Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR DAN NATRIUM

SERTA PEMERIKSAAN OSMOLALITAS

Glady I. Rambert

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: gladyrambert@yahoo.com

Abstract: Water distribution in each compartment of the body involves concentration of


solutes in body fluids, and the amount of dissolved substance in a solvent called osmolality.
Electrolyte that has the biggest contributor in determining the serum osmolality is sodium,
which is osmotically active. Hipoosmolality actually describes the state of hyponatremia, and
hyperosmolality describes the state of hypernatremia. Examination of plasma and urine
osmolality is very helpful in the management of patients with water and electrolyte imbalance,
in addition to assess the antidiuretic hormone (ADH) abnormalities. Urine osmolality is
important in evaluating the ability of the kidney to concentrate the urine, in addition to
monitor the fluid and electrolyte balance. There are two ways of osmolality examination: 1)
indirectly, by using osmometer (osmolality measurement) with a freezing point depression
method; 2) directly, by using a formula (osmolality count).
Keywords: water, sodium, osmolality, freezing point depression, osmolality count

Abstrak: Distribusi air pada setiap kompartemen tubuh melibatkan kadar zat terlarut di dalam
cairan tubuh, dan jumlah zat terlarut dalam suatu pelarut yang disebut osmolalitas. Elektrolit
pemberi kontribusi terbesar dalam menentukan besarnya osmolalitas serum ialah natrium,
yang aktif secara osmotik. Keadaan hipoosmolalitas sebenarnya menggambarkan keadaan
hiponatremia, sebaliknya hiperosmolalitas menggambarkan keadaan hipernatremia.
Pemeriksaan osmolalitas plasma dan urin sangat membantu penatalaksanaan pasien dengan
gangguan keseimbangan air dan elektrolit, selain menilai kelainan antidiuretic hormone
(ADH). Osmolalitas urin penting untuk mengetahui kemampuan ginjal memekatkan urin,
selain memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit. Terdapat dua cara pemeriksaan
osmolalitas yaitu: 1) secara tidak langsung menggunakan osmometer (osmolalitas ukur)
dengan metode freezing point depression; 2) secara langsung dengan menggunakan rumus
(osmolalitas hitung).
Kata kunci: air, natrium, osmolalitas, freezing point depression, osmolalitas hitung

Cairan tubuh adalah larutan encer yang Pendistribusian air antara kompartemen
mengandung elektrolit dan non-elektrolit, ekstrasel dan intrasel hingga mencapai
dan terdiri atas kompartemen intrasel dan suatu keseimbangan osmotik (isoosmotik)
ekstrasel. Sifat membran sel yang sangat penting. Keseimbangan distribusi air
permeabel terhadap air menjadikan pada setiap kompartemen tubuh melibatkan
keseimbangan osmotik dapat dipertahan- kadar zat terlarut di dalam cairan tubuh, dan
kan sehingga terjadi keseimbangan jumlah zat yang terlarut dalam suatu pelarut
osmolalitas antara ekstrasel dan intrasel. disebut osmolalitas. Elektrolit yang
S46
Rambert; Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.... S47

