Anda di halaman 1dari 6

Nama : Marleni Rina Ngongo

Nim : 611810090
Kelas : Farmasi sore B
Tugas : Pengantar farmakologi

PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN

Pengertian tentang obat:


Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
mementukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan jasmani dan rohani pada manusia atau hewan
termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni,2016).
Peraturan tentang obat, obat jadi, obat paten, obat standar, obat asli, dan obat baru
tertuang dalam S.P Menkes R.I No. 193/Keb/BVII/71:
1. Obat Jadi adalah obat dalam keadaan murni / campuran dalam bentuk serbuk, cairan,
salep, tablet, pil, suppositoria, atau bentuk lain yang memiliki nama teknis sesuai
dengan FI.
2. Obat Paten adalah obat dengan nama dagang terdaftar atas nama pembuat atau
dikuasainnya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik.
3. Obat baru yaitu obat yang terdiri atau berisi suatu zat, sebagai bahan berkhasiat
maupun tidak atau komponen lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui akan
khasiat dan keamanannya atau yang belum terdaftar dalam FI.
4. Obat Standar yaitu obat yang formulanya ada dalam buku-buku standar.
5. Obat Asli yaitu obat yang didapat langsung dari bahan alamiah Indonesia, terolah
secara sederhana atas pengalaman dan digunakan sebagai obat tradisional (Rahardjo,
2009).
Berdasarkan UU Kesehatan obat digolongkan menjadi:
1. Obat Narkotika (obat bius) merupakan obat yang diperlukan dalam bidang
pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan.
2. Obat Psikotropika (obat berbahaya), merupakan obat yang mempengaruhi proses
mental, merangsang atau menenangkan dan mengubah pikiran/ perasaan/ kelakuan
orang.
3. Obat keras : Semua obat dengan resep dokter, semua obat yang dipergunakan
secara parenteral, dengan suntikan maupun merobek jaringan. Semua obat baru.
Belum tercantum pada FI dan daftar Obat Keras. Belum pernah diimpor atau
digunakan di Indonesia. Obat itu sendiri dalam substansi dan sediaan yang
mengandung obat itu. Obat ini berbahaya. Contoh : Adrenalin, antibiotika,
antihistamin, dll.
4. Obat bebas terbatas : Adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan
kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan, tidak memerlukan resep
dokter. Jika berlebihan, efek sampingnya dapat melebihi efek obat
bebas.Contoh : Antihistamin, klorokuin
5. Obat bebas: Adalah obat yang dalam penggunaannya tidak membahayakan dan dapat
digunakan tanpa resep dokter. Contoh :Minyak kayu putih, OBH, Paracetamol, Vit. C,
B Komplex, dll (Wibowo,2010).

Penyalagunaan obat
Penyalahgunaan merujuk pada keadaan dimana obat digunakan secara berlebihan
tanpa tujuan medis atau indikasi tertentu dan pengguna melakukan dengan sengaja.
Sedangkan penggunasalahan merujuk pada penggunaan obat secara tidak tepat yang biasanya
disebabkan karena pengguna memang tidak tahu bagaimana pengunaan obat yang benar
(Ikawati,2010).
Penyalahgunaan obat (zat) merupakan penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh
penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi
tingkah laku, memori, alam perasaan, serta proses pikir seseorang, Penyalahgunaan ini
menyebabkan kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif yang biasa disebut dengan
kecanduan (ketergantugan). Dimana seseorang akan dikatakan mengalami ketergantungan
obat jika memenuhi Kriteria-kriteria dibawah ini:
 Memiliki keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi zat/obat-obatan tertentu
 Mengurangi kemampuan untuk mengendalikan onset dan penghentian pengambilan
zat, dan jumlah yang diambil

 Terjadinya gejala penarikan fisik pada mencoba untuk mengakhiri atau mengurangi
penggunaan obat-obatan dan pengurangan ketika penggunaan dilanjutkan

 Mengabaikan bidang lainnya yang mendukung konsumsi obat-obatan


Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat :
1. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan, insomnia, dll,
yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara legal dengan
resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan toleransi, di mana
pasien memerlukan dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang
sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa
berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan mengalami gejala putus obat
jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi kecanduan atau ketergantungan
terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat
tersebut dengan segala cara.
2. Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional. Artinya,
sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas, hanya untuk
memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat
tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance
yang lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy,
alkohol, dll.
3. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping seperti yang
telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya mengikuti
saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat menyebabkan
toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu lama
yang menyebabkan ketergantungan.

Contoh kasus penyalahgunaan obat dextrometorphan :


Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan bagi para remaja digunakan untuk
membuat mereka merasa mabuk. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang
mengandung Dextrometorphan dapat menyebabkan halusinasi, hilang kendali, dan sensasi
‘out of body’. Obat ini sangat mudah ditemukan, dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan
legal. Remaja sekarang menggunakan internet tidak hanya untuk membeli Dextromethorphan
dalam bentuk bubuk murni, tapi juga belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena
mengkonsumsi dalam volume besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-
obatan tersebut diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet
yang kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat kalkulator
yang dapat menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi badannya.
Salah satu jalan lainnya untuk remaja memperoleh Dextromethorphan adalah dengan
membeli ‘triple C”- Coricidin HBP Cough and Cold, yang mengandung 30 mg
Dextromethorphan dalam tablet merah kecil. Pengguna yang mengkonsumsi triple C dalam
jumlah banyak dapat memperbesar resiko karena triple C mengadung antihismitamin dan
lainnya seperti decongestant, expectorants, dan penghilang rasa sakit. Selain Triple C, nama
lain dari Dextromethorphan yaitu, Candy, C-C-C, Dex, DM, Drex, Red Devils, Robo, Rojo,
Skittles, Tussin, Velvet, dan Vitamin D. Biasanya juga disebut sebagai "syrup heads," dan
perilaku penyalah gunaan Dextromethorphan disebut"dexing," "robotripping," atau
"robodosing" (Anonim,2016).

