Anda di halaman 1dari 3

Proses Pemberian Warna pada Serat Pisang Abaka (Musa Textilis) dengan Teknologi

Rekayasa Genetika.
Tanaman pisang Abaka merupakan tanaman yang termasuk dalam divisi Magnoliophyta
dengan kelas Liliopsida. Pisang Abaka merupakan anggota dari ordo Zingiberales dengan famili
Musaceae dan genus Musa, serta termasuk dalam spesies M. textilis. Tanaman pisang Abaka
memiliki nama binomial Musa textilis.
Berdasarkan catatan sejarah, pisang Abaka telah lama terdapat di Indonesia, antara lain
diketahui di pulau Sangir (Sulawesi Utara) yang tumbuh secara liar. Sebagaimana di Filipina
(tempat asal pisang Abaka), penduduk Sangir memanfaatkan serat Abaka untuk bahan kain
tenun tradisional. Penanaman Abaka secara komersial dimulai tahun 1905, di Jawa dan
Sumatera Selatan dengan orientasi ekspor. Sejak itu, pisang Abaka di Indonesia mulai
berkembang luas, mulai dari Sumatera Utara (di daerah Deli dan Bandar Betsy) sampai
Lampung, dan Jawa.
Secara agronomis penanaman pisang Abaka di Indonesia sangat sesuai, mengingat
tanaman pisang Abaka adalah tanaman yang berasal dari daerah tropis. Selain itu pisang ini
sudah pernah dikembangkan secara komersial dalam areal yang besar. Sedangkan dukungan
ketersediaan lahan sangat memungkinkan untuk dikembangkan misalnya di daerah Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Utara (terutama Halmahera), Irian Jaya sebagian Sumatera dan Jawa,
tentunya untuk lokasi-lokasi yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk tanaman ini.
Tanaman Abaka termasuk dalam pisang (Musacease) yang dikategorikan sebagai pisang
jantan, karena pisang ini, tidak menghasilkan buah. Produksi utama dari budidaya tanaman
pisang ini adalah berupa serat (fibre) yang terkenal dalam perdagangan internasional sebagai
serat berkualitas tinggi, sebab serat pisang Abaka ini tahan terhadap air garam sehingga banyak
digunakan sebagai pembungkus kabel bawah laut atau tali temali pada kapal.
Namun belakangan ini serat pisang Abaka juga banyak digunakan untuk bahan baku
kerajinan rakyat seperti bahan pakaian, anyaman topi, tas, peralatan makan, kertas rokok, dan
sachet teh celup. Selain itu sebagai bahan baku pulp kertas bermutu tinggi (kekuatan dan daya
simpan tinggi) seperti kertas uang, cek, kertas filter, dan kertas pembungkus.
Melihat fakta-fakta di atas, serat pisang Abaka memiliki potensi yang cukup besar
sebagai bahan baku industri tekstil. Serat yang dihasilkan pisang tersebut merupakan salah satu
serat yang menjadi bahan baku utama dan memiliki prospek yang bagus dalam perkembangan
industri tekstil. Namun, permasalahan pelik mengenai limbah cair zat warna yang ditimbulkan
dalam proses produksi pakaian, menjadikan suatu fenomena yang harus segera diatasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini dapat diintegrasikan dalam upaya
mengatasi masalah tersebut. Rekayasa genetika merupakan langkah yang tepat, yang dapat
dilakukan.
Rekayasa genetika (Genetic Engineering) dalam arti paling luas adalah penerapan
genetika untuk kepentingan manusia. Rekayasa genetika merupakan kegiatan pemuliaan hewan
atau tanaman melalui seleksi dalam populasi, demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa
target.
Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan
pengertian Rekayasa Genetika yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi
molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi
genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang dapat didefinisikan
sebagai teknik in vitro asam nukleat, termasuk teknologi manipulasi molekul DNA atau
teknologi DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan
perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur
DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari
organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan
dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.
Berdasarkan kajian tersebut, rekayasa genetika dapat menjadi solusi dalam
permasalahan limbah cair industri tekstil. Teknologi rekayasa genetika ini dapat digunakan
dalam upaya pewarnaan serat pisang Abaka. Melalui langkah ini, selanjutnya akan dihasilkan
serat pisang Abaka yang memiliki warna sesuai kebutuhan, sehingga limbah warna dalam
industri tekstil dapat dikurangi.
Rekayasa genetika untuk membuat pisang Abaka dengan serat berwarna dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu, pengklonan gen pembawa warna, persiapan tanaman yang dilakukan
dengan kultur jaringan (kultur in vitro), dan transformasi DNA ke sel dalam jaringan pisang
Abaka.
Sumber:
Apriliani, Ni Putu Eka Umarista, Ida Bagus Ananda Bramana Putra dan Hendra Setiawan.
2012. Aplikasi Rekayasa Genetika Dalam Mewujudkan Industri Tekstil Yang Ramah
Lingkungan Studi Pendahuluan Terhadap Pisang Abaka (Musa Textilis)). Bali:
Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai