607 2090 1 PB PDF
607 2090 1 PB PDF
[JAP. 2015;3(3):146–54]
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak
Deksametason merupakan kortikosteroid yang memiliki efek anti-inflamasi paling kuat. Penelitian ini
bertujuan membandingkan deksametason 10 mg dengan deksametason 15 mg intravena prabedah terhadap
nyeri pascabedah dan kebutuhan analgetik opioid. Penelitian ini merupakan uji acak terkontrol buta ganda
pada 60 wanita dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I–II yang menjalani pembedahan
radikal mastektomi termodifikasi dalam anestesi umum di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode
Desember 2013–April 2014. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 orang menerima deksametason
10 mg dan 30 orang menerima deksametason 15 mg yang diberikan 30 menit prabedah. Penilaian skala
nyeri menggunakan nilai numeric rating scale (NRS) pada saat istirahat dan mobilisasi, pada jam ke-1, 2, 4,
12, dan 24 pascabedah. Pemberian analgetik tambahan opioid dilakukan bila nilai NRS>3. Analisis statistika
data hasil penelitian menggunakan uji-t, chi-kuadrat, dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukan
nilai NRS saat istirahat pada kelompok deksametason 10 mg dengan deksametason 15 mg tidak berbeda
bermakna (p>0,05), sementara nilai NRS saat mobilisasi pada kelompok deksametason 10 mg lebih tinggi
dibanding dengan kelompok deksametason 15 mg (p<0,05). Pemberian analgetik tambahan pascabedah
tidak terdapat perbedaan secara bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Simpulan penelitian ini adalah
pemberian deksametason 15 mg dapat diberikan karena mempunyai efek analgesia yang lebih baik.
Korespondensi: Muchammad Erias Erlangga, dr., SpAn, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Pasteur No. 38 Bandung 40161, Tlp
022-2038285, Faks 022-2038306, Mobile 0818202974, Email erias157@gmail.com
146
Perbandingan Pemberian Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik terhadap 147
Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi
10 mg dengan 15 mg intravena saat prabedah Tiga puluh menit sebelum masuk ruang
terhadap skala nyeri pascabedah dan juga operasi, saat di ruang persiapan pasien diukur
kebutuhan analgetik opioid pada pembedahan tingkat kecemasan memakai skala Hamilton,
radikal mastektomi termodifikasi. kemudian pasien kelompok D10 diberikan
deksametason 10 mg intravena dan kelompok
Subjek dan Metode D15 diberikan deksametason 15 mg intravena.
Di dalam ruang operasi pasien dibaringkan
Metode penelitian yang dipergunakan bersifat terlentang, dilakukan pemasangan alat pantau,
eksperimental. Penelitian dilakukan dengan serta dicatat pula data mengenai kesadaran,
melakukan uji acak terkontrol buta ganda tekanan darah, laju nadi, laju napas, dan juga
(double blind randomized controlled trial). saturasi oksigen. Selanjutnya, dipasang kateter
Sebanyak 60 pasien yang dirawat di Rumah intravena dengan jarum 18G dan diberikan
Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang cairan infus Ringer laktat 10 mL/kgBB.
menjalani pembedahan radikal mastektomi Proses induksi anestesi dilakukan dengan
termodifikasi elektif dengan status fisik memberikan fentanil 1 mcg/kgBB, propofol 2
menurut American Society of Anesthesiologist mg/kgBB, atrakurium 0,5 mg/kgBB, setelah 3
(ASA) kelas I–II pada periode Desember 2013– menit kemudian dilakukan laringoskopi serta
April 2014 dimasukkan sebagai kriteria inklusi. intubasi. Pemeliharaan kedalaman anestesi
Riwayat alergi terhadap obat golongan opioid, dilakukan memakai isofluran dan N2O:O2 50%.
ketorolak, mempunyai riwayat penyakit ulkus Sebelum dilakukan sayatan diberikan kembali
peptikum, gangguan hati dan ginjal, diabetes fentanil sebanyak 1 mcg/kgBB. Saat tiga puluh
melitus, sedang mendapatkan terapi analgetik menit menjelang akhir operasi diberikan bolus
(opioid, tramadol, parasetamol, obat anti- analgetik ketorolak 0,5 mg/kgBB. Pada akhir
inflamasi nonsteroid), dan juga skala hamilton operasi diberikan antagonis pelumpuh otot
anxiety rating scale >25 (kecemasan berat) memakai neostigmin 0,04 mg/kgBB dan sulfas
merupakan kriteria eksklusi pada penelitian atropin 0,06 mg/kgBB. Pencegahan terhadap
ini. Penarikan sampel dilakukan secara random mual dan muntah diberikan ondansetron 4 mg
sampling, yaitu berdasarkan tabel bilangan intravena, selanjutnya analgetik pascabedah
acak yang terlebih dahulu telah dibuat. menggunakan ketorolak 3x30 mg selama tiga
Setelah mendapatkan persetujuan Komite hari.
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Pasien diekstubasi kemudian dipindahkan
Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. ke ruang pemulihan serta dilakukan observasi
Hasan Sadikin Bandung, dilakukan kunjungan selama 24 jam. Penilaian nyeri pascabedah
prabedah 1 (satu) hari sebelum operasi dan dilakukan dengan memakai numeric rating
juga dilakukan penandatanganan formulir scale (NRS) pada jam ke-1, 2, 4, 12, dan 24
persetujuan (informed consent) kepada pasien pascabedah. Pencatatan skor nyeri, laju nadi,
mengenai operasi dan penelitian yang akan tekanan darah, saturasi perifer O2, laju napas,
dilaksanakan, dan dijelaskan tentang tata cara efek samping, penggunaan petidin tambahan,
penilaian numeric rating scale (NRS). dan juga penggunaan total petidin dilakukan
Semua subjek dipuasakan selama enam selama 24 jam. Bila nilai NRS lebih dari 3
jam sebelum operasi dari makanan padat diberikan analgetik penyelamatan memakai
dan dua jam sebelum operasi dari air bening. petidin 25 mg. Bila nilai NRS masih lebih dari
Randomisasi sampel dilakukan menggunakan 3, maka 15 menit kemudian dapat diberikan
tabel bilangan random, kemudian sampel analgetik pertolongan ulangan. Apabila pasien
tersebut dibagi menjadi 2, yaitu kelompok D10 merasakan kesakitan di luar jam observasi
(deksametason 10 mg, n=30) dan kelompok penelitian ini maka dilakukan penilaian skor
D15 (deksametason 15 mg, n=30). Semua nyeri dengan NRS oleh residen jaga anestesi
kelompok mendapatkan premedikasi dengan yang bertugas di ruang resusitasi. Pemberian
lorazepam (ativan) 0,5 mg pada malam hari. petidin dihentikan apabila laju napas <12x/
menit, saturasi oksigen <95%, dan atau timbul menggunakan program statistical product and
efek samping yang serius akibat pemakaian service solution (SPSS) 20 for windows.
petidin.
Analisis statistik terhadap hasil penelitian Hasil
mempergunakan uji-t, chi-kuadrat, dan Mann-
Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% dan Karakterisitik umum subjek penelitian kedua
dianggap bermakna bila p<0,05. Data disajikan kelompok berdasarkan usia, pendidikan, berat
dalam rata-rata (mean) dan dianalisis dengan badan, body mass index (BMI), lama operasi,
dan juga tinggi badan tidak berbeda bermakna Rentang nilai NRS pada saat mobilisasi secara
secara statistika (p>0,05; Tabel 1). keseluruhan didapatkan 1–5 pada kelompok
Hasil pengukuran dari tingkat ansietas atau deksametason 10 mg dan rentang 1–5 pada
kecemasan terhadap kelompok deksametason kelompok deksametason 15 mg. Berdasarkan
10 mg dan juga deksametason 15 mg secara hasil uji statistika, diketahui bahwa nilai NRS
statistika tidak menunjukkan perbedaan yang kedua kelompok pada waktu T1, T2, T4, T12,
bermakna (p=1,000; Tabel 2). serta T24 memperlihatkan perbedaan yang
Rentang nilai NRS pada saat istirahat secara bermakna (p<0,05; Tabel 4).
