Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR PASAR DALAM PERSPEKTIF KONVENSIONAL DAN ISLAM

Oleh: M Iqbal Notoatmojo

iqbalbwox@gmail.com

Mahasiswa Pascasarjana STAIN Kudus

Program Studi Ekonomi Syariah

ABSTRAK

Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian, karakter pasar yang
benar-benar bersaing secara sempurna, tetapi berlandaskan kepada nilai-nilai Islam sangat jarang
ditemui tetapi bukan berarti tidak ada. Dalam ekonomi konvensional struktur pasar terdiri atas pasar
persaingan sempurna, Monopoli, pasar persaingan monopolistis dan oligopoly, sedangkan dalam Islam
struktur pasarnya pun tidak jauh berbeda dengan konvensional, akan tetapi ada beberapa penekanan
dalam pasar Islami yaitu harga yang adil serta prinsip kebebasan. Dengan kata lain pasar dalam
pandangan Islam bukanlah pasar bebas dalam arti sebebas-bebasnya sebagaimana kapitalisme. Dalam
perilaku konsumen dan produsen ajaran Islam menganggap bahwa tidak semua barang dan jasa dapat
dikonsumsi dan diproduksi. Seorang muslim hanya diperkenankan mengkonsumsi dan memproduksi
barang yang halalan toyyiban.

Keyword:

Pasar, Konvensional, dan Islam.

A. PENDAHULUAN

Dalam ilmu ekonomi, pasar, negara, individu dan masyarakat selalu menjadi perbincangan. Oleh
karenanya sebelum kita membahas tentang struktur pasar dalam ekonomi Islam, akan lebih baik jika kita
mengetahui sistem-sistem pasar. Ada beberapa pandangan ekonom mengenai sistem pasar, diantaranya
adalah pasar menurut kapitalisme dan sosialisme yang biasa kita sebut dengan ekonomi konvensional,
dan pasar menurut pandangan ekonomi Islam.

Dalam kapitalisme pasar memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Ekonomi
kapitalis menghendaki pasar bebas untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi, mulai dari produksi,
konsumsi sampai distribusi. Dalam konsep dasarnya adalah lassez faire (biarkan kami bebas).
Maksudnya, pasar tidak boleh diganggu atau diintervensi oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah.
Dengan kekuatan invisible hand-nya, pasar secara otomatis akan menjawab dan mengatur semua
persoalan ekonomi dengan harmonis (Anto, 2003:314).

Sementara itu, sistem ekonomi sosialisme berpandangan sebaliknya, yaitu peranan pasar harus
ditiadakan. Negara harus menguasai segala sektor ekonomi untuk memastikan keadilan kepada rakyat
mulai dari means of production sampai mendistribusikannya kembali kepada buruh, sehingga mereka
juga menikmati hasil usaha.

Dan terakhir pasar dalam pandangan ekonomi Islam secara umum dapat disampaikan bahwa
kemunculan pesan moral Islam dalam pencerahan teori pasar, dapat dikaitkan sebagai bagian dari reaksi
penolakan sosialisme dan sekularisme, ataupun secara khusus ideologi-ideologi yang sudah banyak
diasumsikan banyak orang sebagai system yang merusak dan memposisikan diri sebagai oposisi dari
paham dan pasar bebas di dunia barat. Ajaran Islam dengan tegas menolak sejumlah ideologi ekonomi
yang terkait dengan kepentingan investor, menghindari kehidupan duniawi, economic egalitarianism
maupun authoritarianism (ekonomi terpimpin atau paham mematuhi seseorang atau badan secara
mutlak) (Nasution,2006:158).

Dalam pengertian yang sangat sederhana, pasar adalah sebagai tempat bertemunya antara penjual
dan pembeli. Mereka saling berinteraksi melakukan transaksi jual dan beli barang bahkan jasa pun ada.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang bagaimana struktur pasar
dalam ekonomi konvensional dan struktur pasar Islami? Penulis akan mengkomparasikan kedua
pandangan tersebut sehingga kita dapat mengetahui perbedaan antara keduanya. Sehingga kita
memahami konsep dasar pasar dan struktur pasar yang seharusnya diterapkan sesuai dengan tujuan
ekonomi yaitu kemakmuran dan falah.

