Anda di halaman 1dari 103

BUDIDAYA TEMBAKAU

Materi Kuliah
Tahun 2012/2013
Oleh :

Dr. Ir. I. Hartana

1
SEJARAH TEMBAKAU (1)
• Tanaman tembakau dikenal pertama kali waktu Columbus mendarat di San
Salvador pada bulan Oktober 1492.

• Saat itu Columbus melihat penduduk aseli mengisap daun kering yang
digulung dan dibakar, yang ternyata daun tembakau.

• Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1559 Jean Nicot de


Villemain, Duta Perancis di Lisabon melaporkan kepada rajanya bahwa
tembakau dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain
sakit kepala. Karena itu tembakau kemudian ditanam di Eropa untuk maksud
pengobatan tersebut.

• Kebiasaan merokok para pelaut Portugis dibawa dalam pelayaran ke Asia.


Tembakau masuk ke Indonesia sekitar tahun 1600, diduga dibawa orang
Portugis melalui Filipina. Waktu Rhumphius keliling Indonesia tahun 1650
tembakau sudah terlihat ditanam petani di mana-mana, juga di tempat yang
tidak pernah dikunjungi orang Portugis.

2
SEJARAH TEMBAKAU (2)
• Penanaman tembakau yang pertama kalinya di Amerika Utara (Virginia)
dilakukan pada tahun 1612, sedangkan orang-orang Spanyol menanam di
kepulauan Karibia dan Amerika Selatan.
• Di Eropa pada masa itu kebiasaan merokok dengan pipa makin populer,
untuk ini tembakau diimpor dari Amerika. Tembakau menjadi komoditas
dagang yang menguntungkan.
• Dengan makin meluasnya penanaman tembakau di Eropa pada akhir abad
ke18 impor dari Amerika berkurang.
• Di Asia awalnya tembakau diintroduksikan ke Filipina dari Amerika
Selatan. Dari situ meluas ke negara-negara Asia seperti Cina, Jepang,
Indonesia, dan India pada awal abad ke 17.
• Kebiasaan merokok sigaret di Eropa diperkenalkan oleh para tentara yang
pulang dari perang Krim sesudah tahun 1855. Selanjutnya sigaret makin
meluas ke seluruh dunia, terutama sesudah Perang Dunia Pertama.

3
SEJARAH TEMBAKAU (3)
PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN TEMBAKAU DI INDONESIA
• Pada tahun 1830 pemerintah kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal
J. Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa untuk mengatasi krisis
ekonomi yang parah.
• Pada awalnya tembakau hanya ditanam secara kecil-kecilan oleh petani,
terutama untuk kepentingan sendiri.
• Tanaman yang masuk dalam ketentuan tanam paksa yaitu kopi, tebu, indigo,
tembakau, kayu manis, teh, dan merica. Produk yang dihasilkan diekspor ke
Eropa.
• Kualitas tembakau yang dihasilkan kurang baik, padahal peluang pasar di
Eropa bagus. Untuk meningkatkan kualitas tembakau, tahun 1834 pemerintah
Belanda mengirim petugas (N. G. de Voogt) ke Kuba untuk mempelajari
teknik penanaman tembakau.
• Meskipun upaya telah dilakukan dengan menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari Kuba, ternyata hasilnya kurang menguntungkan.
• Akhirnya pada tahun 1866 tanam paksa untuk tembakau dihapus.
4
SEJARAH TEMBAKAU (4)
PENGUSAHAAN TEMBAKAU DALAM SKALA PERKEBUNAN (1)

• Pengusahaan tembakau skala perkebunan untuk memenuhi pasar ekspor ke


Eropa pertama kali di Indonesia dilakukan di daerah Besuki.
• Perkebunan tembakau pertama di daerah Besuki didirikan oleh Franssen v.d.
Putte di Sukowono pada tahun 1856, yang mengusahakan tembakau cerutu.
• Pada tahun 1859 George Birnie mendirikan perkebunan tembakau di Jember
yang diberi nama LMOD (Landbouw Maatschappij Oud Djember).
• Pada tahun 1860 an telah terdapat empat perkebunan tembakau cerutu Besuki,
yaitu Sukowono, LMOD, Djelbuk, dan Sukokerto Ajung. Produknya berupa
tembakau bahan cerutu diekspor ke Eropa, dengan nama tembakau Besuki Na-
oogst (Besuki NO).
• Pada masa selanjutnya LMOD di bawah pengelolaan keluarga Birnie makin
berkembang menjadi yang terbesar.
• Pada masa Perang Dunia II Indonesia diduduki Jepang yang merupakan musuh
negara-negara Eropa. Kegiatan tembakau berhenti, diganti tanaman pangan.
• Pada pasca kemerdekaan perkebunan Belanda a.l. LMOD bekerja kembali,
tetapi pada tahun 1958 diambil alih menjadi Perkebunan Negara.
• Perkebunan negara itu sekarang bernama PT Perkebunan Nusantara X.
5
SEJARAH TEMBAKAU (5)
PENGUSAHAAN TEMBAKAU DALAM SKALA PERKEBUNAN (2)

• Pengusahaan tembakau untuk ekspor di Jawa Tengah dirintis oleh Mendez da


Costa tahun 1858 di desa Jetis, Klaten. Percobaan itu berhasil sehingga
penanaman meluas sampai desa-desa lain seperti Kebon Arum dan Wedi-Birit.
• Tembakau cerutu yang diusahakan di daerah Klaten itu selanjutnya dikenal
dalam perdagangan internasional dengan nama tembakau Vorstenland.
• Pengusahaan tembakau untuk ekspor di Sumatera Utara (Deli) dirintis oleh J.
Nienhuys pada tahun 1863. Kondisi cuaca di Deli yang kelembapannya tinggi dan
banyak awan menghasilkan bahan pembalut cerutu yang kualitasnya prima,
paling baik di dunia. Tembakau ini di pasar internasional dikenal dengan nama
tembakau Sumatera.
• Mengingat bahwa tembakau Sumatera menghasilkan kualitas yang prima, di
beberapa negara a.l. USA (Connecticut) dilakukan penanaman tembakau
Sumatera, tetapi ternyata hasilnya tidak memuaskan. Untuk mendekati pada
kondisi cuaca di Deli, penanaman di Connecticut dilakukan di bawah naungan
waring plastik. Meskipun dalam hal ketipisan daun dan ukuran daun dapat
disamai, tetapi dalam hal rasa masih kalah dengan tembakau Deli. Kini di Brazil
dan Kolombia juga ditanam jenis tembakau Sumatera di bawah naungan. 6
SEJARAH TEMBAKAU (6)
PENGUSAHAAN TEMBAKAU VIRGINIA

• Tembakau Virginia mulai diusahakan di Indonesia sejak tahun 1928 di


Bojonegoro oleh PT BAT (British American Tobacco).Tembakau ini merupakan
bahan baku rokok putih, dan sebagian untuk campuran rokok kretek. Karena PT
BAT merupakan perusahaan multi nasional, maka sebagai bahan tanam
didatangkan varietas tembakau Virginia dari Amerika Serikat.
• Tembakau Virginia hampir seluruhnya merupakan tanaman petani, baik yang
bermitra dengan fabrikan maupun petani bebas.
• Selanjutnya penanaman Virginia meluas di berbagai tempat di Jawa, a.l. di
Bondowoso, DIY, dan di daerah Sala.
• Pada awal tahun 1970 mulai dikembangkan di luar Jawa, yaitu di Bali, Lombok,
dan Sulawesi Selatan.
• Dewasa ini Lombok merupakan daerah utama penghasil tembakau Virginia.
Perusahaan yang berkiprah di Lombok yaitu PT BAT, Philip Morris, PT H.M.
Sampurna, Sadhana Arif Nusa.
7
ARTI EKONOMI TEMBAKAU

1. SUMBER PENDAPATAN
- Cukai tembakau selama setahun pada tahun 2008 : Rp 42 trilyun, 75% dari
jumlah tsb. atau Rp 31,5 dihasilkan dari Jawa Timur. Cukai tahun 2010
sudah lebih dari Rp 50 trilyun, tahun 2011 mencapai Rp 77 trilyun.
- Produksi rokok tahun 2005 mencapai nilai > Rp 50 trilyun.
- Nilai ekspor tembakau Indonesia tahun 2005 US $ 111,8 juta atau + Rp 1
trilyun, dan tahun 2010 US $ 192,5 juta atau + Rp 1,70 trilyun.

2. PENYERAPAN TENAGA KERJA


- Dengan luas areal 232.000 ha untuk seluruh Indonesia jumlah tenaga kerja
yang terserap di lapangan + 928.000 orang, sedangkan industri rokok
menyerap +239.000 orang. Hal ini belum terhitung dengan tenaga kerja di
gudang fermentasi dan sortasi tembakau cerutu.

3. DAMPAK TERHADAP SEKTOR PEREKONOMIAN LAIN


- Dalam sektor formal berdampak positif terhadap perbankan, transportasi,
periklanan, industri kertas, telekomunikasi,, perusahaan penghasil saprodi,
industri kertas dan percetakan. Dalam sektor non formal melibatkan banyak
pedagang perantara, pengrajin bahan/sarana produksi, pedagang eceran
dan warung makan..
8
PERAN TEMBAKAU DALAM PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
• Tembakau banyak dipakai sebagai model dalam penelitian ilmiah yang berhasil
mengungkapkan hal-hal baru yang bermanfaat.

• Dalam bidang kesehatan penemuan virus yang pertama terjadi akibat penelitian
intensif terhadap penyebab penyakit mosaik tembakau. Mayer meneliti sejak tahun
1880, Iwanowski (1892) menemukan penyebab penyakit mosaik dapat lolos saringan
bakteri, Beijerinck (1898) memperkuat hasil pendahulunya dan menyebut penyebab
penyakit sebagai contagium vivum fluidum yang berarti jasat hidup cair penular
penyakit, dan kemudian disebut Virus, yang berarti racun. Stanley (1935) berhasil
mengkristalkan virus mosaik tembakau (TMV), dan virus tetap aktif. Baru kemudian
diketahui bahwa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh virus.

• Dalam fisiologi tanaman Garner & Allard (1920) menggunakan tembakau untuk
mengungkap fotoperiodisitas, yaitu bahwa lama penyinaran merupakan faktor
penentu pembungaan. Dalam penelitian tentang kultur jaringan, tanaman tembakau
sering digunakan. Di Balai Penelitian Karet Malaysia (RRIM) tembakau dipakai
sebagai bahan studi.
9
KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN
TEMBAKAU (1)
1. KAMPANYE ANTI TEMBAKAU. Kalangan medis dan beberapa LSM makin
gencar meningkatkan kampanye negatif terhadap tembakau. Dalam PP No. 81/1999
kadar nikotin rokok dibatasi maksimum 1,5 mg dan tar (polinuklir hidrokarbon
aromatika) 20 mg. Yang memenuhi hanya rokok putih, sedangkan rokok kretek
hanya Sampurna A Mild filter. Sementara itu rokok dari LN yang masuk a.l. dari
Korea kadarnya sangat rendah. Akhirnya atas keberatan berbagai fihak PP itu diganti
dengan PP No. 19/2003 yang hanya wajib mencantumkan kandungan kedua zat
kimia itu tanpa batas maksimum.
WHO pada tahun 2003 mengeluarkan Framework Convention on Tobacco Control
(FCTC) dan menghimbau negara-negara anggotanya meratifikasi konvensi
pengendalian tembakau tersebut. Dengan cara itu WHO bermaksud terus menerus
mengurangi penggunaan tembakau, a.l. melalui pelarangan iklan rokok dan
pembebanan pajak (cukai) yang tinggi terhadap rokok.

2. CUKAI YANG MAKIN MENINGKAT. Pemerintah melalui Menteri Keuangan


mengharapkan peningkatan sumber pendapatan negara, a.l. dari cukai dan pajak.
Tarif cukai dari waktu ke waktu meningkat, sehingga dirasa memberatkan produsen
rokok.
10
KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN
TEMBAKAU (2)

3. PERUBAHAN SELERA KONSUMEN TEMBAKAU. Tembakau cerutu


terkendala perubahan selera konsumen di luar negeri yang makin ketat memilih
produk. Perubahan dari cerutu besar ke cerutu kecil mengurangi kebutuhan bahan.
Pembatasan kandungan zat berbahaya mulai dimasalahkan, a.l. residu pestisida
dibatasi ketat, tiap negara mempunyai ketentuan sendiri. Juga kandungan TSNA
(Tobacco Specific Nitrosamine) yang makin tinggi bila pemupukan N makin berat
dapat menjadi kendala, demikian pula B(A)P (Benzo A Pyrene) yang terdapat dalam
asap bahan bakar, residunya dibatasi.

4. BIAYA YANG MAKIN MENINGKAT. Biaya produksi selalu meningkat karena


meningkatnya harga sarana produksi dan UMR, sementara itu harga pembelian
tembakau relatif tetap.

5. PERMODALAN. Petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari


Bank. Pengalaman pahit Bank pada masa KMKP di Jember yaitu tunggakan kredit
dari tahun 1978 s/d 1983 sebesar Rp 5,2 milyar menjadi alasan kekhawatiran fihak
Bank untuk menyalurkan kreditnya.
11
KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN
TEMBAKAU (3)
6. LAHAN CENDERUNG MAKIN MENURUN KESUBURANNYA. Erosi yang
melarutkan lapisan tanah atas yang subur terus menerus terjadi. Lahan di kawasan
yang dulu potensial di daerah tradisional sekarang menurun. Pertanaman tembakau
Besuki NO banyak bergeser ke wilayah selatan, tetapi di berbagai tempat ada kendala
kandungan Cl (khlor) dalam tanah yang terlalu tinggi, yang berpengaruh negatif
terhadap daya bakar tembakau.

7. KEPEMILIKAN LAHAN YANG SEMPIT. Umumnya lahan tembakau milik


petani luasnya rata-rata 0,35 ha. Sewa lahan biayanya makin meningkat, dapat
mencapai Rp 10 juta/ha di Jember Selatan. Jumlah petani yang terlibat dalam
penanaman tembakau sangat banyak. Di Jember diperkirakan sekitar 30.000 orang.

8. PENYIMPANGAN CUACA. Cuaca sangat mempengaruhi keberhasilan


tembakau baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Banyak kasus kegagalan
terutama pada petani akibat penyimpangan cuaca, baik terlalu basah maupun terlalu
kering

9. SUMBER DAYA MANUSIA. Terbatasnya jumlah penyuluh tembakau yang


handal menyulitkan sosialisasi masalah teknis dan non teknis ke petani.

12
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (1)

• Klasifikasi tipe tembakau umumnya didasarkan atas cara pengeringannya. Selama


proses pengeringan selain terjadi penguapan air juga terjadi perubahan kimiawi yang
mematangkan, karena itu disebut Curing dan bukan Drying.

1. AIR CURING (Pengeringan Udara)


• Daun tembakau dikeringkan di bangsal dengan udara yang mengalir secara alamiah.
Pengeringan relatif lama, sekitar 2 minggu sampai satu bulan. Bila kelembaban dalam
bangsal terlalu tinggi, terutama di malam hari, terpaksa digunakan pemanasan agar
terjadi aliran udara akibat perbedaan berat jenis udara. Gerakan udara akan
menyingkirkan uap air dari daun tembakau. Termasuk kelompok ini yaitu tembakau
cerutu yang disebut Dark Air Cured, dan tembakau Burley yang disebut Light Air
Cured.

2. SUN CURING (Pengeringan Sinar Matahari)


• Daun tembakau dikeringkan dengan menjemur di sinar matahari. Tembakau Oriental
di Turki termasuk yang terpenting dari kelompok ini. Tembakau berdaun kecil-kecil
ditanam di tanah gersang di daerah kering, Aroma berasal dari minyak eteris menonjol,
sehingga dipakai sebagai bahan campuran (blending) sigaret. Di Indonesia tembakau
Kasturi masuk juga dalam grup ini
13
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (2)
• Tembakau rajangan juga termasuk yang dikeringkan dengan dijemur. Sebelum
dijemur disimpan dahulu sampai warna daun menguning, selanjutnya dijemur selama
+ 2 hari sampai kering.

3. FLUE CURING (Pengeringan dengan Pipa Pemanas)


• Daun tembakau dikeringkan dalam gudang pengering (omprongan) dengan
pemanasan udara melalui pipa-pipa pemanas (flue). Panas yang dipancarkan dari
pipa memanasi udara di sekitar daun tembakau yang dikeringkan. Tungku dengan
bahan bakar kayu, solar, atau batubara dibangun di luar gudang, panas mengalir lewat
pipa. Tembakau Virginia termasuk kelompok ini, kegunaan untuk sigaret putih.
Pengeringan berlangsung sekitar 5 hari. Tembakau disebut sebagai Flue Cured.
Daerah utama tembakau Virginia di Indonesia yaitu di Lombok (NTB).

4. FIRE CURING (Pengeringan dengan Api)


• Daun tembakau dikeringkan dalam bangsal yang diberi pengapian langsung, dengan
membakar kayu. Asap yang keluar dari kayu yang dibakar diserap daun yang
dikeringkan, warna tembakau menjadi gelap dengan rasa yang berat. Tembakau
Boyolali asepan termasuk kelompok ini. Di luar negeri a.l. diusahakan di Malawi
(Afrika).
14
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (3)

• BERDASAR KEGUNAAN DIBEDAKAN ATAS :

1. TEMBAKAU CERUTU. Tembakau bahan pembuatan cerutu dibedakan


atas :
a. Bahan pembalut (Dekblad = Wrapper). Merupakan bagian cerutu yang terluar dan
termahal, membutuhkan syarat mutu yang tinggi a.l. warna cerah dan rata, bebas dari
cacat fisik, tipis, elastis, urat daun halus, panjang dan lebar cukup, daya bakar baik,
aroma dan rasa netral. Tembakau Deli dan Tembakau Bawah Naungan (TBN)
merupakan penghasil bahan pembalut.
b. Bahan pembungkus (Omblad = Binder). Merupakan bagian di bawah pembalut
yang membungkus isi, persyaratan lebih lunak daripada pembalut, tetapi ukuran
panjang dan lebar juga diperlukan, demikian pula daya bakar. Sekarang pembungkus
sering diganti HTL (Homogenized Tobacco Leaf) yaitu kertas terbuat dari hancuran
tembakau.
c. Bahan isi (Filler). Merupakan bagian paling dalam cerutu, terutama perlu aroma
dan rasa yang baik, demikian pula daya bakar. Untuk ini dibutuhkan daun yang tebal,
umumnya daun-daun di bagian atas cocok untuk bahan isi. Dengan adanya perubahan
selera dari cerutu besar ke cerutu kecil, relatif kebutuhan filler sekarang menjadi
berkurang. 15
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (4)

• 2. TEMBAKAU SIGARET.

• Tembakau bahan pembuatan sigaret dibedakan atas :

a. Sigaret Putih. Merupakan sigaret atau rokok yang isinya melulu terdiri atas
tembakau. Bahan pokok rokok putih adalah tembakau Virginia, dan sebagai
campuran yaitu tembakau Burley dan tembakau Oriental.

b. Sigaret Kretek. Merupakan sigaret yang bahan isinya kecuali tembakau juga
digunakan cengkeh. Berat cengkeh yang digunakan dalam rokok dapat mencapai
40%. Tembakau yang digunakan merupakan campuran berbagai macam tembakau
lokal seperti tembakau Madura, Temanggung, Paiton, Kasturi, dll. Disamping itu
juga digunakan tembakau Virginia dan tembakau Burley. Pangsa pasar sigaret kretek
di Indonesia mencapai + 90%, sisanya rokok putih. Sigaret kretek dibedakan menjadi
dua kelompok :

1). Sigaret Kretek Tangan (SKT). Pembuatannya menggunakan tenaga kerja secara
manual. Ini menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pemerintah memungut cukai
dengan persentase yang relatif rendah.
2). Sigaret Kretek Mesin (SKM). Pembuatannya menggunakan mesin sehingga
jumlah tenaga kerja yang terserap relatif sedikit. Pemerintah memungut persentase
cukai yang lebih besar daripada SKT. 16
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (5)

3. TEMBAKAU PIPA.
• Tembakau pipa perlu mempunyai daya isi (filling power) yang besar, sehingga
sedikit tembakau cukup untuk mengisi lubang pipa. Di Indonesia dihasilkan dari
tembakau VO Lumajang. Tembakau VO Lumajang justru menghendaki banyak
bercak patik putih akibat infeksi Cercospora nicotianae, yang pada tembakau cerutu
dihindari. Perkembangan tembakau VO Lumajang terkendala sedikitnya konsumen.

4. TEMBAKAU KUNYAHAN (Chewing tobacco).


• Tembakau ini dikonsumsi dengan dikunyah, tidak dibakar, sehingga di luar negeri
dapat dikonsumsi di tempat dimana merokok dilarang. Tembakau berbentuk seperti
permen. Di Indonesia generasi tua dahulu juga mengunyah tembakau dalam bentuk
susur. Tembakau yang digunakan adalah tembakau lokal.

17
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (6)

• TEMBAKAU DI DAERAH JEMBER

1. TEMBAKAU Na-oogst (NO).


Tembakau Besuki NO ditanam di sawah sesudah musim padi, dan dipanen pada awal
musim hujan. Tembakau digunakan sebagai bahan cerutu, hampir semuanya diekspor
ke Eropa, Amerika, dan Afrika. Sekarang tembakau Besuki NO dibedakan dalam dua
macam sbb. :
a. Tembakau Besuki NO Tanaman Awal (Besnota). Tembakau ini ditanam di
daerah Jember Selatan meliputi Ambulu, Wuluhan, Balung, dan Puger. Tembakau
ditanam pada bulan Mei - Juni dan dipanen bulan Juli - Agustus. Bila produknya baik
dapat menghasilkan bahan pembalut cerutu yang warnanya cerah, tipis, dan panjang.
Sebagai bahan filler tembakau ini masih kalah dengan tembakau NO tradisional di
daerah Jember Utara.
b. Tembakau Besuki NO Tradisional. Tembakau ini ditanam di sekitar kota
Jember, ke selatan sampai Ajung yang merupakan daerah penanaman sejak jaman
penjajahan Belanda. Tembakau umumnya ditanam pada akhir Juli - Agustus dan
dipanen bulan Oktober - November saat permulaan musim hujan. Tembakau
digunakan sebagai bahan pembungkus dan isi cerutu yang rasa dan aromanya baik.

18
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU (7)

2. TEMBAKAU Voor-oogst (VO).


• Tembakau Besuki VO ditanam sekitar bulan Mei - Juni dan dipanen bulan Juli -
Agustus, saat kondisi cuaca kering. Tembakau ini perlu sinar matahari untuk
pengeringannya. Hujan yang turun saat panen merusak kualitas tembakau. Jenis
tembakau VO terdiri atas tembakau Kasturi dan tembakau rajangan. Tembakau ini
perlu daun yang relatif tebal, dan kadar nikotin relatif tinggi. Karena itu dipangkas
pucuk agar daun tersisa lebih tebal sehingga mengandung bahan kimia yang lebih
banyak (termasuk nikotin). Kegunaan untuk rokok kretek yang diproduksi pabrik
rokok dalam negeri. Kecuali itu tembakau Kasturi juga diekspor ke luar negeri,
Tembakau yang diekspor adalah yang kualitasnya relatif rendah a.l. karena terlalu
tipis.

3. TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN (TBN).


• Tembakau ini merupakan jenis tembakau cerutu yang ditanam di bawah naungan
waring dengan tujuan mengurangi sinar matahari menjadi + 70% (sebagai pengganti
efek awan), menaikkan kelembaban relatif, dan menghalangi masuknya hama
perusak daun. Teknologi ini diintroduksi dari Connecticut (USA) pada tahun 1984
untuk menaikkan persentase bahan pembalut. Dengan cara ini hasil bahan pembalut
dapat mencapai 70% atau lebih, yang pada cara konvensional hanya sekitar 25%.
19
PERANAN IKLIM TERHADAP TEMBAKAU

1. SUHU. Suhu optimum + 18 - 27°C, tembakau masak petik umur + 50 - 60 hari. Pada
suhu rendah pertumbuhan lambat, masak umur 90 hari ke atas.

2. KELEMBABAN NISBI. Kelembaban yang rendah menyebabkan daun tebal untuk


mengurangi transpirasi. Kelembaban yang tinggi menyebabkan daun tipis, cocok untuk
pembalut cerutu.

3. PENYINARAN. Penyinaran yang intensif meningkatkan berat kering dan kadar gula,
yang penting untuk tembakau sigaret. Penyinaran yang kurang karena adanya awan
merangsang pertumbuhan daun ke arah tipis dan luas, yang penting untuk bahan pembalut
cerutu. Maka TBN ditanam di bawah waring dengan intensitas penyinaran 70%.
Umumnya pembungaan tembakau di Indonesia tidak terpengaruh panjang hari.

4. CURAH HUJAN. Penting untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, dan mengurangi
dampak panas terhadap pertumbuhan daun. Tembakau cerutu perlu hujan menjelang petik
untuk kualitas yang baik. Tembakau sigaret (Virginia, Kasturi, Rajangan) justru butuh
cuaca kering menjelang panen. Pada cuaca basah perlu diwaspadai penyakit jamur,
bakteri, dan kelebihan air (lengger), pada cuaca kering perlu diwaspadai penyakit virus
yang ditularkan kutu seperti penyakit krupuk dan mosaik ketimun (CMV= Cucumber
Mosaic Virus).
20
PERANAN TANAH TERHADAP TEMBAKAU

1. SIFAT FISIK TANAH. Tembakau membutuhkan tanah yang mudah meluluskan


air sehingga tersedia udara yang cukup di dalam tanah. Tanah perlu mempunyai daya
menahan air (water holding capacity) yang cukup. Tersedianya bahan organik yang
cukup sangat dikehendaki untuk pertumbuhan akar yang luas. Lapisan padas yang
dangkal kurang sesuai karena sulit ditembus akar. Permukaan air tanah (PAT) yang
dangkal kurang baik, dapat menyebabkan daya bakar tembakau yang kurang baik.
Tanah ringan umumnya sesuai untuk tembakau Virginia dan tembakau cerutu
penghasil pembalut dan pembungkus. Tanah yang lebih berat sesuai untuk tembakau
penghasil filler.

2. SIFAT KIMIA TANAH. Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) yang
cukup diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara mobil (N,P, K,
Mg) terlihat pada daun-daun bawah, sedangkan defisiensi Ca terlihat pada daun atas
yang tumbuhnya terhambat. Nilai pH tanah yang sesuai berkisar antara 5 - 6. Unsur
hara yang paling diwaspadai yaitu Cl, karena berpengaruh negatif terhadap daya bakar.
Tanah dengan kandungan Cl > 40 ppm berisiko menghasilkan tembakau yang daya
bakarnya kurang baik. Pengaruh negatif Cl dapat diimbangi oleh kadar K yang tinggi,
yang berpengaruh positif terhadap daya bakar.

21
SAPTA USAHA INTENSIFIKASI TEMBAKAU

• 1. Benih Varietas Unggul.

• 2. Pengolahan lahan sesuai dengan baku teknis.

• 3, Pengaturan air dan waktu tanam yang tepat.

• 4. Penggunaan pupuk tepat dosis, jenis, waktu, dan cara.

• 5. Perlindungan tanaman terhadap hama, penyakit, dan gulma.

• 6. Pemungutan hasil berdasar tingkat kemasakan dan letak daun.

• 7. Pengolahan hasil dari daun basah menjadi krosok.

22
BENIH TEMBAKAU
• - Untuk tembakau yang diekspor, benih varietas hasil rekayasa genetik
(transgenik) atau GMO (Genetic Modified Organism) ditolak konsumen.
• - Benih yang mendapat sertifikat dari lembaga berwenang lebih disukai oleh
pembeli luar negeri. Untuk tembakau Besuki NO sertifikasi oleh Lembaga
Tembakau.
• - Benih diseleksi berdasar beratnya, makin berat cadangan makanan lebih
banyak. Dalam benih yang normal tiap gram berisi + 12.000 butir.
• - Benih yang baik daya kecambahnya minimum 80% setelah 5 hari
perkecambahan.
• - Benih yang lembab mudah ditumbuhi jamur seperti Alternaria sp. dan Cercospora
nicotianae. Benih juga disukai oleh kumbang Lasioderma serricorne.
• - Benih yang sudah disimpan > 1 tahun bebas patogen benih yang menginfeksi
pada saat panen.
• - Benih yang disimpan dalam keadaan kering (kadar air maks 7%) dapat tahan
bertahun-tahun.
• - Benih tembakau tidak menularkan penyakit-penyakit virus, berbeda dengan
benih lombok yang dapat menularkan TMV (virus mosaik tembakau) 23
PEMBIBITAN TEMBAKAU

• 1. SISTEM KONVENSIONAL
• Bibit ditanam di tanah bedengan, setelah berumur + 40 hari, bibit dipindah ke
pertanaman dengan cara dicabut.
• Kelemahannya : akar sebagian putus, sehingga menghambat pertumbuhan awal di
lapangan.
• Volume akar kurang besar (perakaran kurang luas).

• 2. SISTEM INKONVENSIONAL
• Bibit ditanam pada media tanam(campuran tanah dengan kompos) yang dikemas
dalam polibag atau nampan plastik (seed tray). Perakaran berkembang baik, setelah +
35 - 40 hari sudah dapat dipindah ke pertanaman.
• Pada saat pemindahan akar tidak terputus, sehingga tidak mengalami hambatan
pertumbuhan.
• Volume akar relatif besar, perakaran lebih luas sehingga penyerapan hara lebih
intensif.

24
PEMBIBITAN TEMBAKAU

• PELAKSANAAN PEMBIBITAN
• Pemupukan. Dilakukan 3 hari sebelum penyebaran benih (H -3).
• Unsur hara yang perlu ditambahkan N dan P. Bila dipakai Ammophos 16.20 dosisnya
25 g/m2. Dapat juga campuran SP 36 (10-20 g/m2) dengan ZA (10-20 g/m2). Dosis
dapat bervariasi tergantung kesuburan tanah.
• Penyebaran benih. Kebutuhan benih + 0.1 g/m2 bedengan. Benih dikecambahkan
pada kain basah. Setelah 3 hari benih mulai berkecambah, lalu disebarkan di
bedengan. Kebutuhan benih untuk tiap ha pertanaman +10 gram. Untuk menghindari
semut bedengan disemprot dengan pestisida.
• Penyiraman. Setelah benih disebar tanah dijaga tetap basah dengan penyiraman.
Penyiraman juga berfungsi meningkatkan kelembaban udara dan menurunkan suhu
tanah. Frekuensi penyiraman tergantung pertumbuhan bibit. Waktu bibit masih kecil
tanah dijaga tetap basah. Makin besar bibit kebutuhan air meningkat, tetapi menjelang
pemindahan bibit penyiraman dikurangi untuk menguatkan bibit (hardening). Tujuan
hardening untuk menyiapkan bibit dengan kondisi kering nantinya di pertanaman.

25
BEDENGAN PADA TEMBAKAU DELI
PEMILIHAN LAHAN UNTUK PERTANAMAN
BEBERAPA FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :

• 1. KESEHATAN TANAH . Sebaiknya lahan bebas patogen tular tanah seperti


Phytophthora nicotianae, Erwinia carotovora atau Ralstonia solanacearum.
• 2. PERMUKAAN AIR TANAH. Sebaiknya permukaan air tanah tidak terlalu
tinggi, karena kurang O2 sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Daya
bakar kurang baik karena air membawa ion Cl yang menghambat daya bakar.
• 3. LAPISAN PADAS. Padas yang dangkal tidak baik, sebab akar kurang
berkembang, bila hujan lebat tanaman layu, bila angin kencang dapat tumbang.
• 4. KEMIRINGAN TANAH. Hal ini berpengaruh terhadap irigasi dan drainasi,
mekanisasi pengolahan tanah, ketersediaan air, dan erosi. Sebaiknya kemiringan
lahan tidak lebih daripada 8%.
• 5. TEKSTUR DAN STRUKTUR TANAH. Tanah pasir dan tanah liat (clay)
kurang baik, yang baik lempung berpasir - lempung berdebu dan berstruktur
remah. Untuk daun pembalut yang baik pada tanah ringan, untuk bahan isi (filler)
tanah sedang - berat.

27
PENGOLAHAN LAHAN PERTANAMAN

• Tembakau Besuki NO ditanam sesudah panen padi.

• Kondisi fisik tanah yang mampat dan kurang udara (oksigen) tidak cocok
untuk tembakau.

• Lahan bekas padi perlu diolah dalam waktu yang cukup untuk :
- Membuang senyawa beracun dengan oksidasi.
- Memutus kapiler air dalam tanah, sehingga mencegah
mengeringnya tanah.
- Mencegah naiknya chlor (Cl) yang terbawa oleh air yang
bergerak ke atas. Chlor berpengaruh jelek pada daya
bakar dan aroma tembakau.

28
PEMBUATAN GOT (SALURAN AIR)

• Tanaman tembakau tidak tahan kelebihan air. Untuk kepentingan


drainasi perlu dibuat got keliling dan got kecil (got cacing).

• Got kecil juga berfungsi untuk mengairi tanaman bila kondisi tanah
kering.

• Jarak antar got kecil umumnya + 10 m, lebar + 20 cm, dan dalam + 30


cm.

• Got besar yang dibuat sesuai dengan miringnya tanah berjarak tiap +
50 m. Ukuran got 40 X 40 cm sampai 50 X 50 cm. Got dapat
berfungsi menurunkan permukaan air tanah (PAT).

29
PENANAMAN

DUA MACAM TATA TANAM :

• 1. TUNGGAL. Tanaman ditanam pada larikan tunggal. Umumnya


dilaksanakan pada tanah berat, untuk memperlancar drainasi. Kedua sisi
tanaman pertumbuhannya sama. Umumnya jarak tanam 45 - 50 cm dalam
baris tanaman, dan 90 - 100 cm antar baris tanaman.

• 2. RANGKAP. Tanaman ditanam pada guludan yang tiap unitnya terdiri


atas dua baris (larik) tanaman. Umumnya digunakan pada tanah ringan.
Daun-daun cenderung tipis, terutama yang tumbuh di bagian dalam barisan
(larikan). Umumnya jarak tanam antar larikan di dalam satu guludan 50 -
60 cm, jarak tanam dalam larikan 45 cm, sedang jarak antar guludan 90 -
110 cm. Dengan demikian jarak tanam menjadi 45 x 50 x 90 cm atau 50 x
60 x 100cm. Jumlah tanaman tiap ha lebih banyak pada tata tanam rangkap.

