Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MEKANIKA TEKNIK III

MENGHITUNG MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) DARI REAKSI TIAP SUMBU


PADA TRANSPORTASI ANGKUTAN BARANG

Dosen Pembimbing:
Abdurahim Sidiq, S.T.,M.T.

Disusun Oleh :
Deden suprianto
NPM. 2006010043

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD


AL BANJARI FAKULTAS TEKNIK MESIN BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kepada Allah SWT atas selesainya
makalah yang berjudul MENGHITUNG MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) DARI REAKSI TIAP
SUMBU PADA TRANSPORTASI ANGKUTAN BARANG, Atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapa Abdurahim Sidiq, S.T.,M.T., selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran,ide,dan materi
guna untuk menyelsaikan pengerjaan makalah ini.
Saya sebagai penulis sangat mengerti bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna
maka kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini.

Banjarmasin, 9 November 2021

Deden suprianto
Npm. 2006010043
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Transportasi merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi,di


zaman yang modern ini buhan hal yang tak mungkin bahwa kendaraan transportasi
sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-hari manusia, Bukan hanya kendaraan
pribadi,atau angkutan umum, namun kendaraan angkutan barang juga merupakan
suatu alat transportasi sangat banyak digunakan untuk perihal angkut-mengangkut
barang dari hasil pertanian sampai material bangunan, moda transportasi tentunya
berpengaruh pada tingkatan efiensi pendistribusian suatu barang hal itu
dikarenakan tiap kendaraan pengangkut barang memiliki kapasitas muatan
tersendiri sesuai dengan spesifikasi teknis kendaraan.

Groos Vehicle Weight (GVW) dihitung dengan menjumlahkan Empety Vehicle


Weight (EVW), ditambah berat beban yang dapat diangkut (payload) ditambah
berat penumpang, Jumlah berat yang Diperbolehkan (JBB), adalah berat total
kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangan
Agen Pemilik Merek.

Perhitungan reaksi sumbu pada kendaraan sangat bermanfaat untuk dapat


mengetahui kapasitas daya angkut kendaraan,perhitungan tersebut dapat
mengaplikasikan ilmu mekanika teknik melalui materi konsep keseimbangan,
adapun yang memengaruhi dalam konsep keseimbangan terdiri atas:
a. Tumpuan
b. Beban muatan
1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun merupakan tugas mata kuliah Mekanika Teknik III dan juga
untuk membantu pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman mengenai
Mekanika Teknik, Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah dan untuk
membantu pembaca dalam menyelsaikan soal-soal maupun permasalahan yang
berhubungan dengan amekanika Teknik.

1.3 Rumusan Masalah

Agar pokok bahasan tentang Konsep keseimbanga yang disajikan lebih jelas maka
penulis merumuskan masalah pembahasan tentang:
a. Tumpuan
b. Beban

1.3 Manfaat Makalah

Makalah ini disusun penulis guna untuk memenuhi tugas Mekanika Teknik III,
walaupun untuk memenuhi tugas, Makalah ini memiliki beberapa manfaat untuk
menambah ilmu serta wawasan lebih mendalam, beberapa manfaat yang dapat
diantaranya:
a. Mengetahui tentang konsep keseimbangan
b. Mengetahui macam-macam tumpuan dan beban (muatan)
c. Mengetahui penyelsaian reaksi pembebanan benda pada suatu tumpu
d. Dapat menghitung dan mengetahui beban reaksi pada masing-masing sumbu
kendaraan bermotor

1.4 Pustaka
Penyusun mencari dan mengumpulkan data menggunakan metode browser dari
beberapa weebsite dikumpulkan dan di susun ulan sedemikian rupa menjadi satu
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keseimbangan
Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya yang
bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang sama
besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah berlawanan, maka resultan gaya
tersebut adalah NOL. Hal tersebut menunjukkan partikel dalam keseimbngan.
Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya-gaya yang
bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya/sistem gaya ekvivalen dengan nol.
Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan suatu benda tegar secara analitis
adalah:

A. Jumlah gaya arah

B. Jumlah gaya arah

C. Jumlah momen
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa benda tidak bergerak dalam arah
translasi atau arah rotasi (diam). Jika ditinjau dari hukum III Newton, maka
keseimbangan terjadi jika gaya aksi mendapat reaksi yang besarnya sama dengan
gaya aksi tetapiarahnya saling berlawanan. Keseimbangan benda, dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut :

∑ v=0Jumlah gaya yang bekerja secara vertikal pada benda = 0


∑ H=0Jumlah gaya yang bekerja secara horizontal pada benda = 0
∑ M =0 Jumlah momen yang bekerja secara memutar pda benda = 0
2.2 Tumpuan

2.2.1 Tumpuan Roll

Dapat memberikan reaksi berupa gaya vertikal ( Ry = Fy), Tidak dapat


menerima gaya Horizontal (Fx), Tidak dapat menerima momend, Jika diberi gaya
Horizontal, akan bergerak/menggelinding karena sifat roll.
Rol (roller) juga berarti reaksi yang ditimbulkan hanya 1buah gaya yang
tegak lurus bidang penyanggah
Contoh :

Lambang :

2.2.2 Tumpuan Sendi


Mampu menerima 2 reaksi gaya :
a. Gaya vertikal (Fy)
b. Gaya horizontal (Fx)
Tidak dapat menerima momen (M), Jika diberi beban momen, karena sifat
sendi, maka akan berputar

Sendi (hinge) juga berarti reaksi yang ditimbulkan sebanyak 2 buah


(horizontal & vertikal) yang tegak lurus bidang penyanggah
Contoh :

Lambang :

2.2.3 Tumpuan Jepit


Dapat menerima semua reaksi :
a. Gaya vertikal (Fy)
b. Gaya horizontal (Fx)
c. Momen (M)
Atau dijepit berarti dianggap tidak ada gerakan sama sekali.
Jepit juga berarti reaksi yang ditimbulkan sebanyak 3 buah ( horizontal,
vertikal yang tegag lurus bidang penyanggah dan momen yang berputar pada poros
perletakannya)
Contoh :

Lambang :

2.3 Beban ( muatan )


Merupakan aksi /gaya/beban yang mengenai struktur. Beban dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis berdasarkan cara bekerja dari beban tersebut

2.3.1 Beban Titik/Beban Terpusat


Beban yang mengenai struktur hanya pada satu titik tertentu secara
terpusat
2.3.2 Beban Terdistribusi Merata
Beban yang mengenai struktur tidak terpusat tetapu terdistribusi, baik
terdistribusi merata ataupun tidak merata. Sebagai contoh beban angin, air dan
tekanan.

2.3.3 Beban Momen


Beban momen dapat berupa adanya beban titik pada konstruksi
menimbulkan momen atau momen yang memang ditrerima seperti momen puntir
(torsi) pada poros transmisi

Dalam konstruksi mekanika teknik yang sesungguhnya, beban yang dialami


oleh struktur merupakan beban gabungan. Misalnya sebuah jembatan dapat
mengalami beban titik, beban bergerak, beban terbagi merata, beban angin dll.
Emua beban harus dihitung dan menjadi komponen AKSI, yang akan
diteruskan ke tumpuan/peletakan, dimana tumpuan akan memberikan REAKSI,
sebesar aksi yang diterima , sehingga terpenuhi :

AKSI = REAKSI
Fokus dalam Mekanika Teknik adalah STATIS TERTENTU. Bahwa persoalan
yang dipelajari dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan 3 persamaan, maka
disebut dengan : ∑ Fx=0 , ∑ Fy=0 , ∑ M =0

JIka persoalan tidak dapat di selesaikan dengan 3 persoalan tersebut dan


lebih banyak membutuhkan persamaan, maka disebut dengan STATIS TAK
TERTENTU.
Kesetabilan konstruksi statis tertentu diperoleh jika:
a. Semua gejala gerakan (gaya) mengakibatkan perlawanan (reaksi) terhadap
gerakan tersebut
b. Suatu konstruksi statis ternentu akan stabil jika reaksi-reaksinya dapat dihitung
dengan persamaan statis tertentu
Dalam menganalisis suatu persoalan Mekanika Teknik, biasayanya
digunakan beberapa diagram yang dapat mendukung kemudahan analisis tersebut.

Diagram Ruang
Suatu diagram yang menggambarkan kondisi/situasi suatu masalah teknik
yang sesungguhnya. Skema, sketsa, ilustrasi

Diagram Benda Bebas


Diagram yang menggambarkan semua gaya-gaya yang bekerja pada
suatupartikel dalam keadaan bebas.
Diagram Gaya Normal
Gaya normal adalah suatu gaya yang garis kerjanya berimpit/sejajar dengan sumbu
batang.

Contoh soal:
Penggambaran Normal forces diagram
(SFD) dengan cara grafis.
Notasi:
a. Positif Jika gaya normal tarik
b. Negatif Jika gaya normal tekan

Contoh diatas Penggambaran normal forces diagram (NFD) cara grafis. Pada gambar di atas
menunjukkan bahwa adanya gaya normal diakibatkan oleh adanya beban sebesar Pα, yang
apabila diuraikan gayanya menjadi gaya vertikal dan horisontal. Selanjutnya, gaya arah
horizontal (arah ke kiri) akan dilawan oleh gaya PH (arah ke kanan). Sehingga timbulah gaya
normal takan (negatif) karena serat pada balok tersebut tertekan (memendek).
Diagram Gaya Lintang - Shear Force Diagram ( SFD )
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa adanya gaya normal diakibatkan oleh adanya
beban sebesar Pα, yang apabila diuraikan gayanyamenjadi gaya vertikal dan horisontal.
Selanjutnya, gaya arah horizontal (arah ke kiri) akan dilawan oleh gaya PH (arah ke kanan).
Sehingga timbulah gaya normal takan (negatif) karena serat pada balok tersebut tertekan
(memendek)
Diagram Moment – Bending Moment Diagram ( BMD )
Momen adalah hasil kali antara gaya dengan jarak (jarak garis lurus terhadap garis kerjanya)
Penggambaran bending moment diagram (BMD)dengan cara grafis
Momen adalah hasil kali antara gaya dengan jaraknya. Jarak disini adalah jarak tegakl lurus
dengan garis kerja gayanya. Dalam Gambar di atas berarti bahwa pada titik C terjadi momen
sebesar:

Mc = RA. L1
Bidang momen diberi tanda positif jika bagian bawah atau bagian dalam yang
mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak lurus sumbu batang yang
mengalami momen. Sebaliknya, apabila yang mengalami tarikan pada bagian atas atau luar
bidang momen, maka diberi dengan tanda negatif. Bidang momen negatif diarsir sejajar
dengan sumbu batang. Perlu diketahui bahwa momen yang berputar ke kanan belum tentu
positif dan momen yang berputar ke kiri belum tentu negatif. Oleh karena itu, perjanjian tanda
perlu diperhatikan dengan teliti.
Contoh soal perhitungan
Soal 1: Konstruksi balok sederhana dengan tumpuan sendi dan roll, menerima beban
terpusat F1= 20kN, F2 = 40 kN vertikal ke bawah. Gambarkan SFD dan BMD serta carilah
reaksi di tumpuan A dan B

Jawab :
Soal 3: Perhatikan konstruksi derek (crane) berikut. A tumpuan sendi, B tumpuan roll. Beban
Derek tetap = 1000 kg dengan pusat gravitasi di G. Derek digunakan untuk memindahkan
beban seberat 2400 kg. Tentukan reaksi di A dan B dalam arah vertikal dan horisontal.
Soal 5 : Konstruksi balok sederhana dengan tumpuan sendi dan roll, menerima beban
terpusat F1, F2, dan F3 vertikal ke bawah. Cari reaksi di tumpuan A dan B.

Jawab :
• Σ MA = 0
RvB (40) – 16 (32) – 15 (20) – 20 (10) = 0
RVB = 25,3 kN ( ↑ )
• Σ MB = 0
RvA (40) – 20 (30) – 15 (20) – 16 (8) = 0
RVA = 25,7 kN ( ↑ )
• Σ FH = 0
RHA = 0 karena tidak ada beban horisontal

Soal 6 : Konstruksi balok sederhana dengan tumpuan sendi dan roll, menerima beban
terpusat F1, dan F2 vertikal ke bawah yang posisinya miring dengan perbandingan 3,4,5. Cari
reaksi di tumpuan A dan B.

• Gaya F2 posisi miring, sehingga harus dicari gaya sumbu x dan y.

• Σ MA = 0
RvB (9) – Fy (6) – 20 (2) = 0
RvB (9) – 16 (6) – 20 (2) = 0
RVB = 15,1 kN ( ↑ )
• Σ MB = 0
RvA (9) – Fy (3) – 20 (7) = 0
RvA (9) – 16 (3) – 20 (7) = 0
RVA = 20,9 kN ( ↑ )
• Σ FHA = 0
Fx - RHA = 0
RHA = Fx = 12 kN ( → )
Soal 7 : Konstruksi balok sederhana dengan tumpuan sendi dan roll, menerima beban
terdistribusi vertikal ke bawah sebesar Q = 5 kN/m. Cari reaksi di tumpuan A dan B.

Jawab:
• Beban terdistribusi dapat diwakili satu beban titik yang merupakan resultan
dari beban terdistribusi tersebut dan posisinya berada di tengah-tengah
panjang beban.• Beban total dari beban terdistribusi diperoleh dari perkalian beban dengan
panjang balok yang terkena beban.
Ftotal = Q x L = 5 kN x 20 = 100 kN
• Σ MA = 0
RvB (44) – Q. (20) (22) = 0
RvB (44) – 5 (20) (22) = 0
RVB = 50 kN ( ↑ )
• Σ MA = 0
Rva (44) – Q. (20) (22) = 0
Rva (44) – 5 (20) (22) = 0
RVa = 50 kN ( ↑ )
• Σ FHA = 0
RHA = 0 karena tidak ada beban horisontal.

Soal 8 : Konstruksi balok sederhana dengan tumpuan sendi dan roll, menerima beban
terpusat F1, dan F2 serta beban terdistribusi merata Q=10 kN/m vertikal ke bawah. Cari
reaksi di tumpuan A dan B.

Ftotal = Q x L = 10 kN x 4 = 40 kN
• Σ MA = 0
RvB (10) – F2(8) – F1 (6) – Q (4) (2) = 0
RvB (10) – 8 (8) – 15 (6) – 10 (4) (2) = 0
RVB = 23,4 kN ( ↑ )
• Σ MB = 0
RvA (10) – Q(4)(8) – F1 (4) – F2 (2) = 0
RvA (10) – 10 (4)(8) – 15 (4) – 8 (2) = 0
RVA = 39,6 kN ( ↑ )
• Σ FHA = 0
RHA = 0 karena tidak ada beban horisontal.

Soal 9: Konstruksi balok sederhana dengan tumpuan sendi dan roll, menerima beban
terpusat F2, dan F3 serta beban momen Mc=20 kNm (Berlawanan Jarum Jam = BJJ).
Ditanya: Cari reaksi di tumpuan A dan B.
Jawab :
• Momen merupakan hasil perkalian antara gaya dengan jarak tertentu dalam
posisi saling tegak lurus.
• Σ MA = 0
RvB (40) – F3(32) – F2 (20) + MC = 0
RvB (40) – 16 (32) – 15 (20) + 80 = 0
RVB = 18,3 kN ( ↑ )
• Σ MB = 0
RvA (40) – MC – F2 (20) – F3 (8) = 0
RvA (40) – 80 – 15 (20) – 16 (8) = 0
RVA = 12,7 kN ( ↑ )
• Σ FHA = 0
RHA = 0 karena tidak ada beban horisontal.

Soal 10 : Konstruksi balok kantilever (balok dengan tumpuan jepit pada satu sisi), menerima
beban terpusat F2, F2, dan F3 serta beban terdistribusi Q=10 kN/m. Cari
reaksi di tumpuan A dan B.

Jawab :
• Beban total terdistribusi = Q x 3 = 10 x 3 = 30 kN
• Σ FvB = 0
RvB – F2 – F1 – Q (3) = 0
RvB = 4 + 6 + 30
RVB = 40 kN ( ↑ )
• Σ FHB = 0
RHA – F3 = 0 karena tidak ada beban horisontal.
RHA = 3 kN (→)
• Σ MB = 0
MB – F2 (9) – F1 (7) – Q (3)(1,5) = 0
MB = 4 (9) – 6 (7) – 10 (3)(1,5)MB = 123 kNm (SJJ ke bawah)

BAB III
MENGHITUNG MUATAN SUMBU TERBERAT
Muatan sumbu terberat adalah jumlah tekanan maksimum roda terhadap jalan, penetapan
muatan sumbu terberat ditujukan untuk mengoptimalkan antara biaya konstruksi dengan
effisiensi angkutan. Muatan sumbu terberat untuk masing-masing kelas jalan ditunjukkan
dalam daftar berikut:
Kelas jalan MST
I Belum ditetapkan 1)
II 10 ton
III 8 ton
1) Belum ditetapkan, dibeberapa negara Eropa sudah ditetapkan 13 ton

Muatan Sumbu Terberat ditentukan dengan pertimbangan kelas jalan terendah yang dilalui,
kekuatan ban, kekuatan rancangan sumbu dan GVW atau jumlah yang diperbolehkan yang
ditetapkan oleh pabrikan. Penghitungan Muatan Sumbu Terberat menggunakan prinsip
kesetimbangan momen gaya. Muatan Sumbu Terberat pada kendaraan dengan konfigurasi
1.1 umumnya terletak pada sumbu belakang,sehingga sumbu depan menjadi titik awal
momen sehingga dapat diformulasikan menjadi:

{\displaystyle MST=((q*L)/a)+S2}{\displaystyle MST=((q*L)/a)+S2}

q = jarak dari Sumbu pertama (As roda depan) ke titik berat muatan;
L = Load atau muatan dalam kg;
a = jarak wheelbase atau As roda depan sampai dengan As roda belakang;
S2 = Berat timbangan sumbu kedua(belakang)dalam kg.

Mencari R1
∑ M terhadap R2 = 0
– S1 . a – G (a + p) – L (a – q) – S2 . 0 – S3 . 0 + R1 . a – R2 . 0 – R3 . 0 = 0
– S1 . a – G (a + p) – L (a – q) + R1 . a = 0
R1 . a = S1 . a + G (a + p) + L (a – q)
S 1 . a+G(a+ p)+ L(a −q)
R1 =
a
S 1 . a G(a+ p) L(a −q)
R1 = + +
a a a
(a+ p) (a − q)
R1 = S1 + G. + L.
a a
Mencari R2
∑ M terhadap R1 = 0
– S1 . 0 + S2 . a + S3 . a + R1. 0 – R2 . a – R3 . a + L . q – G . p = 0
S2 . a + S3 . a + L . q – G . p – R2 . a – R3 . a = 0
R2 . a + R3 . a = S 2 . a + S3 . a + L . q – G . p
R2 . a + R2 . a = S2 . a + S 2 . a + L . q – G . p
a (R2 + R2) = a (S2 + S2) + L . q – G . p
2.R2. a = 2.S2 . a + L . q – G . p
2 S 2 . a+ L .q − G . p
R2 =
2a
2 S 2 . a L. q G. p
R2 = + –
2a 2a 2a
q p
R2 = S2 + L. + G.
R2 = R3 2a 2a
S2 = S3
Mencari R3
Sama dengan R2
q p
R3 = S3 + L. + G.
2a 2a

Contoh soal :
 Diketahui: Sebuah mobil barang (pick up carry 1.5) dengan ketentuan sebagai
berikut :

JBB : 2085 kg G /(penumpang) : 3X60 orang


S1(Berat Sumbu 1) : 560 kg p : 60 cm
S2(Berat Sumbu 2) : 520 kg Ban s1 : 2x175-13.8PR
a : 220 cm S2 2x175-13.8PR
q : 190 cm

 Ditanya:
Muatan Sumbu Terberat ( MST )

 Jawab:
Berat Kendaraan (BK)
BK = S1 + S2
= 560+ 520
= 1080 kg

a. L = JBB – ( BK + G )
= 2085 – (1080+ 180)
= 825 kg
Daya Angkut ( DA ) = L + G
= 825 + 180
= 1005 kg

b. Muatan Sumbu Terberat ( MST )


(a+ p) (a − q)
 R1 = S1 + G. +L
a a
220+6 0 220− 190
= 560 + 180. + 825.
220 220
= 560 + 229 + 125,5
= 901,5 kg

q p
 R2 = S2 + L + G.
2a 2a
190 60
= 520 +825. + 180.
2.220 2.220
= 520+337,5+24,5
= 882 kg

Jadi, reaksi sumbu terberat pada mobil pick up kasus diatas adala 901,5 kg berada pada
sumbu ke-1
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
keseimbangan adalah keadaan dari suatu benda diman aresultante dari
semua gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah nol dengan syarat perlu
dan cukup untuk keseimbangan suatu benda tegar secara analitis adalah :
(i) jumlah gaya arah x = 0 ( ΣFx = 0 )
(ii) jumlah gaya arah y = 0 ( ΣFy = 0 )
(iii) jumlah momen = 0 ( ΣM = 0 )
Ditinjau dari Hukum III Newton, keseimbangan benda dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :
Σ V = 0 Jumlah gaya yg bekerja secara vertical pd benda =0
Σ H = 0 Jumlah gaya yg bekerja secara horisontal pd benda =0
Σ M = 0 Jumlah momen yg bekerja secara memutar pd benda =0

Tumpuan terbagi atas tiga yaitu tumpuan rol (roller) juga berarti reaksi yang
ditimbulkan hanya 1 buah gaya yang tegak lurus bidang penyanggah, tumpuan sendi
(hinge) juga berarti reaksi yang ditimbulkan sebanyak 2 buah (horizontal & vertical)
yang tegak lurus bidang penyanggah dan tumpuan jepit juga berarti reaksi yang
ditimbulkan sebanyak 3 buah (horizontal, vertical yang tegak lurus bidang
penyanggah dan momen yg berputar pada poros perletakkannya).
Beban (Muatan) merupakan aksi / gaya /beban yang mengenai struktur.
Beban dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan cara bekerja dari beban
tersebut. Beban terbagi atas 3 yaitu : Beban titik/beban terpusat adalah beban yang
mengenai struktur hanya pada satu titik tertentu secara terpusat, Beban terdistribusi
merata adalah Beban yang mengenai struktur tidak terpusat tetapi terdistribusi, baik
terdistribusi merata ataupun tidak merata. Sebagai contoh beban angin, air dan
tekanan, dan Beban momen dapat berupa adanya beban titik pada konstruksi
menimbulkan momen atau momen yang memang diterima oleh konstruksi seperti
momen puntir (torsi) pada poros transmisi.
Terdapat dua diagram yaitu diagram ruang merupakan suatu diagram yang
menggambarkan kondisi/situasi suatu masalah teknik yang sesungguhnya dan
diagram benda bebas merrupakan diagram yang menggambarkan semua gaya-gaya
yang bekerja pada suatu partikel dalam keadaan bebas. Dalam menganalisis
persoalan mekanika diagram benda bebas ini sangat diperlukan untuk membantu
memahami dan menggambarkan masalah keseimbangan gaya dari suatu partikel.

4.2 Saran
Saran untuk para pembaca yaitu pembaca dapat memanfaatkan informasi
yang terdapat pada makalah ini, makalah ini juga masih banyak terdapat kekurangan
jadi kiranya para pembaca dapat menambahkan apa-apa saja yang mungkin dapat di
masukkan dalam makalah ini agar kekurangan tadi dapat terpenuhi.

Daftar Pustaka
Irawan, P A. 2007. Diktat Makanika Teknik (Statika Struktur). Jurusan teknik mesin, fakultas
teknik, universitas tarumanagara.

Suprihanto,A. 2008. Mekanika Teknik Statika. Jurusan teknik mesin, universitas di penogoro.
Semarang.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muatan_sumbu
https://id.scribd.com/doc/248454519/MAKALAH-konsep-keseimbangan
https://id.scribd.com/document/436336721/MEKANIKA-TEKNIK

Anda mungkin juga menyukai