Anda di halaman 1dari 16

SYARIFAH UMI KALSUM

UNWIM

TRANSFORMASI KOORDINAT

Dalam praktek surveying dan geodesi sering dijumpai persoalan transformasi koordinat,

yaitu pemindahan/konversi koordinat dari suatu sistem koordinat ke sistem koordinat yang

lainnya. Transformasi koordinat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu (Purworaharjo,

2000) :

- transformasi koordinat 2D

- transformasi koordinat 3D

Contoh transfomasi koordinat 2D antara lain:

- antar sistem koordinat lokal,

- antar sistem koordinat lokal dan koordinat umum,

- antar sistem koordinat umum ,

- antar bagian derajat sistem koordinat Polyeder, dan

- antar zone sistem koordinat UTM/TM 30.

Contoh transformasi koordinat 3D antara lain:

- antar sistem koordinat geodetik dan geosentrik dan sebaliknya;

- antar sistem koordinat toposentrik dan geosentrik dan sebaliknya.

1. Parameter Transformasi
Hubungan antara koordinat suatu sistem dengan sistem lainnya diformulasikan dalam

bentuk rumus atau persamaan yang disebut persamaan transformasi. Di dalam persamaan

transformasi tersebut terdapat besaran-besaran yang menggambarkan hubungan geometrik antara

dua sistem koordinat. Besaran-besaran tersebut dinamakan parameter transformasi. Parameter

transformasi terdiri dari (Purworaharjo, 2000) :

(1) translasi; pergeseran titik awal (nol) sistem koordinat;

(2) rotasi; perputaran sumbu-sumbu koordinat;

(3) perbesaran (scalling); perbandingan antara jarak dalam sistem satu dengan jarak ybs.

pada sistem lainnya.

Proses transformasi dapat diselesaikan apabila nilai-nilai parameter translasi, rotasi dan

perbesaran diketahui. Dalam praktik, nilai parameter transformasi sering tidak diketahui. Nilai-

nilai parameter transformasi dapat diketahui koordinatnya dalam kedua sistem. Titik ini disebut

titik sekutu (common point). Titik-titik yang akan ditransformasikan harus berbeda dalam

wilayah yang diliput oleh titik-titik sekutu (Lihat Gambar 1).

(Sumber : Sari D. Kania, 2012)

Gambar 1 Distribusi Titik Sekutu

2. Metode Transformasi
Pada umumnya proses transformasi selalu disertai perubahan jarak, perubahan bentuk

(sudut), perubahan luas, dan perubahan posisi. Metode/model transformasi yang banyak

digunakan antara lain adalah metode konform dan metode affine. Metode-metode transformasi

akan dikelompokkan ke dalam transformasi koordinat 2D dan 3D (Purworaharjo, 2000).

Berikut adalah macam-macam metode transformasi yang akan dibahas pada pokok-pokok

bahasan selanjutnya:

(1) Transformasi koordinat 2D, terdiri dari metode Helmert, metode Lauf, metode Affine,

dan metode proyektif. Metode Helmert dan Affine digunakan untuk mentransformasikan

titik-titik jaring kontrol geodesi yang berdistribusi dalam wilayah liputan yang mempunyai

ukuran terbesar 50 km x 50 km. Metode Lauf digunakan untuk menstransformasikan titik-

titik jaring kontrol geodesi yang terdistribusi dalam wilayah liputan berukuran sampai 100

km x 100 km. Metode Helmert cocok digunakan untuk daerah dengan kondisi yang datar

sedangkan metode affine cocok digunakan untuk daerah dengan kondisi yang terjal

(bergunung).

(2) Transformasi Koordinat 3D, terdiri dari metode Hirvonen-Morizt, metode Bowring,

metode Leick, metode Bursa-Wolf, dan metode Molodensky-Badekas. Metode Hirvonen-

Morizt dan Bowring serta metode Leick lebih dikenal sebagai konversi koordinat. Metode

Hirvonen-Morizt untuk mengkonversikan koordinat geodetik ke koordinat geosentrik.