B. STRUKTUR PASAR: PERSPEKTIF KONVENSIONAL

1. Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competitive Market)

Pasar persaingan sempurna adalah suatu industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan
setiap penjual maupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar (Sukirno, 1997:229) Secara
sederhana, pasar persaingan sempurna adalah pasar yang terdiri dari banyak penjual dengan barang
relatif homogen (Karim, 2007:167).

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap sistem pasar ini
adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang
sangat tinggi efisiensinya. Akan tetapi dalam prakteknya tidaklah mudah untuk menentukan jenis industri
yang struktur organisasinya dapat digolongkan kepada persaingan sempurna murni (Sukirno, 1997:229).
Dalam pasar persaingan sempurna,secara teoritis penjual tidak dapat menentukan harga (price taker),
dimana penjual akan menjual barangnya sesuai harga yang berlaku di pasar (Karim, 2007:169).
Menurut Sadono Sukirno (1997), pasar persaingan sempurna mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a.
Perusahaan adalah pengambil harga: Pengambil harga atau price taker berarti suatu perusahan yang ada
di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apa pun tindakan perusahaan
dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di
pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli, b. Setiap
perusahaan mudah keluar atau masuk: Sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin
meninggalkan industri tersebut, langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada
produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut, produsen tersebut dapat dengan mudah
melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut, c. Menghasilkan barang serupa: Barang yang dihasilkan
berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan sangat sama atau
serupa. Barang seperti itu dinamakan dengan istilah barang identical atau homogenous, d. Terdapat
banyak perusahaan di pasar: Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan
untuk mengubah harga, e. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar ( perfect
knowledge).

Pasar persaingan sempurna memiliki beberapa kebaikan dibandingkan pasar-pasar yang lainnya: a.
Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi, b. Kebebasan bertindak dan memilih. Disamping
memiliki kebaikan-kebaikan ahli ekonom berpendapat bahwa pasar persaingan sempurna juga memiliki
kelemahan dan keburukan antara lain: a. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi, b. Persaingan
sempurna adakalanya menimbulkan biaya social, c. Membatasi pilihan konsumen, d. Biaya dalam pasar
persaingan sempurna mungkin lebih tinggi, e. Distribusi pendapatan tidak selalu rata.

2. Pasar Monopoli

Struktur pasar yang bertentangan dengan pasar persaingan sempurna adalah monopoli. Monopoli
adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja; dan perusahaan ini
menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat (close substitute)
(Sukirno, 1997:261). Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli sebagai “the ability to act in
unconstrained way” (kemampuan bertindak [dalam menentukan harga] dengan caranya sendiri)
sedangkan Besanko dkk menjelaskan monopoli sebagai penjual yang menghadapi “little or no
competition” (kecil atau tidak ada persaingan) di pasar (Karim, 2007:169).

Ciri-ciri pasar monopoli sangat berbeda dengan pasar persaingan sempurna, Sadono Sukirno (1997)
menerangkan ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan. Para pembeli tidak punya pilihan lain, kalau
mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus membeli dari perusahaan tersebut, syarat-
syarat penjualan sepenuhnya ditentukan oleh monopoli itu.

b. Tidak mempunyai barang pengganti (subtitusi) yang mirip. aliran listrik adalah contoh dari barang
yang tidak mempunyai subtitusi yg mirip.
c. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri/pasar. Ada beberapa bentuk hambatan
kemasukan ke dalam pasar monopoli, hambatan ini dapat berbentuk Undang-undang, memerlukan
teknologi yang canggih dan memerlukan modal yang sangat besar.

d. Dapat menguasai harga. Perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu harga (price setter).

e. Promosi iklan kurang diperlukan.

Sedangkan factor-faktor yang menimbulkan pasar monopoli: (1) perusahaan monopoli mempunyai
sumberdaya tertentu yang unik dan tidak dimiliki perusahaan lain, (2) Perusahaan monopoli dapat
menikmati skala ekonomis dalam kegiatan yang dilakukannya, (3) Pemerintah melalui undang-undang
memberikan hak monopoli kepada perusahaan tertentu (Sukirno, 1997:263).

