Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akuntansi merupakan bahasa bisnis. Setiap perusahaan menerapkannya sebagai alat

komunikasi. Secara klasik, akuntansi merupakan proses pencatatan (recording),

pengelompokkan (classifying), perangkuman (summarizing), dan pelaporan (reporting)

dari kegiatan transaksi perusahaan. Tujuan akhir dari kegiatan akuntansi adalah

penerbitan laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan tersebut adalah merupakan suatu

informasi. Kemajuan teknologi menyebabkan kemajuan revolusi informasi yang telah

ditransformasikan pada setiap aspek akuntansi. Pengaruh yang lebih besar dari revolusi

tersebut terletak pada sistem informasi yang menggunakan komputer. Perkembangan luar

biasa yang kita alami adalah teknologi elektronika, informasi dan telekomunikasi (seperti:

satelit, komputer, internet dan lain sebagainya), dan hal ini mempunyai pengaruh yang

positif terhadap lalulintas barang, jasa, investasi, informasi dari satu negara ke negara

lain. Dunia seolah-olah menjadi tanpa batas (borderless world) atau kita kenal dengan

istilah globalisasi. Dengan adanya teknologi, definisi akuntansi konvensional yang

bermakna pencatatan, berubah menjadi peng-entry-an atau memasukkan/posting data

transaksi digital, dan dengan ilmu komputer yang meningkatkan otomasi dan efisiensi,

data transaksi yang dimasukkan tersebut, dengan memakai kaidah akuntansi akan

langsung otomatis menjadi laporan keuangan. Persaingan semakin tajam, dan setiap

negara mulai mempersiapkan diri menghadapi era perdagangan bebas, salah satunya

melalui ASEAN yang telah membentuk AFTA yang mulai berlaku tahun 2003. AFTA

bersama-sama dengan negara-negara Pasifik (seperti: USA, Australia, Kanada dan lain

sebagainya) membentuk kerjasama perdagangan bebas APEC yang berlaku tahun 2010,

yang selanjutnya untuk menghadapi WTO yang prinsip-prinsipnya akan berlaku penuh

1
pada tahun 2002.Untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan

tersebut, profesi akuntan harus menghadapi tantangan di era globalisasi yang diwarnai

oleh era perdagangan bebas dan salah satunya adalah perkembangan teknologi komputer.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan implementasi ilmu komputer dengan peningkatan pelayanan jasa

akuntan? Dan bagaimana pula peranan komputer terhadap analisis usaha dan keuangan

untuk meningkatkan kapabilitas pelayanan jasa akuntan dengan mengimplementasikan

sistem informasi akuntansi?

Bagaimana perkembangan penggunaan komputer terhadap akuntansi?

1.3. Sistematika Penulisan

Dalam menguraikan permasalahan, penulis akan membagi bahan bahasan sebagai

berikut:

1. di dalam Bab II, berisi tentang landasan teoritis dan istilah-istilah yang akan dipakai

pada bab selanjutnya, yaitu diantaranya mengenai pernyataan FASB nomor 2, bahwa

akuntansi sebagai sistem informasi. Definisi-definisi mengenai sistem, sistem informasi,

teknologi informasi, dan sistem informasi akuntansi akan di bahas pada bab ini.

2. di dalam Bab III, berisi tentang pendalaman materi mengenai sekilas pendapat ilmiah

para ahli yang menguatkan bahwa teknologi informasi bermanfaat bagi auditor/akuntan,

dan begitu juga sebaliknya, amat berperan penting dalam penggunaannya di perusahaan,

sebagai pemakai sistem akuntansi. Dalam bab ini pula, ditambahkan pendapat Ahmad

Riahi dan Belkaoui mengenai krisis akuntan. Tren penggunaan teknologi informasi yang

merambah ke internet yaitu XBRL, juga dibahas sekilas pada bab ini.

3. di dalam Bab IV, berisi tentang kesimpulan.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sistem Informasi, Akuntansi dan ilmu yang terkait keduanya

Untuk melengkapi penyusunan paper ini, penulis akan menjabarkan beberapa definisi

yang terkait dengan akuntansi serta kaitannya dengan teknologi informasi yang dikutip

dan diunduh dari textbook, literature ilmiah, dan jurnal ilmiah dari beberapa situs web.

2.2. Definisi Sistem

Menurut Romney dan Steinbart, sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-

komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Gordon B. Davis, sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-elemen yang

beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran. Menurut Moscove, sistem

adalah suatu entity yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang

bertujuan untuk mencapai

tujuan tertentu. Menurut Murdick, sistem adalah suatu kumpulan elemen-elemen yang

dijadikan satu untuk tujuan umum. Menurut Cole/Neuschel, sistem adalah suatu kerangka

dari

prosedur-prosedur yang berhubungan, yang disusun sesuai dengan suatu skema yang

menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama perusahaan.

