Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EKOLOGI INDUSTRI

OLEH

MUH. YUSRAN YUSUF


P0302212403

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
PENDAHULUAN

Tingkat Konsumsi Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan

Pada awal manusia diciptakan, yaitu pada jaman Manusia huntergatherer


(berburu dan meramu), seperti halnya spesies yang lain, manusia hanya
mengambil apa yang telah disediakan oleh alam. Mulai timbul masalah ketika
sumber daya menjadi langka sedangkan manusia terus berkembang. Timbul ide
untuk mengatasi masalh tersebut dengan memodifikasi lingkungan local mereka
untuk meningkatkan produktifitas, yaitu melalui transisi dari masyarakat
pemburu-pengumpul menjadi masyarakat yang menetap dan bertani. Bahkan
sebelum munculnya pertanian, mereka memulai modifikasi melalui penggunaan
api. Pertanian dan penggembalaan makin memperluas modifikasi dan kontrol
masyarakat terhadap sistem alam untuk mengatasi keterbatasan pasokan alam dan
bahkan menghasilkan lebih banyak dari apa yang manusia dikehendaki, sehingga
beberapa jenis produksi tersedia untuk kapasitas perdagangan. Dengan
perkembangan perdagangan dan pangsa pasar, pertanian dan jenis output yang
dihasilkan dikonversikan ke dalam produk barang (atau jasa) lain sehingga
mempunyai nilai lebih untuk dapat ditukar dengan sesuatu yang lain.
kebutuhan manusia menjadi makin eksplosif seiring dengan pertumbuhan
populasi manusia. Permintaan konsumen masyarakat dipenuhi oleh serangkaian
luas produk – barang dan jasa yang harus dihasilkan oleh sistem industri. Sesuai
dengan perkembangan jaman, jenis dan volume kebutuhan tersebut menjadi
makin bervariasi seiring persyaratan kelangsungan hidup fisik yang juga makin
bervariasi di masa modern ini, sehingga memunculkan konsep rancangan proses
industry yang berbeda-beda. Beberapa bahan dirancang khusus untuk
meningkatkan fungsi produk. Bahkan, dalam beberapa kasus, pengembangan
produk baru hanya dimungkinkan oleh pengembangan bahan-bahan baru juga,
yang pada gilirannya sering memerlukan pengembangan proses industry yang
baru.
Sementara aliran massa dan energi dalam alam ini sebagian besar
ditentukan oleh konsumsi sumber daya untuk pasokan energi dan nutrisi,
berbanding terbalik dengan kemampuan alam untuk menyediakan bahan baku
produksi. Selain karena volume produk-produk konsumen memerlukan sumber
daya yang beragam, juga, alam harus menghadapi aliran bahan dan produk baru
yang memiliki sifat yang tidak diinginkan seperti toksisitas atau nonbiodegradable
yang menurunkan kualitas lingkungan. Bahan dan produk ini adalah keluaran dari
apa yang sering disebut sebagai multi-tahap produksi yang dilakukan dalam
sistem industry.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan satu cara pengontrolan yang
lebih baik untuk menjamin ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan baku
pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak akan pernah berhenti, dan juga untuk
tetap mempertahankan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia.
Salah satunya adalah dengan pengembangan dan penerapan konsep Ekologi
Industri.
Konsep Ekologi Industri terutama berfokus pada masalah pengurangan
dampak lingkungan karena penggunaan energy dan material dalam proses
produksi dengan cara meningkatkan effisiensi proses produksi. Beberapa ahli
kologi industry menyatakan bahwa input/aliran material dapat dikurangi empat
sampai sepuluh kali lipat tanpa mengurangi pertumbuhan ekonomi.
PENGERTIAN EKOLOGI INDUSTRI

