Anda di halaman 1dari 8

Drs. Fatkhulloh, M.

Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

OSILASI HARMONIK TEREDAM

Dalam pembahasan yang terdahulu, masih dianggap bahwa titik massa yang melaku-
kan osilasi sederhana (dapat berupa bandul atau beban pada pegas), tidak mengalami
redaman seperti karena gaya gesekan, sehingga dapat berosilasi terus menerus. Pada
kenyataannya, amplitudo osilasi makin lama makin berkurang hingga akhirnya menjadi
nol. Hal ini terjadi karena pengaruh gaya gesekan. Contoh gesekan ini misalnya gesekan
oleh udara, hembusan angin, gesekan dengan air seperti pada sistem nassa pegas yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.1 dan lainnya. Osilasi yang demikian disebut osilasi
harmonis teredam.

Gambar 2.1
(a) Getaran selaras teredam sistem massa – pegas yang dibenamkan ke dalam air.
(b) Kurva peredaman pada sistem itu

Pada umumnya gaya gesek yang dialami titik massa yang berosilasi ini berbanding
lurus dengan kecepatannya dan ditulis sebagai berikut
Fgesekan  bv
(2.1)

dengan b adalah tetapan redaman dan v adalah kecepatan. Substitusikan gaya gesekan
ini sebagai gaya luar selain gaya pegas ke Persamaan

F  ma   kx  bv (2.2)

d 2x dx
m 2  b  kx  0
dt dt (2.3)

Perhatikanlah, sekarang kita memiliki suku berbentuk –bv = -b dx/dt dalam persamaan
(2.2) yang mana sebelumnya tidak terdapat dalam persamaan (1.5). Inilah representasi
gaya gesekan. Tanda negatif menunjukkan bahwa arahnya selalu berlawanan dengan

HANDOUT “GELOMBANG”

1
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

arah gerakan massa. Adapun b merupakan tetapan yang nilainya bergantung kepada
rapat massa fluida, dan bentuk dari massa m.

Sebelum kita mencoba menemukan penyelesaian dari persamaan (1.22), sekarang


cobalah bayangkan bahwa Anda memiliki sebuah ayunan pegas yang berayun cukup
cepat, katakanlah periodenya 1 sekon. Jika pada saat t=0, simpangan ayunan bernilai 1
cm dan misalkan satu sekon kemudian simpangan tersebut berkurang menjadi 0,5 cm.
Kejadian tersebut berulang dan berulang dengan pengurangan amplitudo setengah dari
periode sebelumnya. Jika dibuat plot antara t dan amplitudo, maka kita akan mem-
peroleh hasil berupa pola penurunan amplitudo secara eksponensial menurut bentuk,

A t   A0 e t (2.4)

Sehingga

x t   A t  cos t     A0 e t  t    (2.5)

Untuk menggambarkan pola ayunan yang dimaksud di dalam persamaan (2.5). Gambar
(2.2) menyajikan pola penurunan amplitudo untuk fungsi x(t)=e-tcos(2 t). Garis
‘mlengkung’ adalah yang merupakan cungkup (envelope) ayunan. Tentu saja, pola yang
berbeda akan kita peroleh untuk keadaan laju penurunan amplitudo dan frekuensi yang
berbeda

Gambar 2.2
Pola penurunan amplitudo dari sebuah fungsi ber-
bentuk x(t)=e-αtcos(2t) dengan α=1. Pola yang ber-
beda akan kita peroleh untuk nilai yang berbeda.
Tampak bahwa ayunan bergerak dengan amplitudo
yang terus mengecil menuju nol.

kita akan mencoba memilih bentuk,

x  t   x0 e t (2.6)

dan memasukkannya sebagai penyelesaian persamaan (2.3).


dx t 
 x 0 e t   x  t  (2.7)
dt

dx 2  t 
2
  2 x0 et   2 x t  (2.8)
dt
m 2 x  bx  kx  0 (2.9)

HANDOUT “GELOMBANG”

2
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

Hilangkan faktor x, maka menjadi persamaan kuadrat atau disebut persamaan


karakteristik :
m 2  b  k  0
(2.10)

Persamaan (2.10) merupakan persamaan kuadrat dan untuk penyelesaian akar persama-
an karakteristiknya diberikan oleh α :

 b  b 2  4mk

2m (2.11)

Kita akan mengkaji persamaan (2.11) secara lebih detil dan melihat konsekuensinya
terhadap perilaku osilasi. Jika faktor redaman b bernilai besar, tentu akar kuadrat dalam
persamaan (2.11) akan bernilai real atau sebaliknya bisa menjadi imaginer. Kita ambil
suku akar kuadrat D

D b 2  4mk (2.12)