Pasar monopoli memiliki beberapa aspek positif, sebagai mana dikemukakan oleh Suprayitno (2008:212)
diantaranya adalah: (1) efisiensi dan pertumbuhan ekonomi: karena laba maksimal; (2) efisiensi
pengadaan barang publik: karena skala usaha yang besar; dan (3) peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Pasar Persaingan Monopolistis

Pasar persaingan monopilistis pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis pasar
ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh sebab itu sifat-sifatnya mengandungi unsur
sifat-sifat pasar monopoli, dan unsur-unsur sifat pasar persaingan sempurna. Pasar persaingan
monopolistis dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen yang banyak
menghasilkan barang berbeda corak (differentiated product) (Sukirno, 1997:294). Terdeferensiasinya
produk yang dijual memberikan peluang bagi penjual lain untuk menjual barangnya dengan harga yang
berbeda (price maker) dengan barang lain yang ada di pasar (Karim, 2007:170).

Secara formal, Edward Chamberlin dalam Karim (2007:170) memperkenalkan monopolistic Competition
pada tahun 1933. Adapun ciri-ciri pasar persaingan monopolistis seperti yang dikemukakan Sadono
Sukirno (1997:294) adalah sebagai berikut:

a. Terdapat banyak penjual: terdapat panyak penjual namun tidak sebanyak seperti dalam pasar
persaingan sempurna. Perusahaan dalam pasaran monopolistis mempunyai ukuran yang relatif sama
besarnya, keadaan ini menyebabkan produksi sesuatu perusaan adalah sedikit kalau dibandingkan
dengan keseluruhan produksi dalam keseluruhan pasar.

b. Barangnya bersifat berbeda corak: ciri ini merupakan sifat yang penting di dalam membedakan di
antara pasar persaingan monopolistis dan persaingan sempurna. Produksi dalam persaingan pasar ini
berbeda corak dan secara fisik mudah dibedakan.

c. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga: namun demikian pengaruhnya relatif
kecil bila dibandingkan dengan pasar oligopoly atau monopoli. Kekuatan mempengaharui harga oleh
perusahaan monopolistis bersumber dari sifat barang yang dihasilkan yaitu bersifat berbeda corak.
Perbedaan ini membuat pembeli bersifat memilih, yaitu lebih menyukai barang sesuatu perusahaan dan
kurang menyukai barang yang dihasilkan perusahaan lainnya. Maka jika suatu perusahaan menaikkan
harga barangnya, ia masih dapat menarik pembeli walaupun jumlah pembelinya tidak sebanyak seperti
sebelum menaikkan harga. Sebaliknya, apabila perusahaan menurunkan harga, tidaklah mudah menjual
semua barang yang diproduksinya.

d. Masuk ke dalam industri/pasar relatif mudah: masuk kedalam pasar persaingan monopolistis tidak
seberat masuk ke pasar monopoli dan oligopoly tetapi tidak semudah masuk pasar persaingan
sempurna. Hal ini disebabkan (1) modal yang diperlukan relatif besar dibandingkan dengan perusahaan
pada pasar persaingan sempurna; dan (2) harus menghasilkan produk yang berbeda dengan produk yang
sudah ada di pasar.

e. Persaingan promosi penjualan sangat aktif: harga bukan penentu besarnya pasar, suatu perusahaan
mungkin mejual suatu produknya dengan harga cukup tinggi tetapi masih dapat menarik banyak
pelanggan. Sebaliknya, suatu perusahaan mungkin menjual pruduknya dengan harga cukup murah tetapi
tidak dapat menarik pelanggan. Oleh karena itu untuk menarik pelanggan, perusahaan harus aktif
melakukan promosi, memperbaiki pelayanan, mengembangkan desain produk dan mutu produk.

4. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri atas beberapa perusahaan atau penjual yang menjual
produk homogen (sejenis). Pasar Oligopoli yang terjadi atas dua perusahaan atau dua penjual saja
disebut pasar duopoli (Sukirno,1997:263).

