UNWIM
TRANSFORMASI KOORDINAT
Dalam praktek surveying dan geodesi sering dijumpai persoalan transformasi koordinat,
yaitu pemindahan/konversi koordinat dari suatu sistem koordinat ke sistem koordinat yang
2000) :
- transformasi koordinat 2D
- transformasi koordinat 3D
1. Parameter Transformasi
Hubungan antara koordinat suatu sistem dengan sistem lainnya diformulasikan dalam
bentuk rumus atau persamaan yang disebut persamaan transformasi. Di dalam persamaan
(3) perbesaran (scalling); perbandingan antara jarak dalam sistem satu dengan jarak ybs.
Proses transformasi dapat diselesaikan apabila nilai-nilai parameter translasi, rotasi dan
perbesaran diketahui. Dalam praktik, nilai parameter transformasi sering tidak diketahui. Nilai-
nilai parameter transformasi dapat diketahui koordinatnya dalam kedua sistem. Titik ini disebut
titik sekutu (common point). Titik-titik yang akan ditransformasikan harus berbeda dalam
2. Metode Transformasi
Pada umumnya proses transformasi selalu disertai perubahan jarak, perubahan bentuk
(sudut), perubahan luas, dan perubahan posisi. Metode/model transformasi yang banyak
digunakan antara lain adalah metode konform dan metode affine. Metode-metode transformasi
Berikut adalah macam-macam metode transformasi yang akan dibahas pada pokok-pokok
bahasan selanjutnya:
(1) Transformasi koordinat 2D, terdiri dari metode Helmert, metode Lauf, metode Affine,
dan metode proyektif. Metode Helmert dan Affine digunakan untuk mentransformasikan
titik-titik jaring kontrol geodesi yang berdistribusi dalam wilayah liputan yang mempunyai
titik jaring kontrol geodesi yang terdistribusi dalam wilayah liputan berukuran sampai 100
km x 100 km. Metode Helmert cocok digunakan untuk daerah dengan kondisi yang datar
sedangkan metode affine cocok digunakan untuk daerah dengan kondisi yang terjal
(bergunung).
(2) Transformasi Koordinat 3D, terdiri dari metode Hirvonen-Morizt, metode Bowring,
Morizt dan Bowring serta metode Leick lebih dikenal sebagai konversi koordinat. Metode
memindahkan suatu titik dari satu sistem ke sistem yang lainnya yang berupa nilai X dan Y nya
c) translasi, agar kedua sistem koordinat memiliki titik nol yang sama.
Penyekalaan dan rotasi masing-masing didefinisikan oleh 1 buah parameter, sedangkan translasi
2 buah parameter. Dengan demikian, jumlah total parmeter transformasi adalah 4 buah. Metode
ini membutuhkan minimum 2 buah titik sekutu. Jika tersedia lebih dari 2 titik sekutu maka
Perhatikan Gambar 1 yang memperlihatkan koordinat titik P1,P2, dan P3 dalam sistem
y
P3 P3
D 13 3 3
D 23
13
D
y1
D 23
1
P1 1 2
2
O D1 y1
x1 2
P1 D12 P2
P2 x
O x1
x
(Sumber : Sari D. Kania, 2012)
i i
Andaikan koordinat Pi dalam sistem (x,y) akan ditransformasikan ke dalam sistem (x’,y’)
dengan metode Helmert. Rumusan hubungan antara koordinat (x’,y’) dengan koordinat (x,y)
Agar jarak yang didefinisikan oleh sistem koordinat (x,y) sama dengan jarak didalam sistem
koordinat (X,Y) maka koordinat (x,y) harus dikalikan dengan sebuah faktor skala, . Dengan
x ' x
(1)
y' y
Langkah 2: Rotasi
Agar sumbu-sumbu koordinat dari sistem (x,y) dan sistem (x’,y’) sejajar maka sumbu x dan y
dirotasikan sebesar , dimana adalah sudut antara sumbu-y dan sumbu-y’. Akibat rotasi ini
X’ = x’cos + y’ sin
Y Y’ y’
y’
P
Y
= sudut rotasi
Ty Tx,Ty = translasi titik nol
o X’
x’
x’
O Tx X X
(Sumber : Sari D. Kania, 2012)
Langkah 3: Translasi
Untuk sampai pada koordinat X dan Y untuk suatu titik, maka titik nol sistem (X’,Y’) harus
ditranslasikan ke titik nol sistem (X,Y). Translasi ini diperoleh dengan menambahkan faktor
X = X’ + Tx
Y = Y’ + Ty (3)
Jika persamaan (5.1), (5.2), dan (5.3) digabungkan maka akan diperoleh persamaan
( cos ) = a Ty = c
- ( sin ) = b Tx = d
X=ax -by+c
Bila ingin diketahui besar sudut rotasi dan faktor skala , maka dapat dihitung dari:
= [a2 + b2]0,5
koordinat dapat dilaksanakan dengan menggunakan persamaan (5) di atas. Bila nilai ke 4
parameter transformasi belum diketahui maka harus dicari terlebih dahulu dengan menggunakan
minimal 2 buah titik sekutu, karena 1 buah titik sekutu akan menghasilkan 2 buah persamaan,
Jika titik sekutu yang tersedia hanya 2 buah sehingga menghasilkan 4 buah persamaan maka
pemecahan parameter transformasi dilakukan dengan menggunakan metode numerik. Salah satu
Maka :
c = XA – a xA + b yA = XB – a xB + b yB
d = YA – a yA – b xA = YB – a yB – b xB (8)
Jika banyaknya titik sekutu yang digunakan lebih dari dua buah maka parameter a, b, c, dan
Dengan adanya ukuran lebih maka persamaan transformasi Helmert harus disusun sebagai
berikut.:
X + Vx = a x - b y + c
Y + Vy = a y + b x + d (9)
L + V= A X (10)
dimana:
X
L = matriks Pengamatan = Y
Vx
V = matriks Koreksi = Vy
a
b
X = matriks Parameter =
c
d
x y 1 0
A = matriks Desain = y x 0 1
Berdasarkan prinsip kuadrat terkecil, matriks parameter X diperoleh dari:
xx = ̂ 02 (A A)
T -1
(12)
dimana:
̂ 02 = V V / df
T
(13)
dengan polinom berderajat 2 atau disebut juga transformasi 6-parameter. Transformasi Lauf
mempunyai karakteristik yang sama dengan transformasi Helmert yaitu mempertahankan bentuk
metode Helmert dipergunakan bila distribusi titik-titik tersebar dalam wilayah kecil (di bawah 12
km2) sedangkan metode Lauf digunakan untuk wilayah yang lebih luas (sd. 100km2).
Transformasi Lauf meliputi perubahan skala, rotasi, dan translasi. Faktor skala dan rotasi
masing-masing diwakili 1 buah parameter, translasi 2 buah parameter, dan ditambah 2 buah titik
X = a x – b y + e (x2 – y2) – 2 d x y + C1
Pada persamaan (14) di atas yang merupakan parameter transformasi adalah a, b, c, d, e, C1, dan
a
b
X x y (x y )
2 2
2 xy 1 0 c
Y y x ( x y ) 0 1
2 2
2 xy d
C1
C 2
disingkat: L AX (15)
Z = A Z2 + B Z + C (16)
dimana:
Z = X +iY ; Z=x+iy
Bahwa persamaan (14) menghasilkan bentuk konform dapat dibuktikan melalui teori
X Y X Y
dan (18)
x y y x
X Y
(a 2ex 2dy)
x y
X Y
(b 2ey 2dx) (19)
y x
Mengingat dalam persamaan (14) terdapat 6 parameter transformasi, maka untuk memecahkan
ke 6 parameter transformasi Lauf diperlukan minimal 3 buah titik sekutu. Jika titik sekutu
berjumlah 3 buah maka pemecahan parameter transformasi dapat dilakukan dengan salah satu
L AX
maka:
X A1 L (20)
Jika jumlah titik sekutu lebih dari 3 buah maka pemecahan parameter transformasi dilakukan
dengan menggunakan hitung perataan kuadrat terkecil. Selain cara-cara di atas transformasi
transformasi Affine garis lurus ditransformasikan menjadi garis lurus dan garis sejajar tetap akan
sejajar. Metode ini adalah modifikasi dari metode Helmert 2-D yaitu adanya 2 faktor skala: ke
arah sumbu-x dan ke arah sumbu-y. Transformasi Affine banyak digunakan di dalam
fotogrametri, yakni untuk mentransformasikan koordinat foto dari suatu sistem koordinat
2 parameter translasi
1 parameter rotasi
(X,Y) adalah:
X ax by c
(21)
Y dx ey f
L AX (22)
dimana:
X x y 1 0 0 0
L A
Y 0 0 0 x y 1
a
b
c (23)
X
d
e
f
Bila nilai parameter transformasi a, b, c, d, e, dan f diketahui maka koordinat suatu titik
dalam sistem (x,y) dapat ditransformasikan ke sistem (X,Y) dengan menggunakan persamaan
(21) atau (22). Bila nilai ke 6 parameter transformasi belum diketahui maka harus dicari terlebih
dahulu dengan menggunakan minimal 3 buah titik sekutu, karena 1 buah titik sekutu
Pemecahan ke 6 parameter transformasi dapat dilakukan dengan salah satu metode numerik,
Karena
L AX
Maka X dapat dipecahkan dengan:
X A1 L (24)
Jika banyaknya titik sekutu yang digunakan lebih dari 2 buah maka parameter a, b, c, d, e,
dan f dipecahkan menggunakan hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter (L=F(x))
dimana L merupakan matriks pengamatan, dan X merupakan matriks parameter. Dengan adanya
ukuran lebih maka persamaan transformasi Affine harus disusun sebagai berikut:
X Vx ax by c
(25)
Y Vy dx ey f
dimana:
L = matriks pengamatan =
X
Y
V = matriks koreksi =
Vx
Vy
a
b
X = matriks parameter = c
d
e
f
A = matriks desain =
x y 1 0 0 0
0 y 1
0 0 x
dimana:
̂ 02 = VTV / df (29)
untuk mentransformasikan koordinat titik-titik lain dari sistem (x,y) ke sistem (X,Y) dengan
menggunakan persamaan (21) atau (22). Koordinat titik hasil transformasi dapat dihitung
J J
LL XX
T
(30)
dimana:
LL
= matriks variansi-kovariansi koordinat hasil transformasi
X2 XY
=
XY Y2
L L L L L L
=
a b c d e f
XX
= matriks variansi-kovariansi parameter transformasi
= O2 (ATA)-1 (31)
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, E.Y. dan Abidin, H.A. (2002). “Analisis Transformasi Datum Dari Datum Indonesia
1974 ke Datum Geodesi Nasional 1995”, Jurnal Surveying dan Geodesi, Vol.XII, No.3,
September 2002.
Prihandito, A. (2010). Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Purwohardjo, U. (2000). Hitung dan Proyeksi Geodesi, Handout Kuliah, Jurusan Teknik
Geodesi- ITB, Bandung.
Putra, Iga Anggita (2014). Transformasi Koordinat Kerangka Dasar Horisontal Dari S.K.
Proyeksi U.T.M. (Datum Dgn’ 95) Ke S.K. Proyeksi Polyeder (Datum Lokal), skripsi,
Jurusan Teknik Geodesi-UNWIM, Bandung.