Anda di halaman 1dari 39

Penerapan PSBW untuk memecahkan masalah atom hidrogen.

Energi potensial yang dimiliki elektron dalam atom hidrogen adalah energi
potensial listrik sebesar
e2
V 
4 0 r
Karena atom hidrogen diasumsikan berbentuk bola, maka persamaan Schödinger
bebas waktu berbentuk
2
    V  E
2m
 2  1   2   1     1  2 
   r    sin      V  E
2m  r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2 
 2  1   2   1     1  2 
   r    sin      V  E   0
2m  r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2 
1   2   1     1  2 2m
 r    sin      E  V   0
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2  2
1   2   1     1  2 2m  e2 
 r    sin      E    0
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2  2  4 0 r 
Dikalikan dengan r 2 sin 2  , didapatkan
         2 2mr 2 sin 2   e2 
sin 2   r 2   sin   sin     
 E    0
r  r       2 2  4 0 r 
persamaan ini adalah persamaan diferensial untuk fungsi gelombang  dari
elektron dalam atom hidrogen. Jika fungsi  dinyatakan dengan
  r ,  ,    R  r        
Sehingga
 R dR
   
r r dr
  d
 R  R
  d

2
 
2
d 2
 R  R
 2
 2
d 2
Maka persamaan Schrödinger bebas waktu dapat dinyatakan
  dR    d  d 2  2mr 2 sin 2   e 2 
sin 2   r 2    sin   sin R   R    E  R  0
r  dr    d  d 2
 2
 4 0 r 
kemudian persamaan ini dibagi dengan R , sehingga diperoleh
sin 2  d  2 dR  sin  d  d  1 d 2  2mr 2 sin 2   e 2 
r   sin      E   0
R dr  dr   d  d   d 2
 2
 4 0 r 
sin 2  d  2 dR  sin  d  d  2mr 2 sin 2   e 2  1 d 2
r   sin   
 4 r  E 
  
R dr  dr   d  d  2  0   d 2
Persamaan ini akan bernilai benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan
sebuah tetapan yang sama, misalkan tetapan tersebut m 2 l , sehingga ruas kanan
1 d 2
  m2l
 d 2

Sehingga
sin 2  d  2 dR  2mr 2 sin 2   e 2  sin  d  d 
r    E   ml2   sin  
 4 0 r  d  d 
2
R dr  dr   
Kedua ruas, dibagi dengan sin2θ, sehingga diperoleh
1 d  2 dR  2mr 2  e 2  m2l 1 d  d 
 r   
2 
 E   2   sin  
R dr  dr    4 0 r  sin   sin  d  d 
Persamaan ini akan benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan sebuah
tetapan yang sama, misalkan tetapan tersebut l  l  1 , sehingga diperoleh dua
persamaan
m2l 1 d  d 
1.   sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
2. r   2   E   l  l  1
R dr  dr    4 0 r 
dari persamaan
1 d 2
  m2l
 d 2
d 2
  m 2 l
d 2

d 2
 m 2 l .... persamaan
d 2

dari
m2l 1 d  d 
  sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
1 d  d  ml2
 sin     l  l  1 
 sin  d  d  sin 2 
1 d  d   ml2 
 sin     l  l  1  
sin  d  d   sin 2  
1 d  d   ml2 
 sin    l  l  1    0... persamaan
sin  d  d   sin 2  
dari
1 d  2 dR  2mr 2  e2 
r  2   E   l  l  1
R dr  dr    4 0 r 
dikalikan R
r2
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
r    2   E    R  0... persamaanR
r dr  dr     4 0 r
2
 r2 
Kita lihat persamaan untuk R yaitu
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
 r      E    R  0 …………………….(a)
r 2 dr  dr    2  4 0 r  r 2

Energi total E terdiri dari energi kinetik elektron dalam arah radial (k radial) dan
korbital yang ditimbulkan oleh gerak elektron mengelilingi inti, serta energi
e2
potensialnya V  
4 0 r
E = kradial + korbital + V
e2
= kradial + korbital 
4 0 r
Masukkan ke persamaan (a) di atas, menjadi
1 d  2 dR   2m  e 2 e 2  l  l  1 
r    k radial + k orbital   R  0
r 2 dr  dr    2  4 0 r 4 0 r  r2 
1 d  2 dR   2m   2 l  l  1 
 r     k + k   R  0
r 2 dr  dr    2  2mr 2 
radial orbital

Agar persamaan diferensial ini hanya mengandung fungsi radius r saja, maka
 2 l  l  1
k orbital  0
2mr 2
 2 l  l  1
k orbital 
2mr 2
Energi kinetik orbital (korbital) = ½ m vorbital
= 1/2m (m vorbital)2
= L2/2mr2 ,L=m vorbital r
(momentum sudut)
maka
 2 l  l  1 L2

2mr 2 2mr 2
L2   2 l  l  1
L   l  l  1
Jadi, momentum sudut L terkuantisasi ke dalam  l  l  1

Pemisahan variabel yang dilakukan pada persamaan Schrödinger dalam bentuk


koordinat bola menghasilkan 3 persamaan sebagai berikut.
d 2 2
1.  ml  0 merupakan persamaan untuk  (persamaan 1)
d 2

1 d  d   ml2 
2.  sin  
 l  l  1     0 merupakan persamaan untuk θ
sin  d  d   sin 2  

(persamaan 2)
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
3. 2  r    2   E    R  0 merupakan persamaan untuk
r dr  dr     4 0 r  r 2

θ (persamaan 3)


Penyelesaian persamaan 1 adalah    Ae iml  dengan A adalah konstanta
integrasi. Salah satu persyaratan fungsi gelombang adalah Φ merupakan
komponen dari fungsi gelombang lengkap ψ yang berharga tunggal pada setiap
titik dalam ruang.

Gambar 1. Sudut  dan  +2π yang mengidentifikasi bidang meridian yang


sama

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa  dan  +2π mengidentifikasi bidang


meridian. Jadi fungsi tersebut memenuhi
         2 
Ae iml  Ae iml    2 
Persamaan tersebut hanya berlaku bila ml = 0 atau bilangan bulat positif atau
bilangan bulat negatif (±1, ±2, ±3, ...). Konstanta ml ini dikenal dengan bilangan
kuantum magnetik atom hidrogen.

Kuantisasi Momentum Sudut Atom Hidrogen

Persamaan (3) menunjukkan aspek radial dari gerak elektron yaitu gerak yang
mendekati atau menjauhi inti. Energi total elektron pada persamaan tersebut
mencakup energi kinetik gerak orbital yang tidak berhubungan langsung dengan
gerak radial. Oleh karena itu, energi kinetik elektron tersebut harus terdiri dari dua
bagian yaitu:
 K radial yang ditimbulkan oleh gerak elektron mendekati atau

menjauhi inti dan


 K orbital yang ditimbulkan oleh gerak elektron mengelilingi inti.

Sedangkan energi potensial elektron adalah energi listrik seingga energi total
elektron adalah:
E  K radial  K orbital  V
e2
E  K radial  K orbital 
4 0 r

(4)
Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (3), diperoleh persamaan:

1 d  2 dR   2m  e 2 e 2  l (l  1) 
 r      K  K   R  0
r 2 dr  dr    2  4 0 r 4 0 r 
radial orbital
r2 

1 d  2 dR  2m   2 l (l  1) 
 r    K
 radial  K orbital   R  0
r 2 dr  dr   2  2mr 2 

(5)
Persamaan 5 benar jika dan hanya jika dua suku yang mengandung orbital = 0.
Sehingga dapat dituliskan
 2 l  l  1
K orbital  0
2mr 2
(6)

 2 l  l  1
K orbital 
2mr 2
(7)
Energi kinetik orbit elektron dirumuskan dengan persamaan
1
K orbital  mv 2 orbital
2
(8)
Persamaan (8) juga bisa dinyatakan dalam bentuk:

1 m 2 v 2 orbital r 2
K orbital 
2 m r2
(mvorbital r ) 2
K orbital 
2mr 2
(9)
Di mana L  mvr sehingga persamaan (9) dapat diubah ke dalam bentuk
momentum sudut yaitu:
L2
K orbital 
2mr 2
(10)
Dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke persamaan (10) diperoleh persamaan:

 2 l  l  1 L2

2mr 2 2mr 2
L  l  l  1 

(11)
Jadi momentum sudut elektron terkuantisasi dalam bilangan kuantum orbital dan
kekal.

