Anda di halaman 1dari 19

PT PLN (Persero)

Unit Pendidikan dan Pelatihan


UDIKLAT PADANG

ABSTRAK
Perubahan pengunaan bahan bakar solar murni (HSD) dengan penggunaan bahan
bakar Bio Solar B30 mesin pembangkit tenaga diesel sesuai dengan peraturan kementerian
ESDM menyebabkan rata-rata Spesific Fuel Consumption (SFC) mesin pembangkit tenaga
diesel mengalami kenaikan yang cukup signifikan begitu juga yang dialami dengan PLTD
bengkalis.
Hal ini sangat mempengaruhi capaian SFC dari pembangkit khususnya PLTD
bengkalis yang salah satu target pencapaian kinerja nya adalah capaian dari nilai SFC mesin
pembangkit. Apabila tidak ada tindakan yang dilakukan maka hal ini akan terjadi secara terus
menerus
Upaya penurunan atau efisiensi pemakaian konsumsi bahan bakar harus senantiasa di
lakukan secara berkesinambungan terutama pada mesin pembangkit berbahan bakar HSD/
solar, sehingga menurut penulis perlu dilakukan upaya penekanan atau penurunan SFC mesin
pembangkit.
Efisiensi dan keandalan operasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hal ini
wajib bagi pembangkit. Namun kenyataannya pola operasi dilakukan tanpa
mempertimbangkan efisiensi. Mesin dioperasikan dengan beban rendah dengan alasan untuk
menjaga fluktuasi beban sistim. Mengoperasikan mesin secara acak, dan tidak
mempertimbangkan mesin yang paling efisien.
Dalam hal pemeliharaan juga tidak kalah penting yang harus menjadi perhatian untuk
ditingkatkan agar kondisi mesin tetap dalam kondisi siap operasi, handal, mampu beroperasi
secara maksimal dengankonsumsi bahan bakar tetap efisien.
Untuk itu prosedur harus diperbaharui untuk pengaturan operasi yang lebih tepat,
operator harus lebih sering di beri pengarahan untuk dapat bekerja dengan baik dan konsisten
untuk senantiasa melengkapi data operasi, menganalisa data, dan tidak ragu dalam
mengambil keputusan operasi serta menjalin hubungan koordinasi dan komunikasi antara
operator pelaksana, supervisor dan manager.
Untuk menjamin keandalan dan efisiensi operasi pembangkit dapat tercapai
diperlukan langkah perbaikan baik dari kemampuan mesin pembangkit, pengarutan-
pengaturan operasi yang dituangkan dalam prosedur dan instruksi kerja yang jelas dan sesuai
dengan kondisi operasi sistim terkini.
Dan yang terpenting adalah bagaimana operator sebagai pelaksana dapat
menjalankan prosedur dan mengembangkan analisa operasi agar dapat mengatur pola operasi
yang handal dan efisien. Meningkatkan kompetensi dan rasa percaya diri pada operator
dengan pertemuan yang membahas segala sesuatu yang terkait dengan operasi yang meliputi
pelaksanaan, hasil, kendala yang dihadapi dan langkah perbaikan yang akan di ambil.
Kata kunci : pengaturan pola operasi, peningkatan kompetensi, pemeliharaan mesin
pembangkit.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

BAB 1
LATAR BELAKANG
Perubahan pengunaan bahan bakar solar murni (HSD) dengan penggunaan bahan
bakar Bio Solar B30 mesin pembangkit tenaga diesel sesuai dengan peraturan kementerian
ESDM menyebabkan rata-rata Spesific Fuel Consumption mesin pembangkit tenaga diesel
mengalami kenaikan yang cukup signifikan begitu juga yang dialami dengan PLTD
bengkalis.
Pembangkit berbahan bakar Bio Solar PLTD Bengkalis yang pada tahun 2018
memiliki rata-rata SFC di angka 0.272 lalu pada bulan maret meningkat pada level 0.273 di
setiap bulannya diawali pada bulan Februari 2019 bersamaan dengan kebijakan penggunaan
bio solar B30 dan terus berlanjut pada 2 bulan selanjutnya.
SFC PLTD Bengkalis kurang lebih stabil diangka 0.2731-0.2735 pada bulan maret
dan april. Sebelum akhirnya terjadi lonjakan yang cukup signifikan pada bulan mei yang
hampir menyentuh angka 2.74. Dengan penggunaan BBM di bulan mei total 2.335.238 liter
tersebut mengalami kenaikan sebesar 133.530 liter dari bulan April. Hal ini akan berpengaruh
pada penilaian kinerja serta kehandalan dan keoptimalan dari operasi PLTD sehingga
diperlukan langkah-langkah perbaikan.
Sehingga untuk menekan penggunaan BBM Bio Solar B30 dan mengurangi angka
SFC maka diterapkan “Pola Operasi dan manajemen beban untuk PLTD Bengkalis” yang
dapat digunakan sebagai standard an acuan dalam pengoperasian PLTD pada setiap hari
operasi PLTD tersebut.

Grafik 1 : SFC PLTD Bengkalis bulan Januari-Mei


PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Grafik 2 : Pemakaian total Bio Solar B30 PLTD Bengkalis


BAB 2
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 RUMUSAN MASALAH
Sejak awal tahun 2019 kondisi SFC PLTD Bengkalis mengalami rata-rata yang jauh
dibawah target kinerja. Rata-rata dibulan januari tercapai SFC sejumlah 2.723 kemudian tren
nya semakin naik pada bulan februari yang level nya menjadi diangka 2.734. kenaikan rata-
rata SFC ini sangat berpengaruh dengan kinerja khususnya ULPLD Bagan Besar yang
membawahi PLTD Bengkalis karena dari target kinerja SFC yang harus dicapai hanya di
angka 2.70.
Penyebab dari naiknya SFC ini sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak hal mulai dari
penggunakan bahan bakar, performa mesin, ataupun tata cara operasi dari mesin itu sendiri.
Dengan kondisi PLTD bengkalis yang mensupply sistem yang cukup besar dengan operasi
mesin yang cukup banyak sejumlah 19 mesin belum memiliki acuan untuk pengoperasiannya
Dengan mengumpulkan data-data operasi mesin pembangkit PLTD Bengkalis maka
dapat dilakukan analisa mengenai hal-hal atau pun fenomena abmormal yang mungkin
muncul ketika mesin beroperasi setiap harinya.
Masalah utama yang muncul dengan kondisi mesin yang cukup banyak adalah tidak
merata nya pembebanan mesin pembangkit PLTD Bengkalis hal ini diperburuk dengan sering
terjadinya pembebanan mesin yang kurang dari Std optimal pengoperasian mesin. Sebagai
contoh untuk mesin yang paling banyak beroperasi di PLTD Bengkalis yaitu mesin
Caterpillar sejumlah 15 mesin Standar pembebanan yang optimal mesin operasi adalah 850-
950 KW.
Salah satu contoh kesalahan pembebanan mesin adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Data Pembebanan Mesin Pembangkit PLTD Bengkalis dari data Logsheet
Dalam tabel tersebut didapatkan bahwa ada beberapa mesin dioperasikan dengan
beban 750 s/d 800 KW jauh dibawah Std Optimal pengoperasian mesin. Pengoperasian mesin
yang tidak sesuai dengan Standar Operasi Optimal seperti ini menyebabkan konsumsi bahan
bakar yang lebih besar namun tidak sebanding dengan KWH yang dihasilkan mengakibatkan
SFC dari mesin tersebut akan menjadi besar.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Selain itu ada beberapa data ditemukan bahwa pola pengoperasian seperti ini tidak
hanya dilakukan dalam waktu yang singkat namun dalam waktu yang cukup lama ketika
disisi lain mesin masih dapat dioperasikan dengan beban yang lebih tinggi.

Tabel 2. Pembebanan abnormal yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
Hal-hal semacam inilah yang menyebabkan kerja dari suatu mesin menjadi tidak
maksimal dan dikarenakan jumlah mesin pembangkit yang cukup banyak efek yang
ditimbulkan semakin besar dan harus segera dilaksanakan langkah perbaikan.
2.2 RCPS (Root Cause Problem Solving)
Dari permasalahan diatas disusunlah grafik RCPS untuk mengetahui rootcause dari
permasalahan yang dihadapi

Non Pemasangan Alva -laval


Penggunaan B30 ❶
Teknis

Training Operator ❷
Penahanan mesin
SFC pada beban rendah Meningkatkan Pengawasan ❸
Pembebanan Tidak Pembuatan Pola Manajemen
maksimal Beban ❹
Teknis
Penurunan performa Intensifikasi Pemeliharaan
mesin Rutin ❺
Pemeliharaan injector secara
berkala ❻
Kerusakan pada
injector
Penggantian Injector secara
berkala ❼
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Grafik 1. Grafik Root Cause Problem Solving

2.3 MATRIKS PRIORITAS


Setelah diketahui root cause serta solusi dari permasalahan yang muncul disusun
Matriks prioritas serta Tabel korelasi antara Tingkat kesulitan implementasi dengan dampak
yang akan dihasilkan solusi untuk memprioritaskan langkah perbaikan mana yang harus
dilaksanakan terlebih dahulu

3
HIGH 4 6

7
DAMPAK
MEDIUM 5

2
LOW
1

LOW MEDIUM HIGH

TINGKAT KESULITAN
IMPLEMENTASI

TINGKAT KESULITAN
NO SOLUSI DAMPAK
IMPLEMENTASI

1 Training Operator LOW LOW

2 Meningkatkan Pengawasan LOW LOW

3 Pemasangan Alva - Laval HIGH HIGH

4 Pembuatan Pola Manajemen Beban LOW HIGH

5 Intensifikasi Pemeliharaan Rutin MEDIUM LOW

Pemeliharaan injector secara


6 MEDIUM LOW
berkala

Penggantian Injector secara


7 HIGH MEDIUM
berkala

Tabel 3. Perbandingan Tingkat kesulitan implementasi dan dampak yang dihasilkan


PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

BAB 3
LANGKAH PERBAIKAN

3.1 Analisa Kondisi Operasi PLTD BENGKALIS


Sebelum menyusun pola operasi untuk menekan penggunaan bahan bakar minyak di
PLTD Bengkalis terlebih dahulu harus diketahui kondisi terkini PLTD serta sistem
kelistrikan di Pulau bengkalis.
Untuk mencukupi kebutuhan Sistem Ketenagalistrikan khususnya sistem Isolated
pulau Bengkalis PLTD Bengkalis memiliki daya mampu total 19.000 KW dengan 19 mesin
dioperasikan oleh PLN dengan daya mampu total 17000 KW dan didukung dengan
pembangkit sewa yang mensupport sebanyak 2000 KW.
Namun pada pelaksanaan operasi PLTD terjadi beberapa gangguan pada beberapa
Mesin pembangkit khususnya pada 1 unit mesin Caterpillar yang mengalami kerusakan klep
pada salah satu silinder nya. Selain itu juga pada mesin Deutz KHD Unit#2 yang mengalami
kerusakan pada Crankshaft. Hal ini menyebabkan Daya Mampu PLTD mengalami penurunan
daya mampu sebanyak 700 KW sehingga daya mampu turun diangka 18.300 KW. Sehingga
kondisi secara umum PLTD Bengkalis dapat disimpulkan sebagai berikut:
Daya Daya Jumlah
Merk Mesin Kondisi
Terpasang Mampu Unit
CATERPILLA 1200 Kw 1000 Kw 15 Unit CAT 1 DM Max 800 Kw
R
YANMAR 1000 Kw 500 Kw 2 Unit 2 Unit Masuk Jam OH
DEUTZ KHD 1000 Kw 500 Kw 2 Unit Unit 2 Gangguan
MEGA POWER 2500 Kw 2000 Kw 4 Unit Mesin Sewa
TOTAL 24.500 Kw 19.000 Kw 23 Unit BELUM termasuk Gangguan
Aktual Terkini 24.500 Kw 18.300 Kw 22 Unit SUDAH termasuk Gangguan
Tabel 3. Kondisi Secara Umum PLTD Bengkalis
Sedangkan untuk kondisi dari sistem Isolated sendiri karakteristik beban hariannya
nya adalah sebagai berikut:

Karakteristik Beban Harian Sistem Bengkalis


18000
16000
14000
12000
beban (KW)

10000
8000
6000
4000
2000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 .0
0 1 .0
0 2 .0
0 3 .0
0 4 .0
0 5 .0
0 6 .0
0 7 .0
0 8 .0
0 9 .0
1 0 .0
1 1 .0
1 2 .0
1 3 .0
1 4 .0
1 5 .0
1 6 .0
1 7 .0
1 8 .0
1 9 .0
2 0 .0
2 1 .0
2 2 .0
2 3 .0

Waktu (jam)
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Grafik 3. Karakteristik Beban Harian Sistem Bengkalis


Dengan kondisi adanya gangguan pada beberapa mesin pembangkit system bengkalis
mengalami devisit daya khususnya pada kondisi beban puncak malam. Kondisi beban puncak
dari dari system isolated pulau bengkalis dapat digambarkan dengan tabel berikut:
Waktu Beban Daya Mampu
Beban Keterangan
Puncak PLTD
Siang (13.00-15.00) ± 14.408 KW Surplus ± 3892 KW
Sore (19.00-20.00) ± 19.800 KW 18.300KW Devisit ± 1500 KW
Malam (21.00-22.00) ± 17.640 KW Surplus ± 660 KW
Tabel 4. Kondisi Kelistrikan Pulau Bengkalis
Karena keterbatasan jumlah daya mampu dan tingginya devisit daya yang terjadi
maka kinerja mesin pembangkit yang masih beroperasi harus dimaksimalkan sebaik mungkin
untuk mendukung sistem dengan efisiensi yang tinggi namun disisi lain penggunaan bahan
bakar minyak juga harus diperhitungkan.
3.2 Pengambilan data SFC untuk mesin-mesin pembangkit PLTD Bengkalis
Untuk menjamin PLTD beroperasi dengan nilai efisiensi yang tinggi maka
dilaksanakan sampling nilai SFC dari setiap mesin pembangkit dengan metode pengambilan
data konsumsi bahan bakar dalam kurun waktu 1 jam dalam kondisi pembebanan > 85 %
yaitu ± 850KW untuk mesin Caterpillar dan ± 500 Kw untuk mesin Yanmar dan Deutz KHD
untuk selanjutnya dibandingkan dengan jumlah Kwh yang dihasilkan. Hasil dari pengukuran
SFC adalah sebagai berikut:

Grafik 4. Hasil Sampling Awal SFC PLTD Bengkalis


Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Mesin Deutz KHD Memiliki SFC yang
cukup tinggi sedangkan untuk Mesin Caterpillar relatif lebih rendah dan Mesin Yanmar
memiliki nilai SFC yang paling rendah atau dapat dikatakan paling efisien.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Gambar . Proses Pengambilan Sample SFC Mesin Pembangkit


3.3 Penyusunan Pola Operasi berdasarkan Data SFC dan Beban Puncak
Efisiensi operasi secara prinsip merupakan kendali utama pada operator dan
pengawasan dari supervisor operasi. Unit mesin mana yang menjadi prioritas operasi, berapa
beban yang di berikan pada tiap mesin saat beroperasi dan bagaimana menyesuaikan jumlah
mesin yang dioperasikan dengan beban sistim yang ada, sangat penting diperhatikan agar
pengaturan operasi Mesin dapat dilakukan dengan baik.
Dengan didapatkannya sampling data konsumsi bahan bakar diatas maka Mesin Deutz
KHD di operasikan untuk beban puncak malam saja. Sedangkan untuk beban puncak yang
lain di prioritaskan untuk mesin Caterpillar dan Mesin Yanmar. Di sisi lain kondisi mesin
Yanmar memiliki jam kerja yang cukup tinggi dan sudah memasuki jam Overhaul sehingga
belum bisa dimaksimalkan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar Untuk mesin sewa
megapower dimaksimalkan penggunaannya sesuai dengan kontrak yang telah disetujui yaitu
2000 KW
Untuk mengontrol penggunaan bahan bakar minyak dan tercapai nya efisiensi maka
disusun pola operasi untuk setiap kondisi beban Berdasarkan dari data sampling SFC serta
data kondisi beban puncak sistem, maka disusun lah pola operasi pembangkit seperti berikut
ini:

BEBAN PUNCAK SIANG


JUMLAH MESIN OPERASI JUMLAH
CATERPILLAR YANMAR KHD MEGAPOWER
PLN MAKSIMAL TOTAL
I II III IV
_ _
12408 2000 13 UNIT 14408

Pola Operasi beban puncak siang 14.408 Kw


Tabel 5.

BEBAN PUNCAK SORE


JUMLAH MESIN OPERASI JUMLAH
CATERPILLAR YANMAR KHD MEGAPOWER
PLN MAKSIMAL TOTAL
I II III IV
14800 1000 500 2000 18 UNIT 18300
*Ket: Ditambah Pemadaman ±1500 KW
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Pola Operasi beban puncak sore 19.800 Kw

Pola Operasi beban puncak Malam 17.640 KW

BEBAN PUNCAK MALAM


JUMLAH MESIN OPERASI JUMLAH
CATERPILLAR YANMAR KHD MEGAPOWER
PLN MAKSIMAL TOTAL
I II III IV
147640 1000 - 2000 17 UNIT 176.40

3.4 Penyusunan Urutan Operasi Mesin Berdasarkan SFC


Selain Pengaturan jumlah mesin yang beroperasi, Mesin Caterpillar yang berjumlah
cukup banyak perlu menjadi perhatian yang lebih agar tidak terjadi pengoperasian mesin
dengan beban yang rendah ataupun pengoperasian mesin tertentu tanpa ada pemerataan.
Khususnya pada jam-jam yang Low Demand diluar Beban Puncak, dipastikan akan ada
beberapa Unit yang di standby kan dan mesin yang beroperasi pun berpeluang untuk
mendapatkan pembebanan yang tidak maksimal.
Demi menghindari terjadinya hal tersebut, maka disusun juga daftar prioritas
pengoperasian mesin Caterpillar yang disesuaikan dengan data tingkat ke efisiensi an mesin
yang telah didapatkan sebelumnya. Dengan tujuan apabila dalam kondisi Low Demand maka
mesin – mesin yang memiliki nilai efisiensi tinggi saja yang dioperasikan dan menstandby
kan mesin- mesin dengan Efisiensi yang rendah untuk mendapakan pemakaian BBM yang
lebih kecil. Maka disusun lah urutan pengoperasian mesin Pembangkit seperti berikut ini:

Gambar 1. Pedoman pelaksanaan pola dan prioritas Operasi mesin pembangkit


Daftar tersebut dibuat serta dirangkum dalam SOP Pelaksanaan Pola Manajemen
Beban serta disosialisasikan kepada Operator PLTD Bengkalis agar dapat dijadikan pedoman
dan dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan sesuai.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Gambar 7. Dokumen SOP Manajemen Beban PLTD

Gambar 8. Sosialisasi kepada Operator PLTD

Dalam pelaksanannya tentu tingkat keefisiensi an suatu mesin tersebut tidak akan
selalu sama. Banyak faktor yang mempengaruhi serta akan menurunkan nilai Efisiensi
operasi dari suatu mesin tersebut. Diantara beberapa hal yang mempengaruhi tersebut adalah
pelaksanaan pemeliharaan rutin 500 jam yang didalamnya dilaksanakan pengantian Part-Part
mesin tertentu seperti Filter Bahan Bakar, Filter Pelumas menggunakan Part yang baru serta
penggantian pelumas. sehingga dapat dipastikan performa dari mesin tersebut akan semakin
membaik dengan nilai efisiensi yang tinggi.
Sehingga dalam pelaksanan pola operasi berdasarkan efisiensi mesin Caterpillar
selalu di update dengan ketentuan bahwa mesin pembangkit yang baru selesai dilaksanakan
servis menempati prioritas pertama untuk pengoperasian. Hal ini juga untuk meastikan bahwa
dari 15 unit mesin Caterpillar yang tersedia pengoperasiannya dilaksanakan secara baik dan
merata.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Gambar . Pemasangan papan pedoman Pola Operasi PLTD Bengkalis

3.5 Monitoring Pelaksanaan Manajemen Beban.


Dalam pelaksanaan manajemen beban perlu adanya ke disiplinan serta komitmen dari
masing-masing bagian khususnya Tim Operasi dengan dukungan dari Tim Pemeliharaan.
Sehingga perlu adanya pengawasan / Monitoring dalam pelaksanaan nya di lapangan.
Masalah yang sering muncul adalah Pencatatan data dan statistik beban harian
pembangkit yang merupakan data dasar yang digunakan sebagai monitoring dan evaluasi
operasi masih belum konsisten sehingga menjadi kendala dalam mengatur pola operasi.
Beberapa hal penyebab nya adalah prosedur pengaturan pola operasi yang kurang sesuai
terhadap kondisi operasi terkini, sehingga operator mengoperasikan mesin dengan
pemahaman sendiri-sendiri (berdasarkan kebiasaan).
Dalam penerapan pola manjemen beban ini data urutan ke efisiensi an mesin selalu di
update dengan kondisi di lapangan. Apabila salah satu unit telah selesai dilaksanakan
pemeliharaan rutin khususnya P3 maka mesin tersebut akan masuk menjadi prioritas utama
operasi dan begitu seterusnya. Hal ini juga dapat di manfaatkan oleh tim pemeliharaan untuk
mengetahui mesin manakah yang sudah tidak efisien dan segera dilaksanakan pemeliharaan.
Hal lain yang dilaksanakan untuk mengawasi terlaksananya pola manajemen beban
adalah dengan menambahkan data Monitoring sebagai berikut:
A. Data SFC harian dan di rekap untuk per bulan pelaksanaannya
Hal ini dimaksudkan agar penggunaan Bahan Bakar Minyak serta capaian SFC dari
setiap hari dapat selalu di monitor dan apabila terjadi lonjakan yang cukup signifikan dapat
segera dilaksanakan tindakan perbaikan untuk menekan Level SFC se hemat mungkin.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Grafik . Rekap SFC PLTD Bengkalis bulan Juni

Grafik . Rekap SFC PLTD Bengkalis bulan Juli

Grafik . Rekap SFC PLTD Bengkalis bulan Agustus

B. Monitoring Pembebanan mesin pembangkit PLTD dalam setiap hari operasi


Monitoring ini dilaksanakan untuk mengawasi pembebanan mesin Operasi dari PLTD
Bengkalis untuk setiap unit nya. Khususnya pada waktu tertentu yang berpotensi terjadi nya
pembebanan mesin dibawah rata- rata untuk memastikan bahwa setiap mesin beroperasi pada
beban yang optimal untuk menekan penggunaan bahan bakar minyak
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

Grafik . Sampling pembebanan mesin dalam kondisi full operasi

Grafik , Sampling pembebanan mesin dalam kondisi campuran


Dari kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun kondisi suatu mesin
yang dioperasikan secara terus menerus selama 24 jam maupun mesin yang dioperasikan
pada waktu tertentu, pembebanan nya sudah sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu
diatas 85% dari daya mampu mesin itu sendiri. Pelaksanaan nya secara kontinu dengan
metode monitoring nya sendiri adalah pengawasan menggunakan data Logsheet yang di
inputkan oleh operator pada setiap jam nya dan di evaluasi pada keesokan harinya agar segera
dapat dilaksanakan tindakan perbaikan jika terjadi ketidak sesuaian.
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

