Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI TERNAK POTONG


SISTEM PEMELIHARAAN KAMBING DAN DOMBA

Disusun oleh:

Abidah Thorifatus Alya


17/414798/PT/07487

Asisten Pendamping : Dita Fajri Astuti

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
Perkandangan
Lokasi kandang
Lokasi kandang ternak kambing dan domba berada di Kandang
Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada tepatnya berada di Jl. Fauna No.3 Bulaksumur, Sleman,
Yogyakarta. Kandang mempunyai batas batas tertentu. Bagian utara kandang
berbatasan dengan kandang closed house unggas, bagian selatan kandang
berbatasan dengan pemukiman penduduk, bagian timur kandang berbatasan
dengan jalan raya dan Universitas Negeri Yogyakarta, sedangkan bagian barat
kandang berbatasan dengan ladang HMT. Kelebihan dari lokasi kandang adalah
akses jalan baik, akses pakan mudah, dan akses terhadap air pun mudah.
Kekurangan dari lokasi kandang tersebut adalah terletak dekat dengan pemukiman
warga dan berdekatan dengan perguruan tinggi Universitas Negeri Yogyakarta, dan
keadaan sekitar kandang terlalu bising oleh kendaraan.
Sandi (2017) menyatakan bahwa syarat perkandangan yang baik perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya pemilihan lokasi kandang, tata letak
kandang, kontruksi kandang, bahan kandang, dan perlengkapan kandang, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas sapi potong. Kementan (2010) menyatakan bahwa
pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih lokasi perkandangan antara lain
ketersediaan sumber air minum, dekat dengan sumber pakan, kemudahan akses
transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran, jarak kandang dengan
bangunan umum dan perumahan umum minimal 10m, relative jauh dari jalan umum,
serta limbah ternak dapat tersalur dengan baik. Berdasarkan pengamatan lokasi
praktikum, yaitu di kandang Laboratorium Ternak Potong Kerja dan Kesayangan
Fakultas Peternakan UGM dapat dikatakan bahwa lokasi kandang tidak sesuai
dengan literatur karena letaknya yang cukup dekat dengan pemukiman penduduk
khususnya bagian selatan yakni warga Karangmalang dan bagian timur yakni
Universitas Negeri Yogyakarta.

Tata letak kandang


Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum adalah mengamati tata letak
kandang Laboratorium Ternak Potong di Fakultas Peternakan. Tata letak kandang
sangat berpengaruh dalam keberlangsungan pemeliharaan ternak. Tata letak yang
sesuai dapat meningkatkan kefektivan dalam sistem pemeliharaan. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh gambar tata letak kandang pada Gambar
1 sebagai berikut.
Gambar Keterangan
A. Kantor
B. Kandang kuda
C. Umbaran kuda
D. Teckroom
E. Kandang kelinci
F. Kandang isolasi
kuda
G. Kandang
penggemukan
kambing domba
H. Gudang pakan
I. Kandang sapihan
kambing domba
J. Kandang
menyusui
kambing domba
K. Kandang beranak
kambing domba
L. Umbaran domba
M. Umbaran
kambing
N. Kantor karyawan
O. Garasi
P. Gudang jerami
Q. Kandang
tambatan sapi
penggemukan
R. Kandang
tambatan sapi
beranak
S. Umbaran sapi
T. Kamar mandi
U. Limbah
Gambar 1. Tata letak kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan
Fakultas Peternakan UGM
Tata laksana perkandangan merupakan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting. Kandang berfungsi untuk memberikan kenyamanan pada ternak.
Ternak akan berproduksi secara optimal jika berada dalam kondisi yang nyaman.
Panjono (2004) menyatakan bahwa kenyamanan ternak akan terjaga apabila
kenyamanan hidupnya terpenuhi. Tata letak kandang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan ternak terutama kesehatanya. Lingkungan kandang harus bersih, sehat
dan ketenangan terjamin. Sutama dan Budiarsana (2010) menyatakan bahwa letak
kandang harus memiliki kriteria, letak kandang harus lebih tinggi dengan lingkungan,
mendapat sinar matahari yang merata, terlindung dari hujan dan angin, agak jauh
dari pemukiman dan sumber air, tempat kering dan tidak lembab. Berdasarkan
kegiatan praktikum maka dapat dikatakan bahwa hasil yang didapat telah sesuai
dengan literatur.

Karakteristik kandang
Kegiatan praktikum yang dilakukan dengan mengamati karakteristik
kandang berupa jenis kandang, atap, dinding, alas serta ukuran pakan dan minum
kambing domba yang digunakan pada masing masing kandang. Ternak yang ada di
dalam kandang juga dihitung populasinya, selain itu dilakukan juga pengukuran
pada luas area kandang, kemiringan kandang dan kemiringan selokan. Pengukuran
luas kandang dan volume tempat pakan dan minum dilakukan dengan
menggunakan roll meter. Pengukuran kemiringan kandang dan selokan dilakukan
dengan menggunakan selang yang diisi air kemudian dihitung selisih air yang
didapat dibagi 100 dan dikali 100%. Kandang kambing dan domba yang diamati saat
praktikum di Kandang Potong Fakultas peternakan UGM ada 3 jenis yaitu kandang
yaitu kandang umbaran, kandang pengembangbiakan, dan juga kandang
penggemukan. Hasil pengamatan karakteristik kandang disajikan dalam tabel 1
sebagai berikut
Tabel 1. Karakteristik Kandang
kandang kambing dan domba
Pengamatan
1 2 3
Jenis kandang umbaran pengembangbiakan penggemukan
Memperbanyak
Fungsi kawin alami menggemukan
jumlah
bahan asbes asbes asbes
Atap
bentuk gable gable gable
Tipe Semi tertutup Semi terbuka Semi terbuka
Dinding
Bahan Semen, besi bambu bambu
Tipe Lantai panggung panggung
Alas
Bahan paving kayu kayu
ukuran Panjang 12,72 m 28,8 m 4,8
bangunan Lebar 7,84 m 11,5 4,2
kandang Tinggi 2,21 m 2,23 2,57
Panjang 16,95 m 3,22 23,88
ukuran flock
Lebar 6,04m 2,8 12,56
kandang
Tinggi 1,34m 1,42 1,5
jumlah flock 2 5 1
lebar gangway - 1,8 -
luas area kandang 204,76 m 2 3000 m 2 3000 m2
tinggi atap 2,91 m 7 -
ukuran Panjang 3,85 cm 87 2,4
tempat Lebar 0,6cm 83 0,6
pakan(flock) Tinggi 0,14 cm 22 0,42
ukuran
tempat diameter 0,5 m 0,28 m 0,28 m
minum
(flock) tinggi 0,2 m 0,18 m 0,18 m
panjang - 15 m 27,3 m
ukuran
lebar - 0,33 m 0,24 m
selokan
tinggi - 0,13 m 0,12 m
kemiringan kandang - 13% 8%
kemiringan selokan - 1% 2%
floorspace 2,78 0,07 0,1
Kandang ideal dilihat dari bentuk kandangnya, bangunan kandang di
fakultas peternakan berbentuk kandang panggung dan kandang lantai. Seftiarini
(2011) menyatakan bahwa kandang kambing PE biasanya di buat berpanggung
dengan tujuan air kencing dan kotoran bisa jatuh ke bawah melalui sela lantai
panggung karena kotoran dan air kencing akan menganggu kesehatan ternak jika
bersentuhan langsung dengan kaki kambing. Lantai bawah panggung biasanya juga
merupakan tempat mengumpulkan kotoran dan air kencing kambing yang bisa di
gunakan menjadi pupuk. Kandang umbaran jika tampak atas dapat dilihat bahwa
kandang dibagi dua bagian, yaitu kandang yang tertutup oleh atap dan kandang
yang tanpa atap. Kandang yang tertutup atap digunakan kambing dan domba untuk
istirahat dan makan, sedangkan kandang tanpa atap digunakan ternak untuk
exsercise.
Atap kandang kambing dan domba di fakultas peternakan sudah cukup baik
walaupun terbuat dari asbes. Ketinggian atap dan model atap sudah cukup untuk
fentilasi udara di dalam kandang, sehingga udara dalam kandang baik. Teras
kandang juga sudah cukup lebar untuk menaungi ternak ketika hujan. Atap kandang
berbentuk gable. Sarwono (2008) menyatakan bahwa atap kandang berfungsi untuk
melindungi ternak dari panas matahari, hujan, dan angina. Bahan untuk atap dapat
dibuat dari genting, asbes, ijuk, atau rumbia. Bahan ini sangat baik karena tidak
menimbukan panas dalam kandang dan tahan lama. Bahan atap yang digunakan
pada kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan sesuai dengan
literatur.
Dinding kandang kambing dan domba di fakultas peternakan terbuat dari
semen, besi, dan bambu. Rianto (2004) menyatakan bahwa, dinding kandang
berguna untuk membentengi ternak agar tidak lepas, menahan angin, dan menahan
suhu udara agar tetap nyaman. Daerah yang anginnya kencang, dinding tertutup
rapat setinggi ternak, sehingga ternak domba yang ada tidak terkena terpaan angin
secara langsung. Dinding kandang di fakultas peternakan sudah sesuai, karena
berasal dari bahan yang tidak melukai ternak dan mampu membentengi ternak agar
tidak lepas, yaitu bambu. Fentilasi udara juga cukup dan angin di sekitar kandang
tidak terlalu kencang, sehingga dinding tidak dibuat tertutup. Hanya saja untuk
kandang panggung koloni dinding dibuat semi terbuka karena kandang yang terlalu
tinggi, sehingga berbahaya bagi ternak jika dindingnya terbuka.
Montiel (2005) menyatakan bahwa, ukuran kandang berdasarkan status
fisiologisnya yaitu untuk kambing dan domba umur kurang 7 bulan adalah 0,5 m 2,
umur 7 sampai 12 bulan 0,75 m 2, umur lebih 12 bulan 1 sampai 1,5 m 2 dan induk
menyusui 1 m2. Jika dalam suatu unit kandang dipelihara sejumlah ternak dengan
status fisiologis yang berbeda-beda, maka harus ditempatkan sesuai status
fisiologisnya dengan cara menyekat beberapa ruang kandang. Lantai kandang harus
diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Kemiringan
lantai kandang berbeda-beda tiap jenisnya.
Rianto (2004) menyatakan bahwa, ukuran tempat pakan kambing biasanya
adalah lebar dasar 25 cm, lebar atas 50 cm, tinggi 50 cm, lebar ruji tempat kepala 30
cm, dan tinggi dasar palung dari lantai 25 cm. Kandang biasanya memiliki tempat
minum 1 per 3 panjang tempat pakan. Hasil pengamatan tempat minum berbentuk
ember. Dibandingkan dengan literatur, kondisi ukuran kandang serta kemiringan
kandang sudah memenuhi syarat. Sasongko (2009) menyatakan bahwa, kandang
dalam komoditas kambing dan domba merupakan kandang intensif dan semiintensif.
Kandang intensif tersebut terdiri dari kandang domba individu, kandang kambing
idividu, dan kandang kambing koloni, sedangkan kandang semiintensif terdiri dari
kandang kambing dan domba umbaran. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan
literatur kandang di fakultas peternakan telah memenuhi syarat sebagai kandang
semi intensif dan kandang intensif.
Rasyid dan Hartatik (2007) menyatakan bahwa lantai kandang harus selalu
terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring
kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai
tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5 %, artinya setiap panjang
lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun sebesar 2 sampai 5
cm. Berdasarkan hasil praktikum maka dapat dikatakan kemiringan kandang
penggemukan telah sesuai dengan literature sedangkan kandang penge,bangbiakan
kurang sesuai.
Floorspace merupakan luas area ternak dapat hidup dan bergerak dalam
sebuah kandang. Floorspace berhubungan dengan daya tampung kandang.
Kandang yang ideal memiliki luas area dengan syarat minimal ternak dapat berputar
180o. Pemilihan kandang yang ideal untuk peternakan breeding adalah dengan
kandang kelompok dan memiliki area kandang umbaran. Kandang kelompok akan
memudahkan proses perkawinan, serta kandang umbaran akan memberikan
kesempatan ternak untuk exercise dan melakukan gerak sehingga perototan baik
saat melahirkan. Jenis atap dan bahan baku yang baik untuk perusahaan adalah
yang tahan terhadap cuaca serta ekonomis. Safitri (2011) menyatakan bahwa arah
kandang yang baik adalah menghadap utara karena cahaya matahari dapat masuk
pada pagi dan sore hari, mengakibatkan kandang menjadi nyaman untuk ternak.

Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang


Fasilitas kandang adalah segala macam sarana yang menunjang kerja
peternak dalam suatu peternak. Industri peternakan apabila tidak terdapat fasilitas
tidak akan mengurangi hasil produksi. Fasilitas kandang hanya berfungsi untuk
menunjang kerja para peternak. Perlengkapan kandang adalah alat yang fungsinya
secara garis besar melengkapi kandang yang dapat menunjang aktifitas ternak.
Purwadi (2015) menyatakan bahwa peralatan kandang adalah alat yang digunakan
untuk kegiatan pembersihan kandang dan lingkungan, pembersihan ternak sapi dan
kegiatan pemberian pakan dan minum. Berdasarkan kegiatan praktikumdiperoleh
data fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang yang disajikan dalam tabel 2
sebagai berikut.
Tabel 2. Fasilitas kandang
Komoditas Sapi
fasilitas perlengkapan peralatan
Kursi Alat tulis
Kantor Meja Papan tulis
Komputer Kipas angin
Tempat pakan Sekop
Kandang Tempat
Ember
umbaran minum
Penerangan Selang
Papan tulis Alat tulis
Ruang diskusi Meja Penggaris
Kursi

Kenyamanan ternak dan lingkungan kandang


Industri peternakan harus mempertimbangkan kenyamanan dan lingkungan
ternak. Kurang nyamannya ternak dalam suatu usaha peternakan akan
mempengaruhi produksinya. Kondisi lingkungan adalah faktor terpenting dalam
kenyamanan ternak apabila kondisi lingkungan optimal maka produksi akan
maksimal. Pengukuran kondisi lingkungan saat praktikum yaitu diperoleh data
pengukuran suhu dan kelembaban pada saat praktikum dilakukan sebanyak 3 kali.
Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil yang disajikan dalam tabel 3 sebagai
berikut.
Tabel 3. Kenyamanan ternak dan lingkungan kandang
Kondisi Lingkungan
Waktu Kelembapan THI
Suhu (0C)
(%)
Pagi: 05.54 24,8 86 17,52
Siang: 13.04 30,8 63 23,46
Sore: 15.46 25,5 86 25,48

Pengamatan dilakukan menggunakan alat termohigrometer. Purwadi (2015)


menyatakan bahwa suhu lingkungan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan di
Indonesia adalah 17 sampai 27 oC dan kelembaban udara 60 sampai 80%. Suhu
dan kelembaban tersebut merupakan kelembaban ideal bagi pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dikatakan
bahwa suhu di lokasi praktikum pada pagi dan sore hari telah sesuai dengan literatur
sedangkan pada siang hari tidak sesuai dengan literatur. Kelembaban kandang
pada pagi dan sore hari tidak sesuai dengan literature sedangkan pada siang hari
telah sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pertanian. 2010. Petunjuk praktis perkandangan sapi. Balai pengkajian


teknologi pertanian NTB
Montiel, F. and C. Ahuja. 2005. Body condition score and suckling as factor
influencing the duration of postpartum anestrus in cattle: A review. Anim.
Rep. Sci. 85:1 – 26.
Panjono. 2004. Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta.
Purwadi A., N. Delly, K. Karim, M.B.M. Amin, dan H. Natalie. 2015. Tata Laksana
Pemeliharaan Sapi. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan.
Palembang
Rasyid, A. dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Grati.
Rianto Edi. 2004. Kandang kambing. Lembaga Pengabdian Masyarakat. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sandi, S dan P. P. Purnama. 2017. Manajemen perkandangan sapi potong di Desa
Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan ilir. Jurnal peternakan
Sriwijaya. 6(1) : 12-19
Safitri, T. 2011. Skripsi: Penerapan Good Breeding Practises Sapi Potong di PT
Lembu Jantan Perkasa Serang - Banten. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sarwono, B., dan H.B. Arianto. 2008. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sasongko W.R., L.G.S. Astiti, T. Panjaitan, A. Muzani dan N. Agustini. 2009.
Beternak Kambing Intensif. Juknis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Nusa Tenggara Barat, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Seftiarini, N. 2011. Studi Komparasi Pengelolaan Peternakan Kambing Peranakan
Etawa (PE) di Dusun Nganggring dan Dusun Kebonan di Kabupaten
Sleman. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial
UNY. Yogyakarta.
Sutama, I K. dan I. G. M. Budiarsana. 2010. Panduan Lengkap Kambing dan
Domba. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai