Koordinator MK :
Irma Fidora, S.Kep., Ns., M.Kep
CATATAN PENTING
Ini adalah kompilasi tugas yang dikerjakan oleh anggota kelas.
Jadi tidak ada jaminan apa yang dibuat lengkap dan benar.
Silahkan jadikan ini sebagai acuan saja
A. Pengertian
Pemberian oksigen merupakan salah satu terapi pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
dimana oksigen dengan konsentrasi tinggi diberikan kepada pasien yang membutuhkan
melalui selang nasal kanul atau jenis mask oksigen yang lainnya
2. Flow meter
3. Regulator
4. Tongue spatel
5. Tabung humidifier
6. Aquabides steril
D. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Perkenalkan diri
3. Panggil klien/keluarga dengan namanya
4. Jelaskan prosedur dan lama tindakan pada keluarga
5. Minta persetujuan ibu/keluarga
E. Tahap Kerja
1. Kateter nasal
NO LANGKAH- LANGKAH DALAM PEMASANGAN OKSIGEN
1 Atur aliran oksigen dengan kecepatan yang dibutuhkan
2 Kemudian observasi humidfier dengan melihat air bergelembung
3 Atur posisi anak dengan semi fowler
4 Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai kehidung dan
berikan tanda
5 Buka saluran udara dari tabung oksigen
6 Berikan jelly pada ujung nasal
7 Masukkan kedalam hidung sampai batas yang telah ditentukan
8 Lakukan pengecekkan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah anak menggunakan spetel
9 Fiksasi pada hidung
10 Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
11 Kaji cuping, septum dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen
12 Catat kecepatan aliran oksigen, pemberian dan respon terhadap anak
13 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
2. Kanula nasal
NO LANGKAH- LANGKAH DALAM PEMASANGAN OKSIGEN
1 Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan
2 Observasi humidifier pada lubang tabung dengan adanya gelembung air
3 Pasang kanula nasal pada hidung atau atur perangkat untuk kenyamanan
anak
4 Periksa kanula tiap 6-8 jam
5 Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen tiap jam nya
6 Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon terhadap anak
7 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
3. Masker oksigen
NO LANGKAH- LANGKAH DALAM PEMASANGAN OKSIGEN
1 Atur posisi anak dengan semi fowler
2 Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan
3 Observasi humidifier pada lubang tabung dengan adanya gelembung air
4 Tempelkan masker oksigen diatas hidung anak dan alur perangkat untuk
kenyamanan anak
5 Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam
6 Catat kecepatan aliran oksigen, rute, pemberian dan respon terhadap anak
7 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
NEBULISASI PADA BAYI DAN ANAK
Oleh : Rahma Dani
A. Pengertian
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang
dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya diberikan pada penderita
gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) saat
gejala sesak napas sedang muncul. Salah satu pengobatan gangguan pernapasan atau
penyakit paru-paru adalah dengan menggunakan obat yang dihirup. Obat ini ada yang
bekerja untuk mengatasi sesak nafas, mengurangi peradangan, dan mencegah
kekambuhan gejala. Pemberian obat hirup ini bisa melalui inhaler dan nebulizer.
B. Persiapan Alat
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter humidifier
2. Masker alat
5. Alat tulis
C. Tahap Pra interaksi
1. Cek catatan perawatan dan catatan medis
2. Menyiapkan alat
3. Mengkonfirmasi identitas pasien menggunakan setidaknya dua pengidentifikasi
pasien sesuai dengan kebijakan
D. Tahap Orientasi
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasangkan sampiran
E. Tahap Kerja
1. Memberikan proses yang nyaman pada klien
2. Mengontrol flowmeter dan humidifier
3. Mencuci tangan
4. Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen dengan selang
penghubung
5. Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik
6. Menghisap obat sesuai instruksi medic dan memasukkanya kedalam tabung masker
nubulizer
7. Memasang masker sesuai wajah klien
8. Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medis
9. Menguvaluasi respon klien (pola nafas)
10. Merapihkan pasien
11. Cuci tangan
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
PROSEDUR SUCTIONING PADA BAYI DAN ANAK
A. Definisi Tindakan
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan
memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal.
B. Persiapan Alat
1. Catheter suction dan canule suction
2. Perlak atau pengalas
4. Mesin suction
5. Sarung tangan
6. Masker (untuk perawat)
C. Tahap Pra-Interaksi
1. Cek catatan perawatan pasien
2. Cuci tangan
3. Keringkan tangan
4. Tempatkan alat di dekat pasien
D. Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Perkenalkan diri
3. Pastikan identitas pasien
4. Panggil pasien atau keluarga dengan namanya
5. Kaji kondisi pasien
6. Jelaskan kontrak ; waktu dan tempat
7. Beritahu dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tentang tindakan yang akan
dilakukan
8. Jaga privasi pasien
E. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya sebelum
tindakan dilakukan
2. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur pasien
5. Cuci tangan
6. Pakai sarung tangan
7. Berikan posisi yang nyaman pada pasien dengan kepala sedikit ekstensi
8. Berikan Oksigen 2 – 5 menit
9. Letakkan pengalas di bawah dagu pasien
10. Hidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
11. Masukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
12. Hisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil
memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
13. Bilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
14. Ulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
15. Observasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
16. Observasi secret tentang warna, bau dan volumenya
17. Bereskan alat
18. Lepaskan handscoen
19. Rapikan kembali pasien
20. Berikan reinforcement positif pada pasie
21. Bereskan peralatan
22. Cuci tangan
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS PADA BAYI
Oleh : Feby Handayani
A. Definisi
Infus adalah salah satu cara pemmberian terapi cairan dengan menggunakan prosedur
infasif yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik aseptik. Tujuan pemasangan infus
adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dan pengobatan.
z
B. Persiapan Alat
1. Standar infus
2. Infus set
D. Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Perkenalkan diri
3. Panggil klien dengan namanya
4. Jelaskan kontrak : tempat dan waktu
5. Jelaskan prosedur kepada orang tua klien, kaji penah atau tidaknya klien menerima
transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
6. Pastikan bahwa orang tua klien telah menandatangani surat persetujuan
E. Tahap Kerja
1. Atur posisi klien
2. Siapkan standar infus
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan bagian karet pada cairan infus
4. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisis sebagian dan
buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara yang ada diselang akan
keluar
5. Letakkan perlak dibawah tempat vena yang akan ditusuk
6. Pasang torniket sedekat mungkin disekitar area penusukan dan lakukan desinfektan
7. Untuk imobilisasi vena, lakukan peregangan kulit dengan cara menarik kulit dengan
kuat dan bersebrangan
8. Lakukan desinfektan pada daerah sekitar tempat penusukan dengan arah melingkar
dari dalam keluar
9. Dengan mata jarum menghadap keatas dan membentuk sudut 20-30 derajat dengan
kulit, lakukan penusukan dengan cepat lapisan yang ada diatas vena
10. Rubah sudut penetrasi hingga hampir sejajar dengan kulit pasien dan lakukan
penetrasi dengan cepat sepanjang 1 cm
11. Tunggu hingga ada tanda flashback chamber (cateter jarum) yang berarti mata jarum
sudah tepat dalam vena
12. Tarik jarum keluar sepanjang 1 m, darah akan mengalir diantara kateter dan tabung
jarum. Hal ini memastikan ujung kateter sudah berada dalam vena
13. Pegang pangkal kateter dengan kuat dan masukkankateter seluruhnya dengan
menggunakan jarum kateter sebagai pemandu
14. Lakukan penekanan dengan jari diatas kateter, tarik jarum sepenuhnya
15. Menggunakan satu tangan, kembali jarum introduser ke dalam bungkus pelindungnya
16. Tekan kateter jarum kedalam pembungkusnya hingga terdengar bunyi klik
17. Sambungkan infus set, alirkan cairan infus dan lakukan fiksasi dan jangan lupa
meberikan bantalan pada telapak tangan bayi atau anak-anak agar infus tidak terlepas
18. Atur kecepatan tetesan sesuai dengan kebutuhan
19. Rapikan pasien dan bereskan alat
20. Lepaskan handscun dan cuci tangan
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
3. Jelaskan rencana pemeriksaan selanjutnya
PROSEDUR TRANSFUSI DARAH PADA BAYI DAN ANAK
Oleh : Feby Handayani
A. Definisi
Transfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang memerlukan
darah dengan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi. Tujuan
transfusi ini yaitu :
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin
pada klien anemia berat
3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih
B. Persiapan Alat
1. Kateter
2. Cairan IV
6. Kapas alkohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
E. Tahap Kerja
1. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter
2. Gunakan selang infus yang memiliki filter didalam selang
3. Gantungkan botol larutan salin untuk diberikan setelah pemberian infus darah selesai
4. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
5. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
6. Ukur TTV dasar klien
Nadi
Suhu
Pernafasan
Tekanan darah
7. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse darah secara perlahan
diawali dengan pengisian filter didalam selang
8. Atur kecepatan sampai 2 ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien
9. Monitor TTV setiap m menit selama 15 menit pertama transfuse, selanjutnya ukur
tiap jam
10. Pertahankan kecepatan infuse yang diprogramkan dengan menggunakan pompa infus
11. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
PROSEDUR FOTOTERAPI PADA BAYI DAN ANAK
Oleh : Glenn Andrew
A. Definisi Tindakan
Fototerapi atau terapi dengan menggunakan sinar ultraviolet, merupakan perawatan
paling umum yang digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi pada
newborn yang mengalami jaundice atau bayi kuning. Jaundice adalah keadaan di
mana bayi lahir terlihat kuning pada kulit dan bagian putih mata (sklera). Kuning pada
bayi biasanya dapat muncul sekitar hari ketiga setelah kelahiran dan menghilang pada
saat bayi berusia dua minggu.
B. Persiapan Alat
1. Lampu foto terapi dan formulir foto terapi
2. Tempat tidur bayi (box bayi) atau incubator
C. Tahap Pra-Interaksi
1. Cek catatan medis pasien
2. Mencuci tangan
3. Keringkan tangan
4. Menempatkan alat didekat perawat dan pasien
D. Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Perkenalkan diri
3. Panggil pasien atau keluarga dengan namanya
4. Kaji keadaan pasien
5. Tentukan kontrak waktu dan tempat
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
7. Menanyakan persetujuan dan kesiapan keluarga pasien
E. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya sebelum
tindakan dilakukan
2. Lengkapi formulir fototerapi
3. Cuci tangan
4. Siapkan bayi dengan mengkonsumsi ASI/PASI terlebih dahulu
5. Ukur suhu bayi dan timbang berat badan
13. Buka penutup mata setiap memberi minum, memandikaan dan tindakan lainnya
(1x setiap 4/6 jam)
14. Observasi status hidrasi, awasi tanda kekeringan pada kulit, kulit pecah – pecah
dan kemerahan
15. Obsesvasi suhu dan warna kulit bayi secara teratur
16. Hindari penggunaan minyak/ lotion pada tubuh bayi yang sedang mendapat foto
terapi
17. Ubah posisi setiap 6 jam
B. Persiapan Alat
1. Radiant warmer
3. Peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernafasan, suhu
PaO2, PaCo2, SaO2
4. Monitor EKG
5. Peralatan untuk pemasangan kateter arteri dan vena umbilikalis
6. Nampan
7. Selang lambung 5F/6F
8. Ca glukonat 10 %
9. Heparin encer
10. Sempit steril 20 ml, 2 buah
17. Polisitemia
D. Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Perkenalkan diri
3. Panggil klien dengan namanya
4. Jelaskan kontrak : tempat dan waktu
5. Jelaskan prosedur kepada orang tua klien, kaji penah atau tidaknya klien menerima
transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
6. Pastikan bahwa orang tua klien telah menandatangani surat persetujuan
E. Tahap Kerja
1. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambungdiasspirasi sebelum TT
2. Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB
3. Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen
4. Tubuh anak jangan sampai kedinginan
5. Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut. Bila
kering, potong rata setinggi perut
6. Salah satu kateter poetilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang satu
lagi dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati-hati sampai terasa tahanan lalu tarik
lagi sepanjang 1 cm.
7. Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan
mengangkat ke atas.
8. Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor dan
seterusnya
9. Semprit harus sering dibilas dengan heparin encer
10. Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml heparin encer dan
dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan perlahan, kemudian bilas lagi
dengan 1 ml heparin encer. Bila bunyi jantung bayi kurang dari 100x/menit, waspada
terjadinya henti jantung
11. Jika tidak bisa pada vena umbilikalis maka bisa dipakai vena sefena, cabang vena
femoralis
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
PEMBERIAN OBAT PADA BAYI DAN ANAK (ORAL DAN PREORAL)
Oleh : Imon Putra
A. Pengertian
Pemberian obat oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
D. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Perkenalkan diri
3. Panggil klien/keluarga dengan namanya
4. Jelaskan prosedur dan lama tindakan pada keluarga
E. Tahap Kerja
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah,
adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah
pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan
dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk
menjaga kebersihan obat).
a. Tablet atau kapsul
1. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
2. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan
dosis yang diperlukan.
3. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan
menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena
beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
b. Obat dalam bentuk cair
1. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan,
buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari
kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan
tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat
tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang
mengering pada tutup botol.
6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan
spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
7. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
a. Identifikasi klien dengan tepat.
b. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien.
c. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi
ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
d. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan
klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum.
Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
e. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan,
dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan,
catat secara jelas alasannya.
f. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat
disposibel kemudian cuci tangan.
F. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada ibu
TAPID SPONGE PADA BAYI DAN ANAK
Oleh : Rahma Dani
A. Persiapan Alat :
1. Baskom berisi air suam-suam kuku, sekitar 80 sampai 95o F (26,7o – 35oC)
2. Termometer bak mandi
3. Selimut
4. Linen-saver pad
5. Waslap
6. Termometer pasien
7. Botol air panas dan penutup
8. Kantong es (ice bag) dan penutup
9. Handuk
10. Gaun pasien bersih
11. Sarung tangan
12. Obat antipiretik sesuai instruksi
C. Tahap Orientasi
1. Memberi salam, memperkenalkan diri
2. Mengidentifikasi pasien
3. Menjelaskan tujuan, prosedur dan waktu pada pasien/ keluarga
4. Menanyakan kesiapan klien / keluarga
D. Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan, jika perlu.
2. Tempatkan linen-saver pada/ alas kain di bawah pasien untuk menangkap tumpahan
dan selimut mandi di atasnya untuk privasi. Kemudian melepas pakaian pasien.
3. Ukur suhu pasien, denyut nadi, dan pernapasan untuk dijadikan sebagai dasarnya
(baseline).
4. Tempatkan botol air panas dengan pelindung di kaki pasien untuk mengurangi sensasi
kedinginan. Tempatkan kantong es tertutup di kepalanya untuk mencegah sakit kepala
dan hidung tersumbat yang terjadi sebagai sisa dari tubuh mendingin.
5. Peras setiap lap sebelum ditempelkan ke pasien sehingga air tidak menetes dan
menyebabkan ketidaknyamanan.
6. Tempatkan lap basah pada pembuluh darah superfisial besar diaksila, selangkangan,
dan area popliteal untuk mempercepat pendinginan. Ganti waslap agar tetap hangat.
7. Mandikan setiap ekstremitas secara terpisah
E. Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
2. Sampaikan hasil tindakan pada orang tua
PENCEGAHAN INFEKSI LINGKUNGAN PADA BBL
Oleh : Feby Handayani
A. Pengertian
Infeksi pada bayi cepat sekali meluas. Infeksi BL lebih sering ditemukan di RS dari pada
dirumah, dari ibu, petugas kesehatan (dokter/perawat), dan petugas kesehatan yang lain
juga pengunjung yang datang keruangan. Pencegahan infeksi merupakan
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir
sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong
untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,
tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.
Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,
muntah, diare, dan perut kembung.
Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusat.
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan
pada ubun-ubun.
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena.
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah.
1.2.6 Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemia, asidosis metabolic
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
4. Ikterus/kernicterus
1.2.7 Manifestasi Klinis
Hanya sebatas pada organ tunggal atau mungkin melibatkan banyak organ
(setempat atau sistemik).
1. Dapat ringan, sedang atau berat.
2. Akut, sub akut atau kronis.
3. asimtomatik
4. Ketidakmampuan mentoleransi makanan.
5. Iritabilitas.
6. Lesu
1.2.8 Diagnosa
Gambaran klinisnya tumpang tindih dan mungkin pada awalnya tidak
dapat dibedakan.
1. Penyakit mungkin tidak tampak.
2. Infeksi ibu sering kali asimtomatik.
3. Pemeriksaan laboratorium khusus mungkin diperlukan.
4. Pengobatan spesisfik untuk toksoplasmosis, sifilis dan herpes simpleks
didasarkan pada suatu diagnosis yang akurat dan dapat menurunkan
morbiditas jangka panjang secara bermakna.
1.2.9 Pencegahan
Penatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai
menderita:
1. Korioamnionitis dengan antibiotika sebelum persalinan,
2. Persalinan yang cepat bagi bayi baru lahir,
3. Kemoprofilaksis intrapartum
4. Selektif nampak dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada
infeksi bakteri neonatus.
5. Personal hygiene pada bayi (mandi, membersihkan mata. kuku, telinga dan
hidung)
a. Memandikan Bayi
Memandikan bayi adalah salah satu upaya untuk mencegah infeksi
pada bayi. Selain itu mandi juga merangsang kelancaran peredaran darah
bayi untuk membantu relaksasi.
b. Membersihkan Mata
Ada kalanya pada mata atau kelopak mata bayi terdapat kotoran
yang menempel di selaput mata atau di sudut mata. Kondisi mata bayi
baru lahir seringkali bengkak dan sembab. Selain itu, seringkali matanya
juga berair dan mengeluarkan kotoran. Jika mata bayi hanya sedikit
mengeluarkan kotoran dan tidak membuat kedua kelopak matanya
lengket, maka kondisi ini masih normal. Namun, jika kotorannya cukup
banyak dan menyebabkan mata bayi menempel terus, kompreslah
matanya dengan kapas yang telah dicelupkan ke air hangat. Kotoran yang
menumpuk pada mata bayi dapat menyebabkan infeksi pada mata bayi.
c. Membersihkan Telinga
Hal ini berfungsi untuk mencegah adanya infeksi telinga pada bayi.
Pada infeksi telinga, kuman memasuki kerongkongan dan hidung lalu
bepergian ke tuba eustachius hingga ke telinga bagian tengah. Tuba
eustachius menghubungkan kerongkongan ke telinga bagian dalam dan
bertugas untuk menyamakan tekanan timbal balik di kedua sisi gendang
telinga itu. Tanpa tuba ini, telinga anda akan terasa sakit dan meletup-
letup serat seperti tersumbat untuk sementara waktu ketika anda memanjat
ke tempat yang tinggi atau terbang. Selain membuat tekanan tetap
seimbang, tuba ini melindungi telinga bagian tengah, membuka dan
menutup sewajarnya, serta mengalirkan akumulasi cairan serta kuman
yang tidak diinginkan.
Tuba kecil inilah yang membuat lebih banyak mendapat infeksi
telingan dibanding anak-anak yang lebih tua. Bila tuba eustachius
menutup, cairan di dalam telinga bagian tengah ini menjadi terperangkap.
Ada prinsip umum dari tubuh manusia bahwa cairan yang terperangkap
selalu mendatangkan infeksi. Cairan yang terperangkap ini berperan
sebagai bahan gizi untuk kuman yang tumbuh di dalam cairan,
membuatnya tebal seperti nanah. Cairan yang tebal ini menyebabkan
tekanan pada gendang telinga, memproduksi rasa nyeri, terutama ketika
anak sedang berbaring. Inilah alasan yang membuat infeksi telinga lebih
terasa menyakitkan pada malam hari ketika anak berbaring, namun
kadang-kadang tampak lebih baik pada siang hari.
6. Perawatan tali pusat,
7. Sterilisasi peralatan
8. Pencucian tangan sebelum kontak dengan bayi adalah hal yang sangat
penting.
1.2.10 Penatalaksanaan
Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir adalah membersihkan
jalan nafas, memotong tali pusat dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu
tubuh bayi, identifikasi dan pencegahan infeksi. Pencegahan infeksi yang
dilakukan pada bayi baru lahir adalah perawatan tali pusat dan pemberian salep
mata.
Cara atau upaya pencegahan infeksi Menurut Depkes RI (2000), berbagai
upaya yang dilakukan untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir yaitu:
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Merawat tali pusat untuk menjaga luka tetap bersih. Jangan
mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke tali pusat. Perawatan tali pusat
dilakukan dengan membungkus tali pusat memakai kasa steril dan kering.
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Kontak kulit bayi dan ibu sedini mungkin setelah lahir menyebabkan
terjadinya kolonisasi mikro organisme ibu yang cenderung bersifat non
pathogen, dan juga antibodi yang terkandung di dalam air susu ibu. Di
samping itu lakukan rawat gabung ibu dan bayi dapat menghilangkan
bahaya bayi terkena infeksi silang
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Segera setelah lahir kedua mata bayi diberi salep mata tetrasiklin 1%
atau salep mata eritromisin 0,5% dalam 1 jam setelah lahir. Upaya
profilaksasi untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika pemberiannya
lewat 1 jam pertama.
4. Imunisasi
Pada usia bayi neonatal perlu mendapatkan imunisasi untuk
menghindari penyakit. Imunisasi yang didapatkan adalah:
a. BCG
Mengandung kuman hidup dari biakan bacillus calmate quirine
untuk mencegah TBC. Diberikan pada bayi segera setelah lahir dengan
dosis 0,05 ml secara intracutan di daerah musculus deltoideus
b. Polio
Mengandung virus polio tipe 1,2,3 yang hidup dan sudah
dilemahkan. Tiap 2 tetes mengandung 0,1 ml tipe 1,2,3. Diberikan secara
tetes ke dalam mulut bayi sebanyak 2 tetes segera setelah lahir. Polio I, II,
III, IV diberikan dengan interval 4 minggu
c. Hepatitis B
Diberikan sedini mungkin, dapat diberikan bersamaan dengan
pemberian imunisasi BCG.
Kebijakan program pemerintah imunisasi HB 1 diberikan pada umur
0-7 hari. Dosis pemberian 0,5 ml diberikan secara IM pada antero lateral
paha. Imunisasi berikutnya diberikan dengan interval 4 minggu (Depkes
RI dan PATH, 2005)