BAB 4
PENUTUP
5.1 Penghematan atau Saving

Target dari pelaksanaan dan penerapan pola manajemen beban diatas adalah dapat
menekan Angka SFC diangka yang lebih rendah serta menghemat penggunaan dari bahan
bakar minyak. Untuk mengetahui seberapa besar penghematan yang bisa diperoleh dengan
penerapan pola Operasi Mesin Caterpillar serta Manajemen beban maka dilakukan
penghitungan sebagai berikut:

Pada saat beban siang dengan operasi sejumlah 13 unit mesin misalnya.

A. Apabila pengoperasian secara acak dan dioperasikan mesin dengan Efisiensi yang rendah
berdasarkan data sampling SFC dengan men standby kan unit #6 dan Unit #1:
Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM Rupiah/liter
= ((0,2868 x 950) + (0,2738 x 950) + (0,2682 x 950) + (0,2701 x 950) +
(0,2794 x 950) + (0,2679 x 950) + (0,2686 x 950) + (0,2706 x 950) + (0,2684 x
950) + (0,2724 x 950) + (0,2704 x 950) + (0,2766 x 950) + (0,2848 x 950)) Liter
x 7525 Rupiah
= (272,46 + 260.11 + 254.79 + 256.60 + 265,43 + 254,50 + 255,17 + 257,07 +
254,98 + 258,78 + 256,88 + 262,77 + 270,56) Liter x 7525 Rupiah
= 3.380,1 Liter x 7525 Rupiah
= 25.435.252 Rupiah untuk pemakaian 1 jam
B. Apabila pengoperasian dengan manajemen Beban dan dioperasikan mesin yang memiliki
efisiensi yang tinggi berdasarkan data sampling SFC dan men standby kan unit #2 dan
Unit #15:
Biaya BBM = Total penggunaan bahan bakar mesin operasi x Harga BBM Rupiah/liter
= ((0,2573 x 950) + (0,2738 x 950) + (0,2682 x 950) + (0,2701 x 950) + (0,2610
x 950) + (0,2679 x 950) + (0,2686 x 950) + (0,2706 x 950) + (0,2684 x 950) +
(0,2724 x 950) + (0,2704 x 950) + (0,2766 x 950) + (0,2794 x 950)) Liter x
7525 Rupiah
= (244,43 + 260.11 ℓ + 254.79 ℓ + 256.60 + 247,95+ 254,50 + 255,17 + 257,07
+ 254,98 + 258,78 + 256,88 + 262,77 + 265,43) Liter x 7525 Rupiah
= 3.329,33 Liter x 7525 Rupiah
= 25.053.208 Rupiah untuk pemakaian 1 jam
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

C. Total Penghematan =25.435.252 Rupiah - 25.053.208 Rupiah


=382.044 Rupiah untuk 1 jam Operasi dengan 2 mesin
Caterpillar Standby

D. Dengan menganalisa pola beban harian di Pulau Bengkalis di asumsikan bahwa dalam 24
Jam operasi PLTD beban puncak yang mengharuskan 15 unit mesin Caterpillar bekerja
secara penuh (Beban diatas 16000 KW) adalah selama 7 Jam yaitu pada Pukul 18.00 s/d
Pukul 24.00. Sehingga sisa 17 jam dari operasi PLTD beberapa mesin Caterpillar bisa di
Standby kan dengan mengoptimalkan mesin pembangkit sewa. Sehingga jika di
asumsikan bahwa pelaksanaan Urutan Operasi mesin sesuai dengan SOP yang telah
disusun, maka penghematan dalam 1 hari operasi yang dapat dihasilkan adalah:

Penghematan Harian = Rp 382.044 x 17 Jam


= Rp. 6.494.748 / Hari
Penghematan Bulanan = Rp. 6.494.748 x 30 hari
= Rp. 194.842.440 / Bulan

5.2 Hasil Yang Dicapai

Berdasarkan pembahasan permasalahan dan inisiatif perbaikan yang dilakukan, dapat


dilihat dari statistik pencapaian target kinerja pada upaya penurunan SFC Di bulan Juni
hingga agustus 2019 telah menunjukan perubahan dan hasil yang cukup baik. Seperti pada
gambar berikut ini.

Gambar 14. Grafik Angka Penurunan SFC


Dengan pencapaian diatas dapat di dibandingkan penurunan SFC pada Bulan Mei
2019 Dengan pencapaian SFC sebanyak 0.2738 ℓ/Kwh, dengan pencapaian SFC 0.2728
ℓ/KWh di Bulan Juni 2019. Pada pencapaian ini menghasilkan selisih penghematan
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

pemakaian bahan bakar 0.001 liter/KWh. Dengan KWh produksi pembangkit BIO SOLAR
PLTD Bengkalis di Bulan Juni 2019 sebesar 7.909.600 KWh maka penghematan BBM jika
dibandingkan dengan pencapaian bulan Mei mencapai 54.044 Liter, sebanding dengan Rp.
435.596.264 (Dengan harga rupiah/liter Bulan Juni 2019 Rp. 7.525,-/liter) untuk bulan juni.

Gambar 15. Grafik Angka Pemakaian Total Bio Solar

Sedangkan untuk bulan-bulan selanjutnya meskipun total pemakaian bahan bakar


minyak mengalami peningkatan yang cukup signifikan namun SFC masih dapat ditekan di
angka 0.2728 s/d 0.2730 dan diimbangi dengan naiknya angka KWH Produksi PLTD.

Grafik . KWH Produksi PLTD Bengkalis

sehingga didapatkan nilai SFC yang lebih baik dibandingkan rata-rata sebelum bulan
mei yang berada diangka 0.2734 s/d 0.2735. selisih dari sebelum penerapan pola operasi dan
setelah penerapan pola operasi adalah sebanyak 0.0004 ℓ/Kwh. Lalu dibandingkan dengan
KWh Produksi rata-rata selama bulan Juni-Agustus sejumlah 9.795.484 sehinga
menghasilkan penghematan sebesar 3918 liter setiap bulannya. Setara dengan Rp. 29.484.406
setiap bulannya
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG
PT PLN (Persero)
Unit Pendidikan dan Pelatihan
UDIKLAT PADANG

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan dan analisa penulis mengenai pelaksanaan Manajemen beban
dan pola operasi berdasarkan SFC mesin pembangkit PLTD Bengkalis, didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisa mengeanai naiknya SFC mesin Pembangkit pada bulan Mei
2019, maka langkah penerapan Manajemen Beban dan Pola Operasi Berdasarkan SFC
mesin pembangkit PLTD Bengkalis adalah langkah yang tepat untuk dilakukan guna
mengurangi penggunaan bahan bakar dan Nilai SFC mesin-mesin pembangkit PLTD
Bengkalis.
2. Berdasarkan perhitungan dan analisa diperoleh nilai Saving atau penghematan yang
dapat dihasilkan dalam penggunaan bahan bakar minyak sebanyak 25.892,70 Liter
setiap bulannya.
3. Dari perhitungan penghematan penggunaan Bahan Bakar minyak maka didapat
Saving sebesar Rp. 194.842.440 / Bulan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil telaah staff ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk PLTD lain yang mengalami masalah serupa, dapat menerapkan solusi yang
sama, yaitu penerapan Manajemen beban dan pola operasi berdasarkan SFC mesin
pembangkit.
2. Dalam pembuatan analisis penulis merekomendasikan agar melakukan simulasi
terlebih dahulu karena hasil yang diperoleh lebih mendekati keadaan real di lapangan
sehingga dapat dijadikan pembanding dalam analisis perhitungan manual

Anda mungkin juga menyukai