Metode Bowring digunakan untuk mengkonversikan koordinat geosentrik ke koordinat

geodetik. Metode Leick digunakan untuk mengkonversikan koordinat toposentrik ke

koordinat geosentrik. Metode Hirvonen-Morizt digunakan untuk peristiwa pergeseran

datum (datum shift). Metode Bursa-Wolf dan Molodensky-Badekas digunakan untuk

peristiwa transformasi datum.


3. Transformasi Koordinat 2-Dimensi

Transformasi koordinat 2-Dimensi adalah melakukan suatu transformasi yaitu

memindahkan suatu titik dari satu sistem ke sistem yang lainnya yang berupa nilai X dan Y nya

saja karena 2-Dimensi.

 Transformasi Konform 2-D Dengan Polinom Berderajat 1 (Metode Helmert)

Transformasi koordinat konform 2-D dengan polinom berderajat 1 disebut juga

transformasi Helmert atau transformasi konform 4-parameter. Karakteristik dari transformasi

ini adalah mempertahankan bentuk yang sebenarnya setelah transformasi.

Proses transformasi Helmert meliputi 3 langkah berikut:

a) penyekalaan (scalling), untuk menyamakan dimensi dari kedua sistem koordinat;

b) rotasi, agar sumbu-sumbu koordinat dari kedua sistem menjadi pararel;

c) translasi, agar kedua sistem koordinat memiliki titik nol yang sama.

Penyekalaan dan rotasi masing-masing didefinisikan oleh 1 buah parameter, sedangkan translasi

2 buah parameter. Dengan demikian, jumlah total parmeter transformasi adalah 4 buah. Metode

ini membutuhkan minimum 2 buah titik sekutu. Jika tersedia lebih dari 2 titik sekutu maka

pemecahan parameter transfomasi dilakukan dengan hitung perataan kuadrat terkecil.

Perhatikan Gambar 1 yang memperlihatkan koordinat titik P1,P2, dan P3 dalam sistem

koordinat (x,y) dan sistem (x’,y’).


y

y
P3 P3

D 13 3 3

D 23
13
D
y1

D 23
1
P1 1 2
2
O D1 y1
x1 2
P1 D12 P2
P2 x
O x1
x
(Sumber : Sari D. Kania, 2012)

Gambar 2 Transformasi Helmert 2-D

D12 D23 D13


  perbesaran   
D12 D 23 D13

i  i

P1P2 P3 sebangun P1P2 P3

Andaikan koordinat Pi dalam sistem (x,y) akan ditransformasikan ke dalam sistem (x’,y’)

dengan metode Helmert. Rumusan hubungan antara koordinat (x’,y’) dengan koordinat (x,y)

diturunkan secara geometrik sebagai berikut.

Langkah 1 : Penyekalaan (scalling)

Agar jarak yang didefinisikan oleh sistem koordinat (x,y) sama dengan jarak didalam sistem

koordinat (X,Y) maka koordinat (x,y) harus dikalikan dengan sebuah faktor skala, . Dengan

demikian, koordinat x’,y’ hasil penyekalaan adalah:

x '  x
(1)
y'  y
Langkah 2: Rotasi

Agar sumbu-sumbu koordinat dari sistem (x,y) dan sistem (x’,y’) sejajar maka sumbu x dan y

dirotasikan sebesar , dimana  adalah sudut antara sumbu-y dan sumbu-y’. Akibat rotasi ini

maka (perhatikan Gambar 3)):

X’ = x’cos  + y’ sin 

Y’ = y’cos  - x’ sin  (2)

Y Y’ y’
y’
 P
Y

 = sudut rotasi

Ty Tx,Ty = translasi titik nol

o X’
x’
x’

O Tx X X
(Sumber : Sari D. Kania, 2012)

Gambar 3. Transformasi Helmert 2-D sistem (x,y) ke (X,Y)

Langkah 3: Translasi

Untuk sampai pada koordinat X dan Y untuk suatu titik, maka titik nol sistem (X’,Y’) harus

ditranslasikan ke titik nol sistem (X,Y). Translasi ini diperoleh dengan menambahkan faktor

translasi sebagai berikut:

X = X’ + Tx
Y = Y’ + Ty (3)

Jika persamaan (5.1), (5.2), dan (5.3) digabungkan maka akan diperoleh persamaan

transformasi sistem (x,y) ke sistem (X,Y):

X = ( cos ) x + ( sin )y + Tx

Y = ( cos ) y - ( sin )x + Ty (4)

andai kita sebut:

( cos ) = a Ty = c

- ( sin ) = b Tx = d

maka persamaan (4) menjadi:

X=ax -by+c

Y=ay +bx+d (5)

dimana a, b, c, dan d merupakan parameter transformasi Helmert.

Bila ingin diketahui besar sudut rotasi  dan faktor skala , maka dapat dihitung dari:

 = [a2 + b2]0,5

 = arctan (-b/a) (6)

Bila nilai parameter transformasi a, b, c, dan d diketahui maka proses transformasi

koordinat dapat dilaksanakan dengan menggunakan persamaan (5) di atas. Bila nilai ke 4

parameter transformasi belum diketahui maka harus dicari terlebih dahulu dengan menggunakan

minimal 2 buah titik sekutu, karena 1 buah titik sekutu akan menghasilkan 2 buah persamaan,

sehingga 2 titik sekutu akan menghasilkan 4 persamaan.

Jika titik sekutu yang tersedia hanya 2 buah sehingga menghasilkan 4 buah persamaan maka

pemecahan parameter transformasi dilakukan dengan menggunakan metode numerik. Salah satu

teknik hitungan adalah cara selisih koordinat.


Berdasarkan nilai selisih-selisih koordinat dapat dihitung parameter a dan b:

XAB = a xAB – b yAB

YAB = b xAB + a yAB

Maka :

a = (XAB xAB + YAB yAB) / DAB2

b = (YAB yAB – XAB xAB) / DAB2 (7)

dimana DAB2 = xAB2 + yAB2

Selanjutnya parameter c dan d dapat dicari dari titik A atau titik B:

c = XA – a xA + b yA = XB – a xB + b yB

d = YA – a yA – b xA = YB – a yB – b xB (8)

Pemecahan ke 4 parameter transformasi dapat juga dilakukan dengan metode numerik

lainnya, misalnya metode eliminasi Gauss atau metode inversi matriks.

Jika banyaknya titik sekutu yang digunakan lebih dari dua buah maka parameter a, b, c, dan

d dipecahkan menggunakan hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter (L = F(x))

dimana L merupakan matriks pengamatan dan X merupakan matriks parameter.

Dengan adanya ukuran lebih maka persamaan transformasi Helmert harus disusun sebagai

berikut.:

X + Vx = a x - b y + c

Y + Vy = a y + b x + d (9)

Dalam notasi matriks persamaan di atas ditulis sebagai berikut:

L + V= A X (10)

dimana:
X 
L = matriks Pengamatan = Y 
 

Vx 
V = matriks Koreksi = Vy 
 

a 
b 
X = matriks Parameter =  
c 
 
d 

 x  y 1 0
A = matriks Desain =  y x 0 1
 
Berdasarkan prinsip kuadrat terkecil, matriks parameter X diperoleh dari:

X = (ATA)-1 ATF (11)

Matriks Variansi-Kovariansi Parameter:

xx = ̂ 02 (A A)
T -1
(12)

dimana:

̂ 02 = V V / df
T
(13)

dengan df = derajat kebebasan.

 Transformasi Konform 2-D Dengan Polinom Berderajat 2 (Metode Lauf)


Transformasi koordinat 2-D metode Lauf adalah transformasi koordinat konform 2-D

dengan polinom berderajat 2 atau disebut juga transformasi 6-parameter. Transformasi Lauf

mempunyai karakteristik yang sama dengan transformasi Helmert yaitu mempertahankan bentuk

sebenarnya setelah transformasi yang dikenal sebagai transformasi konform. Perbedaanya,

metode Helmert dipergunakan bila distribusi titik-titik tersebar dalam wilayah kecil (di bawah 12

km2) sedangkan metode Lauf digunakan untuk wilayah yang lebih luas (sd. 100km2).

Transformasi Lauf meliputi perubahan skala, rotasi, dan translasi. Faktor skala dan rotasi

masing-masing diwakili 1 buah parameter, translasi 2 buah parameter, dan ditambah 2 buah titik

sentroid. Dengan demikian seluruhnya berjumlah 6 buah parameter.

Persamaan transformasi Lauf 2D berbentuk polinom berderajat 2 sebagai berikut:

X = a x – b y + e (x2 – y2) – 2 d x y + C1

Y = b x + a y + d (x2 – y2) – 2 e x y + C2 (14)

Pada persamaan (14) di atas yang merupakan parameter transformasi adalah a, b, c, d, e, C1, dan

C2. Persamaan (14) di tulis dalam bentuk matriks:

a
b
 
X  x  y (x  y )
2 2
 2 xy 1 0 c
Y    y x ( x  y ) 0 1
 
  
2 2
2 xy d 
C1 
 
C 2 

disingkat: L  AX (15)

Persamaan (14) ditulis dalam bentuk bilangan kompleks:

Z = A Z2 + B Z + C (16)

dimana:
Z = X +iY ; Z=x+iy

A=a+ib ; b=e+id ; C = c1 + i c2 (17)

Bahwa persamaan (14) menghasilkan bentuk konform dapat dibuktikan melalui teori

Cauchy-Riemann (C&R). Menurut C&R bila persamaan diferensial

X Y X Y
 dan  (18)
x y y x

dipenuhi, maka akan menghasilkan bentuk konform. Kenyataan menunjukkan bahwa:

X Y
  (a  2ex  2dy)
x y

X Y
  (b  2ey  2dx) (19)
y x

Mengingat dalam persamaan (14) terdapat 6 parameter transformasi, maka untuk memecahkan

ke 6 parameter transformasi Lauf diperlukan minimal 3 buah titik sekutu. Jika titik sekutu

berjumlah 3 buah maka pemecahan parameter transformasi dapat dilakukan dengan salah satu

metode numerik, misalnya metode inversi matriks.

Dari persamaan (15)

L  AX
maka:

X  A1 L (20)

Jika jumlah titik sekutu lebih dari 3 buah maka pemecahan parameter transformasi dilakukan

dengan menggunakan hitung perataan kuadrat terkecil. Selain cara-cara di atas transformasi

koordinat Lauf 2-D dapat juga dipecahkan menggunakan metode grafis.

 Transformasi 2-D Metode Affine


Transformasi koordinat Affine 2D disebut juga transformasi 6-parameter. Pada

transformasi Affine garis lurus ditransformasikan menjadi garis lurus dan garis sejajar tetap akan

sejajar. Metode ini adalah modifikasi dari metode Helmert 2-D yaitu adanya 2 faktor skala: ke

arah sumbu-x dan ke arah sumbu-y. Transformasi Affine banyak digunakan di dalam

fotogrametri, yakni untuk mentransformasikan koordinat foto dari suatu sistem koordinat

komparator ke sistem fidusial kamera.

Transformasi Affine mengaplikasikan 6 buah parameter transformasi yang terdiri dari:

 2 parameter faktor skala

 2 parameter translasi

 1 parameter rotasi

 1 parameter koreksi non-ortogonalitas antara sumbu-x dan sumbu-y

Model matematika transformasi Affine untuk mentransformasikan sistem (x,y) ke sistem

(X,Y) adalah:

X  ax  by  c
(21)
Y  dx  ey  f

dengan parameter transformasi: a, b, c, d, e, dan f.

Dalam notasi matriks persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:

L  AX (22)

dimana:

X  x y 1 0 0 0
L  A 
Y  0 0 0 x y 1
a 
b
 
c (23)
X 
d 
e
 
f

Bila nilai parameter transformasi a, b, c, d, e, dan f diketahui maka koordinat suatu titik

dalam sistem (x,y) dapat ditransformasikan ke sistem (X,Y) dengan menggunakan persamaan

(21) atau (22). Bila nilai ke 6 parameter transformasi belum diketahui maka harus dicari terlebih

dahulu dengan menggunakan minimal 3 buah titik sekutu, karena 1 buah titik sekutu

menghasilkan 2 buah persamaan, sehingga 3 titik sekutu akan menghasilkan 6 persamaan.

Pemecahan ke 6 parameter transformasi dapat dilakukan dengan salah satu metode numerik,

misalnya dengan metode inversi matriks.

Karena

L  AX
Maka X dapat dipecahkan dengan:

X  A1 L (24)

Jika banyaknya titik sekutu yang digunakan lebih dari 2 buah maka parameter a, b, c, d, e,

dan f dipecahkan menggunakan hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter (L=F(x))

dimana L merupakan matriks pengamatan, dan X merupakan matriks parameter. Dengan adanya

ukuran lebih maka persamaan transformasi Affine harus disusun sebagai berikut:

X  Vx  ax  by  c
(25)
Y  Vy  dx  ey  f

Dalam notasi matriks persamaan di atas ditulis sebagai berikut:


L + V= A X (26)

dimana:

L = matriks pengamatan =  
X
Y 
 

V = matriks koreksi =  
Vx
Vy 
 

a 
b
 
X = matriks parameter =  c 
 
d 
e
 
f

A = matriks desain = 
x y 1 0 0 0
0 y 1
 0 0 x

Berdasarkan prinsip kuadrat terkecil, matriks parameter X diperoleh dari:

X = (ATA)-1 ATF (27)

Matriks Variansi-Kovariansi Parameter:

xx = ̂ 02 (ATA)-1 (28)

dimana:

̂ 02 = VTV / df (29)

dengan df = derajat kebebasan.


Parameter transformasi yang diperoleh dari hasil hitung perataan selanjutnya digunakan

untuk mentransformasikan koordinat titik-titik lain dari sistem (x,y) ke sistem (X,Y) dengan

menggunakan persamaan (21) atau (22). Koordinat titik hasil transformasi dapat dihitung

ketelitiannya dengan menggunakan hukum perambatan kesalahan:

 J  J
LL XX
T
(30)

dimana:

 LL
= matriks variansi-kovariansi koordinat hasil transformasi

 X2  XY 
= 
 XY  Y2 

J = matriks turunan parsial

 L L L L L L 
= 
 a b c d e f 

 XX
= matriks variansi-kovariansi parameter transformasi

=  O2 (ATA)-1 (31)
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, E.Y. dan Abidin, H.A. (2002). “Analisis Transformasi Datum Dari Datum Indonesia
1974 ke Datum Geodesi Nasional 1995”, Jurnal Surveying dan Geodesi, Vol.XII, No.3,
September 2002.
Prihandito, A. (2010). Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Purwohardjo, U. (2000). Hitung dan Proyeksi Geodesi, Handout Kuliah, Jurusan Teknik
Geodesi- ITB, Bandung.
Putra, Iga Anggita (2014). Transformasi Koordinat Kerangka Dasar Horisontal Dari S.K.
Proyeksi U.T.M. (Datum Dgn’ 95) Ke S.K. Proyeksi Polyeder (Datum Lokal), skripsi,
Jurusan Teknik Geodesi-UNWIM, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai