Anda di halaman 1dari 11

THE DELIVERY PROMOTION BY HEALTH WORKER TROUGH

MODIFICATION OF MERUNGGU CULTURE IN DISTRICT OF SELUMA

Epti Yorita1, Demsa Simbolon1, Susilo Damarini1, Ni Ketut Aryastami2


1
Poltekkes Kemenkes Bengkulu, 2Badan Litbangkes Kemenkes RI
email: epti_yoritakia07@yahoo.com

ABSTRAK
Masyarakat Suku Serawai memiliki budaya positif “Merunggu” sebagai modal sosial saat ibu
bersalin. Aktifitas Merunggu mencerminkan kepedulian, tolong menolong dan pengalihan peran di
masyarakat suku Serawai, bersifat statis, turun-temurun dilakukan tanpa manfaat yang berarti.
Dampak negatif budaya Merunggu berupa proses pengambilan keputusan sering terlambat akibat
budaya berunding, pemilihan pertolongan persalinan dominan terhadap dukun. Penenlitian ini
bertujuan memanfaatkan budaya Merunggu sebagai media promosi kesehatan dalam pemilihan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di desa Puguk Kabupaten Seluma. Penelitian
mengunakan pendekatan participatory action research dengan strategi promosi kesehatan yaitu
advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Sasaran primer penelitian adalah ibu hamil,
dan sasaran sekunder adalah dukun bayi, petugas kesehatan, mitra Merunggu. Tahap penelitian
meliputi tahap persiapan, penandatanganan komitmen, intervensi (pelatihan mitra Merunggu dan ibu
hamil) dan implementasi (observasi, monitoring, evaluasi) dan menyusun rencana tindak lanjut.
Analisis data menggunakan contens analysis. Budaya Merunggu dapat dimanfaatkan dan
dimodifikasi untuk merubah perilaku kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan pemilihan penolonng persalinan oleh tenaga kesehatan. Sebagian
besar informan memilih bidan sebagai penolong persalinan. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan sebelum intervensi hanya 50% meningkat menjadi 80% setelah dilakukan intervensi.
Perlu dilakukan advokasi dalam kegiatan promosi kesehatan oleh mitra Merunggu melalui
pemberdayaan dan dukungan kebijakan agar terlibat secara aktif dalam kegiatan puskesmas.
Kata Kunci: Merunggu, Promosi Kesehatan, Pertolongan Persalinan

ABSTRACT
Serawai People have positive culture as social capital on maternal, who called Merunggu. Merunggu
is a culture which women giving birth are considered unable to perform activities for the delivery
process, so that all needs are fulfilled by the mother's family, and the nearest neighbors and
traditional birth attendants, so that the activity merunggu whereas many families, the community
gathered at the birth mothers’ home. Merunggu activity reflects a sense of caring, helping and
transfer of roles in society of Serawai tribe, merunggu activity is static and hereditary. In practice
there is a negative impact on the culture merunggu on maternal and child health. The decision
making process is often too late, the selection of the dominant delivery assistance to the shaman. The
study aims to use of Merunggu culture as health promotion media related to the selection of aid
delivery by health personnel. Research was participatory action research with health promotion main
strategies were advocacy, community development and community empowerment atmosphere. The
primary target was pregnant women, and the secondary target was the traditional birth attendants,
health workers, Merunggu partners. The research phase includes the preparation, signing the

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya | 191


commitment, interventions (Merunggu partners training and pregnant women) and the
implementation (observation, monitoring, and evaluation) and follow-up plan arrangement. Analysis
of data used contents analysis. Merunggu Culture can be used and modified for changing health
behavior. The results showed that an increase in knowledge, attitudes and actions of delivery helper
choice. Most of informants choose midwives as birth attendants. It is needed to do advocacy in health
promotion activities by Merunggu partners through empowerment and policy support to engage in
health centers activities.
Keywords: Merunggu, Health Promotion, Birth Attandance

LATAR BELAKANG melahirkan sampai selesai bersalin yang


Ibu hamil merupakan salah satu bertujuan memberikan saran, bergotong
kelompok rentan, kelompok lemah yang royong guna membantu kelancaran proses
lazimnya tidak sanggup menolong diri persalinan dan membantu semua
sendiri, sehingga memerlukan bantuan kebutuhan persalinan. Semua aktifitas
orang lain. Ibu hamil juga dianggap sosial masyarakat lainnya berhenti
kelompok lemah yang mudah dipengaruhi digantikan dengan semangat menyambut
(Hoesin, 2003). Kerentanan ibu hamil kelahiran bayi. Budaya ini berpengaruh
terhadap berbagai risiko akibat kehamilan positif terhadap fase adaptasi ibu
dan persalinan, membuat di berbagai postpartum karena adanya dukungan
wilayah Indonesia terdapat serangkaian keluarga yang sangat besar dan masyarakat
upacara selama masa hamil sampai masa pada masa persalinan dan nifas, selain itu
nifas pada ibu hamil dengan tujuan budaya ini juga bermanfaat dalam
mencari keselamatan bagi ibu dan bayi pengalihan peran ibu pada masa post
(Swasono dan Farida, 1998). partum.
Pada masyarakat Suku Serawai Tradisi budaya Merunggu ini terus
sebagai salah satu suku terbesar di dilestarikan sampai sekarang, namun
Propinsi Bengkulu terdapat kearifan lokal dalam prakteknya terdapat dampak negatif
yang bila diberdayakan akan berpengaruh budaya tersebut terhadap kesehatan ibu
positif terhadap kesehatan ibu dan anak, dan anak. Dalam proses pengambilan
yaitu budaya Merunggu yang dijalankan keputusan terkait dengan kesehatan ibu
pada saat ibu menjelang persalinan. dan anak sering terlambat, karena pada
Merunggu berasal dari kata “diam”, yang masa Merunggu pengambilan keputusan
artinya ibu bersalin tidak dianjurkan pertolongan persalinan, pemberian makan
melakukan aktifitas apapun terkait dengan pralaktal dan pemberian ASI tergantung
persalinan, pemenuhan kebutuhan dirinya dari keluarga dan pertimbangan dukun
dan perawatan bayi baru lahir. Hal positif beranak sebagai orang yang dituakan dan
dari budaya ini adalah pada masa dianggap paling mengerti akan proses
Merunggu masyarakat Suku Serawai persalinan dan perawatan bayi baru lahir.
berkumpul yang biasanya terdiri dari Pengambilan keputusan terhadap
anggota keluarga, tetangga, dukun bayi, kesehatan melalui rapat keluarga baik dari
tokoh masyarakat untuk menunggu ibu segi pemilihan tempat pertolongan

192 | Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya


persalinan bahkan masalah keuangan pertolongan persalinan oleh tenaga
seringkali menjadi penyebab kesehatan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
keterlambatan pengambilan keputusan dan ASI eksklusif sehingga masyarakat di
pada tingkat keluarga untuk mendapatkan Desa Puguk Kabupaten Seluma dapat
pertolongan persalinan yang aman, secara mandiri dalam menolong diri
pemberian makanan pralaktal dini dan mereka sendiri dan berperan aktif dalam
gagalnya pemberian ASI eksklusif pengambilan keputusan terkait kesehatan
(Kemenkes RI, 2014, Alwi, 2007). ibu dan anak. Praktek budaya Merunggu
Dampak negatif dari budaya yang selama ini belum diberdayakan
Merunggu berkontribusi terhadap masalah dengan muatan informasi kesehatan,
kesehatan ibu dan anak pada masyarakat sehingga berkontribusi terhadap masalah
Kabupaten Seluma, khususnya Suku kesehatan ibu dan anak. Walaupun untuk
Serawai. Pada masyarakat Suku Serawai mengubah budaya yang merugikan
pertolongan persalinan masih banyak menjadi menguntungkan kesehatan ibu dan
ditolong oleh tenaga non kesehatan. anak bukan suatu hal yang mudah, namun
Berdasarkan data dari profil Tahun 2012 melalui penelitian ini diharapkan budaya
pertolongan persalinan non tenaga Merunggu akan menjadi budaya positif
kesehatan di Kabupaten Seluma sebesar yang dapat meningkatkan kesehatan ibu
38,5% yang terdiri dari persalinan oleh dan anak pada masyarakat Suku Seluma.
dukun bayi 37,29% dan ditolong keluarga Penggalian tema budaya yang diikuti
1,28%. Laporan Kohort Ibu Puskesmas dengan pendekatan etnografi secara
Puguk Tahun 2013 mencatat bahwa perlahan perlahan-lahan yang dilakukan
cakupan persalinan dengan tenaga tanpa menyinggung perasaan penduduk
kesehatan sebesar 51%. Masalah KIA yang dan tanpa mereka merasa dipersalahkan
lain adalah rata-rata usia kawin muda <14 akan lebih berhasil daripada pelaksanaan
tahun sebesar 4,06%, 15-16 tahun 19,09%, program-program yang seragam bagi
17-18 tahun 33,07% (BPS 2012). Hal ini semua etnis di Indonesia yang sering tidak
berdampak terhadap kehamilan pada usia sesuai dengan budaya setempat sehingga
muda yang turut menyumbang bisa mengalami kegagalan. Berdasarkan
kemungkinan penyulit masa kehamilan, laporan tahunan Puskesmas Puguk Tahun
bersalin dan nifas (Manuaba, 2006). 2013 tercatat cakupan persalinan dengan
Pertolongan persalinan bukan oleh tenaga tenaga kesehatan hanya 48%, selebihnya
kesehatan akan meningkatkan angka ditolong oleh dukun dan keluarga. Jenis
kematian ibu dan bayi akibat proses makanan pralaktal yang sering diberikan
pertolongan bersalinan yang tidak aman pada bayi masyarakat suku Serawai berupa
dan penanganan komplikasi persalinan pemberian PASI madu dan kopi pahit,
serta rujukan yang terlambat. sehingga cakupan ASI eksklusif hanya
Pada penelitian ini, kearifan lokal 11,39%. Masalah lain sebagai faktor risiko
budaya Merunggu akan dimanfaatkan adalah rendahnya rata-rata usia menikah.
sebagai wadah mempromosikan Rata-rata usia kawin muda <14 tahun

