Modul PDF
Modul PDF
(FLUID MECHANICS)
MODUL
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga modul pembelajaran MEKANIKA FLUIDA sebagai bagian
dari produk penelitian pengembangan Inovasi Pembelajaran (Inobel) 2018 dapat
terselesaikan.
Modul ini dimaksudkan sebagai pendamping matakuliah MEKANIKA
FLUIDA 1 dan 2 yang diperuntukkan bagi mahasiswa S1 jurusan teknik mesin,
dan juga sebagai pelengkap buku-buku wajib mekanika fluida lainnya.
Modul ini berisi konsep-konsep dasar dari mekanika fluida yang meliputi
sifat-sifat fluida, hidrostatika, translasi/rotasi, dinamika fluida, dan momentum,
serta penggunaannya di bidang teknik mesin dan aplikasi praktis lainnya.
Penyusunan materi dibuat serinci dan sekonkret mungkin agar lebih komunikatif
untuk dipelajari mahasiswa dan sesuai untuk penerapan pembelajaran berbasis
kehidupan (life base learning).
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Islamic Development Bank (IsDB) yang telah mendanai
penelitian pengembangan melalui program Inovasi Pembelajaran (Inobel) 2018.
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih belum sempurna, untuk itu
saran dan kritik membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan demi
perbaikan dan pengembangan modul ini.
i
DAFTAR ISI
ii
4.1 Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 30
4.2 Ruang Lingkup Materi ................................................................................ 30
4.3 Materi Pembelajaran .................................................................................... 30
4.3.1 Jenis-jenis Aliran .................................................................................. 30
4.3.2 Konservasi Massa ................................................................................. 33
4.3.3 Konservasi Energi ................................................................................. 34
4.3.4 Kerugian (Losses) ................................................................................. 39
4.4 Ringkasan Materi ........................................................................................ 46
4.5 Soal Latihan ................................................................................................. 47
BAB IV MOMENTUM ........................................................................................ 48
5.1 Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 48
5.2 Ruang Lingkup Materi ................................................................................ 48
5.3 Materi Pembelajaran .................................................................................... 48
5.3.1 Gaya pada Lempengan Datar ................................................................ 49
5.3.2 Gaya pada Sudu .................................................................................... 52
5.3.3 Gaya pada Pipa ..................................................................................... 54
5.4 Rangkuman Materi ...................................................................................... 56
5.5 Soal-soal Latihan ......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
TABEL 1 ............................................................................................................... 60
TABEL 2 ............................................................................................................... 61
iii
1
BAB I
SIFAT-SIFAT FLUIDA
variabel seperti jarak, ketinggian, atau simpangan. Sedangkan satuan adalah cara
khusus untuk mengkaitkan sebuah bilangan dengan dimensi kuantitatif. Misalnya,
meter dan inchi merupakan satuan numeris untuk menyatakan panjang.
Ada beberapa sisten satuan yang digunakan pada beberapa negara
termasuk Indonesia. Misalnya satuan Enggris, Metrik, dan SI. Dalam buku ini
sistem satuan yang digunakan adalah Satuan Internasional (SI).
Dalam sistem satuan SI, ada empat dimensi pokok yaitu panjang, massa,
suhu dan waktu. Massa dinyatakan dalam satuan kilogram (kg), panjang dalam
satuan meter (m), waktu dalam satuan detik (s), dan suhu dalam satuan derajat
celsius (0C). Semua dimensi lainnya dapat diturunkan dari keempat dimensi
pokok tersebut. Satuan gaya dan berat adalah perkalian massa dengan percepatan.
F = m (kg) x a (m/s2) kg m/s2 = Newton (N)
W = m (kg) x g (m/s2) Newton
Pengembangan lebih lanjut dari sistem satuan menghasilkan:
a. Berat jenis (γ) menyatakan berat per satuan volume (N/m3)
b. Massa jenis (ρ) menyatakan massa per satuan volume (kg/m3)
c. Volume jenis (v) menyatakan volume per satuan massa (m3/kg)
d. Usaha atau kerja (U) menyatakan gaya kali jarak (N m = Joule)
e. Daya atau tenaga (P) menyatakan kerja per satuan waktu (N m/s = Watt)
f. Tekanan (p) menyatakan gaya per satuan luas (N/m2 = Pascal)
Tekanan yang diukur relatif terhadap tekanan atmosfir lokal dinamakan
tekanan pengukuran (gage pressure). Jadi, jika tekanan yang terjadi lebih kecil
dari tekanan atmosfir, maka dinyatakan tekanannya adalah negatif. Tekanan yang
diukur relatif terhadap tekanan udara hampa dinamakan tekanan absolut. Dalam
mekanika fluida, tekanan diukur relatif terhadap tekanan udara atmosfir. Jadi,
tekanan pada udara atmosfir sama dengan nol. Hubungann antara tekanan
pengukuran dan tekanan absolut adalah sebagai berikut.
Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan pengukuran
Tekanan vakum = tekanan atmosfir – tekanan absolut
= - tekanan pengukuran
1 atmosfir (atm) = 101.325 Pa
3
1.3.3 Kekentalan
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai kemampuan fluida dalam
menahan gaya geser. Kekentalan merupakan salah satu sifat fluida yang penting
khususnya pada fluida yang mengalir. Pada saat fluida bergerak atau mengalir,
maka antar molekul fluida mengalami geseran atau transfer momentum. Pada
fluida yang kekentalannya lebih tinggi, gaya geser antar molekulnya lebih besar
dibanding dengan fluida yang kekentalannya lebih rendah.
Kekentalan fluida cair akan menurun dengan bertambahnya suhu,
sedangkan kekentalan fluida gas akan meningkat dengan bertambahnya suhu.
Perbedaan perubahan kekentalan terhadap perubahan suhu tersebut karena
penyebab kekentalan pada gas dan cairan adalah berbeda. Kekentalan pada cairan
disebabkan oleh gaya kohesi dari molekul-molekulnya sehingga kohesi
merupakan penyebab utama kekentalan pada cairan. Fluida cair memiliki jarak
molekul yang lebih rapat sehingga gaya kohesinya lebih kuat dibanding gas. Gaya
kohesi akan berkurang dengan bertambahnya suhu sehinga bertambahnya suhu
pada cairan akan menurunkan kekentalannya. Sedangkan pada gas, kekentalan
disebabkan oleh besarnya aktifitas perpindahan molekulnya. Aktifitas
perpindahan molekul akan meningkat jika suhunya bertambah. Oleh karena itu,
bertambahnya suhu akan meningkatkan kekentalan pada gas.
Untuk menentukan kekentalan suatu fluida, perhatikan dua lempengan
sejajar yang diantara dua lempengan tersebut diisi dengan fluida yang akan diukur
kekentalannya seperti ditunjukkan pada gambar 1.1.
berubah. Fluida yang ada antara BC berpindah menjadi BC’. Besarnya gaya F
untuk menggerakkan lempengan atas berbanding lurus dengan kecepatyan v dan
luas penampang (A), namun berbanding terbalik dengan jarak lempengan (y).
Artinya, kecepatan (V) dan luas (A) yang besar memerlukan gaya yang besar
sedangkan jarak (y) yang besar memerlukan gaya yang kecil.
F ~ A . v/y F/A ~ v/y
F/A = τ tegangan geser
τ ~ v/y
Untuk membuat kesebandingan menjadi persamaan, maka perlu memasukkan
koefisien seperti µ.
τ = µ (v/y) µ = τ (v/y) ............... Pers. 1.1 a
µ = F/A (v/y) ............... Pers. 1.1 b
dinamakan kekentalan dinamis (dinamic viscosity) dengan satuan pascal detik (Pa
det). Dalam sistem cgs satuan untuk kekentalan dinamis adalah poise dimana satu
poise sama dengan 104 Pa det. Fluida yang mempunyai hubungan linier antara
tegangan geser (τ) dan regangan (v/y) dinamakan fluida Newtonian. Sedangkan
fluida yang hubungannya tidak linier antara tegangan geser dengan regangannya
dinamakan fluida non Newtonian.
Selain kekentalan dinamis, jenis kekentalan yang lain adalah kekentalan
kinematik yang besarnya sama dengan kekentalan dinamis dibagi menjadi massa
jenisnya.
V = µ / ρ satuan m2/detik
Dalam satuan cgs, satuan kekentalan kinematik adalah stoke dimana satu stoke
sama dengan 104 m2/detik.
Untuk menentukan kekentalan fluida diantara dua tabung koaksial seperti
ditunjukkan pada gambar 1.2, prosedurnya sama dengan dua papan paralel.
5
BAB II
HIDROSTATIKA
dF2 = (p + dp) dA
dW = γ dy dA
jika balok dalam keadaan setimbang, maka:
dF1 + dW = dF2
p dA + γ dy dA = (p + dp) dA
γ dy = dp
ℎ ℎ
∫ 𝑑𝑝 = γ ∫ 𝑑𝑦
0 0
Gambar 2.3
Penyelesaian:
Tekanan pada dasar minyak (PB) adalah
PB = γ h – Po = ρ g h – Po
= 750 x 9,81 x 1,5 – 0
= 11036,25 Pa
Tekanan pada dasar tangki (PA) adalah
PA = ρ g h – PB
= 1000 x 9,81 x 2 – 11036,25
= 30656,25 Pa
2.3.2 Gaya pada Dinding
Fluida gas memiliki distribusi tekanan yang relatif merata sehingga gaya
pada dinding besarnya sama dengan tekanan kali luas permukaan dinding. Pada
fluida cair, distribusi tekanan pada bidang samping tidak merata pada seluruh
permukaan dinding seperti ditunjukkan pada gambar 2.4
d
Gambar 2.4 Distribusi tekanan
Tekanan pada dinding samping berbanding linier dengan kedalamannya
untuk menghitung total gaya pada bidang samping digunakan metode integral.
Gaya pada luasan kecil dA dihitung kemudian dijumlahkan secara integral mulai
11
dari permukaan fluida sampai kedalaman bidang. Gaya pada luasan dA adalah
sebagai berikut.
dG = P x d A P = γ x y
dA = L x dy
h
∫ dG = γ L ∫ y dy
0
G = (γ heg + Po) A
G = Peg A
Dari persamaan 2.2 dapat dikatakan bahwa gaya pada bidang besarnya
sama dengan berat jenis kali jarak pusat berat ke permukaan kali luas bidang
ditambah gaya akibat tekanan pada permukaan. Atau dapat juga dikatakan bahwa
gaya pada suatu bidang sama dengan tekanan pada pusat berat kali luas bidang.
Untuk dinding yang miring, persamaan untuk menghitung gaya tetap sama
seperti pada dinding tegak. Jika heg diukur melalui yeg maka heg = yeg sin α.
Gambar 2.6
Diketahui:
γ = ρ g = 1000 kg/m3 x 9,81 m/s2
heg = ½ x 2 = 1
A=2x2=4
Po = 0
Penyelesaian:
Gaya pada bidang ABCD:
13
G = γ heg A + Po A
G = 1000 x 9,81 x 1 x 4 = 39240 N
Gaya pada bidang EFGH:
G = γ heg A + Po A
Dimana: heg = (½ x 1) + 1 = 1,5
A=2x1=2
G = 1000 x 9,81 x 1,5 x 2 = 29430 N
Contoh soal 2.3:
Hitung gaya pada bidang ABCD seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini jika bejana diisi dengan air. Panjang AB = 2 m, BE = 2,8 m, BC = 1,5
m, α = 45 derajat.
Gambar 2.7
Diketahui:
heg = yeg sin α
= (1/2 BC + CE) sin 45
= (0,75 + 1,3) sin 45
= 1,45 m
A = AB x BC
= 2 x 2,8 = 5,6 m2
Penyelesaian:
G = γ heg A + Po A
G = 10000 x 1,45 x 5,6 + 0
= 81200 N
14
= ∫ dG x y
dG = γ y dA
hep = pusat gaya keseimbangan momen
G hep = ∫ dG y
γ heg A hep = ∫ γ y 2 dA
heg A hep = ∫ y 2 dA
∫ y 2 dA
hep =
heg A
∫ y 2 dA = momen inersia luasan (lo) yaitu luas kali kuadrat jarak.
lo
hep =
heg A
Penyelesaian terhadap momen inersia (gambar 2.9)
15
Gambar 2.10
Penyelesaian:
Letak pusat berat bidang ABCD
heg = ½ BC = ½ x 2 = 1 m
lx = 1/12 x AB x BC3
= 1/12 x 1 x 23
= 0,666 m4
A = 1 x 2 = 2 m2
lx
hep = heg +
heg A
0,666
hep = 1 + = 1,333 m
2x1
Letak pusat berat bidang EFGH
heg = ½ FG + GJ = ½ x 1 +1 = 1,5 m
lx = 1/12 x EF x FG3
= 1/12 x 1 x 13
= 0,083 m4
A = 1 x 2 = 2 m2
lx
hep = heg +
heg A
0,083
hep = 1,5 + = 1,583 m
1 x 1,5
2.4 Rangkuman Materi
Tekanan di dalam fluida cair bervariasi menurut kedalamannya. Besarnya
tekanan di dalam fluida cair adalah sebagai berikut.
17
P = γ h + Po
Dengan adanya tekanan dalam fluida, maka dinding bejana tempat fluida
mendapat gaya tekan. Besarnya gaya tekan pada dinding adalah sebagai berikut.
G = γ heg A + Po A
Pada dinding miring, heg diukur dari pusat berat bidang vertikal ke permukaan.
Jika jarak pusat berat ke permukaan diukur pada bidangnya (yeg) dan sudut
kemiringannya adalah α, maka persamaan gaya bada bidang miring menjadi
berikut.
G = γ yeg A sin α + Po A
Pusat dari gaya dinding pada fluida cair tidak berada pada pusat beratnya. Letak
dari pusat gaya dinding pada fluida cair adalah sebagai berikut.
lx
hep = heg +
heg A
2.4 Soal-soal Latihan
1. Dalam sebuah tangki tertutup terdapat air raksa setinggi 0,5 m (ρ 13570
kg/m3), air setinggi 1 m dan minyak setinggi 1,5 m (ρ 750 kg/m3), dan
udara. Jika tekanan pada dasar tangki 100000 N/m2. Hitung tekanan udara
di atas minyak.
2. Tangki pada gambar 2.11 berisi minyak (ρ 750 kg/m3). Tentukan
pembacaan meteran pada meteran A, jika letak meteran berada 3 m di
bawah permukaan fluida.
3. Hitung tekanan pada titik-titik A, B, C, D sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 2.12.
18
4. Sebuah tangki yang ditunjukkan pada gambar 2.13 berisi minyak (ρ 750
kg/m3) dan air. Hitung tekanan udara yang ada di atas minyak.
5. Dengan melihat gambar 2.14, tentukanlah (a) gaya yang dikerjakan air
pada dasar lempengan AB, (b) gaya total di bidang C.
8. Sebuah tangki dengan sisi-sisi tegak berisi 0,9 m air raksa dan 5 m air.
Carilah gaya total pada suatu bagian bujur sangkar dari satu sisi 0,6 m x
0,6 m, setengah dari luas ini berada di bawah permukaan air raksa. Sisi-
sisibujur sangkarnya tegak dan mendatar.
9. Sebuah segitiga sama kaki, alasnya 5,5 m tinggi 7,3 m, tercelup tegak
dalam minyak yang massanya 800 kg/m3 dengan sumbu simetrinya
mendatar. Jika ujung sumbu mendatarnya 4 m, tentukan gaya total pada
satu muka segitiga dan letakkan pusat tekanannya secara tegak.
10. Minyak dengan massa jenis 800 kg/m3 menekan sebuah permukaan
segitiga tegak yang puncaknya di permukaan minyak tersebut. Segitiga itu
tingginya 2,7 m dengan lebarnya 3,6 m. Sebuah permukaan segiempat
tegak yang tingginya 2,4 m dipasang di alas 3,6 m dari segitiga tersebut
ditekan oleh air. Tentukan besar dan kedudukan gaya resultan pada
seluruh permukaan tersebut.
11. Sebuah cincin bergaris tenga 1 m dan 2 m. Titik pusat cincin tersebut
terletak 3 m dari permukaan air. Berapakah gaya pada cincin tersebut.
12. Sebuah permukaan segiempat panjang 3 m dan tingginya 4 m, titik
pusatnya terletak 6 m di bawah permukaan minya. Massa jenis minyak
800 kg/m3. Hitung gaya pada permukaan tersebut.
13. Sebuah segiempat mendatar sis-sisinya 1,2 m dimasukkan ke dalam air
sehingga pusat tekanannya berada 75 mm di bawah permukaan air.
Tentukan gaya total yang diterima bidang tersebut.
20
BAB III
TRANSLASI DAN ROTASI
P = ρ g h (1 + a/g)
P = 10000 x 1,5 (1 + 5/9,81) = 22500 Pa
c) Pada saat bejana digerakkan ke bawah dengan percepatan 5 m/s2
tekanannya:
P = ρ g h (1 - a/g)
P = 10000 x 1,5 (1 - 5/9,81) = 7500 Pa
3.3.2 Translasi Horizontal
Perhatikan gambar 3.2a, sebuah bejana berisi fluida pada ketinggian
tertentu. Jika bejana didorong ke kiri dengan gaya F, maka bejana dan fluida akan
bergerak dengan percepatan a m/s2. Permukaan fluida akan miring dengan
kemiringan sebesar α derajat seperti ditunjukkan pada gambar 3.2b.
dengan alas panjang bejana (L) dan tinggi 2b.. dengan dmeikian kemiringan
permukaan fluida juga dapat ditentukan dengan persamaan:
2b
Tg α = … … … … . Pers. 3.4
L
Dengan adanya perubahan tinggi permukaan fluida pada bagian depan dan
belakang bejana, maka tekanan pada dasar bejana juga mengalami perubahan
sesuai dengan ketinggiannya.
Contoh 3.2:
Sebuah bejana panjang 2m, lebar 1 m dan tinggi 2 m, diisi air setinggi 1 m.
Bejana tersebut digerakkan searah panjangnya dengan percepatan 5 m/s2.
Hitunglah:
a) Kemiringan permukaan fluida
b) Tekanan pada dasar bejana sisi depan dan belakang
c) Gaya pada bidang depan dan belakang bejana
Penyelesaian:
a) Kemiringan permukaan fluida
Tg α = a/g = 5/9,81 = 0,509
α = arc Tg 0,5 = 27 derajat
b) Tekanan pada dasar bejana
Tg α = 2b/L = a/g
2b = L a/g = 2 x 5/9,81 = 1,01 m
b = 0,5 m
Tinggi air di sisi depan bejana: h1 = 1 – 0,5 = 0,5 m
Tinggi air di sisi belakang bejana: h2 = 1 + 0,5 = 1,5 m
Tekanan pada dasar bejana sisi depan: P = γ h1 = 10000 x 0,5 = 5000 Pa
Tekanan pada dasar bejana sisi belakang: P = γ h2 = 10000 x 1,5 = 15000
Pa
c) Gaya pada bidang bejana sisi depan: G = γ heg A = 10000 x (1/2 x 0,5) (0,5
x 1)
G = 1250 N
Gaya pada bidang bejana sisi belakang G = γ heg A = 10000 x (1/2 x 1,5)
(1,5 x 1)
G = 11250 N
24
Gambar 3.3
Sebelum bejana digerakkan, volume fluida dalam bejana 3.3a adalah V = 2
x 1 x 1 = 2 m3. Setelah digerakkan dengan percepatan 5 m/s2, maka sebagian air
ada yang tumpah dan sebagian air tinggal di dalam bejana. Air yang tinggal di
dalam bejana seperti tampak pada gambar 3.3b. kita tidak bisa menghitung
volume tang tumpah tetapi kita bisa menghitung volume yang masih tinggal
dalam bejana. Volume air yang tumpah merupakan selisih antara volume air
sebelum digerakkan dikurang volume air setelah digerakkan. Untuk menghitung
volume air yang masih berada dalam bejana, perlu menghitung terlebih dahulu
kemiringan permukaan air.
Tg α = a/g = 5/9,81 = 0,5
Tg α = 2b = 0,5
2b = 0,5 x L = 0,5 x 2 = 1
DE = 2b = 1 m
AD = 1,25 – 1 = 0,25
Volume air yang tinggal dalam bejana = VABCD - VBCE
25
= (2 x 1 x 0,25) – (1/2 x 2 x 1)
= 1,5 m3
Volume air yang tumpah = Vawal – Vsisa
= 2 – 1,5 = 0,5 m3
3.3.3 Gerak Rotasi
Jika sebuah tangki silinder diisi dengan fluida kemudian diputar pada
sumbunya, maka fluida akan ikut berputar. Akibat putaran tersebut, partikel-
partikel fluida mendapat gaya sentrifugal ke arah menjauhi sumbu sehingga fluida
yang di tengah bejana terdorong ke arah dinding. Permukaan fluida di sumbu
tangki akan turun dan di dinding permukaannya naik seperti ditunjukkan pada
gambar 3.4b.
ω2 x 2
𝑦= … … … … … Pers. 3.5
2g
Jadi bentuk permukaan dari fluida yang diputar dalam bejana merupakan bentuk
persamaan kuadrat atau parabola. Dengan menggunakan cara pendekatan, maka
penurunan permukaan fluida di tengah (di sumbu) sama dengan kenaikan
permukaan fluida di dinding bejana. Tekanan pada dasar tangki dengan sendirinya
menyesuaikan dengan ketinggian fluida.
Contoh soal 3.4:
Sebuah bejana silinder diameter 2 m, tinggi 1,5 m, diisi air 1 m. Bejana diputar
dengan kecepatan 30 rpm. Tentukan tinggi air pada dinding bejana.
Gambar 3.5
Penyelesaian:
ω = π D n/6
= 3,14 x 2 x 30/60
= 3,14 rad/s
x=R=1m
ω2 x 2 3,142 x 12
𝑦= = = 0,5 m
2g 2 x 9,81
Jadi pada saat x = R = 1 m, beda tinggi permukaan fluida antara yang di tenga dan
di tepi sama dengan y = 0,5 m seperti ditunjukkan pada gambar 3.5.
Dengan demikian, tinggi air pada tengah bejana turun sebesar ½ y = 0,25 m dan
tinggi air pada dinding bejana naik sebesar ½ y = 0,25 m, sehingga tinggi air di
tengah bejana menjadi 1 – 0,25 = 0,75 m dan tinggi air pada dinding bejana
menjadi 1 + 0,25 = 1,25 m.
Contoh soal 3.5:
27
Seperti pada contoh 3.4, (a) pada kecepatan berapakah silinder harus
diputar agar permukaan air pada dinding tepat setinggi dinding, (b) tekanan di
dasar tangki bagian tengah dan tepi dan (c) pada kecepatan berapakah silinder
harus diputar agar permukaan air pada tengah silinder sama dengan nol.
Penyelesaian:
a) Pada saat tinggi air pada dinding silinder sama dengan tinggi dinding,
maka permukaan air pada dinding harus naik setinggi 0,5 m dan di tengah
turun 0,5 m juga sehingga jika x = R = 1 m, maka y = 0,5 + 0,5 = 1 m.
ω2 x 2
𝑦=
2g
ω2 x 12
1=
2 x 9,81
ω = 4,42 rad/s
b) Tinggi air di tengah adalah h = 1 – 0,5 = 0,5 m
Tinggi air di dinding adalah h = 1 + 0,5 = 1,5 m
Tekanan pada dasar tangki bagian tengah adalah:
P = γ h = 10000 x 0,5 = 5000 Pa
Tekanan pada dasar tangki adalah:
P = γ h = 10000 x 1,5 = 15000 Pa
c) Pada saat tinggi air pada tengah silinder sama dengan nol, maka
permukaan air pada dinding akan naik menjadi 1 + 1 = 2 m. Karena tinggi
dinding hanya 1,5 m, maka sebagian air akan tumpah dan akhirnya tinggi
air pada dinding hanya setinggi dinding yaitu 1,5 m. Jika x = R = 1 m,
maka y = 2 m seperti ditunjukkan gambar 3.6.
Gambar 3.6
ω2 x 2
𝑦=
2g
28
ω2 x 12
2=
2 x 9,81
ω = 6,26 rad/s
3.4 Rangkuman Materi
Gerak translasi dan rotasi mempelajari perubahan tekanan pada fluida cair
akibat bejana yang di tempatnya diberi percepatan. Jika sebuah bejana yang diisi
fluida cair digerakkan vertikal dengan percepatan a m/s2 maka tekanan dalam
fluida akan menjadi sebagai berikut.
P = ρ g h (1 + a/g) untuk gerak ke atas
P = ρ g h (1 - a/g) untuk gerak ke bawah
Jika sebuah bejana yang diisi fluida cair digerakkan horisontal dengan
percepatan tertentu, maka sebagian fluida yang berada di bagian depan akan
terdorong ke belakang sehingga permukaan fluida bagian depan akan menurun,
sedangkan permukaan fluida bagian belakang akan naik. Kemiringan permukaan
fluida dihitung dengan persamaan.
a
Tg α =
g
Turunnya permukaan fluida pada bagian dinding depan sama dengan naiknya
permukaan fluida pada dinding bejana bagian belakang. Tekanan pada dasar
bejana menjadi tidak merata sesuai dengan ketinggian permukaan fluida.
Fluida yang ditempatkan pada sebuah bejana silinder kemudian diputar
pada sumbunya maka fluida yang ada di tengah bejana akan terdorong oleh gaya
sentrifugal ke arah menjadi sumbu. Permukaan fluida yang ada di tengah akan
turun, sedangkan yang ada di dinding bejana akan naik. Permukaan fluida akan
membentuk sebuah parabola dengan persamaan sebagai berikut.
ω2 x 2
𝑦=
2g
3.5 Latihan Soal
1. Sebuah bejana sebagian diisi dengan air digerakkan dengan percepatan
kosntan. Kemiringan permukaan air 30 derajat. Tentukan percepatan
bejana tersebut.
29
BAB IV
DINAMIKA FLUIDA
Aliran transien atau tidak stedi terjadi jika suatu aliran kecepatannya selalu
berubah terhadap waktu. Misalnya, sebuah katup yang dibuka pelan-pelan maka
kecepatan aliran selalu berubah. Jika katup telah terbuka penuh maka alirannya
menjadi stedi. Secara matematis aliran transien ditulis sebagai ∂V/∂t ≠ 0.
Aliran seragam merupakan jenis aliran dimana kecepatan aliran sepanjang
aliran adalah sama. Misalnya, fluida yang dialirkan melalui saluran yang
penampangnya konstan sehingga tidak ada perubahan kecepatan sepanjang aliran.
Jadi aliran seragam terjadi jika luas penampang saluran konstan sepanjang aliran.
Secara matematis aliran seragam ditulis sebagai ∂V/∂s = 0. Sebaliknya, aliran tak
seragam terjadi jika luas saluran mengalami perubahan sehingga kecpatan di satu
tempat berbeda dengan tempat lain, maka aliran dikatakan tidak seragam.
Misalnya, pada pipa yang mengecil atau membesar secara mendadak. Secara
matematis aliran tak seragam ditulis sebagai ∂V/∂s ≠ 0.
Aliran satu dimensi merupakan aliran dimana arah kecepatan hanya
diperhitungkan pada aliran utama dan mengabaikan pada arah yang lain. Aliran
melalui pipa biasanya diasumsikan sebagai aliran satu dimensi. Sifat-sifat aliran
seperti kecepatan dihitung sebagai kecepatan rata-rata. Persoalan dalam praktik
biasanya menjadi sederhana jika dilakukan analisis aliran satu dimensi dibanding
dengan aliran dua atau tiga dimensi.
Aliran dua dimensi merupakan analis aliran yang mengasumsikan fluida
mengalir dalam bidang-bidang datar yang sejajar. Dalam koordinat kartesian,
aliran arah x dan y. Sedangkan aliran tiga dimensi adalah aliran yang komponen-
komponen kecepatannya merupakan fungsi koordinat ruang x, y, dan z dengan
kecepatan u, v, dan w. Analisis aliran tiga dimensi biasanya matematikanya rumit
sehingga aliran yang batas geometrinya sederhanya yang dapat ditangani.
Aliran laminar, partikel-partikel fluida bergeraksepanjang lintasan sejajar
dengan partikel sebelahnya. Karena kecepatan partikel yang bersebelahan
kemungkinan berbeda, maka partikel-partikel dalam aliran laminar membentuk
lapisan-lapisan aliran. Selama viskositas mampu menahan atau meredam
goncangan aliran, maka masih terjadi aliran laminar. Jika goncangan menjadi
besar karena kecepatan aliran menjadi tinggi dan viskositas tidak mampu
32
meredamnya, maka alirannya akan menjadi acak sehingga alirannya tidak lagi
laminar.
Aliran turbulen sering terjadi dalam praktik perekayasaan. Dalam aliran
turbulen, partikel-partikel fluida bergerak dalam lintasan yang sangat tidak teratur
atau acak. Ketidak teraturan arah aliran partikel fluida tersebut mengakibatkan
adanya geseran antar partikel dan pertukaran momentum. Semakin besar
turbulensi suatu aliran maka semakin besra pula energi yang hilang sepanjang
aliran. Oleh karena itu, kerugian (losses) pada aliran turbulen lebih besar
dibanding dengan aliran laminar.
Untuk mengetahui jenis aliran dapat diketahui dengan melakukan
pengamatan pada pipa transparan/flexiglass. Cairan berwarna disuntikkan ke
dalam aliran pada tengah saluran. Jika dalam pengamatan cairan berwarna masih
dapat mengalir pada posisi semula seperti membentuk garis, maka yang terjadi
adalah aliran laminar. Namun, jika cairan berwarna mengalir dengan acak dan
bercampur dengan fluida yang mengalir, maka dapat dikatakan alirannya adalah
turbulen. Reynold melakukan pengamatan pada berbagai macam fluida dan
menghubungkan dengan diameter saluran, kecepatan aliran, dan viskositas.
Semakin besar diameter saluran dan kecepatan aliran, maka aliran cenderung
turbulen. Sebaliknya, semakin besar kekentalan fluida, maka alirannya cenderung
laminar. Analisis Reynold menghasilkan sebuah formula atau rumus tak
berdimensi untuk mengetahui apakah aliran yang terjadi laminar atau turbulen.
DxV DxVxρ
Re = atau R e =
ʋ µ
Keterangan:
Re = Bilangan Reynold
D = Diameter saluran (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
ʋ = Viskositas kekentalan kinematis (m2/s)
𝜌 = Massa jenis fluida (kg/m3)
µ = Viskositas dinamis (Pa. s)
Nilai dari Re dinamakan bilangan Reynold. Jika nilai Re kurang dari 2000,
maka aliran yang terjadi masih laminar. Jika Re antara 2000 – 4000, maka aliran
33
yang terjadi tidak lagi laminar murni namun juga belum turbulen murni sehingga
aliran ini dinamakan jenis aliran peralihan. Jika nilai Re lebih dari 4000, maka
aliran sudah murni turbulen.
Contoh soal 5.1:
Air mengalir pada pipa berdiameter 20 cm dengan kecepatan 0,5 m/s.
Viskositas air 1,55 x 10-6 m2/s. tentukan bilangan Re dan jenis alirannya.
Jawaban: Re = (D x V) / ʋ
= (0,2 x 0,5) / 1,55 x 10-6
= 6451,61
Karena nilai Re lebih besar dari 4000, maka aliran yang terjadi adalah
turbulen.
4.3.2 Konservasi Massa
Volume kontrol (control volume) merupakan suatu volume tertentu pada
aliran yang ditinjau baik materi maupun energinya seperti ditunjukkan pada
gambar 5.1.
Jadi jika aliran telah stedi, maka massa yang melewati pada sembarang titik
adalah konstan. Jumlah massa yang tidak berubah dalam aliran fluida ini dikenal
dengan hukum konservasi massa.
Massa adalah dimensi pokok dalam satuan kologram (kg) dan besarnya
massa dalam aliran adalah sama dengan debit dikali massa jenis.
m=Qxρ
Besarnya debit dari fluida yang mengalir sama dengan luas saluran dikali
kecepatan sehingga massa sama dengan:
m=AxVxρ
Jika diambil dua titik yang berbeda, karena m1 = m2 maka persamaan konservasi
massa adalah sebagai berikut.
A1 x V1 x ρ1 = A2 x V2 x ρ2 ............... Pers. 5.1
Persamaan 5.1 dikenal dengan persamaan kontinuitas untuk semua fluida. Untuk
fluida cair (incompressible) massa jenis sepanjang aliran adalah konstan sehingga
ρ1 = ρ2 dan persamaan kontinuitas untuk fluida cair adalah sebagai berikut.
A1 x V1 = A2 x V2 ............... Pers. 5.1
4.3.3 Konservasi Energi
Di alam ini tersedia energi dengan berbagai bentuk. Misalnya energi
mekanik, energi kinetik, energi potensial, dan sebagainya. Untuk mendapatkan
energi dalam bentuk tertentu, kita bisa menciptakannya. Namun, kita dapat
merubah atau mengkonversi satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang
diinginkan.
Dalam aliran fluida cair, ada beberapa bentuk energi yang menjadi bagian
dari energi aliran. Energi tekanan yaitu energi yang ditimbulkan karena adanya
tekanan dalam aliran. Energi kinetik, yaitu energi yang ditimbulkan karena adanya
kecepatan aliran. Energi potensial, yaitu energi yang ditimbulkan karena adanya
posisi fluida terhadap tempat tertentu atau referensi.
Dalam aliran fluida, persamaan aliran yang paling umum dan yang
melibatkan semua sifat aliran adalah persamaan Navier Stoke. Bentuk persamaan
Navier Stoke adalah sebagai berikut.
∂u ∂u ∂u ∂u ∂P ∂2 u ∂2 u ∂2 u
ρ[ +u +v +w ]=− + ρg + µ [ 2 + 2 + 2 ] … … . Pers. 5.3
∂t ∂x ∂y ∂z ∂x ∂x ∂y ∂z
35
Gambar 5.3
Penyelesaian:
Persamaan kontinuitas AA x VA = AB x VB
VA = (AB/AA) VB = (0,25/0,5)2 x VB
= ¼ VB
VA2 = 1/16 VB2
Tekanan di C = tekanan di D
PA + ρg (0,2 + 0,25) = PB + ρg 0,25 + ρg 0,2
PA + 9810 (0,2 + 0,25) = PB +( 133121,7 x 0,25) + (9810 x 0,2)
PA - PB = 30827,925 Pa
Persamaan Bernouli
PA/ρg + VA2/2g + ZA = PB/ρg + VB2/2g + ZB ZA - ZB
PA − PB VB 2 − VA 2
+
1000 x 9,81 2 x 9,81
PA - PB = 500 (VB2 - 1/16 VB2)
38
Penyelesaian:
V d/v = (1,5 x 0,305)/(1,13 x 10-6) = 411.000 (aliran turbulen)
Dari diagram Moody (lampiran 1) untuk besi tuang tanpa lapisan nilai ε antara 0,6
mm, diambil harga rancangan ε = 0,24 sehingga kekasaran relatifnya ε/d =
0,24/305 = 0,0008. Untuk ε/d = 0,0008 dan Re = 411.000, nilai f = 0,019.
L V2 350 1,52
Kerugian gesek : hL = f d = 0,019 0,305 2 x 9,81 − 2,3 𝑚
2g
D 3.5 θ 0.5
f = [0,131 + 1,847 ( ) ] ( )
2R 90
0,25 3.5 90 0.5
f = [0,131 + 1,847 ( ) ] ( ) = 0,21
2 x 0,3 90
Kerugian belokan adalah:
V2 22
hb = f = 0,21 x = 0,042 m
2g 2 x 9,81
Kerugian Katup
Katup merupakan alat kelengkapan instalasi aliran fluida yang sangat
penting. Fungsi katup adalah untukmengatur besarnya debit sesuai dengan
kebutuhan. Ada beberapa macam katup, namun secara garis besar katup
dibedakan atas katup gate dan globe. Kerugian katup dipengaruhi oleh jenis katup
dan pembukaannya. Katup yang dibuka hanya sedikit menyebabkan pusaran yang
besar di sekitar katup sehingga kerugiannya relatif besar. Untuk katu gate dan
katup globe koefisien kerugiannya diberikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Koefisien kerugian katup (f)
Kondisi Pembukaan Katup Gate Katup Globe
Terbuka penuh 1,0 1,0
Terbuka 75 % 3–5 1,5 – 2
Terbuka 50 % 12 – 22 2–3
Terbuka 25 % 70 – 120 6–8
Kerugian katup:
V2
hk = f
2g
Kerugian Orifis
Kerugian pada orifis dipengaruhi oleh kecepatan aliran juga dipengaruhi oleh
perbandingan diameter pipa dengan diameter orifis. Besarnya koefisien kerugian
orifis pada oerbandingan diamter pipa dengan diameter orifis tertentu disajikan
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Koefisien kerugian orifis
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
43
2 A1 2 A1
P1 − P2 = ρ V1 [( ) − ]
A2 A2
Subtitusi persamaan ini ke dalam persamaan energi dan mengeliminasi V2 pada
persamaan kontinuitas menghasilkan persamaan berikut.
A1 2 V1 2
hc = (1 − ) ( )
A2 2g
Kerugian pada pembesaran saluran dan koefisien kerugian sudden enlargement
adalah sebagai berikut.
A1 2 D1 2
f = (1 − ) atau (1 − )
A2 D2
Contoh soal 5.9:
Sebuah instalasi pompa tersusun seperti pada gambar di bawah. tentukan total
kerugian pada instalasi dan tenaga pompa, jika debit yang dihasilkan 0,1 m3/det.
45
Penyelesaian:
Kerugian gesek:
Ada dua ukuran pipa yaitu pipa diamter 10 cm dan 4 cm. Untuk pipa 10 cm
panjangnya 7 m dan pipa 4 cm panjangnya 1 m. Kecepatan aliran pada pipa 10 cm
adalah V = Q/A = 0,01/(0,785 x 0,12) = 1,27 m/s. Sedangkan pipa 4 cm kecepatan
alirannya V = Q/A = 0,01/(0,785 x 0,0042) = 7,96 m/s. Jika koefisien kerugian
gesek dihitung dengan rumus Darcy, maka didapatkan:
Untuk pipa 10 cm:
0,0005 0,0005
f = 0,020 + = 0,020 + = 0,025
D 0,01
hf = f (L/D) V2/2g = 0,025 x (7/0,01) x 1,272/(2 x 9,81) = 0,14 m
Untuk pipa 4 cm:
0,0005 0,0005
f = 0,020 + = 0,020 + = 0,0325
D 0,04
hf = f (L/D) V2/2g = 0,0325 x (1/0,04) x 7,962/(2 x 9,81) = 2,62 m
Jadi total kerugian gesek hf = 0,14 + 2,62 = 2,76 m
Untuk belokan ada tiga belokan. Koefisien kerugian tiap belokan adalah sebagai
berikut.
D 3.5 θ 0.5
f = [0,131 + 1,847 ( ) ] ( )
2R 90
0,01 3.5 90 0.5
f = [0,131 + 1,847 ( ) ] ( ) = 1,97
2 x 0,05 90
hb = n f (V2/2g) = 3 x 1,97 (1,272/2 x 9,81) = 0,48 m
46
energi pada komponen seperti belokan, katup, orifis, dan lainnya. secara umum
besarnya kerugian energi merupakan perkalian antara koefisien kerugian dengan
energi kinetiknya seperti rumus berikut.
V2
hL = f
2g
Total kerugian untuk seluruh instalasi merupakan jumlah dari kerugian
major dan kerugian-kerugian minor yang ada pada instalasi.
4.5 Soal Latihan
1. Sebuah pipa 150 mm mengalirkan 0,08 m3/s air. Pipa itu bercabang
menjadi 2, yang satu garis tengahnya 50 mm dan yang lain garis
tengahnya 100 mm. Jika kecepatan dalam pipa 50 mm besarnya 12 m/s,
berapakah kecepatan dalam pipa 100 mm?
2. Sebuah pipa 0,3 m mengalirkan air dengan massa jenis 812 kg/m3 pada
debit 0,11 m3/s dan tekanannya di suatu titik A adalah 0,8 bar. Jika titik A
berada 1,9 m di atas bidang referensi,hitung energi di titik A.
3. Air mengalir melalui sebuah pipa mendatar 150 mm di bawah tekanan
4,14 bar. Jika terjadi perubahan ukuran pipa menjadi 75 mm dan tak ada
kerugian energi, hitung jika tekanan pada pipa 75 mm sebesar 1,38 bar.
4. Air mengalir ke atas dalam sebuah pipa tegak 300 mm pada laju 0,22
mm3/s. di titik A dalam pipa tekanannya 2,1 bar. Di titik B 4,6 m di atas A,
garis tengahnya 0,6 m dan head turun A ke B 1,8 m. Tentukan tekanan di
B.
5. Air mengalir dari A ke B yang panjangnya 244 m pada pipa besi tuang (ε
= 0,6) bergaris tengah 305 mm. Titik B terletak 9,14 m di atas A. Tekanan
di B dipertahankan 1,38 bar. Jika debit aliran 0,22 m3/s, berapakah tekanan
di A.
6. Sebuah pipa tua garis tengahnya 610 mm, panjangnya 1219 m,
mengalirkan air dari A ke b. Tekanan di A dan di B masing-masing3,93
bar dan 1,38 bar. Titik B berada 18,29 m di atas A. Hitung debit aliran
dengan menggunakan ε = 0,49.
48
BAB IV
MOMENTUM
atau
Q1 cos θ = Q3 - Q2 ..................... I
Dari persamaan kontinuitas: Q1 = Q3 + Q2 ................... II
Penyelesaian persamaan I dan II menghasilkan:
Q3 = ½ Q1 (1 + cos θ) ................. Pers. 5.2
Q2 = ½ Q1 (1 - cos θ) .................. Pers. 5.2
Persamaan 5.2 hanya dapat diterapkan jika pembagian debit hanya dipengaruhi
oleh kemiringan plat. Jika ada faktor lain, misalnya luas salurannya dibuat tidak
sama untuk mengatur jumlah alirannya, maka persamaan 5.2 tidak dapat
diterapkan.
Contoh soal 5.1:
Suatu semburan air bergaris tengan 75 mm dengan kecepatan 25 m/s,
bergerak ke kanan mengenai lempengan datar yang ditahan bergerak lurus.
Hitunglah:
a. Besar dan arah gaya yang diterima lempengan jika lempengan diam.
b. Besar dan arah gaya yang diterima lempengan jika lempengan bergerak ke
kanan dengan kecepatan 10 m/s.
c. Besar dan arah gaya yang diterima lempengan jika lempengan bergerak ke
kiri dengan kcepatan 10 m/s.
Penyelesaian:
Q = V x A = 25 x 0,785 x 0,0752 = 0,11 m3/s
a. Σ F = ρ Q (V1 – V2)
= 1000 x 0,11 (25 – 0)
= + 2750 N arah ke kanan (searah dengan aliran awal)
b. Σ F = ρ Q (V1 – V2)
= 1000 x 0,11 (25 – 10)
= + 1650 N arah ke kanan
c. Σ F = ρ Q (V1 – V2)
= 1000 x 0,11 (25 – (-10))
= + 3850 N arah ke kanan
Contoh soal 5.2:
51
Gambar 5.3
Penyelesaian:
V1x = V1 cos 45 = 15 x 0,7071
= 10,6 m/s
V1y = V1 sin 45 = 15 x 0,7071
= 10,6 m/s
V2x = V2 cos 60 = 15 x 0,8660
= 7,5 m/s
V2y = V2 sin 60 = 15 x 0,8660
= 13 m/s
V3x = 0 dan V3y = V3 = 15 m/s
Dalam arah x
Fx = ρ (Q1 V1x – Q2 V2x – Q3 V3x) = 1000 (0,06 x 10,6 – 0,03 x 7,5 – 0)
= 411 N ke kanan
Fy = ρ (Q1 V1y – Q2 V2y – Q3 V3y) = 1000 (0,06 x 10,6 + 0,03 x 7,5 – 0,3 x 15)
= 576 N ke atas
V2 = √W2 2 + U 2 − W2 U cos β
Gambar 5.5
Penyelesaian:
Luas saluran: A = π/4 D2 = 0,785 x 0,62 = 0,28 m2
Kecepatan aliran: V1 = V2 = Q/A = 0,9/0,28 = 3,2m/s
Persamaan Bernouli untuk V1 = V2, Z1 = Z2
P1 P2 2 x 105 P2
− hL = → −1=
ρg ρg 9810 9810
P2 = 190190, Pa = 1,9 bar
Persamaan momentum F = ρ Q (V1 – V2) + P A
55
Gaya P A positif jika searah dengan aliran dan P A negatif jika arah berlawanan
dengan arah aliran.
Gambar 5.6
Penyelesaian:
56
maka arah gaya fluida pada dinding saluran adalah searah dengan V1 atau
berlawanan arah dengan V2.
5.5 Soal-soal Latihan
1. Suatu pancaran minyak bergaris tengah 50 mm mengenai selembar
lempengan datar yang ditahan tegak lurus pada aliran. Kecepatan pancaran
24 m/s. hitung gaya yang dikerjakan minyak terhadap lempengan.
2. Seperti soal nomor 1, jika lempengan bergerak dengan kecepatan 9 m/s
searah aliran, berapakah gaya yang dikerjakan minyak terhadap
lempengan. Jika lempengan bergerak dengan kecepatan 9 m/s berlawanan
dengan arah aliran, berapakah gaya yang dikerjakan minyak terhadap
lempengan.
3. Sebuah pancaran air bergaris tenga 50 mm memberikan gaya sebesar 2670
N pada selembar lempengan datar yang ditahan tegak lurus terhadap
aliran. Berapakah debit pancaran air tersebut.
4. Air mengalir pada debit 0,034 m3/s mengenai selembar lempengan datar
yang ditahan tegak lurus terhadap aliran. Jika gaya yang dikerjakan air
terhadap lempengan 720 N, berapakah garis tengah arus tersebut.
5. Pancaran air bergaris tengah 50 mm mengenai sebuah sudu lengkung yang
diam dan dibelokkan 130 derajat dari arahnya semula. Dengan
mengabaikan gesekan, carilah gaya resultan yang diberikan pancaran air
terhadap sudu jika kecepatan aliran 27,5 m/s.
6. Seperti soal nomor 5, jika sudu bergerak searah aliran sebesar 6,1 m/s
berapakah gaya yang diberikan air pada sudu?
7. Selembar sudu yang diam membelokkan semburan air bergaris tengah 50
mm, kecepatan 35 m/s dengan sudut 180 derajat. Berapakah gaya yang
dikerjakan air terhadap sudu?
8. Sebuah pipa mendatar 0,3 m mengecil menjadi 0,15 m. Jika aliran air
sebesar 0,125 m3/s dan tekanan pada pipa 0,15 m adalah 2,65 bar.
Berapakah gaya resultan yang dikerjakan aliran terhadap pipa dengan
mengabaikan kerugian.
9. Sebuah belokan 90 derajat mengecil dari 0,4 m menjadi 0,3 m seperti
gambar 5.7. debit aliran 0,35 m3/s dan tekanan pada saat masuk belokan
58
1,4 bar. Volume antara saat masuk dan keluarbelokan (antara A dan B)
sebesar 1 m3. Berapakah gaya pada belokan tersebut?
Gambar 5.7
10. Sebuah model perahu motor digerakkan pada 4,6 m/s dengan
menggunakan semburan air bergaris tengah 25 mm, dipancarkan langsung
ke buritan. Kecepatan semburan relatif terhadap model adalah 35 m/s.
hitung gaya penggeraknya.
59
DAFTAR PUSTAKA
.
60
TABEL 1
(A) SIFAT-SIFAT PENDEKATAN DARI BEBERAPA GAS
Rapat ρ
Tetapan Kekentalan
pada 200 C, Pangkat
Gas Gas R J/kg pada 200 C,
1.013 bar Isentropik k
K m2/det
kg/m3
Udara 1.204 287.1 1.40 1.486 x
Amoniak 0.718 481.5 1.32 1.533
Karbondioksida 1.841 187.8 1.30 0.845
Metana 0.667 518.5 1.32 1.793
Nitrogen 1.165 296.8 1.40 1.589
Oksigen 1.329 260.1 1.40 1.589
Belerangdioksida 2.730 127.1 1.26 0.520 x
TABEL 2
SIFAT-SIFAT PENDEKATAN DARI BEBERAPA GAS
Karbon Minyak Pelumas
Air Pelarut Komersil
Tetrakhlorida Menengah
Keken- Keken- Keken- Keken-
Suh Rapat Rapat Rapat Rapat
talan talan talan talan
u 0C Relati Relati Relati Relati
kinemati kinemati kinemati kinemati
(0F) f f f f
k m2/det k m2/det k m2/det k m2/det
4.4 0.728 1.50 1.621 0.752
(40) 0.725 1.37 1.608 0.697
10.0 0.721 1.27 1.595 0.650
(50) 0.717 1.17 1.582 0.604
15.6 0.713 1.09 1.569 0.564
(60) 0.709 1.02 1.555 0.520
21.1 0.705 0.96 1.542 0.492
(70) 1.000 1.550 0.702 0.89 1.520 0.465 0.905 443
26.7 1.000 1.311 0.900 260
(80) 0.999 1.130 0.896 175
32.2 0.998 0.984 0.891 116
(90) 0.997 0.864 0.888 87.4
37.8 0.995 0.767 0.885 64.1
(100 0.993 0.687 0.882 45.7
) 0.991 0.620 0.874 34.8
43.3 0.990 0.567 0.866 27.2
(110 0.980 0.441 0.865 15.0
)
48.9
(120
)
65.6
(150
)