Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2


Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Flexible Manufacturing System 2

Oleh:
Muhammad Fikri Rizaldi
3 AEB – 215341023

TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA


POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG

Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 INDONESIA
Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http ://www.polman-bandung.ac.id
2018
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum FMS 2.
Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
sahabatnya, keluarganya, para tabi’in-tabi’atnya dan kita semua selaku umatnya.
Laporan ini merupakan realisasi dari hasil kegiatan perkuliahan berupa praktikum FMS 2
(Flexible Manufakturing System) di Laboratorium FMS.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapatkan pengalaman dan ilmu. Berkat
panduan, bimbingan, juga dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung yang membantu pengerjaan serta penyelesaian laporan ini. Maka melalui kesempatan
yang sangat berharga ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan praktikum dan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan laporan ini dan menjadi bahan pertimbangan penulisan dan penyusunan laporan
yang selanjutnya.

Mei 2018

Penulis
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


FMS (Flexible Manufacturing System) adalah sistem manufaktur yang dapat
bereaksi secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan. Keuntungan dari penggunaan
FMS dalam suatu sistem produksi masal (mass production) adalah kemampuan
fleksibilitasnya yang tinggi baik dalam mengalokasikan waktu dan usaha, sehingga dapat
menaikkan produktifitas dan mutu produk serta menurunkan biaya produksi. FMS yang
dipelajari kali ini yaitu implementasi dari praktikum PLC. Jenis yang digunakan adalah
dari Mitsubishi dimana gerak dari mesin dapat diatur sedemikian rupa sesuai program yang
di buat.
Programmable Logic Controller (PLC) merupakan suatu bentuk pengontrol
berbasis mikroprosessor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk
menyimpan intruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi semisal
logika, sequencing, timing, counting dan aritmatika guna mengontrol peralatan.
Secara teknis, program pada memori PLC yang digunakan untuk mengontrol peralatan ini
dibuat dan dimasukkan dengan menggunakan perangkat pemrograman, yaitu Console
programmer atau menggunakan personal komputer (PC) via perangkat lunak yang
menyertainya (support software).

1.2. Rumusan Masalah


a. Mempelajari dan menganalisis Testing Station.
b. Mempelajari dan menganalisis Pick and Place Station.
c. Mempelajari dan menganalisis Handling Station.
d. Mempelajari dan menganalisis cara mengintegrasikan empat station.

1.3. Batasan Masalah


a. Mampu mengetahui deskripsi dari masing-masing station.
b. Mampu mengetahui prinsip kerja dari masing-masing station.
c. Membuat pneumatic wiring, electric dan PLC wiring dari masing-masing station.
d. Membuat ladder diagram dan analisis dari masing-masing station.
e. Mengoptimalisasi setting mechanic.
f. Mampu mengintegrasikan empat station.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

1.4. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari sistem FMS.
b. Mahasiswa dapat memprogram dan menggunakan PLC Mitsubishi .
c. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pemrograman PLC ke sebuah sistem sederhana
yang dapat mewakili sistem sebenarnya di dunia industri.
d. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pemrograman Pneumatic system control ke sebuah
sistem sederhana yang dapat mewakili sistem sebenarnya di dunia industri.
e. Mahasiswa dapat membuat PLC sequential control yang lebih kompleks.
f. Mahasiswa dapat memahami sistem pada setiap station, baik sistem pneumatik,
elektrik, mekanik, serta program PLC yang digunakan.
g. Mahasiswa dapat mengintegrasikan suatu sistem dengan berbagai unsur yang
diperhatikan baik dari segi program, benda kerja hingga sistem mekanik dari station itu
sendiri.
h. Mahasiswa dapat mengatur waktu proses integrasi setiap plan.
i. Mahasiswa dapat meyelesaikan suatu permasalahan dalam waktu yang singkat.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Flexible Manufacturing System