keseluruhan didapatkan 1–4 pada kelompok Pada kelompok deksametason 10 mg
deksametason 10 mg dan rentang 1−3 pada hanya terdapat 6 dari 30 subjek yang diberikan
kelompok deksametason 15 mg. Berdasarkan tambahan analgetik, sedangkan kelompok
hasil uji statistika, diketahui bahwa nilai NRS deksametason 15 mg terdapat empat dari 30
kedua kelompok pada waktu T1, T2, T4, T12, subjek yang mendapatkan tambahan analgetik
dan T24 tidak berbeda bermakna (p<0,05; dengan perbedaan tidak bermakna (p>0,05;
Tabel 3). Tabel 5).
Penilaian NRS saat mobilisasi dilakukan Pada kelompok deksametason 10 mg
dengan menggerakkan lengan bagian atas pada tidak terdapat subjek yang mengalami efek
sisi yang dilakukan tindakan pembedahan. samping gangguan penyembuhan luka, namun
terjadi peningkatan kadar gula darah pada Efek deksametason tersebut dapat digunakan
satu orang dan juga gastritis pada dua orang, sebagai obat tambahan analgetik pascabedah.
sedangkan pada kelompok deksametason 15 Pada data karakteristik umum (Tabel 1)
mg tidak didapatkan efek samping gangguan ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang
penyembuhan luka, terjadi peningkatan kadar bermakna dalam hal usia, pendidikan, berat
gula darah pada 2 orang, dan gastritis pada 3 badan, BMI, lama operasi, dan tinggi badan. Hal
orang. ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil
untuk penelitian ini relatif homogen secara
Pembahasan statistika (p>0,05) sehingga kedua kelompok
penelitian ini layak untuk diperbandingkan.
Tujuan utama penanganan nyeri pascabedah Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
adalah pemulihan fungsi organ secara cepat tingkat keparahan pada nyeri akut pascabedah
serta menghindari komplikasinya. Penanganan adalah tekanan terhadap emosi seseorang,
nyeri yang baik akan mengurangi morbiditas kecemasan, serta depresi. Seseorang dengan
dan komplikasi pascabedah, meningkatkan tingkat kecemasan yang tinggi diperkirakan
kenyamanan dan kepuasan pasien, mobilisasi lebih reaktif secara psikologi dan juga sangat
lebih dini, mempercepat penyembuhan, serta hipersensitif terhadap pemberian rangsangan
mengurangi biaya perawatan rumah sakit.5 atau stimuli.6,7 Pada penelitian ini persepsi
Nyeri yang terjadi pascabedah merupakan subjek terhadap nyeri harus homogen agar
nyeri nosiseptif yang terjadi sebagai akibat kedua kelompok ini dapat diperbandingkan,
proses inflamasi.4,16 Deksametason merupakan oleh sebab itu dilakukanlah penilaian tingkat
kortikosteroid dari golongan glukokortikoid kecemasan mempergunakan Hamilton anxiety
yang mempunyai efek anti-inflamasi yang rating scale (HARS), dan didapatkan bahwa
paling kuat. Peranan deksametason di dalam tingkat kecemasan prabedah antara kedua
menghambat sintesis enzim siklooksigenasi 1 kelompok ini secara statistika tidak berbeda
dan 2 akan menekan produksi prostaglandin bermakna (p>0,05).
yang berfungsi sebagai mediator inflamasi dan Pengukuran derajat nyeri mempergunakan
nyeri sehingga terbentuklah efek analgesia.8,17 numeric rating scale (NRS) dilakukan pada
saat pasien beristirahat atau tidak bergerak mobilisasi pada kelompok deksametason 10 mg
maupun pada saat melakukan aktivitas seperti lebih tinggi dibanding dengan nilai NRS pada
menggerakkan lengan bagian atas. Hasil dari kelompok deksametason 15 mg, perbedaan
penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok pada nilai NRS tersebut berhubungan dengan
deksametason 10 mg mempunyai rentang nilai dosis obat yang diberikan. Pada penelitian
NRS 1–4 dan kelompok deksametason 15 mg sebelumnya dinyatakan juga bahwa pemberian
mempunyai rentang nilai NRS 1−3 pada saat deksametason dengan konsentrasi yang tinggi
istirahat, sementara pada saat beraktivitas akan memberikan efek yang maksimal.18 Hasil
kedua kelompok perlakuan memiliki rentang penelitian ini memang membuktikan bahwa
nilai NRS yang sama yaitu 1–5. Hasil uji dosis yang lebih besar dapat menurunkan nilai
statistika mempergunakan Uji Mann-Whitney NRS dengan perbedaan yang bermakna secara
didapatkan perbedaan yang bermakna pada statistika.