Secara sederhana, Nainggolan (2005:110) mendefinisikan pasar oligopoli sebagai pasar yang terdapat
beberapa produsen/perusahaan (2-10 produsen) yang menguasai pasar sehingga tindakan produsen
yang satu akan mempengarui kebijakan produsen yang lain, baik dalam menentukan harga, kapasitas
produksi dan kualitas produk. Dengan kata lain oligopoly merupakan pertengan dari monopoli dan
monopolistis. Apa bila produk yang dihasilkan oleh produsen oligopoly itu homogen, maka pasar
dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly) dan apabila produk yang dihasilkan itu tidak homogeny,
maka dinamakan oligopoli dengan deferensiasi produk (differentiated oligopoly).

Ciri-ciri pasar oligopoli, sebagaimana dikemukakan Suprayitno (2008:219-220) sebagai berikut: a.


Terdapat beberapa orang produsen dengan konsumen yang relatif banyak sehingga tiap produsen
memiliki pengaruh atas harga, b. Terdapat barriers to entry bagi produsen lain sehingga jumlah
perusahaan akan cenderung konstan, c. Penguasaan pangsa pasar di tunjukkan dengan nisbah
konsentrasi penjualan yang dihitung berdasarkan jumlah atau prosentase aktiva perusahaan terhadap
total aktiva, d. Perang harga merupakan suatu hal yang sangat dihindari karena akan menimbulkan
kerusakan secara massal dalam pasar oligopoli. Untuk menghindarinya, maka dilakukan kolusi antar
perusahaan sehingga cenderung akan menciptakn kartel, e. Salah satu diantara produsen adalah
merupakan price leader, f. perusahaan yang tidak mampu bersaing cenderung akan melakukan merger
dengan perusahaan yang kuat, g. Inovasi dan penguasaan terhadap teknologi merupakan unsur penting
dalam kemajuan perusahaan, h. Perbaikan kualitas produk akan memperluas pangsa pasar dan
menurunkan biaya produksi yang tidak akan ditiru dengan cepat oleh pesaing, i. Banyaknya pesaing yang
kuat akan memaksa perusahaan melakukan efisiensi dalam biaya secara maksimum.
Kalau dalam monopoli, penjual dapat menentukan harga tanpa khawatir reaksi penjual lain, sedang
dalam monopolistis, penjual hanya dapat menentukan harga pada kisaran tertentu karena jika ia menjual
di luar kisaran tersebut, maka penjual lain yang menjual barang yang mirip akan merebut pelanggannya.

Sementara dalam pasar oligopoli, dimana ada sedikit penjual yang menjual barang yang sama, maka aksi
penjual harus memperhatikan reaksi penjual lain. Ada dua aksi yang dapat diambil penjual yaitu: a.
menentukan berapa kuantitas yang akan diproduksinya. Model yang menjelaskan hal ini adalah Cournot
Quantity Competition. b. Menentukan berapa harga yang akan ditawarkan. Model yang menjelaskan hal
ini adalah Bertrand Price Competition (Karim, 175-176).

C. STRUKTUR PASAR: PERSPEKTIF ISLAM

1. Persaingan Sempurna Plus

Bagaimana gambaran pasar yang diidealkan oleh ajaran Islam? Jika dilihat pada masa kelahirannya (abad
6 M), ternyata ajaran Islam memiliki pandangan yang sangat futuristik. Amat jauh mendahului pemikiran
ekonom-ekonom Barat. Demikian pula pemikiran para sarjana muslim pada periode-periode pasca
Rasulullah. Pada dasarnya konsep pasar yang Islami adalah seperti apa yang ada dalam ekonomi
konvensional disebut dengan pasar persaingan sempurna (perfect competition market) plus, yaitu
persaingan dalam bingkai nilai dan moralitas Islam. Dengan kata lain pasar ini bukan pasar bebas dalam
arti sebebas-bebasnya sebagaimana kapitalisme. Dalam perilaku konsumen dan produsen ajaran Islam
menganggap bahwa tidak semua barang dan jasa dapat dikonsumsi dan diproduksi. Seorang muslim
hanya diperkenankan mengkonsumsi dan memproduksi barang yang halalan toyyiban (Anto, 2003:318).

