Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi pada saat ini sangat luas, menyentuh banyak aspek,
diantaranya adalah di bidang teknologi elektronika. Agar bangsa Indonesia mampu
beradaptasi dengan perkembangan globalisasi pada saat ini, diperlukan pendidikan
berdasarkan teknologi. Salah satunya adalah pendidikan teknik elektronika. Dunia
elektronika tidak lepas dari teknik penyolderan dengan kawat timah sebagai bahan
konduktor di rangkakaian yang berfungsi menyatukan komponen satu dengan yang
lainnya.
Timah merupakan logam putih keperakan, logam yang mudah ditempa dan bersifat
flesibel, memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika didinginkan.
Timah ada dibawah suhu 13,20C dan tidak memiliki sifat logam sama sekali. Diatas suhu
ini timah ada dalam bentuk yang kita lihat sehari-hari. Timah ini biasa disebut sebagai
timah putih disebabkan warnanya putih mengkilap, dan memiliki struktur kristal
tetragonal. Atas dasar sifat fisiknya timah banyak digunakan dalam industri solder. Solder
sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam bentuk solder merupakan
campuran antara 5-70% timah dengan timbalakan tetapi campuran 63% timah dan 37%
timbal merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak digunakan untuk
menyambung pipa atau alat elektronik.
Timbal (Pb) Merupakan salah satu logam berat yang tergolong berbahaya jika
masuk ke dalam tubuh manusia. Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun,
dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem
biologis. Sumber utama timbal adalah makanan dan minuman. Komponen ini beracun
terhadap seluruh aspek kehidupan. Timbal menunjukkan beracun pada sistem saraf,
hemetologic, hemetotoxic dan mempengaruhi kerja ginjal. Rekomendasi dari WHO, logam
berat Pb dapat ditoleransi dalam seminggu dengan takaran 50mg/kg berat badan untuk
dewasa dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi dan anak-anak. Mobilitas timbal di tanah dan
tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5-3 ppm.

1
Jika suatu timbal dan timah dipanaskan ataupun dileburkan, maka mengeluarkan
asap hitam yang beredar bebas di udara. Senyawa timbal dan timah dari udara dapat
mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan terkontaminasi. Keracunan timbel
yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah
teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan kerusakan
otak, ginjal, dan hati. Logam berwarna kelabu keperakan ini amat beracun dalam setiap
bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia 6 tahun,
yang biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding rumah. Logam berat
ini merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi kemampuan untuk
mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi. Bahkan timbal dengan
tingkat yang amat rendah sekalipun tampaknya selalu diasosiasikan dengan rendahnya
kecerdasan. Dari kasus-kasus pencemaran logam pada bahan yang tidak sedikit ini, maka
diperlukan pemahaman mengenai logam berat dan efeknya terhadap kesehatan, terutama
timbal dan timah yang banyak digunakan untuk penyolderan alat-alat elektronika.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Manusia pada
umumnya harus sehat untuk melakukan semua aktivitas dalam hidupnya. Kadangkala
kesehatan itu mahal, maka dari itu memelihara kesehatan sangatlah penting agar terhindar
dari berbagai macam penyakit.
Dalam kaitannya dengan minat belajar siswa, dalam suatu kelas belajar terdapat
siswa yang mempunyai minat, daya tangkap maupun intelektual yang berbeda-beda. Ada
siswa yang mempunyai minat belajar yang baik daripada yang lainnya. Untuk siswa yang
kurang minat dalam belajar, banyak faktor yang menyebabkan seperti ini, diantaranya
faktor lingkungan kelas, suasana kelas, maupun faktor-faktor kesehatan. Untuk itu
diperlukan suatu lingkungan kelas yang kondusif dan sehat untuk kegiatan pembelajaran.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3), selalu tumbuh dan berkembang, tetapi ada
kalanya mengalami penurunan kualitas sehingga hancur perlahan-lahan seiring dengan
perkembangan zaman. Masih banyak lembaga pelatihan yang belum menerapkan K3 pada
bengkel dan laboratorium yang mereka miliki. Diperlukan suatu system K3 yang baik dan
mampu mendeteksi dan menanggani kesehatan maupun keselamatan kerja dalam suatu
lingkungan kerja. Sistem K3 harus menyentuh semua aspek keselamatan dan kesehatan
dalam suatu praktek kerja

2
Berangkat dari timah berperan sangat penting pada aktivitas merancang atau
membuat suatu rangkaian elektronika, maka sangat diperlukan suatu pengetahuan untuk
mengetahui dampak yang akan terjadi dan upaya untuk menggurangi dampak negatif dari
asap solder pada siswa elektronika yang praktek di bengkel elektro.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu adanya pengetahuan tentang
dampak dari asap solder terhadap kesehatan manusia. Oleh sebab itu beberapa poin penting
yang perlu dicermati adalah :
1. Apa itu K3 dan bagaimana cara penerapan K3 yang baik dan benar di lembaga
pelatihan ?
2. Kenapa kesehatan dan keselamatan kerja dalam suatu praktek kerja sangat
penting ?
3. Apa saja dampak langsung dan tidak langsung dari asap solder ini terhadap
kesehatan siswa di lembaga pelatihan ?
4. Bagaimana cara menanggulangi dampak negatif dari asap solder ?
5. Bagaimana mekanisme tata udara di suatu lembaga pelatihan yang bagus untuk
kesehatan siswanya ?
6. Bagaimana cara untuk menarik minat belajar siswa di lembaga pelatihan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penyusunan makalah ini
adalah:
a. Menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan baik dan benar.
b. Mengetahui dampak langsung dan tidak langsung dari asap solder bagi
kesehatan
c. Menanggulangi dampak negatif dari asap solder.
d. Membuat mekanisme tata udara di bengkel elektro yang bagus untuk kesehatan
siswa.
e. Menarik minat siswa elektronika dengan suasana kelas yang bersih, aman dan
terhindar dari berbagai macam penyakit.

3
1.4 Manfaat
Adanya penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat :
1. Bagi Penyusun
Penyusun dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap dampak
asap solder yaitu pengaruh unsur kimia timbal dan timah terhadap tubuh
manusia dan merancang sistem tata udara yang dapat mengurangi dampak asap
solder terhadap kesehatan sehingga minat belajar akan tumbuh.

2. Bagi Pengajar
Penyusun berupaya memberi sebuah pengetahuan tentang K3 yang baik dan
benar, sehingga para guru mampu memberi pengarahan maupun pelajaran K3
di lembaga pelatihan. Maka dari itu melalui makalah ini, seorang pengajar di
lembaga pelatihan dapat mengetahui dampak secara rinci bagaimana pengaruh
asap solder bagi kesehatan dan keselamatan siswa. Dan secara tidak langsung
para pengajar memperhatikan tata udara dan lingkungan di bengkel elektro
sehinggga para siswa nyaman untuk praktek penyolderan.

3. Bagi Siswa
Dengan penyusunan makalah ini, para siswa khususnya jurusan elektronika
dapat mengetahui dampak dari asap penyolderan dan mereka memperhatikan
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan keselamatan merupakan hal yang sangat fital di dalam suatu
lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, kantor, bengkel, laboratorium, dsb), yang harus kita
terapkan dalam setiap lingkungan kerja. Dari mengidentifikasi, mengetahui akibat, dan
mengetahui solusi. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak
dikehendaki yang dapat mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur. Oleh
karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih dalam bentuk
perencanaan. Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian kecelakaan yang
berhubungan dengan aktivitas dan kegiatan dalam pekerjaan.

I. Manajemen Kurang kontrol

II. Sumber Penyebab utama

III. Gejala Penyebab langsung (praktek dibawah standar)

IV. Kontak Peristiwa (kondisi dibawah standar)

V. V. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)

Usaha pencegahan-pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai


dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian
praktek dan kondisi dibawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan
merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.
Diterpakannya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tinginya, baik fisik, mental dan sosial bagi penghuni dan
pengguna lingkungan tsb, melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan dan keselamatan akibat kerja atau
lingkungan kerja.

5
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan
pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan
kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka
dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406
tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan
yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat
keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan. Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan,
namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh

6
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada
di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik. Kecelakaan tidak
terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak
aman.
Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik
keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Diantara kondisi
yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu
dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang
tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm
dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya
diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan,
mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan
penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya
terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja.
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan. Studi kasus
menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri terdapat kecelakaan
yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan itu sebagai kecenderungan
kecelakaan.
Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi
yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen. Begitupun, pelatihan yang diberikan
kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan
kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan
yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan
terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang
sering dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap
pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang
melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak
membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus

7
membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian
secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.

2.2 Definisi Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan.
Hakikat dari kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
 Sebagai alat untuk mencapai derajad kesehatan tenaga kerja yang setingginya baik,
buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau pekerja bebas, dengan demikian
dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
 Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada meningginya
efesiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.
Penerapan program keselamatan kerja
Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi yang efektif
mempunyai banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby, (1972) secara garis besar telah
mengkategorikan hal ini sebagai berikut: lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
a. Faktor kepribadian atau perilaku.
 Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar-belakang pendidikan dan
kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.
 -Lingkungan pekerjaan : sikap dan kebijaksanaan dari para pengusaha serta
manajer, pengawas, penyelia serta kawan sekerja pada proyek
b. Faktor fisik.
 Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat tidak terpisahkan
dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun oleh bahaya terhadap
kesehatan kerja yang ditimbulkan oleh metoda dan material serta lokasi dari
pekerjaan itu. Oleh sebab itu usahakan selalu mematuhi standar kerja dengan
menggunakan alat keselamatan kerja seperti menggunakan sepatu safetydan lain-
lain.