memberikan kontribusi besar dalam sehingga osmolalitas plasma kembali


menentukan besarnya osmolalitas serum normal, dan terbentuk urin hiperosmotik
ialah natrium, yang aktif secara osmotik, dengan volume sedikit. ADH sangat
dan pemberi kontribusi dominan dalam sensitif sehingga osmolalitas plasma dalam
menentukan besarnya osmolalitas.1-3 keadaan normal variasinya tidak melebihi
Keadaan hipo-osmolalitas sebenarnya 1-2% dari 280 mOsmol/Kg.4,8
menggambarkan keadaan hiponatremia,
sebaliknya hiperosmolalitas menggambar- Keseimbangan elektrolit (Natrium)
kan keadaan hipernatremia.2,4,5
Total konsentrasi kation plasma sekitar
150 mmol/L dan natrium merupakan kation
KESEIMBANGAN AIR, ELEKTRO- terbanyak yaitu sekitar 140 mmol/L. Enzim
LIT, DAN OSMOLALITAS Na/K-ATPase berperan dalam transpor aktif
Keseimbangan cairan tubuh untuk mempertahankan konsentrasi natrium
dan kalium. Hal ini juga menjadi kunci
Perubahan volume cairan ekstrasel
reabsorbsi natrium di tubulus ginjal. Tidak
setiap waktu <1% sehingga tidak
seperti cairan, natrium tidak memiliki pusat
memberikan reaksi fisiologik. Keseim-
regulasi.9,10 Setiap hari natrium diekskresi
bangan cairan tubuh ialah usaha
yaitu sekitar 10-20 mmol lewat keringat dan
mempertahankan tekanan osmotik cairan
feses, tetapi sebagian besar diekskresi lewat
tubuh dan volume cairan tubuh total
ginjal sebagai kontrol utama homeostasis. 2
(ekstrasel dan intrasel) yang harus selalu
Saat terjadi penurunan tekanan arteri, ginjal
dalam keadaan seimbang yang diatur oleh
menahan natrium sampai tekanan meningkat.
arginin vasopressin, ginjal, dan rasa haus.
Ekskresi natrium ginjal terjadi melalui
Selain mempertahankan osmolalitas, ginjal
peningkatan filtrasi, penurunan reabsorbsi
merupakan pengendali utama air dan
natrium, atau kombinasi keduanya yang
elektrolit, serta mengontrol keseimbangan
diatur oleh sistem saraf simpatik dan renin-
asam basa. Dalam menjalankan fungsinya,
angiotensin-aldosterone-system (RAAS).10-12
ginjal diatur oleh sejumlah hormon antara
lain hormon hipothalamus arginin
Osmolalitas
vasopressin yang disebut antidiuretik
hormone (ADH).6-9 Osmolalitas menggambarkan jumlah
Sistem vaskular mempunyai baro- zat terlarut dalam unit volume pelarut, yang
reseptor pada lengkung aorta dan jantung, memengaruhi tekanan osmotik sehingga
yang menanggapi perubahan tekanan terjadi pergerakan cairan tubuh. Ukuran,
arteri.2 Osmoreseptor sangat sensitif bentuk, dan berat molekul zat terlarut
terhadap perubahan natrium plasma dan hampir tidak memengaruhi tekanan
manitol tetapi kurang berespon terhadap osmotik. Tekanan ini ditentukan dengan
bahan lainnya seperti urea atau glukosa. mengetahui jumlah mOsmol zat terlarut
Bila terjadi peningkatan osmolalitas, impuls (solute) per-kilogram air atau merupakan
dihasilkan pada korteks serebral sehingga jumlah mmol zat terlarut (mg/BM) per-liter
terjadi pelepasan ADH, serta sensasi haus. air. Zat terlarut seperti NaCl yang terdapat
ADH akan mengubah permeabilitas pada larutan biologis dapat berbentuk
tubulus koligentes ginjal sehingga terjadi molekul tidak terionisasi dan dapat pula
peningkatan reabsorpsi air (Gambar 1), berdisosiasi menjadi Na+ dan Cl-, misalnya
yang meningkatkan volume air tubuh pada pemberian 5800 mg NaCl (BM NaCl :
S48 Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm. S46-54

58) ke dalam 1 liter CES, maka terdapat urea yang tidak berdisosiasi (BM: 60) hanya
100 mmol NaCl (100 mmol/L). Delapan mendapatkan 100 mmol setelah
puluh persen NaCl berada dalam keadaan penambahan 6.000 mg urea ke dalam
ionisasi (Na+ dan Cl-) dan 20% tidak, maka volume cairan yang sama (1 liter).
jumlah partikel yang ditambahkan ialah Na+ Kemampuan berdisosiasi suatu zat sangat
80 mmol, Cl- 80 mMol, dan NaCl 20 mmol. penting dalam menentukan distribusi
Bila dijumlahkan, distribusi osmotik NaCl osmotik.13,14
sama dengan 180 mmol. Berbeda dengan

Gambar 1. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh. Sumber: Dominiczak MH, Konkel MS, 2007.10

HUBUNGAN OSMOLALITAS, intrasel).14 Berdasarkan kenyataan ini


KESEIMBANGAN AIR, DAN dikatakan natrium merupakan elektrolit
KESEIMBANGAN ELEKTROLI T dominan dalam CES yang memiliki pengaruh
(NATRIUM) besar terhadap osmolalitas. Konsentrasi
natrium cairan intrasel dan ekstrasel berbeda
Akumulasi zat tertentu misalnya sehingga perubahan konsentrasi natrium
natrium dalam cairan ekstrasel (CES) ekstrasel akan menyebabkan perubahan
menyebabkan cairan bergerak dari intrasel distribusi air pada kedua kompartemen
ke ekstrasel. Pergerakan cairan berlang- tersebut. Saat konsentrasi natrium menjadi
sung kontinyu sampai tercapai keseim- lebih tinggi (osmolalitas meningkat) atau
bangan. Berkurangnya ruang intrasel dan menjadi rendah (osmolalitas menurun) akan
sebaliknya bertambahnya ruang ekstrasel menyebabkan pergerakan cairan menuju
merupakan konsekuensi dari ketidak- atau keluar dari CES. Perubahan ini
seimbangan natrium. Sebaliknya bila selanjutnya menyebabkan terjadinya
akumulasi natrium atau zat lain di ekstrasel perubahan volume sirkulasi yang pada
berkurang maka akan terjadi suatu usaha akhirnya menyebabkan perubahan pada
untuk mencapai keseimbangan osmotik Glomerular Filtration Rate (GFR).14,15
(osmolalitas CES = osmolalitas CIS/cairan
Rambert; Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.... S49

Hubungan osmolalitas, air, dan natrium 0.9%) sebanyak 2 L ke dalam CES. Saline
dapat dilihat pada Gambar 2. Pada keadaan isotonik merupakan cairan iso-osmotik
normal 75% total cairan tubuh (28 L pada dalam plasma dan CES sehingga tidak
laki-laki dengan berat 70 Kg) berada dalam terjadi perubahan volume sel karena semua
cairan intrasel (Gambar 2A). Osmolalitas cairan isotonik tertahan di CES. Bila terjadi
CES dan CIS 285 mOsm/kg H2O. penambahan 1 L NaCl 5% dalam CES,
Penambahan air murni (air minum) 2 L ke maka sel akan dikeliling lingkungan
dalam CES menyebabkan osmolalitas turun hipertonik, menyebabkan air bergerak dari
sehingga terjadi pergerakan cairan ke dalam intrasel ke ekstrasel sampai terjadi
sel (sel membengkak) dan osmolalitas keseimbangan dengan osmolalitas akhir
intrasel turun sampai terjadi keseimbangan lebih tinggi dari semula tetapi sama.
(Gambar 2B). Gambar 2.C memper-lihatkan (Gambar 2D).8,9
penambahan larutan saline isotonik (NaCl

Gambar 2. Hubungan osmolalitas, air dan elektrolit. Sumber: Arneson W, Brickell J, 2007.13

PEMERIKSAAN OSMOLALITAS Freezing point depression (osmolalitas


Banyak penyakit atau pengobatan yang ukur)
dapat menimbulkan gangguan keseim- Osmometer yang umum dipakai
bangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan menggunakan dasar pengukuran dengan
osmolalitas serum dan urin dapat memberi metode Freezing Point Depression karena
informasi ketidakseimbangan air dan metode ini tidak dipengaruhi oleh suhu
elektrolit, menilai kemampuan ginjal lingkungan dibanding tekanan uap (tekanan
memekatkan urin, dan menilai abnormalitas uap air pada suhu 20oC: 17,5 mmHg; pada
ADH.8,16 25oC: 23,8 mmHg).
S50 Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm. S46-54

Prinsip pemeriksaan osmolalitas ialah pengukuran osmolalitas larutan.13


membandingkan titik beku air dan titik beku
larutan yang diperiksa.5,12 Pengukuran Osmolalitas hitung
osmolalitas larutan didasarkan pada sifat Dalam suatu larutan, elektrolit dapat
koligatif larutan. Air sebagai pelarut berdisosiasi menjadi 2 partikel (NaCl) atau
universal memiliki titik beku 0oC dan titik 3 partikel (CaCl2) oleh karena itu distribusi
didih 100oC. Titik didih suatu cairan terjadi osmotiknya didapat berdasarkan perkalian
saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan dengan jumlah ion yang berdisosiasi pada
tekanan udara luar (normal: 1 atmosfer). setiap molekul. Tidak semua elektrolit dapat
Bila dibandingkan dengan air murni, pelarut berdisosiasi sempurna sehingga kadang
yang ditambahkan zat terlarut (solut) akan didapatkan tekanan osmotik suatu larutan
terjadi penurunan tekanan uap, yang lebih rendah dari yang seharusnya.
mengakibatkan titik didih larutan meningkat Deviasi ini dapat dikoreksi dengan
karena energi yang diperlukan lebih banyak menggunakan faktor koefisien osmotik
untuk dapat menyamakan tekanan uap dengan rumus sebagai berikut:1
larutan = 1 atmosfir. Titik beku larutan
tersebut akan lebih rendah dibanding air Osmolalitas = ønC
murni, karena zat terlarut akan menghalangi
molekul-molekul air membentuk struktur Ø: koefisien osmotik
kristal (Gambar 3). n: jumlah partikel (ion) dari tiap molekul
yang berdisosiasi
C: molalitas (mol/KgH2O)

Koefisien osmotik glukosa dan etanol


air murni adalah 1.00 sedangkan untuk NaCl sebesar
0.93 tetapi karena NaCl dapat berdisosiasi
larutan menjadi Na+ dan Cl- maka koefisien
osmotiknya menjadi 1.86 (2 x 0.93).
Osmolalitas plasma/serum dapat ditentu-
kan dengan dua cara yaitu dengan
mengukur secara langsung menggunakan
osmometer, atau secara tidak langsung
dengan menggunakan rumus. Untuk teknik
osmometri yang diukur adalah konsentrasi
Gambar 3. Fase air berdasarkan perubahan zat terlarut yang mempengaruhi tekanan
suhu. Sumber: Arneson W, Brickell J, 2007. 13 osmotik dari suatu larutan. Keseimbangan
osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut
dalam cairan tubuh, dimana Na⁺, Cl⁻,
Sebagai contoh suatu larutan dikatakan glukosa dan urea merupakan zat terlarut
memiliki osmolalitas 1 Osmol bila terjadi utama yang aktif secara osmotik dalam
penurunan tekanan uap 0,3 mmHg (23,8 cairan ekstraselular, sehingga osmolalitas
mmHg pada suhu 25oC), peningkatan titik plasma dapat dihitung dengan
didih 0,52oC, dan penurunan titik beku menggunakan rumus:1,7
1,858oC. Sifat koligatif ini menjadi dasar
Rambert; Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.... S51

mOsmol/Kg = 1,86 (Na+ [mMol/L]) + glukosa [mMol/L] + urea [mMol/L] + 9


atau
+
mOsm/Kg = 1,86 (Na [mMol]) + glukosa [mg/dL] + urea N [mg/dL] + 9
18 2,8

Faktor 9 ditambahkan mewakili zat pasien dengan gangguan keseimbangan air


terlarut lain yang secara aktif bisa dan elektrolit, selain menilai kelainan ADH.
memberikan kontribusi terhadap osmo- Osmolalitas urin penting untuk mengetahui
lalitas plasma seperti K+, Ca2+, dan protein, kemampuan ginjal memekatkan urin, selain
sedangkan 1,86 adalah koefisien monitor keseimbangan cairan dan elektrolit.
osmolalitas dari NaCl seperti yang sudah Hubungan dengan berat jenis (BJ)
dijelaskan sebelumnya. dikatakan bahwa pada keadaan normal
Selain Freezing Point Depression perubahan BJ dan osmolalitas urin terjadi
terdapat dua jenis osmometer lain yang secara paralel.1,14 Namun pada proteinuria
tersedia secara komersial yaitu Vapor atau glikosuria berat hal ini tidak terjadi,
Pressure Osmometers dan Membrane karena BJ yang merupakan massa larutan
Osmometers. Setiap jenis osmometer ini dibagi volume larutan bisa dipengaruhi oleh
memiliki keuntungan dan kerugian.16 protein. Protein akan meningkatkan BJ
Freezing Point Depression merupakan sedangkan osmolalitas tidak dipengaruhi
jenis osmometer yang umum digunakan, karena molalitas protein kecil (protein tidak
karena merupakan satu-satunya jenis berdisosiasi).11,14 Gambar 4 menunjukkan
osmometer yang dapat mengukur semua bila osmolalitas plasma (Posm) <280
alkohol volatile yang pada keadaan mOsm/kg, kadar ADH tidak terdeteksi
abnormal dapat menyebabkan osmolar gap. (<0.5 pg/ml) dan osmolalitas urin (Uosm)
Pemeriksaan osmolalitas plasma dan umumnya <150 mOsm/kg.
urin sangat membantu penatalaksanaan

P 1200
ADH (pg/ml)
Uosm (mOsm/kg)
5.0 1000
(Umax > 850)
4.0

3.0
500
2.0
1.0

0.5 100
(Umin < 150)
undetectable P osm 280 287 295

285 290
(mOsm/kg) (ambang ADH) (ambang haus)

Gambar 4. Hubungan osmolalitas plasma, osmolalitas urin dan konsentrasi ADH.


Sumber: Arneson W, Brickell J, 2007. 13
S52 Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm. S46-54

Disisi lain ketika Posm >295 mOsm/kg, mOsm/Kg), terjadi jika natrium plasma
kadar ADH >5,0 pg/ml dan Uosm umumnya rendah, sehingga osmolalitas juga akan
>850 mOsm/kg. Walaupun ADH plasma rendah. Hal ini bisa terjadi pada keadaan
>5,0 pg/ml, osmolalitas plasma tidak meningkatnya kehilangan natrium
bertambah karena osmolalitas urin (depletional hyponatremia) atau terjadi
maksimal sudah tercapai dan saat inilah peningkatan volume CES (dilutional
timbul rasa haus (kompensasi ginjal hyponatremia).
mencapai titik maksimal).13,17 2) Hiperosmotik hiponatremia. Mening-
Osmolalitas serum diperiksa dengan katnya zat terlarut selain natrium dalam
mengukur konsentrasi partikel terlarut CES menyebabkan perpindahan air ke
dalam darah. Bila volume cairan tubuh ruang ekstrasel atau natrium ke dalam
bertambah atau partikel terlarut berkurang intrasel sebagai upaya tubuh mem-
maka osmolalitas akan menurun. pertahankan keseimbangan osmo-tik
Sebaliknya bila volume cairan tubuh antar ruang intrasel dan ekstrasel.
berkurang atau partikel terlarut bertambah 3) Isoosmotik hiponatremia. Saat konsen-
maka osmolalitas akan meningkat. trasi natrium plasma rendah sedangkan
Peningkatan osmolalitas menstimulasi ADH osmolalitas, glukosa, dan urea plasma
sehingga terjadi reabsorbsi air di ginjal, normal maka satu-satunya penjelasan
osmolalitas urin meningkat, dan osmolalitas ialah adanya pseudohiponatremia
serum menurun. Sebaliknya osmolalitas (electrolyte exclusion effect). Hal ini
serum yang rendah mensupresi ADH, terjadi pada penderita hiperlipidemia
sehingga reabsorbsi air di tubulus ginjal berat atau hiperproteinemia (multiple
dihambat, dan konsentrasi urin menurun myeloma).1,10
(dilusi). Penumpukan non-elektrolit dalam
serum seperti ethanol, methanol, manitol, Osmolalitas pada hipernatremia
etilen glikol menyebabkan osmolalitas ukur
Hipernatremia selalu disertai
lebih tinggi dibanding osmolalitas hitung
peningkatan osmolalitas plasma
disebut osmolal gap. Hal ini menjadikan
(hiperosmotik hipernatremia) dan bisa
pentingnya pemeriksaan osmolalitas hitung
menimbulkan gejala neurologi oleh karena
yang memasukkan kadar glukosa, urea, dan
terjadi kehilangan air intraneuron.
zat lain yang berpengaruh terhadap
Umumnya hipernatremia bisa timbul pada
osmolalitas walaupun tidak sebesar
keadaan: 1) Hipovolemia, oleh karena
pengaruh natrium. Penyebab gangguan
kehilangan cairan baik renal atau ekstra-
homeostasis natrium terjadi karena faktor
renal yang disertai ketidakmampuan
cairan atau natrium. Pengeluaran,
menggantikan cairan tubuh; 2) Hiper-
penambahan, atau retensi dari air dan
volemia, adanya peningkatan total air tubuh
natrium yang terjadi secara signifikan akan
dan natrium (Na+ ikut bersama kelebihan
menyebabkan gangguan homeostasis
cairan dengan penambahan natrium
natrium. Dalam hal ini sulit memisahkan
melebihi cairan), misalnya pada
keseimbangan Na+ dan H2O karena
hiperaldosteronisme; dan 3) Normo-
keduanya memengaruhi osmo-lalitas.
volemia biasanya mendahului keadaan
hipovolemi hipernatremia.
Osmolalitas pada hiponatremi
Pada penelusuran penyebab terjadinya
SIMPULAN
keadaan hiponatremia berdasarkan nilai
osmolalitas, hiponatremi diklasifikasikan: Tekanan osmotik memengaruhi
1) Hipo-osmotik hiponatremia (280-295 pergerakan cairan tubuh, dipengaruhi oleh
Rambert; Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.... S53

