Perkeni Diabetes Mellitus PDF
Perkeni Diabetes Mellitus PDF
Srtrr
Daftar lsi
V
I. PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan e
1.3 Tujuan
Konsensus ini dibuat dengan tujuan untukmemberikan
rekomendasi yang berbasis bukti tentang pengelolaan DM tipe-2.
1\-E
'
1 \
Psts*nrhdisis
ryl **l,
I PeffiqtlaHlr€sEilF
ffi#*,*
Gfr*ca ts0tr FBrurryl*r
An&lsrS*ca
7. Ginjal: s
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam
pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 g glukosa
sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan
diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-
Transporter) pada bagian convuloted tubulus proksimal. Sedang
10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-L pada tubulus
desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa
dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi
gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan
menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal
sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang
bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah
salah satu
8. Otak:
lnsulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada
individu yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia yang merupakan mekanismd kompehsasi dari
resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru
meningkat mengacu akibat adanya resistensi insulin yang juga
terjadi di otak. Obat yang bekerja dijalur lni adalah GLP-1 agonis,
amylin dan bromokriptin.
lll.1 diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
,pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah
Vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria,
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
seperti:
. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
7. selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokol<.
1, Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air.
2. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,
kemerahan, atau luka.
Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
,4. selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, danmengoleskan
krim pelembab pada kulit kakiyang kerng.
Potong kuku secara teratur.
'6 Keringkan kaki, sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada
ujung-ujung jari kaki.
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus-
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi.
11- Hindari penegunaan bantal atau botol be"isi air panas/batu untuk
menghanBatkan kaki.
Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digu na ka n
sepanjang tidak melebihi batas aman
(Acc e pte d Doi ly I ntoke / ADll.
B, Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan penyandang DM, antara
lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal.
Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan
berat badan ideal adalah sebagai berikut:
. Perhitunga n berat badan idea I (BBl)
menggunakan rumus Broca yang dimodifikasi:
" Berat badan ideal =
90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah
160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal (BBl) =
(onsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 - 2015 | 23
(TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normali BB ideal 1 10 %
Kurus: kurang'dar/ BSI - LO %
Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
r Perhitungan berat badan ideal menurut
lndeks Massa Tubuh (lMT).
lndeks massa tubuh dapat dihitung dengan
rumus:
IMT = BB(kC)/TB(m'z)
Klasifikasi IMT*
o BB Kura ng <18,5
o BB Normal t8,5-22,9
o BB Lebih >23,0
0 Dengan risiko 23,0-24,9
0 Obes 125,0-29,9
o Obes ll >30
*) wHo wPR/lAsoloTF dolam The Asio-pocific
Pe rspective : Red efi ni n g O be sity o n d its T re qtm e nt.
Stres Metabolik
o Penambahan 10-30% tergantung dari
beratnya stress meta bolik (sepsis,
ope rasi, trauma).
Berat Badan
o Penyandang DM yang gemuk,
kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20-
30% tergantung kepada tingkat
kege mu ka n.
o Penyandang DM kurus, kebutuhan
kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatka n
BB.
o Jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kal perhari untuk
wanita dan 1200-1500 kal perhari untuk
pria.
111.2.2,3 Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai
adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan
latihan jasmani dilakukan secara secara teratur
sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 1-50 menit perminggu. Jeda
antar latihan tidak Iebih dari 2 hari berturut-turut
(A). Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila
kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila
>250 mg/dl dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-
hari bukan termasuk dalam latihan jasmani
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal)(A) seperti: jalan
cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
E
. Glinid
Glinid mgrupakan obat yang cara
kerjanya 'sar{a dengan sulfonilu rea,
dengan penekanan pada peningkata n
sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini
diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi
secara cepat melalui hati. Obat ini dapat
mengatasi hiperglikemia post pra ndia l.
Efek samping yang mungkin terjadi
adala h h ipoglike m ia.
Sulfo!ilurea
Meningkatkan sekresi BB naik
1.,O-2,O%
insulin hipoglikemia
Glinid
Meningkatkan sekresi BB naik
0,5-1,5Yo
insulin hipoglikemia
I\4enekan produksi
glukosa hati & Dispepsia,
Metformin menambah diare, asidosis 1.,O-2,O%
sensitifltas terhadap laktat
insulin
Penghambat
Menghambat absorpsi Flatulen, tinja
Alfa- glukosa
0,5-o,a%
lembek
Glukosidase
Menambah
TTiaz
olidindion
sensitifitas terhadap Edema o,5-1,4%
insulin
Meningkatkan sekresi
Penghambat sebah,
insulin, menghambat mu ntah
0,5-0,80/o
DPP-IV
sekresi glukagon
menghambat
Dehidrasi,
Penghambat penyerapan kembali
glukosa di tubuli distal
infeksisaluran 0,8-1,0%
SGLT.2
ginjal kemih
Glidanil
2,5-5
2,5"20 1,2-24 7-2
30,60 30,120 24 1
MR
1-2-3-4
Diaelime 1-2-3-4
1-2-1-4
5imryl 7-3
Glimepiride
1-8 24 7
t-2-34
Glimetic
Maprvl 1-1
1,)
2-3
Glinide
o,572 t16 24
Starlix 50-120 180-360
15 30 Tidak
30
Thiazolidinedi
15-30 75-45 24 1 ganturg
15 30
15-30
50,100 100-300 3
Eclid
500
500,850
500
Biguanide 500 6-A 1-3
3000
500,850
500
500
XR 500-750
500-
7-1
2000
500
50 50-100 7-2
Sitagliptin unc
100
1
onslvza
5 5
1,25/2sA
2,s/5OA L2-24 1)
5/s00
L/250 t-2
2/soa
15/500 18 24 12
1sl850
15/850 7-2
Obat
so/500
Sitagliptin +
5o/8so 2
50/1000
50/soo
50/8so I
50/1000
s/s00 1
XR
2,5/5OO
Linasliptin +
2,sla5o
2.5/1AOO
a. lnsulin
lnsulin diperlukan pada keadaan ;
70130 Humulino
l7o% NPH,30ok 30 60
reguler) 3-L2 jam
menit
70/30 ixtardo
M
(70%NPH,30%
7s/2s
Humalogmix@
(75% protamin
lispto,25%
lispro)
70130 Novomix@
(70% protamine
aspart,30%
aspart)
cq
tn I( !: :
i:
o
N o E
r P . :;, Ei
*i
K:z T
u
:
cg j
:ji
!;
!5
r-d 3 Eii ..:
g I tf : !E
>o.
6r,
_8 ,E
!
:i:
i:,n
F;
I5
! d n:.! E:
3 B
@Z
EUJ E
E -
E9 3ii::
-6V.9
ic8
E [s E-:i-
EgE
6,; -:i,!.N--*;!;
A:E S,itii,.j;:arj!
trN*
lDa, l
bo:a!
di:E
>t
o .t .l
c E a i- Ez.
t! lu 2 !
": !!:
! I i
r *
.!! P ri . : n
:1 ; E! 9L: f n: e --t
P Y nri -
!o) Ir
q Eo.r
b!
c ] Ei
o -E
o-
o
E
f ta
o
a :E
]
42 | Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 - 2015
Tdbel-7l- Keuntungon, kerugian don biayo obot dnti hiperglikemik
(sumber: stanilord of medicol core in diobetes- ADA 2075)
pankreatitis
akut?
Bentuknya
injeksi
Butuh latihan
khusus
lnsulin Rapid-acting Hipoglikemia Bervariasi
analogs univeTsa Berat badan I
t Lispro Efektif Efek mitogenik ?
menurunkan Dalam sediaan
'Glulisine glukosa darah injeksi
Short'acting J komplikasi Tidak nyaman
. Human mikrovaskuler Per u pelatihan
Regu ar (UKPDS) Pasien
lntermediate
acting
. Hlrman NPH
Besalinsulin
analogs
. Glargine
. Detemir
. Degludec*
Prerrixed
(beberapa
tipe)
b, Pemeriksaan HbAlC
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga
sebagai glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi
(disingkat sebagai HbAIC), merupakan cara yang
digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12
minggu sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan
rencana perubahan terapi, HbAlc diperiksa setiap 3
bulan (E), atau tiap bulan pada keadaan HbA1c yang
sangat tinggi (> 70%1. Pada pasien yang telah
mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik yang
stabil HbA1C diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1
tahun (E). HbAIC tidak dapat dipergunakan sebagai
alat untuk evaluasi pada kondisi tertentu seperti:
anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3
bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi
umur eritrosit dan gangguan fungsi Binjal
c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak
didapatkan alat pengukur kadar glukosa darah dengan
Sasaran terapi:
r Pada penyandang DM, target utamanya adalah penurunan
LDL.
. Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit
kardiovaskular, target LDL < 100 me/dl (B).
r Pasien DM dengan usia lebih dari 40 tahun dan memiliki
satu atau lebih faktor risiko penyakit kardiovaskular
(riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular,
hipertensi, merokok, dislipidemia, atau albuminuria)
dianjurkan diberi terapi statin (A).
r Pasien dengan usia kurang dari 40 tahun dengan risiko
penyakit kardiovaskular, yang gagal dengan perubahan
gaya hidup dapat diberikan terapi farmakologis.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa
darah < 70 me/dl. Hipoglikemia adalah penurunan
konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya
gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple's
triad:
. Terdapat gejala-geja la hipoglikemia
. Kadarglukosa darah yang rendah
. Gejala berkurang dengan pengobatan.
Hipoglikemia Ringan:
1. Pemberian konsumsi makanan tinggi gula (karbohidrat
sede rha na )
2. Gula murni merupakan pilihan utama, namun bentuk
karbohidrat lain yang berisi glukosa juga efektif untuk
menaikkan gu la darah. (E)
3. Makanan yang mengandung lemak dapat
memperlambat respon kenaikkan gula darah.
4. Glukosa L5-2O g l2-3 sendok makan) yang dilarutkan
dalam air adalah terapi pilihan pada pasien dengan
hipoglikemia yang masih sadar (E)
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus
dilakukan setelah 15 menit pemberian upaya terapi. Jika
pada monitoring glukosa darah 15 rnenit setelah
pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan
dapat diulang kembali. (E)
6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah
mencapai normal, pasien diminta untuk makan atau
mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya
hipogllkemia. (E).
Pencegahan hipoglikemia:
1. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi,
penanganan sementara, dan hal lain harus dilakukan
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah
lvlandiri (PGDM), khususnya bagi pengguna insulin atau
obat oral golongan insulin sekretagog.
3. Lakukan edukasi tentang obat-obatan atau insulin yang
dikonsumsi, tentang: dosis, waktu megkonsumsi, efek
samping
4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan
kejadian hipoglikemi perlu melaluka n:
. Evaluasi secara menyeluruh tentang satus kesehatan
pasien
. Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan
bila diperlukan melalukan program ulang dengan
memperhatikan berbagai aspek seperti: jadwal
makan, kegiatan oleh raga, atau adanya penyakit
penyerta yang memerlukan obat lain yang mungkin
berpenga ruh terhadap glukosa darah
. Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih
kecil kem ungkinan menimbulkan hipoglikemi.
0 GD paska prandial
tertinggi: 100-129 mg/dL.
.' o Target tekanan darah pada ibu yang disertai hipertensi
kronis : (ADA 2015)
0Sistolik :110-129mmHg
0 Diastolik :65-79 mmHS
o Kendali gula darah menggunakan insulin dengan dosis
titrasi yang kompleks. Sebaiknya dirujuk pada dokter ahli
yang berkom peten.
!C
4. Sepsis
Respon imun mengalami perubahan dan kerentanan terhadap
infeksi yang meningkat pada pasien DM. Orang dengan DM
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena infeksi, tetapi
masih belum jelas jika prognosis mereka lebih buruk dari non-
diabetik.
..Langkah-langkah kontrol gula darah pada pasien sepsis:
1. Stabilisasi
2. Pasien dengan sePsis berat dan hiperglikemia di ICU: teraPi
insulin lV
3. Pasieh yang menerima insulin lV juga menerima sumber
glukosa kalori
4. Menggunakan validasi protokol untuk penyesuaian dosis
insulin dan target gula darah hingga berkisar <150 mg/dl
5. Memantau nilai gula darah setiap 1-2 jam sampai kadar nilai
glukosa dan infus insulin stabil; dimonitor setiap 4 jam
setelah itu.
Pertimbangan dalam mengontrol gula darah pada sepsis, antara
lain:
1. Kadar gula darah yang rendah pada tes point-of-core da.ah
kapiler harus diintepretasikan dengan hati-hati, karena
pengukuran tersebut melebihi darah arteri atau nilai plasma
glukosa
2. Akurasi dan produksi pada tes point-of-core darah kapiler'
I
V. Penutup
/
Diabetes melitus merupakan ftenypkit metabolik yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Keadaan ini sangat
memengaruhi kualitas hidup penyandang DM sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini
memang belum ditemukan cara atau pengobatan yang dapat
menyembuhkannya diabetes secara menyeluruh. Akan tetapi DM
dapat dikendalikan dengan baik, dengan cara : diet, olahraga dan
dengan menggunakan obat antidiabetik. pada setiap penanganan
penyandang DM, harus selalu ditetapkan target yang akan dicapai
sebelum memulai pengobatan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan program pengobatan dan penyesuaian regimen terapi
sesuai kebutuhan serta menghindari hasil pengobatan yang tidak
diinginkan. Pengobatan DM sangat spesifik dan individual untuk
masing-masing pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk
dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol kadar glukosa darah
namun bila diterapkan secara umum, diharapkan dapat mencegah
dan menurunkan prevalensi DM, baik di lndonesia maupun di dunia
di masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan mengucap syukur kepada Tuhan yME atas
tersusunnya buku revisi konsensus diabetes. Diharapkan buku inl
dapat benar-benar bermanfaat bagi para praktisi yang memiliki
kewenangan dalam penatalaksanaan DM dan bertugas menangani
para penya nda ng diabetes-
I
14. Geerlings, S.; Hoepelman, A. lmmune dysfunction in patients with
diabetes mellitus IDM), FEMS lryrnunol Med Microbiol.7999,26, 256-
265. $t
15. Muller, L.; GorLer, K.j uak, r.; Coudztaard, W.j Schellevis, F.j
Hoepelman, A. lncreased risk of common infections in patients with
type 1 and type 2 diabetes mellitus, Clin lnfect Dis.2Oo5, 41, 287-28a.
16. Casqueiro, J.; Casqueiro, J.; Alves, C. lnfection in Patients with
Diabetes Mellitus: a Review of Pathogenesis, lndion Journdl ol
En d ocr i nol ogy o n d Meto bol i sm. 2012, 1 6(Su p p I 1, 527 -536.
17. Jeon, C.; Murray, M. Diabetes mellitus increases the risk of active
tuberculosis: a systematic review of 13 observational studies, PLoS
Medicine.2008, e152.
18. Richard Brostrom, lb Christian Bygbjerg, Martin Castellanos, Saidi
Egwaga, Susan Fisher-Hoch, Christie Y. Jeon, Megan B. Murray, Toru
Mori, Salah-Eddine Ottmani, Kaushik Ramaiya, Gojka Roglic, Nigel
Unwin, Vijay Viswanathan, David Whiting, Lixia Wang and Wenhua
zhao collaborative Framework for care and control of Tuberculosis
and Diabetes,2011.
19. Organization, W. H. Collaborative Framework for care and Control of
Tuberculosis and Diabetes. 2011-
Geerlings, S. Urinary tract infections in patients with diabetes
mellitus: Epidemiology, pathogenesis and treatment, lnt J Antimicrob
Agents. 2OO8, 31S, 54-57. 81
Ludwig, E. Urinary tract infections in diabetes mellitus, orv Hetil.
2008, 149, 597-600
Petit, J.; Bour, J.; Galland-Jos, C.; Minello, A.; Verges, B.; Guiguet, M.
Risk factors for diabetes mellitus and insulin resistance in chronic
hepatitis c, J Hepotology.200L, 35, 279-283
Calvet, H.; Yoshikawa, T. lnfections in diabetes, lnfect Dis Clin North
Am.200r, $,407-420.
24. Peleg, A.; Weerarathna, T.; Mccarthy, J,; Davis, T. Common infections
in diabetes: Pathogenesis, management and relationship to glycaemic
conjJol, Diobetes Metob Res Rev.2007,23,3-13-
25. Carfrae, M.; Kesser, B. Malignant otitis externa, Otolarynqol Clin
North Am. 2OOB, 41, 537-549.
:-
26. Kalra, S.; Kalra, B.; Agrawal, N.; Unnikrishnan, A Understanding
diabetes ih patients with HIV/AlD5, Diabetol Metob Syndr'21-Ll' 3' 2'
27. Jr, F. W. The diabetic foot, Orthopedics 7987, 10' 1'63-1'72
of
28. Lipsky, B.; Berendt, A.; Cornia, P. lnfectious Diseases SocietY
of
America clinical practice guideline for the diagnosis and treatment
diabetic foot infections. IDSA guidelines, Clin lnfect Dis 2012' 54'
132-173.
29. (EWMA), E. W. M. A. Wound bed preparation in practice ) London:
M EP Ltd, 2004.
http://www.webmd com/heart-disease/peripheral-artery-disease-of
'
the-legs for further details.
(CLl) See
31. UC Davis Health System, Description Critical limb ischemia
www.ucdmc.ucdavis.edu/vascular/diseases/clihtmI for further
details.
(CLl)
32. UC Davis Health, S. y. s. t- e. m. Symptoms Critical limb ischemia
See www.ucdmc ucdavis.edu/vascular/diseases/cli html for further
details.
33. Boulton, A.; Vinik, A.; Arezzo, J. American Diabetes Association'
Diabetic neuropathies: a statement by the American Diabetes
Association, Diobetes Co re 2OO5, 28, 956-962'
34. Frisch, A.; Chandra, P.; Smiley, D,; Peng, L;M, M R; Gatcliffe' c
Prevalence and clinical outcome of hyperglycemia in the
perioperative period in noncardiac surgery, Diobetes Core' 2O7o' 33'
'1783-1788.
I
American Diabetes Association, Diabetes Care in Specific Settings,
Diobetes Core.201,2, 35(suppl 1), 544.
47. Moghissi, E.; Korytkowski, M.; DiNaiifo, ryl. American Association of
Clinical Endocrinologists and Americln Dlabetes Association
consensus statement on inpatient glycemic control, Diobetes Care.
zoo9, 32, tt79-11,31,.
42. Perkumpulan Endokrinologi lndonesia, Petunjuk Praktis: Terapi lnsulin
Pada Pasien Diabetes Melitus, PB. PERKENI. Jakarta- 20L7- 82
43. Coven, D. L.; Kalyanasundaram, A.; Shirani, J. Overview Acute
Coronary Syndrome See
http://e med icine. medsca pe.com/a rticle/1910735-ove rview for
further details.
44. American Diabetes Association 2009 textbook. 2009.
45. Furie, K. 1., et al. Guidelines for the prevention of stroke in patients
with stroke or transient ischemic attack: A guideline for healthcare
professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 201,7, 42, 227 -27 6.
Lee, L. T. Glycemic control in the diabetic patients after stroke., Crit
Cdre Nurs Clin N Am.2OO9,21,507^575.
47. Clement, S., et al. Management of diabetes and hyperglycemia in
hospitals, D/ob Core .2OO4, 27(2).
48. Schuetz, P., et al, Diobetes Core 2011-, 34(3),771--778.
49. D e Il i nge r, R. P ., Crit Cd re Me d . 2OOa, 3 6, 296-327 .