8
 Penyingkiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas, pera-latan serta prosedur
untuk melindungi pekerjaan secara fisik terhadap daerah atau situasi yang
berbahaya.
 Pekerjaan-pekerjaan teknik bangunan banyak berhubungan dengan alat,baik yang
sederhana sampai yang rumit, dari yang ringan sampai alat-alat berat sekalipun.
Sejak revolusi industri sampai sekarang,pemakaian alat-alat bermesin sangat
banyak digunakan.
 Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada kemungkinan kecelakaan. Kecelakaan
selalu dapat terjadi karena berbagai sebab.berperan sangat penting dalam
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja karena adanya
fasilitas yang maka pelaksanaan aktivitas pekerjaan berjalan dengan baik,begitu
pula sebaliknya.
 Yang dimaksudkan dengan kecelakaan adalah kejadian yang merugikan yang tidak
terduga dan tidak diharapkan dan tidak ada unsur kesengajaan. Kecelakaan kerja
dimaksudkan sebagai kecelakaan yang terjadi ditempat kerja,yang diderita oleh
pekerja dan atau alat-alat kerja dalam suatu hubungan kerja.
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua golongan penyebab :
1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan ( unsafe human
acts).
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman ( unsafe condition ).
Walaupun manusia telah berhati-hati,namun apabila lingkungannya tidak
menunjang ( tidak aman ), maka kecelakaan dapat pula terjadi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman bagaimana bekerja yang
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan.
 Keselamatan kerja lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
Keselamata kerja adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menjamin
keadaan,keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik jasmaniah maupun
rohaniah), beserta hasil karya dan alat-alat kerjanya ditempat kerja. Usaha-usaha
tersebut harus dilaksanakan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja,
yaitu pekerja itu sendiri, pengawas/kepala kelompok kerja, perusahaan, pemerintah,
dan masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerja sama yang baik dari semua unsur
tersebut tujuan keselamatan kerja tidak mungkin dapat dicapai secara maksimal.
 Adapun sasaran keselamatan keerja secara terinci adalah :

9
1. Mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.
3. Mencegah/mengurangi kematian akibat kerja
4. Mencegah atau mengurangi cacat tetap
5. Mengamankan material,konstruksi,pemakaian,pemeliharaan bangunan-
bangunan,alat-alat kerja,mesin-mesin,dan instalasi-instalasi.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7. Menjamin tempat kerja yang sehat,bersih,nyaman,dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
8. Memperlancar,meningkatkan dan mengamankan produksi,industri serta
pembangunan.Kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan umat manusia ( Bambang Endroyo 1989 ).

Menurut WHO Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut
yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
Pada masa globalisasi, perusahaan begitu memerlukan sumber daya manusia yang
mempunyai tingkat ketrampilan spesifik juga mempunyai kemampuan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta berakhlak mulia yang bisa
diraih lewat pendidikan. Pendidikan berpartisipasi membina keselamatan serta kesehatan
kerja tiap-tiap individu hingga bisa membuat pribadi yang baik. Instrumen yang
memproteksi pekerja, lingkungan hidup, perusahaan, serta orang-orang sekitaran dari
bahaya karena kecelakaan kerja di sebut dengan Keselamatan serta kesehatan kerja (K3).
Perlindungan itu adalah hak asasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan. K3 mempunyai
tujuan menghindar, kurangi, bahkan juga menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero
accident). Penyakit karena kerja yang menggunakan banyak cost (biaya) perusahaan,
sehingga aplikasi rencana ini tidak bisa dipandang jadi usaha mencegah kecelakaan kerja,
tetapi mesti dipandang jadi bentuk investasi periode panjang yang berikan keuntungan
yang berlimpah pada saat mendatang.Pada awal revolusi industri, K3 belum juga jadi sisi
integral dalam perusahaan. Pada masa in kecelakaan kerja cuma dipandang jadi kecelakaan
atau kemungkinan kerja (personal risk), bukanlah tanggung jawab perusahaan. Pandangan

10
ini diperkuat dengan rencana common law defence (CLD) yang terdiri atas contributing
negligence (peran kelalaian), fellow servant rule (ketetapan kepegawaian), serta risk
assumption (anggapan kemungkinan) (Tono, Muhammad : 2002).
Lalu rencana ini berkembang jadi employers liability yakni K3 jadi tanggung jawab
entrepreneur, buruh/pekerja, serta orang-orang umum yang ada diluar lingkungan kerja.
Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sesungguhnya telah ada mulai sejak
pemerintahan kolonial Belanda. Umpamanya, pada 1908 parlemen Belanda menekan
Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang diikuti dengan penerbitan
Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Th. 1910. Setelah itu, pemerintah kolonial
Belanda menerbitkan sebagian product hukum yang memberi perlindungan untuk
keselamatan Kerja serta kesehatan kerja yang ditata dengan terpisah berdasar pada
semasing bidang ekonomi. Sebagian salah satunya yang menyangkut bidang perhubungan
yang mengatur jalan raya perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen
Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor
Algemene Verkeer in Indonesia (Ketentuan umum mengenai pendirian serta perusahaan
Kereta Api serta Trem untuk jalan raya umum Indonesia) serta Staatblad 1926 No. 334,
Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930
No. 225, Veiligheids Reglement (Ketentuan Keamanan Kerja di Pabrik serta Tempat
Kerja), dsb.