pengukuran NRS pada saat beraktivitas antara Hasil lain penelitian ini adalah efek samping
kedua kelompok perlakuan. yang dapat ditimbulkan oleh deksametason
Penilaian skala nyeri dengan menggunakan seperti peningkatan risiko infeksi yang dapat
numeric rating scale (NRS) yang juga diikuti mengganggu penyembuhan luka, peningkatan
dengan penilaian jumlah kebutuhan analgetik kadar gula darah, dan gastritis yang ditemukan
pertolongan yang dilakukan untuk mengetahui hanya pada beberapa subjek kedua kelompok
kemampuan analgesia yang adekuat selama perlakuan. Pemberian deksametason dengan
waktu tertentu. Pemberian adjuvan analgetik dosis tunggal tidak akan menyebabkan terjadi
dapat menurunkan 20–50% kebutuhan opioid efek samping.19 Gejala seperti peningkatan
(opioid sparring effect) pada saat pascabedah. risiko infeksi, peningkatan kadar gula darah,
Hasil penelitian ini memberikan gambaran penyembuhan luka yang terlambat, gastritis,
bahwa pada kelompok deksametason 10 mg, dan juga supresi adrenal akan timbul pada
analgetik petidin tambahan diberikan pada pemberian deksametason dosis ganda yang
6 dari 30 pasien, sedangkan pada kelompok kronis.19,20 Pada penelitian terdahulu, Bisgaard
deksametason 15 mg diberikan pada 4 dari dkk.9 memberikan deksametason 8 mg dosis
30 pasien yang secara statistika perbedaan ini tunggal pada pembedahanan kolesistektomi
tidaklah bermakna (p>0,05). per laparaskopi, hasil observasi dalam 30 hari
Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil pada penelitian tersebut tidak memperlihatkan
penelitian sebelumnya yang membandingkan efek samping.9
deksametason 15 mg dengan plasebo yang Penelitian yang memberikan dosis tunggal
ternyata dapat menurunkan jumlah kebutuhan deksametason 20 mg terhadap pembedahan
opioid pascabedah laparaskopi histerektomi. tonsilektomi pada dewasa tidak menunjukkan
Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa efek samping, bahkan mereka menyatakan
penurunan kebutuhan opioid saat 2 (dua) jam bahwa kortikosteroid dosis tunggal meskipun
pascabedah terhadap pasien yang diberikan dalam dosis besar tidak terlihat efek yang
deksametason 10 mg sama efektifnya dengan membahayakan.18
yang diberikan deksametason 15 mg.12 Penulis
berpendapat tingkat nyeri pada pasien yang Simpulan
telah dilakukan tindakan radikal mastektomi
termodifikasi lebih tinggi dibanding dengan Simpulan penelitian ini adalah pemberian
laparaskopi histerektomi sehingga kebutuhan deksametason 15 mg intravena lebih baik
analgetik petidin automatis akan bertambah dibanding dengan deksametason 10 mg sebagai
dan penurunan kebutuhannya tidak terlihat adjuvan analgetik dalam mengurangi nilai NRS
bermakna. Pada penelitian ini tidak dilakukan pascabedah saat mobilisasi pada pembedahan
kesetaraan antara deksametason dan obat radikal mastektomi termodifikasi. Namun,
lain. tidak lebih baik dalam mengurangi kebutuhan
Berdasarkan hasil statistika, nilai NRS saat analgetik opioid pascabedah.