id
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commi2t 0to11user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERNYATAAN
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman Persembahan
Tesis ini kupersembahkan untuk :
Abuyeh wa Ummi
Untuk segala curahan kasih sayang dan iringan do’a yang tak pernah
putus
Untuk ketegaran diri dan kesabaran menanti
Untuk kegalauan hati yang menghampiri
Dan untuk semua tuntunan serta pesan yang berarti
Allah SWT must be really love me to give me such a parent like you...
My Bana
Untuk semua perhatian dan bantuan...
Untuk kedekatan, dukungan dan kebersamaan...
Untuk pengertian yang tiada tara...
Untuk ketaatan yang luar biasa...
Maafkan atas segala ego dan kesalahpahaman...
My Kevien
Senyummu...
Tangisanmu…
Rengekanmu…
Intelegensimu…
Kelucuanmu…
Kenakalanmu…
Sungguh luar Biasa
I Love U So Much…
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul ” Keefektifan
Kompres Tepid Sponge Yang dilakukan Ibu Dalam Menurunkan Demam Pada Anak:
Randomized Control Trial Di Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember”.
Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah
banyak membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu penulis
1. Prof. DR. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret
2. Prof. Drs. Suranto, MSc., PhD., selaku Direktur Program Pasca Sarjana
3. Prof. DR. dr. Didik Tamtomo, M.Kes., MM, PAK., selaku Ketua Program Studi
4. P. Murdani K., dr. MHPed., selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi
5. Prof. Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD. pembimbing I dalam penyusunan
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Kedokteran Keluagra Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak
membantu.
Penulis
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
Judul …………………………………………….......………….. i
Lembar Persetujuan............................................................................. ii
Lembar Pengesahan............................................................................. iii
Lembar Pernyataan.............................................................................. iv
Halaman Persembahan......................................................................... v
Abstrak……………………………………………………………... vi
Abstract…………………………………………………………….. vii
Kata Pengantar ……………………………………………………. viii
Daftar Isi …..………………………………………………….. x
Daftar Gambar …………………………………………………... xii
Daftar Tabel ……………………………………………………… xiii
Daftar Lampiran…………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………..………. 6
C. Pembatasan Masalah…………………………………… 6
D. Perumusan Masalah……………………………………. 7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………… 7
F. Manfaat Penelitian……………………………………….. 7
commit to user
1
0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
1
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Terjadinya Demam…………. ………… 27
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Karekteristik Responden…………….... 52
Tabel 4.6 Perbedaan Rerata Nilai Suhu Awal dan Suhu Akhir
Responden Dengan Perlakuan Kompres
Konvensional dan Tepid Sponge............................... 58
commit to user
131
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
141
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan sumber daya manusia suatu bangsa. Anak harus hidup
sejahtera agar tumbuh dan berkembang dengan optimal untuk melaksanakan tugas-tugas
pembangunan dimasa yang akan datang. Sebaliknya penuruanan kualitas hidup anak akan
memiliki efek jangka panjang terhadap kehidupan pribadinya sebagai individu maupun
sebagai bagian dari kehidupan sosialnya. Anak yang status kesehatannya sering
terganggu kelak akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah dan tidak siap untuk
mengemban tugas sebagai agen penerus bangsa (Bidulph, dalam Damayanti, 2008).
tropis, dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi kuman untuk
berkembangbiak contohnya flu, malaria, demam berdarah, dan diare. Berbagai penyakit
itu biasanya semakin mewabah pada musim peralihan. Terjadinya perubahan cuaca
tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat
menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang disebut
Demam pada anak umumnya disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat
dikenali dan demam menghilang pada masa yang pendek (Nelson, 2000). Peningkatan
suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ tubuhnya, karena luas
ketidakseimbangan organ tubuhnya. Peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
demam atau febris untuk semua umur yaitu temperature rektal diatas 38 oC, aksilar 37,5
dan diatas 38,2 oC dengan pengukuran membrane tympani. Sedangkan demam tinggi bila
suhu tubuh diatas 39,5 oC, dan hiperpireksia bila suhu > 41 oC (Kania, 2010).
Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh
orang tua mulai di ruang praktek dokter sampai ke Unit Gawat Darurat (UGD) anak,
meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua atau pengasuh
menjadi risau. Hasil penelitian menunjukkan 80% orang tua fobia terhadap demam
(Kania, 2010). Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52%
dengan penyakit lain. Dampak demam jika tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut
antara lain dehidrasi sedang hingga berat, kerusakan neurologis dan kejang demam
(Valita, 2008).
Secara definitif terdapat dua tindakan untuk menurunkan suhu tubuh pada klien
dengan febris, yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi fisik. Pemberian obat
antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna
khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis,
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam
(Kania 2010). Terapi fisik dapat dilakukan dengan menempatkan anak diruangan bersuhu
dan bersirkulasi baik, mengganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat, memberikan hidrasi yang adekuat, dan memberikan kompres (Rina, 2007).
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penanganan demam pada anak dengan terapi fisik dapat dilakukan dengan
menurunkan suhu anak dengan febris telah dilakukan. Purwanti (2006), dan Valita (2008)
(teknik blok aksila) terhadap penurunan suhu anak demam. Triredjeki (2002)
menyimpulkan kompres hangat (teknik blok axila) lebih efektif dalam menurunkan suhu
anak febris dibandingkan dengan kompres dingin yang dicobakan pada 30 anak usia 5-12
tahun dengan cara random ordinal (Damayanti, 2008). Namun pada penelitian ini tidak
memperhitungkan faktor status nutrisi klien sebagai faktor perancu dalam hasil
pengukuran penurunan suhu tubuh. Selain itu pengukuran penurunan suhu tubuh pada
kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan dilakukan pada waktu yang
Sehingga metode ini bisa menjadi penyebab terjadinya ketidakakuratan hasil penelitian.
Pemberian kompres hangat pada aksila sebagai daerah dengan letak pembuluh
darah besar merupakan upaya memberikan rangasangan pada area preoptik hipotalamus
agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju
sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang
lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan
Salah satu teknik untuk menurunkan suhu tubuh adalah dengan tepid sponge
dengan cara yang benar (Thomas, 2008). Tepid sponge dengan cara benar menurunkan
demam lebih cepat 15 menit dari pada hanya dengan obat anti piretik (Alves, 2008).
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tepid Sponge merupakan alternatif teknik kompres hangat yang marak diteliti
dinegara maju maupun di negara berkembang lainnya. Tujuan utama teknik kompres ini
adalah menurunkan suhu tubuh febris. Teknik ini mulai di kembangkan dan di teliti di
negara maju seperti Amerika dan Inggris. Hingga ahir-ahir ini teknik ini terus di teliti dan
meluas kenegara lain seperti Brazil, Singapura, dan india. Alves et all. (2008)
klien febris yang mendapatkan terapi antipiretik dan Tepid Sponge dibandingkan dengan
klien yang hanya mendapatkan terapi antipiretik saja (Alves et All., 2008). Namun pada
penelitian ini tidak mempertimbangkan adanya pengaruh tipe demam, status nutrisi dan
hidrasi terhadap penurunan suhu pada anak. Sehingga banyak faktor perancu yang tidak
Teknik Tepid Sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung
dibeberapa tempat yang memilliki pembuluh darah besar. Selain itu masih ada perlakuan
tambahan yaitu dengan memberikan seka di beberapa area tubuh sehingga perlakuan
yang terapkan terhadap klien pada teknik ini akan semakin komplek dan rumit
dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan kompres blok langsung diberbagai
tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar.
Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan
memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin
oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Perawat harus mampu berfikir logis, kritis
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien,
termasuk dalam penanganan masalah febris. Perawat tidak boleh ketinggalan informasi,
hasil penemuan dan riset terbaru, atau bahkan mengembangkan riset terkait yang
Tepid Sponge merupakan salah satu teknik kompres hangat untuk menurunkan
suhu tubuh febris. Hingga akhir-akhir ini teknik ini terus di teliti dan meluas ke negara
lain seperti Brazil dan Singapura. Alves et all. (2008) mempublikasikan hasil
mendapatkan terapi antipiretik dan Tepid Sponge dibandingkan dengan klien yang hanya
tua khususnya ibu penting untuk dilakukan. Karena prognosis anak dengan demam dapat
menjadi kejang demam yang merupakan salah satu gawat darurat anak apabila tidak
segera ditangani. Teknik kompres Tepid Sponge merupakan teknik kompres yang mudah
yang dapat dilakukan dengan mudah oleh tenaga kesehatan bahkan oleh orang tua
demam pada bulan Nopember – Desember 2010 masing-masing 15, 17, dan 20 anak pada
bulan Desember 2010 dimana 80% dari pasien adalah pasien Askeskin (PKM
Mumbulsari, 2010).
akan menganalisis keefektifan teknik kompres Tepid Sponge yang dilakukan Ibu dalam
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Demam pada umumnya merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi. Umur
anak dan tanda serta gejala yang muncul sangat penting dalam menentukan
kemungkinan adanya penyakit yang serius (Kania, 2010). Pada suatu kondisi tertentu
klien dengan demam membutuhkan pertolongan terapi yang salah satunya bisa
menggunakan terapi non farmakologis berupa kompres hangat, seperti kompres hangat
teknik konvensional blok aksila dan teknik Tepid Sponge. Namun pada penerapannya
perawat akan mendapatkan kendala dalam menentukan teknik kompres hangat yang
paling tepat dan cepat dalam menurunkan suhu tubuh kliennya apabila klien masih
berada di rumah.
kompres antara lain adalah tingkat pendidikan, umur, lingkungan, pekerjaan, keluarga,
minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi yang didapatkan sebelumnya dari orang
lain. Dengan dilakukannya pendidikan kesehatan kepada Ibu tentang teknik kompres
Tepid Sponge diharapkan Ibu dapat melakukan pertolongan pertama pada anak demam
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan biaya maka peneliti hanya akan meneliti
keefektifan teknik kompres Tepid Sponge yang dilakukan dalam menurunkan demam
pada anak.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Perumusan Masalah
masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Apakah teknik kompres Tepid
Sponge yang dilakukan ibu efektif dalam menurunkan demam pada anak?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tepid Sponge.
konvensional.
c. Menganalisis keefektifan teknik kompres Tepid Sponge yang dilakukan ibu dalam
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoris
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
meningkatkan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi kepada klien dan keluarga.
b. Bagi instansi terkait, masukan bagi institusi untuk lebih meningkatkan mutu
c. Bagi klien dan keluarga, memberikan informasi dan motivasi kepada klien dan
keluarga untuk meimilih dan menerapkan perawatan demam dengan tepat dan
mandiri.
masyarakat tentang pentingnya teknik kompres yang tepat untuk menangani masalah
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA A. Kajian
Teori
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan penting untuk
menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan
ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya dalam program-program pelayanan kesehatan
kurang melibatkan pendidikan keehatan. Meskipun program itu mungkin telah melibatkan
pendidikan kesehatan tetapi kurang kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah
karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan
perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera segera membawa manfaat bagi
masyarakat dan yang mudah mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena
pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian (Notoatmojo, 2003).
Dalam waktu yang pendek pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau
kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya
Hal-hal berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan
yang dapat langsung memberikan hasil terhadap penurunan kesakitan (Notoatmojo, 2003).
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu praktek pendidikan. Oleh
sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada
bidang kesehatan.
Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial dalam
bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu,
lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau
Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-
ciri: belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar
adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk
waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan
kepada H. L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu Negara
yang sudah maju, Belum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling
besar terhadap status kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
andil kedua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap
(Notoatmojo, 2003).
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah
proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat 3 persoalan pokok, yakni persoalan masukan
didik) yaitu individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan
(perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Didalam proses ini terjadi perubahan timbal balik
antara berbagai faktor, antara lain: subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode
dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan
keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan
belajar ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan,
instrumental dan subjek belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras
(hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software)
seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya. Subyek belajar dalam
pendidikan kesehatan dapat berupa individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmojo, 2003).
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina perilaku atau membina
seseorang mulai tertarik untuk melakukan suatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini
antara lain:
Cara ini menjadikan kontak antara keluarga dengan petugas lebih intensif. Klien dengan
Metode tergantung dari besar sasaran kelompok serta pendidikan formal dari sasaran.
a..Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar adalah pertama, ceramah, yaitu metode
yang baik untuk sasaran dengan pendidikan tinggi atau rendah. Kedua, seminar, yaitu
metode yang baik untuk sasaran dengan pendidikan menengah keatas berupa presentasi
dari satu atau beberapa ahli tentang topik yang menarik dan aktual.
b.Kelompok kecil
Jumlah sasaran yang kurang dari 15 orang, metode yang cocok untuk kelompok ini
adalah: Pertama, diskusi kelompok, kelompok bisa bebas berpartisipasi dalam diskusi
sehingga formasi duduk peserta diatur saling berhadapan. Kedua, curah pendapat (brain
storming) merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Usulan atau komentar yang
pendapat semuanya terkumpul. Ketiga, bola salju, kelompok dibagi dalam pasangan
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keempat, memainkan peran yaitu metode dengan anggota kelompok ditunjuk sebagai
umum (tidak membedakan umur,jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan
sebagainya). Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan media
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah, biasanya
sering digunakan pada acara hari kesehatan nasional, pejabat berpidato dihadapan massa
2. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan tentang suatu
penyakit.
3. Artikel atau tulisan yang terdapat dalam majalah atau koran tentang kesehatan.
(Efendi, 2008).
2. Konsep Anak
hal yang esensial untuk meningkatkan kesehatan dan menetapkan pola yang sehat.
Perawtan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang pertumbuhan yang normal serta
tahap perkembangan untuk membimbing dan meningkatkan kondisi normal dan untuk
mendeteksi dan mencegah kondisi abnormal. Praktik keperawatan yang di terapkan harus
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Pengertian Anak
Secara umum berdasarkan teori perkembangan periode anak dimulai dari sejak
lahir dan berahir hingga remaja akhir (0-21 tahun). Pengklasifikasian anak dalam konsep
keperawatan di gambarkan oleh Wong kedalam empat tahapan pertumbuhan yang dimulai
dari periode bayi, periode masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak pertengahan, dan
masa kanak-kanak akhir. Kemudian wong membagi tiap periode tersebut kedalam
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang unik yang masih
dalam proses tumbuh kembang. Perlindungan anak adalah segala kgiatan yang menjamin
dan melindungan anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
yang dapat diprediksi mulai dari masa pembentukan dan berlanjut sampai kematian.
Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase pertumbuhan dan perkembangan yang
pasti tetapi tahapan dan perilaku kemajuan ini sifatnya sangat individual sehingga
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
manusia dilihat dan aspek perkembangan yang ditekankan. Beberapa teori melihat
perkembangan sebagai proses yang berlangsung terus, berpindah dari hal-hal yang
sederhana kearah yang kompleks. Teori lain melihat bahwa proses tersebut tidak
yang berbeda sebagai dasar untuk keperawatan. Karena teori berbeda-beda, penting untuk
pelayanan kesehatan yang dikoordinasi, dan perawat harus mengenal teori perkembangan
ukuran fisik, keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur. Grafik perumbuhan ini meliputi
tinggi, berat badan, dan diameter pada lipatan kulit. Sedangkan perkembangan
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, atau dapat di ukur, aspek
peningkatan ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel. Indikator
ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur skelet,
yang bersifat kualitatif. Maturasi merupakan proses berkembang dan bertumbuh menjadi
penuh. Hal tersebut meliputi kemampuan biologis individu, kondisi fisiologis dan
keinginan untuk belajar perilaku yang lebih matur (Potter dan Perry, 2005).
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian berkurang
b. Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik
kira umur 18 tahun) berhenti (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2005).
kecepatan pertumbuhan maksimum terjadi pada bulan keempat dari kehidupan janin,
dengan bayi dan anak pada hakekatnya di saat lahir bayi bertumbuh dengan sangat cepat
(Sacharin, 1996).
Dalam tahun pertama panjang badan bayi bertambah 23 cm (di negara maju 25
cm), sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di negara maju).
Kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang sehingga setelah umur dua tahun kecepatan
Pada masa prasekolah dan sekolah anak akan tampak kurus yaitu karena
pertumbuhan beberapa organ, jumlah jaringan bertambah sedemikian rupa sehingga jumlah
Masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa merupakan masa yang sangat
penting. Masa ini disebut masa akil balik. Sesaat sebelum dan sewaktu masa akil balik,
jaringan lemak terdapat lagi di bawah kulit, sehingga berat badan bertambah pula. Selama
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
masa ini terdapat perbedaan mengenai jarak lemak yang terdapat pada pria dengan wanita.
Pada anak wanita lemak banyak terdapat di sekitar panggul, payudara, dan anggota gerak,
sedangkan pada pria di punggung. Perubahan jaringan lemak dan berat badan pada anak
wanita berlangsung beberapa tahun setelah akil balik, sedangkan pada anak pria berat
badan setelah masa akil balik tidak nyata bertambah. Penambahan berat badan ini
tergantung pada makanan, hormon atau faktor keturunan (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak, 2005).
masa ini menjadi salah satu periode yang paling genting dalam proses
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
daya gerak sampai mereka masuk sekolah, yang ditandai dengan aktivitas
dan penemuan intens. Ini adalah waktu penandaan perkembangan fisik dan
pada usia ini mendapatkan bahasa dan perluasan hubungan sosial, belajar
harapan. Anak mungkin percaya bahwa hujan turun karena ada orang yang
kecewa pada sibling yang membuat dia sakit (Kliegman et all., 2007).
keluarga dan berada di tengah dunia yang lebih luas dari hubungan teman
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebaya. Terdapat kematangan yang stabil pada perkembangan fisik, mental, dan
awal menjadi lebih penting dalam hubungannya dengan kehidupan yang akan
Periode kacau dari maturasi yang cepat dan perubahan yang dikenal
mulainya pubertas dan berlanjut sampai titik masuk ke arah dunia dewasa,
yang mungkin terjadi setelah lulus sekolah menengah atas, lulus kuliah, atau
dan emosi, dan terdapat pendefinisian ulang mngenai konsep diri. Pada
remaja ahir, anak mulai menginternalisasi semua nilai yang telah dipelajari
sebelumnya dan lebih berfokus pada individu daripada kelompok (Potter dan
Perry, 2005).
a. Kekuatan alami
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
anak dilahirkan dan termasuk tipe perilaku mudah, lambat sampai hangat,
lingkungan.
b. Kekuatan eksternal
1) Keluarga
pengaruh nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan pola spesifik dari interaksi
dan berbeda. Kelompok teman sebaya memberi pola dan struktur yang
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Pengalaman hidup
c) Penguasaan tugas
4) Kesehatan lingkungan
5) Kesehatan prenatal
6) Nutrisi
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8) Status kesehatan
perkembangan.
psikologis, sosial, spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan dasar
b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih): pada tahun-tahun pertama kehidupan,
ikatan erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak
untuk menjamin suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisik mental
maupun psikososial. Peran dan kehadiran ibu sedini dan sepermanen mungkin
menjalin rasa aman pada bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisis (kulit/
mata) dan psikis sedini mungkin (antara lain mendekapkan bayi pada ibunya
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah) yang merupakan cikal bakal bakal
proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Harus dimulai sedini
sebagainya.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga
bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan
secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Lingkungan yang
dimaksud bisa berupa keluarga (orang tua), pengurus panti (bila anak berada pada
panti asuhan), atau bahkan tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya
3. Konsep Demam
1. Pengertian Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik
neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah yang
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral mungkin rendah palsu karena adanya
suhu tubuh di atas normal; hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik, seperti
ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat; sampai lesi sistem saraf
pusat, atau infeksi oleh mikrorganisme; atau ada pejamu proses non infeksi seperti
radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu, seperti leukemia. Disebut juga dengan
pyrexia. Kedua, Setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh”.
Demam diasosiasikan sebagai bagian dari respon fase akut, gejala dari suatu
penyakit dan perjalanan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan
Demam dalam bahasa yunani kuno berasal dari pyretos yang berarti api.
Istilah febril berasal dari terminologi latin febris yang berarti demam. Demam atau
yang sering disebut dengan Pireksia atau hipertermia terkontrol adalah gejala medis
yang umum ditemukan, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas batas normal
tonus otot dan menggigil. Kenaikan suhu tubuh umumnya akan diikuti dengan
perasaan dingin, dan akan merasa hangat saat suhu tubuh yang baru tercapai. Demam
merupakan salah satu respon imun tubuh yang berusaha menetralkan infeksi bakteri
maupun virus. Demam dapat disebabkan oleh berbagai kondisi (Wikipedia, 2009).
Demam anak umumnya disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan
demam dapat menghilang sesudah masa yang singkat. Anak berumur antara 6 bulan
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Istilah demam memiliki arti naiknya temperatur tubuh di atas batas normal,
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan temperatur. Banyak protein, dan beberapa zat
tertentu lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan oleh bakteri, dapat
efek seperti ini disebut dengan pirogen. Pirogen yang dilepaskan oleh bakteri toksik
atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan
hipotalamus meningkat lebih tinggi dari tingkat normal, semua mekanisme untuk
ke derajat yang lebih tinggi temperatur tubuh juga akan mendekati tingkat ini sehingga
(Nelson, 2000).
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berbagai faktor eksternal dapat mempengaruhi secara langsung pusat regulasi suhu
bahwa semua jenis faktor demam dapat menyebabkan produksi dan pelepasan
Toksin dari bakteri misalnya endotoksin bekerja pada monosit dan makrofag
untuk menghasilkan berbagai macam sitokin yang bekrja sebagai pirogen endogen.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui reseptor yang ada di tubuh untuk
(PGE2). Sitokinin juga dihasilkan oleh sel-sel di SSP apabila terjadi rangsangan oleh
infeksi.
Rangsangan ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
pengeluaran panas dan inilah yang menimbulkan demam. Saat suhu tinggi akan
aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T akan dirangsang untuk memerangi zat asing
berperan dalam pembentukan antibody atau sistem kekebalan tubuh. Secara ringkas
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pirogen Pirogen
Endogen Eksogen
Monosit / Makrofag
Sitokinin
Daerah Preoptik
Hipotalamus
Peningkatan
Set-point
Prostaglandin
Konservasi Panas
Produksi Panas
Demam
agen yang berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengimbas produksi pirogen
endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya
interleukin (IL-1, β IL-1, α IL-6), faktor nekrosis tumor (TNF, α TNF-β), dan
interferon-α (INF). Pirogen endogen menyebabkan demam dalam waktu 10-15 menit,
lambat memerlukan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Set point yang tinggi memerintahkan tubuh untuk menaikkan suhu lewat
rangkaian simpatetik dan saraf efferent adrenergik akan memicu konservasi panas
(dengan cara vaskonstriksi) dan kontraksi otot (menggigil). Jalur autonomik dan
endokrine ikut menurunkan penguapan dan mengurangi jumlah cairan yang akan
dipanaskan. Proses ini berjalan terus sampai suhu sudah sesuai dengan termostat, suhu
tubuh terukur akan diatas suhu rata-rata. Saat rangsangan sitokin telah menurun,
jumlah cairan akan berjalan. Termoregulasi ini dibantu korteks serebri dalam
4. Fungsi Demam
Demam diketahui terjadi pada semua hewan yang diteliti. Peningkatan suhu
pada demam dapat meningkatkan kerja fagosit untuk mencapi tujuannya. Metabolisme
darah. Demam pada infeksi virus dapat merangsang interferon yang dapat membatasi
perjalanan infeksi virus. Namun, demam tinggi dapat merusak sel, terutama sel-sel di
5. Karakteristik Demam
tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat lebih tinggi dari nilai normal sebagai
akibat dari penghancuran jaringan, zat pirogen atau dehidrasi, temperatur tubuh
yang baru. Temperatur darah yang lebih rendah dari set-point hipotalamus akan
Selama ini orang akan menggigil dan merasa sangat dingin meski temperatur
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tubuhnya di atas normal. Kulit menjadi dingin karena terjadi vasokonstriksi, dan
orang tersebut akan gemetar hingga suhu yang seseuai dengan set-point barunya
tercapai. Kemudain orang tersebut akan merasa panas. Selama faktor yang
temperatur tubuh diatur lebih kurang dengan cara normal tetapi pada tingkat set-
sesuai dengan set-point yang telah kembali normal. Keadaan ini analog dengan
vasodilatasi di semua tempat. Perubahan yang tiba-tiba ini dalam demam dikenal
sebagai “krisis”, atau lebih tepatnya “kemerahan”. Pada masa lampau, sebelum
diberi antibiotika, krisis selalu dinantikan karena saat krisis terjadi dokter dengan
segera akan mengetahui penurunan suhu tubuh kliennya akan terjadi (Guyton dan
Hall, 1997).
6. Tipe Demam
a. Demam remiten: setiap hari suhu naik dan kembali turun tetapi tetap di atas suhu
normal
b. Demam intermiten: suhu naik dan akan turun kembali ke ambang suhu normal
tubuhnya
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Demam menetap: suhu tubuh berada di atas ambang batas normal dan berfluktuasi
lymphoma. Suhu tubuh akan meningkat selama minggu pertama, dan akan
Menurut Nelwan, tipe demam dapat dibagi menjadi lima antara lain:
a. Demam septik, yaitu suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
b. Demam remiten, dimana suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai titik normal. Perbedaan suhu yang tercatat dapat mencapai dua derajat
c. Demam intermiten, yaitus suhu badan dapat turun ketingkat yang normal selama
bebarapa jam dalam satu sehari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari
sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua
d. Demam kontinyu, merupakan variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Pada tingkat demam yang terus-menerus tinggi disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik, dimana terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti kenaikan suhu seperti semula ( Persatuan Ahli Penyakit
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kuman beredar dalam darah tidak berenang dalam plasma, tetapi ada
dalam lekosit (intraseluler), limfosit atau makrofag. Keberadaan kuman tidak konstan
dari waktu ke waktu, dan hanya dapat bertahan sementara sebelum menempel dan
berhasil membuat koloni pada jaringan atau dihancurkan oleh sel-sel radang.
Koch). Kuman hanya berada dalam darah dalam waktu terbatas, sehingga hasil biakan
kuman tidak selalu positif, tergantung pada jumlah darah sampel, jumlah kuman dan
virulensi.
antara lain:
Anak demam dengan fokus yang jelas akan mudah dikenali secara klinik.
Fokus terdapat pada anak besar, akibat kemampuan tubuhnya melokalisir radang.
enteritis bakterial, abses, merupakan fokus yang jelas dan pada usia tertentu
kumannya dapat diduga. Detritus yang muncul pada tonsil, furunkel pada kulit,
nanah dari liang telinga, dapat memberikan gambaran kuman apa yang
kelainan fungsional, akibat reaksi radang. Fokus yang tidak jelas, gejala kliniknya
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tanpa fokus ini pada usia muda makin tidak jelas gejala kliniknya, karena
demam tanpa fokus yang jelas, misalnya pada anak diare dengan parasit malaria
berdarah pada anak. Fase lanjutan beberapa penyakit menunjukkan adanya gejala
klinik yang jelas, namun bayi muda belum mampu melokalisir reaksi radang dan
Deman ini biasanya terdapat pada infeksi kronik dan berjalan lambat, tidak
menunjukkan fokus dan tidak terdapat gejala lain yang mencolok, kecuali demam.
Reaksi radang tidak hanya akibat adanya infeksi tetapi akibat kerusakan jaringan
dan kematian sel, seperti pada anak dengan keganasan atau anak dengan penyakit
autoimun. Pencarian sumber demam menjadi makin rumit dan mahal dan
2006).
latin compressus yang berarti bantalan dari linen atau materi lain yang dilipat-lipat,
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penggunaan panas yang lembab dengan cara memasukkan kain woll kedalam air
dengan cara menempelkan atau menekan suatu bahan/ alat yang mengandung panas
c. Memberikan kenyamanan
d. Membatasi peradangan
3. Efek Panas
Menurut Gabrielle (2001) efek panas dapat dibagi menjadi tiga group:
a. Fisik
Kalor menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian segala arah.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Kimia
Ini terlihat pada reaksi oksidasi. Permeabilitas membran sel akan meningkat
metabolism seiring dengan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan
tubuh.
c. Biologis
Efek kalor terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap
fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena
Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan pH darah akan
mengalami penurunan.
yang berbeda dalam tubuh, efek tersebut juga tergantung dari lamanya pemberian
a. Vasodilatasi
Kulit akan menjadi kemerahan dan hangat sebagaimana aliran darah kulit
Penurunan dari viskositas darah juga akibat dari peningkatan aliran darah.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ketika kapiler kulit distensi, mereka dapat membawa satu setengah sampai dua
Implus dari reseptor panas dikirim ke hipotalamus yang terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
Beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh
antara lain:
bakteri atau virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus
system imun dan sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan
pertahanan tubuh melawan infeksi. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi,
tubuh meproduksi dan menghemat panas, dan membutuhkan beberapa jam untuk
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mencapai set point yang baru. Selama periode ini orang tersebut menggigil, gemetar,
dan merasa kedinginan meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berahir
ketika set point baru tercapai. Selama fase berikutnya suhu tubuh pasen akan stabil,
dan pasen akan merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah melampaui batas
atau pirogen telah dihilangkan maka akan terjadi fase ketiga yaitu episode febris. Set
pengeluaran panas. Ketika demam berhenti maka klien menjadi afebris (Potter dan
Perry, 2005).
diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah
Sebagian besar produksi panas di dalam tubuh dihasilkan pada organ dalam
seperti hati, jantung, dan otot rangka selama bekerja. Kemudian panas ini dihantarkan
dari organ dan jaringan yang lebih dalam kekulit, dimana panas hilang ke udara dan
sekitarnya. Oleh karena itu, laju hilangnya panas ditentukan hampir seluruhnya oleh
dua faktor yaitu seberapa cepat pans dapat di konduksi kemudian dapat dihantarkan
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang dilakukan pada reseptor suhu pada tubuh dengan menggunakan media botol
disposable yang diberi air hangat pada klien dengan peningkatan suhu tubuh ≥
terjadinya situasi yang dapat lebih memperburuk kondisi klien (Hegner, 2003).
Pemakaian kompres hangat terbukti efektif menurunkan suhu tubuh pada anak
a. Persiapan
3) Mangkok
4) Bengkok
5) Sampiran
b. Pelaksanaan
diberikan
4) Mencuci tangan
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6) Menuangkan air hangat kedalam mangkok yang berisi kain kasa. Suhu air
9) Mengganti kasa tiap 2 menit dengan kain kasa yang direndam dalam air
teknik kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan teknik seka.
memiliki keunggulan dalam mempercepat penurunan suhu anak dengan demam pada
satu jam pertama dibandingkan dengan anak yang hanya diberi acetaminophen saja
(Wilson, 1995)
kemerahan, dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi dapat
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Janis, 2010).
Tujuan Utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu klien khususnya
menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman,
mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari
demam. Tepid sponge juga sangat bermanfaat pada anak yang memiliki riwayat
a. Persiapan
1) Handuk/saputangan
2) Selimut
4) Perlak
5) Handschoen
6) Thermometer
b. Pelaksanaan
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Mencuci tangan
10) Mengisi bak dengan air hangat. Suhu air 28-32 oC (Alves et all., 2008).
13) Mengusap bagian ekstremitas klien selama lima menit. Kemudian bagian
15) Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
16) Mengganti sprei (bila memungkinkan) dan memindahkan perlak dan alat-alat
yang dipakai
sampai 12 tahun dengan cara random ordinal berjumlah 30 anak. Hasil dari
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penelitian tersebut adalah kompres hangat lebih efektif dari pada kompres dingin
eksperimen dengan design one group pre test dan post test design, sampel
yang di ambil anak umur 2 tahun sampai 12 tahun. Hasil dari penelitian ini
adalah adanya pengaruh pemberian kompres hangat pada penurunan suhu anak
demam.
group pre test dan post test yang menitikberatkan pada perbedaan suhu
perlakuan. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah anak dengan usia 1 –
12 tahun.
Klien Febris antara Kompres Hangat Pada Reseptor Suhu (Aksila) dengan Tanpa
Kompres Hangat (Studi Kasus di Ruang Anak RSU Dr Saiful Anwar Malang)”
menunjukkan bahwa ada perbedaan penurunan suhu yang signifikan pada klien
febris antara klien dengan pemberian kompres hangat dan klien tanpa pemberian
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
post-test witht control group design dengan teknik sampling purposive sampling
dilakukan adalah teknik dan jumlah sampel penelitian yang akan diambil.
Dimana pada penlitian ini akan menggunakan teknik simple random sampling
pemberian kompres hangat di aksila lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh
hangat ditemporal.
rancangan pre-test and post-test two group without control group design ,
metode yang juga dipakai oleh penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
Namun perbedaanya adalah pada jumlah sampel dan teknik samplingnya dimana
random sampling.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cairan terhadap penurunan suhu pada anak. beberapa faktor diatas akan menjadi
perancu yang dapat mengaburkan hasil penelitian. Oleh karena itu pada penlitian
yang akan saya lakukan ini akan memasukkan faktor-faktor diatas untuk
a. Penelitian Alves dan Almeida (2008) yang berjudul “Tepid Sponging Plus
test and post-test two group without control group design (p < 0,001). Jumlah
sampel mencapai 120 anak dengan usia 6 – 60 bulan yang didapatkan dengan
teknik simple random sampling. Desain yang digunakan ini sama dengan desain
yang akan digunakan oleh penulis pada penelitian yang akan dilakukan bulan
eksperimen semu dengan jumlah sample yang lebih sedikit yaitu 30 anak dengan
beberapa faktor yang terkait dengan variabel penelitian agar hasil penelitian
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perlakuan Tepid Sponge dan antipiretik mengalami penurunan suhu tubuh yang
lebih cepat dibandingkan dengan anak yang hanya diberi antipiretik saja. Namun
dua jam setelah perlakuan kedua kelompok tersebut mencapai suhu yang sama.
bangun pre-test and post-test group with control group design. Jumlah sampel
kesimpulan yang sama dengan peneliti terdahulu. Namunn pada penelitian ini
c. Liverpool School of Tropical Medicine Melalui riset yang dilakukan oleh Mahar
tepid sponge mempercepat penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam di
bangun pre-test and post-test group with control group design. Sample di ambil
pada anak dengan usia 6-53 bulan sebanyak 75 sampel dengan teknik simple
random sampling.
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adanya tipe demam, status nutrisi dan hidrasi terhadap penurunan suhu pada
Sehingga dengan demikian diharapkan faktor bias penelitian akan berkurang dan
dipertanggungjawabkan.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan Kesehatan
Menurunkan set point
Ibu thermostat
hipotalamus
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Penelitian
Kompres Tepid Sponge yang Dilakukan Ibu Efektif Dalam Menurunkan Demam
Pada Anak.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENELITIAN
Populasi sasaran pada penelitian ini adalah anak dengan demam. Sedangkan
populasi sumbernya adalah anak dengan demam yang dirawat di Puskesmas Mumbulsari.
Sampel dipilih dengan simple random sampling. Adapun kriteria restriksi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: kriteria inklusi antara lain: Anak demam yang
dirawat Puskesmas Mumbulsari dengan usia 1–12 tahun, mendapatkan terapi antipiretik
parasetamol, orang tua mengijinkan anak untuk menjadi responden, orang tua bersedia
diberikan pendidikan kesehatan dan kooperatif. Kriteria ekslusinya antara lain: Klien
penderita demam siklik, klien mengalami dehidrasi berat, klien dengan kekurangan
nutrisi kronis ataupun dengan obesitas. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 30 anak.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Rancangan Penelitian
Populasi Sasaran
Semua anak dengan demam
Populasi Sumber
Anak dengan demam yang dirawat
di Puskesmas Mumbulsari
Restriksi
Sampel
Randomisasi
Uji t
Kesimpulan
E. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
2. Variabel dependen
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Definisi Operasional
1. Kompres hangat konvensional teknik blok aksila adalah Pemberian kompres hangat
selama 15-20 menit yang ditempatkan di ketiak klien anak dengan usia 1-12 tahun
yang mengalami peningkatan suhu > 37,5 oC aksila akibat perubahan set point
Alat ukur : Protap tindakan pemberian kompres hangat konvensional teknik blok
aksila
2. Kompres hangat teknik Tepid Sponge adalah pemberian kompres hangat yang
menempelkan washlap dan menyeka selama 10-15 menit pada klien anak dengan usia
1-12 tahun dengan kenaikan suhu tubuh > 37,5 oC aksila akibat perubahan set poin
Alat ukur : Protap tindakan pemberian kompres hangat konvensional teknik blok
aksila
3. Penurunan suhu tubuh pada anak adalah perubahan suhu tubuh anak dengan usia 1-12
tahun yang mengalami peningkatan suhu > 37,5 oC yang didapatkan dari pengukuran
perbedaan suhu tubuh responden sebelum diberi perlakuan dengan suhu tubuh setelah
diberi perlakuan dengan parameter : Pengukuran suhu tubuh dengan termometer oral
dilakukan beberapa kali, yaitu 5, 15, 30, 60, 90 dan 120 menit terhitung setelah
Hasil ukur : Perbedaan suhu oral sebelum dan sesudah diberi perlakuan
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Instrumen Penelitian
1. Tahap Persiapan
Setelah proposal penelitian ini disetujui oleh institusi (Program Studi Kedokteran
2. Tahap Pelaksanaan
Mumbulsari untuk mendapatkan persetujuan dari orang tua calon responden selaku
Metode penentuan klien anak yang akan menjadi responden adalah sebagai
berikut:
a. Peneliti akan menemui klien anak dengan demam yang akan menjadi calon
responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
b. Calon responden yang telah memenuhi kriteria inklusi akan diberi informed
consent agar calon responden dalam hal ini yang diwakili oleh orang tua klien
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tahu maksud dan tujuan dari penelitian ini, sekaligus sebagai bukti legal bahwa
c. Setiap responden yang ditemui diberi penomeran secara berurutan dari nomor 1
hingga nomor 30
d. Pemilahan responden didasarkan pada nomer urut, setiap responden akan diberi
penomeran dari angka 1 sampai dengan 30. Kemudian responden akan di acak
untuk menentukan apakah masuk dalam kelompok kontrol atau dalam kelompok
perlakuan.
e. Setelah dipilah, Ibu klien akan diberi pendidikan kesehatan tentang perlakuan
kompres hangat blok aksila untuk kelompok kontrol dan kompres hangat Tepid
Sponge untuk kelompok perlaku sesuai dengan protokol intervensi yang ada
pada lampiran.
g. Setelah data terkumpul, data tersebut akan dicek kemudian data akan ditabulasi
untuk kemudian dikaji. Hasil dari tabulasi data akan diolah sesuai dengan uji
statistik.
I. Analisis Data
dan standart deviasi, nilai minimal, dan nilai maksimal. Sedangkan data katagorikal
dideskripsikan dalam frekuensi dan persen. Keefektifan Tepid Sponge dalam menurunkan
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 6
Pebruari – 15 Maret 2011 pada anak dengan demam yang dirawat di Puskesmas Mumbulsari
dengan jumlah responden sebanyak 30 anak. Data akan disajikan dalam bentuk tabel,
diagram, dan narasi yang meliputi: data umum yang berisi karakteristik responden yang
meliputi: usia, staus hidrasi, dan status nutrisi, juga data khusus yang meliputi penurunan suhu
pada anak dengan demam yang diberi perlakuan kompres hangat konvensional dan juga pada
anak yang diberi kompres hangat dengan metode tepid sponge. Kemudian data yang ada di
analisis dan diuji dengan T-Test untuk mengetahui keefektifan kompres dengan metode Tepid
Sponge yang dilakukan Ibu dalam menurunkan suhu pada anak dengan demam.
Tabel 4.1
Distribusi Responden Pada Kelompok Konvensional dan Tepid Sponge Menurut
Karakteristik Pada Anak Dengan Demam Di Puskesmas Mumbulsari 2011
n = 30
Data Kelompok Kelompok
Demografi Konvensional Tepid Sponge Total P Value
n % N % n %
Umur:
1-3 tahun 4 26,7 9 60 13 43,3 0,141
4-12 tahun 11 73,3 6 40 17 56,7
Status Nutrisi:
Kurang 6 40,0 4 26,7 10 33,3 0,699
Baik 9 60,0 11 73,3 20 66,7
Status Hidrasi :
Dehidrasi ringan- 7 46,7 9 60,0 16 53,3 0,714
sedang
Tanpa Dehidrasi 8 53,3 c6ommit t4o0u,0ser 14 46,7
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil analisis karakteristik demografi tentang umur diperoleh bahwa pada umur
1-3 tahun memiliki jumlah yang berbeda yaitu 4 responden (26,7 %) pada kelompok
konvensional dan 9 responden (60%) pada kelompok tepid sponge. Sedangkan pada
responden dengan usia 4-12 tahun terdapat 11 responden (73,3 %) pada kelompok
konvensional, sedangkan pada kelompok tepid sponge terdapat 6 responden (40 %). Hasil
uji statistik diperoleh nilai P Value antara kedua kelompok tersebut adalah P = 0,141, jadi
tidak didapatkan perbedaan kelompok umur antara kelompok perlakuan kompres hangat
terbanyak berada pada status gizi baik, yaitu sebanyak 9 responden (60%) pada kelompok
perlakuan kompres hangat Tepid Sponge. Responden dengan status gizi kurang sebanyak
6 anak (40%) pada kelompok perlakuan kompres hangat konvensional, dan sebanyak 4
anak (26,7%) pada kelompok perlakuan kompres hangat Tepid Sponge. Hasil uji statistik
diperoleh nilai P Value antara kedua kelompok tersebut adalah P = 0,699, jadi tidak
perlakuan kompres hangat Tepid Sponge responden dengan dehidrasi ringan sedang
sebanyak sembilan anak (60%), sedangkan responden dengan tanpa dehidrasi sebanyak 6
anak (40%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value antara kedua kelompok tersebut
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adalah P = 0,714, jadi tidak didapatkan perbedaan karakteristik status hidrasi antara
ditemukan bahwa ketiga karakteristik pada variabel umur, status nutrisi, dan status hidrasi
yang di uji memiliki P > α yang artinya Ho gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
2. Data Khusus
1. Suhu awal responden pada kelompok perlakuan kompres hangat konvensional dan
Tabel 4.2
Suhu Awal Responden Pada Kelompok Perlakuan Kompres Hangat Konvensional Dan
Kompres Hangat Tepid Sponge Di Puskesmas Mumbulsari 2011
n = 30
Deskriptif Konvensional Tepid Sponge
N 15 15
Mean 38,8 39,1
Median 38,500 39,000
Modus 38,3 38,5
Std. Deviasi 0,8207 0,705
Minimum 38,0 38,4
Maximum 40,5 40,5
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai suhu awal antara
kelompok kompres hangat konvensional dan kompres hangat tepid sponge. Pada
kelompok kompres hangat konvensional nilai rata-rata = 38,8 oC, median = 38,5 oC,
modus = 38,3 oC, standar deviasi = 0,8207 oC, nilai minimum = 38,0 oC, dan
maksimum = 40,5 oC. Sedangkan pada kelompok tepid sponge nilai mean = 39,1 oC,
median = 39 oC, modus = 38,5 oC, standartodeviasi
commit
o
user 0,705, nilai maksimum = 38,4 C,
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan nilai maksimumnya = 40,5 oC. Data diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata,
median, modus, nilai maksimum dan minimum lebih besar pada kelompok perlakuan
tepid sponge.
2. Suhu akhir responden pada kelompok perlakuan kompres hangat konvensional dan
Tabel 4.3
Suhu Akhir Responden Pada Kelompok Perlakuan Kompres Hangat Konvensional Dan
Kompres Hangat Tepid Sponge Di Puskesmas Mumbulsari
n = 30
Deskriptif Konvensional Tepid Sponge
N 15 15
Mean 38,5 38,2
Median 38,3 38,100
Modus 38,2 37,5
Std. Deviasi 0,7618 0,6501
Minimum 37,5 37,1
Maximum 40,4 39,4
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai suhu akhir antara
kelompok kompres hangat konvensional dan kompres hangat tepid sponge. Pada
kelompok kompres hangat konvensional nilai rata-rata = 38,5 oC, median = 38,3 oC,
modus = 38,2 oC, standar deviasi = 0,7618 oC, nilai minimum = 37,5 oC, dan
maksimum = 40,4 oC. Sedangkana pada kelompok tepid sponge nilai mean = 38,2
o
C, median = 38,1 oC, modus = 37,5 oC, standar deviasi 0,6501, nilai maksimum =
37,1 oC, dan nilai maksimumnya = 39,4 oC. Tidak seperti data pada suhu awal
sampel, data diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata, median, modus, nilai
3. Nilai suhu awal dan suhu akhir pada anak dengan perlakuan kompres hangat
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4
Tabulasi fluktuasi Suhu Responden Mulai Suhu Awal Hingga Suhu Diakhir Pengukuran Pada
Anak Dengan Demam Yang Mendapat Perlakuan Kompres
Hangat Konvensional Puskesmas Mumbulsari 2011 n = 15
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5
Tabulasi fluktuasi Suhu Responden Mulai Suhu Awal Hingga Suhu Diakhir Pengukuran Pada
Anak Dengan Demam Yang Mendapat Perlakuan Kompres
Hangat Tepid Sponge Di Puskesmas Mumbulsari 2011 n = 15
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6
Perbedaan Rerata Nilai Suhu Awal dan Suhu Akhir pada Anak dengan Perlakuan Kompres
Hangat Konvensional dan Kompres Hangat Tepid Sponge
Di Puskesmas Mumbulsari 2011
n = 30
Kelompok Suhu Tubuh P Value
Responden Suhu Awal Suhu Akhir Selisih Suhu
o o o
N C N C C
Kelompok 15 38,8 15 38,5 0,3 0,038
konvensional
Kelompok tepid 15 39,1 15 38,2 0,9 0,000
sponge
Bila dilihat dari tabel 4.6, perbedaan suhu awal dan suhu akhir terjadi pada
tepid sponge. Pada kelompok konvensional nilai rerata suhu awal 38,8 oC dan suhu
akhir 38,5 oC, dengan rerata selisih suhu tubuh sebesar 0,3 oC. Setelah dilakukan uji
statistik dengan menggunakan t-test untuk mengetahui adanya perbedaan antara suhu
awal dan suhu akhir yang diartikan sebagai nilai penurunan suhu tubu pada
yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara suhu awal dan suhu akhir setelah
diberi perlakuan. Demikian pula pada kelompok tepid sponge, nilai rerata suhu awal
adalah 39,1 oC dan suhu akhirnya 38,2 oC menghasilkan rerata perbedaan suhu
sebesar 0,9 oC. Hasil uji statistik memberikan hasil P value 0,000 yang artinya ada
perbedaan yang signifikan pada suhu sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Perbedaan penurunan suhu pada kelompok kompres hangat konvensional dan tepid
sponge
Tabel 4.7 Mean Penurunan Suhu Tubuh Menurut Waktu Pada Anak Demam
Dengan Kompres Konvensional dan Kompres Tepid Sponge Di Puskesmas
Mumbulsari 2011
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa pengukuran suhu pada menit ke-5 dan
ke-15 tidak didapatkan perbedaan penurunan suhu tubuh secara signifikan antara
Penurunan suhu tubuh tampak nyata berbeda mulai menit ke-30 sampai dengan menit
ke-120.
Pada menit ke-5 rerata penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakukan
kompres konvensional adalah 0,32 0C sedangkan pada kelompok kompres hangat tepid
sponge adalah -0,05 0C artinya justru terjadi peningkatan suhu tubuh pada anak. P
value perbedaan rerata penurunan pada menit ke-5 pada kedua kelompok adalah 0,079
yang menunjukkan tidak adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua
kelompok.
Pada menit ke-15 rerata penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakukan
kompres konvensional adalah 0,15 0C sedangkan pada kelompok kompres hangat tepid
sponge adalah 0,17 0C artinya penurunan suhu tubuh pada anak pada menit ke-15 lebih
besar pada kelompok kompres tepid sponge walaupun nilai perbedaan 0,02 0C secara
klinis tidak bermakna. P value perbedaan rerata penurunan pada menit ke-15 pada
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kedua kelompok adalah 0,956 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan penurunan
Pada menit ke-30 rerata penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakukan
kompres konvensional adalah 0,19 0C sedangkan pada kelompok kompres hangat tepid
sponge adalah 0,73 0C artinya penurunan suhu tubuh pada anak pada menit ke-30 lebih
besar pada kelompok kompres tepid sponge dengan nilai perbedaan 0,54 0C dimana
secara klinis perbedaan tersebut bermakna pada kondisi pasien. P value perbedaan
rerata penurunan pada menit ke-30 pada kedua kelompok adalah 0,030 yang
Pada menit ke-60 rerata penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakukan
kompres konvensional adalah 0,20 0C sedangkan pada kelompok kompres hangat tepid
sponge adalah 1,01 0C sehingga penurunan suhu tubuh pada anak pada menit ke-60
lebih besar pada kelompok kompres tepid sponge dengan nilai perbedaan 0,81 0C.
Perbedaan suhu tubuh yang mendekati 1 0C secara klinis sangat bermakna pada kondisi
pasien. P value perbedaan rerata penurunan pada menit ke-60 pada kedua kelompok
adalah 0,000 yang menunjukkan adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua
kelompok.
Pada menit ke-90 rerata penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakukan
kompres konvensional adalah 0,46 0C sedangkan pada kelompok kompres hangat tepid
sponge adalah 1,07 0C, jadi penurunan suhu tubuh pada anak pada menit ke-90 lebih
besar pada kelompok kompres tepid sponge dengan nilai perbedaan 0,61 0C walaupun
Perbedaan penurunan suhu tubuh anak pada kedua kelompok ini menurun
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
P value perbedaan rerata penurunan pada menit ke-90 pada kedua kelompok
adalah 0,032 yang menunjukkan adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua
kelompok.
Pada akhir pengukuran yaitu pada menit ke-120 rerata penurunan suhu tubuh
kelompok kompres hangat tepid sponge adalah 1,07 0C, jadi rerata penurunan suhu
tubuh pada kedua kelompok perlakuan mulai menurun dibandingkan menit ke-90.
Artinya suhu anak pada kedua kelompok mulai meningkat lagi. Walaupun demikian
penurunan suhu tubuh anak pada menit ke-120 lebih besar pada kelompok kompres
tepid sponge dengan nilai perbedaan 0,6 0C yang secara klinis bermakna pada kondisi
anak. P value perbedaan rerata penurunan pada menit ke-120 pada kedua kelompok
adalah 0,010 yang menunjukkan adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kedua
kelompok.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Siklus penurunan suhu tubuh pada kedua kelompok dapat dilihat pada kurva
berikut ini.
Gambar 4.1
Kurva Rerata Perubahan Suhu Diberbagai Waktu Pengukuran Suhu Pada Kelompok
Perlakuan Kompres Hangat Konvensional dan
Kelompok Perlakuan Kompres Hangat Tepid Sponge
Di Puskesmas Mumbulsari 2011
n = 30
39.5
39.2
39.1
39 39
38.9
38.8
38.7
Suhu Tubuh 0C
38.6 38.6
38.5 38.5 38.5
38.4 38.4
38.2
38.1 38.14 38.1 Konvensional
38
37.84 37.8 37.9 Tepid Sponge
37.5 Adjusted Tepid Sponge
37
kewaktu, dimulai dari sebelum perlakuan hingga di akhir periode pengukuran pada
tampak penurunan suhu sebanyak 0,3 oC pada 5 menit setelah pemberian kompres
hangat dihentikan. Kemudian suhu kembali meningkat mendekati suhu awal sebelum
perlakuan diberikan, dan kembali menunjukkan penurunan suhu dimenit ke-30 dan
60. Penurunan yang cukup berarti terjadi diantara menit ke-60 dan 90 sebanyak 0,4
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
o
C, dan setelah menit ke-90 menunjukkan tren kenaikan suhu hingga di ahir
pengukuran terpaut 0,3 oC dengan suhu awal tubuh sebelum perlakuan diberikan.
menit awal setelah perlakuan dihentikan terjadi kenaikan suhu 0,1 oC. Penurunan
suhu mulai terjadi pada menit ke-6 dan terus menurun tajam hingga menit ke-90
mencapai 1 oC, dan setelah itu menunjukkan tren peningkatan suhu tubuh hingga
diakhir pengukuran. Data diatas ditulis dengan ketelitian satu angka dibelakang
koma.
B. Pembahasan
responden masing-masing golongan 15 anak dengan karakteristik usia, status hidrasi, dan
status nutrisi menghasilkan P value > α. Dengan demikian Ho gagal ditolak yang berarti
sampel berdistribusi normal. Data ini untuk memastikan bahwa apapun hasil dari
penelitian bukan dipengaruhi oleh karakteristik responden melainkan hasil dari perlakuan
bahwa terjadi variasi suhu antara satu anak dengan yang lainnya. Rentang perbedaan
suhu tubuh pada sampel ini terjadi dengan rentang suhu mulai 38 – 40,5 oC, dengan
o
rata-rata suhu sebesar 38,8 C. Median suhu pada kelompok perlakuan kompres
hangat konvensional sebesar 38,5 oC, dengan 38,3 oC sebagai nilai suhu yang sering
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Suhu tubuh pada anak sangat berfluktuasi. Hal ini diakibatkan termostat pada
anak masih belum matur, sehingga mudah berubah dan sensitiv terhadap perubahan
suhu lingkungan. Termostat anak akan matur saat anak memasuki usia remaja.
Seiring dengan pencapaian maturitas tersebut, suhu tubuh anak akan meningkat
dengan variasi suhu 0,54 oC (Potter dan Perry, 2005). Selain itu perbedaan proses
tubuh yang berbeda antara satu responden dengan responden yang lain (Guyton dan
Hall, 1997).
perbedaan atau variasi suhu karena kondisi pada anak yang menjadi responden
ditinjau dari usia, maturitas, dan sensitivitas respon terhadap suhu lingkungan juga
berbeda. Selain itu variasi diurnal tiap anak turut memberikan pengaruh terhadap
perbedaan suhu pada setiap anak. Fenomena ini juga akan terjadi pada kelompok
responden kompres hangat tepid sponge. Namun variasi ini bukan menjadi suatu
masalah dalam penelitian, karena peniliti hanya mengukur besar penurunan suhu
yang didapatkan dari selisih suhu antara suhu awal dan suhu akhir tanpa melihat
apakah suhu akhir pengukuran telah mencapai batas suhu normal atau tidak.
Tabulasi data suhu awal pada kelompok kompres hangat tepid sponge
menunjukkan variasi suhu awal yang tidak jauh berbeda dengan kelompok kompres
hangat konvensional. Rentang perbedaan suhu tubuh pada sampel ini terjadi dengan
rentang suhu mulai 38,4 – 40,5 oC, dengan rata-rata suhu sebesar 39,1 oC. Median
suhu pada kelompok perlakuan kompres hangat tepid sponge sebesar 39 oC, dengan
38,5 oC sebagai nilai suhu yang sering muncul pada kelompok perlakuan ini.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konvensional, peneliti bernggapan bahwa variasi suhu pada anak yang menjadi
responden pada kelompok kompres hangat tepid sponge bisa disebabkan oleh
pengukuran dimana rentang perbedaan suhu terjadi pada 37,5 – 40,5 oC. Nilai rata-
rata suhu diakhir periode pegukuran adalah 38,5 oC, dan median suhu 38,3 oC. Suhu
yang sering muncul pada kelompok responden ini adalah 38,2 oC.
Suhu pada anak dengan demam dipengaruhi proses penyakit yang terjadi
pada anak. Terutama pada anak dengan infeksi, tingkat infeksi yang menentukan
pirogen endogen tubuh yang akan menentukan seberapa tinggi set point baru akan
dipatok (Nelson, 2000). Perbedaan suhu eksternal juga akan menentukan perbedaan
responden juga diakibatkan oleh perbedaan tingkat stres yang dimiliki oleh tiap
metabolisme tubuh dan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh. Stres pada anak
hospitalisasinya dimasa lalu. Tetapi stress akibat perlakuan yang diberikan dapat
diminimalkan karena kompres dilakukan oleh Ibunya sendiri bukan oleh petugas
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selain itu perbedaan suhu awal pada tiap responden tentu saja menjadi salah
peneliti beranggapan bahwa wajar jika terjadi perbedaan output suhu tubuh
responden jika input berupa suhu awal responden sudah berbeda. Fenomena ini tentu
pengukuran dimana rentang perbedaan suhu terjadi pada 37,1 – 39,4 oC. Nilai rata-
rata suhu diakhir periode pegukuran adalah 38,2 oC, dan median suhu 38,1 oC. Suhu
yang sering muncul pada kelompok responden ini adalah 37,5 oC.
perlakuan kompres hangat konvensional, suhu akhir yang terukur merupakan hasil
terhadap perbedaan suhu eksternal (Nelson, 2000; Guyton dan Hall, 1997). Peneliti
juga berpendapat bahwa perbedaan suhu akhir pada tiap responden sangatlah lazim
terjadi karena input yang berupa suhu awal sudah berbeda sehingga wajar jika suhu
akhir pada tiap-tiap responden juga berbeda. Selain itu perbedaan tingkat stres pada
akhir pengukuran.
5. Perbedaan suhu awal dan suhu akhir responden yang diberi perlakuan kompres
hangat konvensional.
konvensional dievaluasi dan suhu yang dihasilkan pada akhir pengukuran sangat
beragam. Sebanyak 3 responden (20%) mengalami kenaikan suhu mulai dari 0,2 –
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
0,8 oC. Seorang responden bersuhu stagnan, dan 11 responden (73%) mengalami
suhu sebelum perlakuan dan pada akhir periode pengukuran kelompok perlakuan
kompres hangat konvensional mendapatkan hasil signifikasi sebesar 0,038 berarti <
0,05. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara suhu awal sebelum
perlakuan dan setelah perlakuan diberikan. Data menunjukkan bahwa nilai rata-rata
suhu tubuh anak setelah perlakuan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum
perlakuan, yang berarti terjadi penurunan suhu tubuh anak dengan demam setelah
perlakuan diberikan.
Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh purwanti
(2006) yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Pasien Anak Hipertermi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Hal yang sama juga
Suhu Klien Febris Antara Kompres Hangat Pada Reseptor Suhu (Aksila) Dengan
Tanpa Kompres Hangat (Studi Kasus Di Ruang Anak RSU dr. Saiful Anwar
Malang).
pemberian kompres hangat konvensional dapat menurunkan suhu tubuh pada anak
dengan demam, pada kenyataanya pemberian kompres hangat ini tidak selalu
berhasil dalam menurunkan suhu anak. Seperti yang terjadi pada penelitian ini, dari
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hal mulai dari penyakit, suhu eksternal, hormonal, obat-obatan, dan stres. Berbagai
hal diatas memungkinkan terjadinya perbedaan hasil terhadap penurunan suhu tubuh
anak pada akhir pengukuran. Demam (peningkatan suhu) sangat dipengaruhi oleh
kondisi penyakit khususnya infeksi yang dialami oleh responden. Pirogen endogen
yang dilepaskan pada proses infeksi akan langsung mempengaruhi pusat pengatur
Tak dapat dipungkiri bahwa tingkat infeksi yang terjadi pada responden
diberi perlakuan kompres hangat, seperti yang terjadi pada 3 responden pada
penelitian ini dimana ketiga responden ini tercatat sebagai pasien yang masuk dengan
penyakit infeksi. Hal ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Valita
(2007) dimana dari sepuluh responden, ada seorang responden yang mengalami
kenaikan suhu setelah diberi perlakuan dengan status pasien dengan penyakit infeksi
6. Perbedaan suhu awal dan suhu akhir responden yang diberi perlakuan kompres
sponge dievaluasi dan suhu yang dihasilkan pada akhir pengukuran sangat beragam.
Sebanyak 2 responden (13%) mengalami kenaikan suhu mulai dari 0,2 – 0,3 oC.
signifikasi sebesar 0,000 berarti < 0,05. Dengan demikian ada perbedaan yang
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
signifikan antara suhu awal sebelum perlakuan dan setelah perlakuan diberikan. Data
menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tubuh anak setelah perlakuan lebih kecil
dibandingkan dengan sebelum perlakuan, yang berarti terjadi penurunan suhu tubuh
Penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahar A.
tepid sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu pada anak dengan demam. Tidak
seperti penelitian lainnya, riset yang menggunakan metode true experimental ini
memasukkan faktor iklim sebagai faktor yang turut diperhitungkan dalam penelitian.
oleh Potter dan Perry (2005) bahwa pemberian kompres hangat pada daerah tubuh
meningkat. Selanjutnya dengan set point yang baru hipotalamus akan menstabilkan
suhu tubuh.
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sponging and Antipyretic Drugs Versus Only Antipyretic Drug in The Management
sponge terhadap pemberian antipiretik pada anak dengan demam hanya mempercepat
penurunan suhu tubuh pada anak diawal pengukuran. Namun setelah dua jam pasca
perlakuan dihentikan, suhu tubuh pada anak yang diberi perlakuan antipiretik dan
tepid sponge sama dengan anak yang hanya diberi antipiretik saja.
sponge dan antipiretik efektif untuk menurunkan suhu anak pada 30 menit awal, dan
menunjukkan tren level suhu yang lebih tinggi dibandingkan anak yang hanya diberi
antipiretik saja. Adapun pada hasil penelitian ini sendiri menghasilkan kesimpulan
bahwa tepid sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam
selama 90 menit awal, setelah itu akan terjadi kenaikan suhu seperti semula.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil mengenai lama efek
terapi tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam antara
berupa luas washlap yang kontak dengan tubuh dan suhu lingkungan pada daerah
beriklim tropis. Rasio body surface area dibanding dengan luas total washlap
kompres yang diberikan hampir sebanding, yang artinya luas kontak washlap dengan
kulit cukup luas sehingga lebih baik dalam memfasilitasi perpindahan kalor secara
lebih tinggi dibandingkan dengan wilyah iklim yang lainnya. Seperti halnya yang
dijelaskan oleh Mahar A. F. (1994) bahwa tepid sponge sangat efektif dalam
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membantu penurunan suhu anak dengan demam yang berada di iklim tropis. Begitu
juga Alves dan Almeida (2008) menegaskan bahwa penambahan tepid sponge
terhadap antipiretik memberikan hasil yang baik jika diterapkan pada anak yang
hangat konvensional dan kompres hangat tepid sponge. Tabel 4.7 menunjukkan
bahwa pengukuran suhu pada menit ke-5 dan ke-15 tidak didapatkan perbedaan
penurunan suhu tubuh secara signifikan antara kelompok kompres konvensional dan
kelompok kompres hangat tepid sponge. Penurunan suhu tubuh tampak nyata berbeda
Besar selisih rerata penurunan suhu tubuh antara kedua kelompok perlakuan
berbeda setiap waktu pengukuran, dimana kelompok perlakuan kompres hangat tepid
sponge memiliki derajat penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan dengan
menit ke-60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompres hangat tepid
sponge yang dilakukan Ibu efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak dengan
demam.
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan
teknik seka (Wilson, 1995). Seperti pada kompres hangat konvensional, tepid sponge
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berespon dengan mematok set poin suhu tubuh yang lebih tinggi dengan cara
Namun menurut peneliti kompres hangat tepid sponge lebih efektif dalam
konvensional disebabkan adanya seka tubuh pada teknik kompres hangat tepid
sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat
Perbedaan rasio body surface area dengan jumlah luas washlap yang kontak
dengan pembuluh darah perifer yang berbeda antara teknik kompres hangat
konvensional dan kompres hangat tepid sponge akan turut memberikan perbedaan
perlakuan tersebut.
sponge diantaranya suhu air yang lebih hangat, dan durasi pemberian kompres yang
lebih panjang. Selain itu, kecilnya jumlah washlap yang kontak dengan tubuh
memberikan kenyamanan yang lebih dibandingkan dengan teknik tepid sponge yang
hampir sekujur tubuhnya dibalut dengan washlap. Namun seperti yang dijelaskan di
paragraf sebelumnya, kombinasi cara kerja pada tepid sponge mengakibatkan tepid
sponge yang dilakukan Ibu lebih unggul dalam menurunkan suhu pada anak dengan
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selain itu perbedaan cara kerja antara kompres hangat konvensional dengan
memberikan efek terapi berupa penurunan suhu anak. Gambar 4.1 menunjukkan
pada kelompok kompres hangat konvensional fluktusi penurunan suhu tidak konstan
dengan rerata efek terapi selama 10-15 menit. Setelah itu suhu berfluktuasi dan
cenderung tidak stabil. Sedangkan pada kelompok kompres hangat tepid sponge
penurunan suhu relatif konstan dengan efek terapi yang cukup lama yaitu 90 menit.
Setelah 90 menit perlakuan dihentikan, suhu tubuh pada anak akan mengalami
kenaikan.
memperoleh hasil yang maksimal maka penerapan masing-masing teknik ini harus
dibedakan sesuai dengan karakteristik fluktuasi suhu dan lama efek terapi yang
kompres bisa diberikan oleh Ibu secara remitten yaitu terus menerus hingga
penurunan suhu tubuh yang diinginkan tercapai. Hal ini diakibatkan oleh pendeknya
pemberian kompres selama 20-25 menit sesuai dengan protap tindakan tidak akan
dengan protap tindakan yaitu selama 10-15 menit, kemudian pemberian kompres
dihentikan, washlap diambil dan tubuh dibiarkan terbuka. Hal ini akan memfasilitasi
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
maksimal. Tepid sponge dapat kembali diberikan setelah 90 menit kemudian. Ini
merupakan waktu yang tepat karena setelah 90 menit efek terapi tepid sponge mulai
menghilang yang ditandai dengan kembali meningkatnya suhu pada anak. Pemberian
tepid sponge yang selanjutnya akan mencegah kenaikan suhu lebih lanjut.
C. Keterbatasan Penelitian
sampling yang sesuai serta penentuan kriteria inklusi dan eksklusi sedimikian rupa untuk
mencegah terjadinya bias hasil akibat pengaruh dari karakteristik yang dimiliki oleh
kembali memastikan bahwa hasil yang diperoleh memang benar-benar efek dari
perlakuan yang diberikan, bukan karena perbedaan karakteristik pada kedua kelompok
perlakuan. Selain itu untuk menghindari terjadinya perbedaan skill Ibu dalam
implementasi pada anaknya baik pada kompres konvensional maupun pada kompres
tepid sponge, peneliti mengobservasi cara kerja Ibu dalam melakukan implementasi
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Alat ukur
Salah satu alat ukur pada penelitan ini adalah termometer aksila yang hasil
pengukurannya bisa dipengaruhi oleh pemberian kompres hangat di aksila. Selain itu
akurasi termometer jenis ini kurang mendekati suhu tubuh yang sebenarnya
2. Sampel
Terbatasnya jumlah sampel ini bisa berpengaruh pada akurasi hasil penelitian dan
3. Suhu anak dengan demam dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak
perbedaan jenis antipiretik ini bisa menjadi faktor perancu dalam penelitian ini.
mengontrol status hormonal dengan akurat dibutuhkan skrining khusus yang bisa
d. Stres merupakan hal turut mempengaruhi fluktuasi suhu tubuh seseorang. Saat
penelitian ini dilakukan, stres merupakan faktor yang tidak terkaji oleh peneliti
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena bagaimanapun stres pada anak merupakan hal yang sulit dikaji dan
dikontrol. Stres pada anak bisa muncul dari pengalaman hospitalisasi dimasa lalu
masih parsial. Selain itu resistensi anak yang menjadi responden terhadap
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SARAN
1. Kesimpulan
1. Penurunan suhu tubuh pada anak dengan perlakukan kompres konvensional maupun
kompres hangat tepid sponge terjadi pada pengukuran suhu tubuh menit ke-5 sampai
2. Perbedaan rerata penurunan suhu tubuh antara anak yang dilakukan kompres
konvensional dan anak dengan kompres hangat tepid sponge terjadi pada mulai menit
ke-30 sampai dengan menit ke-120. Pada menit ke-5 dan ke-15 tidak terdapat
3. Kompres hangat tepid sponge yang dilakukan Ibu efektif dalam menurunkan suhu
2. Implikasi
1. Uji statistik memperlihatkan dengan jelas bahwa kompres hangat tepid sponge yang
dilakukan Ibu efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam. Melalui
penelitian ini diharapkan mampu mengenalkan tepid sponge sebagai metode non
farmakologis yang terbukti efektif dan aman dalam menurunkan suhu tubuh anak
2. Tepid sponge sebagai metode kompres hangat yang memberikan efek penurunan suhu
yang konstan dan berlangsung lama sangat cocok untuk anak yang sedang mengalami
kejang demam dan membantu menurunkan suhu pada anak dengan demam di wilayah
beriklim tropis seperti Indonesia. Tepid sponge juga sangat dianjurkan pada anak yang
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berusia 6 bulan – 5 tahun, karena pada usia ini resiko kejang demam lebih tinggi
3. Banyaknya jumlah washlap yang kontak dengan kulit pada metode tepid sponge
dibutuhkan pada anak dengan demam yang sedang berada pada fase menggigil karena
tepid sponge tidak hanya membantu menurunkan suhu tubuhnya tetapi juga
memberikan rasa hangat pada anak yang sedang menggigil sesaat sebelum set point
dengan demikian tepid sponge cocok dan dianjurkan untuk berbagai kondisi anak
dengan demam. Namun pada anak yang memiliki tingkat resistensi tinggi terhadap
berisiko kejang demam), karena pemberian tepid sponge pada anak yang memilki
tingkat resistensi tinggi dapat memicu stres anak yang akan meningkatkan suhu
5. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan bagi para orang tua, maupun
yang paling paling tepat dalam membantu menurunkan suhu tubuh anak dengan
3. Saran
sesuai dengan kondisi anaknya. Orang tua bisa memberikan tepid sponge pada
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
anaknya yang sedang demam, ataupun kejang demam sebelum ibu menjangkau
pelayanan kesehatan lebih lanjut. Sedangkan pada anak yang menolak pemberian tepid
Adapun mengenai teknik pelaksanaan dari kedua metode kompres tersebut ibu bisa
Mengingat telah terbukti bahwa kompres hangat tepid sponge yang dilakukan
Ibu efektif dalam menurunkan suhu pada anak dengan demam hendaknya protap
Mumbulsari. Pemberian tepid sponge bisa dilakukan sesuai protap tindakan yaitu 10-
15 menit. Kemudian washlap diambil dan membiarkan tubuh terbuka selama 90 menit.
Setelah itu jika suhu anak belum mencapai derajat suhu tubuh yang diinginkan tepid
sponge dapat diberikan kembali dengan cara dan durasi yang sama seperti
sebelumnya.
Konvensional dapat diberikan sebagai pengganti tepid sponge pada anak yang
secara remitten hingga penurunan suhu tubuh anak yang diinginkan tercapai. Peneliti
hangat konvensional yang telah ada sebelumnya, karena pemilihan kedua metode
kompres hangat yang akan diberikan harus disesuaikan dengan kondisi anak
dilapangan.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Perlu diadakan sosialisasi pada para orang tua tentang penanganan anak
demam menggunakan kompres hangat baik di lingkup rumah sakit maupun di lingkup
komunitas. Penjelasan mengenai kompres hangat tepid sponge untuk diberikan pada
Perlu diadakan penelitian lain yang lebih dalam dengan mengendalikan suhu
lingkungan, tingkat stres, dan status hormonal. Penggunaan termometer rektal sebagai
alat ukur yang paling akurat tanpa harus melanggar etik. Selain itu disarankan untuk
melakukan penambahan jumlah sampel yang jauh lebih banyak daripada penelitian ini.
commit to user
80