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.


2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Sedangkan Pengertian Kesehatan Lingkungan atau sanitasi lingkungan memiliki


pengertian yang sangat luas dan beragam tergantung konteksnya. Kesehatan lingkungan
pada dasarnya merupakan usaha untuk mengelola semua faktor yang ada pada lingkungan
yang berkaitan dengan perkembangan fisik dan kesehatan sedemikian rupa sehingga
derajat kesehatan dapat ditingkatkan. Secara umum, persepsi masyarakat terhadap
kesehatan lingkungan adalah kebersihan lingkungan. Lingkungan sehat merupakan suatu
perwujudan lingkungan yang memenuhi kaidah-kaidah kesehatan lingkungan dan
kesehatan secara keseluruhan. Lingkungan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

11
lingkungan fisik dan sosial-budaya. Lingkungan fisik meliputi: abiotik (benda mati) dan
biotik (makhluk hidup).
Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu usaha dari enam usaha dasar
kesehatan masyarakat. Dari uraian tentang usaha dasar terlihat bahwa kesehatan
lingkunganpun erat sekali hubungannya dengan usaha kesehatan lainnya. Usaha ini
merupakan usaha yang perlu didukung oleh ahli rekayasa secara umum dan secara khusus
oleh ahli rekayasa lingkungan.

2.3 Penyolderan

Menyolder adalah proses membuat sambungan logam secara listrik dan mekanis
menggunakan logam timah dengan menggabungkannya dengan alat solder. Alat ini
berfungsi untuk memanaskan sambungan pada suhu tertentu. Solder memiliki sebuah
elemen pemanas yang menghasilkan panas. Pada ujung elemen pemanas terdapat “bit”,
bagian inilah yang memegang peran penting dalam pemanasan dan penyolderan. Bagian
pada elemen pemanasan dapat mencapai suhu 190 0C dan bagian “bit” dapat mencapai 250
0
C. Agar tidak menimbulkan kerusakan pada komponen atau kerusakan pada jalur PCB
sebaiknya proses penyolderan dilakukan tidak terlalu lama. Juga dipilih solder maupun
timah solder yang sesuai misalnya daya solder 25 W. Untuk menyolder komponen yang
tidak tahan panas sebaiknya dilengkapi dengan alat penetral panas (heat sink) pada kaki
komponen yang disolder. Disamping itu apabila lalai dalam penggunaan dapat
menyebabkan terjadinya luka bakar yang cukup serius. Untuk mencegah hal ini, sebaiknya
solder ditaruh pada penyangga solder apabila tidak digunakan untuk beberapa saat.
Solder yang umum digunakan untuk keperluan di bengkel elektronika adalah solder
dengan daya yang rendah berkisar antara 25 W. Dalam pekerjaan menyolder kualitas
penyolderan yang diharapkan haruslah memenuhi kriteria seperti berikut:
 Daya hantar listrik yang baik
 Mempunyai ketahanan mekanik
 Daya hantar panas yang baik
 Mudah dibuat
 Mudah diperbaiki
 Mudah diamati

Cara melakukan penyolderan yang baik :


12
1. Tancapkan solder pada kontak listrik
2. Tunggu Solder hingga panasnya mencukupi
3. Ujung solder dibersihkan dengan spons basah
4. Jika solder baru, ujung solder dilapisi dulu dengan timah tipis dan merata.
5. Bersihkan bahan yang akan disolder (harus bebas dari lemak, karat atau kotoran
lainnya)
6. Komponen dipasang erat pada PCB (lubang tidak longgar), sehingga komponen
tidak goyang
7. Tempelkan ujung solder pada kaki komponen dan PCB yang akan di patri hingga
panasnya cukup
8. Kemudian tempelkan timah pada ujung solder sampai meleleh dengan jumlah yang
cukup sampai patri/timah terlihat mengepyar,
9. Angkat solder dan timah, tunggu beberapa saat sampai timah mengeras dan
komponen tidak goyang. Selesai

2.4 Bahaya Menyolder


Hampir semua kegiatan kerja praktek dibengkel maupun dilapangan beresiko
kecelakaan dan gangguan kesehatan. Demikian juga dalam pengerjaan penyolderan
seberapapun kecilnya kecelakan tetap ada dan itu haruslah dilakukan tindakan
pencegahannya. Karena kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik terhadap
manusia, alat kerja, bahan dan lingkungan kerja.
Ada tiga jenis kecelakaan dalam melakukan penyolderan, yaitu : kecelakaan karena panas,
karena sengatan listrik(electric schoc), dan karena keracunan bahan kimia.

1. Kecelakaan karena panas.

Yaitu kecelakaan yang ditimbulkan dari pemanasan baut solder dan timah,
misalnya ; ketikasedang menyolder ada teman yang sedang bercanda, tiba -tiba dengan
tidak sengaja ia menyengolkita yang sedang memegang solder, dan solder tersebut
mengenai tangan kita. Untuk tindakanpencegahan, jagalah ketenangan ruangan kerja,
memakai pakaian kerja yang sesuai, menyediakankotak P3K, dan lain-lain.Untuk tindakan
pencegahan terjadinya bahaya api / panas, jauhkan benda-benda yangmudah terbakar

13
seperti kertas, alkohol, minyak, dan lain- lain dari lingkungan kerja. Selalu sediakantabung
pemadam kebakaran (fire extinguiser) yang berisi penuh, siap pakai, dan mudah dilihat
sertamudah diraih.

2. Kecelakaan karena sengatan listrik

Yaitu kecelakaan yang diakibatkan hubungan pendek (elektrik short), hal iki akan
berakibatpada fisik serta psikis bagi seseorang, kerusakan peralatan kerja. Tindakan
pencegahan yang dapatdilakukan yaitu, harus berhati-hati dalam bekerja, periksa instalasi
listrik maupun peralatan kerja.Jangan sampai terjadi kebocoran pada jaringan listrik, selalu
mengikuti prosedur pemasanganlistrik yang baik dan benar. Seandainya ditemukan
kebocoran listrik pada sambungan atau kabelterkelupas segera diisolasi dengan bahan
isolator dengan cara yang baik dan benar.

3. Kecelakaan karena keracunan

Keracunan dapat diakibatkan karena kontaminasi bahan- bahan kimia beracun yang
berasaldari logamdasar, dari bahan solder terutama dari bahan tambahan (fluxer). Bahan-
bahan berbahayaini dapat berupa asap, serbuk atau pasta, yang apalagi terhirup atau
terkena angota badan secaralangsung dapat berakibat keracunan.Sebagai upaya
pencegahan keracunan, yaitu dengan melindungi angota badan denganpakaian yang sesuai
dan standar serta bertindak secara hati-hati dan waspada. Memasang tandaperingatan di
tempat strategis, dan jangan lupa cuci tangan setelah praktek.

2.5 Bahaya Timbal Dari Timah Terhadap Kesehatan

Asap timbal (Pb) hasil penyolderan yang terhirup oleh manusia setiap hari akan
diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan
faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik
misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran
mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan
merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke
dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan
akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap

14
melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh
karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-
anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif (bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya), kemampuan belajar,
memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan
intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi,
meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula
menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak
yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.

Asap hasil penyolderan yang terhirup dan menyebabkan keracunan dapat


digolongkan menjadi kelompok gas, uap dan mist, serta zat padat. Gas –gas, uap – uap dan
mist (kabut) setelah diserap oleh paru – paru akan masuk kedalam aliran darah dan
kemudian didistribusikan ke bagian – bagian / organ –organ tubuh lainnya. Gas – gas iritan
yang mudah larut dalam airakan menyebabkan iritasi ini dapat timbul segera setelah
inhalasi gas – gas tersebut. Sedangkan gas tidak mudah larut dalam air akan mengadakan
iritasi pada saluran pernafasan bagian bawah, dan iritasi biasanya timbul beberapa jam
setelah pemaparan (peradangan paru yang akut dan sembab paru). Gas – gas, uap-uap dan
mists yang mudah larut dalam lemak dapat diserap melalui kapiler – kapiler pembuluh
darah yang terdapat disekitar alveoli dan selanjutnya zat – zat tersebut dari aliran darah
akan menuju ke binding sites yakni jaringan lemak (Fat Depots) yang mempunyai afinitas
khusus terhadap gas-gas, uap-uap atau mists tersebut. Dan pada intinya asap hasil
penyolderan yang berupa timah dah timbal ini disimpan, diserap dan kemudian ditampung
dalam darah.

Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam hal :

1. Gangguan neurologi
Pada anak-anak khususnya siswa dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy
perifer.
2. Gangguan terhadap sistem reproduksi

15
Logam berat Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa
keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun
terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom
3. Gangguan terhadap sistem hemopoitik
Keracunan Pb dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan
sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum.
Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA ( Amino
Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah.
Efek dominan dari keracunan Pb pada sistem hemopoitik adalah peningkatan
ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).

4. Gangguan terhadap sistem syaraf


Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan
lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang
tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan
menurunnya kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80
μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya
gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara
lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep.
Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada
profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-
15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan
psikologis jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun.

Secara umum efek timbal dari timah penyolderan terhadap kesehatan dapat dikelompokkan
sebagai berikut:

 Sistem saraf dan kecerdasan

Efek timbal terhadap sistem saraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan
kerja dimana pekerja yang terpapangkadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada

16
tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya
koordinasi tangan-mata, dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf.

Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak diteliti, dan studi menunjukkan
timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Peningkatan
kadar timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar
2.6 poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas
20 µg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.

 Efek sistemik

Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL


paling banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995)
dalam laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 µg/dl to 5 µg/dl
menyebabkan penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg.Efek sistemik lainnya adalah
gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram,
mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.

 Efek timbal terhadap reproduksi

Efeknya terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah diketahui
sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk menggugurkan
kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat
memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur.
Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya
jumlah sperma abnormal.

2.6 Pengaruh Lingkungan Terhadap Minat Belajar

Lingkungan adalah segala yang terdapat di sekitar mahkluk hidup, baik yang
bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinteraksi secara timbal balik. Didalam lingkungan
anak tumbuh dan berkembang serta memperoleh pendidikan secara bertahap hingga
membentuk pribadi yang dewasa.

17
Baik buruknya lingkungan di sekitar anak merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan jiwa dan keberhasilan minat dan prestasi belajar anak
(siswa). Lingkungan tersebut adalah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Berikut
khusus hambatan yang dihadapi siswa dalam proses belajar di sekolah.

A. Lingkungan belajar yang kurang baik.

Lingkungan sekolah merupakan tempat siswa belajar dan berinteraksi antar guru
dan sesamanya. Lingkungan sekolah dituntut nyaman dan aman bagi siswa yang sedang
belajar. Jika sebuah sekolah memiliki sekolah yang tidak layak lingkungannya sebagai
tempat belajar, maka ini akan mempengaruhi prestasi dan minat belajar siswa didalamnya.
Sebagai contoh jika suatu atap ruang kelas tidak layak, maka pada saat hujan maka akan
bocor dan akan mengakibatkan proses pembelajaran terganggu. Oleh sebab itu, lingkungan
sekolah merupakan faktor utama dalam proses belajar.

B. Cara memberikan pelajaran.


Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan pelajaran dan bimbingan sering
sekali besar pengaruhnya terhadap siswa, dalam menyelesaikan studinya. Memang tidak
bisa dipungkiri bahwa ada sebagian pengajar yang memberikan materi pelajaran kurang
didaktif, tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti dengan materi yang diberikan, tanpa
memberikan kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada siswa.

C. Kurangnya bahan bacaan.


Sering kita temui siswa mengeluh, dikarenakan mereka dituntut dengan sejumlah
tugas, dan diwajibkan mmembaca sebagian buku. Dari percakapan mereka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa siswa bukan tidak sanggup mengerjakan tugas dan bukan tidak mau
membaca buku-buku wajib. Akan tetapi kurangnya bahan bacaan atau buku
diperpustakaan. Kesukaran ini menyebabkan mengganggu kelancaran proses belajar siswa.

D. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan.


Penyusunan bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan para siswa
akan menghambat studi mereka. Ketidak sesuaian ini dapat berarti sesuai dengan taraf
pengetahuan mereka.

Pendidikan yang pertama yang dapat mempengaruhi setiap perilaku anak adalah
lingkungan dimana ia tinggal, karena dengan lingkungan yang baik dapat mempengaruhi

18
terhadap proses perkembangan diri anak, berada didalam lingkungan keluarga yang paling
berperan adalah orang tua. Dalam lingkungan keluarga inilah pendidikan sudah dapat
dikatakan berlangsung, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Lingkungan belajar adalah suatu kondisi dimana seorang anak atau siswa bisa
bergaul dalam ruang lingkup sekolah, proses belajar mengajar dan interaksi sosial yang
terjadi di sekolah. Lingkungan sebagai salah satu faktor pendidikan yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan pola fikir, sikap, kepribadian, tingkah laku anak
dalam perkembangannya. Sebab, pola lingkungan dimana anak dibesarkan dan di
dewasakn akan turut memberikan warna dalam bentuk jati diri anak dimasa mendatang.
Begitu pentingnya pengaruh lingkungan terhadap anak.Oleh karena itu dalam kaitannya
dengan siswa elektro yang sedang praktikum, keadaan lingkungan kerja sangat
diperhitungkan. Mulai dari segi kebersihan tempat kerja maupun perlengkapan kerja.

Kebersihan mengandung arti bahwa suatu ruang praktikum hendaknya memiliki


standart kebersihan kelas. Ini mempengaruhi seorang yang akan pratikum, jika suatu kelas
kotor dan tidak terawat maka seorang siswa tidak akan tertarik untuk belajar maupun
berada di dalam kelasnya. Tentu ini mengganggu proses belajar siswa. Untuk
menciptakan kelas yang bersih diperlukan kesadaran setiap warga disekolah baik guru
pengajar maupun para siswa.