Dengan demikian, persamaan Scrödinger dapat menyempurnakan teori atom


Bohr. Ada kejnaggalan pada kuantisasi momentum sudut yang diperoleh Bohr.
Bohr menyatakan kuantisasi tersebut dalam bilangan kauntum utama (n).
Bilangan kuantum utama yang seharusnya digunakan untuk menyatakan tingkat
tenaga digunakan untuk menyatakan momentum sudut. Scrödinger dapat
memperbaiki kejanggalan tersebut karena mampu menyatakan kuantisasi
momentum sudut dalam bilangan kuantum orbital.
Berdasarkan asas kesepadanan yang menyatakan bahwa akan terjadi
kesepadanan antara fisika klasik dan fisika kuantum untuk limit bilangan kuantum
yang besar maka kuantisasi momentum sudut Bohr akan sama dengan kuantisasi
momentum sudut yang diperoleh Scrödinger untuk bilangan kuantum orbital
yang maksimum yaitu harga l =n-1, maka persamaan (11) akan menjadi

L  n  1 n
L n 2  n

Karena nilai l maksimum, maka otomatis nilai n sangat besar sehingga


n2  n  n2
L  n 
2

L  n

Dengan demikian, terbukti bahwa untuk limit bilangan kuantum yang besar, teori
kuantum mendekati teori klasik.

Penerapan Persamaan Schrodinger untuk Memecahkan Masalah Atom


Hidrogen

Sebuah atom hidrogen diasumsikan berbentuk bola dengan elektron yang bergerak
dalam ruang tiga dimensi. Persamaan Schrodinger bebas waktu untuk elektron
dalam tiga dimensi dirumuskan dengan persamaan berikut.
2 2   
    r   V  r   r   E  r 
2m
Cara yang dapat digunakan utuk memecahkan persamaan di atas adalah dengan
pemisahan variabel. Jika digunakan koordinat bola maka pemisahan variabel
dapat lebih mudah dilakukan. Pada sistem koordinat bola bagi atom hidrogen,
proton berada di titik asal dan elektron berada pada jari-jari r, dalam arah yang
ditentukan oleh sudut θ dan φ. Sistem koordinat ersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.
z

ˆ ̂ r̂

̂ ˆ r̂ ̂
P
r
θ
y
φ r sin θ

x φ

Gambar 1. Sistem koordinat bola pada atom hidrogen

Misalkan partikel elektron bergerak dalam bola. Seperti gambar 1 di atas. φ


menentukan letak bujur dari elektron tersebut sedangkan θ menentukan letak
lintang dari elektron tersebut. Ada tiga macam gerak yang dialami elektron yaitu:

1. Gerak naik turun r̂


2. Gerak melingkar vertikal ˆ
3. Gerak melingkar horizontal ̂

Hubungan antar koordinat kartesian dengan koordinat bola berdasarkan gambar


adalah
x  r sin  cos 
y  r sin  sin 
z  r cos 
  x cos   y sin 
sehingga

 
1
r  x2  y2  z2 2

x 
1
2
 y2 2
tan  
z
y
tan  
x

Hubungan antara unit-unit vektor  r̂ ,ˆ,ˆ  , adalah


rˆ.rˆ  ˆ.ˆ  ˆ .ˆ  1
rˆ.ˆ  ˆ.ˆ  rˆ.ˆ  0
rˆxˆ  ˆ ; ˆxˆ  rˆ; ˆxrˆ  ˆ

Dari gambar diperoleh komponen-komponen cartesiannya yaitu


rˆ  ˆ sin   cos zˆ
rˆ  sin  cos xˆ  sin  sin yˆ  cos zˆ
ˆ  sin   90  ˆ  cos  90  zˆ
ˆ  cos ˆ  sin zˆ
ˆ  cos  cos xˆ  cos  sin yˆ  sin zˆ
ˆ tegak lurus dengan ˆ
ˆ  cos(  90) xˆ  sin(  90) yˆ
ˆ   sin xˆ  cos yˆ

Maka hubungan antar koordinat kartesian dengan koordinat bola menjadi


xˆ  sin  cosrˆ  cos cosˆ  sin ˆ
yˆ  sin  sin rˆ  cos sin ˆ  cos ˆ
zˆ  cosrˆ  sin ˆ

Untuk menyatakan posisi maka ditentukan hubungan-hubungan sebagai berikut.


rˆ 
  sin  cosxˆ  sin  sin yˆ  coszˆ 
 
rˆ
  cos cos xˆ  cos sin yˆ  sin zˆ 

rˆ
 ˆ


ˆ 
  cos cosxˆ  cos sin yˆ  sin zˆ 
 
ˆ
  sin  cos xˆ  sin  sin yˆ  coszˆ

ˆ
  rˆ


ˆ 
   sin xˆ  cos yˆ 
 
ˆ
0


rˆ 
  sin  cos xˆ  sin  sin yˆ  coszˆ 
 
rˆ
  sin  sin xˆ  sin  cos yˆ

rˆ
 sin ˆ

ˆ 
  cos cosxˆ  cos sin yˆ  sin zˆ 
 
ˆ
  cos sin xˆ  cos cos yˆ

ˆ
 cosˆ


ˆ 
   sin xˆ  cos yˆ 
 
ˆ
  cos xˆ  sin yˆ

ˆ
  sin rˆ  cos ˆ


Vektor posisi dinyatakan sebagai berikut.


r  rr
ˆ
ˆ
dr ˆ
dr
dr  dr r
ˆ  r d  r d
d d
ˆ
dr ˆ
dr
sebelumnya tela h diperoleh  ˆ dan  sin 
ˆ
d d
ˆ  rd 
dr  dr r ˆ  r sin d
ˆ

dari definisi gradien,


jika U   r ,  ,   , maka
dU  drU
U U U
dU  dr  d  d
r  
dU  dr .U
dU
U 
dr
U 1 U 1 U
U  rˆ  ˆ  ˆ
r r  r sin  
  1  1  
U   rˆ  ˆ  ˆ U
 r r  r sin   
 1  1 
  rˆ  ˆ  ˆ
r r  r sin  
 2  .
  1  1    1  1  
 2   rˆ  ˆ  ˆ  rˆ  ˆ  ˆ 
 r r  r sin    r r  r sin   
sehingga
 2 1 2 1  
 2   2  2  2 
 r r  2
r sin   
Berdasarkan nilai tersebut di atas, maka Persamaan Schrödinger Bebas Waktu
(PSBW) menjadi
2 2
    r  V r  r  E  r
2m
2m 2m
 2  r  2 V r  r   2 E  r
 
2 m 2 m
 2  r  2 V r  r  2 E  r  0
 
 2  r  2  E  V r   r  0
2m

 2
1 2    2m
  r   2  E  V r   r  0
1
 2  2  2
 r r  2
r sin    
1   2   r      r    2  r  2m
r   2
1
 sin 
1
  2 2    2  E  V r   r  0
r 2 r  r  r sin      r sin 
  2

 

Penerapan Persamaan Scrödinger dalam Kordinat Bola untuk Memecahkan
Masalah Atom Hidrogen

Berdasarkan transformasi Persamaan Scrödinger ke bentuk koordinat bola yang


telah dipaparkan sebelumnya, dapat diperoleh persamaan Scrödinger sebagai
berikut.
1   2   r      r    2  r  2m
 r  
1
 sin   
1    E  V r   r  0
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2    2   2
(1)
Energi potensial yang dimiliki elektron dalam atom hidrogen adalah energi
potensial listrik sebesar
e2
V 
4 0 r
(2)
Jika nilai energi potensial tersebut disubstitusi ke persamaan 1 diperoleh
1   2        2
 r sin   2 r  r r    r sin   2   sin      r sin   2 2 2
2 2 2 2 1 2 2 1
r   r sin    r sin  

  2m  E    4e r    0


2
 r 2 sin 2 
2   0 

  2         2mr sin 
2 2 2
 e2 
sin 2  r   sin   sin      E    0 ...(3)
r  r      
2
2  4 0 r 
Persamaan ini harus dipisahkan dengan separasi variabel. Persamaan (3)
merupakan persamaan diferensial untuk fungsi gelombang  dari elektron dalam
atom hidrogen. Jika fungsi  dinyatakan dengan
  r ,  ,    R  r        
maka
 R dR
   
r r dr
  d
 R  R
  d

2
 
2
d 2
 R  R
 2  2 d 2
(4)
Dengan mensubstitusikan persamaan (4) ke persamaan (3), maka diperoleh
persamaan berikut.
  2 dR    d  d 2
sin 2   r    sin   sin R   R
r  dr    d  d 2
2mr 2 sin 2   e2 
   E  R  0
2  4 0 r 
(5)
Jika persamaan (5) dibagi dengan R , sehingga diperoleh:
sin 2  d  2 dR  sin  d  d  1 d 2  2mr 2 sin 2   e 2 
 r    sin    
 4 r  E   0
R dr  dr   d  d   d 2 2  0 
1 d 2
Persamaan dibawa ke ruas kanan, karena hanya persamaan ini yang
 d 2
terdiri dari satu variable.
sin 2  d  2 dR  sin  d  d  2mr 2 sin 2   e 2  1 d 2
r   sin   
 4 r  E 
   ...(6)
R dr  dr   d  d  2  0   d 2
Persamaan (6) akan bernilai benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan
2
sebuah tetapan yang sama, misalkan tetapan tersebut ml yang besarnya adalah:
1 d 2 2
  ml
 d 2

(7)
Dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke persamaan (6), maka diperoleh:
sin 2  d  2 dR  2mr 2 sin 2   e 2  sin  d  d 
r    E   ml2   sin  
 4 0 r  d  d 
2
R dr  dr   
(8)
Jika kedua ruas pada persamaan (8) dibagi dengan sin2θ, maka diperoleh:
1 d  2 dR  2mr 2  e 2  ml 2 1 d  d 
r  2    E   2   sin   (9)
R dr  dr    4 0 r  sin   sin  d  d 
Ruas kanan dan ruas kiri pada persamaan (9) merupakan fungsi yang berbeda.
Persamaan tersebut akan benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan sebuah
tetapan yang sama, misalkan tetapan tersebut adalah l  l  1 , sehingga diperoleh
dua persamaan berikut.
2
ml 1 d  d 
3.   sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
(10)
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
2. r   2   E   l  l  1
R dr  dr    4 0 r 
(11)
Persamaan (7) dinyatakan sebagai:
1 d 2 2
  ml
 d 2
d 2 2
   ml
d 2
d 2 2
  ml  0
d 2

(12)
Persamaan (12) merupakan persamaan untuk 
Persamaan (10) juga dapat diubah menjadi:
2
ml 1 d  d 
  sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
1 d  d  m2
 sin    l  l  1  2l
 sin  d  d  sin 
(13)
1 d  d   ml2 
 sin  
   l  l  1  
sin  d  d   sin 2  
1 d  d   m2 
 sin    l  l  1  2l    0
sin  d  d   sin  
Persamaan (13) merupakan persamaan untuk 
Persamaan (11) dapat diubah menjadi:
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
r   2   E   l  l  1
R dr  dr    4 0 r 
Dengan mengalikan persamaan di atas dengan R , maka diperoleh
r2
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
r    2   E   R  0 (14)
r dr  dr     4 0 r
2
 r2 

Jadi, diperoleh 3 persamaan untuk  , θ, dan R sebagai berikut.


d 2 2
4.  ml  0 merupakan persamaan untuk  (persamaan 12)
d 2
1 d  d   ml2 
5.  sin    l  l  1  2    0 merupakan persamaan untuk θ
sin  d  d   sin  
(persamaan 13)
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
6. 2  r    2   E    R  0 merupakan persamaan
r dr  dr     4 0 r  r2 
untuk θ (persamaan 14)

Penyelesaian ketiga persamaan di atas dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut.

Bilangan Kuantum Magnetik


 
Penyelesaian persamaan 12 adalah    Ae iml dengan A adalah konstanta
integrasi. Salah satu persyaratan fungsi gelombang adalah Φ merupakan
komponen dari fungsi gelombang lengkap ψ yang berharga tunggal pada setiap
titik dalam ruang. Berdasarkan gambar (scan gambar beiser), terlihat bahwa 
dan  +2π mengidentifikasi bidang meridian. Jadi fungsi tersebut memenuhi
         2 
Ae iml  Ae iml    2 
Persamaan tersebut hanya berlaku bila ml = 0 atau bilangan bulat positif atau
bilangan bulat negatif (±1, ±2, ±3, ...). Konstanta ml ini dikenal dengan bilangan
kuantum magnetik atom hidrogen.
Bilangan Kuantum Orbital
Persamaan 13 mengarah pada bentuk fungsi legendre. Penyelesaiannya dapat
diperoleh dnegan memisalkan   cos  dan   p sehingga
d d d cos d
   sin 
d d cos d d cos 
Jika nilai tersebut disubtitusi ke persamaan 13 maka diperoleh

1 d  d   ml2 
 sin    l  l  1    0
sin  d  d   sin 2  
1  d  d   ml2 
  sin   sin  p   l  l  1  p  0
sin   d cos   d   sin 2  
d   d    ml2 
  sin   sin  p   l  l  1  p  0
d cos    d cos     sin 2  
d  2 d    ml2 
 sin  p   l  l  1  p  0
d cos   d cos     sin 2  

d  d    ml2 
  1  cos 2  p   l  l  1  p  0
d cos   d cos     1  cos 2  

Fungsi terakhir yang diperoleh adalah fungsi legendre dengan variable cos θ.
Solusinya adalah
p  p cos  ,  1  cos   1 atau 0    

Syarat ini akan dipenuhi jika dan hanya jika l = 0, 1, 2, 3,..


Konstanta l disebut dengan bilangan kuantum orbital.
Untuk harga l tertentu, ml boleh memiliki harga (±1, ±2, ±3, ... ± l).

Bilangan Kuantum Utama


Pemecahan persamaan 14 memerlukan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.
Persyaratan tersebut adalah E harus positif atau memiliki salah satu harga negatif
En yang menyatakan bahwa elektron terikat dalam atom. Persyaratan tersebut
ditentukan oleh persamaan
me 4 1  E1
E  2   2 , n  1,2,3,...
2
32  0   n  n
2 2

Syarat lain yang harus dipenuhi adalah n harus sama atau lebih besar dari (l + 1)
yang dapat dituliskan sebagai l = 0, 1, 2, ... (n-1).

Kuantisasi Momentum Sudut Atom Hidrogen

Persamaan (14) menunjukkan aspek radial dari gerak elektron yaitu gerak yang
mendekati atau menjauhi inti. Energi total elektron pada persamaan tersebut
mencakup energi kinetik gerak orbital yang tidak berhubungan langsung dengan
gerak radial. Oleh karena itu, energi kinetik elektron tersebut harus terdiri dari dua
bagian yaitu:
 K radial yang ditimbulkan oleh gerak elektron mendekati atau
menjauhi inti dan
 K orbital yang ditimbulkan oleh gerak elektron mengelilingi inti.

Sedangkan energi potensial elektron adalah energi listrik seperti persamaan (2).
Jadi energi total elektron adalah:
E  K radial  K orbital  V
e2
E  K radial  K orbital 
4 0 r
(15)
Subtitusi persamaan (15) ke persamaan (14), diperoleh persamaan:

1 d  2 dR   2m  e 2 e 2  l (l  1) 
 r      K  K   R  0
r 2 dr  dr    2  4 0 r 4 0 r 
radial orbital
r2 

1 d  2 dR  2m   2 l (l  1) 
 r    K
 radial  K orbital   R  0
r 2 dr  dr   2  2mr 2 
(16)
Persamaan 16 benar, jika dan hanya jika dua suku yang mengandung orbital = 0.
Sehingga dapat dituliskan
 2 l  l  1
K orbital  0
2mr 2
(17)

 2 l  l  1
K orbital 
2mr 2
(18)
Energi kinetik orbit elektron dirumuskan dengan persamaan
1
K orbital  mv 2 orbital
2
(19)
Persamaan (19) juga bisa dinyatakan dalam bentuk:

1 m 2 v 2 orbital r 2
K orbital 
2 m r2
(mvorbital r ) 2
K orbital 
2mr 2
(20)
Di mana L  mvr sehingga persamaan (20) dapat diubah ke dalam bentuk
momentum sudut yaitu:
L2
K orbital 
2mr 2
(21)
Dengan mensubstitusikan persamaan (18) ke persamaan (21) diperoleh
persamaan:

 2 l  l  1 L2

2mr 2 2mr 2
L  l  l  1 
(22)
Jadi momentum sudut elektron terkuantisasi dalam bilangan kuantum orbital dan
kekal.

Dengan demikian, persamaan Scrödinger dapat menyempurnakan teori atom


Bohr. Ada kejnaggalan pada kuantisasi momentum sudut yang diperoleh Bohr.
Bohr menyatakan kuantisasi tersebut dalam bilangan kauntum utama (n).
Bilangan kuantum utama yang seharusnya digunakan untuk menyatakan tingkat
tenaga digunakan untuk menyatakan momentum sudut. Scrödinger dapat
memperbaiki kejanggalan tersebut karena mampu menyatakan kuantisasi
momentum sudut dalam bilangan kuantum orbital.
Berdasarkan asas kesepadanan yang menyatakan bahwa akan terjadi
kesepadanan antara fisika klasik dan fisika kuantum untuk limit bilangan kuantum
yang besar maka kuantisasi momentum sudut Bohr akan sama dengan kuantisasi
momentum sudut yang diperoleh Scrödinger untuk bilangan kuantum orbital
yang maksimum yaitu harga l =n-1, maka persamaan (22) akan menjadi

L  n  1 n
L n 2  n
Karena nilai l maksimum, maka otomatis nilai n sangat besar sehingga
n2  n  n2
L  n 
2

L  n

Dengan demikian, terbukti bahwa untuk limit bilangan kuantum yang besar, teori
kuantum mendekati teori klasik.

Penerapan PSBW untuk memecahkan masalah atom hidrogen.


Persamaan Schrodinger bebas waktu untuk elektron dalam tiga dimensi
dirumuskan dengan persamaan berikut.
 2   2  2  2 
  2   2   V  x, y, z   E  x, y, z  (1)
2m  x 2
y z 

Energi potensial yang dimiliki elektron dalam atom hidrogen adalah energi
potensial listrik sebesar
e2
V 
4 0 r
(2)
Kalau menggunakan koordinat kartesian dalam penyelesaian penerapan PSBW
pada atom hidrogen lebih sulit penyederhaaanya dari pada menggunakan
koordiant polar. Oleh karena simetri bola situasi fisis yang ditinjau, maka
ditransformasikan ke koordinat polar berbentuk bola. Disamping itu dengan
menggunakan koordinat polar persamaan tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga
persamaan bebas yang masing-masing mengandung satu koordinat saja. Gambar
di bawah ini menunjukkan koordinat polar yang berbentuk bola r ,  ,  suatu titik
P.
Z

z
P
°

θ r
y
0 Y
Φ
x

Gambar 1. koordinat bola (r, θ,Φ) dan koordinat


cartesian (x, y, zat padat) untuk sembarang titik P

x  r sin  cos 
y  r sin  sin 
z  r cos 

Operator del untuk koordinat bola dirumuskan dengan persamaan berikut.


 1  1 
  rˆ  ˆ  ˆ
r r  r sin  
2 1 2 1 2
 2  .   2  2
r r  r sin 2  
1   2   1     1 2
2   r    sin   
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2  
1   2   1     1  2
 2  2 r  2  sin   2
r r  r  r sin      r sin 2  
Dalam koordinat polar berbentuk bola persamaan Schrodinger bebas waktu
 2 2m 
    2  E  V   0 ditulis sebagai berikut.
 
1   2   1     1  2 2m
 r    sin      E  V   0 (3)
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2  2
Dengan mensubstitusikan persamaan (2) ke persamaan (3) dan mengalikan kedua
ruas pada persamaan (3) dengan r 2 sin 2  , maka diperoleh:
 r 2 sin 2   12 r  r 2 r    r 2 sin 2   2 1   sin      r 2 sin 2   2 1 2  2
2

r   r sin    r sin  

  2m  E    4e r    0


2
 r 2 sin 2 
2   0 

  2        2 2mr 2 sin 2   e2 
sin 2  r   sin   sin     E    0
r  r       2 2  4 0 r 
(4)

Persamaan (4) merupakan persamaan diferensial untuk fungsi gelombang  dari


elektron dalam atom hidrogen. Jika fungsi  dinyatakan dengan
  r ,  ,    R  r        
maka
 R dR
   
r r dr
  d
 R  R
  d
 2  2 d 2
 R  R
 2  2 d 2
(5)
Dengan mensubstitusikan persamaan (5) ke persamaan (4), maka diperoleh
persamaan berikut.
  2 dR    d  d 2
sin 2   r    sin   sin R    R
r  dr    d  d 2
2mr 2 sin 2   e2 
   E  R  0
2  4 0 r 
(6)
Jika persamaan (6) dibagi dengan R , sehingga diperoleh:
sin 2  d  2 dR  sin  d  d  1 d 2  2mr 2 sin 2   e 2 
r   sin      E   0
R dr  dr   d  d   d 2
 2
 4 0 r 
sin  d  2 dR  sin  d 
2
d  2mr sin   e
2 2 2
 1 d 
2
r   sin     E   
R dr  dr   d  d   2
 4 0 r   d 2
(7)
Ruas kanan dan ruas kiri pada persamaan (7) merupakan fungsi yang berbeda.
Persamaan tersebut akan bernilai benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan
sebuah tetapan yang sama, misalkan tetapan tersebut m 2 l yang besarnya adalah:
1 d 2
  m2l
 d 2
(8)
Dengan mensubstitusikan persamaan (8) ke persamaan (7), maka diperoleh:
sin 2  d  2 dR  2mr 2 sin 2   e 2  sin  d  d 
r    E   ml2   sin  
 4 0 r  d  d 
2
R dr  dr   
(9)
Jika kedua ruas pada persamaan (9) dibagi dengan sin2θ, maka diperoleh:
1 d  2 dR  2mr 2  e 2  m2l 1 d  d 
r   2   E   2   sin   (10)
R dr  dr    4 0 r  sin   sin  d  d 
Ruas kanan dan ruas kiri pada persamaan (10) merupakan fungsi yang berbeda
Persamaan tersebut akan benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan sebuah
tetapan yang sama, misalkan tetapan tersebut adalah l  l  1 , sehingga diperoleh
dua persamaan berikut.
m2l 1 d  d 
4.   sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
(11)
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
2. r   2   E   l  l  1 (12)
R dr  dr    4 0 r 
Persamaan (8) juga dapat diubah menjadi:
1 d 2
  m2l
 d 2
d 2
  m 2 l
d 2
d 2
 m 2 l  0 (13)
d 2
Persamaan (13) merupakan persamaan untuk 
Solusi Persamaan (13) merupakan persamaan untuk 

Pertama kita tinjau


d 2
 m 2 l  0
Dari persamaan diferensial berikut : d  2

menghasilkan      Ae
iml

didapat dari
1  2
 m2  0
Untuk persamaan azimuth   2
dapat disederhanakan menjadi :
 2
 m 2  0
 2 dengan menggunakan rumus abc dimana a = 1, b = 0, c = m2
 b  b 2  4ac  4m 2
P1 2     m2  i m
2a 2
Solusinya adalah :
   m     A e im
Mencari konstanta A, kita kembali lagi pada syarat ternormalisasi:
2 2 2

  *  d   A e A
 im
1 d  2
d
0 0 0
2

A d  1
2

0 A2   2
0 1
A 2  1
2

1
A
2
1
 e im
Sehingga 2 ; m merupakan bilangan kuantum magnetic
1
 m    e im

2
     komponen dari fungsi gelombang lengkap dan harus berharga tunggal
pada setiap titik dalam ruang.
A = merupakan konstanta integrasi
dan  2
Jadi dari gambar di bawah ini mengidentifikasi bidang meridian.

z
P
°

θ r
y
0 Y
Φ
x
2
X

Gambar 2 komponen dari fungsi gelombang lengkap dan harus berharga


tunggal pada setiap titik dalam ruang.

Jadi fungsi tersebut harus memenuhi

Ae iml  Ae iml    2 

         2  atau
Persamaan tersebut berlaku bila ml ialah 0 atau bilangan bulat positif atau negatif
(ml=0, + 1, + 2, + 3 ...dst)
kontanta ml dikenal sebagai bilangan kuantum magnetik atom hidrogen.

Persamaan (11) juga dapat diubah menjadi:


m2l 1 d  d 
  sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
1 d  d  ml2
 sin    l  l  1  2
 sin  d  d  sin 
(14)
1 d  d   ml2 
 sin  
   l  l  1  
sin  d  d   sin 2  
1 d  d   ml2 
 sin    l  l  1  2   0
sin  d  d   sin  
Persamaan (14) merupakan persamaan untuk 
Persamaan (12) dapat diubah menjadi:
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
r   2   E   l  l  1
R dr  dr    4 0 r 
Dengan mengalikan persamaan di atas dengan R , maka diperoleh
r2
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
r    2   E   R  0 (15)
r dr  dr     4 0 r
2
 r2 
Persamaan (15) menunjukkan aspek radial dari gerak elektron yaitu gerak yang
mendekati atau menjauhi inti. Energi total elektron pada persamaan tersebut
mencakup energi kinetik gerak orbital yang tidak berhubungan langsung dengan
gerak radial. Oleh karena itu, energi kinetik elektron tersebut harus terdiri dari dua
bagian yaitu:
 K radial yang ditimbulkan oleh gerak elektron mendekati atau
menjauhi inti dan
 K orbital yang ditimbulkan oleh gerak elektron mengelilingi inti.
Sedangkan energi potensial elektron adalah energi listrik seperti persamaan (2).
Jadi energi total elektron adalah:
E  K radial  K orbital  V
e2 (16)
E  K radial  K orbital 
4 0 r
Dengan menyubstitusikan persamaan (29) ke persamaan (28), maka diperoleh
persamaan:

1 d  2 dR   2m  e 2 e 2  l (l  1) 
 r      K  K   R  0
r 2 dr  dr    2  4 0 r 4 0 r 
radial orbital
r2 

1 d  2 dR  2m   2 l (l  1) 
 r    K
 radial  K orbital   R  0 (17)
r 2 dr  dr   2  2mr 2 
Persamaan differensial untuk R (r) yang hanya mengandung fungsi dari vektor r
saja akan diperoleh apabila
 2 l  l  1
K orbital  0 (18)
2mr 2

 2 l  l  1
K orbital  (19)
2mr 2
Energi kinetik orbit elektron dirumuskan dengan persamaan
1
K orbital  mv 2 orbital (20)
2
Persamaan (33) juga bias dinyatakan dalam bentuk

1 m 2 v 2 orbital r 2
K orbital 
2 m r2
(21)
(mvorbital r ) 2
K orbital 
2mr 2
Di mana L  mvr sehingga persamaan (21) dapat diubah ke dalam bentuk
momentum sudut yaitu:
L2
K orbital  (22)
2mr 2
Dengan menyubstitusikan persamaan (19) ke persamaan (22) diperoleh
persamaan:

 2 l  l  1 L2

2mr 2 2mr 2 (23)
L  l  l  1 
Jadi momentum sudut elektron terkuantisasi dalam bilangan kuantum orbital dan
kekal.
Persamaan (23) menunjukkan kelemahan model atom Bohr yang
mempostulatkan bahwa momentum sudut elektron terkuantisasi dalam bilangan
kuantum utama. Akan tetapi bila harga l=n-1, maka persamaan (23) akan menjadi

L   l  l  1
L   ( n  1) n  1  1
(24)
L  n  1 (n)
L   n2  n
Sehingga untuk n>> akan memberikan hasil L  n yang mendekati nilai
momentum sudut menurut model atom Bohr . Inilah yang disebut dengan asas
perpadanan Bohr, yang menyatakan bahwa untuk bilangan kuantum utama yang
besar, teori kuantum mendekati teori klasik.

KELOMPOK VI
Kuantisasi Ruang
Ada tiga bilangan kuantum yaitu n, l, dan m. dimana ketiga bilangan
kuantum ini memperlihatkan mengenai bentuk orbit elektron.
Sesuai dengan PSBW untuk momentum sudut diperoleh hubungan:
L   l (l  1)

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa momentum sudut merupakan besaran yang
terkuantisasi. Jadi bilangan kuantum orbital (l) menyatakan /terkait dengan
momentum sudut.
Oleh karena momentum sudut adalah besaran vektor maka L memiliki besar dan
arah yang harus ditentukan. Besarnya L ditentukan oleh bilangan kuantum orbital
(l) sedangkan arah momentum ditentukan oleh bilangan kuantum
magnetik(ml).Apabila di gambarkan besarnya vektor L tegak lurus dengan bidang
rotasional orbit elektron, sedangkan arahnya dapat ditentukan dengan aturan
tangan kanan)
Gambar aturan Tangan kanan momentum sudut.

Jadi bilangan kuantum magnetik (ml) memberikan spesifikasi arah L dengan


menentukan komponen L dalam medan magnetik. Apabila kita mengambil arah
medan magnetik sejajar denagn sumbu z maka komponen Momentum sudut (L)
dalam arah itu adalah
Lz  ml 

ml adalah bilangan kuantum magnet yang bernilai 0,±1, ±2,........, ±l.

Biasanya dipilih sumbu z, karena merupakan sebuah sumbu acuan dalam sistem
koordinat bola. Disamping itu juga menurut fisika kuantum kita tidak dapat
mengetahui secara pasti satu dari ketiga komponen L misalnya(Lx dan Ly) , dan
berdasrkan kesepakatan dipilihlah komponen z.
Tiap orientasi yang berbeda dari vektor L berkaitan dengan suatu nilai ml yang
berbeda.

ml 
L  l (l  1)

Sudut polar  yang dibuat vektor L terhadap sumbu z adalah sebagai berikut:
Lz  L cos 

Lz
cos  
L

ml 
cos  
l (l  1)

Perilaku ini menyatakan suatu aspek menarik fisika kuantum yang disebut
kuantisasi ruang, dimana kuantisasi ruang ini memperkenankan orientasi tertentu
momentum sudut. Jumlah orientasi ini sama dengan ...(jumlah nilai ml yang
mungkin) dan perbedaan besarnya L pada komponen sumbu z (Lz) selalu
berturutan sebesar  . Harga ml yang mungkin untuk harga l berkisar dari +l
melalui 0 hinggal – l, sehingga banyaknya orientasi yang mungkin dengan
momentum sudut L dalam medan magnetik ialah 2l +1.
Contoh untuk bilangan kuantum orbital (l=2) sehingga terdapat 5 harga yang
mungkin unutk bilangan kuantum magnetik ml dengan masing-masing harga
bersesuaian dengan orinetasi yang berbeda relatif terhadap sumbu z.
Gambar

Dalam hal ini hanya satu komponen momentum sudut elektron L yang
terkuantisasi. Hal ini sesuai dengan prinsip ketidakpastian Heinsenberg. dimana
tidak mungkin untuk mengetahui kedudukan dan momentum suatu benda secara
seksama pada saat yang bersamaan. Berdasarkan prinsip ketidakpastian itu, maka
vektor momentum sudut elektron L tidak mungkin memiliki arah tertentu dalam
ruang. momentum sudut tidak pernah menunjukkan pada suatu arah tertentu,
misalnya arah z, tetapi bergerak membentuk sebuah kerucut dalam ruang.

Pada gambar tampak bahwa proyeksi Lz adalah ml  . Gejala tersebut disebabkan


oleh prinsip ketidakpastian, dimana jika posisi L dalam ruang sehingga Lx, Ly, Lz
memiliki harga tertentu, maka elektron juga akan terletak pada bidang tertentu.
Misalnya, jika L dalam arah z, elektronnya harus terletak pada setiap waktu
dibidang xy. Hal ini bisa terjadi karena komponen momentum elektron dalam arah
z adalah Lz bernilai tak tentu. Namun sebenarnya hal tersebut tidak mungkin
terjadi sebab elektron disini merupakan bagian dari atom hidrogen.
Dalam kenyataannya hanya terdapat satu komponen momentum sudut L,
yaitu Lz yang besarnya L > Lz, dimana letak elektron tidak terbatas pada satu
bidang datar. Terdapat ketidakpastian dalam koordinat elektron z yang terjadi
secara otomatis. Arah momentum sudut terus berubah sehingga harga rata-rata Lx
dan Ly sama dengan nol, sedangkan Lz selalu berharga spesifik ml  . jadi prinsip
ketidakpartian melarang vektor momentum sudut L mempunyai arah tertentu
dalam ruang.
Efek Zeemen
Sumber: Krane halaman 290
Misalkan kita tinjau dimana elektron tidak memiliki spin sehingga elektron tersebut tidak
memiliki momen magnet spin. Kita ambil atom hidrogen yang dalam keadaan dasar 2p (l
= 1), dan kita pandang atom hidrogen tadi tidak memiliki spin. Atom hidrogen tersebut
ditempatkan dalam pengaruh medan magnet seragam B yang dibangkitkan oleh suatu
magnet elektrik. Nah, apa pengaruh medan magnet yang seragam tersebut terhadap
panjang gelombang foton yang dihasilkan?

Pembahasan:
Karena atom hidrogen itu ditempatkan dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi
interaksi antara momen magnet  yang berkaitan dengan momentum sudut orbital dengan
medan B. Dalam interaksi ini, energi yang berkaitan adalah
V = -μ.B ………………………………………………..…………...Persamaan (i)
Ini berarti bahwa momen magnet yang searah dengan medan memiliki energi yang lebih
rendah dari pada yang berlawanan (perkalian dot menggunakan cosinus dimana cosinus 0
sama dengan 1 dan cosinus 180 sama dengan -1). Untuk memudahkan, dianggap bahwa

e
medannya mengarah dalam arah sumbu z. Dengan memsubstitusikan    l, maka
2m
persamaan di atas akan berubah menjadi
e e
V = -μ.B =  (  l ).B = l z B …………………………….…...Persamaan (ii)
2m 2m

dimana l z  ml 
maka persamaan (ii) akan menjadi,
e
V  ml ( ) B = ml B B
2m

e
Besaran
2m dikenal sebagai magneton Bohr dengan lambang B, dimana besarnya
9,27 x 10-24 J/T. Bila atom hidrogen tadi tidak dikenakan pengaruh medan magnet, maka
pada tingkat 2p akan memiliki energi sebesar E0. Sedangkan apabila atom hidrogen
tersebut ditempatkan dalam pengaruh medan magnet, maka energi pada tingkat 2p akan
sebesar
Eo + V = E0 + ml B B
Ini berarti bahwa terdapat tiga macam energi pada tingkat itu yang tergantung pada nilai
ml.
ml = +1 Pisahan zeeman dari
B B
l = 1; ml = 0, 1 ml = 0
tingkat l = 1 dalam
Tanpa medan B B medan magnet luar.
ml = -1
(efek momentum sudut
Dengan medan
spin elektron diabaikan).
Energi dalam suatu
medan magnet berbeda
untuk nilai ml yang

berbeda.

Andaikan, atom dalam transisinya ke tingkat dasar memancarkan sebuah foton. Apabila
medan magnet dihidupkan, maka ada tiga foton yang dipancarkan dan masing-masing
foton memiliki energi yang berbeda. Panjang gelombang foton yang bersangkutan dapat

dihitung dari hubungan E  hc .



Kita tinjau perubahan kecil dalam energi E, dimana E sama dengan BB yang
mempengaruhi panjang gelombang. Dengan mendiferensialkan, diperoleh
 hc
dE  d
2
dan mengambil nilai mutlak diferensial kecilnya, maka diperoleh
2
  dE
hc
Gambar di bawah ini melukiskan ketiga transisi ini dan memperlihatkan panjang
gelombang foton yang dipancarkan.

Tanpa medan Dengan medan

ml = +1

2p ml = 0

ml = -1

E E - B B E E + B B

Efek Zeeman normal.


Apabila medannya
1s
dihidupkan, panjang
gelombang tunggal λ
terpisah menjadi tiga
λ λ-Δλ λ λ+Δλ panjang gelombang.

Apa yang telah dijelaskan di atas adalah salah satu contoh dari efek Zeeman yaitu
pemisahan sebuah panjang gelombang menjadi beberapa panjang gelombang bila
dikenakan medan magnet. Efek Zeeman ada dua yaitu efek zeeman normal
(nomalous zeeman effect) dan efek zeeman tidak normal (anomalous zeeman effect).
Pada efek Zeeman normal, sebuah garis spektrum terpisah menjadi tiga komponen dan
ini hanya terjadi pada atom-atom yang tidak memiliki spin. Namun tentu saja semua
elektron memiliki spin, tetapi dalam beberapa atom tertentu dengan elektron banyak,
spin-spinnya berpasangan dan saling menghapuskan, sehingga atom berperilaku sebagai
yang tidak berspin. Namun dalam alam kita, di mana elektron memiliki spin, kita
seharusnya tak hanya meninjau efek momen magnet orbital tetapi juga momen magnet
spin sehingga pola pemisahan tingkat energi yang dihasilkan jauh lebih rumit, garis-garis
spektrum dapat terpisah menjadi lebih daripada tiga komponen. Kasus inilah yang
dikenal sebagai efek Zeeman tidak normal (anomalous zeeman effect).
Penerapan PSBW untuk memecahkan masalah atom hidrogen.
Persamaan Schrodinger bebas waktu untuk elektron dalam tiga dimensi dirumuskan
dengan persamaan berikut.
 2   2  2  2 
  2   2   V  x, y, z   E  x, y, z  (1)
2m  x 2
y z 

Energi potensial yang dimiliki elektron dalam atom hidrogen adalah energi potensial
listrik sebesar
e2
V 
4 0 r
(2)

Kalau menggunakan koordinat kartesian dalam penyelesaian penerapan PSBW pada atom
hidrogen lebih sulit penyederhaaanya dari pada menggunakan koordiant polar. Oleh
karena simetri bola situasi fisis yang ditinjau, maka ditransformasikan ke koordinat polar
berbentuk bola. Disamping itu dengan menggunakan koordinat polar persamaan tersebut
dapat dipisahkan menjadi tiga persamaan bebas yang masing-masing mengandung satu
koordinat saja. Gambar di bawah ini menunjukkan koordinat polar yang berbentuk bola
r ,  ,  suatu titik P.
Z

z
P
°

θ r
y
0 Y
Φ
x

Gambar 1. koordinat bola (r, θ,Φ) dan koordinat


cartesian (x, y, zat padat) untuk sembarang titik P

x  r sin  cos 
y  r sin  sin 
z  r cos 
Operator del untuk koordinat bola dirumuskan dengan persamaan berikut.
 1  1 
  rˆ  ˆ  ˆ
r r  r sin  
2 1 2 1 2
 2  .   2  2
r r  r sin 2  
1   2   1     1 2
2  r  2  sin   2
r r  r  r sin   
2
  r sin  
2

1   2   1     1  2
 2  2 r  2  sin   2
r r  r  r sin      r sin 2  
Dalam koordinat polar berbentuk bola persamaan Schrodinger bebas waktu
 2 2m 
    2  E  V   0 ditulis sebagai berikut.
 
1   2   1     1  2 2m
 r    sin      E  V   0 (3)
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2  2
Dengan mensubstitusikan persamaan (2) ke persamaan (3) dan mengalikan kedua ruas
pada persamaan (3) dengan r 2 sin 2  , maka diperoleh:
 r 2 sin 2   12 r  r 2 r    r 2 sin 2   2 1   sin      r 2 sin 2   2 1 2  2
2

r   r sin    r sin  

  2m  E    4e r    0


2
 r 2 sin 2 
2   0 

  2        2 2mr 2 sin 2   e2 
sin 2  r   sin   sin     E    0 (4)
r  r       2 2  4 r
0 

Persamaan (4) merupakan persamaan diferensial untuk fungsi gelombang  dari


elektron dalam atom hidrogen. Jika fungsi  dinyatakan dengan
  r ,  ,    R  r        
maka
 R dR
   
r r dr
  d
 R  R (5)
  d
 2  2 d 2
 R  R
 2  2 d 2
Dengan mensubstitusikan persamaan (5) ke persamaan (4), maka diperoleh persamaan
berikut.
  2 dR    d  d 2
sin 2   r    sin   sin R    R
r  dr    d  d 2
(6)
2mr 2 sin 2   e2 
   E  R  0
2  4 0 r 

Jika persamaan (6) dibagi dengan R , sehingga diperoleh:


sin 2  d  2 dR  sin  d  d  1 d 2  2mr 2 sin 2   e 2 
r   sin      E   0
R dr  dr   d  d   d 2
 2
 4 0 r 
(7)
sin  d  2 dR  sin  d 
2
d  2mr sin   e
2 2 2
 1 d 
2

r   sin     E   
R dr  dr   d  d   2
 4 0 r   d 2

Ruas kanan dan ruas kiri pada persamaan (7) merupakan fungsi yang berbeda. Persamaan
tersebut akan bernilai benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan sebuah tetapan
yang sama, misalkan tetapan tersebut m 2 l yang besarnya adalah:
1 d 2
  m2l (8)
 d 2
Dengan mensubstitusikan persamaan (8) ke persamaan (7), maka diperoleh:
sin 2  d  2 dR  2mr 2 sin 2   e 2  sin  d  d 
r    E   ml2   sin   (9)
 4 0 r  d  d 
2
R dr  dr   
Jika kedua ruas pada persamaan (9) dibagi dengan sin2θ, maka diperoleh:
1 d  2 dR  2mr 2  e 2  m2l 1 d  d 
r  2    E   2   sin   (10)
R dr  dr    4 0 r  sin   sin  d  d 
Ruas kanan dan ruas kiri pada persamaan (10) merupakan fungsi yang berbeda
Persamaan tersebut akan benar jika dan hanya jika kedua ruas merupakan sebuah tetapan
yang sama, misalkan tetapan tersebut adalah l  l  1 , sehingga diperoleh dua persamaan
berikut.
m2l 1 d  d 
5.   sin    l  l  1 (11)
sin   sin  d 
2
d 
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
2. r   2   E   l  l  1 (12)
R dr  dr    4 0 r 
Persamaan (8) juga dapat diubah menjadi:
1 d 2
  m2l
 d 2
d 2
  m 2 l
d 2
d 2
 m 2 l  0 (13)
d 2
Persamaan (13) merupakan persamaan untuk 
Solusi Persamaan (13) merupakan persamaan untuk 
Pertama kita tinjau
d 2
 m 2 l  0
Dari persamaan diferensial berikut : d
2

menghasilkan      Ae
iml

didapat dari
1  2
 m2  0
Untuk persamaan azimuth   2
dapat disederhanakan menjadi :
 
2
 m 2  0
 2
dengan menggunakan rumus abc dimana a = 1, b = 0, c = m2
 b  b 2  4ac  4m 2
P1 2     m2  i m
2a 2
Solusinya adalah :
   m     A e im
Mencari konstanta A, kita kembali lagi pada syarat ternormalisasi:
2 2 2

  *  d   A e d  A
 im
1 2
d
0 0 0
2

A d  1
2

0 A2   2
0 1
A 2  1
2

1
A
2
1
 e im
Sehingga 2 ; m merupakan bilangan kuantum magnetic
1
 m    e im

2
     komponen dari fungsi gelombang lengkap dan harus berharga tunggal pada
setiap titik dalam ruang.
A = merupakan konstanta integrasi
dan  2
Jadi dari gambar di bawah ini mengidentifikasi bidang meridian.

z
P
°

θ r
y
0 Y
Φ
x
2
X

Gambar 2 komponen dari fungsi gelombang lengkap dan harus berharga


tunggal pada setiap titik dalam ruang.

Jadi fungsi tersebut harus memenuhi

Ae iml  Ae iml    2 

         2  atau
Persamaan tersebut berlaku bila ml ialah 0 atau bilangan bulat positif atau negatif
(ml=0, + 1, + 2, + 3 ...dst)
kontanta ml dikenal sebagai bilangan kuantum magnetik atom hidrogen.

Persamaan (11) juga dapat diubah menjadi:


m2l 1 d  d 
  sin    l  l  1
sin   sin  d 
2
d 
1 d  d  ml2
 sin    l  l  1 
 sin  d  d  sin 2 
(14)
1 d  d   ml2 
 sin     l  l  1  2 
sin  d  d   sin  
1 d  d   ml2 
 sin  
 l  l  1    0
sin  d  d   sin 2  
Persamaan (14) merupakan persamaan untuk 
Persamaan (12) dapat diubah menjadi:
1 d  2 dR  2mr 2  e 2 
r   2   E   l  l  1
R dr  dr    4 0 r 
Dengan mengalikan persamaan di atas dengan R , maka diperoleh
r2
1 d  2 dR   2m  e 2  l  l  1 
 r      E   R  0 (15)
r 2 dr  dr    2  4 0 r  r 2

Persamaan (15) menunjukkan aspek radial dari gerak elektron yaitu gerak yang
mendekati atau menjauhi inti. Energi total elektron pada persamaan tersebut mencakup
energi kinetik gerak orbital yang tidak berhubungan langsung dengan gerak radial. Oleh
karena itu, energi kinetik elektron tersebut harus terdiri dari dua bagian yaitu:
 K radial yang ditimbulkan oleh gerak elektron mendekati atau menjauhi
inti dan
 K orbital yang ditimbulkan oleh gerak elektron mengelilingi inti.

Sedangkan energi potensial elektron adalah energi listrik seperti persamaan (2). Jadi
energi total elektron adalah:
E  K radial  K orbital  V
e2 (16)
E  K radial  K orbital 
4 0 r
Dengan menyubstitusikan persamaan (29) ke persamaan (28), maka diperoleh persamaan:

1 d  2 dR   2m  e 2 e 2  l (l  1) 
 r      K  K   R  0
r 2 dr  dr    2  4 0 r 4 0 r 
radial orbital
r2 

1 d  2 dR  2m   2 l (l  1) 
 r    K
 radial  K orbital   R  0 (17)
r 2 dr  dr   2  2mr 2 
Persamaan differensial untuk R (r) benar jika dan hanya jika kedua suku bernilai nol,
seperti persamaan di bawah ini.
 2 l  l  1
K orbital  0 (18)
2mr 2

 2 l  l  1
K orbital  (19)
2mr 2
Energi kinetik orbit elektron dirumuskan dengan persamaan
1
K orbital  mv 2 orbital (20)
2
 
L  r xp
 
L  r xm.v
 
L  mr xp

L  m( r .v )

L  m( r .v sin 90)
rv
L  mrv

Persamaan (20) juga bisa dinyatakan dalam bentuk


1 m 2 v 2 orbital r 2
K orbital 
2 m r2
(21)
(mvorbital r ) 2
K orbital 
2mr 2
Di mana L  mvr sehingga persamaan (21) dapat diubah ke dalam bentuk momentum
sudut yaitu:
L2
K orbital  (22)
2mr 2
Dengan menyubstitusikan persamaan (19) ke persamaan (22) diperoleh persamaan:

 2 l  l  1 L2

2mr 2 2mr 2 (23)
L  l  l  1 
Jadi momentum sudut elektron terkuantisasi dalam bilangan kuantum orbital dan kekal.
Persamaan (23) menunjukkan kelemahan model atom Bohr yang mempostulatkan
bahwa momentum sudut elektron terkuantisasi dalam bilangan kuantum utama. Akan
tetapi bila harga l=n-1, maka persamaan (23) akan menjadi

L   l  l  1
L   ( n  1) n  1  1
L  n  1 (n)
L   n2  n
Sehingga untuk n>> akan memberikan hasil L  n yang mendekati nilai momentum
sudut menurut model atom Bohr . Inilah yang disebut dengan asas perpadanan Bohr, yang
menyatakan bahwa untuk bilangan kuantum utama yang besar, teori kuantum mendekati
teori klasik.

Tugas :
Penurunan koordinat Bola.
x
cos      r sin 

x
cos  
r sin 
x  r sin  cos  .......................................................................(3)
y
sin      r sin 

y
sin  
r sin 
y  r sin  sin  .........................................................................( 4)
z
cos  
r
z  r cos  ................................................................................(5)

Gerak dalam koordinat bola

ˆ  xˆ cos   yˆ sin  .............................................................................(6)


rˆ  ˆ sin   zˆ cos
  xˆ cos   y ˆ sin   sin   zˆ cos
 xˆ cos  sin   y ˆ sin  sin   zˆ cos .................................................(7)
  ˆ sin    90   zˆ cos   90 
ˆ
 ˆ cos   zˆ sin 
 xˆ cos   yˆ sin   cos   zˆ sin 
 xˆ cos  cos   y ˆ sin  cos   zˆ sin  ................................................(8)
̂ tegak lurus dengan perputaran  , sehingga:
ˆ  xˆ cos   90   yˆ sin    90 
  x cos   y sin  .............................................................................(9)
ˆ ˆ

rˆ d
  xˆ cos sin   yˆ sin  sin   zˆ cos 
 d
 x ˆ sin  sin   y ˆ cos sin 
  x ˆ sin   y ˆ cos  sin 
 ˆ sin  ............................................................................................(10)
rˆ d
  xˆ cos  sin   yˆ sin  sin   zˆ cos 
 d
 xˆ cos  cos  y ˆ sin  cos  z ˆ sin 
 ˆ...................................................................................................(11)
ˆ 
  xˆ cos  cos   yˆ sin  cos  zˆ sin  
 
 x ˆ sin  cos   y ˆ cos  cos 
  x ˆ sin   y ˆ cos   cos 
 ˆ cos  ..................................................................................(12)
ˆ 
  xˆ cos  cos   yˆ sin  cos   zˆ sin  
 
 xˆ cos  sin   y ˆ sin  sin   z
ˆ cos 
  x
ˆ cos  sin   y ˆ sin  sin   zˆ cos  
  rˆ........................................................................................(13)
ˆ d
   xˆ cos   yˆ sin  
 d
 x ˆ cos   y ˆ sin 

  x cos   y
ˆ ˆ sin  
  ˆ .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... (14)
ˆ d
   xˆ cos   yˆ sin  
 d
 0.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .(15)
    r , ,  
  
d  dr  d  d ...........................................................(16)
r  

r  rrˆ

dr  d  rrˆ 
 rˆdr  rd rˆ
rˆ rˆ
 rˆdr  r d  r d ...........................................................(17)
 

masukkan persamaan (10) dan (11) pada persamaan (17)



dr  rˆdr  rˆd  rˆ sin d
 d
    
r dr

d  dr  ..........................................................................................(18)
Masukkan persamaan (16) dan (17) ke persamaan (18)

r
dr 


d 



d  rˆdr  rˆd  rˆ sin d  
    
 r dr   d   d 
 ˆ ˆ 
  rˆdr  rd  r sin d  ....................(19) 
 
Persamaan (19) harus dipisahkan dengan separasi variabel maka akan menjadi:

rˆdr  dr
r

rˆ  (sama-sama dikali r̂ )
r

  rˆ .................................................................................................(20)
r

rˆd  d


rˆ  (sama-sama dikali ˆ )


rˆ 

1 
  ˆ ............................................................................................(21)
r 

rˆ sin d  d


rˆ sin   (sama-sama dikali ˆ )

1 
  ˆ .......................................................................................(22)
r sin  

Sehingga operator del untuk koordinat bola dapat dirumuskan dengan persamaan berikut.
 1  1 
  rˆ  ˆ  ˆ
r r  r sin  
2 1 2 1 2
 2  .   
r 2 r 2  2 r 2 sin 2   2
1   2   1     1 2
2   r    sin   
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2
1   2   1     1  2
 2  2 r  2  sin   2
r r  r  r sin      r sin 2   2
Dalam koordinat polar berbentuk bola persamaan Schrodinger bebas waktu
 2
  
2m
2
 E  V   0 ditulis sebagai berikut.
  
1   2   1     1  2 2m
 r    sin      E  V   0 …(23)
r 2 r  r  r 2 sin      r 2 sin 2   2  2

Anda mungkin juga menyukai