Disusun oleh :
SD NEGERI KARYASARI I
KORWILCAMBIDIK RENGASDENGKLOK
KABUPATEN KARAWANG
1
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO GURU SD BERPRESTASI
PENYUSUN
NIP : 198009092009092001
MENGESAHKAN
KEPALA SDN KARYASARI I
KEC. RENGASDENGKLOK
2
BIODATA PESERTA
GURU SD BERPRESTASI TAHUN 2019
3
B. PENDIDIKAN
05-12 98.0665/PRAJAB/II.I
1. PRAJABATAN PNS TIMIKA
I
GUBERNUR 7 HARI
/03/2011
2. PLPG 2013 TIMIKA 1300833 UNIV. CENDRAWASIH 14 HARI
2047/J31.4/DL/201
3. DIKLAT KURTILAS 16-06-2014 KARAWANG
4
LPMP 52 JAM
APKASI-
4. AdiRESy Matematika YPAN/G.13/01-
25-04-2016 KARAWANG
496/ADIRESY/04/20
YPAN 32 JAM
Indonesia
16
5. GURU SASARAN 36235/MPK.D/PD/2
26/07/2016 KARAWANG
016
KEMDIKBUD 52 JAM
KURTILAS
1610092232150009
6. PKGP 22/12/2016 KARAWANG
25
KEMDIKBUD 12 HARI
4
BAB I
PENDAHULUAN
Bertolak dari motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah maka hal tersebut
perlu ditingkatkan. kalau tidak kriteria ketuntasan belajar siswa juga tidak dapat
5
meningkat. Bila KKM sama seperti tahun sebelumnya maka mutu pendidikan tidak
akan meningkat dan berkembang. KKM yang rendah tidak mencerminkan
terealisasinya visi dan misi sekolah. Apa lagi Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang ikut dalam Ujian Nasional. Untuk dapat menyelesaikan soal-soal dalam
Ujian Nasional maka siswa dituntut memiliki kemampuan yang memadai. Apalagi nilai
Ujian Nasional sangat menentukan kelulusan siswa. Jika nilai Matematika siswa
rendah, maka siswa tidak akan lulus.. Jika ada salah satu siswa yang tidak lulus maka
citra sekolah akan menurun yang berdampak pada perolehan siswa baru akan
menurun, karena masyarakat tentu akan memilih menyekolahkan anaknya pada
sekolah yang mutu lulusannya tinggi. Nilai lulusan siswa yang rendah juga
mengakibatkan siswa kesulitan dalam melanjutkan sekolah yang favorit, bahkan siswa
cenderung tidak melanjutkan Namun sebaliknya jika nilai lulusan tinggi maka akan
mendongkrak nama baik sekolah, Siswa akan mudah diterima di sekolah yang negeri
dan juga sekolah favorit, Animo melanjutkan sekolah tinggi tidak seorang siswa pun
yang tidak melanjutkan.
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang rendah peneliti menerapkan
model pembelajaran jigsaw, karena dengan model pembelajaran jigsaw siswa akan
terlibat aktif dalam diskusi penyelesaian tugas, sehingga tugas yang semula terasa
berat menjadi ringan. Memang model pembelajaran jigsaw termasuk student centered
yakni pembelajaran yang berpusat pada murid. Partisipasi siswa sangat besar,
keaktifan dituntut maksimal. Dengan demikian siswa akan mampu menyerap dan
mengkontruksi seluruh materi pembelajaran tanpa ada tekanan sehingga terasa
menyenangkan. Model pembelajaran jigsaw juga dapat membangkitkan keterampilan
sosial dan kreatifitas, sehingga siswa mampu membangun komunitas belajar yang
menumbuhkan rasa percaya diri. Siswa akan lebih berani mengemukakan
pendapatnya dalam diskusi dan juga dapat menghargai pendapat temannya,
pembelajarannya terasa bermakna (meaningful learning). Siswa akan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, karena pembelajarannya secara multi arah, sesama
siswa saling memberi dan menerima serta melengkapi. Siswa bekerja keras baik
secara individu maupun kelompok sehingga mastery learning tercapai.
Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa sangat perlu ditingkatkan. Hal ini
sejalan dengan program pemerintah yaitu menciptakan pendidikan bermutu dan
berkarakter bangsa berbudi pekerti luhur. Bila motivasi dan hasil belajar siswa tidak
ditingkatkan maka tujuan pembelajaran tidak akan terwujudkan. Program pemerintah
dan tuntutan masyarakat tentang pendidikan bermutu tidak akan terealisasikan.
Sebagai dampaknya adalah siswa pasif, pengetahuannya tidak berkembang, apalagi
terbentuknya siswa kreatif dan mandiri. Bila sajian pembelajaran masih teacher
6
centered maka hasilnya akan nihil seperti semula. Untuk memicu motivasi dan
meningkatya hasil belajar, sajian pembelajaran harus diubah dari teacher centered
menjadi student centered seperti dalam model pembelajaran jigsaw yang menuntut
keaktifan seluruh siswa sehingga hasil belajar akan jauh lebih baik.
Sebagai solusi tindakan yang peneliti lakukan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar adalah menerapkan model pembelajaran jigsaw. Pada siklus pertama
dalam sajian pembelajaran siswa terbagi dalam kelompok-kelompok diskusi yang
beranggotakan 4-5 siswa. Dalam pembentukan kelompok terdiri atas kemajemukan
tingkat kecerdasan, sosial, ras, dan agama. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi adanya
kelompok pandai dan kurang pandai kelompok kaya dan miskin, kelompok putra dan
putri atau kelompok mayoritas dan minoritas sehingga jalannya diskusi kelompok
terasa hidup dan terfokus pada penyelesaian tugas yang diberikan, Untuk siklus kedua
siswa terbagi atas kelompok berpasangan atau dua-dua, dan dilanjutkan tugas
individual dikandung maksud agar siswa memiliki rasa tanggung yang lebih besar dan
lebih mandiri. Dengan demikian pengalaman belajar siswa semakin komplek yang
memberikan dampak positif pada hasil pembelajaran yaitu meningkatnya motivasi dan
hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
3. Mengapa motivasi dan hasil belajar Matematika tentang bilangan pecahan rendah?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus masalah adalah motivasi, hasil belajar,
dan model pembelajaran jigsaw. Motivasi berperan penting dalam pembelajaran.
Kuatnya motivasi akan berdampak positif, sebaliknya lemahnya motivasi hasilnya tidak
akan maksimal. Hasil belajar sangat dipengaruhi motivasi belajar seseorang. Hasil
belajar agar maksimal selain diperlukan motivasi yang tinggi, sajian pembelajarannya
harus menarik, berkesan, dan menyenangakan, sehingga siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil pembelajaran sesuai
harapan dan tujuan pembelajaran yang telah digariskan. Untuk mencapai hasil
pembelajaran yang maksimal model pembelajaran jigsaw sangat efektif untuk
diterapkan, karena semua siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.
7
Motivasi merupakan perangsang atau dorongan dalam diri individu untuk
bertindak mencapai tujuan. Bila kita melakukan suatu aktivitas tanpa adanya motivasi
maka hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dalam pembelajaran guru hendaknya
mampu membangkitkan motivasi siswa, antara lain dengan melibatkan siswa dalam
pembelajaran, merespon jawaban siswa meskipun jawabanya belum benar,
memberikan pujian, menilai hasil pembelajaran, memberikan hadiah, dan menyajikan
pembelajaran yang menarik. Motivasi siswa juga dapat terbangkitkan oleh siswa lain
dalam komunitas belajar. Kuatnya motivasi belajar dalam diri siswa akan
mempengaruhi kesungguhan selama mengikuti proses pembelajaran. Motivasi belajar
merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan perubahan diri menjadi
lebih baik. Kuat lemahnya motivasi belajar akan berpengaruh pada hasil belajar.
Motivasi belajar diupayakan selalu adanya peningkatan.
Hasil belajar siswa menjadi tolok ukur sebuah keberhasilan pembelajaran. Hasil
belajar adalah produk perubahan tingkah laku menuju lebih baik yang dilakukan
dengan berbagai macam latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Hasil
belajar siswa akan meningkat apabila intensitas latihan dilakukan dengan serius
ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Banyaknya latihan yang tidak dilandasi
keseriusan tidak akan membuahkan hasil lebih baik. Untuk itu saat melakukan berbagai
latihan harus fokus pada hal yang dipelajari sehingga terjadi konstruktivistik diri dalam
membangun pengetahuan dan pengalaman belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil
belajar bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri dan juga berasal dari luar.
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan dapat mengangkat hasil belajar.
Kekondusifan lingkungan belajar dan hubungan komunitas belajar juga dapat
mempengaruhi hasil belajar.
8
hasil diskusinya disebarkan pada anggota kelompok asal dan dilanjutkan presentasi
kelas.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
SDN Karyasari I.
2. Tujuan Khusus
9
b. Melalui penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika tentang bilangan pecahan bagi siswa kelas VI SDN Karyasari I pada
semester II tahun pelajaran 2018/2019
F. Manfaat Penelitian
10
c. Meningkatkan wawasan pembelajaran
BAB II
A. Kajian Teori
a. Hakikat Motivasi
11
Afifudin (1986:110-111) menggolongkan motivasi menjadi dua, yaitu: (1) motivasi
intrinsik yakni bentuk motivasi atau kesediaan untuk belajar karena terdorong oleh rasa
ingin tahu, (2) motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi atau kesediaan untuk belajar
karena terdorong oleh keinginan untuk mendapat sesuatu. Bekerjanya kedua motivasi
tersebut tidak selalu sejalan, terkadang berseberangan. Bruner menekankan
pentingnya motivasi intrinsik bila dibanding motivasi ekstrinsik namun bila keduanya
saling bersinergi siswa akan lebih aktif dalam belajar dan berdampak positif
Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik
(Purwanto, 1996:82), namun sebenarnya keduanya saling melengkapi dan
menguatkan. Motivasi ekstrinsik berfungsi bila ada rangsangan dari luar. Motivasi
sangat diperlukan dalam berbagai proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi
pembelajaran akan lebih bermakna, lebih efektif dan maksimal. Bila motivasi intrinsik
kuat, siswa terlihat aktif dan tekun siswa. Kesinergian motivasi intrinsik dan ekstrinsik
membuat siswa lebih bersemangat dalam mengekspresikan potensi diri meraih
keberhasilan. Motivasi ekstrinsik agar bersinergi dengan motivasi intrinsik diperlukan
pembiasaan yang terus menerus agar tidak berseberangan. Selama proses
pembelajaran diupayakan motivasi tetap terpelihara dan tidak surut.
Fungsi motivasi belajar adalah untuk meggerakkan siswa belajar aktif dan kreatif,
menyeleksi perbuatan yang harus dilakukan dan mendorong tingkah laku untuk belajar.
Siswa yang memiliki motovasi tinggi akan berpengaruh pada keberhasilan belajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi yang tinggi akan mengantarkan
keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.
b. Hakikat Belajar
12
pendidikan formal, informal, dan non formal, bahkan bisa terjadi di mana pun dan
kapan pun.
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne dalam
(Winataputra, 2008:1.9-1.11) mengemukakan delapan jenis belajar yaitu: (1) Belajar
isyarat (signal learning); (2) Belajar stimulus-respon (stimulus-response learning); (3)
Belajar rangkaian (chaining learning); (4) Belajar asosiasi verbal (verbal association
learning); (5) Belajar membedakan (discrimination learning); (6) Belajar konsep
(concept learning); (7) Belajar hukum atau aturan (rule lerning); (8) Belajar
pemecahan masalah (problem solving learning);
Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa
harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, bukan
hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja. Dalam proses pembelajaran siswa
benar-benar dituntut keaktifan dan kreatifitasnya. Siswa harus mampu
mendayagunakan potensi diri dan mengeksplor temuan selama pembelajaran sehingga
hasil belajar akan maksimal. Dengan demikian prinsip belajar tuntas (mastery learning)
akan terwujud.