Perlengkapan kerja saat pratikum mengandung arti bahwa sarana dan prasarana
sebuah bengkel ataupun laboratorium haruslah lengkap dan memadai untuk kegiatan
praktek siswa Teknik Elektro. Saran prasarana ini meliputi bahan kerja dan bahan
pelindung kerja. Bahan kerja seperti solder, timah, penyedot timah, tempat solder maupun
meja dan kursi tempat siswa belajar. Untuk bahan pelindung kerja meliputi marker,
pelindung mata dan sepatu anti grounding. Semua bahan itu secara tidak langsung
merupakan alat yang mampu menarik minat belajar siswa sehingga mereka aktif dalam
praktikum untuk hasil yang lebih baik.

Maka untuk menarik minat belajar seorang siswa Teknik Elektronika sangat
diperlukan sebuah ruang pratikum yang aman dan nyaman, karena pada dasarnya seorang
yang tertarik atau berminat dalam suatu hal, harus mencintai ataupun menyukainya
terlebih dahulu, maka rasa minat akan tumbuh dan memotivasinya agar belajar lebih baik

19
2.7 Upaya Mengurangi Efek Asap Solder Di Lembaga Pelatihan Bagi Kesehatan

2.7.1 Penggunaan Masker

Penggunaan masker saat melakukan praktek penyolderan merupakan suatu


keharusan. Masker berfungsi untuk menyaring logam berat (timbal,timah) agar tidak
masuk kedalam sistem pernafasan kita. Masker atau penutup hidung dan mulut ini harus
bersih dan terhindar dari kotoran dan tidak barang abis pakai (satu kali pakai).
Penggunaanya pun harus dipakai saat penyolderan, selesai penyolder dan keluar dari
ruangan bengkel. Masker tidak hanya dilakukan saat penyolderan, namun saat di ruang
bengkel sekalipun tanpa kita melakukan praktek penyolderan kita harus selalu
menggunakan masker supaya kita terbebas dari partikel-partikel bebas yang bersifat negatif
di dalam ruangan bengkel.

2.7.2 Penggunaan Pelindung Mata

Penggunaan pelindung mata saat penyolderan sering kali dilupakan, padahal ini
merupakan suatu keharusan dalam menjaga kesehatan mata. Efek asap terhadap mata
apabila kontak langsung berakibat mata akan merah, akibat yang lebih serius timbal dan
timah yang terkandung dari asap penyolderan akan mengurangi daya penglihatan dan jika
kontak langsung terus menerus akan mengakibatkan kebutaan pennglihatan pada mata.

2.7.3 Pengaturan Sistem Tata Udara di dalam Ruangan Bengkel

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Faktor
lingkungan kerja yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Antara lain:
a. Faktor fisik, seperti: penerangan, suhu, mekanik.
b. Faktor Kimia, seperti: gas, debu, kabut, asap, cairan dan lain-lain.
c. Faktor biologi baik dari golongan tumbuhan maupun hewan.
d. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap dan cara kerja.
e. Faktor mental / psikologis yaitu suasana kerja, hubungan diantara para pekerja
atau dengan atasannya.

20
Ergonomi merupakan sebuah ilmu yaitu ilmu yang mempelajari interaksi antara
lingkungan kerja dengan manusia ataupun sebaliknya. Pembahasan ergonomi mencakup
alat, dan teknik dalam bekerja yang ENASE. ENASE itu sendiri merupakan singkatan dari
Efektif, Nyaman, Aman, Sehat dan Efisien.
Konsep ENASE yang pertama adalah Efektif. Praktikan harus selalu dipacu
kinerjanya agar mereka bisa bekerja dengan efektif. Jika mereka bekerja dengan efektif,
otomatis target yang diberikan akan terpenuhi. ENASE yang kedua adalah Nyaman.
Dalam menyelesaikan pekerjaan, kenyamanan praktikan juga harus diperhatikan. Dengan
kenyamanan ini, mereka akan bekerja dengan kemampuan yang maksimal. Konsep
ENASE yang ketiga adalah Aman. Rasa aman yang dimaksud tidak hanya sebatas wilayah
fisik semata, tetapi juga mencakup rasa aman dalam psikis masing-masing praktikan.
Konsep ENASE yang keempat adalah Sehat. Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi
berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik
itu secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja.

Dilihat dari gambar diatas dapat kita lihat kondisi ruangan bengkel sangatlah tidak
kondusif untuk kegiatan belajar mengajar dan parktikum. Kebersihan yang tidak terjaga,
penerangan yang kurang akibat banyaknya lampu yang tidak terpasang dan mati,
mengakibatkan kurangnya penerangan di bengkel tersebut, sehingga mengurangi
kenyamanan pandangan pengguna yang merupakan faktor fisis. Selain itu kurangnya
fentilasi menyebabkan suhu ruangan menjadi lembab dan asap solder yang mengandung
unsur timbal akan bebas berkeliaran di ruangan bengkel tanpa adanya ventilasi tata udara
yang baik.

Untuk itu diperlukan sebuah sistem tata udara yang baik demi kenyamanan dan
keamanan siswa dalam praktek khususnya menyolder. Menurut badan Standar Nasional
Indonesia (SNI), Suatu ruangan yang layak ditempati, misalkan kantor, pertokoan, pabrik,
ruang kerja, dan ruangan lainnya untuk tujuan tertentu, harus dilengkapi dengan :

a). ventilasi alami


b). ventilasi mekanis atau sistem pengkondisian udara.

21
Ventilasi Alami.
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung
yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat
gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu
atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan :
 jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang
membutuhkan ventilasi; danarah yang menghadap ke halaman berdinding dengan
ukuran yang sesuai, atau daerah yang terbuka keatas.
 teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis; atau
 ruang yang bersebelahan

Ventilasi Mekanik.
Persyaratan Teknis :
 Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat
tidak memadai.
 Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga
memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
 Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
 Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis
untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang
harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
 Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu lantai,
gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada
lantai lainnya.
 Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus
sesuai ketentuan yang berlaku.

Perancangan Sistem Ventilasi Mekanis.


Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut :
 tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
 tentukan kapasitas fan.

22
 rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara (ducting)atau
fan yang dipasang pada dinding/atap.
 Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi
 Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju
aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di
dalamruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan. Jumlah laju aliran
udara V(m3/detik) tersebut, dapat dihitung dengan persamaan.

Keadaan bengkel yang memiliki memiliki sistem penerangan yang bagus dan tata
udara yang sesuai prosedur pembuatan ventilasi udara. Bengkel seperti ini bisa sebagai
contoh bengkel yang baik bagi siswa di bengkel elektro

2.5.4 Makan atau Minum Makanan Penetral Racun.

Hampir semua kegiatan praktek di bengkel bagi siswa akan berhadapan langsung
dengan bahan atau pertikel bebas yang bersifat berbahaya bagi tubuh. Pertikel ini akan
mengendap dan lama kelamaan jika tidak ditanggulangi akan bersifat negatif bagi tubuh.
Unntuk menetralisir pengaruh ini maka dianjurkan untuk meminum atau makan makanan
yang dapat menetral racun seperti susu, sejak dulu susu sudah dianggap sebagai penetral
racun bagi tubuh.

23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia. Mencegah penyakit yang


berpotensi mengganggu kesehatan merupakan suatu keharusan. Kesehatan seorang siswa
teknik elektro harus diperhatikan saat melakukan pratikum khususnya saat penyolderan.
Timbal hasil dari pembakaran timah solder jika terhirup dan masuk kedalam sistem
pernafasan manusia akan berakibat buruk bagi siswa itu sendiri. Akibat dari timbal dapat
mengakibatkan :

1. Kerusakan sistem saraf dan kecerdasan


2. Mempengaruhi daya tangkap siswa
3. Kerusakan terhadap sistem reproduksi siswa

Untuk menarik minat belajar siswa Teknik Elektro, faktor lingkungan menjadikan
yang utama karena dari lingkungan yang sehat dan nyaman manjadikan siswa bersemangat
dalam praktikum penyolderan disamping sarana dan prasarana yang lengkap serta bahan
pelindung diri yang memadai

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari asap solder seperti :

1. Penggunan masker
2. Penggunaan alat pelindung mata
3. Merencanakan system tata udara yang baik di ruang praktikum
4. Makan dan minum makanan yang dapat menetralkan racun dalam tubuh

24
3.2 Saran

Untuk menambah minat belajar pratikum siswa di bengkel elektro, sebaiknya


bengkel ditata dengan rapi dan memiliki sistem tata udara yang bagus bagi kesehatan.
Sehingga siswa merasa tenang dan nyaman dalam pratikum. Alat yang digunakan dalam
praktek juga harus bersih dan dapat berfungsi dengan baik, alat ini menunjang keberhasilan
siswa dalam menerapkan ilmu dan tidak hanya berkutat pada teori.

Selanjutnya dalam pelajaran di lembaga pelatihan, mata pelajaran K3 (Kesehatan


dan Keselamatan Kerja) harus dijadikan acuan yang penting di samping pelajaran teori
umum elektro lainnya. Maka dari itu seorang guru pengajar harus mampu menyampaikan
bagaimana kesehatan dan keselamatan kerja kepada para siswa dan
mengimplementasikannya melalui praktikum di bengkel kerja seperti saat praktikum
proses penyolderan. Bahan kerja dan pelindung kerja haruslah lengkap sehingga menarik
minat belajar siswa dan memotivasi mereka untuk mengerjakan sesuatu dengan sebaik
mungkin.

25

Anda mungkin juga menyukai