ABSTRAK
Perubahan pengunaan bahan bakar solar murni (HSD) dengan penggunaan bahan
bakar Bio Solar B30 mesin pembangkit tenaga diesel sesuai dengan peraturan kementerian
ESDM menyebabkan rata-rata Spesific Fuel Consumption (SFC) mesin pembangkit tenaga
diesel mengalami kenaikan yang cukup signifikan begitu juga yang dialami dengan PLTD
bengkalis.
Hal ini sangat mempengaruhi capaian SFC dari pembangkit khususnya PLTD
bengkalis yang salah satu target pencapaian kinerja nya adalah capaian dari nilai SFC mesin
pembangkit. Apabila tidak ada tindakan yang dilakukan maka hal ini akan terjadi secara terus
menerus
Upaya penurunan atau efisiensi pemakaian konsumsi bahan bakar harus senantiasa di
lakukan secara berkesinambungan terutama pada mesin pembangkit berbahan bakar HSD/
solar, sehingga menurut penulis perlu dilakukan upaya penekanan atau penurunan SFC mesin
pembangkit.
Efisiensi dan keandalan operasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hal ini
wajib bagi pembangkit. Namun kenyataannya pola operasi dilakukan tanpa
mempertimbangkan efisiensi. Mesin dioperasikan dengan beban rendah dengan alasan untuk
menjaga fluktuasi beban sistim. Mengoperasikan mesin secara acak, dan tidak
mempertimbangkan mesin yang paling efisien.
Dalam hal pemeliharaan juga tidak kalah penting yang harus menjadi perhatian untuk
ditingkatkan agar kondisi mesin tetap dalam kondisi siap operasi, handal, mampu beroperasi
secara maksimal dengankonsumsi bahan bakar tetap efisien.
Untuk itu prosedur harus diperbaharui untuk pengaturan operasi yang lebih tepat,
operator harus lebih sering di beri pengarahan untuk dapat bekerja dengan baik dan konsisten
untuk senantiasa melengkapi data operasi, menganalisa data, dan tidak ragu dalam
mengambil keputusan operasi serta menjalin hubungan koordinasi dan komunikasi antara
operator pelaksana, supervisor dan manager.
Untuk menjamin keandalan dan efisiensi operasi pembangkit dapat tercapai
diperlukan langkah perbaikan baik dari kemampuan mesin pembangkit, pengarutan-
pengaturan operasi yang dituangkan dalam prosedur dan instruksi kerja yang jelas dan sesuai
dengan kondisi operasi sistim terkini.
Dan yang terpenting adalah bagaimana operator sebagai pelaksana dapat
menjalankan prosedur dan mengembangkan analisa operasi agar dapat mengatur pola operasi
yang handal dan efisien. Meningkatkan kompetensi dan rasa percaya diri pada operator
dengan pertemuan yang membahas segala sesuatu yang terkait dengan operasi yang meliputi
pelaksanaan, hasil, kendala yang dihadapi dan langkah perbaikan yang akan di ambil.
Kata kunci : pengaturan pola operasi, peningkatan kompetensi, pemeliharaan mesin
pembangkit.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
BAB 1
LATAR BELAKANG
Perubahan pengunaan bahan bakar solar murni (HSD) dengan penggunaan bahan
bakar Bio Solar B30 mesin pembangkit tenaga diesel sesuai dengan peraturan kementerian
ESDM menyebabkan rata-rata Spesific Fuel Consumption mesin pembangkit tenaga diesel
mengalami kenaikan yang cukup signifikan begitu juga yang dialami dengan PLTD
bengkalis.
Pembangkit berbahan bakar Bio Solar PLTD Bengkalis yang pada tahun 2018
memiliki rata-rata SFC di angka 0.272 lalu pada bulan maret meningkat pada level 0.273 di
setiap bulannya diawali pada bulan Februari 2019 bersamaan dengan kebijakan penggunaan
bio solar B30 dan terus berlanjut pada 2 bulan selanjutnya.
SFC PLTD Bengkalis kurang lebih stabil diangka 0.2731-0.2735 pada bulan maret
dan april. Sebelum akhirnya terjadi lonjakan yang cukup signifikan pada bulan mei yang
hampir menyentuh angka 2.74. Dengan penggunaan BBM di bulan mei total 2.335.238 liter
tersebut mengalami kenaikan sebesar 133.530 liter dari bulan April. Hal ini akan berpengaruh
pada penilaian kinerja serta kehandalan dan keoptimalan dari operasi PLTD sehingga
diperlukan langkah-langkah perbaikan.
Sehingga untuk menekan penggunaan BBM Bio Solar B30 dan mengurangi angka
SFC maka diterapkan “Pola Operasi dan manajemen beban untuk PLTD Bengkalis” yang
dapat digunakan sebagai standard an acuan dalam pengoperasian PLTD pada setiap hari
operasi PLTD tersebut.
Tabel 1. Data Pembebanan Mesin Pembangkit PLTD Bengkalis dari data Logsheet
Dalam tabel tersebut didapatkan bahwa ada beberapa mesin dioperasikan dengan
beban 750 s/d 800 KW jauh dibawah Std Optimal pengoperasian mesin. Pengoperasian mesin
yang tidak sesuai dengan Standar Operasi Optimal seperti ini menyebabkan konsumsi bahan
bakar yang lebih besar namun tidak sebanding dengan KWH yang dihasilkan mengakibatkan
SFC dari mesin tersebut akan menjadi besar.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
Selain itu ada beberapa data ditemukan bahwa pola pengoperasian seperti ini tidak
hanya dilakukan dalam waktu yang singkat namun dalam waktu yang cukup lama ketika
disisi lain mesin masih dapat dioperasikan dengan beban yang lebih tinggi.
Tabel 2. Pembebanan abnormal yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
Hal-hal semacam inilah yang menyebabkan kerja dari suatu mesin menjadi tidak
maksimal dan dikarenakan jumlah mesin pembangkit yang cukup banyak efek yang
ditimbulkan semakin besar dan harus segera dilaksanakan langkah perbaikan.
2.2 RCPS (Root Cause Problem Solving)
Dari permasalahan diatas disusunlah grafik RCPS untuk mengetahui rootcause dari
permasalahan yang dihadapi
Training Operator ❷
Penahanan mesin
SFC pada beban rendah Meningkatkan Pengawasan ❸
Pembebanan Tidak Pembuatan Pola Manajemen
maksimal Beban ❹
Teknis
Penurunan performa Intensifikasi Pemeliharaan
mesin Rutin ❺
Pemeliharaan injector secara
berkala ❻
Kerusakan pada
injector
Penggantian Injector secara
berkala ❼
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
3
HIGH 4 6
7
DAMPAK
MEDIUM 5
2
LOW
1
TINGKAT KESULITAN
IMPLEMENTASI
TINGKAT KESULITAN
NO SOLUSI DAMPAK
IMPLEMENTASI
BAB 3
LANGKAH PERBAIKAN
10000
8000
6000
4000
2000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 .0
0 1 .0
0 2 .0
0 3 .0
0 4 .0
0 5 .0
0 6 .0
0 7 .0
0 8 .0
0 9 .0
1 0 .0
1 1 .0
1 2 .0
1 3 .0
1 4 .0
1 5 .0
1 6 .0
1 7 .0
1 8 .0
1 9 .0
2 0 .0
2 1 .0
2 2 .0
2 3 .0
Waktu (jam)
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
Dalam pelaksanannya tentu tingkat keefisiensi an suatu mesin tersebut tidak akan
selalu sama. Banyak faktor yang mempengaruhi serta akan menurunkan nilai Efisiensi
operasi dari suatu mesin tersebut. Diantara beberapa hal yang mempengaruhi tersebut adalah
pelaksanaan pemeliharaan rutin 500 jam yang didalamnya dilaksanakan pengantian Part-Part
mesin tertentu seperti Filter Bahan Bakar, Filter Pelumas menggunakan Part yang baru serta
penggantian pelumas. sehingga dapat dipastikan performa dari mesin tersebut akan semakin
membaik dengan nilai efisiensi yang tinggi.
Sehingga dalam pelaksanan pola operasi berdasarkan efisiensi mesin Caterpillar
selalu di update dengan ketentuan bahwa mesin pembangkit yang baru selesai dilaksanakan
servis menempati prioritas pertama untuk pengoperasian. Hal ini juga untuk meastikan bahwa
dari 15 unit mesin Caterpillar yang tersedia pengoperasiannya dilaksanakan secara baik dan
merata.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
BAB 4
PENUTUP
5.1 Penghematan atau Saving
Target dari pelaksanaan dan penerapan pola manajemen beban diatas adalah dapat
menekan Angka SFC diangka yang lebih rendah serta menghemat penggunaan dari bahan
bakar minyak. Untuk mengetahui seberapa besar penghematan yang bisa diperoleh dengan
penerapan pola Operasi Mesin Caterpillar serta Manajemen beban maka dilakukan
penghitungan sebagai berikut:
Pada saat beban siang dengan operasi sejumlah 13 unit mesin misalnya.
A. Apabila pengoperasian secara acak dan dioperasikan mesin dengan Efisiensi yang rendah
berdasarkan data sampling SFC dengan men standby kan unit #6 dan Unit #1:
Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM Rupiah/liter
= ((0,2868 x 950) + (0,2738 x 950) + (0,2682 x 950) + (0,2701 x 950) +
(0,2794 x 950) + (0,2679 x 950) + (0,2686 x 950) + (0,2706 x 950) + (0,2684 x
950) + (0,2724 x 950) + (0,2704 x 950) + (0,2766 x 950) + (0,2848 x 950)) Liter
x 7525 Rupiah
= (272,46 + 260.11 + 254.79 + 256.60 + 265,43 + 254,50 + 255,17 + 257,07 +
254,98 + 258,78 + 256,88 + 262,77 + 270,56) Liter x 7525 Rupiah
= 3.380,1 Liter x 7525 Rupiah
= 25.435.252 Rupiah untuk pemakaian 1 jam
B. Apabila pengoperasian dengan manajemen Beban dan dioperasikan mesin yang memiliki
efisiensi yang tinggi berdasarkan data sampling SFC dan men standby kan unit #2 dan
Unit #15:
Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM Rupiah/liter
= ((0,2573 x 950) + (0,2738 x 950) + (0,2682 x 950) + (0,2701 x 950) + (0,2610
x 950) + (0,2679 x 950) + (0,2686 x 950) + (0,2706 x 950) + (0,2684 x 950) +
(0,2724 x 950) + (0,2704 x 950) + (0,2766 x 950) + (0,2794 x 950)) Liter x
7525 Rupiah
= (244,43 + 260.11 ℓ + 254.79 ℓ + 256.60 + 247,95+ 254,50 + 255,17 + 257,07
+ 254,98 + 258,78 + 256,88 + 262,77 + 265,43) Liter x 7525 Rupiah
= 3.329,33 Liter x 7525 Rupiah
= 25.053.208 Rupiah untuk pemakaian 1 jam
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
D. Dengan menganalisa pola beban harian di Pulau Bengkalis di asumsikan bahwa dalam 24
Jam operasi PLTD beban puncak yang mengharuskan 15 unit mesin Caterpillar bekerja
secara penuh (Beban diatas 16000 KW) adalah selama 7 Jam yaitu pada Pukul 18.00 s/d
Pukul 24.00. Sehingga sisa 17 jam dari operasi PLTD beberapa mesin Caterpillar bisa di
Standby kan dengan mengoptimalkan mesin pembangkit sewa. Sehingga jika di
asumsikan bahwa pelaksanaan Urutan Operasi mesin sesuai dengan SOP yang telah
disusun, maka penghematan dalam 1 hari operasi yang dapat dihasilkan adalah:
pemakaian bahan bakar 0.001 liter/KWh. Dengan KWh produksi pembangkit BIO SOLAR
PLTD Bengkalis di Bulan Juni 2019 sebesar 7.909.600 KWh maka penghematan BBM jika
dibandingkan dengan pencapaian bulan Mei mencapai 54.044 Liter, sebanding dengan Rp.
435.596.264 (Dengan harga rupiah/liter Bulan Juni 2019 Rp. 7.525,-/liter) untuk bulan juni.
sehingga didapatkan nilai SFC yang lebih baik dibandingkan rata-rata sebelum bulan
mei yang berada diangka 0.2734 s/d 0.2735. selisih dari sebelum penerapan pola operasi dan
setelah penerapan pola operasi adalah sebanyak 0.0004 ℓ/Kwh. Lalu dibandingkan dengan
KWh Produksi rata-rata selama bulan Juni-Agustus sejumlah 9.795.484 sehinga
menghasilkan penghematan sebesar 3918 liter setiap bulannya. Setara dengan Rp. 29.484.406
setiap bulannya
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan dan analisa penulis mengenai pelaksanaan Manajemen beban
dan pola operasi berdasarkan SFC mesin pembangkit PLTD Bengkalis, didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisa mengeanai naiknya SFC mesin Pembangkit pada bulan Mei
2019, maka langkah penerapan Manajemen Beban dan Pola Operasi Berdasarkan SFC
mesin pembangkit PLTD Bengkalis adalah langkah yang tepat untuk dilakukan guna
mengurangi penggunaan bahan bakar dan Nilai SFC mesin-mesin pembangkit PLTD
Bengkalis.
2. Berdasarkan perhitungan dan analisa diperoleh nilai Saving atau penghematan yang
dapat dihasilkan dalam penggunaan bahan bakar minyak sebanyak 25.892,70 Liter
setiap bulannya.
3. Dari perhitungan penghematan penggunaan Bahan Bakar minyak maka didapat
Saving sebesar Rp. 194.842.440 / Bulan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil telaah staff ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk PLTD lain yang mengalami masalah serupa, dapat menerapkan solusi yang
sama, yaitu penerapan Manajemen beban dan pola operasi berdasarkan SFC mesin
pembangkit.
2. Dalam pembuatan analisis penulis merekomendasikan agar melakukan simulasi
terlebih dahulu karena hasil yang diperoleh lebih mendekati keadaan real di lapangan
sehingga dapat dijadikan pembanding dalam analisis perhitungan manual