Makalah Masa Bodoh
Makalah Masa Bodoh
Kepemimpinan
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-
kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,
1994 : 181)
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal dengan menguasai
keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif (Lefton & Buzzotta, 2004).
Keterampilan tersebut adalah menilai orang lain, berkomunikasi, emotivasi dan menyesuaikan
diri. Pemimpin keperawatan yang efektif tidak akan menggunakan cara dan pendekatan yang sama
untuk semua bawahan melainkan membedakan teknik komunikasi dan cara memotivasi bawahan
yang satu dengan yang lainnya.
Kepemimpinan efektif merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran melalui
pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus memastikan bahwa bawahan melaksanakan
pekerjaannya berdasarkan keterampilan dan komitmen yang dimiliki terhadap pekerjaan untuk
menghasilkan keluaran yang terbaik (Leffton & Buzzotta, 2004). Gaya kepemimpinan sangat
mempengaruhi produktifitas kerja.
Sebagaimana yang sedang terjadi di negara kita saat khususnya, krisis kepemimpinan melanda
dimana sebagian besar seseorang yang dijadikan pemimpin tidak menjalankan perannya dengan
baik, baik dilihat dari sisi kecakapan, sikapnya dalam menjalankan kepemimpinannya dan
kurangnya kepercayaan dari karyawan. Tidak jarang seorang pemimpin dibenci oleh karyawannya
sehingga hal ini bisa memicu ketidak harmonisan, konflik internal, motivasi kerja sampai
pencapaian produktivitas kerja yang menurun.
Menurut Heidjrachman dan Husnan (1990:224) gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga
macam dimana salah satunya adalah gaya kepemimpinan Laissez-faire.
Laissez-faire berasal dari bahasa prancis yang berarti “tinggalkan itu sendiri”. Gaya
kepemimpinan ini lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan memperbolehkan kelompok
yang memimpin dalam menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai.
Kepemimpinan “membiarkan” artinya pemimpin melepaskan tanggung jawabnya
meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi yang jelas serta memaksa karyawan
untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya, dan menilainya menurut apa yang mereka
rasakan tepat tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya
berfungsi sebagai fasilitator.
Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok serta dalam
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahan. Pemimpin tidak membuat
peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hanya sedikit melakukan kontak atau hubungan
dengan para bawahan sehingga bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian yang
tinggi.
Gaya ini dapat bekerja dengan baik hanya pada bidang yang kecil, atau bilamana anggota-
anggota dari kelompok memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan pemimpinnya dan
pemimpin melakukan tugas yang sama dengan anggota-anggotanya. Dalam beberapa situasi, gaya
kepemimpinan Laissez-faire dapat membiarkan orang–orang merasa kehilangan dan frustasi
karena kurangnya bimbingan dari pemimpin.
Ketika mereka mencoba untuk mencapai beberapa tujuan, seringkali hanya menginput dari
pemimpin yang mengerjakan yang salah. Ketika menghadapi keputusan yang sukar, pemimpin
laissez-faire biasanya menghindari membuat sebuah keputusan dengan harapan masalah akan
terpecahkan sendiri.
Gaya komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin jenis ini lebih merupakan gaya seorang
penghubung. Ia menghubungkan berbagai pemikiran dari mereka yang menjadi pengikutnya.
Hal positif dari gaya kepemimpinan ini adalah para pengikutnya didorong secara tidak
langsung untuk terlibat aktif dalam perjalanan organisasi yang dipimpinnya. Para anggotanya
terdorong secara tidak langsung untuk inovatif dan kreatif. Selama anggotanya berada dalam rel
yang tidak keluar dari tujuan pokok organisasi, sang pemimpin hanya ada di tingkat minimum
untuk melakuan kontrol pada kerja bawahannya.
Gaya kepemimpinan dapat terus berjalan karena para anggotanya, atau para pengikutnya,
memiliki tingkat kompetensi yang tinggi dan keyakinan untuk mencapai tujuan dengan hasil dan
keuntungan. Meski ada kebebasan untuk para anggota atau para pengikutnya iuntuk partisipasi
dalam organisasinya, tetapi tetap ada batasan untuk keterlibatan para anggota atau pengikut.
Untuk anggota yang berhasil memberikan dedikasinya, pemimpin dari gaya kepemimpinan
ini tak segan memberikan penghargaan atau imbalan, hadiah untuk anggotanya, bawahannya.
Tetapi tetap ada sanksi bagi anggota atau bawahannya yang tidak berhasil. Dan sanksi ini biasanya
berlaku hanya sebagai pendorong.
Sebagai implikasi negative dari gaya kepemimpinan ini, bila tak ada pihak yang
mengendalikan, gaya kepemimpinan laisses faier akan berjalan sekehendak hati, tidak terorganisir
sesuai dengan aturan yang berlaku, juga tidak produktif. Selain itu anggotanya juga akan menjadi
apatis. Sebab merasa tak ada pencapaian dari tujuan yang hendak diraih oleh organsasi.
Meski demikian, dalam situasi khusus, kelompok atau organisasi terapi, gaya
kepemimpinan laissez-faire merupakan gaya kepemimpinan yang paling layak dan efektif
dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain yang menjadi pendahulu. Dari sisi
pertanggungjawaban organisasi,ada paradigma baru dari gaya kepemimpinan ini sebagai suatu
proses kepemimpinan yang menekankan tanggung jawab dari masing-masing anggota atau
pengikut yang terlibat, termasuk juga pemimpin yang memimpin untuk berproses pada
pembangunan selanjutnya.
https://rizqiyahratna.wordpress.com/2015/04/01/tipe-tipe-kepemimpinan-beserta-kelebihan-dan-
kekurangannya/
http://jalan-jalandumay.blogspot.com/2013/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html