Sistem manufaktur fleksibel (FMS) adalah sistem manufaktur dimana ada beberapa
fleksibilitas yang memungkinkan sistem bereaksi jika terjadi perubahan, baik yang
diperkirakan atau tidak dapat diprediksi. Fleksibilitas ini umumnya dianggap terbagi dalam
dua kategori, yang keduanya mengandung banyak subkategori.
Kategori pertama, fleksibilitas routing, mencakup kemampuan sistem untuk diubah untuk
menghasilkan jenis produk baru, dan kemampuan untuk mengubah urutan operasi yang
dijalankan pada suatu bagian. Kategori kedua disebut fleksibilitas mesin, yang terdiri dari
kemampuan untuk menggunakan beberapa mesin untuk melakukan operasi yang sama pada
suatu bagian, serta kemampuan sistem untuk menyerap perubahan skala besar, seperti dalam
volume, kapasitas, atau kemampuan.

2.2 Subsistem FMS


Pada sebuah sistem FMS, terdapat dua buah sub sistem di dalamnya, yaitu :
1. Physical Subsystem, meliputi :
a. Workstation, berupa mesin-mesin Numerical Control (NC), mesin part-washing,
area load dan unload, dan area kerja.
b. Storage – Retrieval System, berupa pallet – pallet tempat penyimpanan sementara
part – part produk yang akan diproses.
c. Material – Handling System, berupa Automated Guided Vehicle (AGV), shuttle car
atau roller conveyor untuk membawa part – part yang diproses, dari dan ke
workstations.
2. Control Subsystem, meliputi :
a. Control Hardware, berupa mini dan microcomputers, Programmable Logic
Controllers (PLC), Communication Networks, Sensors, dll.
b. Control Software, berupa sekumpulan file dan program untuk mengontrol Physical
Subsystem.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

2.3 Fleksibilitas pada FMS


Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai sekumpulan properti dari sistem manufaktur
yang mendukung perubahan kapasitas dan kapabilitas produksi (Carter, 1986). Adapun
macam–macam fleksibilitas pada FMS adalah:
1. Fleksibilitas Mesin (Machine Flexibility) Fleksibilitas mesin berarti kemampuan
sebuah mesin untuk melakukan bermacam–macam operasi pada bermacam–
macam part produk dengan tipe dan bentuk berbeda. Keuntungan yang didapat dari
mesin fleksibel dan pergantian tipe part yang diproses dengan cepat ini adalah
kebutuhan besar lokasi yang ekonomis dan waktu proses yang lebih rendah.
2. Fleksibilitas Rute (Routing Flexibility) Fleksibilitas Rute berarti part– part produk
tersebut dapat diproduksi dengan beberapa rute alternatif. Fleksibilitas rute secara
utama digunakan untuk memanage perubahan internal yang disebabkan oleh
kerusakan alat, kegagalan pengontrol, dan hal-hal lain sejenis dan juga dapat
membantu peningkatan output.
3. Fleksibilitas Proses (Process Flexibility) Fleksibilitas Proses atau yang dikenal juga
dengan nama Mix Flexibility adalah kemampuan untuk menyerap perubahan yang
terjadi pada produk dengan melakukan operasi– operasi sejenis atau memproduksi
produk–produk sejenis atau part–partnya pada center–center CNC yang serbaguna
dan adaptabel.
4. Fleksibilitas Produk (Product Flexibility) Fleksibilitas Produk atau yang dikenal
dengan nama Mix-Change Flexibility adalah kemampuan untuk melakukan
perubahan menuju set–set produk baru yang harus diproduksi secara cepat dan
ekonomis, untuk merespon perubahan market dan engineering dan untuk
beroperasi pada basis pelayanan pesanan terbatas.
5. Fleksibilitas Produksi (Production Flexibility) Fleksibilitas Produksi berarti
kemampuan untuk memproduksi bermacam–macam produk tanpa perlu adanya
penambahan pada peralatan-peralatan berat/penting, walaupun penambahan tool–
tool baru atau sumber daya lain dapat dimungkinkan. Hal ini menyebabkan dapat
diproduksinya berbagai macam jenis produk dengan biaya dan waktu yang
memadai.
6. Fleksibilitas Ekspansi (Expantion Flexibility) Fleksibilitas Ekspansi berarti
kemampuan untuk merubah sistem manufaktur untuk mengakomodasi perubahan
produk–produk secara umum. Perbedaannya dengan definisi Fleksibiltas Produksi
adalah, pada Fleksibilitas Ekspansi perubahan produk diikuti pula dengan
penambahan peralatan beratnya. Tapi hal ini dapat dilakukan dengan mudah karena
perubahan dan penambahan itu dapat dikerjakan pada desain sistem manufaktur
yang aslinya.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Handling Station