30
PERTANAMAN PADA TEMBAKAU DELI
PENGAIRAN DI PERTANAMAN

• Untuk menghasilkan daun yang relatif tipis dan lebar sesuai dengan kegunaannya
tanaman tembakau membutuhkan air yang cukup.
• Pada saat awal penanaman tanaman diairi dengan cara menyiram pada tiap hari
sampai tidak menunjukkan gejala layu (kira-kira seminggu), sesudah itu dibiarkan
kering, tidak disiram.
• Tanaman baru diairi lagi pada umur + sebulan. Tanaman yang sudah butuh air pada
siang hari mulai layu, yang menunjukkan neraca air mulai minus.
• Dalam pengairan diusahakan kadar air di zone akar sedalam + 20 - 30 cm mencapai
kapasitas lapangan.
• Air pengairan sebaiknya dipilih yang tidak mengandung Cl > 25 ppm.
• Kebutuhan air tergantung fase pertumbuhan tanaman dan sifat fisik tanah. Tanah
berpasir lebih cepat menyerap air daripada tanah berat, tetapi daya menahan air lebih
rendah. Tanah itu membutuhkan pengairan lebih sering, tetapi jumlah yang diberikan
tiap kali < daripada tanah berat.
• Kebutuhan air tanaman tembakau secara kasar sekitar 90 - 100 mm tiap bulan.

32
PERTANAMAN TEMBAKAU SIAP DIAIRI
PEMELIHARAAN TANAH

• Tanah di sekitar tanaman perlu diolah untuk :


• Menggemburkan tanah dan memudahkan aerasi.
• Memutus kapiler tanah untuk mengurangi penguapan air.
• Merangsang pembentukan akar baru.
• Mematikan gulma.
• Memudahkan drainasi tanah sesudah turun hujan lebat.

• Pengguludan ke 1 dilakukan sejak tanaman umur sekitar 10 hari. Pengguludan kedua


dan selanjutnya dilakukan selang 15 hari. Umumnya pengguludan dilakukan sebanyak
tiga kali.
• Tanaman berdiri di atas guludan. Lembah di antara larikan tanaman itu dimanfaatkan
sebagai saluran air waktu mengairi (menorap). Oleh petani juga digunakan untuk
menaburkan pupuk urea, yang kemudian diairi. Menurut petani hal ini dilakukan
untuk menghemat biaya tenaga kerja. Tetapi risikonya sebagian pupuk terbuang
bersama aliran air, bahkan kadang-kadang kalau dosis pupuk berlebihan dapat
meracun tanaman (karena urea mengandung biuret).

34
TUJUAN PEMUPUKAN PADA TEMBAKAU

• 1. MENINGKATKAN HASIL TEMBAKAU TIAP HA


• 2. MENINGKATKAN KUALITAS TEMBAKAU

• Karena produksi berupa daun, pupuk yang paling penting adalah


pupuk nitrogen (N).
• Pada tembakau cerutu kecuali unsur N unsur hara lain yang banyak
diserap tanaman yaitu unsur-unsur K dan Ca. Unsur K diperlukan
untuk daya bakar dan keteguhan abu, Ca untuk elastisitas dan putihnya
abu. Abu yang putih mencerminkan pembakaran yang baik.
• Defisiensi N, P, dan K terlihat pada daun bawah, karena unsur-unsur
itu termasuk unsur hara yang mobil.
• Defisiensi Ca terlihat pada daun atas yang ujungnya melengkung dan
pertumbuhannya terhambat (Unsur hara yang tidak mobil).
• Tembakau sigaret perlu unsur P untuk memperoleh kadar gula yang
lebih tinggi. Kadar gula merupakan unsur kualitas utama pada
tembakau sigaret.

35
PUPUK UNTUK TEMBAKAU (1)

• Tanaman tembakau produksinya dalam bentuk daun, karena itu perlu pupuk
nitrogen (N). Tanaman tembakau menyukai pupuk nitrat.

• Pupuk nitrat mudah larut dalam air dan mudah diserap akar. Merupakan pupuk
utama tembakau cerutu.
• Pupuk kalsium nitrat (kalksalpeter =KS) mengandung unsur kalsium (Ca) yang
penting untuk elastisitas tembakau.
• Pupuk urea hanya mengandung nitrogen saja. Pada dosis tinggi dapat meracun
karena kandungan biuret.
• Pupuk urea dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kandungan TSNA (Tobacco
Specific Nitrosamine) yang tinggi.
• TSNA dapat menyebabkan kanker sehingga pembeli tembakau di luar negeri
tidak menghendakinya.

36
PUPUK UNTUK TEMBAKAU (2)

• Pupuk kalsium nitrat (KS) di pasaran dijual dengan nama dagang KS


cap Pak Tani dan Hidro-Karate. Kandungan N kedua pupuk itu sama (+
15%).
• Kedua pupuk tersebut di atas sama-sama dapat dipakai.
• Pupuk urea dipakai sebagai starter, untuk mempercepat pertumbuhan
awal.
• Dosis pupuk tergantung kondisi tanah, umumnya 100 kg urea dan 300
kg KS per ha. Di lahan yang tembakaunya memunyai daya bakar yang
kurang baik dapat ditambah kalium nitrat (KNO3) 100 kg per ha. Unsur
kalium memperbaiki daya bakar
• Tanaman padi sebelum tembakau sebaiknya tidak dipupuk dengan KCL
atau Phonska (yang mengandung KCL) agar daya bakar tembakaunya
baik.

37
PUPUK UREA UNTUK TEMBAKAU

KEUNTUNGAN :
• Murah dan mudah tersedia (merupakan pupuk bersubsidi buatan dalam
negeri).
• Tidak mempengaruhi kemasaman tanah, berbeda dengan pupuk ZA.
• Lebih cepat mengalami nitrifikasi daripada pupuk ammonium.
• Dibanding nitrat lebih tahan pencucian pada kondisi cuaca basah
KELEMAHAN
• Hanya menambah N, tidak menambah unsur hara yang lain.
• Bila kelebihan meningkatkan warna hijau (sukar dirombak menjadi
kuning atau cokelat saat pengeringan )
• Meningkatkan kadar protein, dan meningkatkan persentase tembakau
‘Minyak’ (cacat pada krosok berupa garis-garis atau noda kehitaman
seperti terkena minyak).
• Kelebihan dosis dapat meracun tanaman karena mengandung biuret.

38
PUPUK AMMONIUM UNTUK TEMBAKAU

KEUNTUNGAN :
• Tidak mudah tercuci di dalam tanah.
• Melepaskan hara N secara perlahan-lahan (tidak cepat habis).

KELEMAHAN :
• Lambat tersedia, perlu nitrifikasi terlebih dahulu menjadi nitrat.
• Dapat mengasamkan tanah karena sulfat, dan dapat berpengaruh negatif
terhadap daya bakar.
• Dapat menghambat penyerapan kalium.
• Penyerapan berlebihan dapat menyebabkan keracunan tanaman.

39
PUPUK NITRAT UNTUK TEMBAKAU

KEUNTUNGAN :
• Mudah larut dalam air, cepat dapat diserap akar tanaman.
• Kecuali N menambah hara lain (sebagai bonus) :
• Ca dari kalsium nitrat menambah elastisitas daun, warna abu
cenderung putih.
• K dari KNO3 : memperbaiki daya bakar krosok.

KELEMAHAN :
• Pada kondisi basah mudah tercuci (mengalami leaching) di dalam
tanah.
• Merupakan pupuk impor dan tidak disubsidi, sehingga harganya lebih
mahal.

40
DAMPAK KELEBIHAN NITROGEN
(KARENA PEMUPUKAN DOSIS TINGGI)

• Warna daun hijau tua, menyebabkan warna krosok kehijauan.


• Kadar protein terlalu tinggi : aroma dan rasa jelek.
• Tembakau lebih higroskopis (mudah menyerap air), sesudah
fermentasi pada tembakau cerutu menghasilkan persentase tembakau
‘minyak’ yang lebih besar.
• Tembakau ‘minyak’ yaitu tembakau yang sesudah fermentasi ada
bercak atau garis-garis kehitaman, yang terbentuk dari hasil
kondensasi antara protein/asam amino dengan polifenol yang
menimbulkan warna gelap.
• Reaksi kondensasi itu butuh air dan enzim PPO (Poliphenol
Oksidase).
• Tembakau ‘minyak’ tidak disukai konsumen karena rasanya tidak
enak.

41
PEMUPUKAN NPK PADA TEMBAKAU
• Tembakau sigaret umumnya perlu pupuk NPK karena perlu kadar gula
yang relatif tinggi.

• Dosis pupuk tergantung kondisi tanah dan varietas/jenis tembakau,


serta kondisi cuaca (pada cuaca kering dapat ditambah, pada cuaca
basah dapat dikurangi).

• Pada tembakau Virginia di Jawa Timur BALITTAS (BALAI


PENELITIAN TANAMAN TEMBAKAU DAN SERAT)
menyarankan :
Nitrogen : 2 gr/tanaman (+ 10 gr ZA)
P2O5 : 4 gr/tanaman (+ 11 gr SP 36)
K2O : 2 gr/tanaman (+ 8 gr ZK)

• Pada tembakau WHITE BURLEY di Jember :


Nitrogen : 12 gr/tanaman
P2O5 : 6 - 9 gr/tanaman
K2O : 7 - 18 gr/tanaman
42
HAMA DAN PENYAKIT TEMBAKAU

ULAT DAUN (Spodoptera litura)

• Bersifat polifag, tanaman inang a.l. kedelai, kacang tanah, lombok,


kangkung.
• Telur berkelompok, tiap kelompok 200 - 300 butir telur.
• Musuh alami : kepik pengisap Rhinocoris fuscipes, tabuhan parasit ulat
Brachymeria sp., Helonus sp.

PENGENDALIAN :
• 1. Mekanis : menangkap/membunuh ulat, mengambil kelompok telur
dengan cellotape.
• 2. Memasang perangkap sex feromon untuk kupu-kupu jantan, untuk
memantau populasi dan mengurangi telur yang dibuahi.
• 3. Menggunakan bioinsektisida : Bacillus thuringiensis (Bt) dengan
nama dagang Dipel, virus NPV, dan serbuk biji mimba (SBM) serta
ekstrak daun mimba (Azadirachta indica).
• 4. Memakai insektisida kimia : Decis (deltametrin), atau Buldok
(betasiflutrin). Penggunaannya perlu dibatasi agar tidak membunuh
musuh alami dan tidak menghasilkan residu yang melebihi ketentuan. 43
ULAT DAUN Spodoptera YANG MATI KARENA
DIPERLAKUKAN DENGAN SERBUK BIJI MIMBA
(Azadirachta indica)

Kontrol tidak diperlakukan dengan SBM (Hasil penelitian Balittas)

44
ULAT DAUN DIINFEKSI JAMUR Beauveria bassiana

Ulat ditumbuhi miselia jamur dan mati mengeras seperti mumi

45
ULAT PUPUS TEMBAKAU (Helicoverpa spp.)

• Ada dua jenis (spesies), yaitu :


• H. assulta : Menyukai daun, populasi dominan pada stadium vegetatif
(sebelum tanaman berbunga).
• H. armigera : Menyukai bunga, populasinya dominan pada masa
pembungaan. Lebih tahan terhadap insektisida daripada H. assulta. Jenis
ini lebih menyukai tanaman jagung
• Bersifat polifag seperti Spodoptera litura.
• Musuh alami seperti pada Spodoptera litura.
• Telur diletakkan tersebar di daun / bunga.

PENGENDALIAN
• 1. Mekanis : menangkap ulat untuk dibunuh.
• 2. Memantau populasi dengan perangkap sex ( feromon).
• 3. Biopestisida (Bt, NPV, serbuk biji mimba atau yang cair Organeem).
• 4. Pestisida kimiawi : Decis (deltametrin), Buldok (Betasiflutrin).
46
HAMA ULAT TANAH (Agrotis ipsilon)
• Bersifat polifag. Inang a.l. kubis, jagung, kentang, bibit kopi.
• Ulat hitam kecokelatan, panjang dapat sampai 5 cm.
• Ulat aktif cari makan malam hari, senang mengerat pangkal batang
bibit. Siang hari bersembunyi dalam tanah.
• Telur diletakkan pada pangkal batang, berkepompong di dalam tanah.
• Musuh alami : parasit Apanteles rufricus, jamur parasit Botrytis sp. &
Metarhizium sp. Jamur berkembang pada cuaca basah.

PENGENDALIAN
• 1. Penggenangan lahan sebelum tanam membunuh larva & kepompong
• 2. Mencari ulat di sekitar bibit yg terserang, yg sembunyi dalam tanah.
• 3. Penyemprotan insektisida menjelang malam, saat ulat keluar.

47
KUTU-KUTU PENGISAP DAUN
(Myzus persicae dan Thrips tabaci)

• Merupakan jenis kutu polifag yang penting pada tembakau, baik sebagai
hama langsung maupun sebagai vektor virus CMV (mosaik ketimun) dan
TEV (virus etch). Berkembang baik pada cuaca kering. Kotoran Myzus
atau rok-kerok yang berasa manis ditumbuhi jamur jelaga, sehingga daun
tembakau menjadi hitam kotor. Thrips mengisap cairan tembakau di
sekitar tulang daun sehingga menimbulkan gejala urat putih (white vein)
pada krosok.
• Mempunyai musuh alami, a.l. lalat Syrpid (Ischidion scutellaris), dan
kumbang Menochilus sp.

• PENGENDALIAN
• 1. Sanitasi : membersihkan gulma di sekitar pertanaman tembakau (radius
+ 50 m). Gulma itu merupakan tanaman inang hama.
• 2. Penyemprotan dini dengan insektisida sistemik seperti Confidor
(imidakloprid) atau Regent (fipronil) saat populasi di bawah 10 koloni
per 20 tanaman.
48
Koloni kutu Myzus persicae Myzus dewasa bersayap
pada permukaan bawah daun

Thrips tabaci yang menyebabkan cacat


urat putih pada tembakau krosok

49
PENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAU

• BAKTERI :
• 1. Ralstonia solanacearum (layu, atau lendir).
• 2. Erwinia carotovora (batang berlubang).

• VIRUS :
• 1. Mosaik tembakau (TMV).
• 2. Mosaik ketimun (CMV).
• 3. Krupuk

• JAMUR :
• 1. Phytophthora nicotianae (lanas = blackshank).
• 2. Cercospora nicotianae (patik atau tol-tol = spikkel).

50
PENYAKIT LAYU ATAU LENDIR
(Ralstonia solanacearum)

• ARTI EKONOMI : Pada tembakau Deli (yang ditanam di tanah


kering) kerugian rata-rata 25 - 35%.
• PENYEBAB : bakteri R. solanacearum, yang dahulu disebut
Pseudomonas solanacearum. Bakteri bersifat aerob (butuh oksigen),
sehingga tidak tahan hidup pada sawah yang diairi.
• GEJALA : Tanaman layu, awalnya sefihak, setelah parah seluruh
daun layu. Berkas pembuluh di bagian sakit berwarna cokelat, bila
dipijit keluar lendir putih kotor.
• TANAMAN INANG : Solanaceae, kacang-kacangan, wijen.
• PENULARAN : Bakteri bertahan bertahun-tahun dalam tanah tegal,
apalagi bila kadar air cukup. Dapat menginfeksi akar lewat luka akar,
a.l. akibat gigitan nematoda parasit (Meloydogine sp). Bakteri juga
dapat melarutkan dinding sel akar rambut.
51
Gejala layu pada tembakau yang terserang
bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Layu
sefihak merupakan gejala spesifik penyakit ini.
Bagian yang sakit bila dipijit keluar lendir

52
PENYAKIT LAYU ATAU LENDIR
(Lanjutan)

• PENGENDALIAN :
• 1. ROTASI TANAMAN. Di Deli rotasi 5 tahun sekali, setelah 3
tahun ditanami tebu, lalu tanah diolah, setahun sebelum tanam
tembakau ditanami Mimosa invisa yang akarnya mengandung bakteri
antagonis. Di Jawa rotasi tanaman dengan padi sawah selama 2
musim, dapat membunuh patogen yang berada di dalam tanah.
• 2. SANITASI LAHAN. Lahan dibersihkan dari gulma, tanaman sakit
dicabut, dibawa keluar areal, setelah kering dibakar.
• 3. STERILISASI MEDIA BIBITAN. Media disterilkan dengan
dijemur di bawah sinar matahari atau dengan uap air panas.
• 4. PENGENDALIAN HAYATI. Bakteri antagonis yg diisolasi dari
akar Mimosa digunakan sebagai biopestisida. Bakteri itu termasuk
species Pseudomonas putida. Penyiraman dengan suspensi bakteri
pada bibit yang akan ditanam dapat menekan serangan.
53
PENYAKIT BATANG BERLUBANG
(HOLLOW STALK)
• ARTI EKONOMI : Penyakit ini menimbulkan kerugian pada semua jenis
tembakau di Indonesia.
• PENYEBAB PENYAKIT : Bakteri Erwinia carotovora yg bersifat
fakultatif aerob, dapat hidup pada tanah sawah. Bakteri hanya menginfeksi
lewat luka pada jaringan tanaman.
• GEJALA : Tanaman layu mirip layu bakteri atau lanas (lihat gambar).
Gejala spesifik empulur kosong, sehingga batang tanaman dapat patah di
tengah. Infeksi biasanya lewat luka bekas petikan daun bawah. Jaringan
batang di sekitarnya busuk hitam.
• Daun terinfeksi yang terpetik & disujen di gudang pengering ibu tulang
daunnya busuk (busuk gagang), daun rontok dan berbau.
• PENULARAN : Lewat luka akar, bekas petikan daun di batang, lewat sujen
yang tercemar.
• PENGENDALIAN : Sesudah petik higienis luka dibiarkan kering sebelum
digulud. Pada kondisi lembab (rawan infeksi) luka dapat dioles streptomycin
sulfat 200-500 ppm. Sujen juga didesinfeksi.
54
GEJALA SERANGAN BAKTERI Erwinia PADA TEMBAKAU

Daun-daun layu, batang busuk hitam,


bila dibelah empulurnya kosong. Bila
terkena angin batang dapat patah
55
PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU

• ARTI EKONOMI : Penyakit menimbulkan kerugian di hampir semua


daerah penanaman tembakau.
• PENYEBAB PENYAKIT : Penyakit disebabkan oleh virus mosaik
tembakau (TMV). Virus berbentuk batang dengan poros RNA yang
dibungkus protein pelindung. Virus tahan panas, dapat diinaktifkan pada
suhu 93° C selama 10 menit. Virus tak tahan pH tinggi. Pada pH > 8,5
protein pelindung rusak dan virus dapat dihancurkan. Konsentrasi terendah
yang mampu menginfeksi yaitu 1 ppm (1 mg/l).
• GEJALA : Daun sakit warnanya belang hijau tua dan hijau muda seperti
gambaran mosaik. Daun menyempit, tepi daun menggulung ke bawah.
Daun yang terserang adalah daun yg masih muda, yg masih sedang
tumbuh. Tanaman terhambat pertumbuhannya.
• TANAMAN INANG : Solanaceae (lombok, tomat, terong dsb.), gulma
ceplukan (Physalis angulata).

56
GEJALA PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU (TMV)

Daun berwarna belang - belang hijau muda


dengan hijau tua. Virus menular melalui kontak
tangan dengan daun tanaman yang sakit, tidak
ditularkan melalui biji
57
PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU
(Lanjutan)

• PENULARAN : TMV ditularkan secara mekanis lewat singgungan


dengan tangan yang tercemar virus. Sisa tanaman sakit di dalam tanah
dapat menularkan virus juga.

• PENGENDALIAN :
• 1. Sanitasi . Sisa tanaman dibersihkan, tanaman sakit yang masih muda
dicabut. Sebelum bekerja di kebun tangan dicuci dengan deterjen seperti
Rinso, konsentrasi 0,6% untuk merusak protein pelindung virus. Kompleks
yg terserang cukup berat tetapi hampir panen diisolasi dengan tanda tali
(seperti garis polisi), pemeliharaan ditangani tenaga khusus, untuk
mencegah penularan ke pertanaman yg masih sehat.
• 2. Menanam varietas tahan. Pada tembakau Burley varietas tahan
a.l. Burley 21, Burley 49. Burley 64, Ky 34, Ky 35, Ky 48, Ky 56, Ky 57.
Tembakau rajangan belum ada yang tahan. Tembakau Besuki NO yang
tahan yaitu H 877 dan H 894 (di Kebun Sukowono dikenal sebagai H 6).
58
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(Cucumber Mosaic Virus = CMV)
• PENYEBAB PENYAKIT :
• Virus Mosaik Ketimun (CMV). Berbeda dengan TMV, CMV di luar
tanaman tidak tahan penyimpanan. CMV dapat diinaktifkan pada suhu
60 - 75° C selama 10 menit. Konsentrasi terendah yang masih mampu
menginfeksi yaitu 10 ppm.
• GEJALA :
• Daun yg sakit berwarna belang tidak teratur, mirip seperti warna kulit
ketimun. Daun yg sakit parah menyempit & mengalami distorsi,
selanjutnya tanaman terhambat tumbuhnya. Terdapat beberapa strain
CMV yg menunjukkan variasi gejala yg berbeda.
• TANAMAN INANG :
• Fam. Cucurbitaceae (ketimun, melon, semangka), kubis, pisang,
jagung, ceplukan.
• PENULARAN :
• Terutama melalui gigitan serangga pengisap cairan daun (Myzus
persicae, Aphis gossypii). Juga menular secara mekanis. 59
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(LANJUTAN)

• PENGENDALIAN :
• 1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma inang virus dan
serangga vektornya.
• 2. Mengendalikan serangga vektor dengan insektisida sistemik, a.l.
Confidor (berbahan aktif imidakloprid) pada konsentrasi 0,0125-0,02%.
Pengendalian dilakukan sejak dini, karena bila terlambat akan terbentuk
populasi yg bersayap dari Myzus persicae, yg dapat terbang ke tanaman di
sekitarnya.

60
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(CMV)

Tanaman tembakau yang terserang oleh virus mosaik


ketimun (CMV = Cucumber Mosaic Virus).
Warna belang mirip seperti kulit ketimun, disertai
perubahan bentuk. 61
PENYAKIT KRUPUK

• PENYEBAB PENYAKIT :
• Virus krupuk atau Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV)
• GEJALA :
• Daun berkerut, urat daun menebal, tulang daun melengkung-lengkung,
mengesankan seperti krupuk yang digoreng. Di bagian bawah daun ada
tonjolan-tonjolan kecil seperti anak daun (Enasi).
• TANAMAN INANG :
• Gulma wedusan (Ageratum conyzoides), legetan (Synedrella nodiflora),
nyawon (Vernonia cinerea).
• PENULARAN :
• Virus hanya ditularkan lewat kutu kebul (Bemisia tabaci), tidak menular
lewat benih atau lewat singgungan dengan tanaman sakit. Virus jarang
menular dari tembakau ke tembakau, lebih mudah dari gulma ke tembakau.
• PENGENDALIAN :
• 1. Sanitasi lingkungan : membersihkan gulma dari lahan sampai sejauh + 20
m dari areal tembakau. Hal ini untuk menghilangkan tempat persembunyian
serangga vektornya.
• 2. Penggunaan insektisida : bilamana populasi vektor sangat banyak, dapat
disemprot dengan insektisida sistemik seperti Confidor (imidakloprid),
Regent (fipronil) atau Actara (Tiametoksam). 62
PENYAKIT KRUPUK PADA TEMBAKAU

Serangga penular virus krupuk,


lalat putih (Bemisia tabaci)

Daun-daun melengkung-lengkung
seperti krupuk yang digoreng
63
PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH

• PENYEBAB PENYAKIT :
• Jamur Phytophthora nicotianae. Jamur menghasilkan zoospora yg berbulu
cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dalam air. Jamur dapat bertahan dalam
tanah tegal (soil borne), bersifat aerob (tak tahan penggenangan).
• GEJALA :
• Akar membusuk, pangkal batang menghitam. Tanaman layu seperti disiram
air panas. Bila pangkal batang dibelah empulurnya bersekat-sekat (tanda
spesifik penyakit ini). Pada daun menimbulkan lanas bercak, berupa lingkaran
konsentris berwarna cokelat tua berseling cokelat kuning (gelap dan terang).
• TANAMAN INANG :
• Familia Solanaceae, seperti tomat, terong, lombok, kentang.
• PENULARAN :
• Air hujan & pengairan menyebarkan spora. Tanah basah yg ada patogennya
dapat menempel di kaki orang atau ternak, dan menularkan.

64
PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH
(Lanjutan)
• Luka akar oleh gigitan nematoda parasit memudahkan infeksi. Pupuk kandang
yg kurang masak (pemanasan kurang) dapat mengandung spora jamur yg masih
aktif.
• Tanaman sakit menularkan penyakit ke tanaman lainnya.

• PENGENDALIAN :
• 1. Varietas tahan. Pada tembakau rajangan varietas Sumoris relatif tahan.
Tembakau Virginia yg tahan a.l. DB 101, NC 95, NC 2514, Coker 139, Coker
298, dan Coker 316. DB 101 juga ditanam sebagai tembakau rajangan.
• 2. Rotasi tanam. Di tanah sawah disarankan rotasi 2 tahun sekali.
• 3. Sanitasi. Tanaman sakit dicabut & dibakar. Bekas lubang tanam didesinfeksi
cara Raciborski (diberi campuran ZA + kapur tohor 1 : 10), disiram air sampai
bau amoniak, atau diberi larutan terusi (Cu SO4) 1% (10 g terusi per liter air).
• 4. Secara hayati. Lubang tanam diberi jamur Trichoderma sp.
• 5. Kimiawi. Menjelang tanam (H -1) lubang tanam diberi larutan Ridomil 0,3%
(bahan aktif metalaxyl, sistemik). 65
Tembakau yang layu karena terserang jamur Batang tanaman tembakau
lanas (Phytophthora nicotianae). Gejala layu yang terserang lanas. Bila
seperti disiram air panas. Kiri : tembakau cerutu, dibelah empulurnya bersekat
tengah : tembakau Burley

66
SANITASI UNTUK MEMBUANG TANAMAN
TEMBAKAU YANG SAKIT

67
PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL
(SPIKKEL)

• PENYEBAB PENYAKIT :
• Jamur Cercospora nicotianae. Jamur tergolong parasit lemah, yg masuk
melalui mulut kulit (stomata), terutama pada daun tua yg fisiologis sudah
lemah.
• GEJALA :
• Daun yg hampir masak menampakkan bercak putih, di tengahnya berwarna
hitam karena adanya konidia jamur. Setelah daun kering (krosok) bercak tetap
putih, mudah robek. Ada juga yg bercaknya berwarna hitam bila kondisi
gudang pengering terlalu lembab. Infeksi yg lambat belum terlihat di daun yg
dipanen, tetapi dalam gudang pengering tumbuh jadi bercak hijau (greenspot).
• TANAMAN INANG :
• Famili Solanaceae (a.l. terong, cabai, kecubung).
• PENULARAN :
• Spora atau konidia disebarkan oleh angin siang hari, terutama bila cuaca
lembab. Untuk berkecambah spora perlu tetesan air.
68
GEJALA PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae) PADA
DAUN TEMBAKAU

Daun tembakau masak yang terserang jamur patik. Gambar kanan


dilihat pada perbesaran kuat. Bercak patik yang berwarna putih,
yang berwarna cokelat terinfeksi oleh jamur Alternaria longipes
69
PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL
(Lanjutan)

• Spora juga dapat menular lewat benih yg baru (kurang dari setahun).
• Diduga spora bertahan dalam tanah ringan yg berbahan organik.

• PENGENDALIAN :
• 1. Sanitasi. Daun bawah yg terinfeksi dibuang (petik higienis), sisa
tanaman atau bibit yg sudah tidak terpakai dibinasakan.
• 2. Benih yg sehat. Dianjurkan petani menggunakan benih yg dihasilkan
oleh lembaga yg berwenang.
• 3. Pemetikan awal. Bila tanda-tanda infeksi akan berat, daun dipetik agak
awal, di gudang pengering segera diberi asap.
• 4. Kimiawi. Penyemprotan dengan fungisida sistemik. Dulu dipakai a.l.
karbendazim (Derosal), tiofanat metil (Topsin), benomyl (Benlate)
berselang-seling dengan fungisida kontak mankozeb (Dithane M 45) atau
propineb (Antracol). Saat sekarang fungisida sistemik karbendazim tidak
disukai pembeli luar negeri, sebaiknya diganti Bayleton (Triadimefon).
70
Tabel 1. Daftar fungisida untuk mengendalikan penyakit tembakau

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Penyakit sasaran Residu max


(mg/kg)
Ridomil 35 SD Metalaxil 2 gr/l air Lanas (Phytophthora), 2,0
(sistemik) Pythium
Previcur N Propamocarb 2 gr/l air Lanas dan Pythium -
(sistemik)
Kasumin 20 AS Kasugamicin 2 cc/l air Lanas dan Pythium -
(sistemik)
Dithane M 45 Mancozeb 2 gr/l air Patik (Cercospora) dan 5,0
(kontak) Bercak cokelat (Alternaria)
Antracol 70 WP Propineb 2 gr/l air idem 5,0
(kontak)
Melody duo Propineb dan 2 gr/l air idem 5,0
66.8 WP Iprovalicab
(sistemik)
Bayleton 250 Triadimefon 0,5 cc/l air idem 0,5
EC (sistemik)
Anvil 50 EC Heksakonazol 1 cc/l air idem -
(sistemik)
Score 250 EC Difenokonazol 0,5 – 1 cc/l idem -
Tabel 2. Daftar bakterisida untuk mengendalikan penyakit tembakau

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Penyakit sasaran Residu max


(ppm)
Agrept 20 WP Streptomicin 1 – 1,5 gr/l Layu Ralstonia dan Erwinia -
sulfat (sistemik)

Kasumin 5/75 Kasugamicin 2 gr/l idem -


WP (sistemik)

Catatan : - Bakterisida dituangkan ke dalam lubang tanam pada H – 1


sebanyak 50 cc/lubang tanam, atau 1 liter larutan untuk 20
lubang tanam.
- Residu max menurut CORESTA Guide No. 1, Juni 2008
Tabel 3. Daftar insektisida untuk mengendalikan hama tembakau

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Hama sasaran Residu max


(mg/kg)
Confidor Imidakloprid 0,5-1 cc/l Kutu daun Myzus, Thrips, 5,0
200SL (sistemik) Bemisia tabaci
Regent 50 EC Fipronil 1 cc/l idem -
(sistemik)
Actara 25 WG Tiametoksam 0,2-0,3 gr/l idem -
(sistemik)
Decis 2,5 EC Deltametrin 0,5- 1 cc/l Ulat daun Spodoptera dan 1,0
(kontak+ perut) ulat pupus Helicoverpa
Buldok 25 EC Betasiflutrin 1 cc/l idem 0,5
(kontak+ perut)
Agrimec 18 Abamectin 0,5 – 1 cc/l idem -
EC (kontak+ perut)
Kanon 400 EC Dimetoat (kon- 1 cc/l Ulat daun dan ulat pupus, 0,5
tak & sistemik) serta kutu-kutu daun
Organeem Azadirachtin 4 gr/l Ulat daun dan ulat pupus -

Amcothene 75 Acephate (kon- 0,5-1cc/l Ulat daun dan ulat pupus 0,2
SP tak & sistemik)
REFERENSI HAMA & PENYAKIT

Arwiyanto, T. dan I. Hartana (2001). Percobaan lapangan pengendalian hayati


layu bakteri tembakau. Mediagama III (2), 7-14.
Gothama, A.A.A, IG.A.A. Indrayani, dan D, Winarno (1998). Pemanfaatan
NPV dan Bacillus thuringiensis untuk pengendalian ulat daun Helicoverpa
armigera dan Spodoptera litura pada tembakau deli. Laporan Penelitian
Kerjasama APPI dengan Puslitbangtri (tidak dipublikasi).
Lucas, G.B. (1975). Diseases of tobacco. Biol. Consult. Ass., Raleigh, N.C.
Semangun, H. (2000). Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.
Suripno dan T. Yulianti (2006). Budidaya dan pasca panen tembakau besuki
na-oogst dan prospek aplikasi teknologi ramah lingkungan. Prosiding
Diskusi Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Tembakau Ekspor Besuki,
Jember, 19 Juli 2005, p.23-31.

=========== 74
PASCA PANEN TEMBAKAU
BESUKI NO

DARI PANEN SAMPAI SIAP EKSPOR

75
KLASIFIKASI DAUN TEMBAKAU BESUKI NO
BERDASAR POSISI DAUN PADA BATANG

• Dimulai dari bawah ke atas :

• 1. DAUN KOSERAN (KOS) : 4 - 6 lembar.


• 2. DAUN KAKI (KAK) : 6 - 8 lembar
• 3. DAUN TENGAHAN (TNG) : 6 - 8 lembar
• 4. DAUN PUCUK (PUT) : 4 - 6 lembar

• KOS dan KAK yang baik (tidak cacat, ukuran lebar cukup, warna
cerah) dipakai sebagai pembalut cerutu (Dekblad = Wrapper), KAK
yang masih cukup baik dan TNG dapat dipakai sebagai
pembungkus cerutu (Omblad = Binder).
• TNG dan PUT sebagai bahan isi cerutu (Filler).

76
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN
DALAM PEMETIKAN (1)
• 1. DERAJAT KEMASAKAN DAUN.
• Perlu kemasakan optimal, yg tergantung tipe tembakau. Tembakau
sigaret dipetik pada derajat kemasakan lebih tua daripada tembakau
cerutu, agar kadar N lebih rendah. Tembakau cerutu setelah dikeringkan
masih akan mengalami fermentasi, sehingga toleransi terhadap kadar
N masih lebih besar daripada tembakau sigaret (yang tidak
difermentasi).
• Tembakau cerutu bahan pembalut dipetik pada kemasakan lebih muda
daripada yg untuk filler, agar warna krosok cerah.
• Tembakau cerutu bahan isi perlu dipetik pada kondisi yg lebih masak,
agar rasa & aroma lebih kuat.
• 2. SAAT PEMETIKAN.
• Petik pagi menghasilkan warna lebih cerah dan rata dibanding petik
siang atau sore, karena kadar zat tepung dalam daun lebih rendah
(asimilasi masih kurang). Yang dipetik siang warna kurang rata, karena
perbedaan menerima sinar matahari, sinar lebih banyak warna cokelat
77
(gelap).
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN
PEMETIKAN (2)

• 3. JUMLAH DAUN YANG DIPETIK.


• Teoritis kemasakan sempurna bila pemetikan dilakukan hanya satu daun
tiap kali panen. Di lapangan ada variasi antar tanaman, sehingga pemetikan
satu daun tidak menjamin sempurnanya kemasakan daun, padahal biaya
petik mahal. Dalam praktek umumnya dilakukan petik dua daun tiap kali
panen.

• 4. SELANG WAKTU PEMETIKAN.


• Ini tergantung derajat kemasakan daun berikutnya.
• Umumnya petik dua hari sekali
(selang waktu tidak petik sehari).

• 5. POSISI DAUN PADA BATANG.


• Letak daun mempengaruhi susunan kimiawi.
• Makin ke atas ada peningkatan kadar N total, protein, dan nikotin. Kadar abu
total, Ca, Mg dan pH makin ke atas makin meningkat. Kadar karbohidrat
tertinggi pada daun-daun tengah. Tebal daun makin ke atas meningkat,
sehingga daun atas lebih cocok untuk filler.
78
PANEN DENGAN CARA TEBANG TANAMAN
(STALK CUTTING)

• Pada tembakau White Burley dilakukan panen dengan tebang


tanaman. Daun-daun masih melekat pada potongan batang digantung
di bangsal pengering. Selama pelayuan akan terjadi arus balik masa
dari daun ke batang,a.l. khlor (Cl-). Hal ini menguntungkan ditinjau dari
aspek sifat pembakaran.
• Akibat arus balik itu daun cenderung lebih ringan daripada daun yang
diproses dengan pemetikan berkala.
• Dibanding pemetikan berkala, pengangkutan hasil ke bangsal
pengering lebih sukar.

79
TRANSPOR HASIL PETIKAN

• DAUN DIPETIK PAGI, SEBELUM MATAHARI TERBIT.


Umumnya dilakukan jam 5.00 - 8.00 WIB. Sehabis hujan lebat
petikan ditunda, agar daun agak kesap (tidak basah).

• DAUN YG DIPETIK MASUK KRANJANG. Kranjang ditutup


karung plastik, agar tidak kena sinar matahari yg menimbulkan
warna tua (gelap) karena zat tepung hasil asimilasi.

• DAUN DIPERLAKUKAN HATI-HATI. Hal ini agar daun tidak


memar dan robek. Bila memar, setelah pengeringan &
fermentasi menunjukkan noda-noda minyak berwarna gelap,
menyebabkan rasa tembakau yg pahit. Pupuk urea berlebihan
juga cenderung meningkatkan tembakau minyak.

80
PENGERINGAN (CURING) (1)
• Dalam proses pengeringan, daun tembakau kecuali menjadi kering
juga mengalami perubahan biokimiawi yang menyebabkan tembakau
lebih matang. Karena itu tidak disebut Drying, tetapi Curing.

• Macam-macam tipe pengeringan :


• 1. Pengeringan udara (Air Curing) : berlangsung secara alami dengan
aliran udara, bila perlu dilakukan pengasapan dengan kayu bakar.
Contoh : tembakau White Burley, dan tembakau cerutu.
• 2. Pengeringan matahari (Sun Curing) : berlangsung di bawah sinar
matahari dengan penjemuran. Contoh : tembakau Kasturi, tembakau
Oriental, dan tembakau rajangan.
• 3. Pengeringan dengan pipa pemanas (Flue Curing) : berlangsung
dalam gudang pengering dengan pemanasan tidak langsung melalui
pipa pemanas (flue). Contoh : tembakau Virginia untuk sigaret.
• 4. Pengeringan dengan api (Fire Curing) : berlangsung di atas nyala
api. Contoh : tembakau Boyolali asepan.

81
PENGERINGAN (CURING) (2)
• Pengeringan tembakau cerutu seperti tembakau Besuki NO
berlangsung dengan Air Curing. Pada prinsipnya berlangsung
alamiah.
• Jumlah uap air yang harus dibuang sekitar 88% berat tembakau.
Pada kondisi udara lembab (terutama malam hari), kadang-kadang
perlu dilakukan pemanasan dengan pembakaran kayu.
• Tujuan pemanasan atau pengasapan : untuk mengalirkan udara
dalam bangsal pengering, sehingga udara yg jenuh uap air dapat
diganti udara segar yang masih kering.
• Pengeringan relatif lama, a.l. tergantung ukuran daun,
dapat berlangsung selama 2 - 4 minggu.
• Daun yang memar waktu pemetikan menyebabkan dinding sel
pecah, maka polifenol dalam vakuola dan enzim polifenol oksidase
(PPO) dalam sitoplasma akan bercampur dengan oksigen dari
udara, membentuk senyawa berwarna gelap, yg menghasilkan
tembakau minyak. Tembakau yg mempunyai cacat minyak mutunya
rendah.
82
TEMBAKAU HASIL PANEN DISUJEN DALAM BANGSAL
PENGERING
PENGERINGAN (CURING) (3)
TAHAPAN PROSES
• 1. PELAYUAN (WILTING). Dimulai sejak daun masuk bangsal
pengering sampai dengan daun berubah warna menjadi kuning.
Khlorofil terombak, sehingga zat warna kuning karotin dan xanthofil
menjadi tampak. Selama tahap ini umumnya belum diberi asap.
Berlangsung 3 - 4 hari.
• 2. PEMBENTUKAN WARNA (COLOUR FIXING). Dimulai dari
perubahan warna sampai permukaan daun kering. Jaringan daun
mulai mati, dinding sel pecah & isi sel saling campur, terjadi oksidasi
polifenol. Intensitas oksidasi menentukan warna tembakau. Warna
juga ditentukan oleh kelembaban udara dan lamanya proses
pengeringan. Bila warna yg diinginkan sudah terbentuk, pengeringan
ditingkatkan agar warna tak berubah. Tahap ini paling kritis,
berlangsung + 8 hari.
• 3. PENGERINGAN IBU TULANG DAUN (STEM DRYING). Helaian
daun sudah kering, tetapi ibu tulang daun masih basah. Tahap ini
berlangsung kira-kira 7 - 10 hari, tergantung antara lain dari kondisi
cuaca. Tembakau ditunkan (dirompos) bila tulang daun sudah
84
kering.
TEMBAKAU CERUTU VORSTENLAND (KLATEN) SEDANG
DIKERINGKAN DI BANGSAL PENGERING
PENGERINGAN (4)
CONTOH PENGERINGAN DAUN KAKI TEMBAKAU BESUKI NO
Hari ke Pengapian Lembap nisbi Kondisi daun

1-3 Tanpa api 90 – 95% Segar – mulai layu dan mulai


menguning
4-6 Asap (kukus) 85 – 90% Mulai mengering dari tepi,
hari ke 6 separuh helaian
daun telah kering
7-9 Api kecil 75 – 85% Seluruh helaian daun telah
kering, urat daun mulai
mengering
10 -12 Api sedang 65 – 70% Seluruh urat daun telah
kering, tangkai daun mulai
mengering
13 -15 Api sedang 60 – 65% Tangkai daun diharapkan
telah kering
16 -18 Api kecil 60 – 65% Menyempurnakan
pengeringan untuk
mempersiapkan rompos
86
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU
(1)
• Tembakau cerutu sesudah pengeringan belum dapat dikonsumsi,
karena beberapa unsur kualitas belum terbentuk. Diperlukan proses
pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan tembakau yang
berkualitas.

• Fermentasi merupakan proses biokimiawi yang melibatkan sejumlah


enzim yg diperlukan untuk memecah polisakarida dan protein menjadi
senyawa yg lebih sederhana, dengan pembebasan panas. Panas
tersebut diperlukan dalam reaksi biokimiawi untuk membentuk aroma,
rasa, daya bakar, dan tekstur yg lebih baik, serta warna yg lebih
merata.

• Tembakau sigaret (Virginia, rajangan) tidak perlu mengalami


fermentasi, tetapi selama penyimpanan terjadi proses pematangan
(aging) secara alami yg meningkatkan kualitas, antara lain aroma
menjadi lebih baik. Tembakau sigaret sering kali perlu mengalami
pengeringan ulang (redrying) sebelum diproses untuk pembuatan 87
rokok.
TEMBAKAU CERUTU DITUMPUK DALAM GUDANG
UNTUK DIFERMENTASI
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (2)

• SYARAT-SYARAT UNTUK BERLANGSUNGNYA FERMENTASI :


• 1. BAHAN DASAR (SUBSTRAT). Polisakarida dan protein yg akan
dirombak cukup tersedia dalam tembakau yg akan difermentasi.
• 2. ENZIM. Enzim yg masih aktif sebagai katalisator proses
biokimiawi dalam fermentasi tersedia.
• 3. SUHU. Untuk optimalnya reaksi enzimatis diperlukan suhu relatif
tinggi (+ 45 - 55° C).
• 4. KADAR AIR. Reaksi enzimatis tak dapat berlangsung bila
tembakau terlalu kering. Diperlukan kadar air sekitar 18 - 25%.
• 5. OKSIGEN. Oksigen diperlukan untuk dapat berlangsungnya reaksi
oksidasi enzimatik.
• 6. WAKTU. Reaksi biokimiawi berjalan dalam waktu yg relatif lambat,
sehingga tidak dapat dipercepat. Pada umumnya proses
fermentasi berlangsung dalam waktu sekitar 70 - 100 hari.

89
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (3)

• PELAKSANAAN FERMENTASI :
• 1. Tembakau ditumpuk dengan massa tertentu, dengan tujuan :
• a. Menghimpun panas yg berasal dari perombakan senyawa
bermolekul besar ke senyawa bermolekul lebih kecil (polisakarida jadi
monosakarida, protein menjadi asam amino).
• b. Mengusahakan agar kehilangan panas dari dalam tumpukan
tembakau (stapelan) sekecil mungkin.
• 2. Pengendalian suhu :
• a. Setelah suhu optimum dalam stapelan tercapai, tumpukan
dibongkar agar suhu tidak meningkat terus.
• b. Penyusunan tumpukan baru. Tumpukan baru disusun dari dua
tumpukan sebelumnya. Dalam menyusun tumpukan baru posisi
tembakau diubah, yg tadinya di bagian dalam yg panas dipindah di
bagian luar yg dingin. Bongkar susun tumpukan berlangsung 4 - 5
kali, mulai dari tumpukan A, B, C, D, dan E.
90
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (4)
• Semakin lanjut fermentasi substrat penghasil panas makin berkurang,
akibatnya kenaikan suhu makin lambat. Agar kehilangan panas dari
dalam tumpukan tembakau makin kurang, rongga antar untingan
tembakau yg ditumpuk perlu diperkecil dengan meningkatkan
tekanan dalam tumpukan tembakau. Contoh untuk tembakau Besuki
NO sbb :

• Stapel Berat (ton) Tekanan (pon/dm2) Suhu max (oC) Waktu


(hari)

• A 2,5 4,5 50 - 52 + 8
• B 5 6 50 - 54 + 12
• C 10 8 52 - 54 + 21
• D 20 10 52 - 54 + 30

91
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (5)

• PERBAIKAN KUALITAS AKIBAT FERMENTASI :


• 1. AROMA. Fermentasi meningkatkan aroma. Hilangnya protein akibat
fermentasi memperbaiki aroma.
• 2. RASA. Tembakau yg tadinya rasanya mentah dan pahit akan
diganti dengan rasa yg dikehendaki.
• 3. WARNA. Sesudah fermentasi warna cenderung lebih merata dan
lebih tua. Warna yg agak kehijauan hilang.
• 4. TEKSTUR. Setelah fermentasi tekstur lebih baik, lapisan zat
perekat hilang.
• 5. DAYA BAKAR. Setelah fermentasi daya bakar meningkat, karena
zat-zat yg menghambat pembakaran seperti protein hilang.
• 6. KEASAMAN. Akibat fermentasi reaksi asap meningkat ke arah
alkalis, karena hidrolisis protein dan asam amino menjadi amonia.
• 7. HIGROSKOPISITAS. Sifat higroskopis menjadi berkurang.

92
KUALITAS TEMBAKAU
(1)

• KUALITAS adalah :

• Gabungan antara sifat-sifat fisik, organoleptik, ekonomis, dan kimiawi,


yg menyebabkan tembakau itu sesuai atau tidak sesuai bila
digunakan untuk tujuan tertentu (menurut Padilla).
• Kualitas merupakan pengertian relatif, yg dapat berubah tergantung
orang, waktu, dan tempat. Karena itu standar kualitas di berbagai
daerah dapat berubah tergantung selera orang, dan dalam kurun
waktu tertentu dapat berubah (menurut Tso).
• Sejak dipublikasikannya bahaya merokok bagi kesehatan, pengertian
kualitas perlu disempurnakan, dengan mempertimbangkan kandungan
zat berbahaya dalam asap, seperti misalnya tar. Tujuannya adalah
memperoleh tembakau yg memenuhi persyaratan kualitas yang
diharapkan konsumen, tetapi juga seminimum mungkin kandungan
zat berbahaya (termasuk juga residu pestisida).
93
KUALITAS TEMBAKAU (2)

• UNSUR-UNSUR KUALITAS :
• 1. BENTUK & UKURAN DAUN. Untuk tembakau bahan pembalut &
pembungkus cerutu penting, karena menentukan banyaknya irisan yg
dapat dibuat.
• 2. TULANG-TULANG DAUN. Dalam pembuatan cerutu ibu tulang
daun dibuang, karena itu fabrikan menghendaki ibu tulang daun yg
relatif kecil. Tulang-tulang daun yg halus memudahkan penggulungan
dalam pembuatan cerutu.
• 3. TEBAL DAUN. Bahan pembalut & pembungkus cerutu
menghendaki daun yg tipis. Tetapi daun yg mengaca (glassy) dan
terlalu tipis mudah robek dalam pengerjaan di mesin bobbin.
• 4. KERAPATAN STRUKTUR & TEKSTUR. Struktur = susunan dan
kerapatan sel-sel daun, sedangkan tekstur adalah gabungan sifat-sifat
fisik yg ditentukan lewat rabaan. Kekeringan menyebabkan jaringan
daun dengan sel-sel yg mampat, dan teksturnya mampat (close
grained).
94
KUALITAS TEMBAKAU (3)

• 5. ELASTISITAS. Sifat elastis penting untuk pembalut & pembungkus,


karena dalam proses pembuatan cerutu daun mengalami
perentangan. Unsur Fe dan Mn cenderung memperlemah kekuatan
jaringan terhadap gaya tarik, sedangkan unsur Ca memperkuat.
• 6. WARNA. Merupakan indikator untuk sifat kimiawi & fisik yg
menentukan kualitas tetapi tidak terlihat dari luar. Kesalahan teknis yg
menurunkan kualitas seringkali tercermin dari tampilan warna krosok.
Untuk pembalut cerutu dikehendaki warna cerah dan merata.
Kelebihan Fe dapat mengakibatkan bercak-bercak hitam yg terlihat
sesudah fermentasi. Pada tanah ringan warna krosok cenderung
lebih cerah daripada pada tanah berat.
• 7. SIFAT-SIFAT PEMBAKARAN. Meliputi daya pijar (daya bakar),
kecepatan & kerataan membara, warna abu, dan keteguhan abu.
Daya pijar dipengaruhi oleh faktor kimiawi dan fisik. Kadar Cl yg tinggi
berpengaruh negatif terhadap daya pijar. Kadar Cl dalam air
pengairan sebaiknya < 25 ppm, sedangkan dalam tanah sebaiknya <
40 ppm. Kadar Cl di daun sebaiknya < 1%.
95
KUALITAS TEMBAKAU
(4)

• Kebalikan dari Cl, unsur K berpengaruh positif terhadap daya bakar.


Ca dan Mg berpengaruh baik terhadap terbentuknya warna abu yg
putih, yg mencerminkan sempurnanya pembakaran, tetapi kurang baik
terhadap daya bakar. Kelebihan Ca berpengaruh kurang baik
terhadap keteguhan abu. Abu yg teguh lebih disukai karena tidak
mudah rontok selama cerutu diisap.

• Faktor fisik yg berpengaruh terhadap daya bakar yaitu kerapatan sel


dalam jaringan. Pada cuaca kering pertumbuhan daun tertekan,
struktur jaringan lebih mampat (close grained), sehingga menyulitkan
penetrasi udara ke dalam jaringan yg sedang terbakar.

• Daun yg dipetik muda daya bakarnya cenderung kurang karena kadar


N yg lebih tinggi. Daya bakar berbanding terbalik dengan kadar N
total. Kadar N yg tinggi dapat mengakibatkan kandungan TSNA
(Tobacco Specific Nitrosamine) yg tinggi, yg bersifat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker).
96
SORTASI TEMBAKAU CERUTU BESUKI

• SORTASI ialah pekerjaan memisah-misahkan tembakau ke dalam


kelompok yang mempunyai persamaan dalam sifat-sifat tertentu.
Tujuannya adalah memudahkan konsumen dalam memilih tembakau
yang sesuai dengan kebutuhannya.
• PARAMETER YANG DIPAKAI DALAM SORTASI :
• 1. Letak daun pada batang : koseran, kaki, tengahan, pucuk.
• 2. Ketebalan / kehalusan daun : tipis (I), dan tebal (II).
• 3. Adanya cacat : bercak patik (S), minyak (O), robek (R), nemor (N)
(warna kuning mencolok, akibat kurang hujan atau salah pengeringan).
• 4. Warna krosok : Kuning kecokelatan (K), Merah (M) =cokelat, Biru (B)
= cokelat kehijauan.
• 5. Panjang krosok : Umumnya dipisahkan dalam 5 kategori, yaitu
panjang 1, panjang 2, panjang 3, panjang 4, dan panjang 5. Panjang 1
atau yg terpanjang 40 cm ke atas, yg terpendek (panjang 5) untuk KOS
22 - 24 cm, dan untuk KAK 24 - 28 cm.

97
PENGEBALAN

• Setelah selesai diproses sortasi tembakau dimampatkan dengan mesin


press, dan dikemas dalam bentuk bal.
• Untuk tembakau Deli setiap bal seberat 80 kg, demikian pula tembakau
Vorstenland di Klaten, dengan tikar sebagai pembungkus.
• Untuk tembakau Besuki NO setiap bal beratnya 100 kg, dengan tikar
sebagai pembungkus.
• Tembakau TBN dikemas dalam karton, setiap karton seberat 60 kg.
• Setiap bal atau karton diberi kode huruf yang menunjukkan kualitasnya.
• Sebelum diekspor tembakau perlu difumigasi untuk mengendalikan
hama bubuk tembakau (Lasioderma serricorne, Coleoptera). Hama ini
larvanya makan krosok sehingga menimbulkan lubang-lubang, serta
menghasilkan kotoran, karena itu fumigasi wajib dilakukan oleh
eksportir dengan bimbingan Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang (BPSMB) dan Lembaga Tembakau

98
LASIODERMA
• Hama Lasioderma serricorne merusak tembakau kering dan
produknya. Hama ini bersifat polifag, dapat makan pada hasil-hasil
pertanian yang lain.
• Siklus hidupnya adalah sbb :
• Stadium telur 10 – 19 hari (rata-rata 15 hari),
• Stadium larva 10 – 18 hari (rata-rata 13 hari).
• Imago 16 – 19 hari (rata-rata 17 hari).
• Pupa 4 – 12 hari (rata-rata 8 hari).
• Keseluruhan dari telur sampai imago 42 – 45 hari.
• Pembiakan berlangsung sangat cepat. Sepasang imago dapat
menghasilkan + 2000 keturunan dalam 4 bulan. Telur berkembang dan
menetas pada suhu 20 – 28o C dan kelembaban relatif 70% dengan
makanan campuran tepung dengan yeast (20 : 1)
• Aktivitas larva terhenti pada suhu < 15 o C.
• Imago sudah tidak makan. Imago betina bertelur pada tembakau kering
(krosok), larva yang lahir makan krosok. Benih tembakau juga dimakan.
• Imago tertarik pada cahaya lampu merah. Untuk memantau
Lasioderma dalam gudang digunakan lampu merah.

99
FUMIGASI

• FUMIGASI yaitu perlakuan dengan insektisida dalam bentuk gas di


dalam ruangan yg tertutup rapat untuk membunuh hama.
• Insektisida yg digunakan disebut fumigan. Untuk pencegahan /
pengendalian hama Lasioderma digunakan fumigan berbahan aktif
phosphin (PH3). Fumigan berupa Aluminium phosphide yg bila
dihidrolisis menghasilkan PH3 berdasar reaksi :
2 AlP + 3 H2O Al2O3 + 2 PH3
• Dalam praktek yg banyak digunakan ialah fumigan dengan nama
dagang Phostoxin, berupa tablet dengan berat 3 gr, yg menghasilkan
gas phosphin seberat 1 gr. Untuk menghasilkan gas diperlukan air yg
diambil dari uap air di udara.
• Dosis fumigasi sebesar 1 gr phosphin / m3 ruangan selama 72 jam
telah dapat membunuh semua stadium Lasioderma. Selanjutnya perlu
diangin-anginkan selama 48 jam (untuk membuang sisa-sisa gas yg
beracun).

100
Fumigasi tembakau di gudang
dengan Phosphin di bawah
selubung plastik

101
TEMBAKAU YANG SUDAH SELESAI DISORTASI
DIPOTONG UNTUK MEMPEROLEH POTONGAN BAHAN
PEMBALUT DAN PEMBUNGKUS CERUTU

Mesin bobbin untuk memotong tembakau krosok sesuai


pola yang ada untuk pembalut dan pembungkus cerutu
REFERENSI PASCA PANEN
Abdallah, F. (1970). Can tobacco quality be measured ? Lockwood Pub.Co., New
York.
Akehurst, B.C. (1981). Tobacco. Longman, New York.
Frankenburg, W.G. (1946). Chemical changes in the harvested tobacco leaf. I. Adv.
Enzymol. 6, 309-387.
Frankenburg, W.G. (1950). Chemical changes in the harvested tobaccoA leaf. II.
Adv. Enzymol. 10, 325-441.
Hartana, I. (1999). Beberapa aspek pasca panen dan kaitannya terhadap kualitas
tembakau cerutu. Makalah Penyegaran Peneliti & Praktisi Tembakau di PTP
Nusantara II , Medan, 27-29 Juli 1999.
Hartana, I. & H. Vermeulen (2000). Nicotiana tabacum L. Stimulants. Plant
Resources of South East Asia No. 16. H.A.M. Van der Vossen & M. Wessel
(Ed.). Backhuys Publishers, Leiden, 2000.
Ryan, L.(editor) (1995). Post harvest tobacco infestation control. Chapman & Hall,
London, 1 st ed.
Tso, T.C. & G.B. Gori (1975). Leaf quality and usability. Theoritical Model I. Beitr.
Zur Tabakforschung 8 (4), 167-173.

=============

103

Anda mungkin juga menyukai