Frosh mendefinisikan ekologi industry sebagai jaringan dari keseluruhan


proses industry yang saling berinteraksi dan saling menghidupkan satu sama lain,
bukan hanya dari segi ekonomi melainkan juga dalam hal pemanfaatan limbah
dari suatu proses sebagai energy dan material dari proses yang lain. Sedangkan
menurut US EPA (Environmental Protection Agency), industrial ecology is a
systems approach to efficient resource use and protection of the environment.
Instead of just devising improved methods of waste treatment and disposal, we
look for the best opportunities to reduce waste throughout the total material cycle
from virgin materials to finished products to end of product life. Instead of
controlling industrial pollutants from different sources one by one at different
times and with different technologies, we try to look across whole facilities,
regions, and even whole industries and make changes wherever in the system it is
most effective to do so.
Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa ekologi
industry adalah sebuah SISTEM, dimana didalamnya terdapat :
- Aliran energy
- Aliran massa
- Proses-proses
- Interaksi antar proses
Selain itu, penyusunan konsep ekologi industry harus didasari dengan ilmu dan
teknologi yang cukup untuk menjamin bahwa konsep ekologi industry dapat
meningkatkan efisiensi proses produksi dan mengurangi produksi limbah yang
dilepas ke lingkungan.
DASAR-DASAR EKOLOGI INDUSTRI

1. PENGERTIAN EKOLOGI

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan berdasarkan prakarsa biolog


Jerman yaitu Ernest Haeckel (1834 – 1919) pada tahun 1860. Istilah ini berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah, tempat tinggal, habitat dan
“logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah ilmu tentang mahkluk
hidup dalam rumahnya, atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah
tangga mahluk hidup. Banyak yeng mendifinisikan ekologi, menurut Kendeiihgh
(1980) ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme yang satu dengan yang lainnya. Di dalam Webmaster Unabridged
Dictionary, ekologi disebut sebagai totalitas atau pola hubungan antara organisme-
organisme dengan lingkungannya. Lingkungan di sini adalah gabungan dari
komponen fisik maupun hayati yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme.
Menurut Miller (1975), ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik
antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya dan
menurut Odum, (1971) ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan
fungsi ekosistem. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan atau susunan dari
sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk
kepadatan/kerapatan, biomassa, penyebaran potensi unsur-unsur hara, energi,
faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menberi karakteristik kondisi sistem
tersebut yang kadangkadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya
menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi atau
ekosistem. Jadi pokok utama ekologi adalah bagaimana interaksi fungsi masing-
masing organisme sesuai dengan kondisi yang ada di alam, dimana kondisi
tersebut selalu berubah/tidak pernah sama.
Kondisi alam/ekosistem yang selalu berubah tersebut disebabkan oleh
adanya akumulasi masalah yang memang telah lama ada sebagai efek dari
peningkatan populasi manusia. Manusia berkembang dengan sangat cepat dan kita
sebagai manusia seharusnya menyadari tentang dampak perkembangan populasi
manusia terhadap organisme lain di alam ini. Peningkatan populasi manusia
berarti peningkatan kebutuhan hidup. Peningkatan kebutuhan hidup berarti bahwa
kita memerlukan peningkatan dan pertumbuhan industry untuk mensuplay
berbagai kebutuhan tersebut, sedangkan adanya masalah lingkungan berarti kita
membutuhkan suatu ilmu untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut.
Paduan antara ilmu dan industry tersebut tercermin dalam konsep ekologi
industry. Konsep tersebut mempelajari mengenai pengurangan emisi, polusi, dan
pemanfaatan limbah suatu industry sebagai bahan baku produksi produksi yang
lain, serta mengendalikan tingkat konsumsi sumber daya. Dengan demikian,
pemenuhan kebutuhan manusia dan masalah-masalah lingkungan dapat
diperhatikan secara keseluruhan dan simultan.

2. MATERIAL FLOW ANALYSIS (MFA / Analisa Aliran Bahan)

Ekologi Industri terutama berkaitan dengan mengurangi dampak


lingkungan dari penggunaan energi dan bahan dalam proses produksi untuk
meningkatkan efisiensi. Untuk selanjutnya, ekologi industry ini dapat digunakan
sebagai sumber masukan untuk pengambilan keputusan tentang system industry
oleh pihak-pihak yang berkepentingan mengenai ekstraksi sumber daya, pabrikasi,
dan distribusi produk. Konsep ekologi industry dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan data mengenai perilaku system dan untuk mengembangkan konsep
dan metode analisis antar industry pada tingkat system. Kegiatan paling mendasar
dalam pembuatan konsep dan desain ekologi industry adalah mengumpulkan data
untuk menggambarkan aliran energi dan bahan-bahan di seluruh sistem produksi,
atau sering disebut sebagai Analisa Aliran Bahan, atau Material Flow Analysis.
Konvensi dan prosedur yang telah dikembangkan untuk melakukan MFA,
mirip dengan studi tentang siklus hara dalam ekologi. Tujuan dari studi MFA
adalah untuk mengukur arus materi yang mengalir dalam proses sehingga dapat
digunakan sebagai langkah untuk memberikan masukan atau saran untuk
perbaikan model sistem industry. MFA dibuat meliputi seluruh konteks siklus
suatu produk, mulai dari ekstraksi sumber daya, pengolahan sumber daya,
fabrikasi produk, pemanfaatannya, penggunaan kembali, daur ulang dan
pembuangannya.
Contoh : MFA untuk tembaga.

Penggambaran siklus global tembaga yang ditunjukkan dalam gambar


diatas mengingatkan kita pada ilustrasi siklus karbon dalam sistem ekologi, tapi
secara lebih dekat ditunjukkan bahwa siklus tembaga tidak seefisien siklus
karbon. Masih terdapat fraksi yang signifikan dari tembaga yang tidak dapat di
daur ulang, tetapi dibuang dalam reservoirs. MFA dilakukan dengan cara
mengidentifikasi dan mengkuantifikasi arus-arus material dan energy utama yang
mengalir dalam proses. Identifikasi dan kuantifikasi arus-arus ini merupakan dasar
untuk melakukan perubahan terhadap system yang sudah ada. Perubahan system
tersebut dilakukan untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dengan
membuatnya lebih efisien dalam penggunaan sumber daya. MFA dapat
mengarahkan sistem untuk meningkatkan kinerjanya dengan penentuan
penghitungan limbah yang hilang dalam system. Beragam studi menggarisbawahi,
MFA akan semakin bervariasi dengan semakin banyaknya bahan yang berbeda-
beda, dengan sifatnya masing-masing, yang digunakan dalam sistem industri
kontemporer untuk mendukung besarnya jumlah produk yang diperlukan oleh
konsumen. Selain itu, juga karena sumber daya yang diperlukan oleh industri
sistem sering ditemukan di lokasi tertentu yang jauh dari tempat produksi, yang
mungkin juga akan jauh dari tempat konsumsi terjadi, banyak sekali transportasi
yang mungkin diperlukan, sehingga melibatkan lebih banyak energi dan bahan
masukan.

3. DESIGN for ENVIRONMENTAL (DfE / Design Untuk Lingkungan Hidup)


dan Life Cycle Assessment (LCA)

Beralih dari sudut pandang sumber daya ke sudut pandang produk, dua
konsep tambahan dalam Ekologi Industri mempelajari mengenai daur hidup
sebuah produk mulai dari proses ekstraksi sumber daya, fabrikasi produk,
penggunaannya, pemanfaatan kembali, dan pembuangannya. Kedua konsep
tersebut adalah Desain untuk Lingkungan Hidup (DfE/Design for Environment)
dan Life-Cycle Assessment (LCA). Kedua konsep ini menitikberatkan pada
besarnya dampak yang terkait dengan suatu produk terhadap lingkungan.
DfE melibatkan desain proses dan produk industry untuk meminimalkan
dampak buruknya terhadap lingkungan. Seringkali itu merupakan desain ulang
produk yang sudah ada atau proses yang sudah dilakukan. Dapat difokuskan pada
salah satu fase yang berbeda dari sebuah daur hidup produk, seperti desain untuk
waktu pemakaian produk . Aktual aplikasinya bervariasi, termasuk di dalamnya
adalah desain dari proses kimia, komponen elektronik, komponen mekanis, isolasi
pendingin, yang tidak kalah pentingnya dengan desain kemasan. LCA melibatkan
evaluasi dampak lingkungan dari suatu produk selama daur hidupnya berdasarkan
informasi teknis rinci yang tersedia. Setiap tahap , mulai dari ekstraksi sumber
daya dianalisa meliputi pembuangan residunya, ketersediaan sumber daya, emisi
yang dihasilkan, kerusakan yang ditimbulkan. LCA sering digunakan untuk
membandingkan dampak lingkungan antara suatu proses produksi/produk dengan
suatu alternatif proses produksi / produk. LCA telah diterapkan untuk zat-zat
seperti klorin dan aluminium, industri pertambangan, industri material seperti
PVC, dan untuk alternatif penggunaan lahan pertanian.
Studi LCA digunakan untuk mengukur emisi dan penggunaan sumber
daya per kesatuan output atau jasa yang dihasilkan, termasuk kuantifikasi jumlah
masukan yang diperlukan dari proses produksi yang berbeda, yang langsung
didasarkan pada pengukuran atau teknik analisis. Model inventori ini secara
umum mengabaikan kontribusi input non-fisik, seperti jasa akuntansi dan hukum
atau grosir dan perdagangan ritel, dan tidak memperhitungkan imput dalam
jumlah yang kecil. Untuk itu, beberapa penelitian juga membuat LCA dengan
analisis input-output secara ekonomi untuk dapat menghitung beberapa hal yang
diabaikan tersebut.
LCA juga mencakup langkah penilaian dampak, di mana berbagai jenis
emisi dikumpulkan untuk dikelola terkait sejumlah indikator yang menimbulkan
masalah tertentu dalam hal pemanasan global atau toksisitas. Atau, penilaian
dampak dapat didasarkan pada modeling kerusakan, misalnya efek kesehatan
manusia diukur dalam tahun kehidupan yang hilang sebagai akibat dari keracunan
dan perubahan iklim. Dengan mengetahui aliran material dan analisis jenis proses
dan produk yang mempunyai dampak lebih kecil terhadap lingkungan, dapat
disusun sebuah interaksi dari beberapa proses produksi yang saling berhubungan.
PENERAPAN KONSEP EKOLOGI INDUSTRI

Aplikasi awal dalam konsep sistem ekologi industri adalah desain dan
implementasi yang disebut ekosistem industri. Ekosistem industri ditandai oleh
adanya simbiosis antar industri, yaitu suatu hubungan antara dua atau lebih
perusahaan yang melibatkan pertukaran materi, energi, atau informasi dalam suatu
cara yang saling menguntungkan. Model Ekologi industri mengarah pada
pertukaran material antar sektor industri yang berbeda, dimana limbah dari salah
satu industri tersebut menjadi cadangan bahan baku ( feedstock ) untuk industri
lainnya .

1. PENERAPAN EKOLOGI INDUSTRI DI LUAR NEGERI

Kerangka kerja Ekologi Industri ini telah berhasil diaplikasikan dalam


suatu Proyek simbiosis industri di Kalunborg (100 km sebelah barat Copenhagen),
Denmark dan telah menarik perhatian luas dunia internasional, proyek tersebut
telah diberi penghargaan dari sejumlah penghargaan lingkungan (Keolelan, 1995).
Perancangan ekosistem industry dapat dilakukan baik dari awal atau dari
plant yang sudah ada. Konsep ekologi industry di Kalundborg Denmark, muncul
tanpa adanya perencanaan khusus, awalnya hanya merupakan kesepakatan antara
beberapa perusahaan. Pada awal terbentuknya , eco-industrial park memiliki
konsep seperti ini :
Eco-Industrial Park Kalundborg melibatkan beberapa industry yaitu oil refinery,
power plant, pharmaceutical manufacturer, industry gypsum, asam sulfat
manufacturer, dan indsutri perikanan. Inti dari Eco-Industrial ini adalah oil
refinery plant dan power plant. Kedua plant tersebut terlibat dalam transfer massa
dan energy yang lebih banyak daripada industry yang lain. Dari gambar tersebut,
terlihat bahwa output dari suatu proses atau industry menjadi input atau bahan
baku dari proses atau industry yang lain. Dengan konsep ekologi industry ini,
diharapkan tidak ada material yang hilang ataupun emisi dan limbah yang release
ke lingkungan (closed loop system).
Namun, seperti halnya ekosistem yang terus bergerak dan mengalami
perubahan, eko-industri ini pun juga terus berubah. Perusahaan baru dapat muncul
dan beberapa perusahaan yang telah ada, melakukan peningkatan atau penurunan
kapasitas, memodifikasi proses atau menghilang sama sekali dengan tujuan
tercapainya intergrasi massa dan energy yang lebih sempurna. Berikut adalah
pengembangan konsep Eco-Industrial Parks, Denmark yang ada sekarang ini :
Pemanfaatan transfer massa dan energy menjadi lebih luas, yaitu : berdirinya
pabrik baru, ialah pabrik semen dan pemanfaatan yang lebih luas yaitu untuk
pertanian, peternakan dan road construction yang belum ada pada konsep
sebelumnya. Manfaat dari pelaksanaan konsep industrial ekologi ialah :
1. Mengurangi kebutuhan sumberdaya yang diperlukan oleh masing-masing
industry karena telah disuplay dari industry lain,
2. Meningkatkan efisiensi dari suatu proses.
3. Dampak buruk terhadap lingkungan seperti emisi dan limbah serta dampak
terhadap kesehatan manusia pun dapat diminimalkan.
Ketiga manfaat ini yang menjadi tolak ukur keberhasilan suatu konsep dan
aplikasi ekologi industry.