3.1.1 Deskripsi Handling Station

Gambar 3.1 Handling station


Handling station merupakan subfungsi dari aliran material. Station ini bertugas
menyampaikan dan meletakkan / menyimpan material. Menurut VDI 2860, handling station
merupakan suatu ciptaan, menggambarkan perubahan atau pemeliharaan sementara dari
penataan ruang suatu benda secara geometris. Selain itu, handling station berfungsi untuk
menentukan karakterisitik benda kerja, mengeluarkan benda kerja dari wadah (receptacle
module), menempatkan benda kerja ke slide yang sesuai dengan karakteristik benda tersebut,
serta untuk melewatkan benda kerja menuju station selanjutnya.
Prinsip kerja dari handling station yaitu ketika ada benda kerja yang diletakkan atau
memasuki dudukan, benda kerja kemudian terbaca oleh sensor yang terdapat pada dudukan
tersebut, lalu pencekam menuju benda kerja dan mencekam benda kerja tersebut. Kemudian
ketika dicekam, sensor yang terdapat pada pencekam akan membaca warna dari benda kerja
kemudian kita menentukan benda kerja warna akan diletakkan kemana, sesuai syarat yang
telah dibuat pada program.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

3.1.2 Bagian-bagian Handling Station

a) Receptacle module

Benda kerja diletakkan pada receptacle module, dimana selanjutnya benda kerja
tersebut akan terdeteksi oleh sensor benda kerja yang terdapat pada receptacle module.

Gambar 3.2 Receptacle module

b) PicAlfa-pneumatic module

PicAlfa-pneumatic module menggunakan komponen handling industri. Modul ini


diperlengkapi dengan tenaga pneumatik. Pemosisian secara cepat (juga dalam posisi tengah)
dapat terjadi melalui sebuah sumbu linear pneumatik dengan pengaturan posisi akhir yang
fleksibel dan terdapat bantalan. Silinder linear dengan sensor end position digunakan sebagai
silinder pengangkut (lifting cylinder) untuk sumbu Z.
Pencekam (gripper) pneumatik dipasang pada silinder pengangkut (lifting cylinder)
dan sensor optis terintegrasi di dalam rahang pencekam.
PicAlfa-pneumatic module sangatlah fleksibel, yaitu untuk panjang dorongan,
kemiringan sumbu, konfigurasi sensor end position, serta posisi pemasangan dapat diatur.
Sehingga modul dapat disesuaikan dengan berbagai tugas handling yang berbeda tanpa
membutuhkan adanya komponen tanbahan.

Gambar 3.3 PicAlfa-pneumatic module


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

c) Slide module

Slide module ini digunakan untuk mengangkut dan menyimpan benda kerja. Slide ini
dapat menampung hingga 5 buah benda kerja. Dimana untuk sudut kemiringan dari slide ini
sendiri dapat diatur sesuai kebutuhan. Dan pada handling station ini, digunakan 2 buah slide
module.

Gambar 3.4 Slide module

d) Profil plate

Profil plate ini berfungsi sebagai table ataupun base bagi aktuator-aktuator pada
handling station. Semua aktuator yang digunakan, seperti solenoid, beberapa terminal, serta
komponen yang lainnya dipasang di atas plat ini.

Gambar 3.5 Profil plate


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

3.2 Wiring Station


3.1.3 Pneumatic Diagram

3.1.4 Electrical Diagram

Gambar 3.31 Layout


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

Gambar 3.31 Power Distribution Electric Wiiring Diagram Handling Station

Gambar 3.32 PLC Input Addresses


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

Gambar 3.33 PLC Output Addresses

Gambar 3.34 Electric Wiring Diagram Handling Station


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

Gambar 3.35 Electric Output Wiring Diagram Handling Station

3.3 Addressing I/O pada Handling Station


Input dan output yang ada di Handling Station ditunjukkan pada tabel berikut ini :

INPUT OUTPUT
X00 Sensor Benda Kerja Y00 Solenoid X kiri
X01 Sensor Slide X1 Y01 Solenoid X kanan
X02 Sensor Slide X0 Y02 Solenoid Z turun
X03 Sensor Slide X1/2 Y03 Solenoid Buka Clamp
X04 Sensor Z1 Y07 Send Data Ready Position
X05 Sensor Z0 Y10 Indikator Lampu Start
X06 Sensor Warna Y11 Indikator Lampu Reset
X10 Push Button Start Y12 Indikator Lampu Q1
X11 Push Button Stop Y13 Indikator Lampu Q2
X12 Selektor Auto/Manual
X13 Push Button Reset
X14 Data Tinggi/rendah
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

3.4 Diagram Langkah

Keterangan:
Pada pergerakkan auto, tombol start akan memulai sequence setelah station berada dalam
keadaan ready position dan sensor benda kerja sedang mendeteksi adanya benda kerja.
Keadaan ready position pada station ini yaitu ketika sensor A0 aktif, sensor B0 aktif dan
gripper dalam posisi clamp. Ketika tombol start ditekan, maka akan mengaktifkan solenoid
gripper sehingga gripper berubah menjadi posisi unclamp serta mengaktifkan timer sebesar 0.5
s. Setelah timer tercapai, maka akan mengaktifkan solenoid Y axis sehingga slide Y axis akan
turun. Setelah sensor B1 aktif maka akan mengaktifkan memutus solenoid gripper sehingga
gripper dalam posisi mencekam benda kerja. Setelah timer 0.5s tercapai, akan memutus
solenoid Y axis sehingga slide Y axis bergerak naik ke atas. Ketika sensor B0 aktif maka
kemudian akan mengaktifkan solenoid X axis untuk bergerak ke arah kanan. Untuk benda
tinggi maka slide X axis akan berhenti pada sensor A1, sedangkan untuk benda rendah maka
slide X axis akan berhenti pada sensor A2. Setelah slide X berhenti maka akan mengaktifkan
solenoid Y axis sehingga slide Y axis bergerak turun kebawah. Setelah sensor B1 aktif maka
akan mengaktifkan solenoid gripper sehingga gripper dalam posisi unclamp melepaskan benda
kerja. Setelah timer 0.5s tercapai, akan memutus solenoid Y axis sehingga slide Y axis
bergerak naik ke atas. Ketika sensor B0 aktif maka kemudian akan memutus solenoid gripper
sehingga kondisi gripper dalam posisi clamp. Setelah timer 0.5s tercapai maka akan
mengaktifkan solenoid X axis untuk bergerak ke arah kiri. Setelah dalam station dalam
keadaan ready position maka sistem akan secara otomatis mengulang sequence setelah diberi
benda kerja.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

3.5 Ladder Program


3.5.1 Ladder Program Input

3.5.2 Ladder Program Output


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

3.5.3 Ladder Program Sequence


PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

Pada program ladder yang penulis buat, awal program diinisalisasi dengan persamaan
aktuator, mulai dari Y3+, Y2+, Y3-, Y2-, Y1, Y0. Lalu dilanjutkan dengan insialiasi memori-
memori untuk tiap sequence dan beberapa ada memori yang digunakan untuk ready position, reset,
kembali ke posisi awal.
Memori Ready Position (15) akan aktif apabila kondisi siap didefinisikan kondisi gripper
kembali ke semula, linear drive pada posisi awal, silinder lift pada posisi atas. M11, M19, dan Stop
berfungsi untuk menghentikan kondisi ready. Kondisi ready ini di-latch oleh kontaknya sendiri
yaitu M15 dan sensor benda kerja. Lalu terdapat special relay M8013 berupa pulsa tiap detiknya,
ini berguna untuk menyala-matikan lampu indikator start.
Di M19 terjadi proses ketika tombol Start ditekan, gripper membuka. Apabila di-set ke
manual, gripper tidak akan langsung mengambil benda kerja yang ada di wadah, meski pun kondisi
sudah menujukkan siap. Sebaliknya apabila di-set auto, gripper dan silinder akan otomatis bekerja
memindahkan benda pada sequence selanjutnya, sequence M19 dimatikan oleh M21. Di M20
silinder lifting turun ke bawah, sequence M20 dimatikan oleh M22. Di M21 terjadi pencekaman
benda kerja oleh gripper, sequence M21 dimatikan oleh M25. Di M22 silinder lifting naik. Setelah
naik dilanjutkan oleh aktuasi linear drive ke kanan pada M23, akan tetapi dicek warna barangnya
oleh sequence M17. Apabila benda tinggi akan ditaruh barangnya di wadah seluncur, X3 akan
aktif silinder akan turun ditengah, lain halnya dengan benda rendah akan diteruskan ke stasiun
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

selanjutnya. M23 dimatikan oleh M24, M24 dimatikan oleh M25. Di M5, ketika benda sudah
sampai di wadah stasiun selanjutnya, slinder akan turun ke bawah lalu membuka grip dan
meletakkannya di wadah stasiun selanjutnya.
M13 digunakan sebagai memory reset, reset dapat digunakan ketika pengguna tiba-tiba
menekan tombol stop, lalu agar dapat kembali ke posisi awal, tombol reset berfungsi untuk tugas itu.
Lampu indikator tombol reset akan berkedip-kedip apabila tombol stop telah ditekan.

3.6 Integrasi
Integrasi adalah suatu sistem kontrol dimana terdapat penggabungan antara beberapa
station. Dalam kasus ini terdapat tiga station yang digabungkan, maka harus ada wiring tambahan
yang dilakukan agar ketiga PLC dari masing-masing station dapat saling memberikan sinyal.
Cara kerjanya, tombol start dari setiap station tidak akan dapat menjalankan sistem jika
station ketiga tidak memberikan sinyal kesiapan maka sistem dari station pertama dan kedua tidak
dapat bekerja atau tidak dapat mengirim material. Ketika station ketiga memberikan sinyal
kesiapan maka tombol start dari station pertama dan kedua akan dapat bekerja, dan material akan
dikirim dan diteruskan oleh setiap station. Kemudian pada integrasi ini tombol stop dan reset dari
masing-masing station dapat memberhentikan semua proses pada setiap station.

X7 Y7

PICK AND PLACE HANDLING


STATION STATION
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

3.7 Ladder Program Integrasi

Station handling akan mengirimkan sinyal ready position ke station pick & place melalui
sensor photoelectric dengan address Y7 yang menandakan station handling sudah siap menerima
benda kerja dari station pick & place serta sudah siap untuk memproses benda kerja.

Station handling pula menerima data berupa tinggi atau rendahnya benda kerja dari
station pick & place melalui kontak X14. Data tinggi atau rendahnya benda kerja ini nantinya
digunakan untuk memisahkan tempat pembuangan benda kerja.
PRAKTIKUM FLEXIBLE MANUFACTURING SYSTEM 2
PLAN HANDLING 3 AEB

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Handling Station adalah station yang digunakan untuk menangani material yang ditujukan
pada suatu tempat, bisa jadi penanganan material ini merupakan proses penyortiran antara barang
yang NG (Not Good) dan good.
Pada praktikum FMS 2 ini Testing, Processing, Pick and Place, dan Handling
diintegrasikan secara berurutan. Kemudian plan-plan yang sudah terintegrasi akan memproses
benda kerja dengan ketinggian,warna dan ukuran tertentu, dalam hal ini benda kerja yang akan
diproses adalah benda berwarna hitam dengan ketinggian rendah dan benda kerja yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai