Anda di halaman 1dari 22

PT PLN (Persero)

Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 1


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH

I. Pendahuluan

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena
fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan distribusi perlu
dilengkapi dengan alat pengaman
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat adanya
gangguan listrik
2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen

Sistem pengaman pada JTR yang baik harus mampu :


1. Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman pada Gardu / trafo distribusi
2. Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan
3. Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan
4. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
5. Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan
6. Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan

Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1. Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga
listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan daerah pengaman tugas suatu
pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya harus cukup
sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur
untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 2


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

2. Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan pengamanan bagian
yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan diusahakan seminimal mungkin
jika dapat tercapai maka pengamanan demikian disebut pengamanan selektif.

3. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat bekerja bila
diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-alat penga,man harus dapat
diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan perawatannya

4. Kecepatan. (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan

II. Proteksi terhadap saluran jaringan tegangan rendah


Sebagai penghantar saluran biasanya digunakan jenis kabel udara dipilin dengan isolasi dari bahan
XLPE atau kabel tanah dengan isolasi dari bahan PVC.
Arus hubung singkat akan menyebabkan pelunakan pada isolasi, maka pengamanan dilakukan
dengan pembatasan besarnya arus dan lamanya waktu tejadinya arus gangguan yang
dikoordinasikan dengan karakteristik fuse yang mengamankannya. Selain fungsi fuse yang
terpasang harus mampu mengamankan trafo distribusi terhadap beban lebih maupun gangguan
hubung singkat.
Fuse yang digunakan adalah jenis pembatasan arus TR atau sering disebut dengan NH-Fuse,
dengan persyaran sebagai berikut :
a. Tegangan pengenal pelebur harus sesuai dengan tegangan jaringan
b. Arus pengenal harus lebih besar dari arus beban penghantar (1,1 ¸ 1,2 arus beban
maksimum)
c. Arus beban maksimum sebaiknya sebesar 0,8 x kha penghantar
d. Arus pengenal pelebur harus lebih kecil dari arus hubung singkat di titik terjauh
e. Besarnya arus hubung singkat pada JTR ditentukan oleh jarak gangguan.
Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 3
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

1,1U
Hubung singkat 3 phasa I hs 3F = --------
R
1,1V3U
Hubung singkat fasa-fasa I hs F-F = -----------
2R
1,1U
Hubung singkat 3 fasa ke tanah I hs 3F- T = -----------------
R + RN + RS
1,1U
Hubung singkat fasa netral I hs F- N = -----------
R + RN

Karakteristik listrik untuk kabel udara twisted alumunium NFA2X-T

Arus yang diizinkan pada


Penampang Tahanan pada 85° Reaktansi pada 50 hz
nominal C
20°C 30°C 40°C

mm2 Ohm / km Ohm / km A A A


16 2,41 0,1 85 80 70
25 1,52 0,1 110 100 95
35 1,10 0,1 135 125 110
50 0,81 0,1 160 145 135
70 0,54 0,1 200 185 170

Karakteristik Kabel NYFGbY

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 4


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Resistance 200c Current Carying Short AC


No of Size Capacity * Circuit Voltage
Cores Current at Test
In Ground In Air
Conductor Insulation 1 Sec
at 200 C at 200 C
- Ohm/Km
mm2 Meg.Ohm.Km A A kA kV/10
min

1.5 12.1 26 27 20.2 0.17 4


2.5 7.28 57 36 28 0.29 4
4 4.56 52 46 38 0.46 4

6 3.03 44 58 49 0.70 4
10 1.81 36 77 67 1.16 4
16 1.14 26 100 90 1.86 4

25 0.74 26 130 118 2.91 4


35 0.524 22 155 146 4.07 4
4
50 0.387 22 185 176 5.81 4

70 0.286 19 230 224 8.14 4


95 0.193 18 274 274 11.05 4
120 0.153 16 314 319 13.95 4

150 0.124 16 358 364 17.44 4


185 0.0991 16 275 414 21.51 4
240 0.754 16 465 487 27.91 4
300 0.0601 15 521 560 34.88 4

Karakteristik Ketahanan kabel terhadap arus hubung singkat

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 5


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Jenis isolasi Persamaan kurva Keterangan


Jenis Penghant
ketahanan kabel / kawat

Kertas karet kain A = 11,702 I Öt


Alumunium yang dipernis Kurva batas ketahanan isolasi
PVC A = 14,632 I Öt
XLPE, EPR A = 10,772 I Öt

Kertas karet kain A = 7,654 I Öt


Tembaga yang dipernis
PVC A = 9,571 I Öt Kurva batas ketahanan isolasi
XLPE, EPR A = 7,042 I Öt
Kurva penglunakan
AAC - A = 7,972 I Öt

Kurva penglunakan
AAAC - A = 8,940 I Öt

Kurva saat leleh


ACSR - A = 6,406 I1 Öt

Dimana :
A : Luas penampang Penghantar ( mm ² )
I : Arus hubung singkat ( kA )
T : Lamanya waktu hubung singkat ( detik )

Kurva leleh minimum dan kurva pemutusan maksimum dari pelebur tegangan rendah (230 /
400 v) berdasarkan rekomendasi iec 269-2

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 6


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

10.000

(detik)
1000

63 A 125 A 250A 500 A 1000 A


100

10

0,1

0,01
100 1000 10.000 100.000

Kurva leleh minimum dan kurva pemutusan maksimum dari pelebur tegangan rendah (230 /
400 v) berdasarkan rekomendasi iec 269-2

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 7


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

10.000

(detik)
1000

80 A 160A 315 A 630 A


100

10

0,1

0,01
100 1000 10.000 100.000

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 8


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Kurva leleh minimum dan kurva pemutusan maksimum dari pelebur tegangan rendah (230 /
400 v) berdasarkan rekomendasi iec 269-2
10.000

(detik)
100A 200A 400A 800A
1000

100

10

0,1

0,01
100 1000 10.000 100.000

III. Proteksi terhadap Trafo Distribusi

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 9


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Karakteristik kerja dari alat pengaman arus, harus dikoordinasikan dengan ketahanan trafo. Garis
batas ketahanan trafo di tentukan oleh titik-titik sebagai berikut :

3 x in selama 300 detik


4,75 x in selama 60 detik arus lebih dan hubung
6,7 x in selama 30 detik singkat pada trafo
11,3 x in selama 10 detik

25 x in selama 2 detik hubung singkat pada trafo


Garis I² . T = 1250

Dimana i = arus trafo


t = waktu pemutusan maksimu

Pemilihan nilai arus nominal fuse ada 2 ( dua ) alternatif, yaitu :


 Proteksi pada sisi tegangan menengah.
Besarnya arus nominal fuse tidak jauh berbeda dengan arus nominal dari trafo distribusi,
sehingga apabila ada gangguan pada sisi beban regangan rendah, maka fuse tersebut
diharapkan bekerja. Kelemahan dari sistem proteksi ini bila pada fasa yang terganggu hanya
merupakan gangguan pada salah satu jurusan, maka fasa yang sama pada jururusan yang
lain akan ikut padam.

 Proteksi pada sisi tegangan rendah.


Terhadap adanya gangguan arus lebih / hubung singkat pada sisi tegangan rendah proteksi
utamanya ada pada fuse tegangan rendah, sedangkan fuse pada sisi tegangan menengah
merupakan fuse cadangan atau sebagai proteksi terhadap gangguan di luar daerah
pengamanan fuse tegangan rendah, sehingga bekerjanya fuse tegangan menengah berfungsi
agar gangguan pada trafo tidak sampai mengganggu sistem.

3.1. Karakteristik Pelebur / fuse


Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 10
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Gangguan yang sering dialami oleh trafo distribusi adalah arus lebih yang disebabkan beban lebih
dan hubung singkat pada sisi tegangan rendah.
Alat pengaman yang digunakan bisa relai arus lebih atau pelebur. Oleh karena sebagian besar trafo
distribusi tidak dijaga, bahkan banyak terpasang pada tempat terbuka (gardu portal atau gardu
cantol), sebagai pengamannya digunakan pelebur, baik pada sisi tegangan rendah maupun tegangan
menengah.
Pelebur pada sisi sekunder (tr) digunakan jenis pembatas arus, sedangkan pada sisi primer (tm)
tergantung dari jenis konstruksi gardu distribusi.
Untuk gardu distribusi pasangan dalam (gardu beton, gardu kios) pelebur yang digunakan dari jenis
pembatas arus, dan untuk gardu distribusi pasangan luar (gardu portal, gardu cantol) digunakan
pelebur jenis letupan, baik jenis cepat maupun lambat.
Karakteristik kerja dari alat pengaman arus, harus dikoordinasikan dengan ketahanan peralatan
yang diamankan. Pada umumnya baik karakteristik pelebur / fuse atau alat yang diamankan
berbentuk inverse, yaitu lamanya waktu bekerjanya fuse atau kerusakan pada peralatan yang
diamankan berbanding terbalik dengan besarnya arus yang melaluinya.

3.2. Kemampuan hantar arus fuse tegangan menengah


a. KHA terus menerus dari fuse jenis letupan adalah sebagai berikut :
 Fuse tipe K dan T :
 1,5 x In untuk fuse dengan pengenal 6,3 A sampai dengan
100 A
 1,3 x In untuk fuse dengan pengenal 125 A sampai dengan
160 A
 Sama dengan arus pengenalnya untuk fuse dengan pengenal
200 A
 Fuse tipe H sama dengan arus pengenalnya
b. KHA terus menerus dari fuse jenis pembatasan adalah sama dengan nilai
arus pengenalnya

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 11


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe h (tahan surja kilat), t (lambat) dan k (cepat)
menurut publikasi iec no. 282-2 (1974) – nema untuk pengaman berbagai daya pengenal trafo,
dengan atau tanpa koordinasi dengan pengamanan sisi sekunder dapat dilihat pada tabel
Rekumendasi arus pengenal pelebur 24 kv jenis letupan(pub. Iec 282-2 (1974) / nema)

Catatan : *) bila pada sisi sekunder di pasang pelebur / pengaman yang dikoordinasikan dengan
kerja pelebiur sisi primer, maka arus nominal pelebur pada tabel diatas bregeser naik

**) tipe H = pelebur tahan surja kilat


tipe T = pelebur tipe lambat
tipe K = pelebur tipe cepat
Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 12
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Rekomendasi pemilihan arus pengenal pelebur 24kv jenis letupan


(publikasi iec 282-2 (1970) / nema) di sisi primer berikut pelebur jenis letupan publikasi iec 269-2
(1973) di sisi sekunder (230/400 v) yang merupakan pasangan yang diselaraskan sebagai
pengaman trafo distribusi

Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu di koordinasikan dengan nilai
maksimum pelebur primer

*) diperoleh dengan pelebur paralel.

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 13


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Arus pengenal pelebur jenis pembatasan arus menurut berbagai merek dan buatan untuk pengaman
berbagai daya pengenal trafo dapat dilihat pada tabel.

Rekomendasi pemilihan arus pengenal anak pelebur 24 kv, jenis pembatasan arus, rujukan
plubikasi iec 282-1(1974), vde dan ute (perancis) di sisi prier 20 kv, berikut pelebur jenis
pembatasan arus rujukan iec 269-2 (1973) di sisi sekunder (230/400 v) yang diselaraskan sebagai
pengaman trafo distribusi.

Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu di kombinasikan dengan nilai
maksium pelebur primer

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 14


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

4. Pengamanan terhadap tegangan sentuh


Yang dimaksud dengan tegangan sentuh adalah tegangan yang terjadi pada anggota tubuh manusia
akibat sentuhan langsung atau tidak langsung terhadap sirkit listrik.
Sentuhan langsung, adalah bila anggota tubuh langsung mengenai bagian peralatan listrik yang
bertegangan, sehingga besarnya tegangan sentuh dapat mencapai tegangan maksimum peralatan
tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan sentuhan tidak langsung adalah akibat terjadinya
kebocoran isolasi peralatan pada kerangka yang terbuat dari bahan konduktip tersentuh oleh
anggota tubuh. Besarnya tegangan maksimal sama dengan tegangan maksimum tegangan
peralatan.

4.1. Akibat Tegangan Sentuh


Batas ketahanan manusia terhadap tegangan sentuh sebenarnya ditentukan oleh besarnya tahanan
tubuh dikarenakan yang membahayakan adalah besarnya tegangan sentuh dan lamanya waktu
tubuh terkena tegangan tersebut.

TABEL : BESAR DAN LAMA TEGANGAN SENTUH MAKSIMUM

BESAR TEGANGAN SENTUH (V)


LAMA SENTUHAN
DC MAKSIMUM (DETIK)
AC (RMS)
< 50 < 120 -
50 120 5,0
75 140 1,0
90 160 0,5
110 175 0,2
150 200 0,1
220 250 0,05
280 310 0,03

Bahaya yang diakibatkan oleh tegangan listrik adalah karena tubuh dialiri oleh arus listrik yang
besarnya sebanding dengan besarnya tegangan sentuh pada tubuh dan tahanan tubuh

TABEL PENGARUH ARUS LISTRIK PADA TUBUH MANUSIA

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 15


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

BESARNYA ARUS PENGARUH PADA MANUSIA

0 ………………0,9 mA Belum dirasakan pengaruhnya

0,9…………….. 1,2 mA Terasa adanya listrik

1,2 ……… 1,6 mA Mulai terasa seakan-akan ada yang


merayap di dalam tangan

1,6 ……… 6,0 mA Tangan sampai kesiku merasa kesemutan

6,0 ……… 13,0 mA Tangan mulai kaku, rasa kesemutan


makin bertambah

13 ……… 15,0 mA Rasa sakit tidak tertahankan penghantar


masih dapat dilepaskan dengan gaya yang
besar sekali

15 ……… 20,0 mA
Otot tidak sanggup lagi melepaskan

20 ……… 50,0 mA Dapat mengakibatkan kerusakan pada


tubuh manusia

50 ……… 100,0 mA \Batas arus yang dapat menyebabkan


SUMBER ARUS kematian

4.2. Proses terjadinya tegangan sentuh dan cara pengamanannya

KEGAGALAN ISOLASI PERLENGKAPAN

SISTEM PEMBUMIAN

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 16

PEMBUMIAN
PERLENGKAPAN
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Pada sistem distribusi tegangan menengah maupun tegangan rendah, titik netral kumparan trafo
selalu dihubungkan ke pembumian, maka bila anggota tubuh menyentuh bagian bertegangan, baik
secara langsung maupun tidak langsung pada peralatan listrik dan bagian tubuh lainnya terhubung
dengan bumi, maka tubuh akan dilalui arus listrik yang dapat membahayakan manusia.
Pencegahannya adalah :
 Pada manusia, dengan cara bersikap kerja yang aman dan menggunakan peralatan kerja
yang kedap terhadap tegangan.
 Pada peralatan, dengan cara menggunakan peralatan dengan faktor pengamanan yang
tinggi, yaitu peralatan dengan Tingkat Isolasi Dasar yang tinggi dan pemasangan sistem
pengamanan tegangan sentuh yang benar.

4.3. Peralatan pengaman tegangan sentuh


Jenis pengaman tegangan sentuh adalah pengaman yang bersifat memutuskan dengan cepat di
banding jenis pengaman lainnya. Alat pengaman jenis ini dikenal dengan sebutan breacker, jenis-
jenis breacker yang bergerak diperkenalkan pada masyarakat adalah jenis breacker pembanding

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 17


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

arus beban pada kawat / hantaran arus fasa yang melalui hantaran netral yang dibumikan apabila
terjadi kontak body atau sentuhan body dan dikenal dengan tegangan sentuh
Dari beberapa definisi yang ada, tegangan sentuh di Indonesia yang di izinkan adalah sebesar 50
volt demi alasan keselamatan manusia, rata-rata dengan batas kemampuan di aliri arus listrik
sebesar 1,1 mA bagi wanita dan sebesar 0,8 mA bagi kaum lelaki pada umumnya, atau pada energi
sebesar 0,12 m joule
Jenis pengaman tegangan sentuh yang ada antara lain :
• ELCB (earth leakage circuit breaker)
• RCCB (residual current circuit breaker)
Optimasi kerja alat pengaman seperti ini ditentukan juga oleh kemampuan atau keadaan dari
pentanahan instalasinya sendiri

4.4. Pengamanan dengan sakelar pengaman arus sisa ( SPAS = ELCB )


Pengaman dengan spas ialah pengaman yang menggunakan sakelar yang peka terhadap arus sisa,
yang dapat memutuskan sirkit secara otomatis dalam waktu tidak lebih dari 0,4 detik
Arus sisa timbul karena kegagalan isolasi dan terjadi tegangan sentuh pada bkt perlengkapan /
instalasi
SPAS bekerja bila sisa mempunyai nilai melebihi batas tertentu
• Untuk proteksi sentuhan langsung 30 mA
• Untuk proteksi sentuhan tak langsung untuk sistem PP / IT 30 mA
• Untuk proteksi sentuhan tak langsung untuk sistem PNP tidak diperbolehkan

4.5. Pengaman dengan sistem pembumian pengaman ( PP / TT )


Caranya adalah :
• Membuat titik netral sistem listrik di sumbernya
• Membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik
Besarnya resistans pembumian BKT perlengkapan dan instalasi yang di amankan tidak boleh
melebihi :
50
Rp. = - ------
Ia
Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 18
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

Dimana :
Rp : resistans pembumian BKT perlengkapan dan instalasi listrik
Ia : nilai arus yang menyebabkan bekerjanya alat pengaman arus lebih dalam waktu tidak boleh
lebih dari 5 detik Ia = k.In
In : nilai arus nominal pengaman arus lebih
K : faktor yang nilainya tergantung pada karakteristik (jenis dan spesifikasi pabrik
pembuatannya) dari pengaman arus lebih
k untuk pelebur berkisar antara 2,5 - 5
k untuk rele berkisar 1,25 - 3,5

3N 380/220 VOLT

M
a

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 19


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

3N 380/220 VOLT

M
b

3N 380/220 VOLT

M
c

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 20


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

4.6. Pengaman dengan sistem pembumian netral pengaman ( PNP / TN )


Caranya ialah :
• Menghubungkan BKT perlengkapan dengan penghantar netral yang dibumikan
(penghantar nol)

Contoh hubungan BKT perlengkapan dengan penghantar nol dalam sistem PNP

KE NETRAL 3N  50 Hz 380/220 V

R
S
T
NOL

> 10 mm2 > 10 mm2 > 10 mm2


R S T N
M +
K
NOL
R
S
T
NOL
PE >10 mm2 <10 mm2

< 10 mm2 > 10 mm2


R S T N R S T N
M + +
K K

SIMETRI TIDAK SIMETRI


R
S
T
NOL
PE

< 10 mm2 < 10 mm2 < 10 mm2

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 21


PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan

4.7. Cara Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh.


Sentuhan dengan tegangan dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Pengamanan
terhadap sentuhan langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan pada bagian yang aktif dari
suatu peralatan atau instalasi yang dalam kondisi normal bertegangan. Sedangkan pengaman
terhadap sentuhan tidak langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan pada badan peralatan
atau instalasi yang menjadi bertegangan pada waktu ada gangguan (hubung singkat ke badan
tersebut).kebadan instalasi yang bersifat konduktif.
Pengaman terhadap sentuhan langsung :
 Pengamanan dengan isolasi pada bagiuan bagian yang aktif.
 pengamanan dengan selungkup atau sekat.
 Pengamanan dengan penghalang.
 Pengamanan dengan penempatan diluar jangkauan tangan.
 Pengamanan tambahan dengan saklar pengaman arus ke tanah.

Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung .


 Pengamanan dengan pemutusan otomatis.
 pengamanan dengan isolasi pengaman .
 pengamanan dengan alas isolasi.
 pengamanan dengan pemisah pengaman (trafo pemisah).
 pengamanan dengan pembumian.

Sistem Proteksi JTR Ripto / Bogor /2007 22

Anda mungkin juga menyukai