2. PENERAPAN EKOLOGI INDUSTRI DI INDONESIA

Melihat besarnya manfaat pelaksanaan konsep ekologi industry seperti


yang telah dijabarkan diatas, timbul pemikiran untuk menerapkan konsep tersebut
di Indonesia. Apalagi jika melihat besarnya potensi industry dan agriculture
Indonesia sebagai salah satu sector penyuplai bahan baku untuk beberapa industry,
seharusnya konsep ekologi industry bisa diintegrasikan secara sinergis.
Dalam beberapa sector industry, ekologi industry sudah mulai diterapkan,
namun belum maksimal. Maksimal disini berarti bahwa penerapan konsep ekologi
industry belum sampai pada tahap 100% closed loop system. Beberapa interaksi
yang sederhana antar proses industry sudah mulai masuk ke dalam tahap
implementasi, seperti contohnya :
a. Pembuatan kompos dari kotoran sapi.
Dalam konsep ini terdapat simbiosis antara peternakan sapi yang
menghasilkan kotoran sapi dengan kompos plant yang mengkonversi kotoran sapi
menjadi menjadi kompos. Untuk selanjutnya, kompos dapat dimanfaatkan
kembali untuk pemupukan lahan pertanian untuk penyediaan pakan sapi. Dalam
pembuatan kompos juga dihasilkan biogas yang seharusnya dapat dimanfaatkan
untuk penyedia energy bagi rumah tangga atau industry-industri lain di sekitar
peternakan sapu jika ada.
Hasil peternakan sapi yang berupa daging, kulit dan tulang sapi pun
digunakan sebagai sumber bahan baku industry-industri turunan yang potensial
untuk dikembangkan. Secara sistematis, konsep ekologi industry untuk peternakan
sapi dapat digambarkan sebagai berikut :
Untuk biasa diterapkan secara ideal, dibutuhkan beberapa modifikasi proses
dalam konsep ini. Antara lain, peternakan sapi yang saat ini lebih banyak
dikembangkan dengan cara tradisional, yaitu dilaksanakan per rumah tangga dan
peggembalaan secara liar (sapi dibiarkan merumput di lapangan atau padang
rumput), harus dirubah menjadi konsep peternakan terpusat, yaitu minimal 25
ekor sapi per peternakan.
Keuntungan yang diperoleh dalam aplikasi ini diantaranya:
 Material
Dengan dikembangkannya ekologi industri, hampir semua potensi/material
dari hasil peternakan sapi dapat dimanfaatkan untuk industri lain dan
berpotensi ekonomi.
 Energi
Closing loop dalam pemanfaatan energi sangat optimal. Hasil kotoran ternak
sapi dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biogas, yang kemudian digunakan
untuk suplai energi industri turunan. Selain itu, pengadaan pakan untuk
budidaya ternak dapat memanfaatkan pupuk organik dari sisa biogas.
 Lingkungan
Dari sisi lingkungan hidup konsep ekologi industri dapat meminimalisasi
dampak lingkungan berupa sisa pakan dan kotoran padat dan cair dari ternak
sapi. Selain itu, polusi udara dari peternakan khususnya metana yang
berdampak pada green house effect dapat diminimalisasi dengan pemanfaatan
kotoran sapi sebagai biogas.
b. Pemanfaatan Lignosellulosa Limbah Bagasse Pabrik Gula untuk produksi
Ethanol.
Selain berbasis peternakan, sektor lain yang berpotensi untuk
pengembangan konsep ekologi industri di Indonesia adalah sektor pertanian.
Dengan besarnya potensi pertanian, jumlah biomass yang dimiliki Indonesia juga
sangat besar. Dan biomass ini dapat digunakan sebagai bahan baku industri yang
berkonsep ekologi industri. Contoh biomass yang potensial dikembangkan adalah
bagasse.
Bagasse (ampas tebu) adalah adalah limbah padat industri gula tebu yang
mengandung serat selulosa. Potensi bagasse di Indonesia cukup besar. Menurut
data statistik Indonesia tahun 2002, luas tanaman tebu di Indonesia 395.399,44 ha,
yang tersebar di Pulau Sumatera seluas 99.383,8 ha, Pulau Jawa seluas 265.671,82
ha, Pulau Kalimantan seluas 13.970,42 ha, dan Pulau Sulawesi seluas 16.373,4 ha.
Diperkirakan setiap ha tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton bagasse.
Maka potensi bagasse nasional yang dapat tersedia dari total luas tanaman tebu
mencapai 39.539.944 ton per tahun . Selama ini ampas hanya digunakan sebagai
bahan bakar boiler. Apabila Pabrik gula dapat efisien dalam penggunaan bahan
bakar maka ada potensi ampas lebih. Potensi ampas yang berlebih dapat
dimanfaatkan untuk diproses sebagai produk turunan. Ampas yang kaya akan
lignocellulosa (+45%) dapat diproses menjadi produk antara lain sebagai bahan
baku ethanol melalui proses sakarifikasi dan fermentasi.
Proses unit pembuatan ethanol dari bagasse :

Pengembangan bagasse untuk industri ethanol berbasis ekologi industri


adalah sebagai berikut :
Penataan kawasan ekologi industri dimulai dari kawasan pertanian tebu
rakyat. Hasil tebu diproses di industri gula menghasilkan produk gula dan produk
samping tetes tebu serta bagasse yang mempunyai komponen utama yaitu lignin,
selulose, dan hemiselulose. Tetes tebu digunakan sebagai bahan baku industri
penyulingan etanol sedangkan serat selulosa dihydrolisis dan digunakan pula
sebagai bahan baku industri penyulingan etanol. Industri penyulingan etanol dapat
menghasilkan produk etanol dan efluen yang dapat dijadikan bahan baku industri
biogas. Effluen dari industri penyulingan etanol ini berupa sisa bagasse yang kaya
akan lignin. Effluen industri penyulingan etanol digunakan sebagai bahan baku
industri biogas yang menghasilkan energi yang dapat memasok kawasan tersebut
dan menghasilkan limbah padat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk kompos, untuk selanjutnya pupuk dapat dimanfaatkan sebagai
penambah unsur hara pada pertanian tebu.

Perhitungan Profit Secara Ekonomis

Apabila digunakan sebagai bahan baku alternatif industry etanol, ada


beberapa kendala yang masih harus dihadapi yaitu karena selama ini ampas tebu
digunakan sebagai energi utama pabrik gula. Oleh karena itu, apabila seluruh
bagasse yang ada dimanfaatkan untuk industry etanol, maka perlu bahan bakar
pengganti untuk pabrik gula, yaitu solar yang harganya saat ini cukup mahal.
Namun, dengan perhitungan ekonomis sederhana, pemanfaatan limbah
lignocelluloses menjadi ethanol lebih tetap menguntungkan daripada apabila
hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Hal ini disebabkan karena
penggunaan bio-ethanol yang lebih luas. Etanol yang mempunyai rumus kimia
C2H5OH adalah zat organik dalam kelompok alkohol dan banyak digunakan
untuk berbagai keperluan. Bioethanol merupakan satu diantara energi alternatif
yang relative murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan.
Bioetanol dapat digunakan mensubstitusi langsung atau bahan campuran
premium. Selain itu, penggunaan bioethanol juga mempunyai manfaat lebih dari
segi lingkungan, yaitu substitusi premium dengan etanol sebagai bahan bakar
transportasi secara tidak langsung akan mengurangi emisi karbon dioksida, dan
meningkatnya produksi bioetanol akan mendorong penanaman tanaman sehingga
emisi karbondioksida yang dihasilkan akan terfiksasi melalui proses fotosintesis
dari tanaman penghasil biomas (sejalan dengan konsep Ekologi Industri).
Berikut adalah perhitungan analisisnya :
Basis : 1 ton bagasse.
 Jika satu liter solar harganya Rp 4500,-, sedangkan nilai kalor 1 ton bagasse
kering setara dengan 598 liter solar, maka apabila dinilai dengan uang, 1 ton
bagasse setara dengan Rp 2.691.000,- (untuk bahan bakar)
 Jika setiap 1 ton bagasse menghasilkan + 47% bio-etanol dengan harga Rp
200000/20 liter, maka 1 ton bagasse menghasilkan + 587,5 liter etanol � Rp
200000 x (587,5 liter/20 liter) = Rp 5.875.000,-(untuk bioethanol).
 Sisa bagasse dari proses hidrolisis yang berbentuk padat sebesar + 53% (530
kg) masih dapat digunakan kembali untuk bahan bakar boiler atau diolah
menjadi biogas dan kompos. Jika digunakan sebagai bahan bakar boiler, maka
530 kg bagasse setara dengan � (530kg/1ton) x 598 liter = 316 liter solar.
 Kebutuhan solar yang harus dibeli untuk menggantikan massa bagasse yang
hilang per ton adalah (598 liter – 316 liter) = 282 liter solar = Rp. 1.269.000,-.

Dilihat secara ekonomis, pengolahan bagasse untuk bahan baku industry etanol
lebih menguntungkan daripada bagasse yang hanya langsung dipakai sebagai
bahan bakar boiler. Dan pertimbangan ekonomis, saat ini merupakan indicator
tambahan keberhasilan pelaksanaan ekologi industry, selain pertimbangan dari sisi
environment dan efisiensi. Ekonomi merupakan salah satu factor keberlangsungan
/ sustainability sebuah industry, disamping factor ketersediaan sumber daya dan
daya dukung lingkungan.

KESIMPULAN
1. Latar Belakang munculnya ekologi industry adalah efisiensi proses yang
mutlak diperlukan karena keterbatasan alam untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang terus meningkat dan mempertahankan daya dukung lingkungan
terhadap manusia dan segala aktifitas yang terdapat didalamnya untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development)
2. Ekologi industry adalah sebuah SISTEM, dimana didalamnya terdapat : aliran
energy, aliran massa, proses-proses dan interaksi antar proses.
3. Untuk aplikasi ekologi industru diperlukan beberapa tools yaitu MFA, DfE
dan LCA
4. Peluang aplikasi ekologi industri di Indonesia masih sangat besar untuk
dikembangkan untuk energy terutama yang berbasis pertanian.
5. Tolak ukur atau indicator keberhasilan penerapan konsep ekologi industry
adalah : minimisasi penggunaan raw material, konsumsi energy, tingginya
yield dan selektifitas, minimisasi limbah yang dihasilkan dan segi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai