Anda di halaman 1dari 2

SINOPSIS PROPOSAL

Agama islam membolehkan umatnya berusaha mencari rezeki melalui jalan


perniagaan yaitu jual beli, namun jual beli yang di maksud yaitu jual beli yang tidak boleh
menyimpang daripada syari’at islam. Jual beli yang benar harus dapat berfungsi untuk
membentuk persaudaraan yang kuat dalam islam dan mampu menciptakan kestabilan serta
ketertiban. Hal yang dimaksud agar jual beli tadi tidak merugikan para pihak yang
menjalankannya, maka agama islam telah mengatur segala macam mekanisme jual beli
secara adil, yang saling rela dan juga saling menguntungkan antara satu dengan yang
lainnya.
Jual beli dalam islam dengan penyerahan barangnya langsung dan pembayarannya
tertunda, itu di sebur jual beli nasi’ah. Pembayaran tertunda itu sendiri terkadang di bayar
belakangan dengan sekali bayar sekaligus, terkadang di bayar dengan cicilan yakni dibayar
dengan jumlah tertentu pada waktu-waktu tertentu itu disebut jual beli taqsit atau kredit.
Kredit disini merupakan cara memberikan pembayaran barang dagangan. Jual beli kredit
itu hanyalah salah satu bentuk dari jual beli nasi’ah. Syariat yang suci membolehkan jual
beli nasi’ah itu dengan pembayaran tertunda, demikian juga dengan jual beli salam dengan
penyerahan barang tertunda.
Transaksi jual beli ada bermacam-macam seperti, jenis jual beli yang dilakukan
masyarakat sekarang ini yang mana cenderung flexibel dan dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan di kalangan masyarakat. Beberapa bentuk transaksi yang dikembangkan
dan yang telah mendapat legalisasi menurut syari’at seperti jual beli dengan cara angsuran
ataupun kredit. Dasar hukum yang digunakan dalam jual beli kredit ini adalah Pasal 1464
KUHPerdata.
Adapun permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini yaitu; transaksi ini terjadi
di Kampung Bansun Kecamatan Gunung kijang. Pemilik tanah memasarkan tanah yang
telah di kapling dengan ukuran tertentu dengan sistem akad kredit, pembeli pertama-tama
membayar uang muka dan sisa angsuran boleh dibayar kapan saja sesuai dengan
kemampuan pihak pembeli. Surat balik nama tanah baru akan didapatkan apabila proses
angsuran sudah selesai, selama proses angsuran berjalan pembeli boleh membatalkan akad
jual beli kredit ini dan uang muka beserta angsuran akan dikembalikan secara utuh tanpa
sedikitpun potongan. Hal ini disampaikan saat promosi melalui brosur untuk menarik minat
pembeli namun tidak dikuatkan dengan perjanjian secara tertulis. Apabila terjadi
pembatalan yang dilakukan oleh pihak pembeli maka pihak penjual akan mengalami
kerugian administrasi dan penggarapan lahan, apabila penjual ingin menempuh jalur
hukum sesuai dengan pasal 1464 KUHPerdata yang berbunyi jika pembelian dilakukan
dengan memberi uang panjar maka salah satu pihak tidak dapat membatalkan pembelian
itu dengan menyuruh memiliki atau mengembalikan uang panjarnya. Maka hal itu akan sia-
sia karna tidak adanya perjanjian tertulis antara kedua belah pihak.
Adapun judul sesuai permasalahan di atas “Strategi Pemasaran Tanah Kavling
dengan Akad Kredit tanpa Perjanjian Tertulis (Studi Kasus Kampung Bansun Gunung
Kijang)”. Dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan dan penyelesaian jual beli dengan akad kredit tanpa perjanjian
tertulis?
2. Bagaimana akibat hukum terhadap jual beli dengan akad kredit tanpa perjanjian
tertulis?
SINOPSIS PROPOSAL
Jual beli merupakan tindakan atau transaksi yang telah di syari’at kan dalam arti
telah ada hukumnya yang jelas dalam Islam. Adapun hikmah dibolehkannya jual-beli itu
adalah menghindarkan manusia dari kesulitan dalam ber muamalah dengan hartanya.
Supaya jual beli itu berlangsung menurut cara yang dihalalkan, harus mengikuti ketentuan
yang telah ditentukan. Ketentuan yang dimaksud berkenan dengan rukun dan syarat dan
terhindar dari hal-hal yang dilarang. Kepemilikan atas tanah ini di atur dalam Undan-
Undang Pokok Agraria nomor 5 Tahun 1960.

Dalam menelusuri jual beli tanah di kelompok masyarakat, maka dapat dilihat
dalam praktek masyarakat Kampung Bansun, Kecamatan Gunung Kijang. Menurut hasil
pengamatan penulis di daerah Kampung Bansun, Kecamatan Gunung Kijang sebagai
berikut: dimana bapak Site menjual tanah kepada bapak Amir, kemudian bapak Amir
hanya melunasi Seperemppat dari harga penjualan. Sebelum bapak Amir melunasi harga
jual tanah secara penuh kepada bapak Site, bapak Amir melakukan transaksi jual beli tanah
tersebut kepada pihak lain dengan mengkavling dan dijual dengan sistem kredit, sedangkan
kepemilikan bapak Amir atas tanah tersebut belum sempurna karena hanya memebayar
seperempat dari harga yang ditetapkan. Melihat praktek penjualan tanah tersebut, belum
memenuhi syarat jual beli, sedangkan salah satu syarat jual beli yaitu milik sendiri, atau
barang yang sudah dikuasakannya sepenuhnya, tidak sah menjual barang orang lain dan
barang yang hanya baru akan jadi miliknya

Berdasarkan masalah yang diuraikan diatas, maka penulis melakukan penelitian


dengan judul ‚ Jual Beli Tanah Yang Belum Sempurna Hak Kepemilikannya Ditinjau Dari
Hukum Islam (Studi Kasus Kampung Bansun Gunung Kijang). Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana hukum jual beli tanah yang belum sempurna hak kepemilikannya menurut
ditinjau dari hukum islam?
2. Bagaimanakah akibat hukum jual beli tanah yang belum sempurna hak kepemilikannya
di Kampung Bansun Gunung Kijang?

Anda mungkin juga menyukai