1. Keadaan teredam kuat (D > 0)


Pada keadaan ini, OHS teredam mempunyai dua akar persamaan karakteristik
α = α1 ≠ α2 bernilai riil dan berbeda, dan disebut sebagai keadaan teredam kuat.
 b  b 2  4mc
  (2.13)
2m
dan
 b  b 2  4mc (2.14)
 
2m

Hal ini berarti bahwa kedua solusi berkurang secara eksponensial.



v  t   e  t , e  t  (2.15)

Gambar (2.3) menyajikan contoh dari ayunan sejenis yang diberikan oleh persamaan
berbentuk
1
x t    exp  2t   exp  0,5t  (2.16)
2

Gambar 2.3
Perilaku ayunan yang sejenis dengan kea-
daan yang digambarkan oleh persamaan
(2.22)

Ketika b bertambah, kedua solusi α+


dan α- menjadi sangat berbeda satu
HANDOUT “GELOMBANG”

3
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

sama lain. α+ 0 sementara α- ∞ . Saat bernilai sangat kecil itu berarti


bahwa pelemahan amplitudo berlangsung sangat lambat. Sehingga ketika b
bertambah, laju penurunan amplitudo malah melambat. Hal ini berlawanan
dengan keadaan pada kasus nomor 1 di atas. Pada keadaan ini tidak terjadi
ayunan akibat gesekan yang sangat besar dan massa tidak dapat bergerak. Yang
terjadi hanyalah penuruan amplitudo secara perlahan

Solusi persamaan OHS teredam kuat, yang ditandai dengan mempunyai akar
persamaan karakteristik riil dan berbeda, α = α1 ≠ α2 biasa ditulis :

x(t )  Ae1t  Be 2t (2.17)

A dan B merupakan konstanta yang tergantung pada kondisi awal , contoh x=A,
dan v=0 pada t=0

Contoh :
Tentukan solusi umum dari persamaan OHS teredam kuat dan solusi khusus
bila nilai awal x(0) = 1 dan x’(0) = 0
d 2x dx
2
 5  6x  0
dt dt

Solusi :
1. Solusi Umum

 2  5  6  0
Persamaan karakteristiknya :
 b  b 2  4mc
1, 2 
2m

5 25  4.1.6 5  1
1, 2  
2.1 2
5 1
1  3
2
5 1
2  2
2

x (t )  Ae3t  Be 2t

2. Solusi Khusus
Substitusi nilai awal ke dalam solusi umum dan turunan pertamanya :

x (0)  Ae3t  Be2t  1  Ae3.0  Be2.0  1  A  B  1

dx
 3 Ae3t  2 Be2t  0  3 Ae3.0  2 Be2.0  0
dt

HANDOUT “GELOMBANG”

4
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

dx
 3 A  2B  0
dt

A  B 1
A=-2 dan B=3
3 A  2B  0

Jadi solusi khususnya : x (t )  2e3t  3e 2 t

2. Keadaan teredam kritis (D = 0)


Keadaan ini memiliki banyak manfaat untuk aplikasi dan rekayasa, contohnya
untuk kepentingan perancangan komponen peredam (shock absorber) pada kendara-
an bermotor. Saat b bernilai terlampau kecil, akan menimbulkan ayunan yang lama
tanpa menimbulkan pengurangan yang berarti pada amplitudo. Namun, jika b
terlampau besar, keadaan berubah seolah dalam keadaan terhimpit dan memerlukan
waktu yang lama sebelum dapat kembali menggerakkan massa m.

Pilihan terbaik untuk nilai b adalah pada keadaan , yang disebut sebagai keadaan
teredam kritis, yang berada diantara keadaan teredam lemah dengan teredam kuat.
Ilustrasinya disajikan dalam Gambar (2.4) dari sebuah fungsi yang berbentuk x(t) =
exp (-t)(1-t). Garis ‘melengkung’ adalah plot untuk exp (-t).

Gambar 2.4
Keadaan teredam kritis.

Keadaan OSH teredam kritis, mempunyai nilai akar persamaan sama, α = α1 = α2


sehingga solusinya adalah :
x(t )  et  A  Bt  (2.18)

Contoh :
Tentukan solusi umum dari persamaan OHS teredam kritis dan solusi khusus
bila nilai awal x(0) = 1 dan x’(0) = -1
HANDOUT “GELOMBANG”

5
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

d 2 x dx
 0
dt 2 dt

Solusi :
1. Solusi Umum

 2 1  0
Persamaan karakteristiknya :
1, 2  1

x(t )  et  A  Bt 

2. Solusi Khusus
Substitusi nilai awal ke dalam solusi umum dan turunan pertamanya :

x(0)  e0  A  B.0   1  A  1

dx
 Aet  Bet .t  Bet  1  A  B  1
dt

A 1 A=1 dan B=-2


A  B  1
Jadi solusi khususnya : x(t )  et 1  2t 

3. Keadaan teredam lemah (D < 0)


Akar persamaan karakteristik α berbentuk kompleks dengan bagian realnya dibe-
rikan oleh –b/2m. Adapun bentuk imaginernya dapat kita peroleh dengan menulis
kembali √b2-4mk berbentuk

  1  4mk  b 2   i  4mk  b 
2
(2.19)

Sehingga kita dapat menulis ekspresi untuk α berbentuk :

b k b2
 i 
2m m 4m 2 (2.20)

Tampak jelas dari persamaan (2.20) bahwa jika b = 0, maka bentuk akar dalam
persamaan tersebut berubah menjadi √k/m yang tak lain frekuensi ayunan seperti
yang diberikan dalam persamaan (1.10). Dengan demikian bentuk akar dalam
persamaan (2.20) juga berdimensi yang sama, sehingga membolehkan kita untuk
menulis persamaan (2.20) berbentuk
b k b2
  i  
2m
HANDOUT “GELOMBANG” m 4m 2

6
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

dengan (2.21)

Substitusi persamaan (2.21) pada persamaan (1.10) akan menghasilkan bentuk


penyelesaian persamaan (2.3) sebagai berikut :
 b  b
  i  t
x t   x0 e  x0 e
t
t  2m 
 x0 e 2m
e  i t
(2.22)

Tanda ± dalam persamaan (2.22) mengandung pengertian bahwa persamaan ter-


sebut terdiri dari dua bentuk penyelesaian. Kita dapat pula menulis persamaan
tersebut dalam bentuk yang ekivalen
b
x t   x0 et  x0 e 2 m  cos t  , sin  t  
t
(2.23)

Atau sering ditulis :

x t   x0et  x0et  A cos t   B sin  t  (2.24)

Persamaan (2.24) adalah solusi persamaan deferensial orde dua OHS teredam, untuk
kasus akar karakteristiknya kompleks. Persamaan ini tidak lain merupakan perka-
lian sebuah bentuk eksponensial dengan sinusuida. Amplitudo x0 berkurang dengan
laju exp(–b/2m). Sekarang mari kita cermati makna dari bentuk ini. Ketika ia bernilai
nol, maka itu berarti tidak terdapat penurunan amplitudo sama sekali, akan tetapi
jika ia bernilai cukup besar, maka penurunan amplitudo akan berlangsung secara
sangat cepat.
Sebagai gambaran, misalnya amplitudo pada saat t = 0 adalah bernilai satu.
Kita ingin mengetahui waktu τ yang diperlukan untuk meredam hingga mencapai
keadaan 1/e atau ekivalen dengan nilai 0,37 kali amplitudo semula. Besaran ini
disebut dengan waktu relaksasi. Saat t=1, kita memiliki simpangan sebesar , maka
untuk keadaan yang ditanyakan berlaku
b
t
e 2 m  e 1 (2.25)

2m
 
b (2.26)

Persamaan (2.18) lazim disebut dengan waktu pelemahan. Sehingga kita dapat
menulis ulang penyelesaian pada persamaan (2.16) ke bentuk

x  t   x0 e  t /  cos t  , sin  t   (2.27)

x t   x0e  t   x0e t   A cos t   B sin  t  (2.28)

Ketika redaman bertambah, τ mengecil, yang berarti bahwa proses peredaman


berlangsung lebih cepat.

Contoh : d 2x dx
HANDOUT “GELOMBANG” 2
 4  9x  0
dt dt
7
Drs. Fatkhulloh, M.Si Pendidikan Fisika FPMIPA UAD Yogyakarta

Tentukan solusi persamaan OHS teredam lemah berikut ini :

Solusi :
Persamaan karakteristiknya :  2  4  9  0

 b  b 2  4mc
1, 2 
2m

 4  16  4.1.9  4   20
1, 2    2  i 5
2.1 2


x (t )  e 2 t A cos 5t  B sin 5t 

Tugas :

Carilah solusi umu dan khusus persamaan OHS teredam berikut ini ;

1. d 2x dx
2
4  5 x  0  pada x(0)  0 dan x' (0)  -1
dt dt
2
2. d 2x  6 dx  9 x  0  pada x(0)  1 dan x'(0)  0
dt dt
d 2x dx
3. 2
4  7 x  0  pada x(0)  1 dan x' (0)  0
dt dt

2
4. d x  4 x  0  pada x(0)  1 dan x' (0)  -1
dt 2

HANDOUT “GELOMBANG”

Anda mungkin juga menyukai