2. Persaingan Tidak Sempurna, Oligopoli dan Monopoli

Meskipun ajaran Islam menghendaki sebuah struktur pasar yang bersaing sempurna, tetapi Islam tidak
melarang adanya oligopoli atau monopoli. Pandangan Islam terfokus pada masalah mekanisme
penentuan harga didalam monopoli yang cenderung berpotensi menghasilkan kerugian bagi konsumen,
sebab harga ditentukan lebih berorientasi kepada kepentingan produsen saja. Dalam Islam harga harus
mencerminkan keadilan (thaman al mithl/price equivalen), baik sisi produsen maupun konsumen. Dalam
situasi pasar yang bersaing sempurna harga yang adil dapat dicapai dengan sendirinya, sehingga tidak
ada intervensi harga dari pemerintah. Tapi jika produsen monopolis dibiarkan begitu saja menentukan
harganya sendiri, besar kemungkinan harga yang terjadi bukanlah harga yang adil sebab ia akan mencari
(monopolistic rent) atau harga diatas normal. Untuk itu pemerintah perlu, bahkan wajib, melakukan
intervensi sehingga harga yang terjadi adalah harga yang adil. Dengan ungkapan sederhana, ajaran Islam
tidak mempermasahkan apakah suatu perusahaan merupakan oligopolis maupun monopolis sepanjang
tidak mengambil keuntungan diatas normal (Anto, 2003:310). Oleh karena itu ajaran Islam melarang
keras perbuatan yang sengaja menahan atau menimbun (hoarding) barang, terutama saat terjadi
kelangkaan, dengan tujuan menaikkan harga di kemudian hari (ikhtikar) (P3EI, 2014:333).
Sedangkan bentuk intervensi pemerintah yaitu kebijakan penetapan harga (price intervention) dan
pelarangan terhadap penimbunan (sehingga terjadi kelangkaan) untuk menaikkan tingkat harga
(ikhtikar). Jadi pemerintah harus menetapkan harga pada titik yang memberi keadilan bagi produsen dan
konsumen. Konsep Islam tentang intervensi harga berpatokan pada konsep harga yang adil.
Sebagaimana diungkap oleh Ibnu Qudamah dan Ibnu Taimiyah tentang intervensi harga (Anto, 2003:300-
301):

Intervensi harga menurut Ibnu Qudamah: a. Menyangkut kepentingan masyarakat dalam arti luas yaitu
melindungi penjual dalam hal keuntungan (profit margin) dan konsumen dalam hal daya beli (purchasing
power). Dalam pandangan Islam penjual berhak mendapatkan keuntungan yang wajar dan pembeli
berhak membeli dengan harga yang setara dengan manfaat yang diperoleh, b. Bila tidak dilakukan price
intervention maka diperkirakan penjual akan menaikkan harga dengan cara ikhtikar atau ghaban faahisy.
Dalam hal ini penjual merugikan (menzalimi) konsumen, sebab konsumen harus membeli di atas harga
pasar, c. Pembeli biasanya merupakan kelompok masyarakat yang lebih luas dibandingkan dengan
penjual, sehingga price intervention berarti pula melindungi kepentingan masyarakat, d. Alasan Ibnu
Qudamah yang terakhir yaitu untuk melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas sebagaimana
juga dianjurkan Al Ghazali.

Sedangkan intervensi harga menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana Ibnu Qudamah yaitu sangat
menjunjung tinggi mekanisme pasar yang bebas dan karenanya menentang kebijakan intervensi harga.
Namun, ia memahami bahwa dalam situasi-situasi tertentu intervensi ini justru wajib dilakukan sebab
Rasulullah pernah melakukannya. Kebijakan intervensi harga ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: a.
Intervensi harga yang zalim dan tidak sah, apabila menyebabkan kerugian atau penindasan kepada
pelaku pasar. Jika harga ditetapka dibawah harga pasar akan merugikan produsen, sementara jika harga
ditetapka diatas harga pasar tentu akan merugikan komsumen, b. Intervensi harga yang adil dan sah: jika
tidak menimbulkan kerugian dan penindasan kepada pelaku pasar.

Ibnu Taimiyah menjelaskan beberapa keadaan khusus dimana intervensi harga dapat dilakukan yaitu: a.
Pada saat masyarakat betul-betul membutuhkan barang seperti saat terjadi bencana kelaparan dan
peperangan, b. Para penjual (arba al sila’) tidak mau menjual barang dagangannya kecuali pada harga
yang lebih tinggi daripada harga normal (al qimah al Ma’rufah) padahal konsumen sangat
membutuhkannya, c. Terjadi diskriminasi harga untuk melawan pembeli atau penjual yang tidak
mengetahui harga pasar yang sebenarnya, d. Para penjual menawarkan harga yang terlalu tinggi
sementara pembelinya menginnginkan terlalu rendah, jika ini dibiarkan terjadi maka akan
mengakibatkan kemandekan pasar, e. Para penjual melakukan kolusi, baik dengan sesame penjual
ataupun denga kelompok atau seorang pembeli dengan tujuan untuk mempermaikan harga pasar, f.
Pemilik jasa, misalnya tenaga kerja, menolak bekerja kecuali pada upah yang lebih tinggi dibandingkan
tingkat upah yang berlaku dipasar (the prevailing markrt wage), padahal masyarakat membutuhkan jasa
tersebut.

Dengan memperhatikan penjelasan-penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada
prinsipnya kebijakan intervensi harga ini bertujuan untuk: pertama, menghilangkan berbagai masalah
yang menimbulkan distorsi pasar, sehingga harga dapat kembali atau setidaknya mendekati tingkatan
dalam mekanisme pasar yang kompetitif. Kedua, melindungi masyarakat yang lebih luas.

D. Ketidaksempurnaan bekerjanya Pasar

Ketidaksempurnaan bekerja pasar sebagaimana dikemukakan oleh misanan, dkk (2014:329-330) dapat
disebabkan oleh beberapa hal:

1. Penyimpangan Terstruktur: struktur organisasi pasar akan mengganggu mekanisme pasar dengan
cara yang sistemetis dan terstruktur pula. Struktur pasar tersebut adalah monopoli, oligopoly, dan
persaingan monopilistik. Dalam monopoli, misalnya terdapat halangan untuk masuk (entry barrier) bagi
perusahaan lain yang ingin memasuki pasar sehingga tidak ada persaingan antar produsen. Produsen
monopoli dapat saja mematik harga tinggi untuk memperoleh keuntungan berlebih. Demikian juga
dengan bentuk pasar lainnya, meskipun pengaruh distorsinya tidak sekuat monopoli. Tetapi akan
mendistorsi bekerjanya mekanisme pasar yang sempurna.

2. Penyimpangan tidak terstruktur: penyimpangan ini dapat pula mengganggu mekanisme pasar.
Contohnya adalah usaha sengaja menimbun untuk untuk menghambat pasokan barang agar harga pasar
menjadi tinggi (ikhtikar), penciptaan permintaan semu untuk menaikkan harga (bai an-najasy), penipuan
(tadlis), baik itu penipuan kuantitas, kualitas, harga waktu penyerahan barangnya dan taghtir (ketidak
pastian).

3. Ketidak sempurnaannya informasi: disebabkan oleh ketidaksempurnaan informasi yang di miliki


para pelaku pasar (penjual dan pembeli). Informasi merupakan sesuatu yang penting yang akan menjadi
dasar bagi pembuat keputusan. Oleh karena itu, transaksi yang terjadi dalam ketidaksempurnaan
informasi itu dilarang dalam Islam, seperti talaqqi rukban (menghalangi transaksi pada harga pasar) dan
ghoban fahisy (mengambil keuntungan tinggi dengan memanfaatkan ketidaktahuan konsumen).

E. Dasar dan Prinsip dalam Struktur Pasar Islam

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Islam sangat memperhatikan konsep harga dan mekanisme pasar
yang sempurna, maka struktur pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam
melakukan kegiatan ekonomi. Diantaranya yaitu: a. Kebebasan Ekonomi: Kebebasan ekonomi adalah
pilar pertama dalam struktur pasar Islami. Kebebasan ini berdasarkan pada ajaran Islam, yang meliputi;
pertanggungjawaban dan kebebasan. Prinsip pertanggungjawaban individu merupakan hal yang
mendasar dalam ajaran Islam, yang ditekankan oleh Al-Quran dalam berbagai ayat dan perbuatan dan
perkataan Nabi SAW, (Muhammad, 2004:373-374). b. Kerjasama (Cooperation): Kerjasama Ekonomi
Islam adalah sistem ekonomi yang mengedepankan pada kebebasan, tetapi kebebasan tersebut
diungkapkan lebih pada bentuk kerjasama dibandingkan dalam bentuk persaingan, c. Keterlibatan
Pemerintah: Ekonomi Islam memandang pemerintah dalam pasar merupakan satu kesatuan (co-existing)
dengan unit ekonomi lainnya dengan pasar yang permanen dan stabil. Keterlibatan pemerintah dalam
pasar adalah berkaitan dengan fungsi supervise dan pengawasan melalui dua mekanisme pasar, (Anto,
2003:322). yaitu; 1) Kesungguhan dalam mewujudkan tujuan Negara. 2) Kontrol dilakukan oleh lembaga
independent, yaitu Al Hisbah yang berfungsi untuk menegakan aturan main mekanisme pasar, d. Aturan
Main: Kahf (1992) menawarkan sejumlah aturan main yang harus dipenuhi untuk menjalankan ekonomi
Islam, yaitu; 1. Seluruh alam semesta adalah milik Allah swt, yang berkuasa penuh atas semua Ciptaan-
Nya. Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya sebagai khalifah, sehingga diberi kekuasaan
untuk melaksanakan fungsi kekhalifahan dan menggali sebanyak-banyaknya keuntungan dan kegunaan
dari semua hal selama manusia dapat mengelolanya. 2. Allah swt membebankan kewajiban tertentu
pada manusia, agar masyarakat mengawasi secara keseluruhan aktivitas berdasarkan aturan Islam, yaitu
hak-hak yang seseorang tunjukan kepada Allah swt adalah dalam hubungannya dengan hubungan sosial.
3. Tidak menyakiti dan tidak merugikan orang lain. 4. Di dalam Islam, bekerja dinilai sebagai suatu
kebajikan dan kemalasan dinilai sebagai suatu sifat buruk. 5. Tingkat minimum kebaikan dibatasi secara
jelas. Perilaku tingkat ini dikontrol oleh lembaga sosial, yang pada akhirnya juga ditentukan oleh
kekuatan hukum. Inilah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar untuk memfungsikan pasar dalam
masyarakat Islam.

F. PENUTUP

Struktur pasar dalam ekonomi terbagi menjadi dua yaitu pertama: Pasar Persaingan Sempurna Plus:
yaitu merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap sebagai struktur pasar yang akan
menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Dan
pasar persaingan sempurna ini terbagi menjadi dua unsur, yaitu; a. Struktur Pasar Persaingan sempurna
adalah struktur pasar yang lebih dekat dengan struktur pasar Islami. Bukti kedekatannya adalah: 1) bebas
keluar masuk pasar 2) harga ditentukan oleh pasar 3) perfect information, b. Kebebasan ekonomi adalah
pilar utama dalam struktur pasar Islami. Karena tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak
menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain (fairness).

Kedua; Pasar Persaingan Tidak Sempurna, adalah pasar dengan banyak penjual dan pembeli, sehingga
harga dapat ditentukan sendiri, baik oleh penjual maupun pembeli. Salah satu bentuk pasar persaingan
tidak sempurna adalah pasar monopoli. Pasar monopoli adalah bentuk pasar yang hanya terdapat satu
penjual saja. Dalam bentuk pasar ini hanya terdapat satu penjual sehingga praktis tidak ada pesaing
(competitor) sehingga penjual atau monopolis leluasa menguasai pasar. Sebagai penjual tunggal,
monopolis dapat meraih keuntungan yang melebihi normal. Monopoli dibolehkan, namun membatasi
produksi/menjual lebih sedikit barang untuk dapat mengambil keuntungan diatas keuntungan normal
(monopoly’s rent/ikhtikar) adalah haram.

Monopoli adalah membatasi produksi atau menahan barang dari perputaran di pasar, sehingga harganya
naik. Sedangkan dalam Islam, monopoli disebut sebagai ikhtikar, yaitu mengumpulkan sesuatu dan
menahannya dengan menunggu naiknya harga, lalu menjualnya dengan harga yang tinggi. Adapun hadist
yang berkaitan dengan penjelasan di atas, yaitu: “Barangsiapa yang melakukan ikhtikar untuk merusak
harga pasar sehingga harga naik secara tajam maka ia berdosa” (HR Ibnu Majah dan Ahmad) “Setiap
barang yang penahanan-nya membahayakan orang adalah ikhtikar” (Imam Abu Yusuf). Jadi, Ikhtikar
diharamkan untuk setiap barang yang dibutuhkan manusia, dan barang siapa yang menjalankan ikhtikar,
maka mereka akan berdosa. Dari indikasi ikhtikar, yaitu: a) objek penimbunan merupakan barang-barang
kebutuhan masyarakat. b) tujuan penimbunan adalah untuk meraih keuntungan diatas keuntungan
normal.
Karenanya tidak selamanya ikhtikar sama dengan Monopoli, apabila dalam monopoli Islami, idealnya
bisa berproduksi lebih banyak dan juga bisa menjual dengan harga lebih murah. Dan tidak dilarang
menyimpan stok barang untuk keperluan persediaan, asalkan bukan untuk mempermainkan harga pasar.
Ikhtikar (Monopoly’s Rent-Seeking Behaviour)

Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur pasar dalam Islam adalah menggambarkan jumlah pelaku dalam
suatu pasar. Sekaligus menggambarkan tingkat kompetisi yang terjadi dalam suatu pasar tersebut. inilah
prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar untuk memfungsikan pasar dalam masyarakat Islam. Di dalam
pasar Islami harus dapat tercipta mekanisme harga yang adil atau harga yang wajar. Monopoli
dibolehkan, namun membatasi produksi/menjual lebih sedikit barang untuk dapat mengambil
keuntungan diatas keuntungan normal (monopoly’s rent/ikhtikar) adalah haram.

Lain halnya dengan pandangan ekonomi konvensional “Kapitalisme dan Sosialisme”, dimana keduanya
dibentuk diatas landasan (value) nilai yang sama, nilai yang mendasari keduanya terutama adalah paham
materialisme-hedonisme dan sekulerisme. Kapitalisme merujuk pada suatu system ekonomi yang secara
jelas ditandai dengan berkuasanya kapital. Karakter umumnya adalah: a. Mengutamakan ekpansi
kekayaan, maksimasi produksi serta pemenuhan keinginan individual, b. Pasar yang kompetitif adalah
syarat utama untuk mewujudkan efisiensi optimum dalam alokasi sumberdaya, c. tidak mengakui
pentingnya peranan pemerintah, d.Anggapan bahwa kepentingan diri sendiri secara otomatis akan
harmonis dengan kepentingan sosial. Sedang sosialisme tidak jauh berbeda dengan komunisme dalam
hal pengertian, adalah suatu kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi
pendapatan dan kekayaan yang lebih baik dengan tindakan otoritatif pemerintah pusat.

Dari hal-hal diatas sudah dapat kita lihat, dengan dasar pemikiran yang berbeda atau kontra maka
jelaslah jika argument-argumen atau asumsi-asumsi tentang struktur terbentuknya pasar akan berbeda,
dimana dimensi agama dalam ekonomi konvensional ditiadakan maka berjalannya mekanisme pasar
akan jauh sekali dari moralitas dan nilai-nilai agama.

DAFTAR PUSTAKA

Sukirno. Sadono, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, ed II, 1997.

Karim, Adiwarman A, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta, Ed. 3, PT RajaGrafindo Persada, 2007.

Nasution. Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Jakarta, Kencana, 2007.

Anto. M.M Hendrie, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, cet. 1, Yokyakarta: Ekonisia, 2003.

Suprayitno. Eko, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Nainggolan. Kanam, dkk, Teori Ekonomi Makro: Pendekatan Grafis dan Matematis, Yokyakarta: Pondok
Edukasi, 2005.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, ed-1, cet-6, Jakarta: Rajawali
Pers, 2014.

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: 2004, BPFE, 2004.

Posted 21st March 2015 by Iqbal Wox

Labels: Artikel

1 View comments

Admin31 March 2017 at 20:43

Download File Lengkap Makalah Monopoli Dan Oligopoli Dalam Ekonomi Islam di jurnalmakalah.com

Anda mungkin juga menyukai