13
Angkowo (2007:49) mengemukakan bahwa belajar akan efektif jika dilakukan
dengan suasana menyenangkan. Maka perlu diciptakan suasana dan sistem yang
kondusif dalam pembelajaran. Mensikapi hal tersebut guru sebagai pengajar, fasilitator
dan motivator harus mampu memfasilitasi dan memotivasi siswa agar siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Sejalan dengan hal tersebut
Soedjadi (1991:26) mengemukakan bahkan mungkin memerlukan perombakan
kebiasaan mengajar yang sudah rutin dewasa ini, dari pembelajaran tradisional menuju
ke pembalajaran yang kooperatif, interaktif, dan inovatif sehingga mutu pembelajaran
meningkat
c. Motivasi Belajar
Usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
menurut Hamalik (2001:167) adalah sebagai berikut: (1). penilaian yang dilakukan
secara kontinu mendorong siswa untuk belajar; (2) pujian dapat mendorong rasa
puas dan senang dapat mendorong semangat belajar; (3) pemberian hadiah baik
berupa materi maupun bintang kehormatan; (4) Kerja kelompok yang harmonis; (5)
persaingan yang sehat; (6) penggunaan media pembelajaran elektrnika dan lain-lain.
14
kegagalan mencapai keinginan. Guru juga dapat menggunakan media pembalajaran
yang sesuai yakni menggunakan CD pembelajaran, memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber pembelajaran, penerapan motede yang sesuai, pengelolaan kelas yang
kondusif, penerapan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
a. Hasil Belajar
Hal yang senada dikatakan oleh Anni (2006:5) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut
Soemanto (2006: 112-113) yang termasuk aktivitas belajar antara lain berfikir dan
latihan atau praktik. Dengan berfikir maka akan memperoleh penemuan baru, setidak-
tidaknya menjadi tahu hubungan antar sesuatu. Dengan berlatih tentunya telah
mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan
sesuatu aspek pada diri sendiri. Saat berlatih terjadi interaksi yang integral ke arah
tujuan sehingga terkontruksi suatu pengalaman yang dapat mengubah diri bahkan
dapat mengubah lingkungan. Namun perubahan perilaku sangat tergantung apa yang
dipelajari dalam pembelajaran.
b. Hakikat Matematika
15
Menurut Ruseffendi (1988:23) menyatakan bahwa metematika itu
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didevinisikan, definisi-definisi aksioma-
aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku
secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Selanjutnya
Johnson dalam (Karso, 2009:1.39-40) menyatakan bahwa matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefiniskan dengan cermat, jelas, dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti
dari pada bunyi; selanjutnya dijelaskan metematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; dan
matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterarutan dan
keharmonisannya.
Menurut Karso (2009:1.40) matematika disebut ilmu deduktif, karena kita ketahui
bahwa baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda
dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode pencarian
kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif, sedangkan ilmu
pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam matemaika mencari
kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang
benar untuk semua keaadaan harus dibuktikan secara deduktif.
16
penalarannya deduktif, sedangkan Tambunan dalam Karso (2009:1.42) menyatakan
bahwa matematika adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang, salah satu
cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur dan eksak. Matematika adalah
angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika
menolong manusia memperkirakan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan.
Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-problem
menarik. Matematika membahas faktor-faktor dan hubungan-hubungannya, serta
membahas problem ruang dan bentuk. Matematika adalah ratunya ilmu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Revisi ke- 4 Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Tim PLPG IKIP PGRI Semarang. 2011. Bahan Ajar PLPG Rayon 39 IKIP PGRI
Semarang, Semarang:IKIP PGRI Semarang
Tri, Catharina Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Udin, S. Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
terbuka.
18
Wasty, Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemmimpin
Pendidikan). Jakarta. PT Asdi Mahasatya
Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winkel. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Revisi ke- 4 Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Tim PLPG IKIP PGRI Semarang. 2011. Bahan Ajar PLPG Rayon 39 IKIP PGRI
Semarang, Semarang:IKIP PGRI Semarang
Tri, Catharina Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Udin, S. Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
terbuka.
19
Wasty, Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemmimpin
Pendidikan). Jakarta. PT Asdi Mahasatya
Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winkel. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia
20