STATUS PASIEN
I.
ANAMNESIS
A.
Identitas Pasien
Nama
: Ny.S
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Petani
B.
Tanggal Periksa
: 14 Mei 2014
No CM
: 90914624
Keluhan Utama
Nyeri punggung bagian bawah
C.
D.
: (+)
: disangkal
Riwayat asma
: (+)
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat trauma
Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: (+)
: disangkal
: disangkal
Riwayat olahraga
: jarang
Riwayat olahraga
nasi lauk pauk berupa tempe, tahu, sayur, ikan dan daging secara
bergantian seadanya.
G.
Status Generalis
1. Kesan Umum : kompos mentis, gizi kesan cukup
2. Status Gizi
BB
: 54 kg
TB
: 157 cm
IMT
: 21,5 (normoweight)
3. Tanda Vital
Tensi
: 140/100 mmHg
Nadi
: 85x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu
: 36,5C
4. Kepala
(-).
5. Mata
7. Hidung
8. Mulut
: gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-), lidah kotor
(-), papil lidah atrofi (-), lidah tremor (-),nyeri tekan (-), floating
maxilla (-).
9. Leher
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
12. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
13. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
14. Trunk
Inspeksi
(-)
Palpasi
Perkusi
15. Ekstremitas
normal
B.
Status Psikiatri
1.
Deskripsi Umum
a) Penampilan : wanita, tampak sesuai umur, perawatan diri
baik
b) Kesadaran
: normoafek
b) Mood
: eutimik
c) Keserasian
: serasi
3. Gangguan persepsi
a) Halusinasi (-)
b) Ilusi (-)
4.
Proses Pikir
a) Bentuk
: realistik
b) Isi
: waham (-)
c) Arus
: koheren
5.
: baik
b) Orientasi
: baik
c) Daya ingat
: Jangka pendek
: baik
Daya Nilai
sosial baik
7.
Insight
8.
C.
: baik
: dapat dipercaya
Status Neurologis
1. Kesadaran
2. Fungsi Luhur
: GCS E4V5M6
: dalam batas normal
Tungkai
Rasa Eksteroseptik
-
Suhu
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Nyeri
(+ / +)
(+ / +)
Raba
(+ / +)
(+ / +)
Rasa Propioseptik
-
Rasa Getar
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Rasa Posisi
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
(+ / +)
Rasa Kortikal
-
Stereognosis
tidak dilakukan
Barognosis
tidak dilakukan
a. Lengan
- Pertumbuhan
- Tonus
- Kekuatan
Atas
Tengah
Bawah
Ka/Ki
Ka/Ki
Ka/Ki
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
- Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
(+2/+2)
Reflek Triceps
- Reflek Patologis
(+2/+2)
Reflek Hoffman
(-/-)
Reflek Trommer
b. Tungkai
- Pertumbuhan
- Tonus
- Kekuatan
(-/-)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
(n/n)
(n/n)
(5/5)
- Klonus
Lutut
(-/-)
Kaki
- Reflek Fisiologis
Reflek Patella
Reflek Achilles
-
(-/-)
(+2/+2)
(+2/+2)
Reflek Patologis
Reflek Chaddock
(-/-)
Reflek Babinski
(-/-)
ReflekOppenheim
(-/-)
Reflek Gordon
(-/-)
Reflek Scaeffer
(-/-)
Reflek Rosolimo
(-/-)
6.
Nervus Cranialis
N. VII
N. XII
7.
Pemeriksaan lainnya
D.
Tanda Lasegue
: (-/-)
Tanda Patrick
: (-/-)
Tanda Kontra-Patrick
: (-/-)
Range of Motion
NECK
Fleksi
Ekstensi
Lateral bending kanan
Lateral bending kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Ektremitas Superior
Shoulder
Elbow
Wrist
Finger
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
ROM Pasif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
7
TRUNK
Fleksi
ROM Pasif
0-90
ROM Aktif
0-90
Ekstensi
0-30
0-30
Rotasi
0-35
0-35
Ektremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
E.
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
0-30
0-30
0-120
0-120
0
0
0-30
0-30
0-30
0-30
0-50
0-50
0-40
0-40
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-30
0-30
0-30
0-30
0-120
0-120
0
0
0-30
0-30
0-30
0-30
0-50
0-50
0-40
0-40
NECK
Fleksor M. Sternocleidomastoideum
Ekstensor M. Sternocleidomastoideum
Fleksor
Ektensor
Rotator
Pelvic Elevation
Ektremitas Superior
Shoulder
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
TRUNK
M. Rectus Abdominis
Thoracic group
Lumbal group
M. Obliquus Eksternus Abdominis
M. Quadratus Lumbaris
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
5
5
5
5
5
5
5
Dekstra
5
5
5
5
5
5
5
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
Internal Rotasi
Eksternal Rotasi
Fleksor
Elbow
Wrist
Finger
Eksternsor
Supinator
Pronator
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Fleksor
Ekstensor
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi radialis
M. Ekstensor digitorum
M. Ekstensor carpi radialis
M. Ekstensor carpi ulnaris
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor digitorum
Ektremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Fleksor
Ekstensor
Fleksor
Ekstensor
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
M. Soleus
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Dekst
Sinist
ra
5
5
5
5
5
5
5
5
ra
5
5
5
5
5
5
5
5
29/01/10
13,3
38
5,2
163
O
Rujukan
12,3-15,3
33-45
3,80-5,80
4,4-13,3
150-450
Satuan
g/dl
%
106/ul
10/ul
10/ul
80-140
60-100
80-140
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Ur
Cr
As.urat
Na
K
Cl
Ca ion
SGOT
SGPT
Prot. total
Albumin
Globulin
Kol.total
HDL kol
LDL kol
Trigliserid
Bil.total
Bil.direct
B.indirect
PT
APTT
INR
HBs Ag
216
33
146
162
<48
0,6-1,1
2,4-6,1
136-146
3,5-5,1
98-106
1,00-1,20
0-35
0-45
6,00-8,00
3,5-5,2
50-200
34-87
79-186
<150
<1
0-0,30
0-0,70
10,0-15,0
20,0-40,0
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mmol/l
mmol/l
mmol/l
mmol/l
U/l
U/l
g/dl
g/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
detik
detik
Non reaktif
B. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto lumbal AP, lateral, dan Oblique
10
11
IV.
V.
ASSESMENT
Low Back Pain e.c. spondylolisthesis L 4 terhadap L 5
DAFTAR MASALAH
Problem medis : Low Back Pain
Problem Rehabilitasi Medik :
Okupasi terapi
:-
Terapi wicara
:-
Sosio-medik
:-
Orthesa-prothesa
stabilisasi
Psikologi
menjadi terganggu.
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Medis
Vitamin B1 tab
2x1
Vitamin B12
2x1
Na diklofenak tab
2x1
Aspilet tab
1x1
Amitriptilin cap
3x1
Diazepam tab
2x2
Simvastatin tab
1x1
Fisioterapi
: Infrared, TENS
13
Speech terapi
Occupational terapi
Sosiomedik
:::-
Orthesa-Prothesa
Psikologi
Memberikan
support
mental
dan
Disabilitas
Handicap
VIII. GOAL
pada pasien
Mencegah
terjadinya
komplikasi
yang
dapat
: baik
Ad sanam
: baik
Ad fungsionam
: baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
15
B. Epidemiologi
Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh
nyeri pinggang dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia
kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi penyebab kemangkiran
yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan ke dokter,
urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan
pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang
paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang
paling tinggi.
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun.
Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak
dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena LBP
adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika, kelelahan LBP
meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.
Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak
melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai prevalensi yang
tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
16
C. Anatomi
Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus
invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung,
organ-organ dalam di sekitar pelvis, abdomen dan kulit yang
menutupi daerah punggung.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
Vertebrae cervicales
buah
Vertebrae thoracalis
12 buah
Vertebrae lumbales
buah
Vertebrae sacrales
buah
Vertebrae coccygeus
4-5 buah
Musculus trapezius
17
Muskulus sacrospinalis
Muskulus transversospinalis
Muskulus interspinalis
Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke
18
19
20
D. Penyebab
Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan
multifaktor. Di antaranya dapat disebut :
1. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri
pinggang bawah yang penting. Kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :
21
dengan
korpus
vertebraenya
sendiri.
Pada
23
24
menjadi
25
E. Faktor Resiko
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat
badan, etnis, merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat
beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama,
geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki
resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian
menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan
insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan
osteoporosis.
F. Lokasi
Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal
bawah, biasanya disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain
sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha,
tungkai, dan kaki.
26
G. Diagnosa
1. Anamnesis
Beberapa
pertanyaan
yang
dapat
diajukan
dalam
pinggang
meliputi
evaluasi
sistem
neurologi
dan
27
b. Sensorik.
c.
Rasa gerak.
Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah
Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.
d. Test-Test
Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi
0 ) didorong ke arah muka kemudian setelah itu
28
Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di
pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang
dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan
ekstensi.
29
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi
tulang, sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran Xray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak
peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran
sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray merupakan tes
yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri
punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes
penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray
dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan bila
perlu oblique kanan dan kiri.
30
31
32
33
H. Penatalaksanaan
1. Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar,
antara lain :
a. Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari
organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan
untuk pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada
penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin, heroin,
dll.
b. Analgetik antipiretik
Sangat
bermanfat
untuk
menghilangkan
rasa
nyeri
juga
mempunyai
khasiat
antipiretik,
34
Dosis Aspirin
pendarahan,
gangguan
faal
ginjal,
hipersensitivitas.
Efek samping
sehari yaitu 4500 mg, sedangkan dosis Nameclofenamat sehari adalah 3-4 x 100 mg.
Derivat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi
20 mg 1 kali sehari.
2. Fisioterapi
a. Terapi panas superfisial dan dalam
b. Traksi panggul
36
c. Pelvic Tilt
37
3. Alat bantu
a. Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung
dan perut.
spinenya.
Spinal
fusion
merupakan
operasi
dengan
II. SPONDYLOLISTHESIS
A. Definisi
Kata spondylolisthesis
spondylo yang berarti tulang belakang (vertebra), dan listhesis yang berarti
bergeser. Maka spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran
(biasanya ke anterior) dari vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.
B. Etiopatofisiologi
Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral yang
kecil, sendi facet tidak kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut
sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin terjadi selama masa remaja karena
patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang belakang dari kegiatan
olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola yang
menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesis isthmic.
Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem
klasifikasi Wiltse:
1. Displatik
2. Isthmic
Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars
akut.
3. Degeratif
Spondilolisthesis bisa disebabkan oleh penuaan, umum, dan keausan tulang,
jaringan,
otot-otot,
dan
ligamen
tulang
belakang
disebut
sebagai
spondilolisthesis degeneratif.
4. Trauma
Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada vertebrata
yang menyebabkan fraktur pada sebagian pars interartikularis. Tipe ini terjadi
sesudah periode satu minggu atau lebih dari trauma. Acute pars fracture tidak
termasuk tipe ini.
5. Patologis
Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka, disebut
spondilolisthesis patologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena kerusakan
pada elemen posterior dari metastasis (kanker sel-sel yang menyebar ke bagian
lain dari tubuh dan menyebabkan tumor) atau penyakit tulang metabolik. Jenis
ini telah dilaporkan dalam kasus-kasus penyakit Paget tulang (dinamai Sir
James Paget, seorang ahli bedah Inggris yang menggambarkan gangguan kronis
yang biasanya menghasilkan tulang membesar dan cacat), tuberkulosis
(penyakit menular mematikan yang biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat
menyebar ke bagian lain dari tubuh), tumor sel raksasa, dan metastasis tumor.
Diagnosis yang tepat dan identifikasi jenis atau kategori Spondilolisthesis
adalah penting untuk memahami serta keparahan dari pergeseran yang terbagi
menjadi 5 kelas sebelum pengobatan yang tepat untuk kondisi tersebut dapat
disarankan.
C. Epidemiologi
Insidensi spondilolisthesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi
otopsi. Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara
umum populasi pastinya akan mengalami penuaan. Spondillistesis degeneratif
biasanya dialami oleh lanjut usia dan jarang mengenai usia dibawah 40 tahun.
Kelainan ini biasanya mengenai perempuan 5 kali lebih banyak dibandingkan
laki-laki. Paling sering melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria dan 9,1%
wanita memiliki spondilolisthesis tipe ini.
D. Gejala Klinis
Presentasi klinis dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis
pergeseran dan usia pasien. Selama tahun-tahun awal kehidupan, presentasi
klinis dapat berupa nyeri punggung bawah ringan yang sesekali dirasakan pada
panggul dan paha posterior, terutama saat beraktivitas. Gejala jarang berkorelasi
dengan tingkat pergeseran, meskipun mereka disebabkan ketidakstabilan
segmental. Tanda neurologis seringkali berkorelasi dengan tingkat selip dan
melibatkan motorik, sensorik, dan perubahan refleks yang sesuai untuk
pelampiasan akar saraf (biasanya S1).
Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi
tulang belakang lumbal.
Gambar 17 . Proyeksi oblik menunjukkan adanya defek pars bilateral, tanda panah
menunjukkan gambaran Scottie Dog with Collar.
Analgetik (NSAID),
Fisioterapi.
Hasil terapi non operatif umumnya memberikan hasil yang memuaskan,
terutama pada pasien yang berusia muda. Indikasi operasi (fusi) yaitu:
Tanda tanda neurologis seperti nyeri radikuler (tidak dapat ditangani dengan
terapi konservatif), myelopati, klaudikasi neurogenik,
Spondilolistesis traumatik,
Spondilolistesis iatrogenic,
G. Komplikasi
Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun
penarikan (traction) pada saraf spinal, bisa menyebabkan komplikasi. Pada
pasien
yang
membutuhkan
penanganan
dengan
pembedahan
untuk
DAFTAR PUSTAKA