Anda di halaman 1dari 22

ASKEP KELUARGA

A. DEFINISI
1. ASI (Air Susu Ibu)
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling
cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi
bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative
tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis dalam
darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh
faksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan. Pengaruh tersebut akan
terlihat sangat menonjol pada periode neonatus, tetapi nampaknya tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan pada imunisasi aktif, yang akan dikerjakan jika
bayi tersebut telah mencapai usia 2, 4 & 6 bulan. Telah pula dapat diperlihatkan
bahwa pertumbuhan virus-virus yang menyebabkan timbulnya parotitis epidemica,
influenza, vaksinia dan B encephalitis jepang dapat dihambat oleh bahan-bahan
yang terdapat dalam ASI. Antibody yang di telan yang berasal dari kolostrum dan
ASI dapat memberikan kekebalan saluran penceran makanan lokal terhadap
organisme yang memasuki tubuh melalui jalan tersebut.
ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air dadih yang mengikat
zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan zat besi serta
mempunyai pengaruh yang menghambat atas pertumbuhan E coli dalam usus.
Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu sapi
kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang mendapatkan ASI terutama
sakali adalah kelompok laktobasilus berlawanan dengan kelompok koliform yang
terdapat menonjol dalam tinja bayi yang diberi makanan secara artificial. ASI
mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan memberikan kemudahan
kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus pada bayi
yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh beberapa jenis E coli.
Susu yang berasal dari seorang ibu yang mendapatkan susunan makanan
yang secara kuantitatif mencukupi serta berimbang secara semestinya dapat
memasok bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan
kecuali mungkin vitamin D, setelah beberapa bulan dan fluorida. Kendatipun
penyediaan air minum umum mengandung cukup banyak flourida didalamnya,
namun sorang bayi yang mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali
menerima flourida yang berasal dari tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus
mendapatkan pemasukan fluoride selama bulan-bulan pertama kehidupannya.
Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuki kebutuhan bayi
selama 6-9 bulan pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat besi yang terdapat
dalam ASI dapat diserap dengan baik oleh bayi, oleh karena itu bayi yang
mendapat ASI mungkin tidak memerlukan penambahan zat besi selama tahun
pertama kehidupannya. ASI mengandung cukup banyak persediaan vitamin C
untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan catatan bahwa ibu yang
bersangkutan juga mendapatkan vitamin C dengan secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini mungkin setelah
persalinan, begitu pula dengan keadaan ibu maupun bayi yang bersangkutan
memungkinkan nya untuk mendapatkan ASI dalam jarak waktu beberapa jam
setelah lahir. Frekuensi pemberian ASI masing-masing setiap 3 jam pada siang hari
dan setiap 4 jam pada malam hari. Namun banyak bayi merasa lapar kembali 2
jam setelah diberikan ASI.
Faktor penting yang berpengaruh dalam pemberian ASI:
Keadaan jiwa yang bahagia dan santai
Kekhawatiran serta ketidak bahagiaan adalah cara yang paling berpengaruh dalam
menurunnya atau bahkan meniadakan sama sekali sekresi buah dada.

Keletihan
Menghindarkan keletihan juga sangat berpengaruh dalam pemberian ASI, oleh
karena itu seorang ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan latihan serta
kegiatan fisik, sehingga dengan demikian ia akan mendapatkan perasaan sehat
dan kesejahteraan fisik.

Kebersihan
Minimal dalam satu hari buah dada harus dicuci dengan bersih. Kalau sabun yang
digunakan mengering pada puting susu dan daerah areola maka pemakaiannya
harus dihentikan. Sama sekali tidak diperkenakan menggunakan asam borat.
Beberapa orang ibu akan merasa lebih nyaman, kalau mereka dapat memakai bra
yang benar-benar cocok siang dan malam. Batasan mangkok-mangkok bra yang
terbuat dari plastik hendaknya disingkirkan. Lapisan bra yang sifatnya menyerap
(yang dapat dibeli dipasaran) atau sapu tangan yang bersih dan dapat ditempatkan
dalam bra untuk dapat menyerap susu yang mesih terus keluar.
Susunan makanan atau diet
susunan makanan yang diberikan kepada ibu yang baru melahirkan
hendaknya mengandung cukup banyak kalori untuk dapat
mengkompensasikan yang disekresikan di dalam air susu maupun yang
diperlukan untuk menghasilkan susu tersebut. Tidak ada sesuatu bahan
makanan yang perlu disingkirkan dari susunan makanan ibu, kecuali bahan
makanan yang bersangkutan dengan jelas menyebabkan timbulnya
gangguan pada bayi. Kalau masih memungkinkan, maka seorang ibu yang
sedang menyusui, sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan, oleh
karena banyak sediaan obat yang mempunyai pengaruh buruk yang akan
merugikan bayi.
Pengobatan yang menggunakan bahan-bahan seperti antitiroid, lithium,
bahan-bahan anti kanker, isoniazid dan fenidion merupakan kontraindikasi
untuk diberikan kepada para ibu.

2. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai
biologis tertentu, dan mempunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang
membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur
kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan
berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI
sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan.

Komposisi
ASI:
ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat.
ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan
laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.
ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan
ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi
yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
ProduksiASIselama2tahun

Catatan:
Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup dengan ASI saja.
Setelah berumur 4 bulan pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa
bubur susu atau nasi tim, buah dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu
tahun sudah siap mendapatkan makanan seperti orang dewasa.
850 ml/hari, selama 6 bulan 153.000 ml dengan jumlah kalori 108.000 kalori.
Sedangkan susu sapi diperlukn 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu bubuk
sebanyak 24.600 gram.
Kenyataannya, pemberian ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu botol
tidak dapat dihindari, karea ibu-ibu bekerja di luar rumah sedangkan di tempat kerja
tidak terdapat fasilitas untuk memberikan ASI dan penampungan bayi.
Manajemen Laktasi pada ibu yang bekerja:
Beri pengertian ibu tentang pentingnya ASI
Jelaskan prosedur menyusui yangbenar.
Jelaskan berbagai faktor yang dapat menghambat keluarnya ASI
Libatkan suami atau keluarga lain yang terlihat lebih dominan dalam keluarga agar
memahami dan dapat membatu istri untuk mempertahankan ASI.
Jangan memberi makanan tambahan apapun kepada bayi sebelum bayi berumur 6
bulan.
Susui sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali.
Biasakan pada malam hari untuk menyusui bayi. Porsi makan malam diperbesar.
Porsi makan malam diperbesar dan ibu tidak perlu takut untuk menjadi gemuk.
Tambahkan susu satu gelas untuk ibu sebelum ibu tidur.
Susui bayi pada pagi hari, dan keluarkan sampai payudara kosong setap kali habis
menyusui. ASI dapat disimpan di dalam kulkas atau termos yang diberi es. Susu ini
dapat diberikan kepada bayi di rumah ketika ibu ada di kantor..
Bila ibu bekerja sampai sore maka di tempat kerja ibu harus secara rutin memeras
susu dengan tangan dan menyimpannya dalam botol susu.
Pada malam hari usahakan bayi dapat menyusu sedkitnya 3x
Menu ibu menyusui harus dipenuhi.
Hindari penggunaan dot pada saat memberi ASI, gunakan sendok kecil.
Bila puting susu lecet, pemberian ASI jangan dihentikan, tetap disusui dan olesi
luka dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui
Segera konsultasi ke bidan atau dokter bila ada keluhan selama menyusui.
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare dibandingkan dengan bayi yang
diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita saluran
pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi ASI menderita infeksi lebih sedikit
karena : ASI bersih dan bebas bakteria, sehingga tidak membuat bayi sakit.
ASI mengandung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri
infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi sampai bayi bisa membuat
antibodinya sendiri.
ASI mengandung sel darah putih (leukosit) hidup yang membantu memerangi
infeksi.
ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bacteria khusus,
yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi Laktobacillus bitidus
mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah
pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi
3. Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal yang sering
terjadi. ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet yang dijalankan oleh
sang
ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang seorang ibu
mendapatkan bahwa makanan yang tidak biasa dimakannya akan mengganggu
bayinya, tapi banyak ibu dapat terus makan makanan yang biasa saat menyusui.
Bahkan bumbu yang keras, seperti cabai, tidak akan mempengaruhi ASI atau
mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
a. Susu awalSusu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu
ini kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b. Susu akhir Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih
daripada
susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat
susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 %
energi dalam ASI
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu:
a. Umur Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang
umumnya dapat mengahasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang
berumur lebih dari 30 tahun, sebab usia ini merupakan resiko tinggi dan erat
kaitannya dengan anemia gizi sehingga berpengaruh pada produksi ASI.
b. PendidikanPendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk
mebuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide baru. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap pola pemberian ASI terutama di kota-kota besar. Biasanya
ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan susu botol lebih dini
dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan lebih rendah. Di satu sisi, ibu
dengan pendidikan tinggi mengetahui bahwa tidak ada satupun susu formula
yang dapat menandingi ASI, namun di sisi lain ibu tersebut merasa tidak berguna
bila tidak mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga hal ini akan
menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk menyusui bayinya.
c. Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.

5. Kontra Indikasi Pemberian ASI


Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan.
a. Faktor ibu
Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu
Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang
telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada
bayinya.
Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastase.
Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan
sehingga dapat membahayakan bayi.
Ibu dengan infeksi virus.
Ibu dengan TBC atau lepra.
b. Faktor dari bayi
Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi
ASI.
Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak
dibenarkan untuk mendapatkan ASI
Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga
bahaya aspirasi mengancam.
Bayi dengan cacat bawaan yang tidak munkin menelan (labiokisis,
palatognatokisis, labiognatopalatokisis).
Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
Pada kasus tersebut untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan
dokter anak.
c. Keadaan patologi pada payudara
Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI
yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian
masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter
sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan
konsultasi adalah.
Infeksi payudara
Terdapat abses yang memerlukan insisi
Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
ASI yang bercampur dengan darah.
Memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas sudah wajarlah bila payudara
yang sangat vital dipelihara sebagaimana mestinya. Salah satu tugas utama
wanita adalah memberikan ASI yan merupakan tugas alami yang hakiki.
6. Penyuluhan pada ibu dan keluarga
a. Perawatan Mamae
Kedua mamae harus sudah dirawat selama kehamilan
1) Areola mamma dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak
atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah-
pecah.
2) Sebelum menyusui mammae harus dibuat lemas dengan melakukan massage
secara menyeluruh.
3) Setelah areola mammae dan puting dibersihkan, barulah bayi disusui
b. Masalah Yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
1) Puting Rata (Inverted or retracted nipples)
Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik
putin sejak hamil (nipple conditionin exercises). Harus terus menyusui agar
puting selalu sering tertarik.
2) Putting lecet (Sore or cracked nipples)
Dapat disebabkan oleh teknik menyusui yang salah atau perawatan yang
tidak betul pada payudara. Infeksi monila dapat mengakibatkan lecet.
Penatalaksanaan:
Teknik menyusui yang benar,Puting harus kering,Pemberian lanolin dan
vitamin E
Pengobatan terhadap monilia, Menyusui pada payudara yang tidak lecet.
Bila lecetnya hebat maka menyusui dapat ditunda 24-48 jam. ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
Pencegahan:
Jangan membersihkan puting dengan sabun dan zat pembersih lain, hanya
dengan air, Teknik menyusui harus benar, Puting susu dan areola harus
kering setelah menyusui, Jangan memakai lapisan plastik pada BH
Perawatan yang dilakukan untuk mengatasi puting susu yang terasa sakit,
sebelum rasa sakit akibat lecet dan pecah-pecah terjadi adalah:
Dianjurkan untuk membiarkan putting susu terkena udara
Pengolesan dengan lanolin murni
Dihindarkan dari pemakaian sabun, alcohol serta tingtura benzoin
Sering-sering mengganti lapisan pelindung yang dapat dibuang, yang
membatasi mangkuk-mangkuk kutang yang dipakai ibu
3) Payudara bengkak (Breast engorgement)
Disebabkan karena pengeluaran ASI tidak lancer karena bayi tidak
cukup dan sering menyusu atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan
adanya gangguan let-down reflex.
Penatalaksanaan:
Menyusui lebih sering, Kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan
pompa, lakukan pemijatan tetapi akan menimbulkan rasa nyeri/ sakit
Pemberian analgetika
4) Saluran tersumbat (Obstructed duct/ Caked breast)
Terjadi statis pada saluran ASI (duktus laktiferus) secara local, sehingga
timbul benjolan local.
Penatalaksanaan:
Terus menyusui, malahan sebaikbnya menyusui dengan payudara
yang sakit dahulu, Lakukan pemijatan (masase) baian yang sakit, Kompres
hangat.
Pencegahan:
Meyusui yang sering, Memakai BH yang memadai dan dapat
menutupi/menyokong seluruh bagian payudara
Hindari tekanan local pada payudara
5) Infeksi payudara (Mastitis)
Suatu proses infeksi pada payudara yang dpaat menimbulkan reaksi
sistemik ibu, misalkan demam. Payudara tampak bengkak, kemerahan dan
dirasakan nyeri. Biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
Penatalaksanaan:
Jangan berhenti menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau
dipompa, jangan melakukan masase/ pijat
Istirahat
Kompres hangat/ dingin,Berikan antibiotika dan analgetika, Minum banyak
6) Abses payudara
Dapat terjadi sekunder pada mastitis atau obstructed breast atau luka pada
payudara yang terinfeksi.
Penatalaksanaan:
Berhenti menyusui pada payudara yang ada absesnya, ASI harus terus
dipompa, Lakukan insisi abses, Berikan antibiotika dan analgetika
Istirahat
7) Reluctant nurser (Bayi yang tidak suka menyusu)
Suatu keadaan di mana bayi tidak suka/mau menyusu. Bayi yang
enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena kadang-kadang
itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa anak,
misal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis,
hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk. Penyebab lain dari bayi
enggan menyusu adalah :

a) Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas.


b) Bayi sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu mengisap.
c) Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan
botol dot.
d) Bayi ditinggal lama karena ibu sakit/bekerja.
e) Bayi bingung puting
f) Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek.
g) Teknik menyusui yang salah.
h) ASI kurang lancar/yang terlalu deras memancar
i) Pemberian makanan yang terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI eksklusif
sampai bayi umur 4 bulan.
j) Pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh. Akibatnya
sebentar-sebentar bayi akan berhenti menghisap.
Penatalaksanaan dengan jalan: Menyusui yang sering, sehingga payudara
tidak terlalu penuh yang menyebabkan pancaran ASI keras.Dapat pula
payudara dipijat sebelum memulai menyusui agar pancaran keras yang
terjadi pada permulaan menyusui sudah berkurang dahulu sebelum bayi
dibolehkan menghisap.Dapat diusahakan untuk menyusui dengan berbaring
terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara
k) Nipple confusion (bingung puting)
Pada bayi yang waktu menyusui diselang-seling dengan susu botol
sering mengalami kebingungan, karena anatomi puting susu dan dot sangat
lain. Pada menyusui si bayi harus menghisap dengan cukup kuat, pada dot
susu akan mengalir dengan isapan yang ringan. Hal ini menyebabkan bayi
malas menyusu pada ibunya. Dapat pula terjadi pada puting susu yang kecil
atau rata. Pada keadaan ini bayi tidak berhasil menangkap puting untuk
dihisap, seingga tidak suka menyusu.

Penatalaksanaan dengan jalan:


Menghindari pemakaian dot botol. Bila diperlukan pengganti ASI pakailah
sendok atau pipet.
l) Pada bayi yang mengantuk kadang-kadang malas menyusu. Untuk
mengatasi agar bayi jangan mengantuk atau tertidur, buka selimut dan baju
bayi supaya bayi terasa dingin dan terbangun. Bila bayi mengantuk juga
harus dibangunkan.
c. Keuntungan Pemberian ASI
Keuntungan pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1) Air susu ibu adalah bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir dengan
cukup umur, selama bulan-bulan pertama kehidupan mereka.
2) ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih
cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi
lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan buatan
3) Air Susu Ibu itu selalu segar dan bebas dari segala macam bacteria yang
menularkan, sehingga dengan demikian kemungkinan akan terjadinya
gangguan saluran pencernaan makanan menjadi lebih kecil
4) ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
5) ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak
menyusui bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu percaya bahwa
ASI dalam payudara bisa basi, padahal hal ini tidak akan terjadi.
6) Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan.
7) Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan
berikutnya.
8) Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu
terjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan
mencintai satu sarna lain. Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat
dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian
hari.
9) ASI murah, tidak perlu dibeli
10) Semua ASI khusus untuk bayi, sedangkan susu buatan lainnya dapat
digunakan untuk keluarga lain dan tamu.
11) ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan
anak sampai tahun kedua kehidupan.
12) Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat
meningkatkan martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
13) ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi.
14) ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan
mempunyai substansi spesifik untuk bayi.
15) ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang
terjamin.
16) ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apapun, sedangkan susu
botol hanya cukup 4 jam.
17) Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari
beberapa penyakit tertentu.
18) Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan:
Terjadi laktasi amenorea, dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu
relatif 3 sampai 4 bulan.
Mempercepat terjadinya involusi uterus.
Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mamae.
Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik sehingga
menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna.
19) Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pembeian ASI dengan
jalan call feeding.
Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari
2) Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan
3) Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
4) Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif. d. Teknik
Menyusui
Teknik pemeberian ASI perlu diperhatikan secara seksama. Bayi
harus dalam keadaan lapar pada saat dia akan disusukan, pakaiannya harus
kering, tidak terlalu dingin ataupun tidak terlalu panas serta digendong
secara nyaman dalam kedudukan setengah duduk.
1) Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan, seperti
kapas, air hangat, handuk kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk penopang
bayi, selimut kecil, dan penopang kaki ibu. Siapkan semua sesuai dengan
kebutuhan.
2) Baringkan bayi di atas bantal denga baik sehingga posisi bayi saling
berhadapan dengan ibu. Perut bu berhadapan dan bersentuhan dengan
perut bayi. Perhatikan kepala agar tidak terjadi pemuntiran leher dan
punggung bayi harus lurus (tidak membungkuk).
3) Mula-mula masase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi
puting susu, tujuannya untuk menjaga kelembapan puting. Kemudian
oleskan puting susu ibu ke bibir bayi untuk merangsang refleks hisap bayi
(rooting refleks).
4) Topang payudara dengan tanga kiri atau tangan kanan dan empat jari
menahan bagian bawah areola mamae sampai bayi membuka mulutnya.
5) Setelah bayi siap menyusu masukan puting susu sampai daerah ereola
mamae masuk ke mulut bayi. Pastikan bayi menghisap dengan benar dan
biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Jaga agar posisi kepala tidak
menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusu
dengan benar. Saat menghisap akan sering terlepas karena tidak ada
tahanan pada kepala. Mulut bayi tidak tertekan pada buah dada ibu.
6) Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi
dapat menghisap denga benar. ASI keluar dengan lancar dan puting susu
ibu tidak lecet. Bila posisi tidak benar dan puting susu ibu lecet akan menjadi
pintu masuk kuman yang membahayakan ibu dan bayi.
7) Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua
payudara sehingga mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada
kedua payudara.
8) Bila menhadapi masalah, segera cari bantuan petugas yang memahami tata
laksana ASI sehingga segera mendapatkan pemecahannya, karena bila
produksi ASI mengalami penekanan, produksinya akan segera berhenti dan
sulit untuk dirangsang kembali.
9) Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya puting susu dan sekitarnya dibasahi
oleh ASI dan biarkan kering sendiri untuk menjags kelembapan.
10) Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan meletakkan
bayi telungkup kemudian punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau
bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tepuk punggung bayi.

Menyusui waktu malam


Beberapa ibu mencoba menidurkan bayi mereka sepanjang malam tanpa
disusui. Sebenarnya, akan lebih baik hila ibu menyusui bayinya pada waktu
malam
hari selama diinginkan oleh bayi, karena :
Menyusui waktu malam membantu menjaga pasokan ASI karena bayi
mengisap lebih sering,
Menyusui waktu malam sangat bermanfaat bagi ibu pekerja, dan
Menyusui waktu malam sangat renting untuk menunda kehamilan
e. Lama menyusui
Petugas kesehatan dahulu sering menasihati ibu untuk menyusui dalam
waktu sangat singkat, misalnya 2-3 menit pada beberapa hari pertama. dan
5-10 menit hari-hari kemudian. Mereka percaya bahwa bila isapan bayi yang
terlalu lama bisa menyebabkan nyeri pada puting susu. Sekarang telah
diketahui bahwa lama menyusui tidak menjadi masalah mengisap dalam
posisi salahlah yang mennyebabkan nyeri pada puting susu. Oleh karena itu,
harus diperhatikan agar :
Mulut bayi pas pada puting susu dan kemudian biarkan bayi mengisap
semuanya.
Banyak bayi yang selesai menyusu dalam waktu 5-10 menit, tetapi sering
ada yang lama, mungkin sampai setengah jam. Ini tidak menjadi masalah.
Penelitian mutakhir memperlihatkan bahwa bayi yang menyusu dengan
lambat mendapatkan ASI sama banyaknya dengan bayi yang menyusu
dengan cepat. Bila ibu yang bayinya menyusu dengan lambat berhenti
menyusui sebelurn bayi selesai, bayi mungkin tidak mendapat susu akhir
yang kaya energi yang diperlukan untuk turnbuh dengan baik.
f. Pemberian minum pada bayi (bila bayi dengan berat lahir rendah)
Pada umumnya bayi lahir rendah sudah harus diberi minum dalam waktu 2
jam sesudah lahir. Bila mungkin berikanlah susu ibu yang dipompa
(expressed breast milk) dan yang segar, oleh karena ASI dari bank ASI
mengandung nilai energi (energy value) yangrendah bila dibandingkan
dengan AS yang segar. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar lemak di
dalam susu dari bank ASI. Untuk bayi berat lahir rendah yang sehat volume
susu yang diberikan adalah sebagai berikut:
Umur 1 hari : 60 ml/kg
Umur 2 hati : 90 ml/kg
Umur 3 hari : 120 ml/kg
Umur 4 hari : 150 ml/kg
Umur 10 hari : 180 ml/kg
Umur 14 hari : 200 ml/kg
Untuk beberapa bayi terutama bayi kecil untuk masa kehamilan mungkin
lebih dari 200 ml/kg dan mungkin mencapai 250 ml/kg/hari. Untuk bayi berat
lahir rendah yang baru sembuh dari penyakit berat:
Hari pertama : 20 ml/kg
Hari kedua : 40 ml/kg
Hari ketiga : 60 ml/kg
Hari keempat : 80 ml/kg
Hari kelima : 100 ml/kg
Hari keenam : 120 ml/kg
Hari ketujuh : 150 ml/kg
Pada bayi dengan berat di atas 1500 gram dapat dimulai dengan 3
ml/kg/setiap 2 jam dan setiap kali bayi akan diberi minum, cairan lambung
harus dikeluarkan. Pemberian minum berikutnya dapat ditambah 1 ml-20 ml
setiap kali minum. Berikutnya mungkin dapat diberi minum setiap 3 jam. Bila
cairan lambung yang dihisap lebih dari 2 ml, maka jumlah susu yang akan
diberikan harus dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
sebelumnya. Kegaalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya
berat badan yang lebih dari 10% yang disebabkan oleh pencemaran kuman
patoe atau susunan nutrien yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.

g. Susu Buatan
Memberi makanan buatan (artificial feeding) dapat dilakukan apabila
terdapat kontra indikasi untuk menyusui, produksi ASI sangat kurang atau
tidak ada, atau ibu tidak bersedia menyusui oleh karena takut kehilangan
daya tarik atau karena bekerja di luar rumah. Oleh karena minuman buatan
ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu, maka seterusnya akan disebut
pengganti ASI.
h. Keburukan Pemberian Makanan Buatan
1) Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu
menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan.
Bakteria tumbuh
sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi
sebelum susu tercium basi.
2) Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi,
untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan
lebih
sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
3) Pemborosan
Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli
cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih
sedikit dan
rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai
akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.
4) Kekurangan vitamin
Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.
5) Kekurangan zat besi
Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari
ASI. Bayi yang diberi makanan buatan bisa terkena anemia karena
kekurangan zat
besi.
6) Terlalu banyak garam
Susu sapi mengandung garam terlalu banyak yang kadang-kadang
menyebabkan hipernatremia (terlalu banyak garam dalam tubuh) dan kejang,
terutama bila anak terkena diare.
7) Terlalu banyak kalsium dan fosfat
Hal ini menyebabkan tetani yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-
kejang).
8) Lemak yang tidak cocok
Susu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh
dibandingkan ASI,
untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang
lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam
linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang
cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim kering tidak mengandung lemak,
sehingga tidak mengandung cukup banyak energi.
9) Protein yang tidak cocok
Susu sapi mengandung terlalu banyak protein kasein. Kasein ini
mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan
oleh ginjal bayi
yang belum sempuma. Petugas kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu
untuk mengencerkan susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total.
Tetapi, susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin
dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
10) Tidak bisa dicerna
Susu sapi lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase
untuk mencerna lemak. Juga karena kasein membentuk gumpalan susu tebal
yang sulit dicerna. Karena susu sapi lambat dicema maka lebih lama untuk
mengisi
lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi
yang diberikan susu sapi bisa menderita sembelit, yaitlu tinja menjadi Iebih
tebal dan keras.
11) Alergi
Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak

masalah alergi, misalnya asma dan eksim.

7. Peran Perawat
Peranan petugas dalam pendidikan kesehatan pada keluarga
khususnya ibu Pendidikan kesehatan tidak hanya berupa bimbingan pribadi
tetapi juga pendidikan umum bagi masyarakat. Petugas kesehatan harus
mencoba mendidik
masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus dilakukan oleh si
ibu. Akan
tetapi petugas kesehatan harus mengetahui masyarakat yang bagaimana di
tempat dia bekerja dan harus diketahui pula apa yang telah dilakukan
masyarakat untuk
kesehatan mereka sendiri termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi
dalam keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan. Pendidikan kesehatan dapat
diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain:
a) Beritahukan kepada para ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI
dan manajemen laktasi. Pada klinik pelayanan pranatal, kepada para
ibu hamil diberikan :
Informasi mengenai keuntungan menyusui dan manajemen laktasi
Bimbingan khusus kepada ibu hamil yang belum pernah menyusui dan
ibu yang mempunyai masalah laktasi.
Kalau memungkinkan penyuluhan diberikan dengan menggunakan alat
"audiovisual", alat peraga, poster, atau diberikan semacam "leaflet".
b) Bantulah para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam
pertama setelah melahirkan. Kepada para ibu dalam setengah jam
pertama setelah melahirkan diberi bantuan oleh petugas untuk:
Ibu dapat saling bersentuhan dengan bayinya/mengawali pemberian
ASI.
Kepada ibu dengan bedah besar (kalau ibu dan anak dalam keadaan
sehat), harus diberikan kesempatan untuk saling
bersentuhan/mengawali menyusui dalam setengah jam setelah ibu
sadar dan selanjutnya dilakukan rawat gabung.
c) Tunjukkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan
laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka. Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
Memberikan bantuan kepada semua ibu bagaimana cara menyusui
yang benar, dalam waktu 6 jam setelah melahirkan.
Diperlihatkan kepada semua ibu yang menyusui bagaimana cara
meletakkan bayi dan melekatkan mulut bayi dengan benar pada saat
bayi sedang menyusu.
Kepada ibu-ibu yang menyusui diberi petunjuk bagaimana caranya
mengeluarkan ASI secara manual, apabila terpaksa ibu terpisah dari
bayinya. Dengan demikian produksi ASI dapat tetap dipertahankan dan
ASI-nya dapat diberikan kepada bayinya.
Ibu-ibu yang belum pemah menyusui dan ibu-ibu dengan masalah
laktasi, diberi bantuan khusus dan nasihat mengenai di mana mereka
dapat memperoleh bantuan kalau nanti masih ada masalah setelah
mereka pulang.
d) Jangan beri makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru lahir
selain ASI,
kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan
peningkatan penggunaan ASI:
Tidak memberikan minuman lain selain ASI, kecuali atas indikasi yang
jelas.
Misalnya: ibu dengan komplikasi persalinan yang berat sehingga tidak
memungkinkan pada saat itu untuk menyusui.
e) Setelah melahirkan, ibu dan bayi dirawat bersama dalam satu kamar
selama 24jam sehari. Pemisahan hanya dilakukan kalau ada indikasi
medis yang jelas. Harus ada fasilitas rawat gabung di rumah sakit
/RSB/Puskesmas.
Untuk bayi yang lahir normal, bayi selalu bersama ibu.
Untuk ibu/bayi yang mengalami komplikasi, rawat gabung dilakukan
setelah
kondisinya memungkinkan untuk rawat gabung
f) Anjurkan pemberian ASI tanpa dijadwal (on demand). Kepada ibu-ibu
yang menyusui dianjurkan memberikan ASI bila bayi maupun ibu
menghendaki, tanpa dijadwal. Karena pemberian ASI yang tanpa
dijadwal, disertai dengan tidak ada pembatasan mengenai lama maupun
frekuensi pemberian ASI, akan melancarkan produksi ASI.
g) Jangan beri dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu.
Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak
memberikan susu dengan menggunakan dot atau memberi kempeng
(pacifier) kepada bayi yang baru belajar menyusu, karena dapat
mengakibatkan bayi bingung puting. Bila bayi dirawat terpisah, ASI
diberikan dengan sendok, pipet, atau sonde. Demikian
pula pemakaian susu formula atas indikasi medis, tidak diberikan
dengan menggunakan botol dot.
h) Harus ditekankan pula kepada ibu-ibu agar sedapat mungkin
memberikan ASI saja sampai anak berumur 4 bulan, setelah itu baru
diberikan makanan tambahan.
i) Menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu
yakin bahwa menyusui merupakan topik yang harus dimasukkan dalam
penyuluhan di BKIA, diruang rawat jalan rumah sakit, di puskesmas.
Tidak perlu berbicara mengenai menyusui setiap minggu. Sebaiknya
menyusui merupakan salah satu topik dalam rencana pendidikan
kesehatan. Petugas kesehatan harus mencoba untuk berdiskusi dengan
ibu bukan berceramah.
j) Beritahukan kepada ibu bahwa kolostrum penting untuk bayi. Adanya
kebiasaan masyarakat membuang kolostrum (susu pertama) karena
anggapan kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi
padahal meningkatkan kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling
tinggi gizi dan
zat kekebalannya.
8. Peran Suami dan Keluarga pada ibu menyusui
Menyusui akan mempengaruhi seluruh keluarga khususnya suami. Suami
harus dilibatkan dalam perpisahan, keberhasilan menyusui secara eksklusif
karena sikap suami dalam memberikan dorongan atau sokongan moril dan
material sangat penting untuk menentukan kegagalan ataupun keberhasilan
seorang ibu khususnya yang bekerja di luar rumah dalam pemberian ASI
eksklusif pada bayinya. Disamping itu dukungan dari orang tua maupun
anggota keluara terdekat lain juga sangat mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI eksklusif.
Menyusui secara penuh hanya berlangsung selama 4-6 bulan. Selama masa
itu banyak hal yang dapat dilakukan seorang ayah untuk menjalin hubungan
dengan bayinya. Dia dapat melakukan semua yang dilakukan seorang ibu
kecuali menyusui, untuk mempererat hubungan dengan bayinya.
Lagipula suami perlu memberi dukungan dan semangat pada istrinya yang
menyusui dan si bayi. Penelitian menunjukkan bahwa sikap positif suami
terhadap kegiatan menyusui sangat penting untuk menentukan apakah istri
memilih akan menyusui si bayi, dan kemudian meneruskannya.s

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IBU MENYUSUI


A. PENGKAJIAN
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga dan ibu, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga dan ibu, komposisi keluarga.
b. Tipe keluarga
c. Suku bangsa
d. Agama
e. Status sosial ekonomi keluarga
f. Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga
c. Mobilitas eorafis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sumber pendukung keluarga
f. Sumber yang tidak mendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Kaji kultur/budaya keluarga
Kaji sikap suami saat istri/ibu menyusui
Pola laktasi
Kaji tentang perawatan ANC
Kaji nutrisi pada keluarga, terutama ibu
b. Fungsi Sosialisasi
Kaji skap keluarga terhadap ibu yang menyusui
Kaji sumber dukungan
Kaji sumber yang tidak mendukung
c. Fungsi Kognitif
Kaji pengetahuan ibu dan keluarga tentang ASI
Kaji sumber dukungan keluarga dengan kartu KMS
Tanyakan pada keluarga nutrisi apa saja yang telah diberikan pada
anggota keluarga yang menyusui
d. Perawatan kesehatan
Mengenal masalah kesehatan (terutama ASI)
Mengambl keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat untuk
ibu yang menyusui.
Merawat anggota keluarga yang sakit akibat terjadi masalah pada masa
laktasi
Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
e. Fungsi reproduksi
f. Fungsi ekonomi
6. Stres dan koping keluarga
Stresor jangka pendek
Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor
Strategi koping yang digunakan
Strategi adaptasi disfungsional
7. Harapan keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan menyusui yang terhenti pada Ibu H
keluarga Bapak K berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah ibu yang sedang bekerja.
2. Pola menyusui tidak efektif pada Ibu H keluarga Bapak K berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga dalam melakukan laktasi yang efektif dan
benar.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi pada bayi Ibu H keluarga bapak K berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga tentang keuntungan/manfaat dari pemberian
ASI.
4. Gangguan cemas pada ibu H keluarga bapak K berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk melakukan laktasi/pemberian ASI eksklusif pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.
Purwabti, Hubertin Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC: Jakarta.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta.
Carpenito. 2001. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
www.yahoo.com. Siregar, Arifin. 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pemberian ASI oleh Ibu Melahirkan.
Diposkan oleh Maryadi hazil di 06:39

Anda mungkin juga menyukai