jumlah partikel terlarut dalam unit volume Hauser SL, Jameson JL, editors.
pelarutnya. Natrium, glukosa, dan urea Harrison’s Principles of Internal
merupakan zat terlarut utama yang aktif Medicine (Sixteenth Edition). New York:
secara osmotik dalam cairan ekstrasel. McGraw-Hill companies, 2005; p. 252-8.
Tekanan ditentukan dengan mengetahui 6. Fatmawati, Timan IS, Aulia D. Nilai rujukan
osmolalitas dengan osmomat 030 pada
jumlah mOsmol zat terlarut per-kilogram air, orang dewasa di Jakarta. Jakarta: Balai
dan kemampuan berdisosiasi suatu zat. Penerbit FKUI, 2003.
Osmolalitas dapat ditentukan dengan 2 7. Matfin G, Porth CM. Disorders of fluid and
cara yaitu mengukur secara langsung dengan electrolyte balance. In: Porth CM, editor.
osmometer, dan secara tidak langsung Pathophysiology Concepts of Altered
dengan menggunakan rumus. Teknik Health States. Pennsylvania: WB
osmometri didasarkan pada sifat koligatif Saunders, 2007; p. 734-57.
larutan, salah satunya menggunakan metode 8. Darwis D. Gangguan Keseimbangan Air,
freezing point depression yang Elektrolit dan Asam Basa. Jakarta: Balai
membandingkan titik beku air dan titik beku Penerbit FKUI, 2007.
9. Tanner GA. Regulation of fluid and
larutan yang diperiksa. Metode ini cepat,
electrolyte balance. In: Rhoades RA,
murah, sederhana, jumlah sampelnya sedikit, Tanner GA, editors. Medical Physiology
dan ideal untuk sebagian besar cairan (Second Edition). New York: McGraw-
biologis, dan merupakan satu-satunya Hill Inc, 2008; p. 241-55.
metode yang dapat mengukur semua alkohol 10. Dominiczak MH, Konkel MS. Water and
volatile. electrolyte balance: Kidney function. In:
Baynes JW, Dominiczak MH, editors.
Medical Biochemistry (Second Edition).
DAFTAR PUSTAKA St Louis: Elsevier, 2007; p. 315-32.
1. Klutts JS, Scott MG. Physiology and 11. Sterns RH, Ocdol H, Schrier RW, Narins
disorders of water electrolyte and acid RG. Hyponatremia pathophysiology
base metabolism. In: Burtis CA, diagnosis and therapy. In: Narins RG,
Ashwood ER, Bruns DE, editors. Clinical editor. Clinical Disorder of Fluid and
Chemistry and Molecular Diagnostics Electrolyte Metabolism (Fifth Edition).
(Fourth Edition). St Louis: Elsevier New York: McGraw-Hill Inc, 1994; p.
Saunders, 2006; p.1747-57. 583-606.
2. Wilson LM. Keseimbangan cairan dan 12. Singer I, Morrison G. Hyperosmolal states.
elektrolit serta penilaiannya. In: Price In: Narins RG, editor. Clinical Disorder
SA, Wilson LM, editors. Fisiologi of Fluid and Electrolyte Metabolism
Proses-proses Penyakit (Edisi 4). Jakarta: (Fifth Edition). New York: McGraw-Hill
EGC, 1994; p. 283-316. Inc, 1994; p. 617-52.
3. Mcpherson RA, Pincus MR. Electrolyte 13. Arneson W, Brickell J. Assessment of renal
abnormality. Henry's Clinical Diagnosis function. In: Clinical Chemistry a
and Management by Laboratory Methods Laboratory Perspective. Philadelphia: FA
(Twenty first Edition). St Louis: Saunders Davis Company, 2007; p. 221-8.
Elsevier, 2006; p.231-43 14. Scott MG, LeGrys VA, Klutts JS.
4. Koay ESC, Walmsley N. A Primer of Electrolyte and blood gases. In: Narins
Chemical Pathology. Singapore: World RG, editor. Clinical Disorder of Fluid and
Scientific Publishing, 1996; p. 1-19 Electrolyte Metabolism (Fifth Edition).
5. Singer GG, Brenner BM. Fluid and New York: McGraw-Hill Inc, 1994; p.
electrolyte disturbances. In: Kasper DL, 983-9.
Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, 15. Definition of freezing point osmometer.
S54 Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3, Suplemen, November 2014, hlm. S46-54

[cited 2010 Oct 21]. Available from: 2006; p. 381-4.


http://www.anaesthesiamcg.com/AcidBas 17. Beran JA. Laboratory Manual for Principles
eBook/ab3. of General Chemistry (Ninth Edition).
16. Pagana KD, Pagana TJ. A Mosby’s manual New Jersey: John Wiley and Sons, 2011;
of diagnostic and laboratory tests (Third p. 183-5.
Edition). Missouri: Mosby Elsevier,

Anda mungkin juga menyukai