Anda di halaman 1dari 61

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PEKANBARU MEDICAL CENTER, Edisi 1

Ns. Dwi Elka Fitri, S.Kep, MKM


Ns. Silvia Nora Aggreini, M.Kep
Ns. Awaliyah Ulfah Ayudytha, S.Kep., MARS
Ns. Wahyu Saputra, S.Kep

1
VISI MISI PROGRAM STUDI NERS STIKES PMC PEKANBARU

Visi Program Studi

“Menjadi Program Studi Keperawatan yang menghasilkan


lulusan Ners Edukatif yang profesional dan kompetitif yang
unggul di Kopertis Wilayah X Tahun 2025”

Misi Program Studi

Untuk mencapai Visi maka dirumuskan pernyataan Misi PS Ners


sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan Pendidikan Keperawatan tahap akademik
dan Profesi secara profesional berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi, organisasi profesi serta mengikuti SNPT dan
perkembangan IPTEK.
2. Mengembangkan Penelitian Dasar, Institusional dan Unggulan
yang berorientasi pada Riset Keperawatan secara
berkesinambungan
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat secara
terprogram, inovatif dan kreatif dalam rangka pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan daerah binaan dengan
memberikan pengetahuan kesehatan bersifat memandirikan
dan edukatif.
4. Mendukung program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Keperawatan Anak untuk mahasiswa/i Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekanbaru Medical Center ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.

Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum
Keperawatan Dasar I yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Keperawatan Anak. Modul
praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam mempersiapkan dan melaksanakan
praktikum dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan
pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/i serta teori
singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa/i mengenai materi yang dibahas.

Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Praktikum Keperawatan Anak ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pekanbaru, April 2019

Penyusun

3
PEMASANGAN NEBULIZER DAN SUCTION PADA ANAK

PENDAHULUAN

Pada anak dengan asma, emfisema, atau bronkitis, masalah jalan nafas merupakan
masalah yang prioritas harus ditangani. Salah satu cara terbaik untuk memberikan obat-
obatan pada gangguan pernafasan adalah dengan pemasangan nebulizer. Cara ini biasanya
Dapat dengan cepat mengatasi permasalahan pernapasan seperti sesak nafas khususnya pada
anak-anak. Adapun upaya lebih lanjut untuk melonggarkan jaslan nafas pada kasus tersebut
dengan sekret yang banyak adalah dengan penghisapan (suctioning). Penghisapan sekret pada
kasus ini dapat dilakukan sesudah pemasangan nebulizer dilakukan. Namun penghisapan
sekret ini tidak diindikasikan pada anak yang dapat membatukkan atau mengeluarkan
sekretnya sendiri.
Ada beberapa bentuk mesin nebulizer yang dapat mengubah obat-obattan menjadi uap
(cairan dalam bentuk gas) agar dapat lebih mudah terpenetrasi ke paru. Jet nebulizer adalah
jenis nebulizer untuk mengkompresi udara untuk mengangkut obat-obatan. Lebih berisik
namun lebih murah. Sedangkan alat lainnnya adalah ultrasonik nebulizer, berfungsi sama
namun memiliki frekuensi fibrasi lebih tinggi untuk menvaporasi obat-obatan menjadi uap,
cederung tidak berisik, namun lebih mahal. Bahkan saat ini sudah ada rancangan yang
digunakan untuk dirumah dan menggunakan baterai. Pemilihan alat sangat bergantung pada
kebutuhan dan kemampuan pasien.

PEMASANGAN NEBULIZER

1. Peralatan
- Nebulizer
- Selang dan Masker
- Obat-obatan asma sesuai resep (aerosol, ventolin, NaCl)
- Air hangat dan handuk kering

2. Prosedur Tidakan

a. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien dan keluarganya


b. Cuci tangan
c. Persiapkan alat dan pasien (biarkan anak pada posisi semi fowler atau duduk jika
memungkinkan)
d. Pasang handuk pada dada anak
e. Dekatkan kompresor dengan anak, letakkan pada posisi yang datar dan aman
f. Sambungkan masker dengan kompresor
g. Ambil obat lalu letakkan pada masker. Jika memungkinkan biarkan anak yang lebih
dewasa melakukannya sendiri
h. Pasang masker pada mulut anak

4
i. Ajarkan anak cara menghirup asap yang keluar dari masker. (Tarik nafas dalam dan
hirup asap yang keluar dari masker sebanyak-banyaknya lalu buang nafas melalui
mulut)
j. Nyalakan kompresor
k. Minta anak bernafas sesuai yang diajarkan
l. Biarkan anak menghirup asap yang keluar hingga asap berhenti kurang lebih 5-10
menit (tergantung dosis/jumlah obat yang diberikan, semakin banyak semakin lama
waktu yang dibutuhkan)
m. Setelah asap habis, lepaskan masker dari wajah anak
n. Matikan kompresor
o. Tanyakan keadaan anak, apakah terasa lebih lega dan nyaman ketika bernafas
p. Rapikan alat, untuk masker yang digunakan berulang kali, rendam masker dalam air
hangat lalu keringkan diatas handuk kering
q. Cuci tangan
r. Dokumentasikan tindakan: waktu, obat dan dosis yang diberikan, lama pemberian,
kondisi pasien sebelum dan sesudah tindakan.

PENGHISAPAN SEKRET

1. Peralatan
- Mesin penghisap sekret
- Handuk
- NaCl
- Kom
- Selang penghisap
- Sarung tangan steril
- Bengkok
- Kasa steril
- Pinset

2. Prosedur Tindakan
a. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada anak dan keluarga
b. Cuci tangan
c. Kaji bunyi nafas anak, lakukan auskutasi jalan nafas
d. Siapkan tekanan mesin penghisap
Anak: 5-10 mmHg (portable)
95- 100 mmHg (dinding)
Bayi : 2-5 mmHg (portable)
50-95 mmHg (dinding)
e. Pada anak yang sadar beri posisi semi fowlerdengan kepala miring kesatu sisi untuk
melakukan penghisapan sekret melalui mulut atau dengan leher hiperekstensi untuk
melakukan penghisapan melalui hidung.
f. Pada anak yang tidak sadar beri posisi lateral menghadap perawat
5
g. Letakkan handuk di dada anak
h. Tuang 100 ml larutan NaCl atau air
i. Pakai sarung tangan steril
j. Buka set kateter dan dengan tangan dominan sambungkan kateter dengan mesin
penghisap. Pegang ujung kanula dengan tangan dominan sedangkan pangkal kateter
dengan tangan non dominan
k. Nyalakan mesin penghisap dengan tangan non dominan (tangan non dominan menjadi
steril)
l. Masukkan kateter kedalam rongga hidung atau mulut anak tanpa menutup lubang
dipangkal kateter (lakukan dihidung terlebih dahulu karena area mulut biasanya lebih
kotor)
m. Untuk melakukan penghisapan, tutup lubang pada pangkal kateter sambil menarik
kateter keluar perlahan-lahan dengan gerakan memutar. Setiap kali penghisapan
berkisar 10-15 detik
n. Bilas kateter dengan cairan NaCl atau air. Jika sekret terlalu kental, ujung kateter
dapat di lap dengan kassa steril
o. Ulangi penghisapan sekret jika diperlukan. Berikan istirahat 20-30 detik diantara
setiap penghisapan dengan waktu penghisapan sekret maksimal 5 menit.
p. Anjurkan anak untuk batuk (jika memungkinkan)
q. Setelah selesai, matikan mesin penghisap dan rapikan alat. Masukkan kateter ke
dalam sarung tangan
r. Lakukan auskultasi jalan nafas
s. Beri posisi yang nyaman
t. Rapikan alat
u. Cuci tangan
v. Dokumentasikan tindakan: waktu pelaksanaan, lama pelaksanaan, warna sekret,
kondisi pasien sebelum dan sesudah tindakan (suara nafas atau hasil auskultasi
pernafasan)

6
DAFTAR TILIK
MEMASANG NEBULIZER PADA ANAK

Nama Mahasiswa : ....................................................................


NIM : ....................................................................

LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN KET

1. Persiapan
a. Peralatan
1. Nebulizer
2. Selang dan Masker
3. Obat-obatan asma sesuai resep (aerosol, ventolin, NaCl)
4. Air hangat dan handuk kering
b. Petugas
1. Memberi salam kepada ibu bayi dan mengenalkan diri
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan kepada ibu bayi
3. Memastikan posisi bayi sesuai kebutuhan dengan nyaman,
kerahasiaannya terjaga.
c. Pasien
1. Menerima tindakan yang akan dilakukan petugas
2. Posisi nyaman
d. Lingkungan Nyaman
1. Menjaga Privasi bayi

2. PELAKSANAAN
a. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
b. Persiapkan alat dan pasien (biarkan anak pada posisi
semi fowler atau duduk jika memungkinkan)
c. Pasang handuk pada dada anak
d. Dekatkan kompresor dengan anak, letakkan pada posisi
yang datar dan aman
e. Sambungkan masker dengan kompresor
f. Ambil obat lalu letakkan pada masker. Jika
memungkinkan biarkan anak yang lebih dewasa
melakukannya sendiri
g. Pasang masker pada mulut anak
h. Ajarkan anak cara menghirup asap yang keluar dari
masker. (Tarik nafas dalam dan hirup asap yang keluar
dari masker sebanyak-banyaknya lalu buang nafas
melalui mulut)
i. Nyalakan kompresor
j. Minta anak bernafas sesuai yang diajarkan
7
k. Biarkan anak menghirup asap yang keluar hingga asap
berhenti kurang lebih 5-10 menit (tergantung
dosis/jumlah obat yang diberikan, semakin banyak
semakin lama waktu yang dibutuhkan)
l. Setelah asap habis, lepaskan masker dari wajah anak
m. Matikan kompresor
n. Tanyakan keadaan anak, apakah terasa lebih lega dan
nyaman ketika bernafas
o. Rapikan alat, untuk masker yang digunakan berulang
kali, rendam masker dalam air hangat lalu keringkan
diatas handuk kering
3. PASCA TINDAKAN
1. Beritahu ibu bayi bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
2. Cuci tangan
3. Melaporkan hasil kegiatan pada yang bertanggung jawab
4. Dokumentasikan tindakan: waktu, obat dan dosis yang
diberikan, lama pemberian, kondisi pasien sebelum dan
sesudah tindakan.

Rumus Penilaian:
Nilai = Jumlah item yang dikerjakan x 100 %
Jumlah item ideal

Nilai Akhir :.....................................................


Pekanbaru, ...............................................
Penguji

(..............................................................)

8
DAFTAR TILIK
MELAKUKAN SUCTION PADA ANAK

Nama Mahasiswa : ....................................................................


NIM : ....................................................................

LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN KET

1. Persiapan
a. Peralatan
1. Mesin penghisap sekret
2. Handuk
3. NaCl
4. Kom
5. Selang penghisap
6. Sarung tangan steril
7. Bengkok
8. Kasa steril
9. Pinset
b. Petugas
1. Memberi salam kepada ibu bayi dan mengenalkan diri
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan kepada ibu bayi
3. Memastikan posisi bayi sesuai kebutuhan dengan nyaman,
kerahasiaannya terjaga.
c. Pasien
1. Menerima tindakan yang akan dilakukan petugas
2. Posisi nyaman
d. Lingkungan Nyaman
1. Menjaga Privasi bayi

2. PELAKSANAAN
a. Cuci tangan
b. Kaji bunyi nafas anak, lakukan auskutasi jalan nafas
c. Siapkan tekanan mesin penghisap
Anak: 5-10 mmHg (portable)
95- 100 mmHg (dinding)
Bayi : 2-5 mmHg (portable)
50-95 mmHg (dinding)
d. Pada anak yang sadar beri posisi semi fowlerdengan
kepala miring kesatu sisi untuk melakukan penghisapan
sekret melalui mulut atau dengan leher hiperekstensi
9
untuk melakukan penghisapan melalui hidung.
e. Pada anak yang tidak sadar beri posisi lateral
menghadap perawat
f. Letakkan handuk di dada anak
g. Tuang 100 ml larutan NaCl atau air
h. Pakai sarung tangan steril
i. Buka set kateter dan dengan tangan dominan
sambungkan kateter dengan mesin penghisap. Pegang
ujung kanula dengan tangan dominan sedangkan
pangkal kateter dengan tangan non dominan
j. Nyalakan mesin penghisap dengan tangan non dominan
(tangan non dominan menjadi steril)
k. Masukkan kateter kedalam rongga hidung atau mulut
anak tanpa menutup lubang dipangkal kateter (lakukan
dihidung terlebih dahulu karena area mulut biasanya
lebih kotor)
l. Untuk melakukan penghisapan, tutup lubang pada
pangkal kateter sambil menarik kateter keluar perlahan-
lahan dengan gerakan memutar. Setiap kali penghisapan
berkisar 10-15 detik
m. Bilas kateter dengan cairan NaCl atau air. Jika sekret
terlalu kental, ujung kateter dapat di lap dengan kassa
steril
n. Ulangi penghisapan sekret jika diperlukan. Berikan
istirahat 20-30 detik diantara setiap penghisapan dengan
waktu penghisapan sekret maksimal 5 menit.
o. Anjurkan anak untuk batuk (jika memungkinkan)
p. Setelah selesai, matikan mesin penghisap dan rapikan
alat. Masukkan kateter ke dalam sarung tangan
q. Lakukan auskultasi jalan nafas
r. Beri posisi yang nyaman
s. Rapikan alat
3. PASCA TINDAKAN
1. Beritahu ibu bayi bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
2. Cuci tangan
3. Melaporkan hasil kegiatan pada yang bertanggung jawab
4. Dokumentasikan tindakan: waktu pelaksanaan, lama
pelaksanaan, warna sekret, kondisi pasien sebelum dan sesudah
tindakan (suara nafas atau hasil auskultasi pernafasan)

Rumus Penilaian:
Nilai = Jumlah item yang dikerjakan x 100 %
Jumlah item ideal
10
Nilai Akhir :.....................................................
Pekanbaru, ...............................................
Penguji

(..............................................................)
Prosedur Pemasangan Infus Pada Anak

a. Pengertian

Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan
infus set (potter,2005)

b. Indikasi

Infus diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfuse darah, pra dan pasca
bedah sesuai program pengobatan, serta klien yang sistem pencernaannya terganggu.

c. Persiapan alat

 Set infuse

 IV Catheter sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan

11
 Cairan infus sesuai kebutuhan klien
 Standard infuse
 Tali pembendung (tourniquet)

 Kapas alkohol 70 % dalam tempatnya


 Kasaa steril
 Sarung tangan bersih
 Plester
 Bengkok
 Gunting verban
 Pengalas
 Spalk

d. Prosedur Tindakan

LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN KET


0 1 2
1. Persiapan
a. Peralatan
 Set infuse
 IV Catheter sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
 Cairan infus sesuai kebutuhan klien
 Standard infuse
 Tali pembendung (tourniquet)
 Kapas alkohol 70 % dalam tempatnya
 Kasaa steril
 Sarung tangan bersih
 Plester
 Bengkok
12
 Gunting verban
 Pengalas
 Spalk

b. Petugas
1. Memberi salam kepada ibu bayi dan mengenalkan diri
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan kepada ibu bayi
3. Memastikan posisi bayi sesuai kebutuhan dengan nyaman,
kerahasiaannya terjaga.
c. Pasien
1. Menerima tindakan yang akan dilakukan petugas
2. Posisi nyaman
d. Lingkungan Nyaman
1. Menjaga Privasi bayi/anak

2. PELAKSANAAN
1. Pendekatan pada anak
- Beri penjelasan pada anak yang disesuaikan
dengan tahap perkembangan sebelum tindakan
- Berikan fasilitas boneka atau mainan kesayangan
anak dapat digunakan untuk membantu dalam
menjelaskan prosedur yang dikerjakan
- Libatkan orang tua dan biarkan hadir sebelum
dilakukan prosedur
- Jawab setiap pertanyaan dan jelaskan tujuan dari
setiap tindakan yang dilakukan
2. Periksa program terapi cairan klien dan siapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan
4. Siapkan set dan cairan infuse
- Buka set infuse dan cairan infuse dengan
mempertahankan teknik aseptic
- Hubungkan set infuse dengan cairan infuse, isi
ruang cairan dalam set infuse. Kendurkan klem dan
alirkan cairan kedalam kanula pada set infuse
- Tutup klem dan periksa kembali apakah masih ada
gelembung udara didalam kanula
- Berikan label yang menjelaskan tanggal dan jam
pemasangan kanula intravena, kecepatan tetesan,
dan inisial perawat
5. Tempatkan klien pada posisi supine atau kepala 30
derajat
6. Pilih vena yang akan digunakan
7. Pasang tourniquet 5 sampai 6 inci diatas tempat
penusukan agar vena lebih terlihat.
8. Pasang sarung tangan bersih
9. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan
gerakan memutar kearah luar
10. Buka set dan ambil kanula intra vena dengan
13
menggunakan tangan dominan, dengan mempertahankan
teknik aseptic
11. Letakkan tangan non dominan 2-3 inci dibawah area
penusukan dengan sedikit menarik kulit kearah distal
12. Tusukkan kanul intravena dengan sudut 30 derajat,
kanula dapat ditusukkan langsung diatas vena atau dari
sisi vena
13. Jika terlihat darah telah memasuki bagian belakang
kanul, tarik bagian logam dari kanul dan dorong kanul
lebih kedalam vena perlahan-lahan
14. Lepaskan tourniquet dan hubungkan kanul dengan set
infuse, alirkan cairan kedalam kanul. Observasi area
penusukan untuk memastikan bahwa kanul tidak berada
diluar vena
15. Berikan plester diatas sambungan antara kanul intravena,
set infuse
16. Tutup area penusukan dengan kassa streil dan beri spalk
dibawah tangan dan beri plester
17. Beri tanggal, waktu, tipe dan ukuran kanula yang
digunakan
18. Buka sarung tangan dan rapikan alat
19. Berikan pelukan dan sentuhan rasa nyaman diperlukan
setelah prosedur menyakitkan
20. Hitung tetesan infuse sesuai program terapi

3. PASCA TINDAKAN
1. Beritahu ibu bayi bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
2. Cuci tangan
3. Melaporkan hasil kegiatan pada yang bertanggung jawab dan
dokumentasikan tindakan

Rumus Penilaian:
Nilai = Jumlah item yang dikerjakan x 100 %
Jumlah item ideal

Nilai Akhir :.....................................................


Pekanbaru, ...............................................
Penguji

(..............................................................)

14
MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK

PENDAHULUAN
Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai
diruang praktek dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari
jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua atau pengasuh menjadi risau. Sebagian besar
anak-anak mengalami demam sebagai respon terhadap infeksi virus yang bersifat self limited
dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan
di rumah sakit. Akan tetapi sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang
serius dan mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik dan sepsis.

DEFINISI
Menurut kamus kedokteran Stedman’s edisi ke-25, demam adalah peningkatan suhu
tubuh diatas normal (98,60 F/ 370 C). Sedangkan menurut edisi ke-26 dalam kamus yang
sama, demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai oleh
sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun.
Dalam protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Center definisi demam
untuk semua umur, demam didefinisikan temperatur rektal diatas 380 C, aksilar diatas 37,50 C
dan diatas 38,20 C dengan pengukuran membran timpani, sedangkan demam tinggi bila suhu
tubuh diatas 39,50 C dan hiperpireksia bila suhu > 41,10 C.

PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi sepanjang
hari, 0,50 C dibawah normal pada pagi hari dan 0,50 C diatas normal pada malam hari. Suhu
tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan
normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 370 C, setelah informasi
tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran
panas sesuai dengan
perubahan set point.
Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi
pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah
dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan
aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan
vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap
dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan
panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh
maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi
15
keringat.
Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri
menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk membuat
pirogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6 atau tumor nekrosis faktor. Pirogen
endogen bekerja di hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase membentuk
protaglandin selanjutnya prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu
pelepasan pirogen endogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut
memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat
yang mengancam jiwa.
PENATALAKSANAAN

a) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal


b) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d) Memberikan kompres pada aksila, leher, dan lipatan paha
e) Melakukan Tepid Water Sponge

TEPID WATER SPONGE

a. Tujuan
Untuk menurunkan suhu anak yang menderita demam

b. Indikasi
- Anak yang demam yang tidak berespon dengan anti piretik atau yang merasa
tidak nyaman, misalnnya karena demam > 40 0C
- Anak yang mengalami kenaikan suhu yang disebabkan oleh heatstroke atau
malignant hyperthemia. (panas tinggi sekali dan menadal)

c. Patient Safety
- Tindakan ini tidak boleh digunakan dalam waktu 30 menit – 1 jam setelah
pemberian antipiretik
- Jangan menggunakan air dingin atau alkohol pada tindakan ini, karena:
1. Air yang dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi dan menggigil, yang mana
dapat meningkatkan temperatur tubuh pusat
2. Alkohol menguurangi demam terlalu cepat dan dapat mengakibatkan kejang
terutama pada anak kecil.
3. Alkohol dapat menguap sehingga bersifat beracun
4. Air yang dingin dan alkohol dapat membuat anak tidak nyaman

d. Peralatan
1. Baskom
2. Tepid water (sesuai suhu tubuh, jangan terlalu panas atau dingin sewaktu
disentuh, suhu biasanya 30-340C)
3. Termometer

16
4. Waslap/handuk kecil/sapu tanga/kain kassa
5. Handuk yang kering
6. Selimut mandi
7. Perlak
8. Baju bersih

e. Prosedur

NO TINDAKAN
1 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada anak dan keluarga
2 Siapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien
3 Matikan kipas angin/AC
4 Jaga privacy anak/pasang sampiran
5 Cuci tangan
6 Ukur suhu tubuh, nadi dan frekeunsi pernapasan anak
7 Alas tempat tidur dengan perlak yang ditutup dengan selimut mandi
8 Lepaskan pakaian anak atau ekspos daerah yang mempunyai pembuluh darah
permukaan besar seperti di aksila dan lipatan paha
9 Basahkan waslap/handuk kecil/kain kassa, peras sedikit, kemudian usapkan
secara lembut dan perlahan pada seluruh tubuh, hindari anak dari kedinginan.
Lakukan selama 12-30 menit atau hentikan jika anak kedinginan.
10 Beri kassa hangat pada leher, lipatan aksila dan lipatan paha
11 Keringkan badan anak dengan handuk kering, pakaikan anak pakaian tipis dan
menyerap keringat
12 Ukur suhu tubuh anak dan tanda-tanda vital lainnya
13 Lakukan 30 menit kemudian jika suhu masih tinggi
14 Rapikan peralatan
15 Cuci tangan
16 Dokumentasikan tindakan: waktu dan lamanya tindakan; suhu tubuh dan tanda-
tanda vital lainnya; respon dan toleransi anak terhadap prosedur yang dilakukan

17
FISIOTERAPI DADA PADA ANAK

PENDAHULUAN

Hal-hal yang diperhatikan saat melakukan perkusi dada pada anak adalah jadwal
perkusi tidak dilakukan setelah anak makan minimal satu jam setelah makan karena dapat
menyebabkan muntah dan beresiko aspirasi. Anak yang mendapat asupan nutrisi melalui
“continous enteral feeding”, asupan nutrisinya diberhentikan dahulu selama 30 menit
sebelum perkusi. Selalu waspada terhadap anak yang rentan mempunyai riwayat
gastroesophageal reflux karena beresiko tinggi mengalami muntah dan aspirasi. Kaji apakah
anak menderita nyeri atau mendapat obat-obatan selama proses perkusi dada seperti
bronkodilator melalui nebulizer atau aerosol diberikan saat fisioterapi.

CARA PERKUSI
Posisikan tangan seperti menampung cairan kemudian balikkan. Pada saat anak posisi
drainase, lakukan perkusi dengan cepat pada dada anak. Keseluruhan lengkung tangan harus
menyentuh dada anak. Bila anak sangat kecil/bayi, pakailah alat khusus. Tangan
ditungkupkan selama kira-kira satu menit pada setiap posisi. Ingat perkusi dada tidak sama
dengan memukul. Setelah perkusi dada tidak terdapat kemerahan pada kulit anak.

CARA VIBRASI
Tempatkan satu tangan diatas tangan yang lain, kemudian kencangkan dan kendorkan
otot lengan bawah. tindakan ini dapat melepaskan mukus di paru melalui efek vibrasi. Minta
anak menarik nafas dalam, saat mengeluarkan udara, lakukan vibrasi.

POSISI UNTUK FISIOTERAPI DADA


1. Lobus bagian bawah
- Tinggikan bagian kaki tempat tidur 300. Letakkan anak dalam posisi prone,
letakkan bantal atau gulungan selimut dibawah panggul dengan kepala lebih
rendah. Anak dapat memfleksikan kakinya. Perkusi posterior dari segmen paru
bagian awah (basal segmen)
- Tinggikan bagian kaki tempat tidur 300. Posisikan anak dalam posisi prone.
Balikkan ke depan seperempat balik. Letakkan bantal dibawah kaki untuk
menyangga tubuh. Anak dapat memfleksikan kakinya agar posisinya nyaman.
Perkusi lateral bawah dari segmen paru
- Tinggikan bagian kaki tempat tidur 300. Posisikan anak dalam posisi sidelying
(kepala miring dan rendah dari kaki) dengan kepala di bawah. bantal dapat
diletakkan antara kaki. Perkusi bagian segmen anterior basal.
- Posisikan anak dalam posisi prone dengan bantal dibawah pannggul. Tempat tidur
datar. Perkusi segemen superior.

2. Lobus bagian tengah


18
- Tinggikan bagian kaki tempat tidur 150. Posisikan anak dalam posisi sidelying
kanan, kepala lebih redah, lutut difleksikan dan balik kesamping seperempat
tubuh. Bantal dapat diletakkan disamping anak untuk menyangga tubuh anak.
Perkusi bagian lateral dan medial

3. Lobus bagian atas


- Tinggikan bagian kaki tempat tidur 150. Posisikan anak dalam posisi sidelying,
kanan, kepala lebih rendah, lutut difleksikan dan balik kesamping seperempat
tubuh. Letakkan bantal disamping anak. Perkusi segemn lingular, superior dan
inferior (left upper lobe)
- Datarkan tempat tidur, letakkan anak dalam posisi supine, fleksikan lutut. Perkusi
bagian anteror segment (antara klavikula dan putting susu di dada).
- Datarkan tempat tidur, letakkan anak dalam posisi supine, dengan anak berbaring
30 derajat kesamping dengan bantal untuk penyangga. Perkusi segmen apeks paru
(antara klavikula dan scapula)
- Posisikan anak dalam posisi “upright position learning forward”, sudut 300, dapat
duduk di kursi. Perkusi posterior segmen (dada belakang atas)

PERALATAN
- Fibrator dada
- Masker oksigen yang bulat
- Stethoskop
- Bengkok/tempat buang sputum
- Bantal
- Handuk

PROSEDUR

1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan


2. Cuci tangan
3. Siapkan anak dan keluarga. Pertimbangkan adanya dukungan keluarga atau sesuatu
yang membuat nyaman
4. Kaji status pernapasan
5. Letakkan anak di posisi yang direkomendasikan dan pertahankan posisi tersebut
selama 10-15 menit
6. Anak memakai baju kaos atau baju yang menutupi dada dan punggung. Handuk juga
dapat digunakan
7. Buat tangan seperti mangkok dengan merapatkan jari-jari dan lakukan perkusi dada
selama 1-5 menit. Masker oksigen yang bulat juga dapat digunakan untuk perkusi.
8. Dorong anak untuk nafas dalam (inhalasi melalui hidung dan ekshalasi melalui mulut)
batuk dan keluarkan dahak (sputum) saat sesi perkusi/vibrasi. Anak dapat
menggunakan botol tiup khusus, coba untuk meniup balon dan meniup gelembung.

19
9. Vibrasi juga dapat diicptakan secara manual atau dengan “chest vibrator”. Dengan
cara manual: letakkan tangan diatas telapak tangan yang lain. Lengan dan bahu dalam
posisi yang lurus. Istirahat sesudah vibrasi 10-15 detik, lakukan lagi sampai 10-15
menit.
10. Lakukan pengkajian sistem pernapasan
11. Dokumentasikan tindakan

20
MENGATASI ANAK TERSEDAK

PENDAHULUAN
Anak-anak usia di bawah 3 tahun paling senang memasukkan sesuatu benda ke dalam
mulut karena dari situlah mereka mendapat kepuasan. Efek negatifnya adalah anak-anak akan
berisiko meninggal karena tersedak. Leher tersedak terjadi ketika ada benda asing yang
masuk dan menghambat saluran pernafasan sehingga anak seperti tercekik. Benda apapun
yang ukurannya bisa masuk ke mulut anak sangat mungkin tertelan, lalu tersangkut di aliran
pernafasan dan menyebabkan tersedak.
Data Centers for Disease Control (CDC) menyebutkan 60 persen kasus tersedak
disebabkan oleh makanan, 31 persen oleh benda lain yang bukan makanan, dan 9 persen lagi
penyebabnya tidak tercatat.

TANDA-TANDA ANAK TERSEDAK


1. Memegang leher
2. Tidak mampu berbicara
3. Sulit bernafas atau nafasnya bersuara
4. Tidak bisa batuk
5. Bibir, kulit dan menghitam/membiru
6. Kehilangan kesadaran atau pingsan

PROSEDUR MENGATASI ANAK TERSEDAK

1. Perintahkan anak untuk membatukkan benda yang menyebabkan tersedak. Batuk


yang cukup kuat diperlukan untuk mengeluarkan benda penyebab tersedak. Bila anak
masih bisa bicara, Anda bisa lebih tenang karena umumnya mereka bisa
mengeluarkan benda hanya dengan membatukkannya.
2. Jika dengan batuk, benda penyebab tersedak tidak juga bisa keluar. Mintalah ia batuk
sambil membungkuk atau posisi kepala lebih rendah agar gaya gravitasi membantu ia
mengeluarkan benda tersebut.
3. Jika tidak berhasil juga, lakukan tindakan pertolongan dengan Manuver Heimlich.

Manuver Heimlich untuk bayi umur kurang dari 1 tahun

a. Baringkan bayi dengan wajah menghadap ke bawah dan jari-jari tangan kanan anda
menahannya di bahu dan leher bayi, dengan lengan bawah kiri sebagai landasan.
b. Lalu berilah lima kali tepukan di punggungnya dengan tangan kanan.
c. Jika ini gagal, balikkan badannya hingga wajahnya menghadap Anda, lalu dengan
dua jari Anda, tekan sebanyak lima kali di tulang dada bagian bawah, kurang lebih
satu jari dari garis yang dibentuk oleh kedua puting susu bayi.
d. Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat Anda lihat.
e. Ulangi sesering mungkin jika diperlukan.

21
f. Bila bayi tidak sadar, mulailah resusitasi dan bawalah ke rumah sakit.

Manuver Heimlich untuk anak umur lebih dari 1 tahun dan dewasa

a. Berdiri di belakang anak, carilah bagian bawah iganya.


b. Letakkan telapak tangan anda di perut anak di atas pusarnya dan buat kepalan.
bagian jempol berada pada perut anak.
c. Letakkan telapak tangan sisi lain di atas kepalan.
d. Tekan perut ke arah atas sampai benda terpental ke luar. Perhatikan kekuatan
tekanan sesuai keadaan fisik anak.

22
PERAWATAN KOLOSTOMI PADA ANAK

DEFINISI

Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Colostomy pada bayi dan
anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan
keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara. Untuk

23
mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca
bedah yang baik, selain itu pada masa pre-operatif yang memadai.

INDIKASI

Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus dan kondisi infeksi tertentu pada
colon.

KLASIFIKASI STOMA OUTPUT

 Ileostomy: sebagian dari ileum dibawa keluar melalui dinding perut dan biasanya
berlokasi di fosa iliaka kanan.
 Kolostomi: sebagian dari usus besar dibawa melalui dinding perut dan biasanya
berlokasi di fosa iliaka kiri (kolon transversum, descending atau sigmoid dapat
digunakan).
 Kemih pengalihan:
o Vesicostomy: leher kandung kemih dibawa melalui dinding perut rendah turun
di panggul.
o Ureterostomy: satu atau dua dari ureter dapat dibawa keluar ke dinding perut
baik berdampingan atau di kedua sisi perut atau panggul.
o Ileum saluran: segmen kecil dari ileum diisolasi untuk bertindak sebagai
reservoir dan ureter ditanamkan ke dalamnya. Ini stoma dapat diletakkan baik
di fossa iliaka kiri atau kanan.

JENIS-JENIS KANTONG STOMA

Pada dasarnya ada dua desain dari kantong:


 Sebuah kantong one-piece memiliki flens perekat dengan kantong terikat ke atasnya.
 Sebuah kantong dua potong memiliki flens perekat dan kantong terpisah, yang
menempel pada flange.

KOMPLIKASI KOLOSTOMI

1. Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
2. lritasi Kulit : Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang
keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan
plaster.
3. Diare : Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada
sigmoid biasanya normal.
4. Stenosis Stoma : Kontraktur lumen, terjadi penyempitan dari celahnya yang akan
mengganggu pasase normal feses.
5. Hernia Paracolostomy

24
6. Pendarahan Stoma
7. Eviserasi : Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra
abdomen keluar melalui celah
8. lnfeksi luka operasi
9. Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
10. Sepsis dan kematian

PROSEDUR PERAWATAN KOLOSTOMI

Persiapan alat:
- Sarung tangan
- Handuk mandi
- Air hangat
- Sabun mandi
- Tissue
- Kantong colostomy
- Bengkok/plastik keresek untuk tempat sampah
- Kassa
- Vaselin
- Spidol
- Plastik untuk guide size (mengukur stoma)
- Gunting

Pelaksanaan
1. Dekatkan alat-alat ke klien
2. Pasang selimut mandi
3. Dekatkan bengkok ke dekat klien
4. Pasang sarung tangan
5. Buka kantung lama
6. Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun atau air hangat
7. Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa
8. Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces yang keluar lagi tidak mengotori
kulit yang sudah dibersihkan
9. Ukur stoma dengan guide size untuk memilih kantung stoma yang sesuai
10. Pasang kantong stoma
11. Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor
12. Buka sarung tangan
13. Bereskan alat-alat
14. Cuci tangan

GAMBAR KANTONG KOLOSTOMI

25
PENATALAKSANAAN HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI

METABOLISME BILIRUBIN

Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam

26
lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.
Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati,
serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat
serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase
yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis

KONSEP DASAR

Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
1.Timbul pada hari kedua-ketiga
2.Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4.Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
5.Ikterus hilang pada 10 hari pertama
6.Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemi


Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,
atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12mg% pada cukup bulan, dan 15 mg %
pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

CARA KERJA
1. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam
27
air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.
2. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi.
3. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang
dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu.
4. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia.
5. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole
yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya
dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu
6. Dari empedu kemudian diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa
proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
7. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
8. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.

KRITERIA ALAT
1. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
3. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru (F20T12),
cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes .

PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI


Persiapan Unit Terapi sinar
1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga suhu di
bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C.
2. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
3. Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering):
a. Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
b. Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih
bisa berfungsi.
4. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar
daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada
bayi
28
Pemberian Terapi sinar
1. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
a. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet.
Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
b. Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
2. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup.
Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.
3. Balikkan bayi setiap 3 jam
4. Pastikan bayi diberi makan:
5. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam:
6. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata
7. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh:
pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
8. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah), tingkatkan
volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi masih diterapi sinar
.
9. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan bayi dari
sinar terapi sinar .
10. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih
lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
11. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan:
12. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa
dilakukan di dalam unit terapi sinar .
13. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk mengetahui
apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
14. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu bayi
lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit
terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5 0C.
15. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
16. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL
17. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar, persiapkan
kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk
29
transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
18. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
19. Setelah terapi sinar dihentikan:
20. Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
21. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai
terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap
penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui
metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
22. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada
masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
23. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila
bayi bertambah kuning

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Kekurangan volume cairan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
yang berlebihan (penguapan)
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan terpajan lingkungan panas
(jangka panjang)
3. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan
4. Resiko gangguan pelekatan orang tua/anak b.d bayi/anak sakit tidak mampu mengawali
kontak dengan orang tua secara efektif

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx keperawatan à Resiko Kekurangan volume cairan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan yang berlebihan (penguapan)
2. Tujuan: defisit volume cairan akan dicegah dibuktikan dengan status hidrasi adekuat,
asupan cairan adekuat.
3. Intervensi
a. Pantau TTV setiap 4 jam
b. Peningkatan asupan cairan melalui oral sebanyak 10%
c. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI tiap 3 jam

30
d. Hitung balance cairan
e. Kolaborasi pemberian terapi intra vena

31
EXCHANGE TRANSFUSSION

Definisi
Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit
yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien. Pada
hiperbilirubinemia, transfusi tukar dilakukan untuk menghindari terjadinya kern icterus.

Indikasi Transfusi Tukar

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat
hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah.
Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern
ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motorik dan
bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Berbagai klinik menganut indikasi
transfusi tukar yang berbeda-beda, tetapi pada garis besarnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan
albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah ( Rh, ABO,
MNS ), sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan, kelainan enzim (defisiensi G6PD,
piruvat kinase, glukoronil transverase), penyakit anemia hemolitik auto imun (pada anak
besar)
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari pertama
bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam)
3. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir)
Biasanya terjadi pada bayi yang sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia
intrauterin kronis, pada kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes.
4. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis
5. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif
6. Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulin

32
7. pada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat

Indikasi Transfusi Tukar pada penyakit hemolisis ( TT segera )


• Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 g/dl dan kadar Hb tali pusat < 11 g/dl
• Kadar bilirubin meningkat > 1 mg/dl/jam meskipun sudah difototerapi
• Kadar Hb antara 11-13 g/dl dan bilirubin meningkat > 0,5 g/dl/jam meskipun sudah
difototerapi
• Kadar bilirubin = 20 g/dl atau tampaknya akan mencapai 20 dalam peningkatannya
• Ada anemia yang progresif meskipun sudah difototerapi

Kontra Indikasi
1. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis :
• Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat
• Omfalitis
• Omfalokel / Gastroskisis
• Necrotizing Enterocolitis
2. Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer :
• Gangguan perdarahan ( Bleeding Diathesis )
• Infeksi pada tempat tusukan
• Aliran pembuluh darah kolateral dari a. Ulnaris / a.Dorsalis Pedis kurang baik
• Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer

Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan transfusi tukar, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
• Darah tepi lengkap ( DTL ) dan hitung jenis
• Golongan darah ( ABO, Rhesus ) bayi dan donor
• Coombs test
• Bilirubin total Direk dan Indirek
• Elektrolit dan Gula Darah Sewaktu ( GDS )
• PT dan APTT
• Albumin

33
Penentuan Golongan Darah dan Cross Match

Sebaiknya dipakai darah segar dari donor dengan golongan darah yang sesuai dengan
menggunakan antikoagulan citrate phosphate dextrose (CPD) bila tidak ada darah segar,
maksimal yang berumur < 72 jam. Untuk gangguan-gangguan yang berhubungan dengan
hidrops fetalis/ asfiksia fetal, sebaiknya menggunakan darah segar atau maksimal yang
berumur < 24 jam. Hematokrit darah donor yang diinginkan sebaiknya minimal 45-50%
• Bayi-bayi dengan Rhesus inkompatibilitas.
Darah harus golongan O, rhesus negatif, dengan titer anti A dan anti B yang rendah. Harus di
crossmatch dengan darah ibu.
• Bayi-bayi ABO inkompatibilitas harus tipe O, rhesus yang sesuai dengan ibu dan bayi
atau rhesus negatif, dengan titer anti A dan anti B yang rendah. Harus di cross match baik
dengan darah ibu maupun darah bayi.
• Group inkompatibilitas darah lainnya
• Untuk penyakit-penyakit hemolitik lainnya, darah harus di crossmatch dengan darah ibu
untuk menghindari antigen-antigen yang mengganggu
• Hiperbilirubinemia, gangguan keseimbangan metabolik atau hemolisis tidak disebabkan
oleh gangguan isoimun. Darah harus di cross match terhadap plasma dan eritrosit bayi.

Pelaksanaan Transfusi Tukar

Persiapan yang diperlukan

• Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang diperlukan untuk TT. Volume darah
normal pada neonatus cukup bulan 80 ml/kg BB, sedangkan pada BBLR / BBLSR bisa
sampai 95 ml/kg BB
• Misalnya pada bayi dengan berat badan 3 kg, volume darah bayi tersebut 240 cc. Dua kali
dari volume tersebut ditransfusi tukar pada prosedur 2 volume TT. Maka jumlah darah yang
diperlukan adalah 480 cc.
• Kompres kulit yang kering selama 30 menit dengan kasa yang dibasahkan dengan Nacl
o.9% supaya lebih lunak dan memudahkan mencari vena serta memasukkan kateter
• Pada polisitemia dilakukan Partial exchange dengan menggunakan Nacl 0,9% atau untuk
anemia yang sangat berat dengan Packed Red Cells (PRC)
34
Formula untuk menentukan jumlah volume transfusi tukar pada polisitemia :
Perkiraan vol darah (ml)/ BB (kg) X (Ht pasien – Ht yang diinginkan)
Ht pasien

• Menentukan jumlah volume setiap aliquots (jumlah darah yang akan dikeluarkan /
dimasukkan kedalam semprit setiap kali sewaktu melalukukan TT). Aliquots yang biasanya
digunakan pada transfusi tukar pada neonatus Sebaiknya tidak melebihi 5 ml/kg,

BB bayi Alquots (ml)


> 3 kg 10
2-3 kg 15
1-2 kg 10
850 gr – 1 kg 5
< 850 gr 1-3

• Memilih salah satu metode TT yang bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut
:
a. Metoda yang paling disenagi adalah isovolumetric exchange yaitu mengeluarkan dan
memasukkan darah dilakukan bersamaan
b. Kateter A. Umbilikalis digunakan untuk mengeluarkan darah pasien dan keteter V.
Umbilikalis dipakai untuk memasukkan darah donor.

Teknik teknik alternatif :


- mengeluarkan melalui kateter A. Umbilikalis dan memasukkan melalui Arteri perifer
- Metode ” Push - Pull ” melalui kateter A. Umbilikalis
- Metode ” Push – Pull ” melui kateter V. Umbilikalis. Bila tidak memungkinkan
memasukkan kateter ke dalam V.Umbilikalis, TT bisa dilakukan melalui vena sentral pada
fossa antecubiti atau ke dalam V.Femoralis melalui V. Saphenous. Lokasinya 1 cm di bawah
ligamentum inguinalis dan medial dari A.Femoralis masukkan kateter sedalam 5 cm
- Mengeluarkan melaui arteri perifer ( radialis/ tibialis posterior ) dengan memakai 24
angiocath dan memasukkannya melalui vena perifer pada ekstremitas sisi yang lain
35
- Jangan menggunakan A. Brachialis dan A. Femoralis karena adanya resiko kehilangan
sirkulasi ke ekstremitas.

• Membuat beberapa kolom pada selembar kertas untuk mencatat identitas pasien waktu
mulai dan setelah melakukan TT serta jumlah darah dan nomor nomor frekuensi Aliquot
darah yang dikeluarkan dan dimasukkan, serta waktu dan kapan rencana diberikan larutan Ca
glukonat dan heparin encer selama TT

Alat-alat yang diperlukan :


1. Radiant warmer
2. Peralatan untuk bantuan pernapasan dan resusitasi serta obat-obatan
3. peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan, suhu,
PaO2, PaCo2, SaO2
4. Monitor EKG bila ada
5. Peralatan untuk pemasangan kateter arteri dan vena umbilikalis
6. Nampan ( sterille / disposeable ) untuk TT
7. Selang lambung 5F/6F untuk mengosongkan lambung sebelum memulai TT
8. Ca glukonat 10%
9. Heparin encer ( 5u/ml yaitu dengan mencampurkan 500 unit heparin ke dalam 100 cc
Nacl 0,9% )
10. Semprit steril 20 ml, dua buah ( untuk mengeluarkan dan memasukkan darah )
11. Three way stopcock yang steril dua buah
12. Sarung tangan steril 2 buah
13. Semprit 5 ml/10 ml dua buah untuk Ca glukonat 10% dan heparin encer
14. Kateter umbilikalis satu buah. Sediakan dua buah jika memakai teknik isovolumetric 2
volume exchange, satu dimasukkan vena dan satu lagi untuk arteri umbilikalis
15. “ Nie bekken” dua buah, serta botol plastic bekas infuse untuk menampung darah yang
dibuang
16. Infus set, dua buah
17. Darah harus dihangatkan dulu ke suhu 37°C. Penggunaan pemanas air tidak dianjurkan
sebab darah yang terlalu hangat menjadi hemolisis
18. polisitemia, diperlukan Nacl 0,9% 500 cc / 5% albumin dalam 0,9% Nacl sebagai
pengganti cairan untuk mengobati hiperviskositas
36
Cara melakukan transfusi tukar
• Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum TT
• Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB
• Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen
• Tubuh anak jangan sampai kedinginan
• Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut. Bila telah
kering, potong rata setinggi dinding perut
• Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang
satu lagi dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati-hati sampai terasa tahanan lalu tarik
lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya darah sudah keluar sendiri. Ambilah 20
cc untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
• Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan mengangkat
ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6 cm di atas dinding perut ).
Bila ada gangguan pernapasan biasanya terdapat tekanan negatif.
• Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor dan
seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu 20 detik. Pada bayi
prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang dikeluarkan adalah 190 ml/kg BB
dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB.
• Semprit harus sering dibilas dengan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 U dalam 250 ml
Nacl fisiologis )
• Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml heparin encer dan
dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan perlahan-lahan, kemudian bilas lagi
dengan 1 ml heparin encer. Bila bunyi jantung bayi kurang dari 100/menit, waspada
terjadinya henti jantung
• Jika tidak bisa pada vena umbilikalis maka bisa dipakai vena sefena, cabang vena
femoralis.

Prosedur Tambahan sesudah TT


• Pemeriksaan laboratorium
• Pasien dipuasakan minimal 24 jam untuk memonitor bayi yang mempunyai kemungkinan
ileus sesudah TT
• Fototerapi, untuk gangguan dengan kadar bilirubin yang tinggi
37
• Remedication
- Antibiotik dan antikonvulsan
- Antibiotik profilaksis : diberikan sesudah transfusi

Indikasi Transfusi Tukar Ulangan


• Setelah Transfusi tukar yang pertama selesai, kadar bilirubin masih juga menunjukkan
kecepatan kenaikan lebih dari 1 mg/dl/jam.
• Terdapat anemia hemolitik berat yang menetap
Apabila kadar awal bilirubin melebihi 25 mg/dl, mungkin biasanya kadar bilirubin setelah
transfusi tukar pertama akan masih tinggi dan perlu dilakukan transfusi ulangan dalam 8-12
jam berikutnya.

Komplikasi
1. Infeksi
Bakteriemia, hepatitis, CMV, malaria, AIDS
2. Komplikasi vaskular
Bekuan atau emboli udara, spasme arteri pada ekstremitas bawah, thrombosis
3. Koagulopati
Hasil dari thrombositopenia, turun sampai > 50% sesudah 2 volume exchange transfusion
4. Gangguan elektrolit
Hiperkalemia dan hipokalsemia  aritmia dan tetani
5. Hipoglikemia
Pada bayi dengan ibu DM dan erythroblastosis fetalis
6. Metabolik asidosis
Dari darah donor yang disimpan
7. Metabolik alkalosis
Terlambatnya pembersihan pengawet sitrat dari darah donor oleh hati
8. Hemolisis
9. Perdarahan intrakranial
10. Hipovolemia
11. Necrotizing Enterocolitis

38
Pemberian Obat Pada Bayi dan Anak
Memberikan obat pada anak-anak harus hati-hati, karena hati bayi dan anak kecil
belum dapat berfungsi dengan optimal dalam mengolah bahan kimia dari peredaran darah.
Hati pada anak dan bayi belum berkembang secara sempurna. Kadar obat dalam darah anak
kecil amat mudah terlampaui, dan untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, obat perlu
ditakar dengan tepat dan mematuhi dosis yang dianjurkan. Perlu diingat jangan
mengencerkan atau memasukkan obat ke dalam susu bayi.

Dalam memberikan obat kepada anak Anda, ada beberapa hal yang perlu Anda
perhatikan, dan ini tidak disarankan untuk dilakukan, yaitu jangan memberikan pada anak
obat resep untuk orang dewasa sisa obat orang lain. Bila menggunakan obat bebas, bacalah
baik-baik petunjuk pada kemasannya atau tanyakan kepada apoteker. Jangan memberikan
obat bebas untuk jangka waktu yang lama tanpa berkonsultasi dengan dokter. Dan jangan
memberikan obat yang pernah membuat anak menunjukkan gejala mual, muntah, diare, ruam
atau bengkak di mata dan persendian. Selain itu memaksa bayi minum obat (dengan cara
memeganginya agar tidak meronta), karena hanya akan menimbulkan trauma. Buntutnya
kelak Ia justru makin sulit bila harus minum obat. Pemaksaan juga bisa membuatnya
menangis sehingga meningkatkan risiko tersedak.

Teknik memencet hidung bayi agar ia mau membuka mulut, juga tidak disarankan.
Bayi, terutama di bawah 4 bulan, belum pandai menelan sehingga asupan yang masuk
(termasuk obat) akan diterima dengan mekanisme isap. Memencet hidungnya berbahaya
karena dikhawatirkan akan menyebabkan obat masuk ke paru-paru. Jangan membohongi
anak dan bayi misalnya, dengan mengatakan bahwa obat rasanya manis padahal sebenarnya
pahit. Bayi itu cerdas dan memiliki daya ingat yang tajam. Ketimbang membohongi, beri
penjelasan (meski kemampuan berkomunikasinya masih terbatas) bahwa obat ini dapat
menyembuhkan penyakitnya sehingga ia dapat bermain kembali. Cobalah mencari cara yang
menyenangkan agar bayi tertarik minum obat. Contoh, dengan mengandaikan sendok obat
sebagai pesawat yang siap masuk ke dalam mulutnya. Ketika sendok digerakkan menuju
mulut, iringi dengan suara yang menirukan bunyi pesawat. Berikan anak Anda kepercayaan.
Anak-anak umur dua sampai tiga tahun biasanya ingin lebih berkuasa. Mereka biasanya ingin
memegang sendok obat sendiri dan meminumnya. Untuk ini, beri mereka pilihan, tapi tetap
mengharuskan mereka untuk minum obat. Misalnya saja, tanyakan apakah dia ingin pakai
sendok atau gelas? Kapan dia ingin minum obat, sebelum bermain atau saat kapan?
Turuti saja keinginannya, seandainya dia minta minum obat di ruang tamu sambil
ditemani nenek, ayah atau siapapun. Selain coba jenis obat lain. Jika biasanya anak Anda
mengonsumsi obat dalam bentuk cair dan ia menolak, coba tablet kunyah dan tablet biasa.
Yang paling gampang, tentu tablet kunyah yang rasanya enak dan larut dalam waktu singkat
di mulut. Selain itu, tawarkan sebuah hadiah, dengan cara membujuk anak Anda agar minum
obat dengan memberi permen, jus. Walau begitu, jangan terlalu obral hadiah. Ada saran, tak
lebih dari 20 kali, tapi berilah perhatian khusus padanya seperti membacakan buku cerita.

Tips Pemberian obat pada bayi dan Anak

Jika Anda dengan amat sangat terpaksa sekali harus memberikan/meminumkan suatu obat
kepada buah hati Anda, namun menemui kesulitan. Anda yang sudah pernah memiliki bayi
tentu merasakan betapa repotnya memberi obat si buah hati. Bayi tak bisa meminumnya
39
langsung seperti orang dewasa. Sering kali ia melakukan aksi tutup mulut, berontak, atau
memuntahkan kembali obat yang masuk ke mulutnya. Padahal, kebanyakan obatnya berupa
sirup yang manis dan terkadang berasa buah. Wajar kalau orang tua mesti ekstra sabar dalam
memberinya obat. Adapun tips memberikan obat pada bayi dan anak-anak.

A. Memberikan obat pada bayi:

1.Gendonglah bayi ketika diberi obat. Posisi menggendongnya, kepala berada lebih tinggi
ketimbang badan, agar si bayi tidak tersedak yang bisa berakibat obat masuk ke dalam paru-
paru.

2.Karena bayi biasanya susah diam, mintalah bantuan orang dewasa atau anak yang lebih
besar untuk menenangkannya. Kalau tidak ada orang lain, Anda bisa membungkus tangan
dan tubuh bayi dengan selimut agar tangan si bayi tak mengganggu Anda.

3.Jika bayi sering memuntahkan kembali obat yang diminumnya, mintalah bantuan seseorang
untuk membuka mulutnya dengan lembut. Lalu, dengan lembut pula masukkan obat ke dalam
mulut bayi.

4.Pemberian obat, yang biasanya berbentuk cair, itu bisa menggunakan sendok atau pipet:
Bila menggunakan sendok, letakkan sendok yang telah disterilkan dan diisi obat pada bibir
bagian bawah. Angkat sedikit sendoknya agar obat mengalir ke dalam mulutnya. Bila
menggunakan pipet, isilah pipet dengan sejumlah obat yang sesuai dengan petunjuk dokter.
Letakkan pipet obat di sudut mulut bayi dan keluarkan obat perlahan-lahan.

5.Pemberian obat tetes untuk hidung, mata, dan telinga pada bayi juga perlu kiat khusus.
Untuk obat tetes hidung: tengadahkan sedikit kepala bayi. Perlahan teteskan obat ke setiap
lubang hidung. Hitung jumlah tetesan yang masuk ke hidung. Dua atau tiga tetes biasanya
sudah cukup. Obat tetes mata, dengan cara miringkan sedikit kepala bayi, hingga mata
terinfeksi berada di bawah. Dengan cara ini tetesan obat tak mengalir masuk ke mata sehat.
Perlahan tariklah kelopak mata bawah agar obat dapat mudah mengalir. Obat tetes telinga,
baringkan bayi pada salah satu sisi dengan lubang telinga terinfeksi berada di atas. Teteskan
obat ke dalam lubang telinga yang sakit. Buat bayi tetap diam agar obat benar-benar masuk
ke lubang telinga bagian dalam.

B. Memberikan obat pada anak-anak:

1.Mintalah anak menutup lubang hidung saat meminum obat agar rasa obat tak terlalu keras.

2.Campurlah obat, terutama yang berasa pahit dengan sirup atau madu atau jus agar tak terasa
pahit.

3.Jangan larutkan obat dengan air di gelas karena ada kemungkinan obat mengendap dan tak
terminum si anak.

4.Mintalah anak untuk menggosok gigi setelah meminum obat yang manis agar tidak
menempel di gigi.

Apa yang harus diperhatikan


40
Dalam memberikan obat kepada bayi dan anak Anda, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Perhatikan aturan dosis obat.

Dengan dosis yang tepat sesuai berat badan bayi, niscaya penyakit si kecil dapat segera
sembuh. Jangan sungkan untuk bertanya pada dokter mengenai hal ini karena kenaikan berat
badan bayi tergolong cepat. Umumnya dosis obat disesuaikan dengan berat badan bayi.
Contoh, obat penurun panas. Semakin berat badannya maka dosisnya pun bertambah.

2. Lihat tanggal kadaluwarsa.

Saat akan menggunakan obat-obatan yang tersimpan di kotak obat, lihat dulu tanggal
kadaluwarsa (umumnya tercantum di kemasan). Cara lain, cermati warna, rasa dan baunya.
Bila sudah terjadi perubahan warna, rasa dan bau pertanda kualitas obat sudah tidak baik,
oleh karena itu segera buang obat tersebut.

3. Perhatikan cara menyimpan.

Obat-obat yang sebelumnya disimpan di lemari es, saat akan digunakan perlu dikeluarkan
terlebih dahulu pada suhu ruangan selama kurang lebih 10 menit agar bayi tidak terlalu kaget
dengan sensasi dingin yang ditimbulkannya. Khusus obat puyer simpanlah dalam wadah
tertutup rapat dan kering, jangan menyimpannya di dalam kulkas karena dapat mempengaruhi
tekstur puyer.

4. Boleh bergiliran.

Misalnya saja bayi atau anak mendapat 3 jenis obat. Cara memberikannya bisa dilakukan
secara bergiliran dalam waktu berdekatan (tanpa jeda waktu yang panjang).

5. Jangan mencampur obat dengan madu


Hingga bayi berusia 1 (satu) tahun, hindari mencampur obat dengan madu karena
dikhawatirkan mengandung bakteri clostridium botulinum yang dapat menyebabkan
terganggunya pencernaan bayi. Setelah usia 1 tahun umumnya pencernaan anak lebih kuat,
sehingga bisa menerima campuran obat dan madu.

6. Tunggu 1/2 jam bila ingin minum susu.

Setelah minum obat, jangan langsung minum susu. Ada beberapa obat yang tidak dapat larut
dalam susu, seperti golongan antibiotik, oleh karena itu tunggu sedikitnya sekitar setengah
jam jika ingin minum susu.

41
PROSEDUR DAN CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI

\
I. PENDAHULUAN
Kemoterapi adalah penggunaan obat sitotoksik dalam pengobatan kanker. Kemoterapi
dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas pengobatan kanker ( pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi, immunoterapi ), yang memberikan penyembuhan, pengontrolan dan
peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan secara terpisah atau bersama-
sama dengan modalitas lain. Pemberian kemoterapi dapat diberikan di RS ataupun klinik
dokter spesialis onkologi.
Keperawatan mempunyai tanggung jawab utama dalam perawatan pasien yang menerima
pengobatan dengan kemoterapi. Adalah penting bahwa para perawat mengetahui tujuan
pengobatan, klasifikasi obat dengan cara kerjanya, prinsip-prinsip pertumbuhan tumor dan
pembunuhan sel dan protokol serta prosedur pemberian obat kemoterapi. Obat-obat
kemoterapi harus diberikan hanya oleh perawat yang terdidik dan trampil dalam berbagai
prosedur.

II. PEMBERIAN KEMOTERAPI


Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
a. Oral
Tekankan pentingnya untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
b. Subcutan dan Intramuskular
Pastikan untuk merotasi tempat penyuntikan untuk setiap dosis.
c. Topikal
Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati agar
pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk memakai
pakaian katun dan longgar.
d. Intra arterial.
Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya
tekanan arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan mengunakan infus
pump. Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu ektremitas, dan kemungkinan
perdarahan pada tempat penusukan .
e. Intrakavitas

42
Masukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada ke
dalam rongga pleura. Ikuti dosis premedikasi yang telah ditentukan untuk meminimalkan
kemungkinan iritasi lokal yang disebabkan oleh obat-obat yang diberikan secara intrakavitas.
f. Intraperitoneal.
Berikan obat dalam rongga abdomen melalui port yang ditanam (implantable) dan atau
kateter suprapubik eksternal. Pantau pasien terhadap tekanan abdomen, nyeri, demam dan
status elektrolit. Ukur dan catat lingkar perut selama 48 jam. Hangatkan larutan infus (dengan
penghangat kering) pada suhu 38 o C sebelum pemberian.
g. Intratekal.
Obat diberikan melalui prosedur pungsi lumbal. Volume obat yang dimasukkan adalah 15 cc
atau kurang. Encerkan obat dengan saline normal yang bebas pengawet. Obat harus
disuntikkan pelan-pelan pantau tanda vital dan keadaan umum setelah tindakan. Hanya
dokter yang boleh memberikan obat intratekal.
h. Intravena
Paling banyak digunakan. Dapat diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena
perifer. Metode pemberian intravena meliputi sebagai berikut :
- Dorongan (bolus) – obat diberikan melalui spuit dengan metoda I V langsung
- Piggyback (set skunder) – obat diberikan menggunakan botol dan selang skunder;
infus primer secara bersamaan dipertahankan selama pemberian obat.
- Sisi lengan – obat diberikan melalui spuit dan jarum ke dalam port dari infus I V
yang berjalan (mengalir bebas).
- Infus – obat ditambahkan pada volume cairan infus yang telah ditentukan ; aliran
kontinyu atau intermiten.

III. PEMILIHAN VENA DAN TEMPAT PENUSUKAN.


Berbagai obat kemoterapi dapat mengiritasi vena dan jaringan lunak. Sehingga
diperlukan vena dan alat yang sesuai. Sesuai aturan yang umum , vena-vena distal pada
tangan dan lengan harus digunakan terlebih dahulu dan pungsi vena berikutnya harus
proksimal dari tempat sebelumnya.vena vena yang umumnya digunakan adalah vena basilika,
sefalika dan metakarpal. Ekstremitas harus diobservasi dan dipalpasi sebelum vena dipilih.
Kekenyalan dan lokasi harus diperiksa. Vena yang ideal adalah vena yang belum digunakan
dan agak lurus. Pembuluh darah harus dipastikan sebagai vena bukan arteri.

43
Pemilihan dan pengkajian vena yang hati hati adalah penting untuk prosedur yang
berhasil. Amati pedoman berikut ini untuk pemilihan vena :
1. Gunakan vena- vena distal terlebih dahulu .
2. Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin.
3. Pilih vena-vena di atas area fleksi.
4. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam
kateter.
5. Palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang
tidak tersumbat, jika ada.
6. Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak menganggu aktifitas pasien sehari-hari.

Tipe vena berikut ini harus dihindari jika mungkin :


1. Vena yang telah digunakan sebelumnya.
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis.
3. Vena yang keras dan sklerotik.
4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan.
misal :post mastectomi, atau penempatan akses dialisis.
5. Area-area fleksi, termasuk fossa antekubiti.
6. Vena-vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi.
7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis.
8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke.
9. Vena yang memar , merah dan bengkak.
10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi.

IV. PROSEDUR PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI


Pencampuran obat kemoterapi mengunakan BSC ( Biological Safety Cabinet ) yang
dikelola oleh instalasi farmasi. Alat tersebut mempunyai prinsip kerja bahwa tekanan udara
didalam BSC lebih negatif dari tekanan udara di luar, sehinga jika ada percikan obat kanker
tidak kembali ke arah petugas.

A. PERSIAPAN
Sebelum diputuskan untuk dilakukan kemoterapi harus dipastikan dulu :
1. Diagnose Histopatologik diketahui.
44
2. Keadaan umum memenuhi persyaratan.
3. Status Performance ( Karnofsky atau ECOG )
4. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, gula darah, albumin, faal ginjal dan faal hati
serta EKG dalam batas normal.
5. Informed Concent
6. BB, TB, BSA.
7. Protokol pemberian obat
8. Kartu permintaan Obat
9. Form Pencampuran obat
10. Kirim kartu permintaan obat sitostatika yang sudah lengkap ke farmasi
11 Beritahu dokter apabila dokter belum tahu bahwa hari ini program kemoterapi.

B. PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI


1. Terima pasien dari rawat inap atau rawat jalan.
2. Lakukan prosedur transfer pasien.
3. Lakukan asesmen keperawatan pada pasien untuk memastikan kondisi pasien.
4. Bila pasien dari rawat jalan, beritahu dokter , untuk dilakukan assesmen Medis.
5. Apabila kondisi pasien memenuhi syarat untuk dilakukan pemberian obat kemoterapi, cek
form pencampuran obat sitostatika yang telah dibuat oleh dokter, pastikan semuanya terisi
lengkap dan benar,
6. Serahkan Form pencampuran obat ke bagian handling obat sitostatika, dan lakukan dobel
cek.
7. Pasang infus dan alat medis yang diperlukan sesuai SPO.
8. Berikan obat anti emetic sesuai protocol.
9. Pakai APD lengkap ( Gaun, Sepatu bot, Masker, Tutup Kepala, Kacamata/ Google, sarung
tangan )
10. Terima obat Sitostatika yang telah dilakukan pencampuran oleh petugas Farmasi. Lakukan
dobel cek.
11. Berikan obat kemoterapi sesuai protocol dan SPO.
12. Pastikan kepatenan aliran infus, dan ulang setiap 2 jam atau setiap pergantian obat.
13. Monitor keadaan umum pasien, reaksi alergi dan Ekstravasasi.
14. Buka proteksi lengkap, buang alat yang disposibel pada tempat sampah sitostatika.
15. Cuci tangan memakai sabun dan bilas dengan air bersih.
45
16. Catat semua prosedur sesuai SPO.
Perhatian :
 Tetap ingat prinsip 7 benar yaitu : Obat, Dosis, Nama, Rute, Waktu, Pendokumentasian dan
Edukasi
 Validasi aliran infus setiap 2 jam.

46
PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

A KEPALA
 Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
 Tulang tengkorak :
 Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
 Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
 Fontanel anterior menutup : 18 bulan
 Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
 Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama dan hilang dalam 2 hari
 Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3 minggu
 Distribusi rambut dan warna
 Jika rambut berwearna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasi adanya
gangguan nutrisi
 Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian
occipital.

B. MUKA

 simetris kiri kanan


 Tes nervus 7 ( facialis )
 Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla dan
mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
 Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutup mata kuat-kuat
sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
 Tes nervus 5 ( trigeminus )
 Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia merasakan
sentuh tersebut
 Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa meraba otot
masenter dan mandibula.

C. MATA
 Simetris kanan kiri
 Alis tumbuh umur 2-3 bulan
 Kelopak mata :
 Oedema
 Ptosis : celah kelopak matamenyempit karena kelopak mata atas turun.
 Enof kelopak mata mnyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertarik
kebelakang.

47
 Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata atas dan bawah
tertarik kebelakang.
 Pemeriksaan nervus II ( optikus),test konfrontasi dan ketajaman penglihatan.
 Sebagai objek mempergunakan jari
 Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan diperiksa berhadapan
dengan mata pemeriksa ,yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata
kanan,pada garis ketinggian yang sama.
 Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain ditutup,obyek mulai
digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari samping telinga ,apabila obyek sudah tidak
terlihat oleh pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat oleh
pasien.
 Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
 Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
 Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian cahaya diarahkan pada
salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
 Apakah pupil isokor kiri atau kanan
 Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
 Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
 Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
 Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.

 Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea


 Tutup mata yang satu dengan penutup
 Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang tidak diperiksa)
 Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa kedipan kedua mata
secara cepat.
 Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata,hasil positif bila tiap
ketukan mengakibatkan kedua mata klien berkedip.
 Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut ,tapi hanya berfookus pada
satu titik.

D.HIDUNG
 Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
 Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down syndrome.

 Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari


 Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu kapas
bergerak, berarti bayi bernafas.
 Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret, poliup, atau
deviasi septum.
 Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)

 Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan , lalu klien diminta untuk
menyebutkan bau apa.Tiap hidung diuji secara terpisah.

48
E. MULUT
 Bibir kering atau pecah – pecah

 Periksa labio schizis


 Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan.
 Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel,hasil positif bila ada refleks muntah

( Gags refleks)
 Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
 Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )

 Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien untuk memngatakan “
AH “ dan perhatikan ovula apakah terngkat.
 -Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris

 Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan pahit, kemudian
menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian belakang lidah untuk
pemeeriksaan Nervus IX.
 Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
 Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian menarik dengan
cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu
pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk merasakan kekuatn lidah.
 Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar mulut dan
kemudian akan mengisapnya.
 Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam mulut, raba
palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio palato shizis,kemudian
taruh jari kelingking diatas lidah , hasil positif jika ada refleks mengisap
(Sucking Refleks)

F. TELINGA

 Simetris kiri dan kanan


 Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan tulang
rawan masih lunak.
 Cana;lis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihat apakah ada
serumen atau cairan.
 Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
 menggesekkan rambut, atau tes bisik.
 Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
 Starter refleks :tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.

G. LEHER.
 Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
 Periksa arteri karotis

 Vena Jugularis
 posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah nodus krokoideus maka
akan tampak adanya vena.
49
 Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut kemudian tarik garis
imajiner untuk menentukan panjangnya.
 Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan p[asien disuruh untuk menelan,apakah ada
pembesaran atau tidak.
 Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan mengimbangi.
 Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang,kemudian tangan ditarik
kebelakang,pertama badan ikut berbalik diikuti dengan kepala.
 Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
 Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepan
,pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala.sambil meraba otot
sternokleidomasatodeus.

H. DADA
 Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan

 Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
 Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2 1:1

 suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat udara masuk ,intensitas
keraspada ICS 4-5 1:3
 -Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum alveolus, intensitas sedang ICS 5.
 suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah 3:1
 Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada saat ekspirasi
 Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
 Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
 Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri ICS 2 ( bunyi

katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katup tricuspid), sternal kiri mid
klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
 Perkusi mpada daerah jantung adalah pekak.

I. ABDOMEN
 Tali pusat : Dua arteri satu vena.
 Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
 Observasi vena apakah terbayang atau tidak.

 Observasi distensi abdomen.


 Terdengar suara peristaltic usus.
 Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis media

clavikula 6 – 12 cm.
 Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas
Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak
Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
 Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial ,terlihat
kontraksi.
50
J. PUNGGUNG.
 Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida okulta : ada lekukan pada lumbo
sacral,tanpa herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.
 Spina bivida sistika : dengan herniasi , meningokel ( berisi meningen dan CSF) dan

mielomeningokel ( meningen + CSF + saraf spinal).


 Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika tulang belakang rata/simetris
( scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris atau bahu tinggi sebelah dan vertebra
bengkok ( scoliosis structural) skoliometer >40

K. TANGAN
 Jumlah jari – jari polidaktil ( .> dari 5 ) , sindaktil ( jari – jari bersatu)
 Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah , kalau patah diduga kelainan nutrisi.
 Ujung jaru\i halus

 Kuku klubbing finger < 180 ,bila lebih 180 diduga kelainan system pernafasan
 Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan bayi, maka refleks akan menggengam.
 Palmar refleks : tekan pada telapak tangan ,akan menggengam

K. PELVIS
 CDH : test gluteal , lipatan paha simetris kiri kanan
 Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak
 Barlow test : kedua lutut ditekuk dan regangkan kesamping akan terdengar bunyi klik

 Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakah simetris kiri
dan kanan.
 Waddling gait : jalan seperti bebek.

 Thomas test : lutut kanan ditekuk dan dirapatkan kedada,sakit dan lutut kiri akan
terangkat

L. LUTUT
 Ballotemen patella : tekan mendorong kuat akan menimbulkan bunyi klik jika ada
cairan diantaranya
 Mengurut kantong supra patella kebawah akan timbul tonjolan pada kedua sisi tibia
jika ada cairan diduga ada atritis.
 Reflek patella, dan hamstring.

M. KAKI
 Lipatan kaki apakah 1/3, 2/3, bagian seluruh telapak kaki.

 Talipes : kaki bengkok kedalam.


 Clubfoot : otot-otot kaki tidak sama panjang, kaki jatuh kedepan.
 Refleks babinsky

 Refleks Chaddok
 Staping Refleks

51
PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGIS

Persiapan Alat
- Penlight
- Penggaris
- Kapas lilin
- Bahan / benda untuk dcium
- Jarum
- Air hangat atau dingin.
- Gula / garam
Persiapan lingkungan
- Menyuiapkan lingkungan yang tenang
- Memaasang tirai sekitar pasien
Persiapan Pasien
Melakukan pendekatan kepada anak / ibu dan menjelaskan tentrang pemeriksaan yang akan
dilakukan.
Pelaksanaan
1. TES FUNGSI SEREBRAL
a. Tingkat kesedaran GCS ( Nilai normal 15 )
1) Respon membuka mata = 4
2) Respon verbal = 5
3) Respon motorik = 6
Pemeriksaan :
1) Respon mata
 Membuka mata spontan (4)
 Buka mata atas perintah (3)
 Buka mata terhadap nyeri (2)
 Tidak ada respon (1)
2) Respon verbal
 Respon verbal tepat (5)
 Bingung (4)
 Berkata-kata respon tidak tepat (3)
 Respon tidak bermakana (2)
52
 Tidak ada respon (1)
3) Respon motorik
 Sesuai perintah verbal (6)
 Mengenali nyeri local (5)
 Menarik diri dari rangsangan nyeri (4)
 Fleksi abnormal ( Dekortikasi ) (3)
 Ektensi abnormal ( Decerebrasi ) (2)
 Tidak da respon (1)
b. Status mental
- Orentasi
- Daya ingat
- Perhatian dan Perhitungan
- Fungsi bahasa
c. Pengkajian bicara
- Proeses resertif : ucap baca
- Proses exspresive : ekspresi
2. Tes Funfsi Cerebelum
a. Untuk keseimbangan : Jalan dengan satu kaki dalam satu garis luus
b. Fungsi koordinasi
c. Postur tubuh
3. Tes fungsi sensorik
a. Rasa sakit
b. Vibrasi : Pemeriksaan dengan garpu tala
c. Posisi : ujung jari –jari disentuh dengan ibu jari.
d. Sentuhan kapas
e. Diskriminasi: stereogenesis, grafhestesia, two poin stimulation.
4. Tes Fungsi Motorik
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan :
1)Masa otot : Hipertropi, normal, atropi.
2) Tonus otot : Hipertonik atau hipotonik
3) Kekuatan otot : Pemeriksa menggerakan pasien menahan tau pasien menggerakan
pasien menahan.
Penilaian :
53
0 Tidak ada kontraksi
1 Terlihat kontraksi tapi tidak ada pergerakan pada sendi
2 Ada gerakan pada sendi tapi tidak dapat melawan grafitasi
3 Bisa melawan gravitasi tapi tidak bisa menahan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa dengan tahanan minimal
5 Dapat melawan kekuatan pemeriksa dengan kekuatan maksimal.
Tes Fungsi Nervus Kranial
1. Nervus I ( Olfaktorius )
Prosedur :
Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan , lalu klien diminta untuk
menyebutkan bau apa.Tiap hidung diuji secara terpisah.
Cek satu-satu lubang hidung dengan bau-bauan ( sebaiknya gunakan bau-bauan yang
berbeda )
2. Nervus II ( Opticus ) penglihatan
Sebagai objek mempergunakan jari
Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan
dengan mata pemeriksa yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada
garis ketinggian yang sama.
Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain ditutup, obyek mulai
digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari samping telinga ,apabila obyek sudah tidak
terlihat oleh pemeriksa maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien.
Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
3. Tes nervus III :
Nervus III , IV,VI ( dilakukan bersamaan )
 Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian cahaya diarahkan pada
salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
 Apakah pupil isokor kiri atau kanan
4. Tes nervus IV:
 Minta klien untuk melihat kearah bawah dan ke arah atas
 Perhatikan gerakan mata ke bawah dan keatas.
5. Tes Nervus VI :
 Minta klien untuk melihat kearah lateral kiri dan kanan
 Perhatikan gerakan mata ke arah lateral kiri dan kanan.
54
6. Tes nervus V
Nervus V dan VII ( dilakukan bersamaan )
- Refleks kornea ,minta klien untuk melirik kearah lateral superior ,
- Sentuhkan ujung kapas yang sudah dipilin pada kornea, bila langsung berkedip
refleks kornea baik, dan bandingkan refleks kedua mata.
 Tes nevus V dan VII
Prosedur tes sensorik
- Tutup mata
- Untuk sensoris : Perhatikan tonus otot dan catat kesimetrisan Sensoris :
Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla dan mandibula dan
menyebutkan apa yang dirasakan
- Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutup mata kuat-kuat
sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
- Rasa kecap : tes rasa asin, pahit dan apakah klien dapat membedakan atau
tidak.
Prosedur tes motorik
- Minta pasien memperlihatkan gigi
- Palpasi temporal dan otot maseter bilateral
7. Nervus VIII ( Akustikus )
 Garputala ( Rinne, Weber, dan Swabach)
 Tes bisik.
8. Nervus IX dan X ( glasopaaaringeus ddan vagus ).
 Masukan tong spatel atau minta pasien mengatakan “ Ah “
 Lihat soft palatum, Apakah simetris, terjaadi deviasi.
 Sentuh ujung palatum soft bagian posterior, lihat adanya respon bergerak ke atas.
9. Nervus XI
Untuk Sternoeloedomastoideus
 Kepala pasien minta ke kanan, kita putar kearah depan ( tarik dengan kekuatan )
 Inspeksi dan palpasi otot sternoeloedomastoideus , apakah kelemahan, atropi.
Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian menarik dengan
cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan dan sementara itu
pemeriksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk merasakan kekuatan lidah.
 Untuk Trapezius
55
- Pasien suruh angkat bahu
- Bahu pasien didorong oleh pemeriksa
10 Nervus XII ( Hipoglosus).
 Perhatikan lidah dalam posisi istirahat
 Apakah simetris atau ada fasikulasi
 Bagaimana refleks lidah waktu ditekan dengan spatel
 Minta pasien mendorong lidahnya untuk menahan depressor Menganjurkan klien
memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepan, pemeriksa memberi
tahanan terhadap kepala.sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.

56
PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK

DAFTAR TILIK IMUNISASI


NO KASUS
LANGKAH/ TUGAS
0 1 2
1. Menyiapkanalat-alat di dekatbayi
Siapkanlahalat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskankepadaibuibudanbayimengenaiprosedur yang
akandilakukan
Bilaibumengetahuidenganjelasmengenaiprosedur/tindakan yang
akandilakukanmakaiabiasanyalebihmudahdiajakuntukbekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
IMUNISASI BCG
4. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
5. Melilitkan plastik pada leher ampul dengan erat
6. Mempertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati keluar
dari lilitan
7. Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut vaksin BCG
Gunakan semprit 5 cc yang steril
8. Menggoyang-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara
merata
9. Mengisi semprit dengan vaksin BCG menggunakan semprit 0,1 cc
10. Mengeluarkan gelembung udara
Perhatikan agar vaksin tidak terlalu banyak atau sedikit, ukur agar
piston tepat pada skala 0,05 cc
11. Mengatur posisi bayi
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
12. Membersihkan lengan kiri bayi dengan menggunakan kapas yang
dibasahi air matang
13. Memegang lengan anak dengan tangan kiri dan memegang semprit
dengan tangan kanan, lubang jarum semprit menghadap ke atas
14. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit sedikit mungkin melukai
kulit
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 lengan kanan bagian atas, suntikan
dilakukan secara intra cutan
15. Meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ujung barrel. Memegang
pangkal barrel antara jari telunjuk dan jari tengah, lalu dorong piston
dengan ibu jari tangan kanan
16. Menyuntikkan 0,05 cc vaksin BCG
17. Mencabut jarum setelah vaksin habis
IMUNISASI HEPATITIS
57
18 Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari pendingin
Pastikan uniject tidak kadaluarsa
19 Membuka kantong alumunium/plastik dan mengeluarkan uniject
20 Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya di antara jari telunjuk dan jempol
21 Mendorong tutup jarum ke arah lateral dengan tekanan
22 Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan
leher
Saat uniject diaktifkan akan terasa ada hambatan dan rasa menembus
lapisan
23 Membuka tutup jarum
24 Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan jarum pada
bayi
Pada imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi. Sewaktu
penyuntikan usahakan anak berada dalam keadaan tenang
25 Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan vaksin, setelah
reservoir kempis cabut uniject dari paha bayi dengan cepat. Pastikan
seluruh uniject masuk ke tubuh bayi
IMUNISASI DPT
26 Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
27 Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas
basah sebagai tindakan desinfeksi
28 Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum DPT ke
dalam semprit tersebut
29 Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit
sebanyak 0,5 cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
30 Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan
udaranya ke dalam flakon
31 Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu
menyedot 0,5 cc vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin
perhatikan vaksin sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin
yang beku
32 Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk
melihat apakah terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga
gelembung udara keluar
33 Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan
dengan dipegangi oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
34 Menyuntikkan vaksin DPT sebanyak 0,5 cc pada paha sebelah luar
dengan suntikan IM
IMUNISASI POLIO
35 Membuka tutup metal dan tutup karet pada flakon vaksin polio
Pastikan vaksin belum kadaluarsa
36 Memasang pipet plastik pada flakon

58
37 Mengatur posisi bayi, untuk lebih memudahkan bayi dapat sambil
dipangku oleh ibunya
38 Menekan kedua pipi bayi dengan menggunakan kedua jari tangan kiri,
sehingga bayi membuka mulutnya
Lakukan dengan lembut dan hati-hati, jangan sampai melukai bayi
39 Tangan kanan memegang flakon vaksin polio, lali meneteskan 2 tetes
vaksin ke mulut bayi
Dekontaminasi dan PencegahanInfeksi Pasca Tindakan
PerawatanLanjutan
40 Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
41 Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
42 Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi

SKOR NILAI = ∑ Nilai X 100%


126

59
MEMANDIKAN BAYI

LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN KET

1. Persiapan
a. Peralatan
1. Handuk dan 2 waslap bersih
2. Sabun bayi dan shampoo
3. Sisir
4. Bak instrument berisi kapas atau kassa
5. Alkohol 70%
6. Cotton bud atau kapas bersih
7. Kapas/ kassa untuk membersihkan perineal
8. Waskom atau bak mandi bayi yang berisi air hangat (hangat
kuku) 1⁄(2 )atau 2⁄3 baskom mandi bayi
9. Bengkok
10. Popok dan pakaian bersih
11. Keranjang/ember untuk baju kotor
12. Alat pemotong kuku

b. Petugas
1. Memberi salam kepada ibu bayi dan mengenalkan diri
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan kepada ibu bayi
3. Memastikan posisi bayi sesuai kebutuhan dengan nyaman,
kerahasiaannya terjaga.
c. Pasien
1. Menerima tindakan yang akan dilakukan petugas
2. Posisi nyaman
d. Lingkungan Nyaman
1. Menjaga Privasi bayi

2. PELAKSANAAN
1. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
2. Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
3. Buka pakaian bayi kemudian lihat apakah bayi pup/BAB
atau hanya BAK. Jika bayi BAB, bersihkan pantat bayi
menggunakan popok bayi sebelum dimandikan. Pastikan bayi
bersih.
4. Sebelum dimasukkan ke dalam bak, letakkan dulu bayi di
atas handuk lembut atau perlak.
5. Usap lembut wajah dan lehernya dengan waslap yang sudah
dibasahi air hangat, baru bagian tubuhnya.
6. Basahi waslap dengan air hangat
7. Ambil sabun, tuangkan ke waslap dan usapkan ke kepala.
Bagian wajah juga disarankan, kecuali jika kulit wajah si kecil
teramat sensitif terhadap sabun, sebaiknya hindari.
60
8. Usapkan sabun ke seluruh bagian tubuhnya, bagian terakhir
adalah area seputar pantat, anus, dan alat kelamin.
9. Bilas dengan dengan waslap bersih khusus untuk membilas.
10. Masukkan bayi ke dalam bak yang sudah berisi air hangat.
Bilas kembali seluruh bagian tubuhnya. Pastikan tangan Anda
menopang tubuhnya dengan baik.
11. Saat membilas tubuh bayi dalam posisi telentang maupun
tengkurap, pastikan tangan Anda mantap menopang bagian
ketiaknya, sehingga kasus tergelincir/meluncurnya bayi ke
dalam bak dapat dihindari
12. Jika sudah betul-betul terbilas dengan bersih, angkat,
rebahkan di atas handuk lembut yang sudah dibentangkan
kemudian keringkan dengan sempurna.
13. Untuk bayi yang tali pusatnya belum putus, bersihkan
dengan kasa steril yang sudah dioleskan dengan alkohol 70
persen.
14. Oleskan baby oil secukupnya ke tubuh bayi kecuali telapak
tangan guna menghindari jika bayi mengulum-ngulum
tangannya dan baby oil tersebut tertelan.
15. Bila perlu, usapkan hair lotion pada rambutnya atau baby
cream pada kedua selangkangannya.
16. Pakaikan popok kain/pospak bayi dan ikatkan dibawah tali
pusat bayi (jangan terlalu erat). Biarkan tali puast dalam
keadaan terbuka baju.
17. Selanjutnya potong kuku bayi dan bedong bayi agar bayi
merasa hangat
18. Bersihkan dan kembalikan peralatan mandi, rapikan
ruangan senyaman mungkin dan kembalikan alat-alat pada
tempat semula

3. PASCA TINDAKAN
1. Beritahu ibu bayi bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
2. Cuci tangan
3. Melaporkan hasil kegiatan pada yang bertanggung jawab

Rumus Penilaian:
Nilai = Jumlah item yang dikerjakan x 100 %
Jumlah item ideal

Nilai Akhir :.....................................................


Pekanbaru, ...............................................
Penguji

(..............................................................)

61

Anda mungkin juga menyukai