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya | 193


sebesar 4,06%, 15-16 tahun 19,09%, 17-18 awal dengan pihak Puskesmas Puguk dan
tahun 33,07% (BPS 2012), hal ini akan stake holder untuk menjelaskan kegiatan
meningkatkan kehamilan risiko tinggi. penelitian, Observasi partisipatif pada
Berdasarkan masalah tersebut, maka yang kegiatan Merunggu. 2) Tahap intervensi
menjadi masalah penelitian adalah melakukan sosialisasi dan penandatangan
bagaimana pemanfaatan budaya Merunggu komitmen pemanfaatan budaya Merunggu,
sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan FGD pada ibu hamil, wawancara
AKB melalui pertolongan persalinan oleh mendalam terhadap tenaga kesehatan,
tenaga kesehatan, IMD dan ASI Eksklusif tokoh masyarakat, tokoh agama;
pada ibu bersalin Suku Serawai Desa rekruetmen mitra Merunggu, FGD pada
Puguk Kabupaten Seluma Provinsi mitra Merunggu, pengembangan media
Bengkulu promosi kesehatan berbasis budaya dan
pelatihan mitra Merunggu serta
BAHAN DAN METODE pendampingan mitra Merunggu melakukan
Study Design and Sampling Procedure promosi kesehatan terhadap ibu hamilyang
Penelitian ini menggunakan pendekatan dimulai dari Trimester 3 kehamilan.
action research yang bersifat partisipatif Pendampingan mitra merunggu dilakukan
(Participatory Action Research), dengan ketika proses persalinan saat budaya
intervensi penelitian yaitu pemberian Merunggu dilaksanakan bertujuan
promosi kesehatan dan advokasi kepada memberikan penguatan kepada ibu
ibu bersalin tentang pertolongan persalinan bersalin agar memilih tenaga kesehatan
oleh tenaga kesehatan oleh mitra sebagai penolong persalinan. 3) Tahap
Merunggu. Informan penelitian ini evaluasi melakukan observasi budaya
berjumlah 32 orang, yang terdiri dari Merunggu pasca intervensi, wawancara
bersalin (15 orang), Petugas Kesehatan (2 mendalam pada ibu nifas.
orang: Kepala Puskesmas Puguk dan bidan
coordinator), Tokoh masyarakat (2 orang), Ethical Considerations
Tokoh agama (1 orang), Dukun Bayi (2 Pertimbangan etik pada penelitian ini
orang) dan Mitra Merunggu (10 orang) direview dan disetujui oleh Tim Komisi
yang dipilih melalui purposive sampling. Etik Penelitian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Instrument Development and Data Kemenkes RI Tanggal 10 Juli 2014
Collection Procedure Nomor: LB.02.02/5.2/KE.305/2014.
Instrumen penelitian ini adalah peneliti
sendiri. Pengumpulan data dilakukan Data Processing and Analysis
melalui tiga tahapan meliputi tahap Pengolahan dan analisis data dilakuan
persiapan, tahap intervensi dan monitoring segera dilakuan tanpa menunggu semua
dan evaluasi. 1) Tahap persiapan data terkumpul. Analisis data dilakukan
melakukan menyusunan instrument, dengan content analysis melalui tahapan
pengurusan ijin penelitian dan pertemuan transkrip, koding, kategori, matriks dan

194 | Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya


interpretasi data untuk menganalisis tindakan ibu bersalin dalam pemilihan
perubahan pengetahuan, sikap dan pertolongan persalinan.

RESULTS
a. Socio-demographic characteristics

Tabel 4.1. Karakteristik Informan Ibu Bersalin


No Karakteristik Informan Jumlah Persentase
1 Umur
<20 tahun 4 26,6
20-35 tahun 10 66,6
>35 tahun 1 6,8
2 Pendidikan
SD 6 40
SMP 6 40
SMA 2 13,4
PT 1 6,6
3 Pekerjaan
Pegawai 1 6,6
Ibu Rumah Tangga 14 93,4
4 Paritas
Primipara 3 20
Multipara 11 73,4
Grandemultipara 1 6,6
5 Penolong persalinan yang lalu
Tenaga kesehatan 6 50
Non tenaga kesehatan 6 50
6 Penolong persalinan sekarang
Tenaga kesehatan 12 80
Non tenaga kesehatan 3 20
*Tiga informan primipaara

b. Budaya Merunggu pekerjaan berat. Ibu hamil yang tinggal


Budaya Merunggu pada saat dikebun jauh dari perkampungan akan
menjelang persalinan pada masyarakat pulang ke desa untuk mempersiapkan
Desa Puguk Kabupaten Seluma adalah persalinan. Ibu hamil dan keluarga juga
berkumpulnya masyarakat yang terdiri dari melakukan ritual memilih dukun yang
anggota keluarga, tetangga, dukun bayi akan mendampinginya dan meminta dukun
dan tokon masyarakat untuk menunggu ibu melalui ritual yang dilakukan secara turun
melahirkan sampai selesai bersalin yang temurun berupa memberi makan dukun
bertujuan memberikan saran, bergotong pada kehamilan usia 8 bulan.
royong guna membantu kelancaran proses Perlengkapan ibu Merunggu terdiri
persalinan. Semua peran sosial ibu bersalin dari perlengkapan bayi, dan perlengkapan
dilakukan dan dibantu oleh keluarga atau ritual seperti bakul yang berisi beras, air
kerabat yang datang berkunjung. Budaya limau (jeruk nipis), air yang sudah diberi
Merunggu ini sebenarnya telah dimulai mantra, bakul ari-ari berisi kain putih,
pada bulan kedelapan kehamilan atau benang, batok kelapa, baskom berisi air
memasuki bulan ke sembilan, ibu hamil rempah hangat. Saat ibu mulai merasakan
sudah harus Merunggu atau istirahat dari tanda-tanda persalinan, dukun bayi akan

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya | 195


dipanggil terlebih dahulu sebelum melarang ritual yang terdapat di suatu
memanggil bidan karena masyarakat daerah. Masyarakat serawai menganggap
menganggap bahwa dukun lebih bahwa budaya Merunggu memiliki
berpengalaman dan mampu memberikan manfaat yang besar, tokoh masyarakat
rasa aman. Dukun akan memeriksa, mengatakan ini sebagai bentuk kepedulian
menanyakan keluhan dan melakukan urut dan tolong menolong, namun bagi ibu
pada perut ibu yang dipercaya apat bersalin ini dianggap negatif karena ibu
memperbaiki posisi bayi dan mempercepat bersalin merasa malu, bingung, dan tidak
proses kelahiran, dukun bayi akan nyaman, privacy mereka terabaikan.
menunggu ibu Merunggu hingga selesai Nasehat yang diberikan oleh masyarakat
bersalin. yang hadir terkadang cendrung menakuti-
Menjelang persalinan, dukun akan nakuti dan tidak memberikan manfaat.
meminta tokoh masyarakat untuk Pengambilan keputusan melalui budaya
melakukan jampi limau dan ubun-ubun. berunding, walaupun yang memutuskan
Saat ritual jampi dimulai, tokoh adalah keluarga inti (ibu bersalin, suami,
masyarakat berjenis kelamin laki-laki oarangtua dan mertua) sering
masuk ke dalam kamar ibu untuk mengakibatkan terlambat pengambilan
menjampi. Pada kondisi ini privacy ibu keputusan.
terabaikan sehingga ibu merasa malu, Setelah dilakukan intervensi,
namun masyarakat menganggap bahwa hal budaya Merunggu tetap dilakukan dengan
ini merupakan sesuatu yang harus modifikasi. Memasuki kehamilan bulan ke
dilakukan dan telah menjadi tradisi turun- tujuh, ibu hamil diberikan informasi
menurun, sehingga ibu tidak merasa kesehatan. Setelah modifikasi budaya
keberatan saat masyarakat laki-laki berada Merunggu terjadi ibu bersalin mulai berani
di dalam ruang bersalin. menolak kehadiran masyarakat yang
Proses persalinan yang ditolong datang untuk ikut masuk kedalam kamar
oleh dukun, ari-ari bayi setelah lahir tempat bersalin. Masyarakat yang hadir
dipotong dengan kulit bambu, kemudian hanya menunggu diluar kamar, sedangkan
tangan dukun masuk ke rahim ibu untuk didalam kamar tempat bersalin hanya
menarik plasenta. Masyarakat bidan, suami dan mitra Merunggu. Mitra
mempercayai bahwa ari-ari harus segera Merunggu yang hadir di dalam kamar ibu
dilahirkan segera setelah lahir, agar tidak bersalin hanya untuk melakukan IMD.
naik ke jantung sehingga tidak bisa keluar, Budaya Merunggu yang telah dimodifikasi
untuk itulah tangan dukun harus dirasakan menimbulkan manfaat yang
secepatnya masuk untuk melahirkan ari-ari besar oleh ibu bersalin antara lain
tersebut. Jika ibu hamil ingin persalinan terjaganya privacy ibu, rasa nyaman dan
ditolong bidan maka bidan akan dijemput aman serta lebih mudah dalam
setelah dukun berada di rumah ibu hamil. memberikan ASI segera, karena bayi
Berdasarkan hasil observasi, sebagai sudah dikenalkan dengan IMD, yang
bentuk kemitraan, bidan tidak akan diharapkan berlanjut hingga mencapai ASI

192 | Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya


eksklusif. Promosi kesehatan yang bidan, itu yang pandai, agar bisa
diberikan selama kehamilan meningkatkan dihisap lendir, jika dukun tidak
bisa melakukannya. Ny. L,
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu
informan).
bersalin dalam pemilihan pertolongan Alasan pemilihan dukun bayi
persalinan oleh tenaga kesehatan, IMD dan sebagai penolong persalinan adalah
pemberian ASI segera setelah lahir. dikarenakan memang sudah mempunyai
niat dari awal memilih dukun bayi sebagai
c. Pengetahuan dan Perilaku penolong persalinan, seperti yang
Pertolongan Persalinan diungkapkan pada pernyataan dibawah ini:
Sebelum dilakukan intervensi
pengetahuan informan tentang persalinan .....Yak nido, emang nak lahir ngan
normal, tanda persalinan, pertolongan nek tu nian. ...(Tidak memang
ingin melahirkan ditolong dengan
persalinan yang bersih dan aman serta
nenek dukun (Ny. H, informan).
tanda bahaya persalinan dan nifas rendah.
Sebagian besar informan mempercayai Alasan lain pemilihan dukun sebagai
dukun merupakan sosok yang mampu penolong persalinan karena akses menuju
menolong persalinan, 6 dari 12 (50%) tenaga kesehatan yang sulit seperti faktor
informan mengaku persalinan yang lalu jarak tempuh yang lama, faktor
ditolong oleh dukun. Setelah dilakukan kepercayaan dan hubungan kekerabatan.
intervensi terjadi peningkatan pengetahuan Dukun bayi dianggap tokoh yang disegani,
informan mengenai pertolongan mahir dan lebih berpengalaman dalam
persalinan, persalinan normal, tanda melakukan pertolongan persalinan.
persalinan, pertolongan persalinan yang Penelitian ini menemukan
bersih dan aman serta tanda bahaya. pengambilan keputusan ke fasilitas
Hampir seluruh informan menjawab kesehatan rujukan dilakukan berdasarkan
penolong persalinan yang aman dan paling musyawarah keluarga inti yaitu suami,
tepat adalah bidan. Terjadi perubahan orang tua dan mertua. Ibu bersalin tidak
perilaku pemilihan penolong persalinan, mempunyai kekuatan penuh dalam
dari 15 informan sebanyak 12 orang pengambilan keputusan terkait kesehatan
(80%) memilih bidan sebagai penolong dirinya dan bayi. Budaya Patriakat
persalinan. mengakibatkan ibu hamil Suku Serawai
Sebagian besar informan memilih yang sudah mengetahui perkiraan
mengunjungi bidan dengan alasan kelahiran bayi tidak mampu memutuskan
persalinan lebih aman, dan dapat untuk melahirkan dengan tenaga
mendeteksi kemungkinan bahaya serta kesehatan, karena harus mengikuti
kecepatan rujukan menuju fasilitas keputusan suami untuk tetap tinggal di
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat perkebunan yang jauh dari fasilitas
dari kutipan sebagai berikut : kesehatan.
...Kebidan yuk, itu a nyo padek, Persepsi informan mengenai peran
mangko pacak disedotinyo,
bidan dalam proses persalinan masih
mangko ngan dukun nido terti (Ke

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya | 193


keliru. Informan menganggap bahwa peran Intervensi untuk meningkatkan kesehatan
bidan diperlukan setelah persalinan selesai dapat dilakukan dengan menggunakan
melakukan pengobatan, menyuntik, media dan organisasi sosial untuk
menjahit robekan perineum, memeriksa mendidik dan mendorong masyarakat
keadaan ibu dan bayi. Persepsi yang salah mengadopsi perilaku sehat dan mencegah
mendasari perilaku informan dalam yang tidak sehat. Pendidikan kesehatan
memilih dukun sebagai penolong memberikan dampak yang positif terhadap
persalinan karena bidan dianggap sebagai peningkatan pengetahuan dan kemampuan
orang yang diperlukan untuk melakukan praktek dalam merawat bayi.
tindakan pengobatan pasca persalinan dan Hasil penelitian menemukan
mencegah komplikasi akibat persalinan. peningkatan pengetahuan ibu hamil
Dalam hal pertolongan persalinan, tentang pertolongan persalinan oleh tenaga
kepercayaan masyarakat suku Serawai kesehatan, yaitu bidan. Dalam prakteknya
terhadap dukun sebagai seseorang yang sebagian besar informan telah memilih
dipercaya dapat menolong persalinan sulit bidan sebagai penolong persalinan dengan
untuk dihilangkan sehingga bidan tetap persepsi bahwa persalinan dengan bidan
menjaga kemitraan dengan dukun bayi. lebih aman, bayi dan ibu akan selamat
Bentuk kemitraan ini berupa pembagian karena bidan menggunakan peralatan
peran dalam pertolongan persalinan, pertolongan persalinan yang terjamin
dimana bidan berperan sebagai penolong kebersihannya. Namun 3 dari 15 informan
persalinan sementara dukun melakukan masih memilih ditolong dukun, hal ini
kegiatan ritual membersihkan ari-ari yang karena kepercayaan kepada dukun bayi
aman dan bersih setelah persalinan. yang dianggap sebagai orang yang mampu
menolong persalinan, hubungan
PEMBAHASAN kekerabatan, pola pengambilan keputusan
Intervensi pada budaya Merunggu terhadap pemilihan penolong persalinan
berdampak pada perubahan ritual yang didominasi oleh suami, tempat
Merungu. Setelah intervensi terjadi tinggal di kebun. Persepsi yang salah
peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap tentang peran bidan yang dianggap
dan pemilihan pertolongan persalinan oleh sebagai orang hanya untuk untuk
tenaga kesehatan. Hal ini berarti budaya melakukan tindakan pengobatan,
Merunggu dapat dimodifikasi untuk menyuntik dan menjahit luka perineum
dimanfaatkan sebagai media promosi serta memeriksa kesehatan bayi juga
kesehatan melalui pemberdayaan menyebabkan ibu bersalin memilih dukun
masyarakat, yaitu mitra Merunggu. sebagai penolong persalinan.
Konsep ini sejalan dengan penjelasan Temuan ini sejalan dengan penelitian
Piper (2008) bahwaa promosi kesehatan di Kabupaten Karawang bahwa hampir
dapat dilakukan melalui pemberdayaan semua informan mengetahui bahwa
yang berkaitan dengan kolaborasi dengan pertolongan persalinan sebaiknya ditolong
individu , kelompok dan masyarakat. oleh bidan, namun dengan berbagai alasan

194 | Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya


mereka lebih memilih dukun bayi atau ibu bersalin tetap dalam keadaan sadar,
yang lebih dikenal oleh masyarakat mengurangi rasa nyeri dan untuk mengusir
setempat dengan istilah “paraji” (Nuraeni setan yang dapat masuk ke dalam tubuh
dan Purnamawati, 2012). Triratnawati ibu, ini membuktikan dalam kondisi hamil
(1995) menemukan beberapa alasan menempatkan wanita dalam kondisi
pengguna memilih melahirkan dengan khusus yang bisa mendatangkan bahaya
dukun karena: 1) dukun bayi setelah bagi dirinya atau bagi janin dalam
melahirkan juga memijat ibu dan bayi, kandungannya. Bahaya dianggap bisa
melakukan upacara kelahiran serta datang dari berbagai lingkungan baik dari
merawat plasenta, 2) biaya murah, bisa alam nyata maupun dari alam gaib. Hal ini
dibayar kemudian, 3) dari aspek pula yang menyebabkan dukun disenangi
psikologis, dukun dapat menentramkan ibu pada saat persalinan karena
dan keluarga serta dapat menemani sampai kemampuannya dalam mengusir setan dan
berjam-jam atau lebih satu hari, makhluk halus lainnya. Rasa kepercayaan
kemampuan-kemampuan di atas tidak ini terbangun dalam komunitas yang masih
dimiliki oleh bidan. Dukun dipercayai mempertahankan nilai-nilai dan tradisi
sebagai pengambil keputusan tentang yang ada dimasyarakat. Hasil penelitian
kondisi persalinan dan menganggap ini sejalan dengan kepercayaan pada suku
persalinan adalah sesuatu yang alamiah Kamoro yang menganggap dukun sebagai
dan mudah (Kusumawati, 2007) pewaris oto (pengobat) ditentukan oleh roh
Peran dukun menurut masyarakat leluhur. Dukun dianggap tokoh
suku Serawai dianggap penting, sehingga masyarakat dan tidak pernah dituntut atas
setiap persalinan selalu didampingi dukun. perbuatannya walaupun ibu dan bayi
Keadaan ini menjadi hal yang perlu meninggal ditangannya. Bahkan ibu
diperbaiki melalui pendampingan ibu meninggal yang dianggap salah karena
hamil, sehingga ibu hamil memahami perilaku yang melanggar tradisi semasa
pertolongan persalinan yang bersih dan hamil. Kepercayaan mutlak terhadap
aman. Pemilihan dukun sebagai penolong dukun dapat menimbulkan kerugian bagi
persalian akan membahayakan kesehatan kesehatan ibu, tetapi dukun juga dapat
ibu dan bayinya dan meningkatkan risiko dijadikan potensi bila dukun tersebut
kematian ibu dan bayi, karena meskipun ditingkatkan pengetahuan dan
dukun sudah pernah mendapatkan keterampilannya dalam memelihara
pelatihan terbukti tidak menurunkan kesehatan ibu (Alwi dkk, 2004).
tingkat kematian ibu (Royston, Erica and Pemilihan dukun juga karena
Amstrong, Sue. 1994), hal ini karena pengaruh keterlambatan pengambilan
tindakan dukun saat persalinan yang tidak keputusan dalam keluarga. Keterlambatan
bersih dan aman (Suprabowo Edy. 2006). pengambilam keputusan terjadi karena (1)
Praktek dukun dengan membasuh persetujuan harus oleh kerabat yang lebih
muka dan kepala ibu bersalin dengan air tua, (2) kepanikan dan ketidaktahuan akan
yang telah dijampi mantra bertujuan agar gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya | 195


menghambat tindakan yang seharusnya Diperlukan advokasi dalam
dilakukan dengan cepat, (3). Banyaknya kegiatan promosi kesehatan oleh mitra
nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman Merunggu, dan memberdayakan mitra
atau tetangga, (4). jarak rumah si ibu Merunggu yang sudah mendapat pelatihan,
dengan tempat pelayanan kesehatan cukup membuat dukungan kebijakan dengan
jauh, tidak tersedianya transportasi, atau melibatkan dan memberikan penguatan
oleh faktor kendala ekonomi. pada mitra Merunggu dalam melaksanakan
Penelitian ini mempunyai kelemahan promosi kesehatan serta melakukan
yaitu hasil penelitian tidak dapat monitoring dan evaluasi keberlangsungan
digeneralisasikan karena desain penelitian intervensi di Desa Puguk. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif. selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti riset intervensi yang sama untuk desa lain
sendiri dengan melakukan wawancara dengan budaya yang sama.
mendalam, FGD dan observasi dengan
menggunakan instrumen yang telah di uji ACKNOWLEDGEMENTS
coba. Sumber data adalah informasi yang Terima kasih kepada Pusat Humaniora,
dikemukakan oleh informan sehingga Kebijakan dan Pengembangan Kesehatan
kemungkinan bias atau lupa karena Masayarakat, Badan Penelitian dan
informasi yang diberikan mengandalkan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI
daya ingat dan perasaan informan. Untuk yang telah memfasilitasi pendanaan
mengatasi kelemahan ini peneliti penelitian ini.
melakukan triangulasi terhadap sumber,
metode dan data. REFERENCES
1. Hoesin, I. 2003. Perlindungan terhadap
CONCLUSION Kelompok Rentan dalam Perspektif
Komitmen tokoh masyarakat, Hak Asazi Manusia. Makalah
tokoh adat, tokoh agama, dukun bayi dan Disajikan dalam Seminar
mitra Merunggu dapat mendukung Pembangunan Hukum Nasional ke
pemanfaatan budaya Merunggu sehingga VIII Tahun 2003, Denpasar, Bali, 14 -
muatan informasi tentang pertolongan 18 Juli 2003.
persalinan segera dapat diaplikasikan. 2. Swasono, Meutia Farida. 1998.
Budaya Merunggu yang telah di Beberapa Aspek Sosial Budaya
modifikasi dapat dimanfaatkan sebagai Kehamilan, Kelahiran serta Perawatan
media promosi pertolongan persalinan oleh Ibu, Jakarta: UI Press.
tenaga kesehatan. Rencana tindak lanjut 3. Kemenkes RI (2014), Upaya
yang disepakati oleh tenaga kesehatan, percepatan penurunan angka kematian
mitra Merunggu dan peneliti dapat ibu dan bayi baru Lahir di Indonesia.
menjadi bentuk komitmen kelangsungan www.kesehatananak.dekes.go.id.
intervensi kesehatan dengan 4. Alwi, Qomariah, 2007. Tema Budaya
memanfaatkan budaya Merunggu. yang melatarbelakangi Perilaku Ibu-

196 | Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya


ibu. Penduduk Asli dalam 10. Triratnawati, Atik (1995), Pendekatan
Pemeliharaan Kehamilan dan antropologi dalam penempatan bidan
Persalinan di Kabupaten Mimika. di desa, Jurnal Jen, No.2 Hal.7
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 35, 11. Kusumawati, A. (2007) Kepercayaan
No. 3,2007: 137 – 147. ibu bersalin miskin tentang
5. Badan Litbangkes. 2012, Panduan pertolongan persalinan oleh dukun
Riset Intervensi Kesehatan, Jakarta studi kasus di wilayah Puskesmas
6. BPS 2012, Survei Demografi Dompu Kota Kecamatan Dompu
Kesehatan Indonesia Kabupaten Dompu Provinsi Nusa
7. Manuaba, I B G. 2006, Ilmu Tenggara Barat. Tesis.
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Yogyakarta:IKM FK UGM.
Keluarga Berencana untuk pendidikan 12. Royston, Erica and Amstrong, Sue.
bidan, EGC, Surakarta. (1994). Preventing Maternal Deaths
8. Piper. S. (2008) A qualitative study terjemahan. Pencegahan Kematian Ibu
exploring the relationship between alih bahasa Farida Zaman. Jakarta:
nursing and health promotion Binarupa Aksara.
language, Nurses’ roles in health 13. Suprabowo Edy. (2006). Praktik
promotion practice, theory and Budaya dalam Kehamilan, Persalinan
practice. Nurse Education Today, 28, dan Nifas. Jurnal Kesehatan
186–193. Masyarakat Nasional, Vol. 1 No.3,
9. Nuraeni dan Purnamawati (2012). Desember 2006, hal:l 12-121.
Perilaku Pertolongan Persalinan oleh 14. Kemenkes. (2012). Peran Sosial
Dukun Bayi di Kabupaten Karawang Budaya dalam upaya meningkatkan
2011. Prosiding Seminar Nasional pemanfaatan program jaminan
Kesehatan Jurusan Kesehatan persalinan (Jampersal). Pusat
Masyarakat FKIK UNSOED Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan
Purwokerto, 31 Maret 2012. Pemberdayaan Masyarakat. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Sriwijaya | 197

Anda mungkin juga menyukai