyek ini.

Proyek yang dilaksanakan harus memenuhi beberapa kriteria yang dapat disepakati sendiri oleh para
peserta. Contoh kriteria yang bisa digunakan, adalah:
- Berbasis lintas-keyakinan
- Bersifat nyata dan jelas
- Menjunjung etika
- Membantu mengubah suatu kondisi spesifik
- Inovatif
- Berorientasi solusi

Kegiatan ini dapat dijadikan kegiatan khusus untuk siswa senior dan dapat menjadi nilai bagi mata
pelajaran tertentu dengan persetujuan dan kesepakatan dari pihak sekolah dan guru.

Siapkan kegiatan khusus, undang para orang tua dan bintang tamu, kemudian biarkan para peserta
mempresentasikan usulan proyek mereka.
Film dapat menjadi sarana yang berguna dan menarik unutk memotivasi siswa dan mengembangkan
imajinasi mereka. Film-film yang direkomendasikan antara lain: Pay it Forward dan Schindler’s List.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

122

Dialog lintas keyakinan

Tujuan: Mendukung sikap saling memahami dan menyatukan berbagai orang dengan keyakinan dan
kepercayaan yang berbeda ke dalam suatu dialog mengenai bagaimana membantu mengubah dunia.

Hasil/Keluaran: Peserta dapat berkontribusi untuk meningkatkan pemahaman antara orang-orang


dari latar belakang keyakinan yang berbeda. Peserta dapat mengkesplorasi berbagai kemungkinan
untuk membawa perubahan bagi dunia melalui sikap perdamaian.

Alat dan Bahan: Materi-materi promosi, kertas, dan pena.

Kegiatan
Dialog lintas-keyakinan ditujukan untuk membangun rasa saling memahami dan sarana untuk
bekerjasama bagi orang-orang dari berbagai latar belakang keyakinan. Diskusi lintas-keyakinan diatur
untuk membahas topik-topik spesifik, misalnya: sikap tidak menghormati, fanatisme, hubungan antar
agama, perdamaian dan pengampunan, bagaimana tiap keyakinan memahami dan bekerja bersama
untuk perdamaian dan untuk melindungi hak-hak anak.

Peserta di kegiatan lintas-keyakinan dapat membantu mengorganisir beberapa dialog lintas-keyakinan

Menyelenggarakan dialog lintas-keyakinan:


- pilih topik yang akan dibahas
- Promosikan kegiatan dialog lintas-keyakinan ini di berbagai tempat, seperti: sekolah, tempat-
tempat keagamaan, organisasi kepemudaan, dsb. tergantung seberapa resmi Anda ingin
kegiatan ini dilaksanakan
- Pastikan Anda memiliki perwakilan dari setiap agama atau keyakinan
- Siapkan pertanyaan terbuka dan luas untuk membantu mengarahkan diskusi ke hasil yang
positif
- Tugaskan seorang moderator untuk diskusi dan biarkan moderator memperkenalkan topik
yang akan dibahas dengan memberikan beberapa informasi dan menanyakan pertanyaan inti.
Moderator juga diminta untuk memperkenalkan para pembicara
- Minta para peserta untuk duduk membentuk lingkaran sehingga semua orang sejajar dan
dapat saling melihat satu sama lain
- Simpulkan kegiatan diskusi lintas-keyakinan ini dengan sebuah pertanyaan: ‘Apa yang bisa
kita lakukan bersama-sama sekarang?’

Akhiri kegiatan dengan sesi doa untuk perdamaian dan untuk meningkatkan rasa saling memahami
dan menghargai. Anda juga bisa meminta para peserta untuk menuliskan doa-doa mereka dan
kemudian membacakannya di depan seluruh hadirin jika mereka bersedia.

Mintalah peserta untuk mencatat kegiatan ini di Jurnal Pembelajaran


mereka.

Bagian 5
Sumber dan Referensi

Kisah-Kisah

Dengarkan, wahai kaumku. Ini ajaranku;


Arahkan telingamu ke kata-kataku.
Aku akan membuka mulutku dalam sebuah kiasan;
Aku akan sampaikan sabda kegelapan dari masa lampau,
Hal-hal yang pernah kita dengar dan ketahui,
Yang pernah dikatakan oleh para leluhur kita.
Kita tidak akan menyembunyikannya dari anak-anak kita;
Kita akan katakan pada generasi mendatang
Kebesaran Tuhan dan kuasa-Nya,
Dan mukjizat-mukjizat yang telah Ia tunjukkan

Ini adalah penggalan ayat dari Injil Ibrani (78:1-4) yang menjelaskan dengan sederhana mengenai apa
artinya menjadi seorang manusia. Untuk mencapai jauh ke dalam diri kita masing-masing, sebuah
kisah / dongeng / cerita mampu, melebihi apapun, menembus segala batasan dalam diri kita. Tuhan
atau Yang Maha Kuasa, atau Realitas, atau Yang Maha Bijaksana, atau Transenden, atau Zat Yang
Tidak Diketahui, atau Zat Yang Melampaui Segalanya, telah lama dikisahkan melalui media dongeng
atau cerita. Kisah-kisah semacam ini meceritakan berbagai tradisi masa lalu, apa yang pernah kita
dengar dan apa yang leluhur kita katakan. Cerita-cerita atau dongeng-dongeng ini diwariskan turun
temurun dan bertahan dengan hanya bergantung pada memori pendengarnya. Kisah semacam ini tidak
pernah diklaim sebagai sebuah fakta, dan memang tidak perlu, karena kisah semacam ini diterima
secara umum sebagai suatu kebenaran yang berbeda jenis dari teori atau fakta. Bisa jadi lebih banyak
kebenaran didalam sebuah cerita fiksi dan lebih banyak yang salah didalam cerita non-fiksi yang
berbasis fakta.

Hannah Arendt (*1) mengatakan bahwa kegiatan mendongeng mampu menjelaskan lebih banyak hal
tanpa khawatir salah menggunakan definisi. Ini adalah kekuatan dongeng. Makna sebenarnya tersirat
didalamnya dan tidak disodorkan dengan gamblang. Makna tersebut disadari dan dipahami tapi tidak
dikonsepkan. Makna tersebut ada tapi tidak bisa dilihat.

Dongeng menyatukan langit dan bumi, sebuah kenyataan yang jauh lebih sulit untuk diartikulasi dan
dipahami. Dongeng dapat membuka pintu ke masa lalu; dongeng dapat membuat masa kini bergema
dalam keabadian yang tak berujung dan mereka mampu mempengaruhi masa depan. Ben Okri,
seorang pujangga dan novelis dari Nigeria mengatakan, “Anda tahu, dongeng dapat mengalahkan rasa
takut. Mereka dapat membesarkan hati”.

Kita semua senang mendengarkan dongeng-dongeng. Anak-anak yang beranjak tidur, orang-orang
yang berkumpul disekeliling pendongeng di dekat perapian, menyerap seluruh kata, mengangguk,
tersenyum, tertawa, dan bersinggungan satu sama lain dalam kebahagiaan. Ada persatuan dan
kebersamaan dalam mendengarkan dongeng bersama-sama. Memang mungkin benar bahwa
teknologi, media interaktif, game elektronik di berbagai kebudayaan saat ini menawarkan lebih
banyak dongeng yang lebih maju, lebih berwarna, dan lebih menyeramkam, pada dasarnya
ketertarikan terhadap dongeng adalah sesuatu yang manusiawi. Dalam tradisi Yahudi dikatakan
bahwa manusia bukan satu-satunya yang menikmati keindahan seni bercerita. Ada sebuah pertanyaan:
“Mengapa Tuhan menciptakan manusia?” dan jawabannya adalah: “Karena Tuhan suka mendengar
kisah-kisah yang bagus”.

1 Hannah Arendt (1906-1975), seorang ahli politik dan filsuf Jerman, Origins of Storytelling, Bartlett’s Book of
Quotations

Dongeng mampu membuat anak-anak masuk ke dunia lain, yang disaat yang sama sangat dikenal tapi
juga tidak dikenal. Sebuah dongng dimulai dengan kata-kata ajaib: “Alkisah pada suatu hari…”.
Dalam bahasa Arab, dongeng biasanya dimulai dengan kalimat:”Ken ye me ken”, yang dapat
diterjemahkan menjadi “pernah anda dan tidak pernah ada”, lalu semua orang yang mendengar akan
tahu bahwa itu saatnya bercerita. Atau saat orang-orang di Iran ingin bercerita, mereka memulainya
dengan: “Yeki bud, yeki nabud” atau “ada sesuatu dan tidak ada”, lalu orang-orang akan duduk
mendengarkan dan masuk ke sebuah alam dimana semua hal menjadi mungkin. Cerita atau kisah
bukanlah sembarang dongeng tetapi sebuah ekspresi di berbagai tingkatan mengenai makna menjadi
manusia. Seseorang tidak akan berpikir untuk membuat dogma atau dalil teoritis dari sebuah kisah.
Kisah-kisah ini terjadi di sebuah dimensi yang nyata dan tidak nyata dimana kisah itu terjadi dan tidak
terjadi.

Mendongeng memang adalah sebuah kegiatan di dunia nyata, tetapi kisahnya itu sendiri tidak nyata.
Kisah itu ada di dunia yang berbeda, seperti layaknya senja dimana dua cahaya dari waktu yang
berbeda, cahaya siang bertemu cahaya malam, dan seseorang tidak akan tahu kapan batas cahaya yang
satu dimulai dan kapan cahaya lainnya berakhir. Satu cahaya di ambang batas, dan cahaya lainnya
tidak ada di luar maupun di dalam. Hal itu hanya terjadi di ambang batas dimana kita mampu
menggenggam dua jenis kebenaran yang saling berlawanan tetapi tidak saling menghilangkan,
melainkan dapat disimpan bersama-sama sebagai sebuah tekanan kreatif yang membawa kita semakin
dalam dan semakin jauh menuju diri kita sendiri.

SEBUAH CERITA RAKYAT CHINA

Pada suatu ketika di China ada seorang anak lelaki bernama Ping. Dia menyukai bunga, dan
setiap bibit yang ia tanam akan tumbuh menjadi bunga yang indah. Kaisar tua yang sedang
memerintah negeri ini pun menyukai bunga. Ketika datang waktunya untuk memilih penerus
tahta, sang Kaisar memutuskan menggunakan bunga sebagai alat untuk menentukan pilihan.
Beliau mengundang semua anak-anak di negerinya untuk datang ke istana untuk menerima
bibit bunga spesial. Kemudian setelah satu tahun, anak yang datang dengan bunga yang
paling indah akan dipilih sebagai kaisar berikutnya. Ping datang dengan rombongan besar
anak-anak, dan hatinya sangat senang karena kaisar akan memberinya bibit bunga.

Ping mengisi pot indahnya dengan kualitas tanah terbaik dan menanam bibit dengan hati-hati.
Dia menyiramnya dengan terukur dan tepat, tapi tak ada satupun yang tumbuh. Dia lalu
mengganti pot, namun tak ada juga yang tumbuh. Dia mencoba mengganti tanah, hasilnya
sama saja tak ada yang tumbuh. Dan satu tahun pun berlalu.

Semua anak-anak datang dengan pakaian terbaik dan berjalan menuju istana dengan bunga-
bunga yang indah. Ping merasa malu. Anak-anak lain menertawakannya. Ayahnya memberi
semangat untuk mengambil pot kosongnya, Ping telah mencoba yang terbaik.
Ketika Ping tiba di istana, kaisar telah memeriksa semua bunga-bunga yang indah, namun
raut wajahnya terlihat masam. Ketika kaisar bertanya padanya, Ping merasa malu.
“Mengapa kau memberiku pot yang kosong?”
Dengan terisak Ping menjawab, “Aku telah melakukan semampuku.”
Sang Kaisar tersenyum. “Aku telah memasak semua bibitmu!”
Beliau lalu memanggil semua anak-anak. “Sangat tidak mungkin bibit-bibit itu tumbuh! Anak
ini adalah satu-satunya yang pantas menjadi kaisar, karena ia telah menunjukkan kejujuran
dan keberanian dengan kedatangannya hari ini, untuk mengatakan padaku bahwa bibitnya
telah gagal tumbuh! Ia mempunya karakter yang baik untuk menjadi kaisar China.”

(Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtue, Series One. Garborg’s Inc.,
Bloomington, 1995, pp11-13.)

BOCAH LELAKI YANG BERTERIAK “SERIGALA”

Berkisah seorang bocah gembala yang menjaga kawanan domba-dombanya agak jauh dari
desa. Suatu ketika ia berpikir untuk bermain tipuan pada penduduk desa dan bersenang-
senang bersama mereka. Ia lalu pergi menuju desa dan menangis kencang,

“Ada Serigala! Serigala! Tolong aku! Serigala-serigala ingin memangsa domba-dombaku!”


Penduduk desa yang baik hati pun meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari menuju
padang rumput untuk menolongnya. Tapi ketika mereka sampai disana bocah itu
menertawakan karena tidak ada serigala disana. Di lain hari bocah itu melakukan permainan
yang sama, dan penduduk desa berlari untuk menolong dan ditertawakan kembali.

Kemudian suatu hari seekor serigala datang ke padang rumput dan mulai memangsa domba-
domba. Dengan sangat ketakutan, bocah itu pun berlari menuju desa untuk meminta tolong.
“Serigala! Serigala!” ia berteriak histeris. “Tolong, ada serigala di kawanan dombaku”

Penduduk desa mendengar teriakan itu, tapi mereka berpikir itu tipuan jahat lagi yang
dimainkan, sehingga tak ada satupun yang memperhatikan atau pergi untuk menolongnya.
Dan bocah penggembala kehilangan semua domba-dombanya.
Itulah hal yang terjadi pada orang yang berbohong, bahkan jika mereka mengatakan yang
sebenarnya mereka tidak akan dipercaya.

(Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtues, SeriesO ne. Garborg’s Inc.,
Bloomington, 1995, pp34-36)

BERANI UNTUK MENJADI DIRI SENDIRI

Ketika aku kecil, aku dicintai oleh keluarga dan tetanggaku. Aku punya banyak permainan
yang menyenangkan di Rama, Ontario, tempat dimana aku lahir. Ketika aku kelas tiga aku
naik bus setiap hari ke kota terdekat yang bernama Orillia.

Suatu hari disekolah, seorang bocah lelaki mendorongku dan aku tak dapat mencegah buku-
bukuku jatuh berceceran ditanah.
“Tolong ambilkan,” aku meminta.
“Tidak,” ia meludahiku.
“Ambilkan,”aku bersikeras, dengan suara yang kencang.
“Tak akan, perempuan jelek!” Ia berteriak. “perempuan indian jelek.”
Aku marah.
“Ambilkan bukuku! kau membuatnya jatuh,” aku menggerutu kesal.
“Coba saja, perempuan jelek,” ia mengejek. “kamu hanya seorang perempuan Indian jelek.”
“Tongkat dan batu bisa mematahkan tulangku tapi ejekan tidak akan melukai hatiku,” aku
membalas dengan berteriak.

Keributan ini telah menarik perhatian guruku dan dia memarahi kami berdua. Tapi bocah
laki-laki itu tidak pernah meminta maaf. Aku marah. Dia telah melakukan hal yang tidak baik
kepadaku.

Aku merasa kesepian, marah, bangga, dan besar kepala pada saat yang sama. Aku pulang dan
bercerita pada ibuku. Beliau bilang bahwa Tuhan akan selalu bersama kita, dan tak akan takut
pada apapun dan siapapun.
Dalam hatiku yang terdalam aku tahu aku seorang aborigin, bukan perempuan Indian. Bocah
itu salah. Dan sekarang aku tahu bahwa aku akan selalu dapat berdiri di kakiku sendiri dan
menentukan apa yang terbaik untuk diriku.

Adapted from the story of Peggy Monague, Christian Island, Ontario (Wilson, Lois Miriam.
Miriam, Maryand Me. Wood Lake Books Inc., Winfield, 1992, p.62)

TAK ADA YANG DAPAT MELAMPAUI

Dalam suatu persidangan yang besar, setiap orang duduk sesuai dengan nomor urut untuk
menunggu datangnya raja. Kemudian datanglah seorang lelaki yang polos, berbaju lusuh dan
mengambil kursi terdepan.

Kelancangannya membuat marah Perdana Mentri, yang kemudian menyuruh bawahannya


untuk mengidentifikasi lelaki itu.

– “Apakah dia seorang menteri?”- bukan, lebih dari itu.


– “Apakah dia raja?”–Bukan, diatasnya lagi.
– “Apakah dia Nabi?”–Bukan, lebih dari itu.
– “Lalu apakah kamu Tuhan?”Tanya Perdana Menteri.
– “Tidak, aku melampau itu juga”jawab pria miskin.
– “Tidak ada sesuatu yang melampaui Tuhan”Perdana Menteri berkata.
– “Nah, sesuatu yang tidak ada itulah, aku!” jawabnya.

(Kenneth Cragg: The Wisdom of the Sufis, London, 76, p.8)

TIKUS YANG MEMAKAN BESI

Pada suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang bernama Naduk. Hingga pada masa
ekonomi sulit tiba dan bisnisnya merugi, ia memutuskan untuk meninggalkan kota dan
mencari peruntungan di tempat yang baru. Ia menjual semua yang harta yang dimiliki dan
membayar hutang-hutangnya. Yang hanya ia tinggalkan adalah sebuah balok besi yang berat.
Naduk kemudian berpamitan kepada sahabatnya Lakshman, dan memintanya untuk
menyimpan balok itu sampai ia kembali. Lakshman berjanji untuk menjaga balok besi itu.
Bertahun-tahun, Naduk pergi jauh membangun kesuksesannya. Ia beruntung, ia pun kembali
menjadi kaya. Kemudian, ia pulang dan membeli rumah baru dan memulai usahanya lagi. Ia
pergi untuk mengunjungi Laksman, teman lamanya, dan Laksman pun menyambutnya
dengan hangat.

Setelah beberapa lama, Naduk bertanya kepadanya tentang balok besi yang pernah
dititipkannya kepada Laksman. Laksman tahu bahwa balok besi itu dapat menghasilkan uang
yang banyak sehingga ia tidak ingin mengembalikannya. Ia berkata pada Naduk bahwa dia
telah menyimpan balok itu di gudang namun tikus telah memakannya.

Mendengar penjelasan Laksman, Naduk tidak berkeberatan. Ia lalu meminta Laksman untuk
mengirim anaknya ke rumah bersamanya untuk mengambil hadiah yang ia beli untuknya.
Laksman kemudian mengirim putranya, Ramu untuk pergi bersama Naduk.

Naduk mengunci Ramu di ruang bawah tanah rumahnya. Ketika malam tiba, Laksman
khawatir dan datang untuk bertanya keberadaan putranya. Naduk menjawab, bahwa pada saat
mereka menuju rumahnya, ada seekor elang menukik turun dan membawa putranya.
Laksman menuduh Naduk berbohong. Ia bersikeras bahwa elang tak bisa membawa anak
berumur 15 tahun.

Mereka berselisih dan membawa hal itu ke pengadilan. Ketika hakim mendengar cerita
Laksman, ia memerintahkan Naduk untuk mengembalikan anak itu kepada ayahnya. Tapi
Naduk tetap bersikeras bahwa seekor elang telah membawa anak itu. Hakim bertanya
padanya bagaimana hal itu bisa terjadi. Naduk menjawab jika sebuah balok besi yang besar
bisa dimakan tikus, lalu tentu seorang anak bisa dibawa oleh seekor burung elang.

Naduk mengaitkan keseluruhan cerita. Para pengunjung diruangan sidang tertawa terbahak-
bahak. Hakim lalu memerintahkan Laksman untuk mengembalikan balok besi kepada Naduk
dan Naduk mengembalikan anak Laksman.

(Panchatantra – The Mice that ate Iron (1999). Available from:


http://www.indiaparenting.com/stories/panchatantra/panch009.shtml)
SURGA DAN NERAKA

Ada sebuah cerita rakyat Yahudi kuno yang menceritakan seorang pria mengunjungi neraka,
dan terkagum-kagum ketika melihat penghuni neraka sedang duduk di meja-meja panjang,
dengan taplak meja yang mewah, peralatan makan yang terbuat dari perak yang indah, dan
makanan yang berlimpah di depan mereka. Tapi tidak ada seorang pun yang makan karena
mereka semua hanya meratap. Ketika pria itu melihat lebih dekat, ia melihat bahwa tak ada
satupun dari mereka yang mampu menekuk siku tangannya; sehingga meskipun mereka dapat
menyentuh makanan, tak ada satupun yang dapat memasukkan makanan ke mulutnya.

Ia lalu pergi ke surga, semua yang didapati sama, meja-meja panjang, taplak meja yang
mewah, peralatan makan dari perak yang indah, dan makanan yang berlimpah. Dan disini pun
orang-orang tak dapat menekuk siku mereka. Hanya saja, orang-orang tak ada yang meratap
karena setiap orang saling menyuapi sesamanya.

SEORANG PENGEMIS

Aku sedang menyusuri jalan ketika seorang pengemis pria jompo menghentikan langkahku.
Matanya bengkak dan berkaca-kaca, bibirnya biru, bajunya lusuh, dan luka koreng. Oh betapa
mengerikan kemiskinan menggerogoti sebuah kebahagiaan

Dia mengulurkan tangan kepadaku, tangan yang kotor dengan warna merah. Dia mengerang,
berteriak meminta tolong. Aku lalu mulai memeriksa semua sakuku. Tak ada dompet, jam
tangan bahkan sapu tangan pun tak dapat ku temukan. Aku tak membawa apa-apa.

Dan sang pengemis masih menunggu dan mengulurkan tangannya yang bergoyang dan
bergetar lemah. Dengan bingung, aku meraih tangan kotor itu.

“Salahkan aku saudaraku, karena aku tak punya apa-apa.”

Pria pengemis itu menatap diriku dengan mata bengkaknya; bibir birunya tersenyum- dan
kemudian dia memijit jari-jari tanganku yang beku.
“Tidak apa, saudaraku,”dia bergumam. “terima kasih untuk ini, saudaraku. Ini juga bentuk
sedekah.”

Aku sekarang mengerti bahwa aku telah menerima sedekah dari saudaraku.

(Elbert Hubbard’s Scrap Book. Wm. H. Wise & Co., Roycroft Distributors, New York City,
1923, p.9)

DUA SERIGALA DI DALAM DIRIMU

Pada suatu malam seorang Indian tua bercerita kepada cucunya tentang pertempuran yang
terjadi didalam dirinya. Ia berkata, “Anakku, ini adalah tentang dua serigala. Yang satu
adalah jahat: penuh kemarahan, iri, penderitaan, penyesalan, keserakahan, mengasihani diri,
rasa bersalah, dendam, kebohongan, kebanggaan palsu, keunggulan dan egoisme. Sedangkan
yang satu lainnya adalah serigala yang baik: penuh dengan kebahagiaan, perdamaian,
ketenangan, kerendahan hati, kebaikan, kebajikan, empati, kedermawanan, kebenaran, belas
kasih, dan iman.”

Cucunya berpikir sejenak, lalu bertanya pada kakeknya, “Lalu serigala mana yang menang?”
Dengan mudahnya Indian tua itu menjawab, “Serigala yang telah aku beri makan.”

TETAP HANYA SEEKOR KUDA

Seorang pemuda datang ke Rabbi Israel dari Rizhyn, membual bahwa ia hanya minum air,
berguling di salju, memakai paku disepatunya, dan membiarkan dirinya dicambuk teratur.

Kemudian, Rabbi Israel membawa pemuda itu ke jendela, dan menunjuk seekor kuda di
halaman: “Dia juga memakai paku disepatunya, berguling disalju; dia hanya minum air dan
dicambuk teratur. Tapi dia tetap hanya seekor kuda.”

BONEKA GARAM

Setelah perjalanan ziarah yang panjang di tanah tandus, boneka garam datang ke laut dan
menemukan sesuatu yang tak pernah ia lihat dan sulit untuk dimengerti.
Boneka garam yang kecil itu berdiri ditanah keras, dan melihat ada tanah lain yang bergerak,
tidak aman, berisik, aneh dan tidak dikenal.

Dia bertanya pada laut, “siapa kamu?”


Laut menjawab,”aku laut”
Kemudian boneka berkata,”Aku tak mengerti, tapi aku ingin tahu; bagaimana caranya?”
Laut pun menjawab, “sentuh aku.”

Lalu sang boneka dengan malu-malu mengedepankan kakinya dan menyentuh air, dan dia
mendapatkan kesan yang aneh, sesuatu yang mulai dapat diketahui. Dia lalu menarik kakinya,
melihat dan memperhatikan bahwa jari-jarinya telah hilang, ia takut dan berkata, “oh, dimana
jemariku?” Apa yang kau lakukan padaku?”
Dan laut pun berkata, “kau telah diberikan sesuatu agar dapat memahami.”

Sang Boneka pun menuju ke tengah laut dan air laut mengambil sedikit demi sedikit bagian
tubuhnya, dan pada setiap saat dia merasa mengerti dan lebih mengerti lagi, namun tetap ia
tak mampu menjelaskan apa laut itu.

Setiap ia melangkah ke tengah laut, maka ia lumer lagi dan begitu seterusnya, dan ia tetap
bertanya, “Apakah laut itu?”
Akhirnya sebuah gelombang laut melumerkan sisa bagian tubuhnya dan boneka itu berkata:
“Ternyata inilah aku”

Dia telah menemukan apakah laut itu, namun dia belum mengetahui apakah air itu.

(Anthony Bloom: Living Prayer, Libra, London, 1966, pp.105-106)

TERSESAT DI HUTAN

Seorang pria tersesat di hutan yang lebat dan gelap. Ia menjadi semakin ketakutan, ketika
cahaya siang hari memudar menjadi bayang-bayang senja dan gelap karena malam. Ia
menjadi putus asa setelah tiga hari tiga malam menderita karena tersesat.
Akhirnya, pada hari ke empat, pada sore harinya, ia melihat sesuatu yang ia pikir adalah
monster yang mendekati dia dari jauh. Ia mengisi saku-sakunya dengan batu-batu untuk
melempar dan menyiapkan tongkat dari batang yg ang berat untuk menjaga dirinya.
Jantungnya berdetak kencang didadanya. Keringat ketakutan berkumpul di dahinya ketika
bayangan monster terlihat besar dan menjulang mendekatinya. Tampaknya setinggi manusia.
Dia berjongkok dibelakang semak-semak. Ia meraih batu yang tajam dan bersiap untuk
menyerang. Ia terdiam kaku dalam ketakutan ketika monster semakin mendekatinya.

Kemudian, ia menyadari bahwa monster yang mengerikan itu ternyata manusia. Ia


melemparkan batu jatuh-jauh, namun mencengkram erat tongkatnya untuk berjaga-jaga.
Ketika manusia yang ternyata lelaki itu muncul, ia melempar tongkatnya jauh-jauh, dan
tangannya langsung memegang bahu lelaki itu. Ternyata lelaki itu saudaranya sendiri!

Ia memeluk saudaranya dengan penuh syukur dan cinta. “Terima kasih Tuhan, kau datang
untuk mencari aku. Tolong tunjukkan jalan keluar dari hutan ini.”

Saudaranya menjawab dengan berlinang air mata: “Aku juga tersesat, saudaraku. Namun, aku
dapat menunjukkanmu jalan yang tidak dapat kita lalui. Bersama-sama kita akan menemukan
jalan keluar.”

MAKAN MALAM BERSAMA JENDERAL

Suatu hari, seorang Jenderal Angkatan Darat mengundang Biksu Budha bernama I-hsiu di
kantor pusat militernya untuk makan malam. I-hsiu tidak terbiasa memakai pakaian mewah,
dan dia hanya mengenakan jubah tua yang sederhana ke markas militer.

Ketika ia mendekati markas militer, dua tentara muncul dan berteriak, “Dari mana datangnya
pengemis ini? Perkenalkan dirimu! Kau tak diperbolehkan berada di sekitar sini!”

“Namaku Guru Dharma I-hsiu. Aku diundang makan malam oleh Jendral Anda.”

Dua tentara itu memeriksa pendeta dengan seksama dan berkata,”Kau bohong. Bagaimana
bisa Jenderalku mengundang seorang pendeta lusuh? Dia mengundang Yang Mulia I-hsiu ke
markas kami untuk upacara hari ini, bukan kau. Sekarang, pergilah!”


I-hsiu tidak dapat meyakinkan tentara-tentara itu bahwa dialah tamu yang diundang, lalu ia
kembali ke kuil dan mengganti jubahnya menjadi jubah upacara formal untuk acara makan
malam ini. Ketika ia kembali ke markas militer, para tentara mengamati bahwa ia adalah
pendeta Buddha yang mulia, dan mempersilahkan masuk dengan hormat.

Pada saat makan malam, I-hsiu duduk didepan meja yang penuh dengan makanan, tetapi
bukannya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, ia justru mengambil makanan dengan
sumpit dan menaruhnya di dalam lengan bajunya.

Sang Jenderal penasaran, dan membisikina, “Ini sangat memalukan. Apakah kau ingin
mengambil makanan untuk dibawa ke kuil? Aku akan memesan koki untuk menyiapkan
pesanan untuk anda.”

“Tidak.” Jawab pendeta. “Ketika aku datang ke sini, aku tak diperbolehkan masuk ke markas
oleh prajuritmu, sampai akhirnya aku memakai jubah upacara ini. Kau tidak mengundangku
untuk makan malam, kau mengundang jubahku. Karena itulah jubahku yang memakan
makanan ini, bukan aku.”

(Available from: http://www.geocities.com/Tokyo/Courtyard/1652/MilitaryDinner.html)

RAKSASA

Pada suatu ketika, di sebuah desa sepi yang dikelilingi perkebunan zaitun hidup seorang anak
muda bernama Hassan. Tepat disebelah desa itu adalah pegunungan.

Setiap pagi, pria dan wanita akan pergi menuju ladang; para gadis muda bermalas-malasan
berjalan ke air terjun untuk mengisi kendi air untuk persediaan harian sedangkan anak-anak
bermain di halaman. Kehidupan di desa terlihat begitu indah. Hanya ada satu hal yang
merusak kebahagiaan penduduk desa, yaitu ada seorang raksasa yang besar, jelek dan
menakutkan, dan penduduk percaya raksasa itu tinggal dipuncak gunung. Setiap orang takut
pada raksasa itu. Penduduk desa akan berlari meninggalkan ladang, terkadang berjalan
dengan berjinjit. Mereka akan mendiamkan anak-anak mereka dan berkata, “Jangan membuat
keributan, jika kalian ribut raksasa akan terganggu dengan kebisingan kalian dan ia akan


datang dan menyerang kita.” Dan ketika anak-anak nakal atau menolak untuk tidur, orang tua
mereka akan mengancam dengan berkata, “Jika kalian tidak patuh kepada kami dan nakal,
raksasa akan datang dan memakanmu.” Anak-anak jadi ketakutan sehingga mulai bersikap
tenang.

Suatu hari tiba musim panen zaitun, Hasan menyuruh bibinya Um Hamed, “katakan padaku
bibi, mengapa penduduk desa begitu takut pada raksasa?”

Um Hamed menghela nafas dan berkata, “Oh Hasan! Berapa kali kau tanyakan hal ini?”

Raksasa adalah mahluk yang sangat besar dengan bulu-bulu yang lebat. Dia mempunyai satu
mata tepat di dahinya dan kuku yang tajam dan gigi yang tajam, runcing dan besar. Kau
harusnya selalu waspada karena makanan favoritnya adalah anak muda seperti kau. Sekarang
berhenti menggangguku dengan pertanyaan yang tak berujung, dan kembali bekerja.”
Hasan tidak puas dengan jawaban Um Hamed dan ingin tahu lebih banyak tentang Raksasa,
lalu ia pulang ke rumah dan bertanya pada ayahnya, Yaha: Pernahkan kau melihat raksasa?”

Ayah Hasan berpikir sejenak kemudian berdeham dan berkata, “Tidak, Hassan, aku belum
pernah melihatnya tapi aku mengetahui fakta bahwa ia sangat mengerikan dan berbahaya.”

Hassan kemudian beralih kepada ibunya dan bertanya, “Bagaimana denganmu Yumma,
apakah kau pernah mendengar tentang raksasa?”

Ibu Hasan terkejut dan berkata, “Tidak, aku tidak pernah mendengarnya, tapi aku tahu fakta
bahwa raungannya sangat kencang seperti singa. Demi Tuhan Hasan, janganlah kau
mengganggu raksasa itu.”

Hasan berkata pada dirinya sendiri, “Hmm sepertinya orang-orang di desa takut pada raksasa
walaupun tak ada satupun yang pernah mendengar atau melihatnya. Mungkin memang tak
ada, atau mungkin memang ada raksasa itu tapi tidak menakutkan seperti kata penduduk. Aku
harus mencari tahu sendiri. Aku sudah lelah berjalan jinjit di sekitar desa dan semua
menyuruh diam. Aku ingin lompat dan berteriak, menjerit dan tertawa, dan mendaki gunung
juga. Besok pagi aku akan memulai perjalananku mendaki gunung. Aku tak akan
membiarkan orang menghentikanku.”
Keesokan harinya para penduduk mendapatkan kabar tentang perjalanan Hasan mendaki
gunung. Beberapa orang mengaguminya dan berkata, “Sungguh anak muda yang kuat dan
berani. Mungkin dia bisa menyelamatkan kita dari raksasa.”

Sebagian berkata, “Sungguh anak muda yang keras kepala dan bodoh. Perhatikan kata-kata
kami dia mungkin akan dimakan oleh raksasa dan dia akan membuat marah raksasa itu dan
melampiaskan murkanya pada kita, penduduk miskin.”

Pagi-pagi sekali di keesokan harinya, Hasan memulai perjalanannya mendaki gunung.


Penduduk desa melihatnya dari belakang pintu yang tertutup. Hasa merasakan sedikit
ketakutan tapi ia tak mau menunjukannya lalu ia mulai melantunkan suaranya.

“Aku tidak takut kepada raksasa besar dan berbulu! Aku Hasan sang pemberani! Hasan yang
tidak takut! Aku tidak takut! Aku tidak takut!”

Hasan berjalan dan mendaki gunung sampai pada puncaknya. Ia melihat sekelilingnya dengan
hati-hati tapi ia tak menemukan hal yang menakutkan. Ia bernafas lega dan berteriak dari
puncak dan berharap warga desa akan mendengarnya: “Aku tidak takut pada raksasa besar
dan berbulu. Aku Hasan sang pemberani. Hasan yang tak takut. Lihatlah aku melompat.
Lihatlah aku berteriak. Aku tidak takut. Aku tidak takut.”

Tiba-tiba, Hasan mendengar suara dibelakangnya. Dia mendengar langkah kaki dari mahluk
yang besar dan berat. Dengan cepat ia berbalik dan menemukan dirinya berhadapan dengan
sang raksasa.

Raksasa itu persis seperti penduduk desa menggambarkannya. Dia mempunyai bulu yang
lebar dengan kuku yang panjang dan tajam, dan satu mata tepat didahinya. Hasan terpaku
ketakutan. Dia berharap bahwa ia mendengarkan penduduk desa dan tidak pernah
meninggalkan desanya. Raksasa itu datang dan semakin dekat kemudian memutari Hasan
dengan hati-hati dan tiba-tiba berlari sambil meraung dan merintih.
Hasan menghela nafas lega. Dia tak percaya bahwa raksasa yang ditakuti oleh penduduk desa
itu juga memiliki ketakutan yang sama dengan dirinya. Hasan lalu mengikuti raksasa itu
menuju gua dan memanggilnya. “Raksasa! Raksasa!dimana kau?”

Raksasa itu menjawab dengan suara yang gemetar. “Pergilah kau anak muda, pergi. Aku
tidak pernah menyakitimu.”

Hasan berkata dengan takjub, “Tapi, kau adalah Raksasa dan semua orang takut kepadamu!”
Raksasa itu menggaruk kepalanya dengan bingung dan berkata, “Takut kepadaku?! Sungguh
aneh! Manusia takut kepadaku dan aku juga takut pada mereka.”

Hasan tertawa dengan keras dan berkata, “Mengapa kau takut pada mereka padahal kau
adalah raksasa?”

Sang raksasa berkata dengan gemetar, “Para penduduk itu terlihat sangat menakutkan bagiku.
Mereka mempunyai dua mata sedangkan aku hanya punya satu. Mereka tidak mempunyai
rambut tebal sepertiku dan mereka mempunyai suara yang melengking. Yang paling
menakutkan adalah mereka suka makan Raksasa.”

Hasan tertawa dan berkata, “Itu mustahil! Kami tidak memakan raksasa. Raksasa lah yang
memakan manusia.”

Raksasa berkata, “Memakan manusia? Yuck...hilangkan pikiran itu! Kami, raksasa hanya
memakan serangga dan tumbuh-tumbuhan.”

Mendengar ini Hasan berkata, “Para penduduk desa akan senang dan lega mendengar ini.”
Raksasa itu menatap Hasan cukup lama kemudian ia tertawa terbahak-bahak dan berkata,
“Walaupun kau terlihat aneh dan menakutkan bagiku, tapi aku merasa kau baik.”

Hasan dan sang raksasa tertawa dengan keras dan berlari-lari untuk bermain bersama.

Sejak saat itu sang Raksasa menjadi sahabat baik penduduk desa. Dia melindung mereka dari
bahaya dan membantu pekerjaan sehari-sehari sekaligus bermain dengan anak-anak mereka.
(By Taghreed A. Najjar, Al-Salwa Publishing House, published 2002, Standno.5.0 D953)

KISAH DUA WANITA

Seorang wanita tinggal di sebuah kota, dan ketika dia tiba di pintu gerbang, penjaga berkata
kepadanya,

“Seperti apakah penduduk kota tempatmu berasal?”


Dia menjawab, “Mereka pemarah, suka bertengkar, bergosip dan umumnya tidak
menyenangkan.”

Penjaga itu kemudian berkata, “kau akan menemukan orang-orang yang sama seperti itu, jadi
aku sarankan kau melanjutkan perjalananmu.”

Wanita kedua datang, dan penjaga pintu gerbang bertanya hal yang sama, dan wanita itu
menjawab, “Penduduk kota dimana aku berasal sangat baik dan perhatian. Mereka tangguh
dalam masa-masa sulit dan selalu berbagi denganku dan ramah dengan pendatang.”

Penjaga itu kemudian berkata, “Masuklah, kau akan mendapati orang-orang disini yang
ramah dan penolong.”

LELAKI BUTA DAN GAJAH

Suatu hari, tiga orang pria buta bertemu satu sama lain dan berbincang tentang banyak hal.
Tiba-tiba salah satu dari mereka bercerita, “Aku mendengar bahwa gajah itu adalah binatang
yang aneh. Sayang sekali kita buta dan tak dapat melihatnya.”
“Ah, benar, sayang sekali kita tidak mempunyai keberuntungan untuk melihat binatang
aneh,” yang lain menyesalkan.

Pria yang ketiga, sedikit terganggu dan ikut menimpali, “Melihat? Lupakanlah! Hanya
dengan merasakan saja itu sudah bagus.”
“Ya, itu benar. Jika ada cara untuk menyentuh gajah, kita akan dapat mengetahuinya.”
Merekapun sepakat.
Kebetulan seorang pedagang dengan rombongan gajah lewat, dan mendengar pembicaraan
mereka. “Hei, kawan, apa kau benar-benar ingin merasakan seekor gajah?” Ikutilah aku, aku
akan menunjukkanmu.” ia berkata.

Pedagang itu meminta mereka untuk duduk di tanah dan membimbing pria buta pertama
untuk merasakan gajah. Dengan tangan terulur, ia menyentuh kaki depan kiri dan kanan.
Setelah itu ia merasakan kedua kaki dari atas hingga bawah, dan dengan wajah berseri ia
berkata, “Jadi, binatang aneh seperti itu.” Kemudian dengan perlahan ia kembali ke grupnya.

Selanjutnya pria buta kedua dituntun ke bagian belakang gajah. Dia menyentuh ekor yang
berkibas beberapa kali, dan ia berseru dengan puas,”Ha! Sungguh binatang yang aneh! Benar-
benar aneh! Aku tahu sekarang. Aku tahu.” Ia segera menyingkir.

Pria buta ketiga datang, dan ia menyentuh belalai gajah yang bergerak bolak-balik memutar
dan ia berpikir, “Baiklah! Aku telah belajar.”

Ketiga pria buta itu mengucapkan terima kasih pada pedagang dan melanjutkan perjalanan.
Masing-masing-masing merasa gembira dengan pengalaman itu dan begitu banyak hal untuk
dikatakan.

”Mari kita duduk dan berdiskusi tentang binatang aneh ini,” pria buta kedua berkata,
memecahkan keheningan.

“Ide yang bagus. Sangat bagus,” dua temannya setuju. Tanpa menunggu yang lain duduk
dengan nyaman, pria kedua berseru,”binatang aneh ini seperti kipas jerami berayun bolak-
balik untuk menghembuskan angin. Namun ia tidak besar atau kuat. Bagian utama agak
tipis.”

“Tidak, tidak!” Pria buta pertama berteriak tidak setuju. “Binatang aneh ini seperti dua pohon
besar tanpa cabang.”
“Kau berdua salah.” Pria ketiga menjawab. “Binatang aneh ini seperti ular; panjang dan
melingkar, dan sangat kuat.”
Begitulah mereka berdebat! Setiap orang bersikeras paling benar. Tentu tidak ada kesimpulan
karena tidak seorang pun memeriksa seluruh gajah. Bagaimana bisa seseorang
menggambarkan sesuatu secara menyeluruh kecuali dia telah belajar seluruh bagian?

(From: Kuo, Louise and Kuo,Yuan-Hsi (1976),“Chinese Folk Tales,”Celestial Arts:231


Adrian Road, Millbrae, CA94030,pp.83-85)

CINTAILAH TETANGGAMU SEPERTI MENCINTAI DIRIMU SENDIRI

Tradisi Hassidic Yahudi menceritakan tentang seorang Rabbi yang mengklaim bahwa ia telah
belajar arti dari mencintai tetangga seperti mencintai diri sendiri dari dua orang petani
(Leviticus 19:18 “Janganlah engkau menuntut balas atau menaruh dendam terhadap orang
lain, tetapi cintailah tetanggamu seperti kau mencintai dirimu sendiri”).

Seorang berkata kepada yang lain : Ivan, apakah kau mencintaiku?”


Ivan menjawab : Tentu saja aku mencintaimu, Vladimir
Vladimir bertanya : Ivan, apakah kau tahu apa yang menyebabkan aku sakit?
Ivan menjawab : Vladimir, bagaimana aku tau penyebab kau sakit?
Vladimir berkata kepada Ivan : Ivan, jika kau tahu apa yang menyebabkan aku sakit –
bagaimana kau sungguh mencintaiku?

Jika kita benar-benar mengklaim bahwa kita peduli terhadap pihak-pihak yang terlibat
konflik, maka itu adalah tugas kita, dan tugas penting kita adalah, untuk mencari dan
memahami apa yang menyebabkan rasa sakit lainnya.

RUBAH DAN BANGAU

Seekor rubah yang egois mengundang bangau untuk makan malam dirumahnya di sebuah
pohon yang berlubang. Pada malam itu, bangau terbang menuju rumah rubah dan mengetuk
pintunya dengan paruhnya yang panjang. Rubah membuka pintu dan berkata, “Mari masuk
dan nikmati hidanganku.”

Bangau dipersilahkan untuk duduk di meja. Dia sangat lapar dan tercium aroma makanan
yang lezat! Rubah menyajikan sup di dalam mangkuk yang dangkal dan ia menjilat supnya

dengan cepat. Namun, bangau tidak dapat memakannya karena mangkuk itu terlalu dangkal
untuk paruhnya yang panjang. Bangau miskin itu hanya bisa tersenyum sopan dan tetap
kelaparan.

Rubah egois itu bertanya, “Bangau, kenapa kau tak memakan supmu? Apakah kau tak suka?”
Bangau menjawab, “Kau sangat baik mengundangku makan malam. Besok malam, silahkan
bergabung denganku untuk makan malam dirumahku.”

Hari berikutnya, ketika rubah tiba di rumah bangau, ia melihat sang bangau juga menyiapkan
sup untuk makan malam. Kali ini sup disajikan di kendi yang tinggi. Sang bangau dapat
menghirup sup itu dengan mudah tapi rubah tidak dapat menjangkau ke dalam kendi yang
tinggi. Kali ini gilirannya untuk merasakan lapar.

TETANGGA

Seorang Mujtahid Agung, Sayyed Jawad Ameli sedang menikmati makan malamnya ketika
kemudian seseorang mengetuk pintu rumahnya. Itu adalah hamba dari tuannya, Ayatullah
Sayyed Mehdi Bahrul Uloom, yang berkata:
“Tuanmu menyuruhmu untuk datang segera. Beliau baru saja duduk untuk makan malam
namun menolak untuk makan sampai ia bertemu denganmu.”

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Sayyed Jawad Ameli meninggalkan makan malamnya dan
segera menuju kediaman Ayatullah Bahrul Uloom. Ketika ia masuk, tuannya terlihat tidak
suka dan berkata: “Sayyed Jawad! Kau tidak takut kepada Allah! Tidakkah kau malu
dihadapan Allah?”

Hal ini membuatnya terkejut, dia tak dapat mengingat hal yang membuat murka tuannya.
Dia berkata : “Tuanku, tolong tunjukkan dimana kesalahanku.”
Ayatullah Bahrul Uloom menjawab: “Sudah seminggu tetanggamu dan keluarganya tanpa
gandum dan nasi. Ia berusaha membeli kurma dari toko dengan berhutang namun penjaga
toko menolaknya untuk memberikan hutang lagi. Ia pulang dengan tangan hampa dan mereka
tidak ada makanan sepotong pun.”

Sayed Jawed terkejut. “Demi Allah,” dia berkata, “Aku tak tahu sama sekali tentang hal ini.”
Ayatullah Uloom menjawab “Karena itulah aku lebih tak senang. Bagaimana bisa kau tidak
menyadari tetanggamu sendiri? Tujuh hari kesusahan telah berlalu dan kau katakan tak tahu
tentang hal ini. Jika kau mengetahui hal ini dan mengabaikannya, maka kau bukan seorang
muslim,”.

Lalu dia memerintahkan Sayed Jawadun mengambil semua makanan untuk tetangganya.
“Duduklah dan makan bersama dia, agar dia tak merasa malu. Dan ambil sejumlah uang ini
untuk masa depannya. Letakkan dibawah bantal atau karpet agar ia tak merasa terhina, dan
beritahu aku ketika pekerjaan ini selesai, hingga aku bisa makan lagi. Aku bukanlah lelaki
yang dapat tidur pulas ketika tetanggaku tidur dalam kelaparan.”

Nabi Muhammad SAW


(Availablefromhttp://www.ezsoftech.com/stories/mis40.asp)
BINTANG LAUT

Pada suatu ketika, ada seorang lelaki bijak yang pergi ke laut untuk menulis. Dia mempunyai
kebiasaan berjalan di pantai sebelum melakukan pekerjaannya. Suatu hari, ketika berjalan di
sepanjang pesisir, dia melihat ke arah pantai dan melihat sesosok manusia seperti sedang
menari. Dia tersenyum sendiri dan berpikir siapa yang menari, kemudian ia melangkah cepat
untuk mendekat.

Ketika dia mendekat, dia melihat seorang anak muda dan ia tidak menari, tapi ia sedang
berjalan menuju pantai, meraih sesuatu dan dengan lembut melemparnya ke laut.

Ketika semakin mendekat, ia berteriak, “Selamat pagi! Apa yang kau lakukan?”
Lelaki muda itu menghentikan aktivitasnya, dan menjawab, “Melempar bintang laut ke dalam
lautan.”
“Sepertinya aku harus bertanya, mengapa kau melempar bintang laut ke laut?”
“Matahari naik dan air pasang akan keluar. Dan jika aku tidak melempar mereka, mereka
akan mati.”
“Tapi anak muda, tidakkah kau sadar bahwa bermil-mil panjangnya pantai disertai bintang
laut, kau tak mungkin membuat perbedaan!”

Anak muda itu mendengarkan dengan sopan. Kemudian membungkuk dan mengambil
bintang laut yang lain dan melemparkan ke laut, memecahkan gelombang.
“Hal tadi telah membuat satu perbedaan!”

Respon anak muda itu mengagetkan lelaki itu. Ia marah. Ia tak tahu bagaimana menjawabnya.
Kemudian ia berbalik dan berjalan pulang menuju penginapan untuk memulai menulis.

Sepanjang hari ia menulis, bayangan anak muda itu menghantuinya. Dia berusaha untuk
mengabaikan, tetapi bayangan itu tetap hadir. Akhirnya, ketika sore menjelang malam dia
menyadari bahwa dia adalah ilmuan, dia adalah penyair, dia telah menghilangkan sifat
penting dari tindakan anak muda itu. Karena dia telah sadar bahwa apa yang dilakukan anak
muda itu bukan memilih untuk jadi pengamat alam semesta ini, tetapi membuat perbedaan. Ia
merasa malu.

Malam itu ia tidur kurang nyenyak. Ketika pagi datang ia terbangun dan merasa harus
melakukan sesuatu. Dia bangkit, memakai bajunya, lalu pergi ke pantai dan menemui anak
muda itu. Dan bersama-sama dia habiskan sisa pagi itu dengan melemparkan bintang laut ke
dalam lautan.

(Adapted from The Star Thrower byLoren Eiseley 1907–1977)

STUDI KASUS

Pendidik dan fasilitator dapat menggunakan studi kasus berdasarkan situasi kehidupan nyata
manusia dan menyediakan materi untuk diskusi tentang masalah etika dan situasi yang
berdampak pada martabat dan hak asasi manusia. Studi kasus yang ditulis dengan baik dapat
membawa anak-anak dan anak muda menuju dunia lain yang disajikan dari sudut pandang
subjek. Studi kasus juga dapat menyajikan isu-isu yang familiar, yang dapat membantu
peserta merefleksikan pada situasi mereka sendiri tanpa mengubah mereka.

Melalui studi kasus, anak-anak, dan orang muda dapat menganalisa situasi yang familiar atau
benar-benar asing bagi mereka. Studi kasus dapat menjadi alat yang penting dalam
mengembangkan empati, karena informasi yang disajikan dari sudut pandang subjek lebih

dari sekedar ‘laporan berita’. Studi kasus dan pilihan yang disajikan dapat membantu
membangun identifikasi kuat tentang subjek itu.

Penggunaan studi kasus dapat mendorong berpikir kritis dan kemampuan analisa juga
membangun kemampuan anak-anak dan anak muda untuk mengajukan pertanyaan dan
diskusi alternatif. Studi kasus juga membantu anak-anak dan remaja memeriksa sikap dan
perilaku melalui kehidupan orang lain.

Studi kasus tidak selalu membutuhkan solusi; mereka menggambarkan situasi yang mungkin
sudah memiliki ‘akhir’ atau ada kesimpulannya. Mereka selalu mengambil dari kehidupan
nyata.

Jika anda menggunakan studi kasus tentang kekerasan pada anak, anda dapat menggunakan
pengembangan materi yang berhubungan dengan Laporan dunia tentang kekerasan terhadap
anak-anak.
STUDI KASUS 1

PERASAAN BURUK CHRIS DI PAGI HARI

Hari ini adalah hari Senin pagi dan Chris tidak mau bangun dan pergi ke sekolah. Kasur
terasa hangat dan cuaca dingin diluar. Dia juga tahu bahwa dia belum menyelesaikan
pekerjaan rumahnya dan harus diserahkan hari itu. Dia membuka matanya perlahan dan
mengenali anjingnya, Prowler berbaring dilantai mengunyah sepatu barunya.

“Prowler, keluar dari sini!” dia berteriak marah, melompat dari tempat tidur. Prowler berlari
dan bersembunyi di sudut kamar.
Kemudian dengan perlahan ia berganti pakaian, menggosok giginya dan turun ke bawah.
“Mengapa bukan akhir pekan?” pikirnya.

Chris lalu menikmati sarapan, meraih tasnya dan pergi menuju halte bus. Anak-anak sedang
bermain bola. Saat ia membungkuk dan meletakkan tasnya dibawah, tiba-tiba bola melayang
dan mengenai kepalanya. “Aduh!” ia berteriak, “Siapa yang melakukan?” Ternyata Shawn
yang berteriak mengaku. “Aku sungguh tidak sengaja,” anak-anak yang lain tertawa. Chris
sangat marah.

“Oh iya, benar tak sengaja, kau memang bodoh. Mari kita lihat agar kau tahu rasanya!” Dan
kemudian, ia mengangkat bola dan melemparkan bola kembali ke Shawn, lalu memukul
perutnya. Shawn berteriak, “Hey ini tidak adil. Kau terkena bola dengan tidak sengaja, tapi
yang kau lakukan tadi disengaja. Kau jahat.”

Kali ini Shawn melempar bola dengan keras ke kaki Chris. Chris menubruk Shawn dan
mendorongnya. Jika tak ada teman-teman yang melerai, akan terjadi perkelahian yang
dahsyat dengan salah satunya akan terluka.

Apa menurutmu dan jelaskan reaksi Chris ketika terkena bola?


Ø Dapatkah Chris bereaksi dengan cara yang berbeda?
Ø Bagaimanakah situasi itu dapat dihindari?
Ø Apa yang seharusnya Chris lakukan selanjutnya pada hari itu ketika ia telah tenang?

STUDI KASUS 2 - PENYENDIRI ATAU TERBUANG

George adalah seorang murid kelas 2 SMP di sekolahmu. Kau menyukainya dan dia selalu
ramah dan mengucapkan ‘hai’. Keramahan ini membuatnya sangat populer pada hampir
semua orang, dan ia dianggap memiliki kemampuan memimpin yang baik.

Namun, kau harus menyadari George tampaknya mempunyai masalah dengan salah satu
temannya, Siffan. Siffran berasal dari Yordania dan ayahnya membawa keluarganya ke
kotamu ketika ia mendapatkan pekerjaan sementara.

Siffan selalu sendirian dan ia tampaknya tak terlalu suka belajar bersama teman sekelasnya.
George tampaknya berpikir bahwa Siffan tidak suka berteman dan menganggap dirinya lebih
baik daripada teman sekelasnya.

Siffan beberapa kali bertindak tak menyenangkan terhadap George, yang membuatnya
berkomentar negatif tentang Siffan, seringnya berkaitan dengan warna kulit dan perilaku
budaya.

Tidak banyak anak-anak dari negara Arab di sekolahmu dan sebagian anak-anak mengolok
mereka. Tentunya, ini juga terjadi pada Siffan beberapa kali.

Minggu lalu ayah Siffan pergi ke Amman, Yordania untuk rapat bisnis. Ketika disana, ia
terbunuh terkena bom di salah satu hotel. Peristiwa ini diketahui seluruh sekolah dan para
guru menyampaikan belasungkawa kepada Siffan dan keluarganya.

Siffan kembali ke sekolah namun tak ada satu pun teman sekelasnya yang berbicara
dengannya. Sejak itu ia tampaknya tak punya teman di sekolah, ia sendirian dengan
kesedihannya.

Menurutmu apa yang dirasakan Siffan?


Ø Bagaimana perasaanmu tentang kondisi Siffan?
Ø Apa yang seharusnya George lakukan?
Ø Apa yang kau lakukan jika kau adalah George?
Ø Apa peranan George sebagai teman sekelas Siffan dan pemimpin di sekolah?
Ø Apa kau pikir Siffan butuh berbicara dengan seseorang?
Ø Apa menurutmu yang akan dilakukan Siffan jika ia berada diposisi George?

STUDI KASUS 3 – KISAH ANA

“Aku dulu tinggal di Alto Baudo, Kolombia, sampai suatu peristiwa dikotaku membawaku
laridan menemukan tempat perlindungan di Esmeraldas, Ekuador. Namaku Ana.”
“Daerah kami telah diganggu oleh kelompok gerilya bersenjata dalam beberapa tahun.
Beberapa tahun mereka pergi, di lain waktu mereka melakukan penggerebekan rumah-rumah
yang mereka anggap telah mengkhianati mereka.

Suatu hari, mereka memanggil semua orang di kota untuk berkumpul. Mereka menuduh adik
lelakiku Andresbekerjasama dengan pihak lain, Paramiliter. Mereka tidak memberikan
kesempatan Andres untuk menjelaskan tapi langsung menembaknya tepat di kepala, di alun-
alun, didepan semua orang. Ia mempunyai istri yang masih muda dan tiga orang anak.

Sebagai kakak, aku juga dicurigai tapi akutelah diberitahu untuk meninggalkan kota, atau
mereka akan membunuh anak-anakku juga. Tanpa banyak waktu untuk mengemasi
pakaianku, aku pergi bersama enam orang anakku, kakak ipar dan tiga orang anaknya.

Umurku 49 tahun dan aku mempunyai delapan orang anak. Yang satu sekolah di Quibdo
namun ia bergabung dengan kelompok gerilya, kelompok yang sama yang telah
mengancamku dan membunuh Andres. Salah satu anak perempuanku bekerja dengan
Paramiliter. Dapatkah kau bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka bertemu?

Kehidupan di Esmeralda tidaklah mudah bagi enam orang anakku dan diriku sendiri.Aku
berjualan buah-buahan dan mendapatkan uang yang hanya cukup untuk menyewa kamar
yang kecil dimana aku tinggal dengan anak-anakku. Carlos, salah satu anak lelakiku bekerja
di kantor pos, meskipun dia belum menerima uang dalam tiga bulan terakhir. Jorge, 16 tahun,
dipenjara minggu lalu karena ia dituduh mencuri jam tangan. Kami tidak mempunyai uang
untuk makan.

Anak-anakku yang lain tidak mendapatkan pekerjaan dan aku tak mampu mengirim mereka
ke sekolah. Terkadang tetanggaku memanggil kami pengedar narkoba, anggota pasukan
gerilya dan mereka memperlakukan kami seperti penjahat.Bagaimanapun, kehidupan disini
lebih baik daripada kembali lagi ke Kolombia dan perang. Aku tak pernah berpikir masalah
disana akan dapat diselesaikan. Selama kelompok bersenjata masih ada di daerah itu, aku tak
akan kembali ke kotaku.

Kami telah menemukan tempat perlindungan di Esmeralda. Tapi bagaimana kami akan
hidup? Apa pilihan yang aku punya? Aku khawatir dengan anak-anakku yang masih muda.
Mereka tak bisa pergi ke sekolah sejak aku tak mampu membayar uang sekolah.Apa yang
akan mereka lalukan sepanjang hari? Aku takut mereka akan bergabung dengan geng
kriminal dan bermasalah dan lalu berakhir di penjara atau jalanan. Hidup ini hanyalah
penderitaan.

Apa yang kau rasakan tentang Ana?


Ø Apa yang dapat ia lakukan untuk membuat hidupnya lebih baik bagi dirinya dan anak-
anaknya?
Ø Siapa yang dapat ia mintai tolong?

Ø Apa yang akan kau lakukan jika dalam situasi seperti Ana?
Ø Apakah ada orang-orang seperti Ana di kotamu?
Ø Apakah kau dapat membantu mereka, dengan cara apapun?

STUDI KASUS 4 – KISAH MARIA

Maria, kini berumur 16 tahun mempunyai ayah tiri yang kasar. Sebelum dia memukul Maria,
ia mendengar dia memukul ibunya. Ketika Maria berusia 8 tahun, ayahnya bertanya
kepadanya jam berapa sekarang dan dia melakukan kesalahan karena.

Maria berkata: “Dia memukulku sangat keras hingga aku jatuh dan memukul kepalaku diatas
sofa. Dia kemudian mulai menendangku.Aku sangat takut hingga aku mengompol.”

Kekerasan berlanjut, namun Maria tidak merasa ia dapat bercerita pada seseorang. “Aku tidak
mau berbicara pada seseorang di sekolah atau memberitahuibuku, karena ia sudah
mempunyai banyak masalah lain yang harus dikhawatirkan. Aku sangat takut memberitahu
kepada orang lain apa yang terjadi padaku, untuk berjaga-jaga jika hal ini diketahui oleh
ayah tiriku dan ia melampiaskan amarahnya padaku dan ibuku.

Kekerasan itu mempengaruhi segala aspek kehidupan Maria dan pendidikannya mulai
terganggu.

“Aku kehilangan tiga tahun masa pendidikan karena aku khawatir jika meninggalkan ibuku
sendirian bersamanya.Hal ini juga mempengaruhi kepercayaan diriku dan aku membiarkan
anak-anak lain disekolah untukmembulidan memperlakukanku dengan buruk.Aku tidak ingin
berbicara dengan seorang pun di sekolah dan bercerita pada ibuku, karena dia telah punya
banyak masalah yang dipikirkan.”

Akhirnya pihak sekolah peduli dan ketika Maria naik ke kelas 9, pada umur 13 tahun, mereka
mengundang konselor. Pada awalnya Maria merasa ia tak perlu berbicara kepada
penasehatnya, tapi akhirnya ia membuka diri.

“Aku awalnya tidak mempercayai dia, tapi setelah satu tahun, aku meceritakan semua yang
terjadi padaku. Dia menjadi seperti teman baik dan aku merasa aku dapat bercerita apapun
dan tak ada hal satu pun yang terlewatkan yang aku ceritakan.”

Namun walaupun ia masih tetap bertemu dengan konselornya, Maria terkena overdosis obat-
obatan dan dirawat di rumah sakit selama seminggu. Ia berkata,”Aku menyerah pada hidup
dan merasa tak ada alasan untuk tetap hidup.”

Maria dirujuk kepada konselor yang lain, dan juga menerima perawatan dari psikiater dan
dokter untuk membantu pemulihan.
Maria berkata: “Konseling dan dukungan dari psikiater dan dokter benar-benar membantuku.
Juga setelah membaca buku dan majalah, aku menyadari bahwa bukan hanya aku saja yang
mengalami masalah ini. Pemikiran bahwa bukan hanya aku saja yang mengalami hal ini
adalah salah satu sumber terbesar kenyamananku.”
Apa yang akan kamu lakukan pada situasi Maria?
Ø Bagaimana menurutmu kehidupan dia selanjutnya akan dipengaruhi oleh apa yang
telah terjadi padanya?
Ø Bagaimana anak-anak dapat terlindungi dari kekerasan dalam rumah?
Ø Bagaimana situasi hukum dinegaramu untuk anak-anak yang tinggal dilingkungan
yang keras, termasuk di rumah mereka?
Ø Bagaimana dan oleh siapa anak-anak seharusnya terlindungi dari kekerasan di dalam
rumah?
Ø Apakah kamu mempunyai teman sekelas yang menderita kekerasan dan siksaan di
rumah?
Ø Apa yang dapat kamu lakukan untuk membantu mereka dan memberikan dukungan
teman?
Ø Apakah menurutmu anak perempuan lebih tak terlindungi dari kekerasan dibanding
anak lelaki? Mengapa?
Ø Apakah kamu mempunyai kasus pembulian di sekolah? Bagaimanakah untuk
menghentikan hal ini?

DILEMA MORAL

Dilema moral menggambarkan situasi yang dibutuhkan untuk diselesaikan, Jika sebuah
masalah adalah dilema, itu berarti ada solusi pilihan yang muncul tanpa diinginkan, bahkan
untuk jangka pendek atau jangka panjang. Penyelesaian dilema seringnya menyangkut
pertanyaan etika yang sulit.

Berikut adalah beberapa petunjuk untuk membentuk dilema moralmu:


Ø Pastikan dilema menyangkut situasi dimana peserta dapat membuat keputusan mereka
sendiri. Ingatkan pentingnya orang muda untuk memilih.
Ø Gambarkan situasi dimana menyediakan kesempatan untuk memotong aturan
Ø Sajikan situasi dimana peserta dapat mempertanyakan tentang hal yang salah dan
benar
Ø Bimbing mereka pada titik dimana solusi terbaik muncul yang tak hanya
menguntungkan mereka tapi juga orang lain.

DILEMA MORAL 1 – MENYELAMATKAN KEHIDUPAN


Dua orang lelaki bepergian di padang pasir. Mereka hanya mempunyai satu botol air. Jika
mereka membaginya, mereka berdua akan mati. Jika salah satu meminumnya, ia akan
bertahan hidup, namun temannya tidak akan mampu.

Apa yang akan mereka lakukan? Satu pandangan berpendapat bahwa mereka sebaiknya
membagi air mereka, jadi tidak akan ada yang menyaksikan kematian teman mereka.
Pandangan lain berpendapat bahwa pemilik botollah yang dapat memprediksi untuk
membawa botol air, karena itu sebaiknya ia yang meminum air.

Kita memiliki tafsiran yang bertentangan. Bagaimana kita mempertimbangkan pandangan


yang berbeda? Siapa yang hidupnya diutamakan? Bagaimana jika yang bepergian adalah
seorang anak kecil dan seorang dewasa? Bagaimana jika yang bepergian adalah pria dan
wanita? Bagaimana kita mengukur nilai kehidupan?

DILEMA MORAL 2 – PERMAINAN BOLA BASKET

Olimpiade bola basket antar sekolah akan dimulai di kotamu. Tim sekolahmu memenangkan
Olimpiade tahun lalu dan dianugerahi medali emas untuk permainan yang adil.

Tahun ini lebih banyak sekolah yang ikut. Dua pemain terbaik tidak ada di sekolahmu dan
kamu membutuhkan dua orang untuk menggantikan mereka. Pelatihmu akan ada diluar kota
selama tiga minggu dan memberimu tanggung jawab untuk menyeleksi dua pemain baru,
berdasarkan kriteria sebagai sebuah tim. Namun, pelatih telah membuat rekomendasi,
memastikan pemain yang terpilih setuju dan mengerti peraturan tim sebelum mereka
diterima, dan memastikan kamu memilih yang terbaik.

Kamu telah membuka proses seleksi dan hanya tiga orang yang terlihat berminat untuk
mendaftar. Kamu tidak punya waktu untuk memulai proses baru, jadi kamu harus memilih
dari tiga orang ini.

Tiga orang pelamar adalah :

Christian: 14 tahun
Tidak ada pengalaman bermain bola basket. Ingin belajar.
Bersedia untuk latihan : setiap sore

Hiran: 16 tahun
Pengalaman dua tahun. Dia adalah salah satu pemain sekolah terbaik kedua pada olimpiade
tahun lalu, namun dikeluarkan dari tim karena permainan yang curang. Beberapa orang
menduga sejak ia dikeluarkan ia mulai menggunakan narkoba.
Bersedia untuk latihan : 4 hari seminggu

Andres : 15 tahun
Pengalaman satu tahun
Bersedia untuk latihan : tiga hari seminggu

Ketika tim melakukan wawancara, mereka menjelaskan aturan-aturan tim


Ø Anggota tim berumur antara 15 dan 18 tahun
Ø Ada tiga sesi pelatihan selama tiga jam setiap minggu

Ø Setiap hari Sabtu, tim menerima pelatihan kepemimpinan. Sesi ini diwajibkan bagi
seluruh pemain
Ø Anggota harus menghadiri Perkemahan Pembentukan Tim selama minggu pertama
setiap bulan kedua
Ø Alasan hanya diterima jika sakit atau masalah keluarga

Christian berkata ia akan berumur 15 tahun tiga bulan lagi dan ia tidak dapat mengikuti
latihan pada Jumat sore, karena ia telah merencanakan rapat bersama komite pelajar di
sekolah.

Hiran tidak bermasalah dengan semua peraturan.

Andres menjelaskan dia tidak dapat mengikuti program di akhir pekan dikarenakan aturan
agama. Dia beragama Yahudi, dan Sabbath adalah hari untuk Tuhan.

> Siapa yang akan kamu pilih sebagai bagian dari tim kamu?
> Apakah peraturan tim telah cukup untuk bisa membuat keputusan?
>Baik Christian maupun Andres tidak dapat mengikuti seluruh aturan dalam tim, bagaimana
kamu dapat menyesuaikan keputusanmu dengan persyaratan yang dibuat oleh pelatih yaitu:
“Pastikan mereka setuju dan mengerti dengan aturan dalam tim”
> Jika kamu memutuskan tidak menerima Hiran, apakah alasannya? Bisakah pengeluaran
paksa dari tim sebelumnya menjadi alasan untuk tidak menerima ia bergabung dengan tim
kamu? Bisakah rumor mengenai penggunaan narkoba menjadi alasan untuk tidak menerima
dia?
> Jika kamu memutuskan tidak menerima Andres, apakah yang akan menjadi alasannya?
DILEMA MORAL 3 – MELINDUNGI SEBUAH KEBOHONGAN

Judy berusia 12 tahun. Ibunya menjanjikan dia untuk bisa pergi ke konser musik rock spesial
di kotanya jika ia dapat menabung uang yang cukup dari jasa menjaga bayi, dan menabung
dari uang makan siang untuk membeli tiket. Dia berhasil menabung hingga $20, lebih dari
cukup untuk tiket yang harganya $15. Ibu Judy kemudian mengubah pikirannya dan
mengatakan pada Judy bahwa ia harus membelanjakan uang itu untuk membeli buku sekolah.

Judy kecewa dan memutuskan untuk tetap pergi ke konser. Dia membeli tiket dan
mengatakan pada ibunya bahwa dia hanya bisa menabung 5 dollar. Pada hari Sabtu, dia pergi
ke konser dan mengatakan pada ibunya bahwa ia menghabiskan waktu sepanjang hari
bersama seorang teman. Satu minggu akhirnya berlalu tanpa ibunya mencari tahu.

Judy kemudian bercerita kepada kakak perempuannya, Louise, bahwa dia pergi ke koner dan
telah berbohong kepada ibunya. Louise bertanya dalam hati akankah menceritakan kepada
ibunya apa yang telah dilakukan Judy.

1. Haruskah Louise, sebagai kakak tertua, menceritakan kepada ibu mereka bahwa Judy
telah berbohong mengenai uang dan konser – atau sebaiknya ia tetap diam? Atas dasar apa ia
membuat keputusannya?
2. Kepada siapakah Louise memilika loyalitas yang kuat, kepada ibu atau kepada
adiknya? Mengapa?
3. Apakah fakta bahwa Judy mendapatkan uang sendiri penting dalam situasi ini?
Mengapa?
4. Ibu menjanjikan bahwa Judy dapat pergi ke konser jika ia mendapatkan uang. Apakah
fakta bahwa ibu mengingkari janjinya merupakan pertimbangan yang penting? Mengapa?
5. Secara umum, haruskah sebuah janji ditepati? Mengapa?
6. Apakah dapat membuat perbedaan seseorang yang dijanjikan sesuatu itu dekat
denganmu atau orang asing?
7. Tanggung jawab apa yang harus dilakukan Louise dalam situasi ini?

Adaptasi dari Penalaran Moral oleh Victor Grassian,Prentice Hall,1981.

DILEMA MORAL 4 – HARGA KEHIDUPAN

Di Eropa, seorang wanita menderita kanker dan berpegang erat pada kehidupan. Satu obat
mungkin menyelamatkan dia, yaitu radium, baru saja ditemukan oleh apoteker di kota yang
sama. Apoteker memberikan harga $2,000 untuk obat itu, sepuluh kali lebih dari biaya
produksinya.

Suami dari wanita yang sakit bernama Heinz, mengunjungi teman-teman dan keluarga untuk
meminjam uang, tapi dia hanya dapat mengumpulkan sekitar $1,000. Dia mengatakan pada
apoteker bahwa istrinya sedang sekarat dan meminta diskon atau kredit sementara. Apoteker
mengatakan tidak.

Sang suami menjadi putus asa dan merusak apotek tersebut dan mencuri obat untuk istrinya.
Ø Apakah tindakan apoteker menolak Heinz adalah benar? Mengapa?
Ø Apakah tindakan sang Suami merusak toko adalah benar? Mengapa?
Ø Apakah Suami tersebut mempunyai cara tindakan yang lain yang terbuka untuknya?
Ø Apa yang akan kamu lakukan jika kamu ada dalam situasi Suami tersebut?

Diambil dari Kohlberg, Lawrence. Dikumpulkan dari Makalah Pembangunan dan


Pendidikan Moral.Cambridge: Yayasan Riset dan Pendidikan Moral, Harvard University
Education Foundation, 1973.

DILEMA MORAL 5 – PERAHU KEHIDUPAN

Pada tahun 1842, sebuah kapal menabrak gunung es dan lebih dari 30 orang selamat dan
berkumpul di sebuah sekoci yang seharusnya hanya untuk tujuh orang.

Ketika badai mengancam, beban kapal sekoci harus diringankan jika ingin yang lain selamat.
Alasan kapten bahwa hal tepat yang dilakukan adalah memaksa beberapa orang untuk keluar
dari kapal dan tenggelam. Alasan Kapten untuk tindakan itu adalah bukan tidak adil
membuang mereka ke laut, tapi karena mereka juga akan tenggelam sendiri dengan cara
apapun. Jika ia tidak melakuka apapun, maka ia akan bertanggung jawab akan kematian dari
penumpang yang dapat diselamatkan.

Beberapa orang menentang keputusan Kapten. Mereka menyatakan bahwa jika tak ada yang
bisa dilakukan dan hasilnya semua orang mati, tak akan ada yang bertanggung jawaba akan
kematian ini. Dilain pihak, jika Kapten berusaha untuk menyelamatkan beberapa nyawa, dia
akan membunuh yang lain dan kematian mereka akan menjadi tanggung jawabnya.

Kapten menolak alasan ini. Karena satu-satunya penyelamatan yang mungkin adalah
memerlukan usaya yang sangat kuat untuk mendayung, Kapten lalu memutuskan yang

terlemah yang akan dikorbankan. Pada situasi ini, ia berpikir akan tampak tidak masuk akal,
untuk memutuskan mengundi siapa yang akan dilempar dari kapal. Dia kemudian memaksa
yang paling lemah untuk keluar dari kapal.

Ternyata, setelah beberapa hari mendayung dengan susah payah, para korban dapat
diselamatkan dan Kapten tersebut diadili atas tindakannya.

Ø Jika kamu berada di kapal tersebut, apa argumen yang kamu pakai : jika a) kamu
tampaknya yang akan dipaksa keluar dari kapal; atau b) kamu adalah salah satu yang terkuat
yang akan tetap tinggal di kapal?
Ø Jika kamu menjadi juri dalam persidangan Kapten tersebut, apa yang akan kamu
putuskan tentang kesalahannya?
Ø Apa hukumannya, jika kamu berpikir Kapten tersebut harus menerima?
Ø Apa yang akan kamu lakukan jika dalam posisi Kapten tersebut?

Adaptasi dari Alasan Moral oleh Victor Grassian, Prentice Hall, 1981.

DILEMA MORAL 6 - MENYONTEK

Sona mempunyai masalah dalam pelajaran kimia dan dia tak mendapatkan hasil yang bagus
pada ujian terakhir.

Namun, Sona belajar keras untuk ujian akhir dan merasa percaya diri akan melakukan dengan
baik. Ujian berlangsung lama tapi Sona menjawab hampir semua soal dan merasa dia
melakukan dengan baik sejauh ini. Namun, ada satu soal yang dia tidak dapat menjawab. Soal
ini bernilai 25% dari keseluruhan nilai. Waktu hampir habis.

Orang disebelah Sona telah menyelesaikan ujian dan dia mempunyai kesempatan untuk
menyalin jawaban dari pertanyaan yang dia tak dapat jawab. Profesor terbagi perhatiannya
menjawab pertanyaan dari pelajar lain dan Sona tahu bahwa dia dapat menyalin jawaban
dengan sangat cepat.

Jika Sona mendapat jawaban dari soal terakhir ini, dia akan lulus ujian dan juga mata
pelajarannya. Jika dia tidak menjawab soal terakhir, dia akan gagal dan harus mengulang
mata pelajaran selama semester selanjutnya.
Ø Menurutmu apa yang akan dilakukan Sona?
Ø Apa yang akan kamu lakukan bila dalam posisi Sona?
Ø Misalkan kamu menyontek. Jika guru bertanya padamu keesokan harinya apakah
kamu menyontek atau tidak, akankah kamu mengaku atau membuat suatu alasan?
Ø Jika seseorang menyontek di kelas, apakah menurutmu yang lain akan terpengaruh?
Mengapa dan Bagaimana? Mengapa tidak?

FILM DAN VIDEO

Film dan video dapat membantu peserta memasuki dunia lain dan belajar tentang situasi dan
kehidupan yang lain. Itu semua tergantung dari keahlian pembuat film, peserta juga dapat
mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, motivasi tindakan, dan rumitnya situasi
yang kita dihadapi.

Pendidik dan fasilitator dapat terhubung dengan mudah dengan anak-anak dan orang muda
dengan menggunakan film dokumenter yang menyajikan isu-isu sosial saat ini. Menonton
film dapat mendorong peserta untuk mengajikan pertanyaan tentang realitas di berbagai
belahan dunia yang berbeda, memperlihatkan isu hak asasi manusia dan belajar tentang cara
lain tanpa kekerasan untuk penyelesaian konflik.

Film adalah bagian dari budaya populer dan memerankan peranan penting di hiburan anak
muda; oleh karena itu, mereka dapat membawa anak-anak dan orang muda lebih dekat
dengan tema dengan cara yang menarik dan inspiratif. Sebuah diskusi film dapat membantu
peserta mengekspresikan ketakutan, pikiran, perasaan dan pemahaman tentang situasi
mereka. Sebuah aspek tambahan untuk didiskusikan adalah peranan media yang bermain
dalam budaya konsumtif.

Berikut daftar film yang telah dipilih untuk membantu fasilitator dan guru-guru menggunakan
film yang berhubungan dengan hak asasi manusia, pendidikan perdamaian, budaya dan
agama. Film-film ini dinilai oleh MPA (Motion Pictures Association) / Asosiasi Perfilman,
yang akan mempertimbangkan tema, bahasa, kekerasan, ketelanjangan, seks dan penggunaan

narkoba didalam materi untuk membuat keputusan rating. Rating ini biasanya dibuat oleh
orang tua dan sebuah cara yang bagus untuk memutuskan kepantasan sebuah film untuk
kelompok umur tertentu. Beberapa film tidak di rating oleh MPA; pada kasus ini,
kebijaksanaan fasilitator dibutuhkan untuk menggunakan film atau tidak.

Film-film dirating dengan klasifikasi sebagai berikut:


G : Penonton umum, semua umur diperbolehkan
PG : Bimbingan orang tua, beberapa materi tidak sesuai untuk anak-anak
PG-13 : Peringatan orang tua, beberapa materi tidak sesuai untuk anak-anak dibawah umur
13 tahun
R : Dibatasi, dibawah 17 membutuhkan bimbingan orang tua atau bimbingan orang
dewasa
NC-17 : Umur 17 dan dibawahnya tidak diperbolehkan

JUDUL SUTRADARA RATING PENJELASAN SINGKAT


Au revoir, les enfants Louis Malle PG Berkisah pada masa perang
dunia ke 2, di
sebuah sekolah asrama Katolik
pedesaan di Prancis, tentang
dua anak
laki-laki, salah satunya Yahudi
disembunyikan leh para
biarawan yang
menjalankan sekolah dari
kejaran
NAZI. Film ini didasarkan
pada pengalaman pribadi
Malle.
The Believer Henry Bean Eksplorasi perjalanan pribadi
seorang mahasiswa Yahudi
New York untuk memahami
arti dari Yudaisme dalam

hidupnya. Film ini mengkaji


tema agama dan keluarga.
Menguji psikologis kekuatan
intoleransi, baik pada individu
dan masyarakat secara
keseluruhan.
Blood Diamond Edward Zwick R – Penuh Selama perang saudara dan
kekerasan dan kekacauan Sierra Leone pada
bahasa yang 1990-an, dua orang Afrika:
kasar Danny Archer, seorang mantan
tentara bayaran dari Zimbabwe
– dan Solomon Vandy, seorang
nelayan Mende, berangkat
untuk melakukan pencarian
sebuah berlian pink yang
langka yang ditemukan dan
disembunyikan oleh Salomon.
Dibantu oleh wartawan
Amerika, Maddy Bowen, dua
orang memulai perjalanan
berbahaya yang bisa
menyelamatkan keluarga
Solomon dan menawarkan
penebusan Archer
Central Station Walter Salles R – Bahasa Dora, seorang mantan guru
yang kasar sekolah, adalah seorang wanita
tua pemarah yang bekerja di
Stasiun Kereta Api Central Rio
de Janeiro, biasa menulis surat
untuk pelanggan yang buta
huruf. Josué, seorang anak 9
tahun, tidak pernah bertemu
ayahnya, tetapi ibunya menulis

kepadanya melalui Dora.


Dora lalu mengambil Josué
untuk menemukan ayahnya di
dalam sebuah perjalanan yang
akan mengubah kehidupan
mereka.

Cry Freedom Richard PG Terletak di Afrika Selatan


Attenborough selama masa apartheid, ini
adalah kisah Donald Woods,
seorang chief editor di koran
liberal bernama Dispatch Daily
di Afrika Selatan, dan seorang
aktivis bernama Steve Biko.
Ketika Steve Biko meninggal
dalam tahanan polisi, Woods
menulis sebuah buku tentang
Steve. Dan satu- satunya cara
untuk menerbitkan buku itu
adalah Woods dan keluarganya
secara ilegal harus melarikan
diri dari negara itu.
Dead Poets’ Society Peter Weir PG Sebuah cerita seorang individu
yang menemukan keberanian
untuk memilih jalan sendiri.
Profesor Keating, seorang
guru bahasa Inggris yang baru,
menginspirasi anak laki-laki di
sebuah sekolah persiapan
Amerika yang bergengsi
untuk melawan status quo,
dengan cara mereka sendiri,
dan mengubah hidup mereka.

Gandhi Richard G Kisah hidup seorang Gandhi


Attenborough adalah menggambarkan salah
satu aktivitas hak asasi
manusia dan juga toleransi
politik dan agama. Sebuah film
biografi dari seorang pria yang
luar biasa yang berjuang tanpa
kekerasan untuk hidup
berdampingan secara damai
dan juga untuk demokrasi.
Hotel Rwanda Terry George PG-13 – Di Rwanda pada tahun 1994,
Penuh telah terjadi tindakan genosida
kekerasan, yang terjadi dalam jumlah
gambar yang tidak diketahui sejak
yang peristiwa holocaust.
menggang Dalam waktu tiga bulan, satu
gu dan disertai juta orang dibunuh secara
dialog brutal. Terinspirasi oleh
kasar cintanya pada keluarganya,
seorang lelaki biasa
menyelamatkan kehidupan
lebih dari seribu pengungsi
yang tak berdaya, dengan
memberikan mereka tempat
tinggal di hotel yang ia kelola
In the Name of God Anand G Sejak memperoleh
Patwardhan kemerdekaan pada tahun 1947,
India telah menjadi negara
sekuler. Bahaya terbesar bagi
struktur sosial bangsa saat ini
datang dari fundamentalis
Hindu, yang menarik minat
bagi mayoritas Hindu

sebanyak 83% untuk


mendefinisikan India sebagai
negara Hindu.

The Kite Runner Marc Forster Plot film berikut berdasarkan


novel karya Khaled Hosseini.
Bercerita tentang kisah Amir,
yang dihantui oleh rasa
bersalah mengkhianati sahabat
masa kecilnya Hassan, anak
dari pembantu ayahnya. Dia
lalu kembali ke Afghanistan
dan berharap untuk
mendapatkan pengampunan
untuk pilihan yang dibuatnya
ketika ia masih muda. Namun,
saat ia kembali, Afghanistan
telah dikontrol oleh Taliban
Kolya Jan Sverák PG-13 – Franta Louka, seorang pemain
Beberapa cello di Soviet tepatnya di
adegan negara bekas pendudukan
menggambarkan yaitu Cekoslovakia, telah
sensualitas kehilangan pekerjaannya di
grup orkestra milik negara.
Dia mempunyai hutang yang
besar, dan temannya
menyarankan dia menikahi
seorang wanita Rusia sehingga
ia bisa mendapatkan paspor
Republik Ceko, ia tidak setuju.
Dia mengambil keuntungan
dari situasi untuk berhijrah ke
tempat kekasihnya di Jerman

Barat dan meninggalkan


anaknya yangberusia lima
tahun dengan neneknya.
Ketika neneknya meninggal,
Kolya datang dan hidup
dengan ayah tirinya - Louka.
Kundun Martin Scorses PG-13 Sebuah film biografi dari
Beberapa Dalai Lama. Ketika Dalai
adegan Lama masih anak-anak dan
mengganggu tinggal di wilayah terpencil
Tibet, para biksu memutuskan
bahwa dia adalah reinkarnasi
14 dari Buddha Welas Asih.
Ketika perang dunia ke dua
berakhir, ia terpaksa berurusan
dengan agresi Komunis China
terhadap Tibet. Protes
diabaikan dan Mao
mempertahankan cengkeraman
militer di Tibet, hingga
akhirnya memaksa Dalai Lama
melarikan diri ke Dharmsala,
India
Life is Beautiful Roberto PG-13 – Tema Penyair Yahudi, Guido
Benigni terkait Orefice, hidup bahagia dengan
Holocaust istri dan seorang anak laki-
lakinya sampai akhirnya
Jerman menangkap mereka
dan membawa mereka ke
sebuah kamp konsentrasi.
Untuk melindungi anaknya,
Giosue, dari kebenaran yang
pahit, Guido mengatakan

kepadanya bahwa mereka


sedang menikmati hari libur,
dan ia mengubah kamp
menjadi sebuah permainan
besar dan mengatakan bahwa
mereka harus mendapatkan
1000 poin untuk
memenangkan sebuah tank asli
dan meninggalkan kamp. Film
ini cukup kontroversial,
dipandang oleh beberapa
orang sebagai hinaan untuk
'candaan' tentang holocaust,
oleh yang lain dilihat sebagai
kegigihan dari jiwa manusia
Lions for Lambs Robert Redford R – Adegan Terinspirasi oleh profesor
Kekerasan mereka, Dr Malley,dua siswa
dalam memutuskan untuk bergabung
perang dan dipertempuran Afghanistan.
juga dialog Perjuangan mereka untuk
bertahan hidup di lapangan
pertempuran menjadi tali yang
mengikat dua cerita yang
berbeda. Sementara, di
Washington DC, calon
presiden, Senator Jasper
Irving, memberikan cerita
bom kepada seorang wartawan
TV investigasi yang dapat
mempengaruhi nasib anak itu.
Tiga cerita terjalin,
mengungkapkan bagaimana
masing-masing dari warga

Amerika ini memiliki dampak


yang mendalam pada satu
sama lain - dan dunia.

Malcom X Spike Lee Bercerita tentang biografi


Malcolm X, yaitu pemimpin
Afro Amerika yang terkenal.
Sewaktu Malcolm kecil,
pembantu ayahnya terbunuh
oleh Ku Klux Klan. Ia lalu
menjadi gangster, dan
kemudian di penjara ia
menemukan buku Nation of
Islam karya Elijah
Muhammad. Ketika keluar
dari penjara ia rajin
berkhotbah kemudian ia
berziarah ke kota Mekah dan
masuk ke agama Islam dan
menjadi seorang Muslim
Sunni. Dia lalu mengubah
namanya menjadi El-Hajj
Malik Al-Shabazz dan
menghentikan ajaran anti
ras putihnya. Pada akhirnya
dia dibunuh dan meninggal
sebagai martir muslim.
Mother Teresa: In the Kevin Connor G Ini adalah kisah nyata dari Ibu
name of God’s poor Teresa, dimulai di Calcutta,
India, di mana dia menghadapi
kesulitan dari segala arah dan
di mana dia meletakkan dasar

perang sucinya untuk


membantu yang miskin.

The Motorcycle Walter Salles R The Motorcycle Diaries


Diaries merupakan adaptasi dari
sebuah jurnal yang ditulis oleh
(Diarios de Ernesto 'Che' Guevara de la
Motocicleta) Serna ketika ia berusia 23
tahun. Film ini bercerita
tentang perjalanannya melalui
Amerika Selatan dengan
temannya Alberto Granado
dengan mengendarai sepeda
motor Norton 500 keluaran
tahun 1939. Lahir dalam
sebuah keluarga kelas
menengah atas, ini adalah
ekspedisi pertama Guevara
mengelilingi Amerika Latin.
Dia menyaksikan kehidupan
kaum tani adat termasuk
pekerja tambang dan penganut
paham komunis yang dianiaya
dan melarikan diri dari rumah
mereka. Hal ini menyebabkan
Che menyatakan kesediaannya
untuk berjuang dan mati untuk
kaum proletar di Amerika
Latin

Pay it Forward Mimi Leder PG-13 – Trevor McKinney muda


mengandung terperangkap dalam tugas
unsur tema yang menarik yang diberikan
dewasa oleh guru IPS barunya, Mr.
termasuk Simonet. Tugasnya yaitu:
didalamnya memikirkan sesuatu
penyalahgunaan untuk mengubah dunia dan
zat terlarang, memasukkannya ke dalam
pemulihannya, tindakan. Trevor
beberapa hal memunculkan gagasan
mengandung membayar kebaikan tanpa
seksual, dialog mengharap kembali, tapi ke
yang kasar depan - membayar perbuatan
baik tidak dengan membayar,
tetapi dengan perbuatan baru
yang baik yang dilakukan
untuk tiga orang baru
berikutnya.
Pelle Conqueror Bille August Akhir abad ke-19. Sebuah
perahu diisi dengan imigran
Swedia datang kepulau
Bornholm, Denmark.
Diantaranya adalah Lasse dan
anaknya Pelle. Mereka
mencari pekerjaan di sebuah
peternakan besar, tetapi
diperlakukan dengan hina.
Pelle mulai berbicara bahasa
Denmark namun masih
dilecehkan sebagai orang
asing, tetapi tak satu pun dari
mereka ingin menyerah impian
mereka untuk menemukan

kehidupan yang lebih baik,


daripada kehidupan mereka

Schindler’s List Steven R – Beberapa Film ini bercerita tentang


Spielberg 1993 dialog dan Oskar Schindler, seorang
adegan pengusaha Jerman yang
mengandung menyelamatkan nyawa lebih
seksualitas dan dari seribu orang Yahudi
kekerasan Polandia selama Holocaust.
Hal ini didasarkan pada buku
Schindler’s Ark karya Thomas
Keneally.
The Sea Inside Alejandro Kisah hidup orang Spanyol
Amenábar Ramón Sampedro, yang
berjuang kampanye selama 30
tahun untuk memenangkan
hak untuk mengakhiri
hidupnya dengan cara yang
bermartabat. Film ini
mengeksplorasi hubungan
Ramón dengan dua
perempuan: Julia, seorang
pengacara yang mendukung
tujuannya, dan Rosa, seorang
wanita lokal yang ingin
meyakinkan dia bahwa hidup
ini layak dijalani. Melalui
karunia cintanya, dua
perempuan ini terinspirasi
untuk mencapai hal-hal yang
mungkin tidak pernah mereka

pikirkan sebelumnya.
Meskipun keinginannya untuk
mati, Ramón mengajarkan
pada semua orang yang ia
temui tentang makna, nilai dan
berharganya hidup
Silent Waters Sabiha Sumar Film ini bercerita tentang
dampak dari kehidupan di
Pakistan di tahun 1979 di
bawah pemerintahan darurat
militer, Presiden Jenderal Zia-
ul-Haq. Film ini berfokus pada
kehidupan Ayesha, seorang
janda yang hidupnya berpusat
pada anaknya Saleem, seorang
yang lembut, pemimpi, berusia
18 tahun, yang jatuh cinta
dengan Zubeida. Saleem
kemudian menjadi terlibat
dengan kelompok
fundamentalis Islam dan
meninggalkan Zubeida.
Peristiwa meningkat ketika
peziarah Sikh dari India turun
ke desa, salah satu dari mereka
mencari adiknya yang diculik
pada tahun 1947. Hal ini
membangkitkan kenangan
yang menyayat hati.

Veer-Zaara Yash Chopra Saamiya Siddiqui, Seorang


pengacara perempuan muda,
ditugaskan untuk memantau
hak asasi manusia dari para
tahanan di Pakistan. Salah satu
kasus adalah Rajesh Rathore
seorang yang diduga menjadi
mata-mata untuk tentara India
yang tertangkap basah, dan
dijatuhi hukuman penjara
seumur hidup. Saamiya
menemukan fakta bahwa dia
bukan mata-mata, tetapi
seorang pria Sikh yang
mencintai seorang wanita
Islam. Dia ditangkap dan
dipaksa untuk menandatangani
"pengakuan" yang membuat
dia di penjara selama 22 tahun.
Saamiya bertekad untuk
membuktikan bahwa Veer
telah salah dipenjara, tapi
teman-temannya tidak
menyetujui seorang wanita
melakukan 'pekerjaan pria'
Whale Rider Niki Caro Di pantai timur Selandia Baru,
orang-orang Whangara
percaya kehadiran mereka
mengingatkan kembali ke
masa seribu tahun yang lalu
tatkala nenek moyang mereka,
Paikea, yang lolos dari
kematian ketika perahu

kecilnya terbalik dan ia


bergegas berenang menuju
pantai dengan mengikuti
seekor ikan paus. Sejak saat
itu, yang menjadi kepala suku
Whangara, selalu laki-laki
sulung, dan telah dianggap
keturunan langsung Paikea ini.
Pai, seorang gadis 11 tahun,
percaya dia ditakdirkan untuk
menjadi kepala suku tapi
kakeknya Koro terikat oleh
tradisi untuk memilih
pemimpin laki-laki. Pai
mencintai Koro lebih dari
siapa pun di dunia, tapi dia
harus melawan kakeknya
sendiri dan tradisi seribu tahun
untuk memenuhi takdirnya.
Yentl Barbara PG Yentl, seorang wanita Yahudi
Streisand muda, menyamar sebagai anak
laki-laki untuk bisa masuk ke
Yeshiva, untuk mempelajari
Taurat, Talmud, dll.
Dramatisasi dari "Yentl, Boy
Yeshiva," oleh Isaac Bashevis
Singer (1902-1991).

LAGU

Menggunakan musik dalam program pendidikan dapat merangsang konsentrasi dan


kreativitas anak-anak. Hal ini membantu anak-anak rileks dan menurunkan tingkat stres yang
menghambat pembelajaran mereka. Mendengarkan jenis musik tertentu dapat memicu
pelepasan endorfin, meciptakan keadaan yang tenang yang mengarah ke proses belajar yang
lebih cepat.

Melalui musik anak-anak dapat mengekspresikan perasaan mereka, memulihkan ingatan dan
pikiran, dan menikmati sensasi kebebasan, ketenangan dan kesenangan. Hal ini dapat
membantu meningkatkan saluran komunikasi non-verbal dan mempromosikan persatuan
dengan orang yang mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Guru dan fasilitator dapat
menggunakan lagu sebagai alternatif non-kekerasan untuk memprotes ketidakadilan dan
kekerasan.

Mendengarkan lagu dapat mengarahkan pada diskusi tentang isu-isu yang penting bagi anak-
anak dan orang muda saat ini. Hal ini juga dapat membantu menyiapkan ruang untuk
mendengarkan, dialog, berbagi dan untuk interaksi saling menghormati di antara peserta.

Daftar lagu berikut ini dapat digunakan dalam program pembelajaran antarbudaya dan
antaragama Anda untuk memotivasi peserta untuk belajar tentang keyakinan orang lain,
tentang budaya lain dan agama lain. Lagu-lagu ini juga dapat berfungsi sebagai titik awal
untuk membahas masalah dunia yang dihadapi hari ini, yaitu perasaan dan kurangnya
pemahaman antara orang-orang. Anda dapat mengajarkan lagu kepada peserta dan mungkin
menerjemahkannya ke dalam bahasa daerah Anda.

Judul Lagu Penyanyi Album Negara


Al-dameer El-Arabi. Para penyanyi Single, 2008 Arab
(The Arabic arab
Consciousness)
A Daniel, un chico de Alberto Entre Líneas, 1985 Argentina
la Guerra Cortez

Color Esperanza Diego Torres Un Mundo Diferente, Argentina


2002
Shosholoza Helmut Lotti Out of Africa, 2004 Belgia
Cançó sense nom Lluís Llach L’estaca.,1973 Brazil
Breaking the Silence Loreena Parallel dreams, 1989 Kanada
Mckennit
Gracias a la Vida Mercedes Las Últimas Chili
Ossa Composiciones,1966
Sobreviviendo Victor Solo quiero la vida,1984 Chili
Heredia
Solo le pido a Dios Leon Gieco El Encuentro Chili
Fijate Bien Juanes Fijate Bien, 2000 Kolombia
Clandestino Manu Chao Clandestino, 2000 Perancis
Je crois que ça va pas Zebda Essence ordinaire, Barday, Perancis
être possible 1998
Million Voices Wyclef Jean Hotel Rwanda: Music from Haiti
the film, 2004
Sunday Bloody U2 War, 1983 Irlandia
Sunday
War Child The To the Faithful Departed, Irlandia
Cranberries 1996
Shalom Shalom Noa Noa Gold Israel
Shir Lashalom (Song Miri Aloni Golden Hits Of The Nahal. Israel
for Peace)
Buffalo Soldier Bob Marley One Love: The Very Jamaika
Best of Bob Marley, 2001
Hana Kina Shokichi The Best Of Shokichi Jepang
(Flower) Kina & Champloose
Jawaz al-Safr Marcel Promises of the Storm,1999 Lebanon
Passport Khalifa
Khoufi Aa Wladi Julia Boutros Ta’awdna Alaik, 2006 Lebanon
(My Fear For My
Children)

Judul Lagu Pencipta Album Negara


Lagu
Folon Salif Keita The Past, 1995 Mali
Me voy a convertir en Maná Sueños Líquidos,1997 Meksiko
un ave
Unknown Soldier Fela Kuti Unknown Soldier Nigeria
Junoon No More Best of Junoon Pakistan
Desapariciones Ruben Blades Buscando América,1984 Panama
Mama Africa Akon Konvicted, 2007 Senegal
Lokayak Nasannata Sunil Mage Senehasa,1985 Sri Lanka
Edirisinghe
Hiroshima Björn Exil, 1984 Swedia
Afzelius
Brothers in Arms Dire Straits Brothers in Arms,1985 Inggris
Give peace a chance John Lennon Give Peace a Chance, 1969 Inggris
Let there be Peace on Jill Jackson Circa, 1955 Inggris
Earth and SyMiller,
Peace Train Cat Stevens Teaser and the Firecat,1971 Inggris
The Specials Free Nelson In the studio, 1984 Inggris
Mandela
The Way of Love Olivia Gaia One Woman's Inggris
Newton-John Journey, 1993
A Summer Prayer Archies Sunshine, 1970 Amerika Serikat
for Peace
Masters of War Bob Dylan The Freewheelin', Bob Amerika Serikat
Dylan 1963
My Rainbow Race Pete Seeger Pete, 1966 Amerika Serikat
Under the Rainbow Joyce Rouse Under the Rainbow, 2004 Amerika Serikat
War Bruce Live 1975-85 Amerika Serikat
Springsteen
The Sounds of Paul Simon, Wednesday Mor ning, 3 Amerika Serikat
Silence Art Garfunkel A.M, 1966

We are the World Michael We are the World, Amerika Serikat


Jackson and 1985
Lionel Richie
What a wonderful Louis What a wonderful world Amerika Serikat
world Armstrong
Where is the love? Black Eyed Elephunk, 2003 Amerika Serikat
Peas
Why can’t we live Tim Thomas Why Can’t We live Amerika Serikat
together Together,1964

PUISI

Puisi, berasal dari bahasa Yunani, “poiesis”, yang artinya adalah 'membuat' atau
'menciptakan', puisi adalah sebuah bentuk seni di mana bahasa digunakan dengan indah dan
selain itu juga untuk membangkitkan rasa kenangan kita.

Membaca puisi untuk anak-anak dan orang muda akan menambah kualitas kreatif, artistik
dan emosional yang terkadang buku cerita tidak bisa menyampaikan. Irama dan persamaan
bunyi memberikan kenyamanan sehingga anak-anak dapat memprediksi kata apa yang datang
berikutnya dalam baris puisi itu. Mereka mengekspresikan dengan ketukan yang
menenangkan dan penting untuk memelihara kedamaian batin.

Puisi membantu memperluas arti harfiah dari kata-kata dan membangkitkan respon emosional
terhadap fantasi atau kenyataan. Penggunaan ambiguitas, simbolisme atau ironi menjadikan
sebuah puisi multitafsir, oleh karena itu dapat memotivasi kreativitas anak-anak dan
kemampuan untuk memaknai puisi menjadi berbeda-beda.

Puisi memberikan batas oposisi dan absorbsi kata dari penolakan dan penerimaan, memberi
dan mengambil, yang memosisikan pikiran diantara kerancuan-kerancuan yang hanya akan
menjadi masuk akal di dalam struktur dunia yang diciptakan puisi. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan anak untuk memahami realitas dari cara pandang yang berbeda,
tidak peduli betapa berbedanya dengan realitas.

Puisi dapat dilihat sebagai sebagai satu percakapan terus menerus, semacam rantai kisah yang
banyak tentang kehidupan seseorang.

Setelah anak melihat dirinya sendiri dalam sebuah puisi, ia dapat mulai menemukan
keajaiban kata-kata dan kekuatan puisi. Sebuah puisi dapat dihafal atau dinyanyikan, atau
dibawa, dikenang, di dalam pikiran dan hati.

Puisi juga dapat digunakan sebelum, selama atau setelah kegiatan introspeksi atau untuk
mendorong momen refleks dan ketenangan sebelum memulai rencana kerja Anda.

Garam untuk jiwa

Wahai teman,

Beberapa kali Anda luangkan waktu untuk berbicara dengan saya .... dan saya merindukan
kesempatan itu. Langka adalah perasaan yang membuat saya bergetar dan Anda
mengambilnya,

Beberapa kali kita habiskan waktu bersama-sama .... dan saya merindukan kesempatan itu,
Bersemangat adalah detik ketika saya menyentuh Anda dan Anda merasa aku dekat,

Saya adalah satu yang menangis di dalam dan perasaan yang membuat Anda tersenyum, saya
adalah satu yang tidak Anda kenal sebagai mesin hidup Anda.

Jiwamu

Bicaralah pada kami tentang anak keturunan

Lalu seorang Ibu dengan bayi dalam dekapan datang mengajukan sebuah pertanyaan:
Bicaralah pada kami tentang anak keturunan. Maka jawabnya: Anakmu bukan milikmu;
Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri;
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau;
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan
paksakan bentuk pikiranmu;

Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri;


Patut kauberikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya.
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
Yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam impian.

Kau boleh menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu.


Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, pun tidak tenggelam di masa lampau.

Khalil Gibran “Sang Nabi”, puisi berjudul “Anak-Anak”

Anak-anak belajar dari apa yang mereka alami

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.


Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar membenci.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iri, ia belajar kedengkian.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.

Tapi

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.


Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan kesetaraan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar untuk memiliki kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta
dalam kehidupan.

Dorothy Law Nolte


Tidak ada ruang untuk membenci

Tidak ada ruang di dalam hatiku untuk membalas dendam, membara atau membenci
tidak ada ruang dalam pikiran saya untuk setiap pikiran seperti ini.

Saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan saya


tapi aku tahu dari sakit yang terdalam
Saya harus menemukan pengampunan.

Luka yang telah ditorehkan kepada kami rasa sakitnya seperti terpotong pisau,
tapi kita tidak harus, membalas seperti yang telah dilakukan kepada kami.

Sebaliknya, kita harus mencoba dan menemukan cara yang sulit,


dan menjangkau tangan kita yang penuh kasih
untuk menemukan beberapa persahabatan sekarang.

Tidak ada hal yang lebih menyembuhkan


selain membuka lebar mata kita
dan melihat bahwa sebagian besar orang lain sebenarnya sama seperti kita.

David Gould
Ditulis dalam menanggapi putrinya yang telah terbunuh dalam Bom London 7 Juli 2005

Di perbatasan

"Ini adalah titik terakhir Anda di negara ini!" Kita meraih minuman.
Semuanya akan segera terasa berbeda.

Tanah di bawah kaki kita tak terputus, hanya dibatasi dengan rantai besi tebal.

Adikku menempatkan kakinya di atasnya. "Lihat di sini," katanya kepada kami, "kaki kanan
saya di negara ini dan kaki kiri saya di negara yang lain."

Para penjaga perbatasan meminta adikku untuk pergi.


Ibu saya mengatakan kepada saya: Kita akan pulang. Dia mengatakan bahwa jalanan lebih
bersih, pemandangannya lebih indah,
dan orang-orang jauh lebih ramah.

Puluhan keluarga menunggu redanya hujan. "Aku bisa menghirup bau rumah," kata
seseorang.
Sekarang, ibu kami menangis. Saya berusia lima tahun, berdiri di titik perbatasan,
membandingkan kedua sisi perbatasan.

Tanah musim gugur terus berturutan di sisi lain, warna yang sama, tekstur yang sama.
Hujan di kedua sisi rantai.

Kami menunggu sementara surat-surat kami diperiksa, wajah kami diperiksa secara
menyeluruh.
Kemudian rantai itu dibuka agar kami dapat lewat.
Seorang pria membungkuk dan mencium tanah yang berlumpur. Deretan pegunungan yang
sama mengelilingi kita semua.

Choman Hardi
Seorang penyair Kurdi muda di London yang dapat menulis dalam bahasa Inggris dan bahasa
Kurdi

Sebuah dunia yang lebih cerah

Ini adalah waktu Natal dan saya harus berpikir bahwa kebahagiaan adalah milikku
Semuanya meriah, semuanya luhur, tapi hati saya tidak mampu bersinar
Aku terus mengingat gambar anak-anak yang telanjang dan sakit
Lapar untuk keadilan dan beberapa makanan untuk makan

Kelaparan, kemiskinan dan perang adalah beban kemanusiaan yang menjemukan


Aku bertanya diri saya; di mana perdamaian? Dimana cinta? Dan mengapa tidak kasih sayang
yang mengetuk pintu kami?
Aku merasa marah dan putus asa untuk bekerja untuk dunia yang lebih baik

Pada saat yang sama, adikku berjalan ke arah saya. Dengan senyumnya yang saya suka, dia
meminta saya untuk mencium bonekanya, Sementara dia berpura-pura menyusui bonekanya.
Dia berkata kepada saya: tolong bantu saya untuk menyusuinya, wahai Hind.

Hal itu membuatku seperti tersambar guntur, jawaban untuk kesedihan dan kemarahan saya
Saya sadar bahwa jawabannya adalah lakukan yang Anda bisa dan tidak menyerah
Jika seandainya setiap orang melakukan bagian kerja mereka saja, anak-anak akan memiliki
tempat yang damai untuk hidup
Mereka akan memiliki dunia lebih cerah, kesempatan dan harapan baru

Mari kita cintai keluarga kita, tetangga dan teman-teman


Mari kita layani semua orang dan melakukan lebih dari dalam hati kita
Mari kita lakukan yang terbaik untuk memperbaiki kehidupan mereka dan masa depan anak
Mari kita ciptakan dunia yang lebih cerah untuk anak-anak kita.

Hind Farahat
Anggota Program Fishers dan peserta muda dari GNRC di Yordania

Jadilah perubahan yang ingin Anda lihat

Kami semua bersama-sama ketika kita berjuang melawan Inggris,


Kami tidak peduli dari mana kita berasal; agama yang kita miliki, suku atau keyakinan kami
Kami mendapat kemerdekaan dari Inggris; kami siap untuk memulai negara baru
Pemimpin kami sendiri mengambil alih kekuasaan dan ingin pemerintah kami sendiri yang
memimpin
Mereka tidak peduli dari mana mereka berasal, agama mereka miliki, suku atau keyakinan
mereka,

Tapi,
Keinginan berkuasa datang, para pemimpin yang ingin memerintah. Para pembela tanah air
menjadi haus kekuasaan, perang mulai terbakar, pendirian dan sikap telah berubah, ego
dibangun,
Pemimpin membuat perubahan drastis semalam

Perpecahan disebabkan oleh bahasa yang digunakan di negeri kecil ini


Menyebabkan kerusuhan politik dan masalah bagi satu sama lain
Orang-orang mulai membenci orang-orang yang berbicara bahasa yang berlainan sisi
Hal yang salah telah menjadi lebih buruk,
Mereka yang bersama-sama dan berjuang untuk kemerdekaan menjadi terpecah,
Kekerasan meningkat, orang-orang mulai saling membunuh dan perdamaian kehilangan
rumahnya
Banyak kelompok dibentuk untuk memperjuangkan hak-hak mereka, kekerasan menjadi
perang, banyak orang yang melarikan diri dari tempat mereka dan meninggalkan keluarga
dan pekerjaan mereka,
Tidak ada pemimpin mengakui kesalahan di masa lalu
Mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk tetap berkuasa dan untuk mendapatkan
manfaat bagi mereka sendiri

Sampai hari ini kita tidak punya jawaban untuk perang ini, tak satu pun tidak ada yang tahu
alasan perang? Apakah para pemimpin kita menggunakan bahasa kita yang berbeda untuk
menyulut perselisihan?
Apa yang terjadi dengan orang-orang yang berjuang bersama-sama untuk kemerdekaan dan
lainnya?

Apa yang terjadi hari ini pada akhirnya?


Apakah kita ingin menyembuhkan luka masa lalu? Apakah kita menghormati dan peduli satu
sama lain?
Apakah kita ingin bekerja dengan satu sama lain?

Kita semua tahu bahwa kita perlu untuk hidup dan bekerja bersama-sama, Tapi kita tidak mau
melakukannya,
Orang ingin melupakan masa lalu dan melupakan perang, Tapi ego kita sudah tumbuh
Seribu tahun keluhan tidak dapat diselesaikan dalam satu dekade atau lebih,
Kita mungkin tidak dapat mengubah hal-hal sekarang, karena saat ini telah ditaburkan

Tapi,
Kita bisa menjadi pemimpin masa depan dan membentuk masa depan oleh kita sendiri,

Kami dapat bekerja untuk sebuah negara di mana semua orang menghormati satu sama lain
dan bergerak, kita bisa belajar untuk bersama-sama dan biarkan perdamaian dilahirkan

Kita bisa mengubah diri kita sendiri sebelum mengubah dunia,


Kita bisa memecahkan masalah kita sebelum mencoba orang lain untuk memecahkan,

Kita dapat membuat sebuah negara di mana setiap orang dapat hidup dalam damai,
Kita seharusnya tidak menyalahkan satu sama lain tetapi mencoba untuk menemukan solusi
setidaknya, bukan Inggris yang menciptakan ini;
Mereka tidak di sini ketika kita membuat merayakan kekuasaan,

Jika Anda terinspirasi untuk mengubah dunia, mulai dengan diri sendiri, Anda tidak bisa
mengharapkan perubahan untuk menunjukkan hasil sendiri,
Seseorang perlu berkorban dan bekerja untuk yang terbaik
Kenyamanan dan kepentingan tidak memiliki tempat di sini

Tidak ada negara yang sempurna; Anda perlu untuk membuatnya sempurna ... "Waktu adalah
penyembuh tapi waktu tetap berjalan,
Waktu menunggu siapa pun, tetapi ada hal-hal yang perlu diubah arahnya

Kita perlu perubahan dalam kedamaian


Kita perlu menjadi perubahan yang ingin kita lihat.

Nooranie Muthaliph
GNRC Pemuda Anggota, Sri Lanka

Suara anak-anak Afrika

Damai, damai, damai dalam keluarga kita, kedamaian kepada setiap orang di sekitar kita,
Perdamaian adalah sumber kemajuan, kedamaian membawa cinta dan kebahagiaan.

Kekerasan, kekerasan dalam masyarakat kita, kekerasan adalah seruan kepada orang yang
tidak bersalah,

Kekerasan menyebabkan kerusakan dan perpecahan keluarga, kekerasan adalah tanda yang
kekasaran dan keganasan.

Perdamaian dan sumber daya alam telah hancur di tanah kami


Lihatlah anak-anak di Somalia memegang senjata
Pergi ke Ethiopia atau Angola, orang mati kelaparan dan pada pertarungan
Anak-anak di Afrika kehilangan harapan pada kehidupan masa depan mereka

Datang ke Tanzania, banyak anak-anak di sini hidup di jalanan, mereka lari dari rumah,
mencari kehidupan yang berbeda untuk hidup keluarga mereka telah dipisahkan
Dan hak-hak mereka telah dilanggar

Tidak ada yang membuka mata mereka, Orang pura-pura tidak melihat mereka, Mereka
mengolok-olok tentang bagaimana mereka berperilaku,
Ketika mereka mengemis dan mencuri di jalan.

Ibu kami tanah damai,


Telah berubah menjadi tempat untuk pertempuran,
Orang-orang telah menghancurkan sumber daya alam yang indah, Oh Tuhan "apa yang akan
kita warisi?"

Suara ini adalah untuk anak-anak di Afrika,


Kami bosan melihat orang meninggal di depan wajah kita, kita menuntut benua yang berbeda,
Kami ingin mendapatkan kembali kedamaian kami.

Clara Mduma
GNRC Pemuda Anggota, Republik Tanzania

Doa untuk Perdamaian

"Kami menegaskan, kami menolak dan kami berkomitmen untuk ..."

Selama pertemuan antar-agama di Dewan Gereja Dunia pada tahun 2005, sekelompok
perwakilan dari komunitas agama datang bersama-sama dengan keprihatinan yang mendalam

atas dunia kita yang akan diserahkan kepada orang-orang muda dan anak-anak kita. Mereka
sangat terganggu oleh kekerasan yang meluas, budaya eksklusif dan keserakahan yang
mendominasi dunia. "Karena itu, kami mengakui," kata mereka, "yang sangat penting dari
pendidikan agama adalah untuk menyerahkan harta warisan kita dari generasi ke generasi.
Hal ini penting bahwa setiap komunitas agama memahami kebutuhan untuk memberdayakan
kaum muda untuk berpartisipasi dalam transformasi yang sedang berlangsung dari warisan
mereka.

"Kami juga melihat ke proses pembelajaran yang akan membangun sikap inklusif, terbuka
dan penuh kasih kepada orang lain atas dasar iman seseorang. Kami juga melihat pentingnya
memiliki pemahaman atas tradisi agama masing-masing, sehingga kami tidak mendapatkan
gambaran yang salah dari prasangka lama yang dipegang dan juga distorsi dari media massa.

"Menyadari bahwa hubungan antara agama dan kekerasan telah menjadi salah satu isu
mendesak sekarang ini, kelompok itu mengatakan:" Kami meyakini bahwa tidak ada tradisi
keagamaan menganggap kekerasan sebagai suatu kebajikan atau nilai agama dan kita tahu
bahwa kekerasan bukanlah esensi agama apapun. Sebaliknya, cinta, kasih sayang dan hidup
berdampingan dengan damai adalah nilai-nilai semua tradisi yang kita junjung. Oleh karena
itu, kami menolak dihubungkannya kekerasan terhadap agama-agama dan berusaha
mewujudkan potensi perdamaian dan non-kekerasan yang diadakan sebagai nilai-nilai inti
dalam tradisi kita. "

KOMITMEN UMUM

"Kami mengakui bahwa tantangan yang kami hadapi di dunia ini terlalu kuat ditangani oleh
tradisi kami, dan kami saling membutuhkan dalam upaya untuk merespon tantangan tersebut.
Oleh karena itu, kami tidak perlu melakukan secara terpisah apa yang bisa kami lakukan
bersama-sama. Hal ini dalam rangka mengenali dan bertindak bersama-sama bahwa kami
benar-benar akan memahami satu sama lain, dan dalam rangka membuat komitmen umum
bahwa kami akan tumbuh bersama. Oleh karena itu, kami membuat penegasan dan komitmen
sebagai berikut:

Kami menegaskan bahwa manusia, terdiri dari banyak bangsa, negara, ras, warna, budaya dan
tradisi agama, adalah salah satu keluarga manusia.

Oleh karena itu, kami menolak segala upaya yang menghalangi antara tradisi keagamaan
yang menghadirkan mereka sebagai komunitas yang saling terpisah.

Kami berkomitmen untuk belajar lebih banyak tentang satu sama lain, dan untuk menemukan
dan memahami kembali diri kita sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.

Kami menegaskan bahwa jantung dari semua tradisi agama kita adalah cinta, kasih sayang,
pengorbanan dan nilai-nilai yang mendukung hidup dan kehidupan di masyarakat.

Oleh karena itu, kami menolak segala interpretasi ajaran agama yang mempromosikan
permusuhan, kebencian, atau pengucilan.

Kami berkomitmen untuk mengangkat ajaran dan praktik dalam tradisi agama kita yang
menyehatkan kehidupan dan mengembangkan komunitas.

Kami menegaskan bahwa kekerasan dan peperangan tidak sejalan dengan ajaran agama kami
dan tidak ada tradisi agama kami mendukung penyelesaian konflik melalui cara-cara
kekerasan.

Oleh karena itu kami menolak segala kekerasan yang digunakan atas nama agama, semua
interpretasi agama yang mendukung perang, dan setiap upaya untuk menafsirkan kitab suci
kami untuk mendukung konflik.

Kami berkomitmen untuk menafsirkan, mengajar dan mengamalkan tradisi agama kami
untuk mendorong perdamaian dan harmoni.

Kami menegaskan diskriminasi yang berdasarkan ras, kasta, status sosial, kemampuan fisik
dan mental, etnis, gender, dll adalah tidak sejalan dengan semua ajaran agama kami. Oleh
karena itu, kami menolak segala bentuk diskriminasi dan pengucilan.

Kami berkomitmen untuk bekerja menuju masyarakat inklusif dan untuk berjuang melawan
interpretasi iman kita dan kitab suci untuk membenarkan tindakan diskriminasi.

Kami menegaskan bahwa keadilan dan kejujuran adalah inti dari kehidupan beragama; bahwa
kemiskinan, kehilangan, kelaparan dan penyakit adalah kekuatan yang dapat mengurangi
martabat manusia dan potensi.

Oleh karena itu, kami menolak kehidupan ekonomi dan politik yang membawa ketidakadilan,
ketimpangan dan eksploitasi bumi yang banyak sekali untuk keserakahan manusia.

Kami berkomitmen untuk mempertahankan bersama martabat dan kemanusiaan, sosial, dan
hak-hak ekonomi semua orang, dan keutuhan dunia.

Kami menegaskan hak-hak orang-orang muda dan anak-anak, dan karunia yang mereka bawa
ke pemahaman dan praktik kehidupan beragama.

Oleh karena itu kami menolak semua upaya mengucilkan mereka dari arus utama kehidupan
beragama.

Kami berkomitmen untuk mendorong masyarakat inklusif yang akan menggabungkan orang-
orang muda dan anak-anak sepenuhnya, untuk mengizinkan mereka untuk membawa karunia
mereka untuk kehidupan bersama.

Telah dikatakan bahwa perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. Kami melihat
komitmen ini sebagai langkah yang kami ambil menuju visi dunia untuk hidup dalam
keadilan dan perdamaian. Kami menyerukan kepada semua umat beragama untuk beraksi
membuat komitmen mereka sendiri dan selanjutnya visi spiritualitas yang akan membawa
penyembuhan dan keutuhan dunia kita yang sakit. "

Hal ini penting bahwa penegasan ini muncul dari pentingnya kebutuhan bagi orang-orang dari
seluruh tradisi keagamaan untuk berbicara dan bertindak bersama-sama pada isu-isu yang
mempengaruhi kehidupan mereka! Pentingnya hal ini tidak hanya dirasakan oleh komunitas
keagamaan tetapi juga oleh orang-orang yang menarik inspirasi mereka dari nilai-nilai
kemanusiaan dan spiritualitas yang tidak dipahami dalam hal agama.

DOA LINTAS AGAMA UNTUK PERDAMAIAN

Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan dan perdamaian.


Terpujilah nama-Mu selamanya.
Kami tahu adalah Engkau yang mengubah pikiran kami dengan pikiran damai.
Mendengar doa kami saat ini susah.
Kekuatan-Mu mengubah hati.

Muslim, Kristen, dan Yahudi mengingatkan, dan menegaskan dengan sangat,


bahwa mereka adalah pengikut satu Tuhan,
Anak-anak Ibraham, saudara lelaki dan saudara perempuan;
musuh mulai berbicara satu sama lain;
mereka yang terasing bergandengan tangan dalam persahabatan;
negara mencari jalan damai bersama-sama.

Memperkuat tekad kami untuk memberikan kesaksian kebenaran ini dengan cara hidup
kami.
Berikanlah kepada kami:
Pemahaman yang mengakhiri perselisihan;
Belas kasih yang memadamkan kebencian, dan
Pengampunan yang mengatasi dendam.
Memberdayakan semua orang untuk hidup dalam hukum cinta-Mu
Amin.

(Pax Chistie)

Wahai Engkau Kebijaksanaan yang kekal


Engkau kebijaksanaan kekal yang sebagian kami tahu dan sebagian tidak tahu;
Engkau Keadilan kekal yang kami sebagian mengakui tetapi tidak pernah sepenuhnya
mematuhi;
Engkau Cinta abadi tetapi kami cintai sedikit
tapi takut untuk mencintai terlalu banyak;
Membuka pikiran kami
bahwa kami dapat memahami;

Bekerja atas kehendak kami


bahwa kami dapat taat; menyalakan hati kami
bahwa kami dapat mengasihi Engkau.

(Doa, pada perayaan antar-agama dari ulang tahun ketujuh puluh Bishop Profesor Krister
Stendahl, 21 April 1991)

Jadikanlah aku alat perdamaian-Mu

Tuhan, jadikanlah aku alat perdamaian-Mu;


di mana ada kebencian, biarkan aku menabur kasih;
ketika ada luka, ada pengampunan;
di mana ada keraguan, ada keimanan;
di mana ada keputusasaan, ada harapan;
dimana ada kegelapan, ada cahaya;
dan di mana ada kesedihan, ada kegembiraan.
Mengakui bahwa aku mungkin tidak begitu banyak berusaha untuk dihibur tapi untuk
menghibur;
berusaha untuk memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai;
memberikan sesuatu dari apa yang kami terima,
mengampuni daripada diampuni,
dan dalam sekarat [untuk diri kita sendiri] bahwa kita dilahirkan untuk hidup yang kekal.

(St. Francis of Assisi)

Mungkinkah saya akan menjadi...

Mungkinkah saya akan menjadi disetiap waktu, baik sekarang dan selamanya
Menjadi pelindung bagi mereka yang tanpa perlindungan
Menjadi Panduan bagi mereka yang telah kehilangan jalan mereka
Menjadi sebuah kapal bagi mereka dengan lautan untuk diseberangi
Menjadi sebuah jembatan bagi mereka dengan sungai untuk diseberangi
Menjadi pelindung bagi mereka dalam bahaya
Menjadi sebuah lampu bagi mereka yang tanpa cahaya

Menjadi sebuah tempat berlindung bagi mereka yang tidak ada tempat berlindung
Dan seorang hamba kepada semua yang membutuhkan.

(The Dalai Lama, 6 November 2000)

Bermurah hatilah

Jadilah murah hati dalam kemakmuran, dan bersyukur dalam kesulitan. Adil dalam
penilaianmu, dan dijaga dalam perkataanmu. Menjadi pelita bagi mereka yang berjalan dalam
kegelapan dan rumah untuk orang asing. Jadilah mata untuk orang buta, dan cahaya penuntun
bagi kaki berdosa itu. Menjadi nafas kehidupan bagi tubuh manusia, embun ke tanah dari hati
manusia, dan buah dari pohon kerendahan hati.

(Bahá’u’ lláh)

Damai di dunia

Jika disana ada damai di dunia


Pastilah ada damai di negara

Jika disana ada damai di negara


Pastilah ada damai di kota-kota

Jika disana ada damai di kota-kota


Pastilah ada damai antar tetangga

Jika disana ada damai antar tetangga


Pastilah ada damai dalam rumah

Jika ada damai di dalam rumah, pastilah ada damai di dalam hati.

(Lao Tse)

Jalan Ketuhanan

Jika ada orang yang berbicara buruk tentang Anda, Pujilah mereka selalu.
Jika ada orang yang melukai Anda, layani mereka dengan baik.
Jika ada orang yang menganiaya Anda,
Bantulah mereka dalam segala cara yang memungkinkan.
Anda akan mendapat kekuatan besar.
Anda akan mengontrol kemarahan dan kebanggaan.
Anda akan menikmati perdamaian, ketenangan, dan ketentraman. Anda akan menjadi hebat.

(Swami Sivananda)

Doa Universal untuk Perdamaian

Bimbinglah aku dari kematian menuju hidup;


dari kepalsuan menuju kebenaran.
Bimbinglah aku dari keputusasaan menuju harapan;
dari rasa takut menuju percaya.
Bawalah aku dari kebencian menuju cinta;
dari perang menuju perdamaian.
Biarkan damai mengisi hati kita, dunia kita, alam semesta kita.

(Pekan Doa untuk Perdamaian Dunia, yang diadaptasi dari sebuah lagu dari Old Jain)

Berilah Kami Kedamaian Sejati

Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Damai, Engkaulah sumber kedamaian, kepada-Mu lah
kembali kedamaian, hidupkanlah kami di dunia dengan penuh kedamaian, dan masukkanlah
kami kelak ke surga-Mu, negeri penuh kedamaian, Maha Suci Engkau, Maha Mulia, Maha
Sempurna, dan Maha Pemurah

Allahumma antas-salaam, wa minkas-salaam, wa ilaika yarjaus-salaam, haiyyina rabbana


bis-salaam, wa adkhilna daras-salaam, tabarakta rabbana wa-ta’ laita, ya zal jalali wal
ikram

Doa untuk Perdamaian

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

Surah 8, Al-Anfal (Rampasan Perang), ayat 61

Diterjemahkan oleh A. Yusuf A li

Nasehat Kebaikan dari Budha

Inilah yang seharusnya dilakukan


oleh orang yang pandai dalam kebaikan, Dan yang mengetahui jalan damai ...

Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja di mana pun juga.
Janganlah karena marah atau berniat jahat mengharap orang lain celaka
Bagaikan seorang ibu mau melindungi anaknya yang tunggal dengan mengorbankan
kehidupannya sendiri, demikian pula hendaklah dia mengembangkan hati yang tak terbatas
kepada semua makhluk.
Hendaklah pikirannya dipenuhi cinta kasih yang tak terbatas, menyelimuti
seluruh dunia. Ke atas, ke bawah dan ke sekliling, tanpa rintangan, tanpa
kebencian, tanpa rasa permusuhan apa pun.
Apakah sedang berdiri, berjalan, duduk atau pun berbaring, selama masih
terjaga, dia harus mengembangkan perhatian-kewaspadaan ini.Inilah yang
dikatakan hidup termulia disini.
Tidak terjatuh ke dalam pandangan salah, memiliki moralitas dan
kebijaksanaan, dengan melepaskan kemelekatan terhadap nafsu indera,
dia tak akan pernah terlahir lagi.
(Sutta Nipata, 145)

Hari-hari Raya Besar (Yahudi)


Di dalam kalender Yahudi ada perayaan suci Yom Kippur, yaitu hari penebusan dosa
seseorang.

Wahai Sumber kedamaian, bawalah kami menuju Perdamaian, perdamaian yang mendalam
dan benar; bawalah kami untuk penyembuhan, mengendalikan dari semua hal yang
mendorong kami untuk perang dalam diri kami dan dengan orang lain.
Semoga amal perbuatan kita dituliskan dalam Kitab kehidupan yang berkah, kitab kebenaran
dan perdamaian!
Wahai sumber kehidupan yang damai, berkatilah kami dengan kedamaian.

(Stern, Chaim (ed). Gates Pertobatan)

Doa Lintas Agama sebelum Konferensi Perdamaian Dunia Antar


Para Pemimpin Agama dan Kepercayaan di PBB pada Agustus 2000

Semoga kita dapat mengubur senjata perang kita


Sehingga dapat berubah menjadi bunga ketenangan dan kebahagiaan;
Semoga kita meletakkan senjata kita
Untuk mengangkat tangan kita kepada Sang Pencipta
Semoga doa-doa dan mediasi kita mengubah dunia ini
Menjadi taman sukacita abadi;
Dan semoga masing-masing dari kita menyebarkan Cahaya dan cinta, membawa perdamaian
ke seluruh dunia.

(Sant Rajinder Singh Ji Maharaj)

Doa di lokasi ledakan bom atom di Hiroshima, Jepang

Untuk Engkau Pencipta alam dan kemanusiaan, dalam kebenaran dan keindahan saya berdoa:
Dengarlah suara saya, untuk suara korban semua perang dan kekerasan di antara individu dan
bangsa,
Dengarlah suara saya, untuk suara anak-anak yang menderita dan yang akan menderita ketika
orang menaruh iman mereka dalam senjata dan perang.

Dengarlah suara saya ketika saya memohon Engkau untuk menanamkan ke dalam hati semua
manusia kebijaksanaan perdamaian, kekuatan keadilan dan sukacita persahabatan.
Dengarlah suara saya, karena saya berbicara untuk orang banyak di setiap negara dan setiap
periode sejarah yang tidak ingin perang dan siap untuk berjalan menuju jalan perdamaian.
Dengarlah suara saya dan berilah pengetahuan dan kekuatan sehingga kami dapat selalu
menghadapi kebencian dengan cinta, ketidakadilan dengan dedikasi total untuk keadilan,
berbagi dengan yang membutuhkan, memilih damai daripada perang.

(Paus Yohanes Paulus II)

Biarkan disana ada damai

Biarkan disana ada damai, Wahai anakku – jangan biarkan perang tersebar luas.
Letakkan tombakmu dan tinggalkan sebagai bukti – biarkan anak cucu keturunanmu
melihatnya.
Temui kakekmu – di Auruia
Ia akan menasihati engkau di pertemuan tersebut.

Janganlah lagi ada perang; untuk seorang pria yang berperang, akan selalu tidak pernah
merasa puas; Tapi biarkan anak saya menjadi orang yang bijaksana dan berilmu,
Sebagai penjaga tradisi di rumahnya, maka janganlah ada perang.
Tanamlah dengan dalam semangat perdamaian
Lalu kebijakanmu akan dikenal -
tanah bagi semua - petunjuk perdamaian.
(Sebuah lagu dari Rarotonga Island, Polinesia)

Hatiku telah Mampu

Hatiku telah mampu berubah menjadi segala bentuk:


Hatiku adalah padang rumput untuk rusa dan biara bagi rahib Kristen, sebuah kuil untuk
dewa-dewa dan peziarah Ka'bah,
Daftar Hukum dan kitab Al-Quran.
Aku mengakui agama Cinta, dan kemanapun sang kuda mengambil arah jalannya,
Cinta adalah agama saya dan iman saya.

Bermain Peran

Bermain peran adalah cara yang berguna untuk membantu peserta untuk melihat sesuatu dari
cara pandang yang lain.

"Berjalanlah satu mil dengan memakai sepatu saya" adalah sebuah nasihat yang baik. Anak-
anak kita akan belajar menghargai orang lain jika mereka membayangkan diri mereka
menjadi orang lain.

Bermain peran secara bersamaan akan sangat menarik dan berguna karena menantang peserta
untuk menangani masalah kompleks dengan tidak ada satu jawaban yang 'benar' dan
menggunakan berbagai keterampilan.

Latihan bermain peran membutuhkan persiapan dan kepekaan dalam pelaksanaan, tetapi
pekerjaan ini akan terbayar lunas setelah melihat motivasi dan keberhasilan para peserta.

Hal ini penting untuk menjelaskan tujuan dalam memutuskan mencakup topik apa saja dalam
latihan nanti. Identifikasi masalah berkaitan dengan topik yang dipilih dan pengaturan
karakter. Hal ini adalah ide yang baik untuk membuat pengaturan yang realistis, tetapi belum
tentu nyata.

Tentukan tujuan karakter 'dan apa yang terjadi jika karakter tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Karena itu harus menggali lebih dalam informasi tentang latar belakang masing-
masing karakter.

Melibatkan peserta dalam skenario dengan menggambarkan keadaan dan masalah. Menyediakan
informasi kepada mereka tentang karakter : tujuan dan informasi latar belakang. Tentukan berapa
banyak peserta telah melakukan permainan peran sebelumnya dan jelaskan bagaimana latihan ini
Page | 206
akan berjalan dengan baik.

Para peserta yang akan memainkan karakter perlu beberapa saat untuk melihat lebih dalam dari
karakter mereka, dan masuk ke dalam peran mereka dalam latihan. Peserta mungkin memiliki
keberatan tentang karakter yang mereka ditetapkan atau tentang alasan mereka. Hal ini baik
untuk mencari tahu sebelum permainan peran dimulai.

Bermain peran harus diikuti dengan pembekalan bagi para peserta untuk menentukan apa yang
telah mereka pelajari dan untuk memperkuat nya. Hal ini dapat ditangani dalam diskusi, di saat-
saat tenang, atau pada saat menulis sendiri dalam buku catatan pribadi. Mereka yang memainkan
karakter dapat menjelaskan tentang karakter mereka dan juga berbagi dengan mengungkapkan
apa yang mereka rasakan atau berbicara dalam karakter yang mereka perankan. Mereka yang
mengamati dapat mengajukan pertanyaan untuk karakter tersebut, baik sebagai karakter mereka -
kadang-kadang disebut 'kursi panas', dan sebagai diri mereka sendiri - bagaimana mereka merasa
berada dalam peran tertentu.

Beberapa permainan peran yang disediakan, dan dengan latihan, akan cukup mudah untuk
membuatnya sendiri tentang peristiwa yang aktual atau baru terjadi.

Permainan Peran Nomor 1

Punjama adalah seorang gadis berusia 17 tahun. Dia tinggal bersama ayah, ibu dan dua
saudaranya. Karena ia adalah satu-satunya anak perempuan, orangtuanya sangat melindunginya
dan tidak memperbolehkan dia untuk mempunyai pacar. keluarga Punjama ini sangat konservatif
dan mentaati semua aturan agama dan budaya mereka. Punjama bertemu Matthew, kakak
sahabatnya dan mulai berkencan dengannya tanpa memberitahu orang tua atau saudara-

saudaranya. Matthew menganut agama yang berbeda dari Punjama dan berasal dari negara yang
berbeda dengannya.

Suatu hari, salah satu kakak lelaki Punjama melihat dia bergandengan tangan dengan Mattew di
Page | 207
jalan dan mengadu kepada orang tuanya. Mereka menjadi benar-benar marah pada Punjama dan
menunggu sampai ia tiba di rumah. Ketika dia pulang ibunya mulai berteriak padanya,
mengatakan bahwa ia telah mempermalukan mereka dan bahwa dia tidak pantas menjadi
putrinya lagi. Kakak lelaki Punjama menyarankan orang tua mereka untuk mengunci Punjama di
rumah sehingga dia tidak bisa melihat Matthew lagi. Kemudian ayah mereka dengan penuh
kemarahan bergegas bertemu Punjama dan menamparnya, gadis itu berlari ke kamar lain tapi
saudara-saudaranya mengikutinya dan membawanya kembali ke orang tua mereka
Permainan Peran Nomor 2

Sarah, Lina dan Lucy adalah teman baik di sekolah. Mereka selalu bersama-sama dan mengolok-
olok gadis-gadis yang pemalu atau pun orang yang tidak mereka sukai.

Farzina dan Laura adalah murid baru di sekolah. Mereka tidak memiliki banyak teman, tapi
mereka sangat ramah dengan siswa lain.

Suatu hari Farzina dan Laura sedang bermain basket di lapangan ketika Sarah, Lina dan Lucy
mendekati mereka. Mereka meminta Farzina dan Laura meninggalkan lapangan dan bola
basketnya karena mereka ingin bermain. Farzina mengatakan kepada mereka bahwa mereka baru
saja mulai bermain dan mereka ingin bermain untuk waktu yang lama. Sarah benar-benar marah
dan mendorongnya. Farzina bereaksi, mendorong Sarah kembali dan kemudian Lina dan Lucy
ikut masuk ke perkelahian juga. Laura takut bahwa mereka akan menyakiti Farzina dan
melemparkan bola keras ke kepala Sarah sehinga membuat dia terjatuh. Sarah benar-benar
marah, berdiri dan langsung hendak memukul Laura.

Kartu Berita Perdamaian

Kartu ini telah digunakan dihalaman 93, tentang aktivitas Berita Perdamaian. Tujuan dari kartu
ini adalah untuk menggambarkan situasi yang melibatkan kurangnya rasa hormat dan atau
adanya diskriminasi, dimana peserta harus mencari solusi positif. Peserta harus melaporkan
solusi mereka seolah-olah itu adalah berita utama dalam buletin berita TV. Mereka akan
Page | 208
menyajikan berita utama dengan memberlakukan situasi dan atau mewawancarai orang-orang
yang terlibat.

Kamu dapat menulis kartu berita damai anda sendiri tentang situasi yang berkaitan dengan isu-
isu di kotamu atau di sekitar lingkunganmu.

Kartu Berita Perdamaian 1

5% dari populasi di kotamu adalah imigran. Beberapa minggu yang lalu beberapa insiden
kekerasan terjadi di antara imigran dan orang-orang lokal.

Tiga anak imigran dari lingkungan di kotamu tertangkap mencuri tas di sebuah toko. orang lokal
marah dan mengatakan bahwa belum pertama kali ini terjadi dan mereka tidak ingin imigran
yang tinggal di lingkungan mereka lagi.

Ada ketegangan antara masyarakat lokal dan imigran yang telah menyebabkan konfrontasi
kekerasan. masyarakat setempat meminta pemerintah untuk memindahkan imigran ke tempat
lain dan membiarkan mereka memiliki lingkungan mereka sendiri. Mereka berpendapat bahwa
tingkat ketidakamanan dan kriminalitas meningkat di lingkungan mereka sejak banyaknya
imigran telah datang.

Imigran mengeluh bahwa mereka didiskriminasi dan itu tidak mudah bagi mereka untuk
mendapatkan pekerjaan dan diintegrasikan ke dalam masyarakat. Mereka telah melakukan protes
di depan kota kota setiap hari selama minggu terakhir.

Pemerintah telah menemukan solusi, dan itu adalah berita utama ...

Kartu Berita Perdamaian 2

Tiga anak baru tiba untuk sekolahmu. Mereka datang dari negara lain dan memiliki keyakinan
agama yang berbeda dari sebagian besar siswa lain. Orang tua mereka telah mengeluh kepada
Page | 209
sekolah bahwa makanan yang disediakan di kantin untuk makan siang tidak memenuhi
persyaratan vegetarian diet anak-anak mereka.

Mereka meminta sekolah untuk menyediakan pilihan makanan vegetarian. Namun, direktur
sekolah tidak menerima, dengan alasan bahwa itu lebih mahal untuk sekolah untuk menyediakan
berbagai jenis makanan untuk hanya tiga orang murid dan tidak ada dana anggaran yang
dialokasikan untuk tujuan itu. Ia mengusulkan anak-anak sebaiknya membawa makanan sendiri
dari rumah.

Keluarga menuduh sekolah melakukan tindakan rasis dan mengancam direktur bahwa mereka
akan menuntut sekolah jika mereka tidak memberikan pilihan makanan vegetarian untuk anak-
anak mereka.

Situasi telah diselesaikan, dan solusinya adalah berita utama


Kartu Berita Perdamaian 3

Di sebuah negara yang mencoba untuk menjaga aturan agama dan negara terpisah, seorang gadis
berusia 13 tahun sudah mulai datang ke sekolah berjilbab penuh, termasuk cadar di wajahnya.

Dia mengatakan sekarang bahwa ia telah mencapai pubertas dan dia harus menutupi tubuhnya.
Dia juga berpendapat seharusnya tidak ada bedanya dengan cara dia melakukan pekerjaan
sekolahnya.

Namun, guru kepalanya mengirimnya pulang dari sekolah dan mengatakan padanya untuk tidak
datang lagi sampai dia melepaskan jilbab. Kepala sekolah mengatakan itu dapat membahayakan,
misalnya di laboratorium sains, dan juga membawa agama ke sekolah, yang sekuler. Orang tua

gadis itu bersikeras anaknya datang ke sekolah dengan mengenakan jilbab dan mengancam
sekolah dengan tindakan pengadilan.

Ini telah dipecahkan, dan solusinya adalah berita utama ...


Page | 210

Kartu Perdamaian 4

Sebuah sekolah gempar atas kedatangan sejumlah besar siswa yang baru telah tiba di negara itu.

Orang-orang muda ini tidak dapat berbicara bahasa lokal dengan baik, bahkan sama sekali tidak
bisa. Para siswa khawatir bahwa mereka tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik seperti
biasa karena para guru berusaha untuk menangani orang-orang yang tidak mengerti bahasanya.

Para siswa khawatir bahwa standar akan turun dan mereka tidak akan bisa masuk ke perguruan
tinggi pilihan mereka. Mereka mulai menjadi sangat kasar dengan para siswa-siswa baru itu dan
mengeluh kepada guru.

Ini telah dipecahkan, dan solusinya adalah berita utama ...

RINGKASAN KONVENSI HAK ANAK (PASAL 1 - 42) Page | 211

Dalam Konvensi Hak Anak kata "anak" berarti setiap orang yang berusia di bawah usia 18.

Pasal 1
Semua orang yang berusia di bawah 18 tahun memiliki semua hak yang tercantum dalam
Konvensi ini.

Pasal 2
Konvensi ini berlaku untuk semua orang, apapun ras, agama, atau kemampuan mereka, apa pun
yang mereka pikirkan atau katakan, dan darimanapun keluarga mereka berasal.

Pasal 3
Semua organisasi yang berkaitan dengan anak-anak harus mengusahakan yang terbaik untuk
setiap anak.

Pasal 4
Pemerintah harus memenuhi hak – hak yang tercantum dalam Konvensi ini untuk anak-anak.

Pasal 5
Pemerintah harus menghormati hak-hak dan tanggung jawab keluarga untuk mengarahkan dan
memandu anak-anak mereka sehingga, saat mereka tumbuh dan belajar untuk menggunakan hak-
hak mereka dengan baik.

Pasal 6
Semua anak memiliki hak untuk hidup. Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak bertahan
hidup dan berkembang dengan baik.

Pasal 7

Semua anak memiliki hak atas nama yang terdaftar secara hukum, hak untuk kewarganegaraan,
hak untuk tahu dan, sebisa mungkin, hak untuk dirawat oleh orang tua mereka.

Page | 212
Pasal 8
Pemerintah harus menghormati hak anak atas nama, kewarganegaraan, dan ikatan keluarga.

Pasal 9
Anak-anak tidak boleh dipisahkan dari orang tua mereka kecuali untuk kebaikan mereka sendiri,
misalnya jika orang tua memperlakukan sang anak dengan salah atau mengabaikan sang anak.
Anak-anak yang orang tuanya telah berpisah memiliki hak untuk tetap berhubungan dengan
kedua orang tuanya, kecuali hal tersebut dapat menyakiti sang anak.

Pasal 10
Keluarga yang tinggal di negara yang berbeda harus diizinkan untuk mengunjungi anaknya
sehingga orang tua dan anak-anaknya dapat tetap berhubungan atau berkumpul kembali sebagai
keluarga.

Pasal 11
Pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menghentikan anak-anak yang dibawa
keluar dari negara mereka sendiri secara ilegal.

Pasal 12
Anak-anak memiliki hak untuk menyatakan pendapat mereka ketika orang dewasa membuat
keputusan yang mempengaruhi mereka, dan pendapat mereka berhak untuk diperhitungkan.

Pasal 13
Anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan dan berbagi informasi, selama informasi tersebut
tidak merusak bagi mereka atau bagi orang lain.

Pasal 14

Anak-anak memiliki hak untuk memikirkan dan memercayai apa yang mereka inginkan dan
untuk memeluk agama mereka, selama mereka tidak mengganggu hak - hak orang lain. Orang
tua harus membimbing anak-anak mereka tentang hal ini.

Page | 213
Pasal 15
Anak-anak memiliki hak untuk bertemu dan bergabung dengan kelompok dan organisasi, selama
hal tersebut tidak mengganggu hak – hak orang lain.
Pasal 16
Anak-anak memiliki hak atas privasi. Hukum harus melindungi mereka dari serangan terhadap
jalan hidup, nama baik, keluarga, dan rumah mereka.

Pasal 17
Anak-anak memiliki hak untuk informasi yang terpercaya dari media massa. Televisi, radio, dan
media cetak harus memberikan informasi yang dapat dipahami oleh anak-anak dan tidak boleh
mempromosikan hal - hal yang dapat membahayakan anak-anak.

Pasal 18
Kedua orang tua berbagi tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka, dan harus
selalu mempertimbangkan apa yang terbaik untuk setiap anak. Pemerintah harus membantu
orang tua dengan menyediakan layanan untuk mendukung mereka terutama jika kedua orang tua
bekerja.

Pasal 19
Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak dirawat dengan benar, dan melindungi mereka
dari tindak kekerasan baik itu tindak kekerasan dan penelantaran oleh orang tua atau oleh orang
yang merawat mereka.

Pasal 20
Anak-anak yang tidak dirawat oleh keluarga mereka sendiri harus dijaga dengan baik, oleh
orang-orang yang menghormati agama, budaya, dan bahasa.

Pasal 21
Ketika anak-anak diadopsi, fokus utamanya adalah apa yang terbaik bagi mereka. Aturan yang
sama juga berlaku bagi anak-anak yang diadopsi dan tinggal di negara yang sama dengan tempat
mereka dilahirkan atau diadopsi dan kemudian tinggal di negara lain.
Page | 214

Pasal 22
Anak-anak yang datang ke suatu negara sebagai pengungsi harus memiliki hak yang sama
dengan anak yang lahir di negara yang dituju.

Pasal 23
Anak-anak yang memiliki disabilitas harus mendapatkan perawatan khusus dan dukungan agar
mereka dapat menjalani hidup dengan mandiri.

Pasal 24
Anak-anak memiliki hak untuk perawatan kesehatan yang berkualitas, air bersih, makanan
bergizi, dan lingkungan yang bersih sehingga mereka dapat hidup sehat. Negara-negara kaya
harus membantu negara-negara miskin dalam pencapaian hak tersebut.

Pasal 25
Anak-anak yang dirawat oleh otoritas lokal harus dikunjungi untuk dilihat kondisinya secara
rutin.

Pasal 26
Pemerintah harus menyediakan tambahan dana untuk anak-anak dari keluarga yang
membutuhkan.

Pasal 27
Anak-anak memiliki hak atas standar hidup yang baik untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
mental mereka. Pemerintah harus membantu keluarga yang tidak mampu untuk menyediakan
hak tersebut.

Pasal 28
Anak-anak memiliki hak atas pendidikan. Kedisiplinan di sekolah harus menghormati martabat
anak-anak. Pendidikan dasar harus disediakan secara gratis. Negara-negara kaya harus
Page | 215
membantu negara-negara miskin untuk pencapaian hak tersebut.

Pasal 29
Pendidikan harus mampu mengembangkan kepribadian dan bakat setiap anak secara penuh.
Pendidikan harus mendorong anak-anak untuk menghormati orang tua, diri sendiri, dan budaya
mereka.

Pasal 30
Anak-anak memiliki hak untuk belajar dan menggunakan bahasa dan adat istiadat dari keluarga
mereka, baik bahasa dan adat tersebut mayoritas digunakan di negara mereka atau tidak.

Pasal 31
Semua anak memiliki hak untuk bersantai dan bermain, dan untuk bergabung dalam berbagai
kegiatan.

Pasal 32
Pemerintah harus melindungi anak-anak dari pekerjaan yang berbahaya atau mungkin
membahayakan kesehatan atau pendidikan mereka.

Pasal 33
Pemerintah harus menyediakan cara untuk melindungi anak-anak dari obat-obatan berbahaya.

Pasal 34
Pemerintah harus melindungi anak-anak dari pelecehan seksual.

Pasal 35
Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak dilindungi dari tindak penculikan dan
perdagangan.

Page | 216
Pasal 36
Anak-anak harus dilindungi dari setiap kegiatan yang dapat membahayakan perkembangan
mereka.

Pasal 37
Anak-anak yang melanggar hukum tidak boleh diperlakukan dengan kejam. Mereka selayaknya
tidak dimasukkan ke dalam penjara yang sama dengan orang dewasa dan harus tetap memiliki
akses untuk berhubungan dengan keluarga mereka.

Pasal 38
Pemerintah tidak boleh membiarkan anak-anak berusia di bawah 15 tahun untuk bergabung
dengan tentara. Anak-anak di zona perang harus mendapatkan perlindungan khusus.

Pasal 39
Anak-anak yang telah diabaikan atau dilecehkan harus mendapatkan bantuan khusus untuk
mengembalikan harga diri mereka.

Pasal 40
Anak-anak yang dituduh melanggar hukum harus menerima bantuan hukum. Hukuman penjara
untuk anak hanya dapat digunakan jika anak melakukan pelanggaran tingkat berat.

Pasal 41
Jika hukum di suatu negara tertentu dapat melindungi anak-anak lebih baik dari Pasal – pasal
dalam Konvensi ini, maka hukum negara tersebut yang akan digunakan.

Pasal 42
Pemerintah harus membuat Konvens ini diketahui oleh semua orang tua dan anak-anak.

Page | 217

Ringkasan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

Diadopsi pada Sidang Umum PBB tahun 1948


Semua orang…
Dilahirkan bebas dan harus diperlakukan dengan cara yang sama.
Adalah sama meskipun berbeda bahasa, jenis kelamin, warna kulit, keyakinan, dan bangsa.
Memiliki hak untuk hidup dalam kebebasan dan keamanan.
Memiliki hak untuk tidak diperbudak.
Memiliki hak untuk tidak disakiti atau disiksa.
Memiliki hak untuk diakui di hadapan hukum.
Memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum.
Memiliki hak untuk meminta bantuan hukum ketika hak-hak mereka tidak dihormati.
Memiliki hak untuk tidak ditangkap atau dipenjarakan secara tidak adil, atau diasingkan.

Memiliki hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil.


Memiliki hak untuk dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah.
Memiliki hak atas privasi.
Memiliki hak untuk melakukan perjalanan dalam dan luar negeri.
Page | 218
Memiliki hak atas suaka di negara lain untuk menghindari penganiayaan.
Memiliki hak atas kewarganegaraan.
Memiliki hak untuk memilih dengan siapa mereka menikah dan berkeluarga.
Memiliki hak atas properti.
Memiliki hak atas kebebasan berpikir dan berkeyakinan.
Memiliki hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Memiliki hak untuk bertemu dengan orang lain.
Memiliki hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan untuk memilih.
Memiliki hak atas jaminan sosial.
Memiliki hak untuk bekerja, mendapatkan upah yang sama, memiliki kondisi kerja yang aman,
dan hak untuk bergabung dengan serikat buruh.
Memiliki hak untuk beristirahat dan bersantai, termasuk hari libur.
Memiliki hak atas standar hidup yang layak, termasuk makanan, tempat tinggal, pakaian dan
bantuan kesehatan.
Memiliki hak atas pendidikan.
Memiliki hak untuk mengambil bagian dalam kehidupan budaya masyarakat mereka.
Memiliki hak atas ketertiban sosial dan internasional yang diperlukan untuk merealisasikan hak –
haknya.
Memiliki hak untuk mengemban tanggung jawab yang diperlukan dalam menghormati hak-hak
orang lain.
Tidak ada orang yang berhak untuk melakukan suatu tindakan yang bertujuan menghancurkan
hak-hak yang tercantum dalam Konvensi ini.

Page | 219

Cara Membuat Burung Bangau dari Kertas


Sumber : http://www.sadako.org/foldingcranes.htm
Langkah 1
Lipat kertas secara diagonal menjadi bentuk segitiga.
Langkah 2
Lipat kertas secara diagonal lagi.
Langkah 3
Buka lipatan dari dalam kemudian lipat menjadi kotak kecil.

Langkah 4
Balik kertas.
Langkah 5
Lakukan hal yang sama seperti pada langkah 4.
Page | 220
Langkah 6
Inilah bagian yang sedikit sulit (secara teknis bisa dilewati sampai Langkah 9).
Lipat kertas dari sudut kiri dan kanan ke tengah sepanjang garis merah, dan kemudian lipat sudut
atas sesuai garis biru. Kertas dilipat hanya untuk membuat garis lipatan.
Langkah 7
Bentuk kertas akan terlihat seperti ini.
Langkah 8
Sekarang, buka lipatan dengan menarik sudut bawah kertas ke atas, dan lipat ke arah dalam
mengikuti garis lipatan.
Langkah 9
Bentuk kertas akan terlihat seperti ini. Hati-hati melipat sudut dan ujung kertas agar terlihat rapi.
Setelah selesai, lakukan hal yang sama di sisi sebaliknya seperti Langkah 6, 7, dan 8.
Langkah 10
Sekarang kamu telah mendapatkan bentuk dasarnya. Bentuk ini sudah setengah jadi, langkah
selanjutnya akan sangat mudah!
Langkah 11
Pastikan sisi atas kertas sudah benar, lalu lipat bagian kanan dan kiri kertas ke tengah sesuai
garis. Lipat kertas pada lapisan atas saja.
Langkah 12
Bentuk kertas akan terlihat seperti ini. Balik kertas.

Langkah 13
Lakukan hal yang sama seperti langkah 11. Apakah kertas semakin sulit dilipat? Itu berarti kamu
hampir selesai.
Langkah 14
Lipat bagian ujung bawah ke atas sesuai garis putus-putus untuk membentuk kepala.
Langkah 15

Buka sedikit sisi lipatan dan tekuk bagian kepala ke atas seperti ini:
Langkah 16
Lipat kembali ujung bawah sisi yang lainnya ke atas dan pipihkan.
Lakukan hal yang sama untuk membentuk ekor di sisi lain.
Page | 221
Langkah 17
Lipat ujung kertas sesuai garis putus-putus untuk membentuk paruh. Kamu dapat menentukan
sendiri panjang paruhnya.
Langkah 18
Bengkokkan sayap ke arah luar sesuai posisi yang tepat. Kamu dapat meniupkan sedikit udara
dari bawah.
Langkah 19
Burung origami sudah selesai.

Bagian 6
Kami Melakukannya Seperti Ini

Bagaimana kami menggunakan metode Learning to Live Together atau Belajar untuk
Hidup Bersama pada wilayah dan kondisi yang berbeda dan dengan orang-orang yang
memiliki perbedaan budaya dan keyakinan.

Page | 222
Proses pengembangan modul ini memakan waktu yang cukup panjang dan merupakan hasil dari
kerjasama orang-orang dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Metode Belajar untuk Hidup
Bersama diuji coba di lima wilayah, sepuluh negara, dan dalam kondisi yang berbeda, dengan lebih dari
300 partisipan yang berasal dari Argentina, Azerbaijan, Bolivia, Kanada, Kolombia, Kosta Rika,
Denmark, Ekuador, El Salvador, Finlandia, Ghana, Guatemala, Honduras, India, Israel, Jepang, Yordania,
Kenya, Lebanon, Maladewa, Nepal, Panama, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Inggris, Republik Tanzania
dan Venezuela.

Perwakilan dari Agama Tradisional Afrika/African Traditional Religions, Keyakinan Bahá'í /Bahá'í Faith,
Buddha, Kristen, Hindu, Tradisi Adat, Islam, Yahudi, anggota Brahma Kumaris dan orang-orang sekuler
menghadiri workshop yang dilaksanakan. Workshop ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk
dapat belajar tentang satu sama lain. Modul ini diperkaya dengan masukan dari peserta yang berkontribusi
pada sumber daya yang fleksibel namun terstruktur dan tetap menjaga fokus global namun mendorong
implementasi lokal.

Pengalaman yang diperoleh dari setiap workshop dimasukkan ke versi final modul ini baik itu berupa
masukan dari fasilitator, saran dari partisipan yang menghadiri pertemuan parallel, pembelajaran dari
anak dan remaja, rekomendasi dari para ahli di bidang pendidikan, etika, dan pembelajaran antar agama,
dari anggota GNRC, dan pencapaian yang diraih selama proses workshop.

Pada halaman berikut, Anda akan menemukan deskripsi dari setiap workshop uji coba yakni metode yang
digunakan, pembelajaran yang diperoleh oleh peserta, dampak dari workshop dan input utama yang
dimasukkan dalam modul ini. Anda akan melihat bagaimana setiap workshop berkontribusi pada hasil
akhir dari modul ini. Anda akan mampu memvisualisasikan proses yang telah dilalui sejak workshop
pertama dan bagaimana masing-masing workshop membantu dalam pengembangan materi – materi
pembelajaran antar-agama dan antar budaya yang dapat digunakan dalam kondisi yang berbeda.

Bagian ini juga akan memberikan ide yang lebih baik tentang bagaimana program dijalankan di berbagai
daerah dan membantu Anda untuk menjalankannya sendiri.

Kami mengundang Anda untuk mencatat pengalaman Anda dalam menggunakan modul ini dan dampak
yang dihasilkan kepada para peserta. Diharapkan hal tersebut akan menjadi sumber yang berguna bagi
organisasi Anda untuk dapat mendokumentasikan program pendidikan etika dan dalam meninjau proses
pembelajaran peserta.
Page | 223

Workshop Pendidikan Etika


Lidingö, Swedia
18 - 20 November 2005
Page | 224

Selama tiga hari, peserta dari Denmark, Finlandia, Swedia dan Inggris berkumpul untuk
membahas isu-isu yang berkaitan dengan nilai saling menghormati, empati, dan tanggung jawab.
Peserta dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan nilai – nilai yang dibahas. Setiap kelompok
yang terdiri dari golongan usia yang bervariasi membahas salah satu dari nilai – nilai tersebut.
Setiap kelompok membahas bagaimana nilai tersebut dapat diterapkan dan dipromosikan dalam
masyarakat.

Kelompok pertama mengeksplorasi nilai empati dari perspektif yang berbeda. Melalui analisis
penderitaan, kurangnya rasa hormat, kebencian, cinta, pemahaman, dan kepedulian peserta
termotivasi untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai pentingnya empati dalam masyarakat,
dan kebutuhan untuk mempraktikkan kegiatan - kegiatan yang mendidik rasa saling menyayangi
dan saling menghormati terhadap orang lain.

Melalui latihan kepercayaan, peserta menemukan arti empati dan bagaimana pola pikir ini bisa
mengarah pada kesadaran untuk membantu orang lain. Sebuah studi kasus tentang isu-isu
imigrasi di Eropa menjadi bahan dasar untuk diskusi mengenai empati di masyarakat.

Kelompok kedua fokus pada nilai tanggung jawab. Para peserta menganalisis peran, sudut
pandang dan pengalaman mereka di lingkungan masyarakat dari perspektif mereka sendiri.
Mereka mendiskusikan isu – isu yang mempengaruhi negara – negara Nordik serta tanggung
jawab individu dan kolektif yang mereka pegang sebagai warga negara. Proses analisis studi
kasus dan diskusi membantu mereka menyadari kemampuan mereka untuk menanggapi
ketidakadilan dan memenuhi kebutuhan negara mereka.

Kelompok terakhir membahas nilai saling menghormati. Setelah membahas apa arti nilai saling
menghormati, bagaimana nilai tersebut dapat dikembangkan dan dilanggar, peserta menyiapkan
film animasi tentang topik ini, menggunakan bahan dasar seperti pena, karton dan gunting.
Metode ini menunjukkan kreativitas peserta dan melatih berpikir kritis tentang perilaku mereka
sendiri.

Workshop ini berakhir dengan doa antaragama yang disiapkan oleh para peserta, di mana
masing-masing dari mereka berdoa, menyanyi atau membacakan teks sesuai ajaran agama
mereka masing - masing. Pada momen tersebut para peserta dapat merenungkan hasil dari
partisipasi, pembelajaran, dan pengalaman mereka.
Page | 225
Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran

Peserta merasa bahwa diskusi mereka telah memperluas pemahaman mereka tentang beberapa
masalah sosial yang dihadapi saat ini di negara-negara Nordik. Interaksi dengan orang-orang dari
latar belakang agama yang berbeda juga menantang sudut pandang mereka dan membantu
mereka melihat betapa pentingnya nilai – nilai tersebut ketika berinteraksi dengan orang lain.
Pembelajaran lainnya adalah menyangkut pentingnya menempatkan diri pada kondisi orang lain
dan menantang prasangka seseorang.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?

Pada workshop ini draft materi diuji untuk pertama kalinya dan hanya bagian pengantar yang
telah selesai ditulis. Evaluasi workshop membawa banyak poin pembelajaran penting yang
membantu pembentukan konsep modul dan isinya. Berikut ini adalah ide – ide utama yang
digabungkan dalam versi final modul ini:

Ø Metodologi aktif dan partisipatif menjadi titik sentral pemeliharaan nilai-nilai etika.
Ø Memfasilitasi ruang untuk berbagi dan belajar bagi anak-anak dan remaja.
Ø Nilai-nilai kehidupan tidak harus dipilah tapi harus saling berhubungan.
Ø Modul harus memiliki pendekatan yang lebih regional dan harus ada ruang untuk input
regional dan sumber daya.
Ø Modul perlu mengidentifikasi masalah – masalah sosial dan membantu anak-anak dan remaja
memahami masalah dalam masyarakat.
Ø Nilai – nilai kehidupan hanya bisa dipupuk bukan diajarkan.
Ø Lebih banyak ruang yang diperlukan bagi individu untuk mengembangkan spiritualitas
mereka.
Ø Menyertakan sumber daya – sumber daya seperti kegiatan, cerita – cerita, dan studi kasus.

Informasi tentang Workshop


Tempat Ecumenical Institute, Lidingö
Jumlah peserta / fasilitator 33/3 Page | 226

Jumlah peserta dewasa 27


Jumlah pemuda (15-19 tahun) 6
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Inggris
Negara asal peserta Chili, Ekuador, Denmark, Finlandia, India,
Israel, Jepang, Yordania, Sri Lanka, Swedia,
Inggris dan Republik Tanzania
Keyakinan peserta Buddha, Kristen, Hindu, Islam, Yahudi, dan
Sekuler
Teknik pedagogik Kesenian
Berbagi pengalaman
Meja bundar

Workshop Migrasi dan Pengungsian (Displacement) Page | 227

Bogota, Kolombia
5 – 8 Desember 2005

Anak-anak, remaja, dan dewasa dari Argentina, Bolivia, Kolombia, Ekuador dan Venezuela
bertemu selama empat hari dan membahas bagaimana rasa saling menghormati, empati,
rekonsiliasi dan tanggung jawab dapat diterapkan dalam konteks negara mereka, dan secara
khusus untuk isu pengungsian dan migrasi yang mempengaruhi wilayah Pegunungan Andes.

Workshop ini dirancang bagi pendidik untuk mempelajari kegiatan praktis baru, metodologi
berdasarkan nilai-nilai yang diusulkan, dan untuk meminta saran terkait perkembangan lebih
lanjut dari modul.

Pada hari pertama peserta mengeksplorasi identitas mereka sendiri agar dapat lebih memahami
diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Eksplorasi dilakukan dengan menggambar
diagram pohon yang membantu mengidentifikasi siapa diri mereka dan apa yang ingin mereka
capai dalam hidup. Suatu aktivitas dinamis tentang menemukan perbedaan dan persamaan di
antara para peserta juga digunakan untuk mengeksplorasi topik saling memahami.

Nilai empati dieksplorasi melalui kegiatan meditasi tentang perasaan peserta sendiri. Latihan ini
membantu mereka untuk terhubung dengan Bumi dan dengan orang-orang di sekitar mereka.
Dengan menempatkan diri secara fisik di siluet orang lain, peserta mampu menemukan arti
pentingnya empati. Setelah kegiatan, peserta melakukan diskusi untuk mengungkapkan
kesulitan menunjukkan rasa empati kepada mereka yang telah hak melanggar hak seseorang.
Peserta merefleksikan kebutuhan untuk melihat sisi kemanusiaan seseorang bahkan jika mereka
telah melakukan kejahatan.

Melalui analisa proses rekonsiliasi, peserta mempelajari bahwa konflik adalah bagian dari
realitas kita dan bahwa terdapat kebutuhan untuk transformasi konflik secara damai. Peserta

menggunakan studi kasus tentang rekonsiliasi dan menekankan pentingnya dialog jika ingin
hidup secara berdampingan.

Pada hari terakhir, peserta menganalisis isu pengungsian di wilayah tersebut. Peran dan tanggung
jawab dari masing-masing aktor sosial dipetakan. Peserta lalu membuat rencana aksi untuk Page | 228
melaksanakan pendidikan etika dalam konteks pengungsian. Workshop selalu dimulai dengan
doa untuk perdamaian di mana peserta menyanyikan lagu dan bersatu dalam keheningan.

Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran

Di setiap akhir kegiatan, kelompok berkumpul untuk menginternalisasi nilai-nilai dan


merenungkan hasil pembelajaran. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa workshop yang
dilaksanakan sangat inspiratif dan menyatakan minat dalam mempelajari bagaimana
mengembangkan program pendidikan etika berdasarkan metodologi partisipatif. Saat
merenungkan kesulitan untuk berempati dan berbelaskasih kepada pelaku kekerasan, salah satu
anak menjadi pusat perhatian ketika bertanya: "Di mana Tuhan saat semua ini terjadi? Anak
tersebut membuat para peserta melihat sisi kemanusiaan orang lain dan belajar memaafkan
sehingga dapat membawa perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?

Seluruh hasil workshop, metodologi yang digunakan, masukan dari peserta, dan refleksi dari
kelompok berkontribusi dalam pembentukan modul. Berikut ini adalah masukan – masukan
penting yang digabungkan dalam versi final modul ini:

Ø Gabungan anak-anak dan dewasa sangat baik untuk melakukan beberapa kegiatan.
Ø Perkenalkan kegiatan – kegiatan dan latihan – latihan yang dinamis dan partisipatif, seperti
musik, permainan, bermain peran, dan film.
Ø Keempat nilai yang telah disebutkan dapat dimasukkan ke dalam modul untuk memberikan
fleksibilitas dan memfasilitasi interkoneksi antara peserta.
Ø Berbagi pengalaman dan waktu untuk refleksi akan sangat diapresiasi dan dapat
diprioritaskan.
Ø Pentingnya metodologi yang memungkinkan ruang untuk anak-anak untuk memahami satu
sama lain dan untuk merefleksikan tentang diri mereka sendiri dan tentang dunia.

Page | 229

Informasi tentang Workshop


Tempat Retreat Centre San Pedro Claver, Bogotá
Jumlah peserta / fasilitator 49/4
Jumlah peserta dewasa 35
Jumlah anak – anak (9 – 13 tahun) 5
Jumlah pemuda (14 - 18 tahun) 9
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Spanyol
Negara asal peserta Argentina, Bolivia, Kolombia, Ekuador,
Prancis
dan Venezuela
Keyakinan peserta Kristen: Anglikan, Katolik, Lutheran,
Mennonite dan Presbiterian
Teknik pedagogik Berbagi pengalaman
Permainan
Meditasi
Meja bundar

Page | 230

Membangun bersama Pemuda GNRC


Jenewa, Swiss
13 – 15 Juli 2006

Workshop internasional dengan perwakilan dari Azerbaijan, Kolombia, Honduras, India, Israel,
Yordania, Kenya, Lebanon, Sri Lanka, Swedia, Inggris dan Republik Tanzania diselenggarakan
sebagai workshop uji coba pertama dari modul lengkap versi pertama.

Pemuda berusia 14 sampai 16 tahun terlibat dalam diskusi tentang identitas agama mereka
sendiri. Dengan saling berbagi pemahaman tentang agama dan ritual agama, mereka terlibat
dalam dialog intens yang membantu mereka terhubung dengan satu sama lain. Kunjungan antar
agama diselenggarakan dan peserta diberikan kesempatan untuk saling merasakan kondisi satu
sama lain.

Ketika melaksanakan kegiatan melukis baju, peserta merefleksikan hubungan mereka dengan
orang lain dan situasi yang mereka hadapi. Mereka menyatakan keinginan untuk membawa
perdamaian di dunia melalui persatuan, kepedulian, cinta dan saling menghormati. Diskusi
kelompok terfokus tentang rasa saling menghormati yang dilaksanakan di sekolah, di keluarga,
dan di lingkungan membantu mereka menganalisis bagaimana rasa saling menghormati dapat
diterapkan.

Malam budaya diselenggarakan dengan partisipasi beberapa pemuda dari Jenewa. Peserta
memiliki kesempatan untuk berbagi informasi tentang budaya dan keyakinan mereka.

Perwakilan pemuda dari Israel meninggalkan pesan kedamaian ketika berbicara tentang kegiatan
yang telah mereka laksanakan yang bertujuan untuk membina koeksistensi dan saling pengertian
di komunitas mereka di Israel.

Page | 231
Pada hari terakhir workshop, peserta belajar tentang berbagai jenis konflik dan bagaimana
konflik dapat berkembang dalam kondisi kekerasan. Mereka merefleksikan kebutuhan atas
rekonsiliasi untuk dapat menerapkan transformasi konflik. Salah satu pemuda menanyakan
perihal apa yang akan mereka lakukan jika mereka adalah korban kekerasan yang dilakukan oleh
orang lain.

Beberapa peserta berbagi pengalaman dimana mereka merasa sangat sulit untuk merespon
dengan cara damai dan menyatakan bahwa kekerasan terkadang sangat sulit untuk dihindari.
Selama diskusi, salah satu peserta dari India menunjukkan bagaimana Ghandi membawa
perdamaian ke India melalui perlawanan secara damai. Pada akhirnya, peserta merefleksikan
bahwa terdapat kebutuhan untuk memelihara perdamaian dari dalam diri untuk dapat
menanggapi situasi sulit.

Pada akhir workshop, para peserta berkomitmen untuk mengadakan pertemuan sekembalinya di
negara masing – masing dengan pemuda lainnya untuk membahas nilai-nilai yang telah
dieksplorasi selama workshop berlangsung.

Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran


Sebagian besar peserta menyatakan bahwa kunjungan antar-agama memberikan pengalaman
yang sangat berharga dan meningkatkan kesadaran mereka tentang agama orang lain. Malam
budaya membantu mereka terhubung dengan realitas satu sama lain dan mengakui identitas dan
budaya orang lain. Setelah workshop, para peserta dari Kenya dan Republik Tanzania
membentuk Kelompok Perdamaian di sekolah mereka. Para peserta dari Azerbaijan berbagi hasil
pembelajaran mereka dengan kelompok pemuda di Baku dan peserta dari Yordania dan Libanon
berbagi hasil pembelajaran mereka dengan komunitas Fishers Programme di Yordania.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?

Untuk pertama kalinya, modul pembelajaran diuji dalam lingkungan yang multikultural dan
multi-agama. Hal ini memungkinkan untuk mengidentifikasi milestone dan tantangan dalam
pelaksanaan modul. Berikut ini adalah masukan – masukan penting yang digabungkan dalam
modul:
Page | 232
Ø Mengembangkan transisi yang lebih jelas antara modul pertama dan kedua.
Ø Sesi terpisah untuk orang dewasa untuk memperkenalkan mereka untuk paket sumber daya.
Ø Lebih banyak ruang untuk memelihara spiritualitas melalui kegiatan introspektif.
Ø Memberikan ruang kepada peserta untuk berbagi tentang budaya dan keyakinan mereka.
Ø Perlu untuk menghubungkan kegiatan dengan lingkungan lokal dan realitas sosial.
Ø Menggunakan teknik pedagogis untuk melibatkan anak-anak dan pemuda dalam proses
refleksi.
Informasi tentang Workshop
Tempat John Knox Center, Jenewa
Jumlah peserta / fasilitator 16/4
Jumlah pemuda (15 - 19 tahun) 16
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Inggris/Bahasa Spanyol
Negara asal peserta Azerbaijan, Kolombia, Honduras, India,
Israel, Jordan, Kenya, Lebanon, Sri Lanka,
Swedia, Inggri, dan Republik Tanzania
Keyakinan peserta Buddha, Kristen (Anglikan, Katolik,
Ortodoks), Hindu, Islam, dan Yahudi
Teknik pedagogik Kesenian
Berbagi pengalaman
Kelompok Terfokus
Karyawisata
Permainan

Page | 233

Workshop Pendidikan Etika


Coimbatore, India
2 – 5 Agustus 2006

India adalah tempat yang spesial untuk workshop uji coba ini karena kondisi masyarakat antar-
agama yang tinggi, masyarakat yang dinamis, dan isu-isu sosial yang mempengaruhi negara dan
semangat kewirausahaan masyarakatnya menciptakan lingkungan yang sangat baik untuk peserta
workshop dalam pengalaman belajar spiritual.

Peserta dari Kanada, India, Yordania, Lebanon, Maladewa, Nepal dan Sri Lanka dapat
menemukan lebih banyak tentang diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan orang lain dan
memelihara spiritualitas mereka. Setiap pagi, peserta datang bersama-sama untuk memanjatkan
doan dan bermeditasi. Di awal workshop, peserta bekerja dalam kelompok untuk membahas
kebutuhan untuk dapat saling menghormati dalam masyarakat serta sikap dan perilaku yang
diperlukan untuk hidup dalam keragaman.

Kunjungan antar-agama dilaksanakan dengan mengunjungi masjid, kuil Jain, Sikh Gurudwara,
gereja, dan kuil Hindu. Di setiap kunjungan peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan, berdoa, memainkan musik atau bermeditasi dan juga mengidentifikasi perbedaan dan
persamaan yang dimiliki masing – masing agama.

Peserta menjalankan aktivitas berupa kuis dengan diberikan pertanyaan “Apa yang saya tahu
tentang agama lain?”. Peserta dibagi menjadi kelompok dan menjawab pertanyaan terkait tempat Page | 234
ibadah yang telah mereka kunjungi. Para peserta juga membahas perlunya rekonsiliasi dan rasa
saling menghormati.

Peserta mencatat dalam learning logs mereka hal – hal yang telah mereka pelajari, pengalaman
yang mereka lalui dan dampak yang mereka rasakan selama workshop berlangsung.

Pada hari ketiga, peserta berkesempatan untuk mengunjungi desa-desa setempat dimana anak-
anak mempelajari proyek-proyek yang dijalankan oleh masyarakat, program pendidikan yang
diselenggarakan oleh LSM lokal, dan inisiatif yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk
mentransformasi masyarakat. Aktivitas yang berbasis pengalaman ini memberikan kesempatan
kepada peserta untuk memahami tanggung jawab individu dan kolektif yang dapat
mentransformasi dunia.

Musik, tarian dan puisi dipentaskan pada malam budaya, di mana peserta menunjukkan bakat
dan budaya mereka masing - masing. Pada hari terakhir, peserta bergabung dengan Coimbatore
Peace Festival bersama 250 anak-anak untuk membahas perlunya nilai-nilai etika dalam
masyarakat dan bagaimana mereka dapat bertindak sebagai penjaga perdamaian. Workshop
berakhir dengan pertunjukan musik dan para peserta menyanyikan sebuah lagu yang telah
mereka latih selama workshop yang mempromosikan persaudaraan dan perdamaian.

Pembelajaran dan Dampak Pembelajaran


Pada sesi akhir workshop, para peserta mengungkapkan kesan dari proses pembelajaran yang
telah mereka lalui selama workshop dan bagaimana persepsi mereka tentang dunia dan agama-
agama lain yang telah mereka pelajari melalui interaksi mereka dengan orang-orang dari budaya
dan agama yang berbeda. Salah satu peserta mengatakan bahwa ia paham tentang rasa saling
menghormati terhadap orang lain ketika ia baru datang, tapi sekarang ia mulai belajar apa arti
sebenarnya dan apa yang dituntut dalam sikap dan tindakan jika kita sebagai pemuda Hindu,
Muslim, dan Kristen ingin melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk meningkatkan
komunitas kita".

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Metode yang digunakan, dan lingkungan spiritual para peserta workshop, membantu kami
mengidentifikasi elemen kunci untuk dimasukkan dalam modul:
Page | 235
Ø Keterlibatan para peserta dengan masyarakat lokal melalui kunjungan lapangan dan interaksi
dengan masyarakat setempat.
Ø Kunjungan antar-agama dan penerapan aktivitas berbasis pengalaman.
Ø Penginklusian lebih banyak waktu untuk bersemedi, musik, doa-doa dan refleksi untuk
memelihara spiritualitas.
Ø Perlu untuk menemukan penerapan nilai-nilai dalam situasi nyata.
Ø Penerapan program etika dalam isu-isu sosial yang memprihatinkan.

Informasi tentang Workshop


Tempat Shanti Ashram, Coimbatore
Jumlah peserta / fasilitator 65/5
Jumlah anak – anak (10 - 19 tahun) 65
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Inggris/Penerjemah Tamil
Negara asal peserta Kanada, Yordania, India, Lebanon,
Maladewa,
Nepal, dan Sri Lanka
Keyakinan peserta Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam
Teknik pedagogik Kesenian
Diskusi
Berbagi Pengalaman
Karyawisata
Permainan
Meditasi
Mendongeng

Page | 236

Workshop Pendidikan Etika


Salamanca, Spanyol
31 Agustus - 2 September 2006

Pada workshop yang diselenggarakan di Spanyol, peserta terdiri dari orang dewasa dan anak-
anak dari beberapa wilayah di Spanyol yang mewakili umat Kristen, Komunitas Baha'i dan
Organisasi Brahma Kumaris. Ini adalah pertama kalinya modul diuji dengan peserta yang berasal
hanya dari satu negara.

Peserta dewasa dan remaja dipisah menjadi dua kelompok dan kemudian membahas topik
pertama dari modul yaitu, Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain, serta memberikan masukan
untuk pengembangan konten modul.

Selama hari pertama, para pemuda mengeksplorasi keragaman global yang diidentifikasi melalui
aktivitas Menggambar Peta, dan kemudian membahas perbedaan agama dan daerah yang

ditentukan. Para peserta mendapatkan pemahaman baru tentang bagaimana keberagaman agama
telah membentuk dunia dan bagaimana negara-negara yang telah secara tradisional mengantu
hanya satu agama pada perkembangannya merangkul agama – agama lain.

Page | 237
Melalui aktivitas permainan, peserta mendiskusikan martabat manusia dan kebutuhan untuk
saling menghormati dan memahami. Saat saling bertukar pendapat, peserta mengemukakan
tentang prasangka terhadap budaya dan agama lain serta tentang perlunya untuk memahami
orang lain. Mereka menganalisis penyebab masalah sosial yang terjadi di Spanyol dan
bagaimana masalah – masalah sosial tersebut mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Mereka membahas bagaimana mereka dapat lebih terbuka terhadap orang-orang yang
terkucilkan atau direndahkan.

Pada malam hari, peserta dewasa dan anak-anak melakukan aktivitas yang disebut kafe antar-
agama/interfaith cafe di mana mereka membahas prinsip-prinsip, perilaku dan sikap yang
diperlukan untuk hidup dalam harmoni dengan orang-orang yang berasal dari berbagai
keyakinan dan budaya. Setelah itu mereka mengikuti malam budaya di mana anak-anak
mementaskan tarian dan cerita khas dari daerah mereka.

Selama hari terakhir, peserta merefleksikan kebutuhan untuk menemukan kedamaian dari dalam
diri sendiri dan menempatkandiri pada posisi orang lain. Melalui kegiatan meditasi, peserta
menemukan koneksinya dengan alam, dengan peserta lain, dan merefleksikan perasaan dan
tanggung jawab mereka untuk membantu memecahkan masalah dan merespon secara damai atas
kebutuhan orang lain.

Pembelajaran dan Dampak Pembelajaran


Anak – anak yang beragama Katolik menyatakan betapa berharganya bagi mereka mendapatkan
kesempatan untuk mengenal anak-anak dari Keyakinan Baha'I dan mereka antusias untuk
bekerja sama dan mempersiapkan kegiatan bersama-sama untuk mempromosikan toleransi. Para
peserta dari keyakinan Baha'I berkomitmen untuk berbagi hasil pembelajaran yang mereka
dapatkan dari workshop ini dengan rekan – rekan mereka di daerah masing – masing dan juga

menegaskan kesediaan mereka untuk mengembangkan kegiatan lintas agama bagi pemuda
dengan tujuan untuk mempromosikan perdamaian dan persatuan di Spanyol.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Page | 238
Workshop ini memungkinkan uji coba aktivitas dan metodologi baru yang sekarang telah masuk
dalam modul. Hal tersebut juga memberikan masukan yang baik untuk merevisi konten dan
menggabungkan ide-ide baru dalam modul. Berikut adalah beberapa masukan yang telah
dikumpulkan:
Ø Belajar untuk Hidup Bersama juga dapat digunakan pada subjek orang dewasa karena
aktivitasnya dapat disesuaikan sesuai kalangan usia peserta.
Ø Diskusi mengenai isu-isu kontemporer dan realitas sosial pemuda perlu dibahas dalam
modul.
Ø Menggunakan aktivitas berbasis pengalaman ketika membahas realitas sosial membuat
proses pembelajaran menjadi lebih relevan.
Ø Menggunakan modul dalam kelompok agama yang homogen.
Ø Aktivitas introspeksi diri membantu peserta dalam menginternalisasi hasil pembelajaran dan
dalam merefleksikan pengalaman mereka sendiri.

Informasi tentang Workshop


Tempat Tilanococo Residence, Salamanca
Jumlah peserta / fasilitator 20/3
Jumlah pemuda (14 - 18 tahun) 8
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Spanyol
Keyakinan peserta Keyakinan Baha’I, Kristen (Katolik,
Anglikan), anggota Organisasi Brahma
Kumaris
Teknik pedagogik Permainan
Kelompok Terfokus
Berbagi Pengalaman

Meditasi
Meja Bundar

Page | 239

Workshop Pendidikan Etika


Kyoto, Jepang
Agustus 2006

Workshop satu hari diselenggarakan di Kyoto untuk anak-anak dan pemuda dari berbagai
wilayah GNRC di Ghana, Israel, Jepang, Yordania, Sri Lanka dan Republik Tanzania. Workshop
ini dilaksanakan bersamaan dengan the 8th World Assembly of the World Conference of Religions
for Peace (WCRP).

Sejumlah enam anak merepresentasikan Agama Tradisional Afrika, Buddha, Kristen, Hindu,
Islam dan Yahudi berkumpul bersama untuk belajar dengan cara yang interaktif tentang diri
mereka sendiri dan orang lain. Melalui metodologi introspektif, mereka mereflesikan tentang
hubungan mereka dengan orang lain.
Page | 240

Workshop ini dimulai dengan berbagai aktivitas yang memungkinkan peserta untuk saling
mengenal satu sama lain dan membahas mengapa mereka bergabung dalam workshop dan apa
yang mereka harapkan dari workshop ini. Sesi perkenalan ini membantu menciptakan suasana
yang nyaman untuk sesi workshop berikutnya.

Anak-anak diinstruksikan untuk menggambar pohon yang mewakili asal usul mereka, keluarga
mereka, kepentingan mereka, apa yang membuat mereka bahagia atau sedih dan apa yang paling
mereka sukai. Aktivitas yang disebut Pohon Kehidupan Saya/My Life Tree memberikan
kesempatan bagi mereka untuk refleksi dan introspeksi. Pada akhir aktivitas, mereka saling
memperlihatkan gambar dan mengeksplorasi perbedaan dan persamaan mereka.

Melalui aktivitas Mengurangi Wilayah Pulau/Diminishing Island, anak – anak belajar kebutuhan
untuk berbagi dan membantu orang lain. Mereka mendiskusikan bagaimana mereka semua
merupakan bagian dari kemanusiaan dan betapa pentingnya untuk menghormati orang lain dan
menempatkan diri pada posisi orang lain.

Anak-anak mengeksplorasi konflik dan bagaimana merespon orang – orang yang berada dalam
situasi yang berbeda. Mereka belajar tentang metode alternatif non-kekerasan dan melalui
berbagai aktivitas menemukan cara bagaimana mentransformasi kondisi dunia saat ini dan di
masa depan.

Pada sesi berbagi dan refleksi kolektif, anak-anak diperkenalkan tentang Kisah Sadako, seorang
gadis Jepang yang meninggal karena penyakit leukemia yang didapatkannya dari efek bencana
nuklir di Hiroshima. Selama tahun akhir kehidupannya, Sadako membuat lebih dari 1.000
burung bangau dari kertas dengan harapan keinginannya akan terkabulkan. Anak-anak

mendengarkan dengan seksama cerita tersebut dan kemudian belajar cara membuat burung
bangau dari kertas.
Anak-anak belajar tentang bagaimana burung bangau kertas telah menjadi simbol doa untuk
perdamaian di seluruh dunia. Mereka diberi waktu untuk menuliskan doa untuk perdamaian di
Page | 241
kertas yang mereka digunakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk refleksi dan
membuat aktivitas membuat bangau kertas menjadi momen spiritual di mana para peserta bisa
berpikir tentang kisah Sadako dan efek dari bencana nuklir di Hiroshima.

Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran


Anak-anak mengemukakan tentang betapa banyaknya masalah di dunia yang tercipta dari
kurangnya pemahaman antara satu sama lain. Mereka mempelajari pentingnya cara-cara damai
untuk mengubah konflik, baik konflik pribadi ataupun sosial. Mereka berkomitmen untuk
menjadi lebih peduli pada orang lain dan menghormati orang-orang yang berbeda dari mereka.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Untuk pertama kalinya modul diuji cobakan dengan peserta beberapa anak – anak dalam
kelompok multikultural. Workshop singkat ini memberikan ide-ide yang sangat menarik dalam
program:
Ø Pentingnya menggunakan cerita nyata untuk memotivasi refleksi.
Ø Fleksibilitas untuk mengadaptasikan metodologi sesuai usia peserta.
Ø Inklusi metodologi yang mendorong kreativitas dan artistik peserta.
Ø Perlu menciptakan ruang yang aman bagi anak-anak untuk berbicara dengan rekan-rekan
mereka, tanpa diganggu atau mengganggu.

Informasi tentang Workshop


Tempat The International Conference Centre, Kyoto
Jumlah peserta / fasilitator 6/2
Jumlah anak – anak (9 - 13 tahun) 6
Durasi 1 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Inggris

Negara asal peserta Ghana, Israel, Jepang, Yordania, Sri Lanka


dan Republik Tanzania
Keyakinan peserta Agama Tradisional Afrika, Buddha, Kristen,
Hindu, Islam, dan Yahudi. Page | 242
Teknik pedagogik Kesenian
Diskusi
Berbagi Pengalaman
Permainan

Perjalanan Bersama Menuju Perdamaian


Dar Es Salaam, Tanzania
7 – 10 Desember 2006

Perjalanan Bersama Menuju Perdamaian adalah tema Workshop yang diselenggarakan di Dar Es
Salaam di mana peserta dari Kenya, Uganda dan Republik Tanzania berkumpul untuk membahas
bagaimana mereka bisa menjadi penjaga perdamaian dan promotor toleransi di negara mereka.
Page | 243

Workshop ini diadaptasikan dengan lingkungan regional dan budaya serta dikaitkan dengan
aktivitas lokal dan isu-isu sosial dalam konteks Afrika Timur. Perwakilan peserta dari agama
yang berbeda yang juga terlibat dalam dialog antar-agama turut mendukung keterbukaan dalam
memeluk agama dan kepedulian kepada orang lain.

Perjalanan dimulai dengan sesi mengenal diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.
Aktivitas worskhop dilaksanakan dengan menekankan identitas peserta dan perbedaan serta
persamaan mereka dengan orang lain. Diskusi tentang perbedaan memberikan kesempatan
kepada peserta untuk mengidentifikasi masalah – masalah yang muncul dalam lingkungan sosial
mereka dikarenakan kurangnya rasa saling menghormati antar satu sama lain. Melalui aktivitas
pemecahan masalah, The Ethical bank, peserta mengidentifikasi penyakit sosial, seperti korupsi
dan kekerasan terhadap anak kemudian membahas bagaimana hal tersebut dapat merusak
kemanusiaan. Para peserta juga membahas cara-cara kreatif untuk mentransformasi situasi
tersebut.

Para peserta menyiapkan pertunjukan drama untuk menunjukkan betapa sulitnya suatu kondisi
ditransformasi secara damai. Anak – anak juga membahas perundungan/bullying, pengucilan
sosial dan diskriminasi, dan isu-isu lain untuk kemudian merefleksikannya dalam perilaku dan
sikap mereka sendiri. Mereka menyorot pentingnya empati dan juga mempelajari budaya orang
lain melalui permainan dan simulasi yang melatih praanggapan mereka dan keberagaman.

Peserta memiliki kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat ibadah dari agama yang berbeda
dan menemukan persepsi dan ide-ide terkait keberagaman agama. Mereka mendapati kunjungan
antar-agama membuat mereka mempelajari bahwa Kehadiran Ilahi dapat muncul dari banyak
wajah dan dipahami dengan cara yang berbeda-beda oleh setiap orang.

Pada hari terakhir workshop, peserta belajar tentang transformasi konflik dan bagaimana konflik
dapat dipahami dan dianalisis. Aktivitas Diminishing Islands membuat peserta memahami bahwa
terkadang kita mengucilkan orang lain secara tidak sadar hanya untuk mendapatkan apa yang
kita butuhkan atau inginkan dan mereka juga mempelajari pentingnya berbagi dan merangkul
Page | 244
orang lain melalui aktivitas tersebut. Sesi diskusi juga dilaksanakan dengan narasumber dari
inisiator GNRC Peace Clubs di Republik Tanzania yang berbagi pengalaman terkait pengalaman
hidupnya yang menantang dan bagaimana pengalaman dalam menentukan nasibnya telah
memberikan inspirasi untuk mempromosikan hak – hak anak dan inisiatif perdamaian di
kalangan pemuda Republik Tanzania.

Sesi akhir workshop ini diisi dengan kegiatan api unggun di mana anak-anak dan orang dewasa
berkumpul di sekitar api unggun tradisional Afrika dan menggunakan drum untuk berkomunikasi
dan saling menghibur.

Suasana yang dibentuk merupakan pengingat warisan Afrika di mana ruang spiritual diciptakan
oleh tetua Afrika untuk mewariskan nilai-nilai etika yang penting dan abadi dan untuk
mendamaikan pihak yang sedang berkonflik.

Pembelajaran dan Dampak Pembelajaran


Sebagian besar anak-anak mengatakan bahwa pemahaman mereka tentang budaya dan agama-
agama lain menjadi lebih luas. Beberapa dari mereka berkomitmen untuk membuat Kelompok
Perdamaian/Peace Club di sekolah mereka. Saat ini, sebuah Kelompok Perdamaian telah
didirikan oleh peserta di Dar es Salaam. Mereka semua berkomitmen untuk berbagi apa yang
mereka pelajari dengan teman-teman dan keluarga dan menyatakan kesediaan untuk terlibat
dalam kegiatan serupa di masa mendatang.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Beragam aktivitas yang dilakukan selama workshop berlangsung telah memberi banyak masukan
untuk pengembangan modul. Berikut adalah ide-ide yang sangat membantu:
Ø Memberikan ruang bagi peserta untuk berinteraksi dengan orang-orang yang dapat menjadi
teladan dan menginspirasi mereka untuk membawa perubahan.

Ø Menginklusi kegiatan yang mendukung pembangunan masyarakat, misalnya kegiatan api


unggun dan lingkaran musik drum.
Ø Menginklusi metodologi yang dapat memotivasi kreatifitas dan keterampilan berpikir kritis
peserta.
Page | 245

Informasi tentang Workshop


Tempat Tanzania Episcopal Conference Center, Dar
Es Salaam
Jumlah peserta / fasilitator 24/3
Jumlah anak – anak (15 - 19 tahun) 24
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Inggris
Negara asal peserta Kenya, Uganda dan Republik Tanzania
Keyakinan peserta Keyakinan Baha’I, Buddha, Kristen, Hindu,
dan Islam.
Teknik pedagogik Berbagi Pengalaman
Karyawisata
Permainan
Pemecahan Masalah
Bermain Peran

Workshop Pengungsian dan Migrasi


San Lorenzo, Ekuador Page | 246

23 – 25 Januari 2007

Workshop pengungsian dan migrasi mengumpulkan orang tua, pemuda, dan anak-anak dari
Kolombia dan Ekuador. Modul disesuaikan dengan tema workshop dan peserta dari denominasi
Kristen yang berbeda dan dari Keyakinan Baha'I membahas tantangan etika yang dihadapi oleh
masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan Kolombia dan Ekuador.

Setiap pagi, sebelum kegiatan dimulai, peserta berkumpul untuk mengheningkan cipta, meditasi
dan berdoa untuk perdamaian di wilayah mereka. Beberapa sesi dilaksanakan menggabungkan
peserta anak-anak dan dewasa sementara di sesi lain dimana kegiatan yang dilaksanakan lebih
banyak eksplorasi dan diskusi, peserta melaksanakan kegiatan secara terpisah.

Workshop dibuka dengan sesi identitas budaya dimana peserta dibagi ke dalam kelompok dan
diminta untuk menggambar peta Kolombia atau Ekuador dan kemudian mengidentifikasi
kekhasan dari negara yang digambar seperti benda – benda khas, aktivitas khas, makanan, dan
gambar – gambar. Para peserta terlibat dalam diskusi tentang asal usul kedua negara serta
perbedaan dan persamaan kedua negara. Kegiatan ini membantu menciptakan koneksi antar para
peserta.

Pada sore hari, peserta terlibat dalam pembahasan keragaman dan mengidentifikasi isu
pengungsian dan migrasi berdasarkan pengalaman, pandangan agama, dan latar belakang etnis
dan sosial mereka. Keanekaragaman ditegaskan sebagai realitas yang memperkaya kemanusiaan
dan perlu diterima dengan baik.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam workshop adalah malam budaya yang diisi dengan
musik Ekuador dan Kolombia. Para peserta menari, menyanyi, dan bercerita dengan satu sama

lain. Kegiatan ini memberikan kesempatan yang baik bagi para peserta untuk menikmati malam
khas Latin dan menciptakan koneksi antar peserta. Hari berikutnya, para peserta mengunjungi
salah satu komunitas lokal di daerah San Lorenzo yang memberikan kesempatan bagi para
peserta untuk mempelajari situasi yang sedang dihadapi masyarakat Kolombia dan Ekuador yang
Page | 247
tinggal di sana. Mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang lokal dan
membahas isu-isu sosial dengan tokoh masyarakat dan serta belajar tentang inisiatif dan proyek-
proyek yang mereka jalankan.

Pada hari terakhir workshop, peserta memetakan konflik – konflik yang timbul antara
masyarakat Kolombia dan Ekuador di wilayah tersebut. Melalui studi kasus dan aktivitas
bermain peran, peserta menganalisis kemungkinan penyebab dan konsekuensi dari konflik serta
belajar tentang alternatif non-kekerasan yang ditujukan untuk mengtransformasi konflik yang
terjadi. Anak-anak berbagi pengalaman terkait kekerasan yang mereka hadapi sehari – hari di
sekolah dan di komunitas mereka. Mereka membahas kemungkinan solusi dan merefleksikan
tanggung jawab yang mereka emban.

Pembelajaran dan Dampak Pembelajaran


Efek dari konflik kekerasan di Kolombia tercermin dari perilaku dan sikap dari beberapa anak
yang terkena dampak langsung dari konflik. Konflik yang mereka alami dapat membuat mereka
benci dan tidak toleran terhadap orang lain. Selama workshop berlangsung, anak-anak berbagi
pengalaman dan ketakutan mereka, dan mereka mampu mengusulkan cara untuk menjadi lebih
hormat terhadap orang lain, untuk menerima perbedaan dan untuk merespon dengan cara non-
kekerasan bahkan ketika hak-hak mereka dilanggar. Mereka menemukan bahwa mereka dapat
menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Untuk pertama kalinya modul diaplikasikan dalam tema sosial tertentu. Pendekatan ini
membantu mengembangkan fleksibilitas modul dan mengeksplorasi cara-cara lain yang dapat
digunakan. Berikut ini adalah masukan penting yang dimasukkan ke dalam modul:
Ø Membentuk pedoman dalam mempersiapkan kunjungan lapangan.
Ø Bagaimana menggunakan modul untuk tema tertentu, seperti pengungsian.

Ø Penggunaan modul untuk meningkatkan kerjasama antar-agama dalam isu sosial tertentu.
Ø Menginklusi metodologi yang mendorong partisipasi dan inklusivitas.
Ø Pentingnya mempersiapkan orang dewasa, guru dan fasilitator untuk menggunakan modul
dalam kondisi yang berbeda.
Page | 248

Informasi tentang Workshop


Tempat Hotel San Lorenzo, San Lorenzo
Jumlah peserta / fasilitator 37/4
Jumlah peserta dewasa 25
Jumlah pemuda (14 - 18 tahun) 12
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Spanyol
Negara asal peserta Kolombia dan Ekuador
Keyakinan peserta Keyakinan Baha’I dan Kristen (Katolik,
Evangelis, Lutheran, Mennonite dan
Presbiterian)
Teknik pedagogik Kesenian
Berbagi Pengalaman
Karyawisata
Permainan
Pemecahan Masalah
Bermain Peran

Page | 249

Workshop Kekerasan Pemuda


San Salvador, El Salvador
1 – 5 November 2007

25 anak-anak dari El Salvador yang mewakili agama Keyakinan Baha'i, Buddha, Kristen, Tradisi
Adat, Islam, dan Yahudi, berkumpul dengan orang dewasa yang mewakili organisasi-organisasi
keagamaan untuk memupuk spiritualitas mereka dengan belajar untuk lebih memahami satu
sama lain. Melalui workshop mereka menemukan cara-cara damai untuk mengtransformasi
situasi kekerasan dan mengembangkan kapasitas mereka untuk bekerja sama dalam menjaga
perdamaian di masyarakat mereka, meskipun mereka berbeda.

Pada hari pertama, peserta menggambar siluet mereka dan mengeksplorasi siapa diri mereka dan
bagaimana identitas mereka dibentuk oleh pengalaman mereka kemudian mereka berbagi
refleksi dengan satu sama lain. Permainan kooperatif dilaksanakan untuk mengeksplorasi cara –
cara dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan merenungkan keunikan setiap
individu. Peserta menyimpulkan bahwa sangat mungkin untuk bekerja sama ketika mereka
belajar untuk saling menghormati dan menghargai perbedaaan dengan pikiran dan perasaan
terbuka.

Setelah kegiatan, peserta dibagi dalam kelompok dan diminta untuk membuat lambang persatuan
yang dapat menunjukkan perbedaan dan persamaan antara anggota kelompok masing-masing.
Kegiatan ini membantu mereka untuk mengenal satu sama lain dan menilai orang lain

melampaui penampilan fisik. Pada akhirnya, peserta membahas pentingnya keanekaragaman di


dunia dan dalam masyarakat.

Diskusi tentang realitas dan tantangan membantu peserta untuk membuka diri dalam berbagi
Page | 250
pengalaman pribadi mereka. Peserta saling berbagi dan menceritakan dan mendiskusikan tentang
permasalahan keluarga, permasalahan saudara kandung yang merupakan bagian dari Maras
(Geng), dan situasi kekerasan.

Beberapa sesi dilaksanakan untuk membahas konflik kekerasan yang terjadi di El Salvador dan
alternatif non-kekerasan. Sesi ini mendorong kreatifitas dan keterampilan berpikir kritis peserta
untuk mencairkan perbedaan dengan orang lain dan untuk belajar cara – cara menantang
praanggapan dan stereotip. Melalui studi kasus, bermain peran dan diskusi, mereka memetakan
konflik yang mempengaruhi mereka dan mengidentifikasi cara – cara yang mungkin
untukmentransformasi konflik secara damai.

Melalui kegiatan silent journey, peserta menjelajahi wilayah – wilayah di tempat workshop
berlangsung dan mengidentifikasi masing-masing tempat dengan warna tertentu. Setiap warna
membuat mereka merenungkan kehidupan mereka, hubungan mereka dengan orang lain dan
dengan alam serta sikap rekonsiliasi yang diperlukan untuk membawa perdamaian dalam
lingkungan sosial mereka. Aroma, suara, dan musik membantu proses introspeksi dan
memungkinkan peserta untuk sementara waktu menjauhkan diri dari rutinitas dan kesibukan
mereka sehari-hari.

Doa dari masing – masing agama yang dipanjatkan dan aktivitas bersemedi membantu
menciptakan suasana spiritualitas peserta dan kebutuhan untuk menemukan kedamaian dari
dalam diri yang pada akhirnya ditujukan untuk membentuk perdamaian dalam masyarakat.

Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran


Kunjungan ke tempat – tempat ibadah diusulkan untuk menjadi komitmen para peserta sebagai
bentuk perjalanan pemahaman antar-agama, selain itu juga peserta berkomitmen untuk terus
mengeksplorasi cara -cara bekerja sama dalam memecahkan masalah yang dapat mempengaruhi

anak-anak dan remaja. Anak-anak menyarankan untuk memasukkan lebih banyak permainan dan
aktivitas doa pada workshop berikutnya, sedangkan peserta dewasa menyarankan untuk
mengadakan pertemuan terkait pendidikan etika bagi orang tua. Setelah workshop,para pemuda
membentuk sebuah blog (http://www.gnrcelsalvador.blogspot.com/) yang ditujukan sebagai
Page | 251
sarana berbagi pengalaman dan untuk menjaga komunikasi antar peserta.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Berikut ini adalah masukan – masukan penting yang dimasukkan kedalam modul:
Aktivitas bersemedi digunakan untuk memberikan kesempatan bagi para peserta
mengintrospeksi diri dan memotivasi anak-anak untuk merefleksikan sikap dan hubungan
mereka dengan orang lain.
Ø Pentingnya memberikan waktu dan ruang untuk berdoa dengan tujuan untuk memahami
keyakinan orang lain.
Ø Menginklusi aktivitas bermain peran sebagai cara untuk menemukan alternatif non-
kekerasan dalam proses transformasi konflik.

Informasi tentang Workshop


Tempat Templo del Sol, Komunitas Buddha, San
Salvador
Jumlah peserta / fasilitator 43/5
Jumlah peserta dewasa 18
Jumlah pemuda (14 - 18 tahun) 25
Durasi 3 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Spanyol
Negara asal peserta El Salvador, Guatemala, dan Honduras
Keyakinan peserta Keyakinan Baha’I, Kristen (Katolik,
Evangelis, Lutheran, dan Presbiterian),
Tradisi Adat, Islam, dan Yahudi
Teknik pedagogik Kesenian
Berbagi Pengalaman
Permainan

Meditasi
Pemecahan Masalah
Bermain Peran

Page | 252

Workshop tentang Kekerasan Pemuda


Capira, Panama
21 – 23 Januari 2008

38 orang dewasa dan anak-anak yang mewakili Keyakinan Baha'i, denominasi Kristen, Gerakan
Hare Krishna dan Yahudi berkumpul selama tiga hari untuk menganalisis dan merefleksikan isu
kekerasan terhadap remaja di Panama.

Pada hari pertama, api unggun dinyalakan untuk menyambut para peserta. Lagu – lagu
dinyanyikan, gitar dan simbal dimainkan, gelak tawa, doa - doa, puisi dan puji – pujian terdengar
dan terbaur sehingga membentuk suatu koneksi dan rasa saling menghormati antar peserta.

Peserta mendiskusikan kebutuhan untuk menghormati pendapat orang lain dan saling memahami
melalui kegiatan yang disebut I Stand For. Para peserta mengemukakan pendapat yang berbeda –
beda terkait topik yang mempengaruhi mereka dan menyatakan prinsip atas apa yang mereka

percayai. Kegiatan ini melatih sudut pandang mereka dan mendorong mereka untuk dapat
menghormati pendapat orang lain walaupun mereka tidak sependapat.

Peserta juga membahas terkait dilema etika dan merefleksikan tentang bagaimana membuat
keputusan yang etis. Dengan saling berbagi pengalaman, para peserta merefleksikan kebutuhan Page | 253
untuk berempati dan saling menghormati agar mampu membuat keputusan yang berdasar.

Para peserta memetakan jenis - jenis kekerasan yang dialami dan diperbuat oleh pemuda, serta
ketika pemuda menjadi korban kekerasan dalam lingkungan mereka sendiri. Para peserta juga
mencari tahu penyebab, konsekuensi dan potensi dari kekerasan yang dapat mereka transformasi.
Disfungsi keluarga, kekerasan dari orang tua, dan tidak adanya teladan diidentifikasi menjadi
penyebab utama kekerasan remaja. Melalui kegiatan bermain peran, peserta menganalisis
alternatif non-kekerasan yang dapat digunakan untuk menanggapi situasi kekerasan dan
menurunkan tingkat kekerasan yang mempengaruhi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Malam budaya diselengarakan di mana peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan


adat istiadat yang ada di Kolombia, Kosta Rika, Panama dan Uruguay. Para peserta menyanyikan
dan mementaskan tarian khas dari Panama dan mempelajari tradisi budaya yang dipentaskan.

Pada sesi terakhir workshop, kegiatan introspektif dilaksanakan dengan tujuan memberikan
kesempatan pada peserta untuk bermeditasi dan merenungkan tentang kehidupan mereka,
hubungan mereka dengan orang lain, dan sikap mereka. Para peserta kemudian menceritakan
hasil refleksi mereka dan menyimpulkan bahwa mengenali diri mereka sendiri dan bagaimana
mereka berhubungan dengan orang lain sangat penting untuk dipahami.

Pembelajaran dan Dampak dari Pembelajaran

Pada salah satu sesi berbagi pengalaman, salah satu peserta bercerita tentang Knight in Rusty
Armour, yang berkisah tentang jenis baju zirah yang dibawa untuk melindungi diri dari orang
lain dan mencegah kita untuk menunjukkan diri kita sebenarnya. Peserta tersebut mendorong
peserta lain untuk lebih membuka diri dan menemukan identitas sejati serta makna kehidupan
mereka. Kegiatan ini memberikan kesempatan yang baik bagi para peserta untuk refleksi diri dan
interaksi mereka dengan orang lain.

Peserta dewasa mengusulkan pengembangan program pendidikan etika untuk keluarga dan
menyertakan orang tua dalam diskusi tentang etika dengan anak-anak. Perwakilan dari
Kementerian Sosial dan Kesehatan di Panama menunjukkan minat mereka untuk bekerja sama
dengan GNRC dalam mempromosikan pendidikan etika untuk mencegah kekerasan remaja di
Page | 254
negara tersebut.

Bagaimana workshop ini berkontribusi pada pengembangan modul?


Workshop ini adalah workshop terakhir yang diadakan untuk menguji coba modul dan
memberikan kesempatan tersendiri untuk menguji coba materi yang telah dikembangkan serta
menggunakan aktivitas – aktivitas dan teknik – tekni yang baru. Berikut ini adalah ide-ide yang
dimasukkan dalam modul:

Ø Menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang apresiatif untuk menganalisis masalah dan


konflik.
Ø Menggunakan mandala28 untuk membantu anak-anak merefleksikan tentang kehidupan dan
tujuan hidup.
Ø Menggunakan dilema moral untuk mendorong keterampilan berpikir kritis dan melatih sudut
pandang anak-anak terkait keputusan etis.

Informasi tentang Workshop


Tempat Hogar Javier, Capira
Jumlah peserta / fasilitator 38/3
Jumlah peserta dewasa 18
Jumlah pemuda (14 - 18 tahun) 20
Durasi 2 hari
Bahasa yang digunakan Bahasa Spanyol
Negara asal peserta Kosta Rika dan Panama
Keyakinan peserta Keyakinan Baha’I, (Gereja Persatuan Balboa,
Katolik, dan Menonit), Gerakan Hare
Krishna, dan Yahudi


28
Alat yang digunakan untuk berkonsentrasi selama bersemedi, biasanya berbentuk lukisan diatas kain atau
lukisan di atas tanah yang digambari dengan taburan beras berwarna (KBBI)

Teknik pedagogik Berbagi Pengalaman


Permainan
Meditasi
Pemecahan Masalah
Page | 255
Pertanyaan Apresiatif
Bermain Peran

Section 7
Referensi

Kumpulan Sumber

Kumpulan Kisah
A Chinese folk tale – Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtue, Series One.

Garborg’s Inc., Bloomington, 1995, pp.11-13.

The boy who cried ‘Wolf’ – Unseth, Benjamin (edit). Honesty, Little Books of Virtues, Series
One. Garborg’s Inc., Bloomington, 1995, pp.34-36.

The courage to be – Adapted from the story of Peggy Monague, Christian Island, Ontario. Page | 256

Wilson, Lois Miriam. Miriam, Mary and Me. Wood Lake Books Inc., Winfield, 1992,
p.62.

The mice that ate iron – Panchatantra-The Mice that ate Iron (1999). Tersedia di: http://
www.indiaparenting.com/stories/panchatantra/panch009.shtml

The beggar man – Elbert Hubbard’s Scrap Book. Wm. H. Wise & Co., Roycroft Distributors,
New York City, 1923, p.9.

The nothing beyond – Kenneth Cragg: The Wisdom of the Sufis, London, 76, p.8.

The salt doll – Anthony Bloom: Living Prayer, Libra, London, 1966, pp.105-106.

Dining with a general – Tersedia http://www.geocities.com/Tokyo/Courtyard/1652/


MilitaryDinner.html

The ghoul – By Taghreed A. Najjar, Al-Salwa Publishing House, published 2002, Bagian
no.5.0 D 953.

The blind men and the elephant – Kuo, Louise and Kuo, Yuan-Hsi (1976), “Chinese Folk

Tales,” Celestial Arts: 231 Adrian Road, Millbrae, CA 94030, pp. 83-85. Tautan dibawah ini
adalah versi lain dongeng ini:

The fox and the stork. Aesopo

The neighbour. Tersedia di http://www.ezsoftech.com/stories/mis40.asp


Starfish – Diadaptasi dari The Star Thrower by Loren Eiseley (1907 - 1977).

Puisi

Speak to us children. Khalil Gibran “The Prophet”, pada judul “Children” Arrow Books
Ltd. New York, 1991.

Children learn what they live. Dorothy Law Nolte. Workman Publishing Company.
New York, 1998.

Puisi dari anggota GNRC youth, nama penulis terdapat pada bagian bawah puisi.

Studi Kasus

Studi kasus 1 Chris’s Bad Morning, ha;aman 139 – Diadaptasi dari Learning the Skills of
Peacemaking, Naomi Drew, Jalmar Press, Rolling Hills Estates, California, 1987. Page | 257

Studi kasus 3 Ana’s Story, page x – Diadaptasi dari testimonies of internally displaced people
from the International Committee of the Red Cross, http://www.cicr.org/web/spa/sitespa0.
nsf/iwpList2/Home?OpenDocument

Dilema moralitas

Protecting a lie and life boat, halaman 145 and 147 – Diadapatasi dari Moral Reasoning, by
Victor
Grassian, Prentice Hall, 1981, 1992.

The Price of a life, halaman 146 – Diperoleh dari Kohlberg, Lawrence. Koleksi Papers on Moral
Development and Moral Education. Cambridge: Moral Education and Research Foundation,
Harvard University Education Foundation, 1973.

Materi pendukung kegiatan

Konvensi hak-hak Anak pada http://www.unhchr.ch/html/menu3/b/k2crc.htm or


versi ramah anak, http://www.rcmp-grc.gc.ca/pdfs/NCD-poster_e.pdf

Deklarasi universal hak asasi manusia pada http://www.un.org/Overview/rights.html Or a


child friendly version, http://www.amnesty.ie/amnesty/upload/images/attachdocuments/
Universal%20Declaration%20of%20Human%20Rights%20-%20child%20friendly%20
version.pdf

Simpulan dari CRC dan the UDHR deiperoleh dari the UN Flag, Assemblies for
citizenship in Secondary Schools, UNICEF UK, 2005.

Studi PBB atas kekerasan terhadap anak, http://www.


violencestudy.org

Pendidikan dasar hak asasi manusia sebagai pendekatan untuk semua,


http://www.unicef.org/publications/files/A_Human_Rights_Based_Approach_to_Education_for_
All.pdf

Maukah kau mendengar? suara kaum muda asal wilayah konflik,


http://www.unicef.org/publications/files/Will_You_Listen_eng.pdf

Mencegah kekerasan dan Membangun perdamaian,


http://www.unicef.org/lifeskills/index_violence_peace.html

Buku panduan mendongeng. Inez Ramsey, Professor Emeritus James Madison University,
http://falcon.jmu.edu/~ramseyil/storyhandbook.htm

How to light a campfire, http://www.luontoon.fi/page.asp?Section=8497 Page | 258

12 Skill untuk transformasi konflik. Diapatasi dari versi yang digunakan oleh Ms. Amada
Benavides. Escuelas de Paz, Colombia.

Kompetisi debat dunia, http://www.schoolsdebate.com/guides.asp

Informasi debat, http://www.idebate.org/debate/what.php

Informasi tentang Mandaka, http://www.mandalaproject.org/Index.html.

Kisah tentang Sadako, www.sadako.org

Menciptakan sebuah film, http://www.filmyourissue.com/making/index.shtml)

Safe you, Safe Me, a resource for child safety. Save the Children. Contribution to the United
Nations Secretary-General’s Study on Violence against Children. 2006, http://www.
violencestudy.org/IMG/pdf/safeyoufinal.pdf

Olahraga sebagai metodologi untuk kedamaian dan rekonsiliasi,


http://www.toolkitsportdevelopment.org

Service Learning: Lessons, Plans and Projects. Human Rights Education Program, Amnesty
International and Human Rights Education Associates, HREA, March 2007

Appreciative Enquiry, http://appreciativeinquiry.case.edu/

Pengantar dan Referensi kegiatan

My Life tree, page 65 – Diadaptasi dari Jag & Du, Dioceses of Lund, 2004.

Reach for the stars, halaman 77 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Fundación Escuelas
de Paz,
Bogotá – Colombia.

Using role playing, halaman 85 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Centre San
Bartolome de las
Casas. El Salvador.

Your Silhouette is Mine, halaman 69 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Fundación
Escuelas de

Paz, Bogotá – Colombia.

Joyful Appreciation, halaman 105 – Diadaptasi dari versi yang diajarkan oleh seorang Thai
master.

Diminishing Islands, halaman 114 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Dr. Mustafa Ali, Page | 259
United
Republic of Tanzania, Africa.

Ball in the Air, halaman 115 – Diadaptasi dari versi yang digunakan oleh Centre San Bartolome
de las Casas.
El Salvador.

Daftar Kata
Etika: Sebuah cabang utama filsafat. Ini adalah studi tentang nilai-nilai dan kebiasaan seseorang
atau kelompok dan mencakup analisis dan konsep benar dan salah, baik dan buruk, dan tanggung
jawab. Etika adalah keyakinan, ide, teori dan refleksi mendasar pada pertanyaan penting, yang
memfasilitasi pengaturan standar.
Moral: Berlaku untuk perilaku manusia; mengacu pada apa yang baik dan apa yang tidak baik
untuk dilakukan. Moral disajikan dalam aturan untuk perilaku dan ekspresi moral yang baik
disebut "kebajikan." Ada aspek pribadi atau individu tersirat dalam konsep moral. Moral

memiliki aspek praktis, menginstruksikan seseorang untuk apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan.
Nilai: Nilai yang diterima oleh individu atau kelompok - (personal dan kultural); berupa
prinsip, standar, atau kualitas yang membimbing kelakuan manusia
Nilai-nilai pribadi Page | 260
Nilai-nilai pribadi berkembang dari pengalaman dengan dunia luar dan dapat berubah dari waktu
ke waktu. Integritas dalam penerapan nilai-nilai mengacu pada kontinuitas.Seseorang memiliki
integritas jika ia mengaplikasikan nilai-nilai secara tepat terlepas dari pengaruh dari orang lain.

Nilai-nilai pribadi yang dikembangkan sejak dini kehidupan mungkin resisten terhadap
perubahan. Nilai-nilai tersebut berasal dari kelompok atau sistem tertentu, seperti budaya, agama,
dan partai politik. Namun, nilai-nilai pribadi tidak universal seseorang , keluarga, bangsa dan
lingkungan sejarah menentukan nilai-nilai pribadi seseorang. Ini tidak untuk mengatakan bahwa
konsep nilai sendiri tidak universal, hanya setiap individu memiliki konsepsi yang unik dari
nilai-nilai tersebut yaitu pengetahuan pribadi dari nilai-nilai yang sesuai dengan perasaan dan
pengalaman.
Nilai-nilai budaya
Kelompok, masyarakat, agama dan budaya memiliki nilai-nilai yang sebagian besar dimiliki oleh
anggotanya. Anggota berbagi budaya bahkan jika nilai-nilai pribadi masing-masing anggota tidak
sepenuhnya sama dengan beberapa nilai normatif dalam budaya. Jika seorang individu
mengungkapkan nilai yang bertentangan serius dengan norma-norma kelompok mereka, otoritas
kelompok dapat melakukan berbagai cara stigma
Kategori
Nilai dapat dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut:
Nilai-nilai dan kebiasaan sehat - Nilai Sensual dan Operasional - nilai Sensual yang adalah nilai-
nilai individu dan fungsional atau disfungsional bagi kelangsungan hidup. Nilai-nilai tersebut
sensitif atau tidak sensitif tergantung pada kematangan emosi seseorang. Nilai-nilai operasional
adalah nilai-nilai individu dan fungsional atau disfungsional untuk kelangsungan hidup fisik
seseorang. Nilai-nilai aktif atau tidak aktif tergantung pada perkembangan fisik seseorang. Nilai-
nilai dan kebiasaan yang sehat diperoleh melalui kepuasan pribadi, praktek dan pengalaman
seseorang.
> Nilai-nilai dan norma-norma moral - Nilai Tradisional Sosial dan Keagamaan / - nilai sosial
adalah nilai-nilai keluarga / kelompok dan fungsional atau disfungsional untuk kelangsungan
hidup keluarga / kelompok. Nilai-nilai tradisional adalah nilai-nilai interpersonal dan fungsional
atau disfungsional untuk bertahan hidup impersonal luar keluarga / kelompok. Nilai-nilai toleran
tergantung pada kedewasaan agama / tradisi ini. nilai-nilai moral yang diperoleh melalui
dorongan, instruksi dan pengalaman interpersonal.
> Nilai-nilai etis dan perilaku - Nilai Ekonomi dan Politik - nilai ekonomi adalah nilai-nilai
nasional dan fungsional atau disfungsional bagi kelangsungan hidup bangsa. Nilai-nilai produktif
atau tidak produktif tergantung pada pembangunan ekonomi bangsa. nilai politik adalah nilai-
nilai nasional dan fungsional atau disfungsional untuk survival nasional. Nilai-nilai progresif atau
regresif tergantung pada perkembangan politik suatu negara. nilai-nilai etika yang diperoleh
melalui penghargaan, pendidikan dan pengalaman interpersonal.

> Nilai sejarah dan perilaku - Estetika dan Teoritis Nilai - nilai Aesthetic adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang fungsional atau disfungsional untuk kelangsungan hidup manusia. Nilai-nilai
indah atau jelek (bermakna atau tidak-bermakna) tergantung pada perkembangan artistik
manusia. nilai-nilai teoritis adalah nilai-nilai manusia yang benar atau salah untuk kelangsungan
hidup manusia tergantung pada pengembangan ilmu pengetahuan manusia. nilai-nilai historis
yang diperoleh melalui inspirasi, kognisi dan pengalaman kreatif. Page | 261
Kebajikan: keunggulan moral seseorang. Sebuah kebajikan adalah suatu sifat karakter dihargai sebagai
baik.

Interfaith: Mengacu pada interaksi kooperatif dan positif antara orang dari tradisi yang berbeda
agama.Baik pada tingkat individu dan institusi, yang mengarah ke toleransi dan saling
menghormati.

Akronim

CRC Convention on the Rights of the Child

GNRC Global Network of Religions for Children

MPA Motion Picture Association

SMART Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely

UDHR Universal Declaration of Human Rights

UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation

UNICEF United Nations Children’s Fund

WCC World Council of Churches

WCRP World Conference of Religions for Peace


Page | 262

Daftar Anggota Interfaith Council


Penasihat Kehormatan
HRH Prince El Hassan bin Talal
Chairman, Royal Institute for Inter-Faith Studies, Jordan

Anggota Dewan
Dr. A. T. Ariyaratne
Founder and President of the Sarvodaya Shramadana Movement, Sri Lanka
Mr. Adolfo Perez Esquivel

President of Servicio Paz y Justicia, Nobel Peace Prize Laureate, Argentina


Mr. Kul Gautam
Deputy Executive Director of the United Nations Children’s Fund (UNICEF), United States
Dr. Hans Kung
Page | 263
President of the Global Ethic Foundation, Germany

Ms. Bibifatemeh Mousavi Nezhad


Manager, Institute for Interreligious Dialogue, Iran

Dr. Alice Shalvi


Former Chairwoman and President of the Schechter Institute of Jewish Studies, Israel
Ms. Didi Athavale Talwalkar
Leader of the Swadhyay Parivar Movement, India
Most Rev. Anastasios Yannoulatos
Archbishop of Tirana, Durres and All Albania, Greek Orthodox Church, Albania

Anggota Dewan Pemuda


Ms. Nour Ammari
Fisher’s Youth Programme, Jordan

Mr. Emanuel Mathias


Founder Movement of Youth and Children Peace Club, Tanzania

Daftar Anggota Komite Interfaith Council on Ethics Education for Children


HE Ambassador Hasan Abu Nimah

Director, Royal Institute for Inter-Faith Studies Advisor to HRH


Prince El Hassan bin Talal, Jordan

Swami Agnivesh
Former Chairperson, United Nations Trust Fund on Contemporary Forms of Slavery, India

Ms. Charanjit AjitSingh

Freelance Inspector / Educational and Management Consultant Trustee and Vice Chair / International
Interfaith Centre, Oxford, United Kingdom

Ms. Farida Ali


Programme Officer, Office of Public Partnerships, UNICEF, United States
HE Mr. Ibrahim Al-Sheddi

Secretary-General, Saudi National Commission for Education, Culture and Science, Saudi Arabia
Page | 264
Dr. Kezevino Aram
Director, Shanti Ashram, India
Dr. Wesley Ariarajah

Professor, Ecumenical Theology, Drew University Graduate and Theological Schools, United States
Professor Alicia Cabezudo
Director, Educating Cities Latin America, Argentina

Ms. Meg Gardinier


Managing Director, Education and Community Partnerships, US Fund for UNICEF, United States
Mr. Andres Guerrero
Partnerships Manager, Office of Public Partnerships, UNICEF Geneva, Switzerland

Dr. Magnus Haavelsrud

Professor, Department of Education, Norwegian University of Science and Technology, Norway


Dr. Heidi Hadsell
President, Hartford Seminary, United States
Mr. Vinod Hallan
Project Director, Department of Education and Skills, United Kingdom
Dr. Stuart Hart
Deputy Director, International Institute for Child Rights Development, United States/Canada

Dr. Azza Karam


Senior Culture Adviser, United National Population Fund, United States

Bishop Method Kilaini


Auxiliary Bishop of Dar es Salaam, United Republic of Tanzania

Ms. Marlene Silbert


Education Director, Cape Town Holocaust Centre, South Africa

Rev. Dr. Hans Ucko


Programme Secretary, Interreligious Relations, World Council of Churches, Switzerland

Dr. Deborah Weissman


Page | 265
Former Director, Kerem Institute for Teacher Training for Humanist-Jewish Education, Israel

Dr. Sunil Wijesiriwardhana


Consultant (peace, culture, media), Sarvodaya Shramadana Movement, Sri Lanka

Koordinator GNRC
Afrika
Dr. Mustafa Yusuf Ali
GNRC Office Coordinator, GNRC Africa Secretariat
Arab Region
Rev. Dr. Qais Sadiq
President of the Ecumenical Studies Center in Jordan
Central Asia and Caucasus
Ms. Razia Sultan Ismail Abbasi International Convenor and
Founding Charter Member, Women’s Coalition for Peace and
Development with Dignity

Europe
Ms. Marta Palma
Advisor on Children’s Issues to the General Secretary of the World Council of Churches
Latin America and the Caribbean
Ms. Mercedes Roman
Women and Children’s Desk, Maryknoll Office for Global Concerns
South Asia
Dr. Vinya S. Ariyaratne
Executive Director, Sarvodaya Shramadana Movement of Sri Lanka

Israel
Ms. Dorit Shippin
Coordinator Doumia – Sakinah. The Pluralistic Spiritual Center, Neve-Shalom / Wahat al-Salam

Page | 266

Lampiran
Formulir Evaluasi
Logistik
Rank 1 – 5 Komentar
(5 tertinggi)

Tempat pertemuan

Akomodasi

Makanan

Materi

Komentar Lainnya

Page | 267
Isi Materi
Apakah tujuan dari workshop jelas?

Apakah isi dari sesi relevan untuk


Anda?

Apakah metodologi yang digunakan


sesuai untuk topik?

Apakah Anda menemukan


kesulitan selama sesi? Tenentukan.

Pengetahuan
Apa pembelajaran utama dari
lokakarya ini?

Apakah Anda dapat menerapkan apa


yang Anda pelajari dalam konteks
Pribadi, sosial, profesional,
institusional Anda sendiri?

Page | 268

REKOMENDASI

MATRIKS UNTUK DAMPAK PENILAIAN

A. Apa yang saya tahu


Ya Tidak Komen

Aku tahu apa kemampuan dan Jika jawaban Anda adalah ya,
keterampilan saya bagaimana Anda
menggunakannya?

Page | 269
Saya bangga pada diriku Jelaskan
sendiri, keluarga saya, budaya
saya dan keyakinan saya

Saya tahu orang-orang yang Jika jawaban Anda adalah ya, apa
mempunyai budaya dan yang Anda tahu tentang mereka?
keyakinan lain

Aku tahu perbedaan antara Jika jawaban Anda adalah ya,


budaya sendiri dan keyakinan sebutkan dua perbedaan
agama dari orang lain dengan budaya dan keyakinan
agama yang Anda pernah
dengar

Saya kenal dengan masalah Jika jawaban Anda adalah ya, yang
kekerasan dan kurangnya mana?
pemahaman di sekolah dan
lingkungan saya

Saya memahami penyebab Jika jawaban Anda adalah ya,


konflik besar dan ketidakadilan sebutkan salah satu konflik
dalam masyarakat saya tersebut dan tulislah
penyebabnya

Aku tahu tentang prakarsa Jika jawaban Anda adalah ya, yang
perdamaian di komunitas saya mana?

B. Jawab Benar Atau Salah untuk pernyataan berikut dan sebutkan alasannya

Pernyataan Salah Benar Kenapa?

Lebih baik untuk Page | 270


menyembunyikan ide-ide dan
keyakinan sendiri apabila
sebagian besar orang disekitar
kita memiliki pandangan dan
ide-ide berbeda.

Apabila seseorang berbicara


kepada saya, saya memperhatikan
bahasa tubuh, postur, kontak mata,
intonasi suara, ekspresi wajah, dll
sebanyak kata-katanya

Lebih mudah untuk menjadi


teman seseorang yang berbagi
keyakinan dan cara berpikir
yang sama

Lebih baik untuk mengabaikan


ide-ide orang lain yang tidak
sama dengan apabila keyakinan
dan prinsip-prinsip saya.

Seseorang di jalan yang


berpakaian jelek
kemungkinannya akan menyakiti
saya atau mencuri sesuatu dari
saya.

Keputusan harus dibuat


berdasarkan bagaimana
keputusan tersebut
mempengaruhi orang lain

Apabila saya marah saya


mengambil waktu untuk
menenangkan diri sebelum
melakukan sesuatu.

Page | 271

C. Pikirkan tentang situasi berikut dan bagaimana Anda akan bertindak atau
menanggapi situasi tersebut.
Seseorang menghina keyakinan
dan budaya keluarga Anda.
Bagaimana reaksi Anda?

Anda harus bekerja dalam sebuah


tim dengan seseorang yang Anda
tidak suka caranya dan Anda tidak
setuju dengan ide-idenya.
Bagaimana Anda menangani situasi
tersebut? Apakah mungkin Anda
bekerjasama dengan orang itu?

Anda berdebat dengan seorang


teman yang telah menyakiti Anda.
Anda tidak mengerti mengapa
teman ini bertindak begitu. Apakah
Anda mencoba untuk memecahkan
masalah ini? Jika iya, bagaimana
Anda menyelesaikannya?

Ada masalah diskriminasi di


dalam kelas Anda, yang secara
tidak langsung mempengaruhi
Anda. Apakah Anda mencoba
untuk melakukan sesuatu tentang
itu? Jika demikian, apa yang akan
Anda lakukan dan mengapa?

Seseorang dari budaya dan


keyakinan yang berbeda datang ke
sekolah Anda. Sebagian besar
siswa mengatakan hal-hal negatif
tentang orang ini. Karena bertindak
dan berpakaian berbeda dengan
sebagian besar siswa disekolah. Page | 272
Anda tidak merasa nyaman dengan
orang itu tapi dia mencoba untuk
menjadi teman Anda. Sedangkan
Anda tahu jika Anda menjadi
temannya sebagian besar siswa
tidak akan berteman dengan Anda.
Apa yang Anda lakukan?

Anda telah membuat keputusan


mempengaruhi orang lain secara
negatif. Anda tidak akan dihukum
jika Anda memutuskan untuk
tidak melakukan apa-apa tentang
hal itu. Apa anda akan
memperbaiki kesalahan Anda?
Jika demikian apa yang akan
Anda lakukan?.

Catatan

Belajar untuk Hidup Bersama adalah program antarbudaya dan antaragama untuk pendidikan etika, yang
dirancang untuk berkontribusi pada realisasi hak anak untuk pengembangan pada fisik, mental, spiritual,
moral dan sosial, dan pendidikan sebagaimana yang diatur pada United Nations Convention on the Rights
of the Children (CRC), dalam pasal 26.1 dari Universal Declaration of Human Rights (UDHR), World Page | 273
Declaration on Education for All and in the Millennium Development Goals (MDG).
Belajar untuk Hidup Bersama memberikan tokoh pemuda dan pendidik dunia dengan alat untuk program
antar budaya dan antar agama, dimana anak-anak dan orang muda dapat mengembangkan etika yang
lebih kuat. Hal ini dirancang untuk membantu kaum muda memahami dan menghormati orang-orang dari
budaya dan agama lain untuk memelihara komunitas global. Modul ini telah dikembangkan dalam
kerjasama dengan UNESCO dan UNICEF

Anda mungkin juga menyukai