LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
yang siap berkompetisi dalam kerja. Hal ini sejalan dengan pernyataan “vocational
enterprises and national economies”. (Rauner & Maclean, 2008: 13). Pada dasarnya
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang berbasis keterampilan. Hal ini sesuai
pendapat Wenrich and Gollaway dalam Direktorat Pembinaan PTK DIKMEN (2013: 5)
the learner for entrance into a particular occupation or family occupation or to upgrade
employed workers”.
dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar mampu bekerja pada satu
kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang pekerjaan lain. Isjoni
(Arif Firdausi & Barnawi, 2012: 13) menjelaskan SMK merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang bertanggung jawab menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
bekerja dalam bidang tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Clarke & Winch (2007:
135) menyatakan “the proper aim of vocational education is to provide individuals with
the skill to earn their living, thus supplying one of the conditions for economic
prosperity”.
Schippers & Patriana (Arif Firdausi & Barnawi, 2012: 24) menjelaskan pendidikan
kejuruan menempa seseorang untuk menjadi terampil dalam kejuruan tertentu. Billet
(2011: 26) menyatakan pendidikan kejuruan “.......preparing and equipping learner for
working life. Vocational education is seen as provision of education that occurs prior
individuals or group commencing their working lives, and which prepares them for it”.
didik untuk memiliki keterampilan, kemampuan dan keahlian sesuai bidang, karir,
profesi yang ditekuni untuk memasuki dunia kerja yang dapat menopang kehidupannya
dan memiliki tingkat ekonomi yang memadai. Komponen pendidikan secara terpadu
tenaga kerja SMK kompeten yang akan siap pakai, siap kerja dan siap bersaing dalam
dunia kerja.
KINERJA
bahas inggris, kinerja berasal dari kata performance yang berarti prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. Malthis dan
Jackson (2001: 112) menyebutkan kinerja individu sebagai kemampuan kerja, kualitas
kerja, produktivitas kerja dan pelayanan. Dari definisi di atas jelas bahwa kinerja
kerja/hasil kerja.
Berkaitan kinerja merupakan hasil kerja, Byars dan Rue (1991: 250) menyatakan
individual’s job. It reflect how well an individual is fulfilling the requirements of a job”.
Artinya kinerja atau performance mengacu pada derajat tingkat penyelesaian tugas yang
baik seseorang dalam melaksanakan tuntutan pekerjaan. Dapat dimaknai bahwa derajat
tingkat penyelesaian berkaitan dengan waktu yang tersedia dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau kecepatan dan ketepatan kerja (waktu kerja). Sedangkan seberapa baik
dalam melaksanakan pekerjaan mengacu pada kuantitas dan kualitas hasil kerja yang
dapat diselesaikan.
Berk (1986: 237) mengatakan bahwa “performance on a job function is the record
of outcomes achieved in carrying out the job function during a specified period”. Kinerja
dalam pengertian ini dimaknai sebagai hasil kerja dan ketepatan waktu penyelesaian
yang telah ditentukan berdasarkan target waktu pencapaian. Susilo Martoyo (2000: 92)
dicapai individu juga merefleksikan seberapa baik karyawan telah memenuhi persyaratan
Smith (E. Mulyasa, 2003: 136) menyatakan bahwa kinerja adalah “……output
drive from process, human or otherwise”. Yang artinya kinerja adalah hasil atau
keluaran dari suatu proses. Sejalan dengan Smith, Bernandin & Russel (Gomes, 2003:
kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama satu periode tertentu. Hasil atau keluaran yang dicapai dalam suatu
proses dalam periode tertentu dapat menunjukan bagaimana pekerjaan itu telah
dilaksanakan, apakah telah memenuhi target atau standar yang telah ditetapkan. Sehingga
menjadi bahan pertimbangan untuk periode selanjutnya apakah dilakukan perbaikan atau
pengembangan kinerja.
Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Sejalan dengan itu, Barnawi & Arifin (2014: 13) mengemukakan kinerja merupakan
tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan
selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan oganisasi. Dapat dipahami
mempunyai kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk diselesaikan dalam waktu
tertentu.
performance merupakan prestasi kerja atau hasil kerja yang ditunjukan seseorang selama
periode tertentu atau waktu tertentu berdasarkan standar tertentu dalam suatu pekerjaan.
Kinerja ditunjukan berupa hasil kerja yang dapat mencerminkan seberapa baiknya
bahwa prestasi kerja yang dihasilkan selama periode tertentu dapat berupa hasil kerja
yang positif dan negatif. Prestasi kerja dikatakan positif jika kinerja yang ditunjukan
tinggi dan hasilnya juga tinggi demikian juga sebaliknya. Kinerja atau performance yang
ditunjukan melalui prestasi kerja jelas memberikan dampak yang positif jika seseorang
sumbangan positif baik bagi diri sendiri maupun organisasi tempat dimana orang tersebut
bekerja.
Daftar Pustaka
Barnawi & Mohammad Arifin. (2014). Kinerja Guru Profesional: Instrumen Pembinaan,
Peningkatan & Penilaian. Yogyakarata: Ar-ruzz Media.
Barut Masih Kekurangan Guru. (19 Mei 2014). Borneonews.com. Diakses tanggal 12
Agustus 2014, dari http://borneonews.co.id/berita/9788-barut-masih-kekurangan-
guru
Billet, S. (2011). Vocational Education: Purposes, Traditions and Prospects. New York:
Springer.
Budiyono. (2012). Kinerja Guru SMK di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Tesis
magister, tidak diterbitkan. Yogyakarta: PPS UNY.
Clarke, L. & Winch, C. (2007). Vocational Education, Work and The Aims of Economic
Activity. New York: Routledge.
Dimyati & Mujiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Direktur Jendral Pendidikan Menengah. (2012). Revisi Rencana Strategis Ditjen Dikmen
2010-2014. (Versi Elektronik)
Direktorat Pembinaan PTK DIKMEN. (2013). Tantangan Guru SMK Abad 21. Jakarta :
Depdiknas
Enco Mulyasa. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
_______. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Professional dalam Konteks Mensukseskan MBS
dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya
Hary Susanto. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Menengah
Kejuruan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Jurnal Pendidikan
Vokasi,Vol 2, No. 2., pp.197-212
Herminarto Sofyan, dkk. (____). Paradigma Baru Pendidikan Vokasi. Diambil tanggal 8 mei
2015 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr-herminarto-
sofyan-mpd/paradigma-baru-dan-guru-pendidikan-vokasi-rev1.pdf
Herminarto Sofyan & Hamzah B. Uno. (2012). Teori Motivasi dan Penerapannya dalam
Penelitian. Yogyakarta: UNY Press
Killen, R. (2009). Effective Teaching Strategies: Lessons from Research and Practice (5th
ed.). Victoria. Cengage Learning Australia.
Lin, R., Xie, J., Jeng, Y.C., et al. (2010).The Relationship between Teacher Quality and
Teaching Effectiveness Perceived by Students from Industrial Vocational High
Schools. Asian Journal of Arts and Sciences, 1, 167-187.
Margaret Puspitarini. (2 Mei 2014). Kualitas Guru RI Nyaris Terbawah di Dunia. Diambil
pada tanggal 28 Juli 2014, dari
http://news.okezone.com/read/2014/05/02/560/979356/kualitas-guru-ri-nyaris-
terbawah-di-dunia
Martinis Yamin dan Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: GP Press.
Mastuhu. (2003). Menata Ulang Pemikiran Pendidikan Nasional Abad 21. Yoyakarta: Safiria
Insani Press.
Mendiknas. (2002). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 045, Tahun 2002,
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
_______. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 40 Tahun 2008, tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk SMK/MAK.
_______. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009, tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
_______. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 35 Tahun 2010, tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Nana Sudjana. (2013). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Pemerataan Guru Perlu Dukungan Fasilitas. (22 Desember 2014). Borneonews.com. Diakses
tanggal 8 Januari 2014, dari http://borneonews.co.id/berita/3679-pemerataan-guru-
perlu-dukungan-fasilitas
Presiden. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang
Standar Nasional Pendidikan
Prosser, C.A. & Quigley, T.H. (1950). Vovatonal Education in a Democracy. Chicago:
America Techinical Society.
Republik Indonesia. (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13, Tahun 2003,
tentang Ketenagakerjaan.
_______. (2005). Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
_______. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru
dan Dosen.
Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2009). Organization behavior (13th ed). Upper Saddle River:
Pearson2 Prentice Hall
Sebaran Guru. (4 Januari 2014). Borneonews.com. Diakses tanggal 8 Januari 2014, dari
http://borneonews.co.id/berita/132-sebaran-guru
Siti Nurjanah. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SLB di Kabupaten
Sleman. Tesis magister, tidak diterbitkan. Yogyakarta: PPS UNY.
Spencer, L. M, Jr., & Spencer, S. M. (1993). Competence at Work, Model for Superior
Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Storey, J. (2010). Leadership in Organizations:Current Issues and Key Trends (2nd ed). New
York: Routledge Taylor & Francis Group
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia, Teori,
Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Wagiran. (2009). Peran LPTK dalam Mengembangkan Pendidikan Kejuruan Secara Holistik
dan Implikasinya bagi Penyiapan Guru Kejuruan Profesional. Seminar Nasional
Revitalisasi Peran UNY dalam Mewujudkan Tenaga Kependidikan Profesional.
Yogyakarta: DPP IKA UNY. (Versi Elektronik)