Persaingan global telah datang. Pertumbuhan pasar yang cepat di Negara-negara seperti
China dan Eropa Timur telah mendorong perusahaan untuk memperluas operasinya secara global.
Muncullah suatu standar baru dalam persaingan global yang meliputi kualitas, variasi,
costumization, kemudahan, waktu dan biaya untuk keberhasilan dan survival perusahaan. Tugas
manajer operasipun menjadi lebih kompleks.
Tidak semua Negara dapat bergeser dari industrialisasi ke manufaktur dan jasa atau
layanan, karena banyak perekonomian Negara-negara belum masuk ke era industrialisasi.
Salah satu regional yang memasuki masa transisi adalah Eropa Timur, yang merupakan
pangsa pasar yang potensial untuk memasarkan produk ataupun layanan, karena kenyataannya
semua Negara dengan kultur sosialis masih dalam tahap transisi untuk memasuki tahap
industrialisasi dan globalisasi. Disisi lain, dapat dilihat bahwa walau sama-sama Negara kapitalis
yang demokratik, seperti Canada dan united State Amerika adalah sangat berbeda. Dari lingkungan
ini dapat dilihat bahwa peran manajemen operasional sangat ditentukan faktor lingkunganinternal
masing-masing, walaupun lingkungan eksternal yang sama dirumuskan dengan globalisasi.
Manajer Operasional pada saat ini harus memiliki pandangan global dalam strategi operasi,
perkembangan yang cepat dalam perdagangan dunia yang seolah dunia tanpa batasan,
mengakibatkan banyak organisasi memperluas organisasinya tidak hanya di dalam negeri tetapi
juga di luar negeri.
a) Misi
Misi adalah tujuan rasionalisasi atas keberadaan organisasi, menunjukkan
kontribusi apakah yang dapat diberikan kepada masyarakat, atau menunjukkan
kearah mana organisasi akan melangkah.
Misi menjadi pembatas, fokus organisasi dan konsep dimana organisasi akan
melakukan kegiatannya.
Jika misi organisasi telah ditetapkan, maka masing-masing departemen fungsional
(pemasaran, produk/operasi,dll) dapat pula menentukan misi penunjang.
b) Strategi
Setelah misi ditetapkan, maka strategi dan implementasinya dapat dimulai.
Strategi menunjukkan bagaimana organisasi akan bekerja untuk mencapai misi dan
tujuan-tujuannya, atau merupakan action plan organisasi untuk mencapai misinya.
Setiap departemen fungsional memiliki strategi untuk mencapai misinya dan
menunjang pencapaian misi organisasi.
Strategi di kembangkan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada,
menetralisir hambatan dan menghilangkan kelemahan.
Tiga konsep strategi untuk mencapai misi yaitu diferensiasi, cost leadership dan
respon yang cepat, ini berarti bahwa manajer operasi harus menghasilkan produk
yang lebih baik atau paling tidak berbeda dan lebih responsif.
Manajer operasi harus menerjemahkan tiga konsep ini kedalam kegiatan-
kegiatannya. Salah satu atau kombinasi dari ketiga konsep ini akan menghasilkan
system yang memiliki keunggulan khusus di atas pesaing.
c) Mengembangkan Misi dan Strategi Perusahaan
Perusahaan yang beroperasi seharusnya mempunyai suatu misi sehingga bias mengetahui
arah tujuan yang ingin dicapai, Misi dapat diartikan sebagai :
Adapun misi perusahaan yang ditetapkan, diantaranya sangat ditentukan faktor lingkungan
konsumen, nilai dan filosofi yang berlaku, pertumbuhan perusahaan, citra di masyarakat.
Untuk mencapai misi yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien maka organisasi
perlu menetapkan strategi tertentu. Oleh karena itu strategi dapat diartikan sebagai :
Adapun tiga strategi yang masing-masing memberikan peluang bagi para manajer operasional
untuk meraih keunggulan adalah :
Bersaing pada perbedaan (Differentistion), keunikan dapat melalui karakteristik fisik
maupun atribut jasa yang ditawarkan kepada konsumen sehingga konsumen
mempersepsikannya sebagai nilai.
Bersaing pada biaya (Cost Leadership), untuk mencapai nilai maksimum yang diinginkan
pelanggan tetapi dengan kualitas yang memadai.
Bersaing pada respon cepat (rapid response), melalui keseluruhan nilai yang terkait dengan
pengembangan dan penghantaran barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat
diandalkan serta kinerja yang fleksibel.
Dalam prakteknya, ketiga konsep strategi ini-diferensiasi, biaya rendah dan respon–dapat
diterjemahkan kedalam enam strategi khusus, yaitu :
MANUFAKTUR
Strategi manufaktur global dibutuhkan ketika suatu perusahaan melebarkan jangkauan
pemasarannya ke pasar-pasar luar negeri.
Kesuksesan strategi manufaktur global tergantung pada 4 hal yaitu kesesuaian, konfigurasi,
koordinasi dan kontrol.
MANAJEMEN MATERIAL
Manajemen material adalah suatu sistem yang mengkordinasikan aktivitas-aktivitas untuk
merencanakan dan mengawasi volume dan waktu terhadap pengadaan material melalui
penerimaan/perolehan, perubahan bentuk dan perpindahan dari bahan mentah, bahan yang sedang
dalam proses dan bahan jadi (Saputra, 2004). Pada setiap proyek konstruksi, pengadaan material
merupakan bagian terpenting, karena sumber daya material dapat menyerap 50%-70% dari biaya
proyek (Ervianto, 2004). Oleh karena itu, penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk
membeli, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung material konstruksi menjadi sangat
penting agar aliran material pada proyek dapat berjalan lancar.
Item dapat berupa;
bahan baku,
komponen,
produk jadi,
sub-assembly, dan lain-lain
Konsekuensi dari implementasi business strategi diatas, maka perusahaan dituntut untuk
mengembangkan SDM yang mempunyai kompetensi yang optimal, integrated training program
dan competitive remuneration. Kata kuncinya adalah FOKUS terhadap BISNIS PERUSAHAAN.
Membangun kompetensi HR perlu dimulai dari 3 kompetensi yang lebih terkait dengan
bisnis, yaitu Strategic Positioner, Credible Activist dan Paradox Navigator. Strategic Positioner
merupakan kompetensi yang terkait dengan bagaimana HR berperan dalam mendorong
pertumbuhan bisnis yang diinginkan organisasi dengan membantu terbangunnya keunggulan
kompetitif. Menjalankan peranan ini memerlukan kapabilitas HR untuk dapat memahami bisnis
dan cara bisnis beroperasi. Kompetensi selanjutnya yang tidak kalah penting adalah kompetensi
HR menjadi Credible Activist. Kompetensi ini dibutuhkan HR untuk menjadi trusted advisor. HR
tidak akan dapat berfungsi dengan baik jika HR tidak mendapatkan kepercayaan dari pimpinan
organisasi dan karyawan sebagai partner yang bisa dipercaya. Peranan HR dalam menerjemahkan
dan mengkomunikasikan kebijakan pimpinan kepada karyawan dan juga menyampaikan aspirasi
karyawan kepada pimpinan merupakan salah satu peranan yang sangat penting. Kompetensi
Paradox Navigator membangun kapabilitas HR untuk dapat secara dinamis memberikan kontribusi
kepada organisasi mengikuti kondisi organisasi.
Adapun 6 kompetensi lainnya merupakan kompetensi yang berhubungan langsung dengan
proses-proses inti di pengelolaan SDM itu sendiri yang tentunya harus dibangun di atas 3
kompetensi sebelumnya. Keenam kompetensi tersebut adalah: Compliance Manager, Analytics
Designer & Interpreter, Technology & Media Integrator, Culture & Change Champion, Human
Capital Curator dan Total Rewards Steward. Compliance Manager adalah kompetensi yang
penting untuk menjaga profil risiko organisasi dalam hal ketenagakerjaan. Menjaga kepatuhan
bukan hanya berarti mengikuti regulasi secara penuh namun juga bagaimana organisasi mencegah
munculnya ketidakpatuhan. Analytics Designer & Interpreter di mana kompetensi ini membangun
kapabilitas untuk dapat berperan dalam pengambilan keputusan berbasis data dan fakta.
Kompetensi Technology & Media Integrator juga tidak kalah pentingnya karena proses bisnis dan
membangun relasi tidak lagi dapat dipisahkan dari aspek penggunaan teknologi dan media,
terutama teknologi komputer dan internet. Ketiga kompetensi ini merupakan kompetensi yang
berfokus pada membangun fondasi dasar bagaimana proses pengelolaan SDM akan dijalankan.
Tiga kompetensi berikutnya merupakan kompetensi yang berfokus pada optimalisasi SDM di
dalam organisasi. Dimulai dari kompetensi Culture & Change Champion yang dibutuhkan untuk
membangun komitmen karyawan terhadap organisasi dan memastikan budaya organisasi menjadi
perekat. Tentunya karyawan yang berkomitment saja tidaklah cukup, namun setiap karyawan perlu
ditempatkan dan dikembangkan dengan optimal untuk mendukung tujuan organisasi. Inilah
peranan dari kompetensi Human Capital Curator. Kompetensi ini berfokus pada memastikan
bahwa setiap proses HR yang dilakukan selaras dengan kebutuhan organisasi dan memberikan
dampak positif. Sedangkan kompetensi Total Rewards Steward berperan untuk membangun
performance culture yang mendorong peningkatan kesejahteraan karyawan yang tentunya
berpengaruh pada retensi karyawan.
Kesembilan kompetensi ini berdasarkan hasil riset HR Global Competency Study merupakan
kompetensi yang perlu dibangun oleh setiap pelaku HR yang ingin menjadi true business partner
untuk organisasi mereka masing-masing. Mempelajari kompetensi ini tentunya perlu menjadi
prioritas pengembangan untuk setiap pelaku HR. Program HR Business Partner merupakan salah
satu program yang jarang ditemukan. GML Performance Consulting bekerjasama dengan RBL
Consulting akan mengadakan workshop HR Business Partner yang merupakan workshop pertama
yang diadakan di Indonesia untuk memberikan kesempatan bagi pelaku HR di Indonesia untuk
dapat belajar lebih banyak mengenai bagaimana menjadi the True HR Business Partner.