Dextromethorphan (DXM atau DMP) merupakan bahan kimia sintetik dengan


nama kimianya adalah 3 methoxy-17-methyl morphinan monohydrat yang merupakan d-
isomer dari levophenol, analog dari kodein dan analgesik opioid. Dekstrometorfan berupa
serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air maupun ethanol dan tidak larut
dalam ether. Adapun struktur kimia dari dekstrometorfan adalah: C18H25NO.HBr.H2O
dengan berat molekul: 370,3.
Dextromethorphan merupakan jenis obat penekan batuk (antitusif) yang dapat
diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis
dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari. Efek anti batuknya bias bertahan 5-6 jam
setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping
yang berarti.
Prevalensi penggunaan obat dextrometorfan untuk anak-anak dibawah umur boleh
dikatakan cukup tinggi. Sebagai contoh survey yang dilakukan oleh badan narkotika provinsi
Jawa barat dalam situs resminya mengatakan bahwa 38,50% anak yang pernah memakai pil
dextro merasakan pusing dan tidak nyaman. Tetapi mereka ingin mencoba lagi. Sementara
38,07% merasa pusing dan tidak nyaman, serta ingin segera berhenti.
Serta dari hasil kunjungan kerja ke 26 kota/kabupaten di Jabar. Ternyata hasilnya ditemukan
pemakaian narkoba sudah bergeser dari sebatas sabu, putaw, ekstasi, menjadi pil dextro.
Selain ketakutan terhadap ancaman hukuman penjara yang cukup berat, pil dextro relatif
mudah dibeli dan murah.
Dextro ditujukan sebagai antitusif, yaitu menekan batuk. Secara farmakologi, obat ini
akan menaikkan ambang batas rangsang batuk, sehingga pasien tidak terlalu sensitif dengan
rangsang batuk. Karena molekul dextro mudah berikatan ke berbagai reseptor jadilah efeknya
tidak spesifik hanya menekan si batuk saja, tetapi juga dapat menyebabkan efek rekreasi dan
berbagai efek samping seperti gatal-gatal, pusing, mual, kesulitan bernafas (pada dosis
normal), juga halusinasi, muntah, pandangan kabur, berkeringat, demam, hipertensi, dan lain-
lain (pada dosis 12,5-75x lipat dari dosis normal)
Dextromethorphan merupakan isomer levorphanol (suatu analog kodein, turunan
morfin).Hal inilah yang menyebabkannya memiliki afinitas terhadap reseptor opioid
(reseptornya narkoba) dan mengaktifkan reseptor tersebut sehingga dapat menimbulkan efek
rekreasi. Selain itu, dextromethorphan juga bias menjadi antagonis reseptor NMDA,
Penghambatan reseptor NMDA yang berlebihan ini dapat menyebabkan berkurangnya fungsi
memori, halusinasi, confusion, analgesik, dan justru disalah artikan sebagai fungsi 'rekreasi'.
Padahal, hal ini bahkan bisa sampai menyebabkan skizofrenia yang disebabkan oleh
neurotoksisitas.
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward pada
manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang menghasilkan sesuatu
yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa menyenangkan tadi dikatakan
memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa berasal secara alami, seperti makanan, air,
sex, kasih sayang, yang membuat orang merasakan senang ketika makan, minum, disayang,
dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan. Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur
tertentu di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh reward
alami ini dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk survived (mempertahankan kehidupan).

Upaya penanggunalangan penyalahgunaan obat dextrometorphan


1. Upaya pre-emtif yaitu upaya pencegahan paling dini dengan
melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat langsung dengan sasaran
untuk mempengaruhi faktor-faktor penyebab atau pendorong terjadinya penyalahgunaan.
Sehingga tercipta suatu kesadaran, kewaspadaan serta terbinanya suatu perilaku dan
norma hidup yang sesuia dan tidak menyimpang.
2. Upaya preventif yaitu upaya untuk menghilangkan perilaku atau
kebiasaan dan kesempatan pelaku untuk melakukan peyalahgunaan obat
dextrometorphan dengan melakukan razia dengan bekerja sama dengan instansi
pemerintsh, apotik, masyarakat dan lembaga terkait.
3. Dalam menjual obat dextrometorphan harus dilakukan dengan hati-hati
dan dengan pertimbagan jangka waktu penggunaan dan keluhan. Tdak dijual secara
bebas.
4. Meningkatkan kesadaran kepada apotik dan dinas kesehatan tentang
bahaya penggunaan obat dextrometorphan yang berlebihan
5. Pentingnya peran orang tua dalam mengawasi anak sehingga terhindar
dari pergaulan buruk yang merupak faktor terjadinya penyalahgunaan obat.
6. BPOM melakukan pengawasan terhadap apotik, Rumah Sakit dan
instansi kesehatan lainnya sehingga dapat mengurangi dampak dari penyalahgunaan
dextrometorphan.

Anda mungkin juga menyukai