A. DEFINISI
1. ASI (Air Susu Ibu)
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling
cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi
bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative
tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis dalam
darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh
faksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan. Pengaruh tersebut akan
terlihat sangat menonjol pada periode neonatus, tetapi nampaknya tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan pada imunisasi aktif, yang akan dikerjakan jika
bayi tersebut telah mencapai usia 2, 4 & 6 bulan. Telah pula dapat diperlihatkan
bahwa pertumbuhan virus-virus yang menyebabkan timbulnya parotitis epidemica,
influenza, vaksinia dan B encephalitis jepang dapat dihambat oleh bahan-bahan
yang terdapat dalam ASI. Antibody yang di telan yang berasal dari kolostrum dan
ASI dapat memberikan kekebalan saluran penceran makanan lokal terhadap
organisme yang memasuki tubuh melalui jalan tersebut.
ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air dadih yang mengikat
zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan zat besi serta
mempunyai pengaruh yang menghambat atas pertumbuhan E coli dalam usus.
Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu sapi
kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang mendapatkan ASI terutama
sakali adalah kelompok laktobasilus berlawanan dengan kelompok koliform yang
terdapat menonjol dalam tinja bayi yang diberi makanan secara artificial. ASI
mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan memberikan kemudahan
kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus pada bayi
yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh beberapa jenis E coli.
Susu yang berasal dari seorang ibu yang mendapatkan susunan makanan
yang secara kuantitatif mencukupi serta berimbang secara semestinya dapat
memasok bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan
kecuali mungkin vitamin D, setelah beberapa bulan dan fluorida. Kendatipun
penyediaan air minum umum mengandung cukup banyak flourida didalamnya,
namun sorang bayi yang mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali
menerima flourida yang berasal dari tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus
mendapatkan pemasukan fluoride selama bulan-bulan pertama kehidupannya.
Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuki kebutuhan bayi
selama 6-9 bulan pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat besi yang terdapat
dalam ASI dapat diserap dengan baik oleh bayi, oleh karena itu bayi yang
mendapat ASI mungkin tidak memerlukan penambahan zat besi selama tahun
pertama kehidupannya. ASI mengandung cukup banyak persediaan vitamin C
untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan catatan bahwa ibu yang
bersangkutan juga mendapatkan vitamin C dengan secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini mungkin setelah
persalinan, begitu pula dengan keadaan ibu maupun bayi yang bersangkutan
memungkinkan nya untuk mendapatkan ASI dalam jarak waktu beberapa jam
setelah lahir. Frekuensi pemberian ASI masing-masing setiap 3 jam pada siang hari
dan setiap 4 jam pada malam hari. Namun banyak bayi merasa lapar kembali 2
jam setelah diberikan ASI.
Faktor penting yang berpengaruh dalam pemberian ASI:
Keadaan jiwa yang bahagia dan santai
Kekhawatiran serta ketidak bahagiaan adalah cara yang paling berpengaruh dalam
menurunnya atau bahkan meniadakan sama sekali sekresi buah dada.
Keletihan
Menghindarkan keletihan juga sangat berpengaruh dalam pemberian ASI, oleh
karena itu seorang ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan latihan serta
kegiatan fisik, sehingga dengan demikian ia akan mendapatkan perasaan sehat
dan kesejahteraan fisik.
Kebersihan
Minimal dalam satu hari buah dada harus dicuci dengan bersih. Kalau sabun yang
digunakan mengering pada puting susu dan daerah areola maka pemakaiannya
harus dihentikan. Sama sekali tidak diperkenakan menggunakan asam borat.
Beberapa orang ibu akan merasa lebih nyaman, kalau mereka dapat memakai bra
yang benar-benar cocok siang dan malam. Batasan mangkok-mangkok bra yang
terbuat dari plastik hendaknya disingkirkan. Lapisan bra yang sifatnya menyerap
(yang dapat dibeli dipasaran) atau sapu tangan yang bersih dan dapat ditempatkan
dalam bra untuk dapat menyerap susu yang mesih terus keluar.
Susunan makanan atau diet
susunan makanan yang diberikan kepada ibu yang baru melahirkan
hendaknya mengandung cukup banyak kalori untuk dapat
mengkompensasikan yang disekresikan di dalam air susu maupun yang
diperlukan untuk menghasilkan susu tersebut. Tidak ada sesuatu bahan
makanan yang perlu disingkirkan dari susunan makanan ibu, kecuali bahan
makanan yang bersangkutan dengan jelas menyebabkan timbulnya
gangguan pada bayi. Kalau masih memungkinkan, maka seorang ibu yang
sedang menyusui, sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan, oleh
karena banyak sediaan obat yang mempunyai pengaruh buruk yang akan
merugikan bayi.
Pengobatan yang menggunakan bahan-bahan seperti antitiroid, lithium,
bahan-bahan anti kanker, isoniazid dan fenidion merupakan kontraindikasi
untuk diberikan kepada para ibu.
2. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai
biologis tertentu, dan mempunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang
membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur
kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan
berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI
sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan.
Komposisi
ASI:
ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat.
ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan
laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.
ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan
ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi
yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
ProduksiASIselama2tahun
Catatan:
Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup dengan ASI saja.
Setelah berumur 4 bulan pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa
bubur susu atau nasi tim, buah dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu
tahun sudah siap mendapatkan makanan seperti orang dewasa.
850 ml/hari, selama 6 bulan 153.000 ml dengan jumlah kalori 108.000 kalori.
Sedangkan susu sapi diperlukn 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu bubuk
sebanyak 24.600 gram.
Kenyataannya, pemberian ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu botol
tidak dapat dihindari, karea ibu-ibu bekerja di luar rumah sedangkan di tempat kerja
tidak terdapat fasilitas untuk memberikan ASI dan penampungan bayi.
Manajemen Laktasi pada ibu yang bekerja:
Beri pengertian ibu tentang pentingnya ASI
Jelaskan prosedur menyusui yangbenar.
Jelaskan berbagai faktor yang dapat menghambat keluarnya ASI
Libatkan suami atau keluarga lain yang terlihat lebih dominan dalam keluarga agar
memahami dan dapat membatu istri untuk mempertahankan ASI.
Jangan memberi makanan tambahan apapun kepada bayi sebelum bayi berumur 6
bulan.
Susui sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali.
Biasakan pada malam hari untuk menyusui bayi. Porsi makan malam diperbesar.
Porsi makan malam diperbesar dan ibu tidak perlu takut untuk menjadi gemuk.
Tambahkan susu satu gelas untuk ibu sebelum ibu tidur.
Susui bayi pada pagi hari, dan keluarkan sampai payudara kosong setap kali habis
menyusui. ASI dapat disimpan di dalam kulkas atau termos yang diberi es. Susu ini
dapat diberikan kepada bayi di rumah ketika ibu ada di kantor..
Bila ibu bekerja sampai sore maka di tempat kerja ibu harus secara rutin memeras
susu dengan tangan dan menyimpannya dalam botol susu.
Pada malam hari usahakan bayi dapat menyusu sedkitnya 3x
Menu ibu menyusui harus dipenuhi.
Hindari penggunaan dot pada saat memberi ASI, gunakan sendok kecil.
Bila puting susu lecet, pemberian ASI jangan dihentikan, tetap disusui dan olesi
luka dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui
Segera konsultasi ke bidan atau dokter bila ada keluhan selama menyusui.
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare dibandingkan dengan bayi yang
diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita saluran
pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi ASI menderita infeksi lebih sedikit
karena : ASI bersih dan bebas bakteria, sehingga tidak membuat bayi sakit.
ASI mengandung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri
infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi sampai bayi bisa membuat
antibodinya sendiri.
ASI mengandung sel darah putih (leukosit) hidup yang membantu memerangi
infeksi.
ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bacteria khusus,
yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi Laktobacillus bitidus
mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah
pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi
3. Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal yang sering
terjadi. ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet yang dijalankan oleh
sang
ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang seorang ibu
mendapatkan bahwa makanan yang tidak biasa dimakannya akan mengganggu
bayinya, tapi banyak ibu dapat terus makan makanan yang biasa saat menyusui.
Bahkan bumbu yang keras, seperti cabai, tidak akan mempengaruhi ASI atau
mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
a. Susu awalSusu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu
ini kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b. Susu akhir Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih
daripada
susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat
susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 %
energi dalam ASI
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu:
a. Umur Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang
umumnya dapat mengahasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang
berumur lebih dari 30 tahun, sebab usia ini merupakan resiko tinggi dan erat
kaitannya dengan anemia gizi sehingga berpengaruh pada produksi ASI.
b. PendidikanPendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk
mebuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide baru. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap pola pemberian ASI terutama di kota-kota besar. Biasanya
ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan susu botol lebih dini
dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan lebih rendah. Di satu sisi, ibu
dengan pendidikan tinggi mengetahui bahwa tidak ada satupun susu formula
yang dapat menandingi ASI, namun di sisi lain ibu tersebut merasa tidak berguna
bila tidak mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga hal ini akan
menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk menyusui bayinya.
c. Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.
g. Susu Buatan
Memberi makanan buatan (artificial feeding) dapat dilakukan apabila
terdapat kontra indikasi untuk menyusui, produksi ASI sangat kurang atau
tidak ada, atau ibu tidak bersedia menyusui oleh karena takut kehilangan
daya tarik atau karena bekerja di luar rumah. Oleh karena minuman buatan
ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu, maka seterusnya akan disebut
pengganti ASI.
h. Keburukan Pemberian Makanan Buatan
1) Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu
menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan.
Bakteria tumbuh
sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi
sebelum susu tercium basi.
2) Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi,
untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan
lebih
sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
3) Pemborosan
Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli
cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih
sedikit dan
rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai
akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.
4) Kekurangan vitamin
Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.
5) Kekurangan zat besi
Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari
ASI. Bayi yang diberi makanan buatan bisa terkena anemia karena
kekurangan zat
besi.
6) Terlalu banyak garam
Susu sapi mengandung garam terlalu banyak yang kadang-kadang
menyebabkan hipernatremia (terlalu banyak garam dalam tubuh) dan kejang,
terutama bila anak terkena diare.
7) Terlalu banyak kalsium dan fosfat
Hal ini menyebabkan tetani yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-
kejang).
8) Lemak yang tidak cocok
Susu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh
dibandingkan ASI,
untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang
lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam
linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang
cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim kering tidak mengandung lemak,
sehingga tidak mengandung cukup banyak energi.
9) Protein yang tidak cocok
Susu sapi mengandung terlalu banyak protein kasein. Kasein ini
mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan
oleh ginjal bayi
yang belum sempuma. Petugas kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu
untuk mengencerkan susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total.
Tetapi, susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin
dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
10) Tidak bisa dicerna
Susu sapi lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase
untuk mencerna lemak. Juga karena kasein membentuk gumpalan susu tebal
yang sulit dicerna. Karena susu sapi lambat dicema maka lebih lama untuk
mengisi
lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi
yang diberikan susu sapi bisa menderita sembelit, yaitlu tinja menjadi Iebih
tebal dan keras.
11) Alergi
Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak
7. Peran Perawat
Peranan petugas dalam pendidikan kesehatan pada keluarga
khususnya ibu Pendidikan kesehatan tidak hanya berupa bimbingan pribadi
tetapi juga pendidikan umum bagi masyarakat. Petugas kesehatan harus
mencoba mendidik
masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus dilakukan oleh si
ibu. Akan
tetapi petugas kesehatan harus mengetahui masyarakat yang bagaimana di
tempat dia bekerja dan harus diketahui pula apa yang telah dilakukan
masyarakat untuk
kesehatan mereka sendiri termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi
dalam keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan. Pendidikan kesehatan dapat
diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain:
a) Beritahukan kepada para ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI
dan manajemen laktasi. Pada klinik pelayanan pranatal, kepada para
ibu hamil diberikan :
Informasi mengenai keuntungan menyusui dan manajemen laktasi
Bimbingan khusus kepada ibu hamil yang belum pernah menyusui dan
ibu yang mempunyai masalah laktasi.
Kalau memungkinkan penyuluhan diberikan dengan menggunakan alat
"audiovisual", alat peraga, poster, atau diberikan semacam "leaflet".
b) Bantulah para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam
pertama setelah melahirkan. Kepada para ibu dalam setengah jam
pertama setelah melahirkan diberi bantuan oleh petugas untuk:
Ibu dapat saling bersentuhan dengan bayinya/mengawali pemberian
ASI.
Kepada ibu dengan bedah besar (kalau ibu dan anak dalam keadaan
sehat), harus diberikan kesempatan untuk saling
bersentuhan/mengawali menyusui dalam setengah jam setelah ibu
sadar dan selanjutnya dilakukan rawat gabung.
c) Tunjukkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan
laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka. Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
Memberikan bantuan kepada semua ibu bagaimana cara menyusui
yang benar, dalam waktu 6 jam setelah melahirkan.
Diperlihatkan kepada semua ibu yang menyusui bagaimana cara
meletakkan bayi dan melekatkan mulut bayi dengan benar pada saat
bayi sedang menyusu.
Kepada ibu-ibu yang menyusui diberi petunjuk bagaimana caranya
mengeluarkan ASI secara manual, apabila terpaksa ibu terpisah dari
bayinya. Dengan demikian produksi ASI dapat tetap dipertahankan dan
ASI-nya dapat diberikan kepada bayinya.
Ibu-ibu yang belum pemah menyusui dan ibu-ibu dengan masalah
laktasi, diberi bantuan khusus dan nasihat mengenai di mana mereka
dapat memperoleh bantuan kalau nanti masih ada masalah setelah
mereka pulang.
d) Jangan beri makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru lahir
selain ASI,
kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan
peningkatan penggunaan ASI:
Tidak memberikan minuman lain selain ASI, kecuali atas indikasi yang
jelas.
Misalnya: ibu dengan komplikasi persalinan yang berat sehingga tidak
memungkinkan pada saat itu untuk menyusui.
e) Setelah melahirkan, ibu dan bayi dirawat bersama dalam satu kamar
selama 24jam sehari. Pemisahan hanya dilakukan kalau ada indikasi
medis yang jelas. Harus ada fasilitas rawat gabung di rumah sakit
/RSB/Puskesmas.
Untuk bayi yang lahir normal, bayi selalu bersama ibu.
Untuk ibu/bayi yang mengalami komplikasi, rawat gabung dilakukan
setelah
kondisinya memungkinkan untuk rawat gabung
f) Anjurkan pemberian ASI tanpa dijadwal (on demand). Kepada ibu-ibu
yang menyusui dianjurkan memberikan ASI bila bayi maupun ibu
menghendaki, tanpa dijadwal. Karena pemberian ASI yang tanpa
dijadwal, disertai dengan tidak ada pembatasan mengenai lama maupun
frekuensi pemberian ASI, akan melancarkan produksi ASI.
g) Jangan beri dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu.
Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak
memberikan susu dengan menggunakan dot atau memberi kempeng
(pacifier) kepada bayi yang baru belajar menyusu, karena dapat
mengakibatkan bayi bingung puting. Bila bayi dirawat terpisah, ASI
diberikan dengan sendok, pipet, atau sonde. Demikian
pula pemakaian susu formula atas indikasi medis, tidak diberikan
dengan menggunakan botol dot.
h) Harus ditekankan pula kepada ibu-ibu agar sedapat mungkin
memberikan ASI saja sampai anak berumur 4 bulan, setelah itu baru
diberikan makanan tambahan.
i) Menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu
yakin bahwa menyusui merupakan topik yang harus dimasukkan dalam
penyuluhan di BKIA, diruang rawat jalan rumah sakit, di puskesmas.
Tidak perlu berbicara mengenai menyusui setiap minggu. Sebaiknya
menyusui merupakan salah satu topik dalam rencana pendidikan
kesehatan. Petugas kesehatan harus mencoba untuk berdiskusi dengan
ibu bukan berceramah.
j) Beritahukan kepada ibu bahwa kolostrum penting untuk bayi. Adanya
kebiasaan masyarakat membuang kolostrum (susu pertama) karena
anggapan kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi
padahal meningkatkan kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling
tinggi gizi dan
zat kekebalannya.
8. Peran Suami dan Keluarga pada ibu menyusui
Menyusui akan mempengaruhi seluruh keluarga khususnya suami. Suami
harus dilibatkan dalam perpisahan, keberhasilan menyusui secara eksklusif
karena sikap suami dalam memberikan dorongan atau sokongan moril dan
material sangat penting untuk menentukan kegagalan ataupun keberhasilan
seorang ibu khususnya yang bekerja di luar rumah dalam pemberian ASI
eksklusif pada bayinya. Disamping itu dukungan dari orang tua maupun
anggota keluara terdekat lain juga sangat mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI eksklusif.
Menyusui secara penuh hanya berlangsung selama 4-6 bulan. Selama masa
itu banyak hal yang dapat dilakukan seorang ayah untuk menjalin hubungan
dengan bayinya. Dia dapat melakukan semua yang dilakukan seorang ibu
kecuali menyusui, untuk mempererat hubungan dengan bayinya.
Lagipula suami perlu memberi dukungan dan semangat pada istrinya yang
menyusui dan si bayi. Penelitian menunjukkan bahwa sikap positif suami
terhadap kegiatan menyusui sangat penting untuk menentukan apakah istri
memilih akan menyusui si bayi, dan kemudian meneruskannya.s