2.3. Definisi Informasi

Menurut Gordon B. Davis, definisi informasi adalah data yang telah diolah menjadi

bentuk yang berarti bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan saat ini

atau di masa mendatang. Sedangkan menurut McFadden dan kawan-kawan, informasi

dinyatakan sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan

pengetahuan seseorang yang mengunakannya.

2.4. Definisi Sistem Informasi

3
Menurut Henry Lucas (1988: 35) yang diterjemahkan oleh Jogiyanto H. M, menyatakan

bahwa sistem Informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang

diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung

pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi. Menurut John F. Nash dan

Martin B. Robert (1988: 35) yang

diterjemahkan oleh Jogianto H. M, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah

kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedurprosedur dan

pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalurkomunikasi penting, memproses

tipe transaksi rutin tertentu, memberi 4 sinyal kepada manajemen yang lainnya terhadap

kejadian-kejadian internal. Menurut John F. Nash (1995: 8) yang diterjemahkan oleh La

Midjan dan Azhar Susanto, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi dari

manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud

menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan

rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar

pengambilan keputusan yang tepat. Pengertian Sistem Informasi menurut Robert dalam

Jogiyanto (2000) adalah informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam

sebuah organisasi. Sistem informasi, menurut Leitel dan Davis dalam bukunya

“Accounting Information System” mendefinisikan bahwa Sistem informasi adalah suatu

sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan-kebutuhan pengolahan

transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu

organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Definisi sistem informasi menurut Ali Masjono Mukhtar, adalah suatu pengorganisasian

peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan, mengatur,

mengontrol, dan melaporkan

4
informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu pengertian sistem informasi

menurut Romney (1997: 16) yang dialihbahasakan oleh Krismiaji (2002: 12) Sistem

Informasi adalah cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulkan, memasukkan,

mengolah, dan menyimpan data dan cara-cara yang diorganisasi untuk menyimpan,

mengelola, mengendalikan dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah

organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.5. Definisi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Barry E. Cushing (1988: 49) yang diterjemahkan oleh Jogianto H. M

menyatakan bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan dari manusia dan

sumber-sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggungjawab untuk

menyediakan informasi yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi.

Menurut Barry E. Cushing (1995: 11) yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar

Susanto, menyatakan bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah seperangkat sumber

manusia dan modal dalam organisasi, yang berkewajiban untuk menyaajikan informasi

keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan memproses data.

Sedangkan menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996: 1) yang

diterjemahkan oleh Amir Abdi jusuf dan Rudi M. Tambunan, menyatakan bahwa: Sistem

Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan, yang

diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Menurut Wilkinson (2000: 27), sistem

informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan elemen yang spesifik

yang bervariasi tergantung pada tingkat otomatisasi sistem informasi akuntansi tersebut.

5 Menurut Hall (2001: 10), elemen model umum sistem informasi akuntansi meliputi

pengguna akhir, sumber data, pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen database,

penghasil informasi, dan umpan balik. Menurut La Midjan (2003: 12) menyatakan

5
bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem pengolahan data akuntansi yang

terdiri dari koordinasi manusia, alat dan metode berinteraksi dalam suatun wadah

organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan

informasi akuntansi manajemen yang terstruktur. Menurut Bodnar dan Hopwood (2004:

1), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan

peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi

informasi yang dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan. Dari

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu

pengolahan data akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat, dan metode

berinteraksi dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi

akuntansi yang terstruktur.

2.6. Definisi Teknologi Informasi

Kamus Oxford (1995): Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan

elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan

informasi apa saja, termasuk katakata, bilangan dan gambar. Martin (1999): Teknologi

informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat

lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga

mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Lucas (2000): Teknologi

informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan

mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.Mikrokomputer, komputer mainframe,

pembaca barcode, perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak lembarkerja

(spreadsheet), dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi

informasi. Definisi TI secara lengkap dinyatakan oleh Martin, et al., (2002: 1), yaitu

teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi serta

6
teknologi komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan informasi. Definisi TI

sangatlah luas dan mencakup semua bentuk teknologi yang digunakan dalam menangkap,

manipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah

menjadi informasi (Martin, et al., 2002: 125). Williams dan Sawyer (2003): Teknologi

informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur

komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video. Teknologi

Informasi (TI) merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi perubahan (Laudon

dan Laudon, 2006: 14). Menurut Laudon dan Laudon (2006: 14-15), infrastruktur TI

terdiri atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), 6 serta

teknologi komunikasi. Beberapa penulis mengklasifikasikan teknologi storage ke dalam

komponen hardware sehingga komponen TI terdiri atas hardware, software, dan

komunikasi (McLeod dan Schell, 2004: 101-123; Mescon, et al., 2002: 213-219).

2.7. Definisi Akuntansi

FASB mendefinisikan akuntansi secara umum adalah: Accounting is the body knowledge

and functions concered with systematic originating, recording, classifying, processing,

summerizing, analyzing, interpreting and supplying of dependable and significant

information covering, transaction, and event wich are, in part at least, of financial

character, required for the management and operation of an entity and for report that

have to be submitted there on to meet fiduciary and other responsibilities”. Definisi

selanjutnya terdapat pada APB No. 4 yang dapat menjelaskan akuntansi sebagai suatu

aktivitas jasa yang memiliki fungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang

bersifat keuangan tentang satuan-satuan ekonomi yang dapat bermanfaat dalam

menetapkan pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai tindakan alternatif. Definisi

tersebut adalah: Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative

7
information, primarily financial in nature, about economics entities that is intended to be

useful in making economic decision, in making reasons choices among alternatives

course of action. Dan dapat disimpulkan bahwa a) akuntansi menyediakan jasa yang

penting di dalam lingkungan bisnis untuk membantu pengambilan keputusan alokasi

sumber daya yang terbatas; b) informasi yang disediakan akuntansi bersifat kuantitatif

yang dapat digunakan dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan ekonomi;

c) meskipun akuntansi melaporkan apa yang telah terjadi tetapi berguna untuk

pengambilan keputusan di masa mendatang (Smith, Skousen, dan Stice, 1997). Sejarah

akuntansi menggambarkan kronologis proses akuntansi yang panjang (Hendriksen, 1992:

51-52). Definisi akuntansi menurut AICPA: Accounting is the art of recording,

classifying, and summarizing in a significant manner and in terms of money, transaction

and events which are in part at least, of a financial character, and interpreting the results

thereof. Menurut Scott (2003: 6) The environment of accounting is both very complex and

very challenging. It is complex because the product of accounting is information – a

powerful and important comodity. Akuntansi (Accounting) menurut (Jerry J. Weygandt,

Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel, 1999): “Accounting is process of three activities:

identifying, recording and communicating the economic events of an organization

(business or non business) to interested users of the information.” Menurut Kieso (2002:

2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik

penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian

informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang

berkepentingan. 7 Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari

perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unitunit organisasi

dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi

8
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan

keputusan ekonomik (Suwardjono, 2005). Pengertian akuntansi menurut American

Accounting Association adalah Accounting as the process identifiying, measuring, and

communicating economic information to permit informed judgements and decisions by

users of the information (Wilopo, 2005: 9). Dalam buku Teori Akuntansi yang ditulis

Prof. Sofyan Syafri Harahap, akuntansi adalah “tool of management,” alat kapitalis untuk

mengumpulkan harta dan memeliharanya (dengan informasi tentang kondisi atas posisi

keuangan dalam jumlah kekayaan, utang, dan modal dalam periode tertentu) agar proses

akumulasi kekayaan berjalan lancar dan penguasaannya tetap di tangan kapitalis. Masih

dari referensi buku yang sama, pada halaman 10 dituliskan pendapat Sudibyo: Akuntansi

adalah teknologi perangkat lunak. Akuntansi tidak ditujukan untuk menerangkan dan

meramalkan perilaku variabel-variabel sosial/ekonomis tertentu melainkan untuk

mengendalikan variabel-variabel itu guna memperbaiki status ekonomis karenanya status

sosial dari pelakunya. Wujud yang lebih konkret dari akuntansi sebagai perangkat lunak

adalah bahwa akuntansi merupakan disiplin rekayasa informasi dan pengendalian

(kontrol) keuangan. (Harahap, 2008: 11)

2.8. Penerapan Teknologi Informasi dalam perusahaan

Dalam Jurnal yang dituliskan Naniek Noviari, Akuntan merupakan profesi yang

aktivitasnya banyak berhubungan dengan TI. Perkembangan SIA dan proses audit

sebagai akibat dari adanya kemajuan TI dan perkembangan akuntansi akan memunculkan

peluang bagi akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan yang mempunyai

pengetahuan memadai tentang SIA dan audit berbasis komputer. Sebaliknya, akuntan

yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang SIA dan audit berbasis komputer

akan tergusur posisinya karena tidak mampu memberikan jasa yang diperlukan oleh klien.

9
Lingkungan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memajukan kinerjanya. TI dan

kinerja memiliki hubungan simbiosis. Perkembangan TI yang terjadi selama ini

mencakup perkembangan infrastruktur TI, yakni hardware, software, data, dan

komunikasi (McNurlin dan Sprague, 2002: 11). Menurut Laudon dan Laudon (2006: 14-

15), infrastruktur TI terdiri atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan

data (storage), serta teknologi komunikasi. Beberapa penulis mengklasifikasikan

teknologi storage ke dalam komponen hardware sehingga komponen TI terdiri atas

hardware, software, dan komunikasi (McLeod dan Schell, 2004: 101-123; Mescon, et al.,

2002: 213-219). Kemajuan TI yang pesat berpengaruh dan mengakibatkan perubahan

yang sangat signifikan pada perkembangan akuntansi. Semakin 8 maju TI semakin

banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar kemajuan

teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era

informasi. Hal ini dinyatakan oleh Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third

Wave (Robert, 1992). Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book keeping

sudah tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai memerlukan

informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya selama suatu periode tertentu

dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki. Pada era ini sistem double entry book

keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia penemu sistem ini.

Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks, maka sistem double entry

book keeping mengalami perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan

metode akuntansi yang kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing,

dan lain-lain (Belkaoui, 2000). Dalam jurnal yang dituliskan Sri Maharsi, ada berbagai

macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara

lain Electronic Data Processing (EDP) Systems, Data Processing Systems (DPS),

10
Management Information System (MIS), Decision Support System (DSS), Expert System

(ES), Executive Information Systems (EIS), dan Accounting Information System (AIS)

(Bodnar, 1998). Berikut adalah penjelasan atas definisi dan istilah-istilah tersebut. EDP

adalah penggunaan teknologi komputer untuk menyelenggarakan pemrosesan data yang

berorientasi pada transaksi organisasi. Sistem ini digunakan untuk mengolah data

transaksi yang sifatnya rutin (sehari-hari). Sistem ini tidak dapat membantu pekerjaan

pihak manajemen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sistem ini hanya

bermanfaat untuk meningkatkan ketepatan waktu dan frekuensi penyajian laporan. Secara

fundamental, EDP merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi dalam setiap

organisasi. Istilah data processing (DP) sebenarnya sama dengan EDP. MIS merupakan

penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan informasi yang berorientasi pada

manajemen level menengah. MIS mengakui adanya kenyataan bahwa para manajer dalam

suatu organisasi membutuhkan informasi dalam rangka pengambilan keputusan dan

bahwa sistem informasi berbasis komputer dapat membantu penyediaan informasi bagi

para manajer. DSS adalah suatu sistem informasi yang datanya diproses dalam bentuk

pembuatan keputusan bagi pemakai akhir. Karena berorientasi pada pemakai akhir, maka

DSS membutuhkan penggunaan model-model keputusan dan database khusus yang

berbeda dengan sistem DP. DSS diarahkan pada penyediaan data yang nyata, khusus, dan

informasi yang tidak rutin yang diminta oleh manajemen. DSS dapat digunakan untuk

menganalisis kondisi pasar sekarang atau pasar potensial. DSS juga dapat membantu

mengubah proses bisnis, dimana umumnya manajer membuat semua keputusan, namun

dengan adanya teknologi informasi seperti decision support tools, access database, dan

modelling software, pengambilan keputusan menjadi bagian setiap orang. Expert System

(ES) merupakan sistem informasi yang berbasis pada pengetahuan yang menggunakan

11
pengetahuan tentang bidang aplikasi khusus untuk menjalankan kegiatan sebagai

konsultan ahli bagi pemakai akhir. Seperti DSS, ES membutuhkan penggunaan model-

model keputusan manajemen dan database khusus. Tidak seperti DSS, ES juga

membutuhkan pengembangan basis pengetahuan dan inference engine. Jika DSS

membantu manajemen dalam rangka pengambilan keputusan, maka ES membuat

keputusan tersebut. EIS merupakan suatu sistem informasi yang berkaitan dengan

kebutuhan manajemen puncak mengenai informasi strategik dalam proses pengambilan

keputusan strategik. Sedangkan AIS merupakan sebuah sistem yang menyediakan

informasi bersifat keuangan dan non keuangan bagi para pengambil keputusan.

Penggunaan teknologi informasi pada aktivitas perusahaan seperti pada value chain dapat

menghasilkan beberapa keuntungan, seperti penghematan biaya, percepatan waktu

operasi, peningkatan produktivitas, percepatan waktu pengiriman barang dan jasa kepada

pelanggan, serta peningkatan nilai barang dan jasa yang tinggi pada pelanggan. Salah satu

teknologi informasi yang tidak kalah pentingnya adalah pemakaian Electronic Data

Interchange (EDI). EDI adalah komunikasiantar komputer dengan tujuan meningkatkan

efektivitas dan mengurangi pekerjaan yang sifatnya klerikal. Hansen dan Hill (1989)

mendefinisikan EDI sebagai pergerakan dokumen bisnis dalam format terstruktur antara

berbagai patner bisnis dalam suatu organisasi. Dengan EDI, dokumen yang diterima dapat

memerintahkan komputer secara otomatis. EDI yang terintegrasi memberikan peluang

pada manajer untuk berkonsentrasi penuh pada pengambilan keputusan strategik dan

meningkatkan kemampuan dalam pengendalian beberapa aktivitas. Teknologi akan terus

berkembang. Teknologi informasi yang kuat akan menjadi competitive edge bagi

perusahaan dan sekaligus menjadi entry barrier (Fasio, 1994). Bagi organisasi yang ingin

maju dan berkembang, tidak ada alasan untuk tidak menggunakan teknologi sepanjang

12
hal itu dapat mempermudah perusahaan menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(Hanscombe, 1989). Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia saat ini memang

begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan

bisnis yang memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan mendasar bagi

struktur, operasi dan manajemen organisasi. Jenis pekerjaan dan tipe pekerja yang

dominan di zaman Teknologi Informasi adalah otonomi dan wewenang yang lebih besar

dalam organisasi. Boundaryless organization adalah kondisi organisasi yang digunakan

dalam teknologi informasi dengan batas-batas horisontal, vertikal, eksternal dan geografis

yang sehat. Menipisnya batas horisontal mengakibatkan berkurangnya birokrasi sehingga

organisasi menjadi lebih datar, dan karyawan menjadi lebih berdaya (empowered

employees) dan menjadikan terwujudnya kerja sama lintas fungsional dalam memenuhi

kebutuhan customers yang kompleks. Menipisnya batas eksternal menjadikan perusahaan

lebih berfokus ke penyediaan produk dan jasa yang menjadi kompetensi intinya (care

competence). Untuk memenuhi kebutuhan customers yang kompleks, perusahaan

membangun jejaring organisasi (organization network), yang di dalamnya setiap

perusahaan menjadi anggota jejaring sehingga mampu menghasilkan value terbaik bagi

customers, karena koordinasi tidak lagi dijalankan melalui “command and control mode”

namun koordinasi dilaksanakan melalui komunikasi,persuasi dan kepercayaan (trust).

Kohesivitas organisasi yang menggunakan tim lintas fungsional, dan yang

mempekerjakan karyawan yang berdaya, serta yang menggunakan jaringan organisasi

dalam mewujudkan tujuan organisasi ditentukan dari seberapa jelas misi dan visi

organisasi dirumuskan dan keberhasilan pengomunikasian strategi tersebut kepada

seluruh personal organisasi dan seluruh organisasi dalam jaringan. Pemberdayaan

karyawan yang dilandasi oleh trust-based relationship antar manajer dan karyawan

13
menjadikan Information sharing dapat meningkatkan tuntutan tentang otonomi dan

wewenang di kalangan karyawan. Persuasi menjadi pilihan untuk menggantikan

komando, karena knowledge workers menjadi dominan dalam mewujudkan visi

organisasi. dalam memacu komitmen karyawan untuk mengubah strategi menjadi

tindakan nyata. Berkat teknologi ini, berbagai kemudahan dapat dirasakan oleh manusia

seperti:

Teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses yang

menggantikan peran manusia.

Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia yang

melakukan perubahan-perubahan terhadap sekumpulan tugas atau proses.

Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai bagian

yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak informasi ke manajer.

Teknologi informasi juga memengaruhi antarmuka-antarmuka organisasi dengan

lingkungan, seperti pelanggan dan pemasok.

Teknologi informasi dapat digunakan membentuk strategi untuk menuju keunggulan

yang kompetitif (O’Brien, 1996), antara lain:

o Strategi biaya: meminimalisir biaya/memberikan harga yang lebih murah terhadap

pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok.

o Strategi diferensiasi: mengembangkan cara-cara untuk membedakan produk/ jasa yang

dihasilkan perusahaan terhadap pesaing sehingga pelanggan menggunakan produk/jasa

karena adanya manfaat atau fitur yang unik.

o Strategi inovasi: memperkenalkan produk/jasa yang unik, atau membuat perubahan

yang radikal dalam proses bisnis yang menyebabkan perubahan-perubahan yang

mendasar dalam pengelolaan bisnis.

14
o Strategi pertumbuhan: mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan,

melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi produk/jasa,

atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.

o Strategi aliansi: membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan pelanggan,

pemasok, pesaing, konsultan, dan lain-lain

Namun ironisnya, terkait dengan hubungan dengan klien, pesatnya perkembangan

teknogi informasi tersebut awal mulanya bertolak belakang dengan sudut pandang

Auditor/akuntan yang menilai bahwa hubungan bisnis yang wajar adalah jika

dilaksanakan berdasarkan falsafah arm’s length transaction-yaitu transaksi antara pihak-

pihak yang bebas atau independen. Hubungan istimewa (atau dikenal dengan related

party transaction) diyakini auditor sebagai transaksi yang dapat menimbulkan

ketidakwajaran angka yang dicatat dalam catatan akuntansi. Padahal transaksi bisnis yang

didasarkan atas arm’s-length transaction dan nilai dasar ketidakpercayaan merupakan

hubungan bisnis jangka pendek. Masing-masing pihak hanya mengusahakan agar pada

saat transaksi bisnis terjadi, mereka yang terkait mampu bersikap businesslike, sehingga

masing-masing pihak dapat memperoleh manfaat dari transaksi yang dilaksanakan.

Apakah di kemudian hari pihak-pihak yang terkait sekarang akan melaksanakan bisnis,

tergantung dari penentuan syarat-syarat independensi pada saat transaksi yang akan

terjadi di masa yang akan datang tersebut sedangkan kemitraan Usaha (Partnered

Relationship) untuk mendobrak mitos tersebut harus menitikberatkan pada trust building

dan core competency di dalam membangun hubungan kemitraan, baik di dalam organisasi

perusahaan (antara manajer dengan karyawan dan antar fungsi dalam organisasi) maupun

di antara perusahaan dengan para pemasok dan mitra bisnisnya.

15
BAB III

PENDALAMAN MATERI

3.1. Sekilas Sejarah Akuntansi dalam Penggunaan Teknologi

Tonggak sejarah akuntansi dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli

memperkenalkan sistem double entry book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi

sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya The Third

Wave menyatakan bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai masa bercocok

tanam orang sudah mengenal teknologi, informasi, dan akuntansi. Pada masa bercocok

tanam, paradigma terhadap penciptaan kemakmuran dilakukan dengan mengeksploitasi

alam. Orang belum mengenal teknik untuk mengubah bahan baku menjadi produk.

Teknologi pada masa itu masih bersifat fisik sehingga teknologi informasi masih tertulis

dan dikembangkan untuk membuat catatan akuntansi. Pada masa itu teknologi akuntansi

masih sangat sederhana. Karena lingkungan masih sangat statis dan dapat diprediksi

dengan mudah, maka sistem single entry book keeping sudah dianggap cukup. Dengan

sistem ini orang hanya memerlukan informasi mengenai berapa aset dan utangnya pada

suatu saat tertentu Orang belum berpikir mengenai berapa perubahan kekayaannya dan

apa penyebab perubahan tersebut. Tahun 1650 sampai dengan 1955 dinyatakan oleh

Alvin Toffler sebagai era industri. Era ini dimulai dengan terjadinya revolusi industri,

yaitu sejak ditemukannya mesin-mesin industri. Tenaga kerja manusia di dalam pabrik

mulai diganti dengan mesin. Kantong-kantong industri mulai bermunculan dan

pertukaran dengan uang semakin berkembang. Pada masa ini teknologi akuntansi dengan

single entry book keeping sudah tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi.

Orang mulai memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya

selama suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan yangdimiliki. Pada era ini

16
sistem double entry book keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan

dia penemu sistem ini. Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks,

maka sistem double entry book keeping mengalami perkembangan. Mulai dari teknik

pembukuan sampai dengan metode akuntansi yang kompleksseperti akuntansi untuk

inflasi, dana pensiun, leasing, dan lain-lain (Belkaoui, 2000). Pada masa ini sistem

informasi akuntansi di dalam upaya untuk menyediakan informasi, baik kepada pihak

ekstern maupun intern masih dilakukan secara manual hanya dengan bantuan mesin

hitung ataupun kalkultor.Era informasi dimulai dengan ditemukannya komputer pada

tahun 1955. Pada era ini teknologi informasi sudah menggunakan komputer dan

pemrosesan informasi menjadi lebih cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi

menjadi lebih murah, dan tidak banyak memakan tempat dan waktu. Salah satu bidang

akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI adalah SIA. Pada dasarnya

siklus akuntansi pada SIA 13 berbasis komputer sama dengan SIA berbasis manual,

artinya aktivitas yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan tidak

bertambah ataupun tidak ada yang dihapus. SIA berbasis komputer hanyamengubah

karakter dari suatu aktivitas. Model akuntasi berbasis biaya historis tidak cukup untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan pada era teknologi informasi

(Elliot dan Jacobson, Gani, 1999). Model akuntansi pada era teknologi informasi

menghendaki bahwa model akuntansi dapat mengukur tingkat perubahan sumber daya,

mengukur tingkat perubahan proses, mengukur aktiva tetap tak berwujud, memfokuskan

ke luar pada nilai pelanggan, mengukur proses pada realtime, dan memungkinkan

network. Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat keuangan dan terutama digunakan

untuk tujuan pengambilan keputusan, pengawasan dan impelemntasi keputusan-

keputusan perusahaan (Arnold and Hope, 1990). Agar data keuangan dapat dimanfaatkan

17
dengan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, maka data tersebut harus

disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga

jenis yaitu (a) informasi operasi; (b) informasi akuntansi manajemen; dan (c) informasi

akuntansi keuangan (Anthony & Reece; 1989: 5).

a. Informasi Operasi

Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi keuangan dan informasi

akuntansi manajemen. Informasi operasi yang terdapat pada perusahaan manufaktur

antara lain: informasi produksi; informasi pembelian dan pemakaian bahan baku;

informasi penggajian; informasi penjualan; dan lain-lain (Mulyadi, 1995: 15).

b. Informasi Akuntansi Manajemen

Menurut Anthony dan Reece (1989: 6) informasi akuntansi yang khusus ditujukan untuk

kepentingan manajemen disebut informasi akuntansi manajemen. Informasi ini

digunakan dalam tiga fungsi manajemen, yaitu:

1. perencanaan

2. implementasi

3. pengendalian

Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi

keuangan yang disebut akuntansi manajemen (Mulyadi, 1995; Hansen & Mowen, 2005).

Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen perusahaan dalam

berbagai laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan

biaya menurut pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas, dan lain-lain.

c. Informasi Akuntansi Keuangan

Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal

perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

18
keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2001). Informasi

akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari

neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar yang

menggunakan laporan 14 keuangan meliputi pemegang saham, kreditur, badan atau

lembaga pemerintah, dan masyarakat umum dimana masing-masing pihak tersebut

mempunyai kepentingan yang berbeda. Informasi ini disajikan dan disusun berdasarkan

aturan dasar yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar akuntansi

keuangan tersebut dipakai untuk menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan untuk

pihak luar menyajikan suatu gambaran menyeluruh tentang kondisi keuangan dan hasil

usaha suatu organisasi. Pihak manajemen memerlukan informasi akuntansi keuangan

yang lebih rinci (Mulyadi,1995; Hansen & Mowen, 2005).

3.2. Peran Teknologi Informasi terhadap profesi Akuntan/Auditor

Dalam literatur manajemen strategik, Hagedoorn (1993) menyatakan bahwa jenis respon

strategik perusahaan terhadap globalisasi akan tergantung pada jenis tipologi strategi

kompetitif perusahaan, sehingga dalam hal ini bisa dikatakan bahwa tipologi strategi

kompetitif berhubungan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi dalam

teknologi informasi sebagai respon strategik terhadap globalisasi. Keputusan untuk

melakukan investasi dalam teknologi investasi menyangkut jumlah yang sangat besar, hal

ini menyebabkan faktorkematangan teknologi informasi dan ukuran perusahaan

berhubungan dengan keinginan untuk melakukan investasi teknologi informasi sebagai

respon strategik perusahaan terhadap globalisasi (Ein Dor dan Segev,1979; McFarlan, et

al., 1983; Goslar dan Grover, 1993; serta Mata, et al.,1995). Berikut ini adalah kutipan

dari jurnal yang dibuat oleh Staf`Dosen Universitas Bina Darma, Dr. Dedi Rianto Rahadi,

19
dengan judul PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENINGKATAN

PELAYANAN DI SEKTOR PUBLIK, dalam Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT

2007) di Yogyakarta, tanggal 24 November 2007. Davis, F.D (1989) mendefinisikan

kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya

bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Menurut Goodwin (1987); Silver

(1988); dalam Adam, et al., (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna

(user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih

sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah

dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Berdasarkan definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu

dan tenaga) seseorang didalam mempelajari komputer. Perbandingan kemudahan tersebut

memberikan indikasi bahwa orang yang menggunakan TI bekerja lebih mudah

dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan TI (secara manual).

Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah

pengoperasiannya (compartible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. Davis. F.

D. (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain

meliputi;

1. Komputer sangat mudah dipelajari

2. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna

3. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer

4. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

Untuk variabel kemudahan pemakaian, Iqbaria (1994) juga telah menguji dalam studinya

apakah penerimaan penggunaan mikro komputer dipengaruhi oleh kemudahan

20
penggunaan yang diharapkan oleh sipengguna atau karena tekanan sosial. Temuan studi

Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan bukan mutlak karena adanya tekanan

sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan TI bukan karena adanya unsur

tekanan, tetapi karena memang mudah digunakan. (Rahadi, 2007) Perubahan proses

akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu bidang praktik

yang menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai objeknya. Praktik

auditing bertujuan untuk memberikan opini terhadap kewajaran penyajian laporan

keuangan yang dihasilkan oleh SIA. Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam

bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan

keuangan, maka praktik auditing akan terkena imbasnya. Perkembangan TI juga

mempengaruhi perkembangan proses audit. Menurut Arens, terdapat tiga pendekatan

auditing pada EDP audit, yaitu audit sekitar komputer (auditing around the computer),

audit melalui komputer (auditing through the computer), dan audit berbantuan komputer

(auditing with computer). Auditing around the computer adalah audit terhadap

penyelenggaraan sistem informasi komputer tanpa menggunakan kemampuan peralatan

itu sendiri, pemrosesan dalam komputer dianggap benar, apa yang ada dalam komputer

dianggap sebagai “black box” sehingga audit hanya dilakukan di sekitar box tersebut.

Pendekatan ini memfokuskan pada input dan output. Jika dalam pemeriksaan output

menyatakan hasil yang benar dari seperangkat input pada sistem pemrosesan, maka

operasi pemrosesan transaksi dianggap benar.

Holmes dan Nicholls (1989) menjelaskan bahwa kekurangan informasi akuntansi dalam

manajemen perusahaan dapat membahayakan operasional perusahaan. Kondisi keuangan

yang memburuk dan kekurangan catatan akuntansi akan membatasi akses untuk

memperoleh informasi yang diperlukan, sehingga akan menyebabkan kegagalan

21
perusahaan. Oleh karena itu penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap

perencanaan dan pengendalian perusahaan (Roberts, Dunne, dan Ezell; 1980). Beberapa

penelitian lain mengungkapkan bahwa kelemahan keuangan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi merupakan salah satu alasan utama kegagalan perusahaan kecil dan

menengah (Peterson, Kometsky & Ridgway, 1993; Monk, 2000). Kekurangan catatan

akuntansi akan menimbulkan masalah perpajakan atau institusi pemerintah lainnya, dan

juga menyulitkan manajer perusahaan untuk mengukur prestasi perusahaan. Wichman

(1983) menjelaskan bahwa kapabilitas akuntansi 16 merupakan faktor penting yang akan

mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan perusahaan kecil dan menengah. Faktor-faktor

yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah

menurut Holmes dan Nicholls (1988) antara lain pengetahuan akuntansi, skala usaha,

jenis usaha dan pengalaman usaha. Holmes dan Nicholls (1988) mengklasifikasikan

informasi akuntansi dalam tiga jenis yang berbeda menurut manfaatnya bagi para

pemakai, yaitu:

a. statutory accounting information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai

dengan peraturan yang ada.

b. budgetary information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk

anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian dan

pengambilan keputusan.

c. additional accounting information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan

perusahaan guna meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer. Konsep

informasi akuntansi Holmes dan Nicholls ini mencakup seluruh informasi akuntansi yang

dibutuhkan oleh perusahaan. Menurut Cushing dan Romney (1994: 2) informasi agar

dapat bermanfaat harus memenuhi beberapa kriteria. Informasi harus dapat diandalkan

22
(reliable), relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dimengerti dan dapat diuji. Dapat

diandalkan berarti bebas dari kesalahan atau bias, harus pula menunjukkan kejadian atau

aktivitas perusahaan secara tepat. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat

bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang berbeda satu sama lainnya.

Tepat waktu berarti informasi tersebut harus datang tepat waktu, karena informasi yang

usang tidak berguna bagi pengambilan keputusan. Lengkap berarti informasi tersebut

memuat seluruh data yang relevan. Informasi tersebut dapat dimengerti jika disajikan

dalam bentuk yang bermanfaat dan dapat dicerna oleh pemakai. Informasi tersebut dapat

diuji berarti dua orang yang independen dapat memproduksi informasi yang sama.

Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan mempunyai

beberapa karakteristik kualitatif yang harus dimiliki. Karakteristikkarakteristik kualitatif

tersebut akan membedakan informasi yang bermanfaat dengan informasi yang kurang

bermanfaat bagi penggunanya. Dalam pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan

perusahaan, karakteristik-karakteristik tersebut haruslah menjadi salah satu dasar

pertimbangan pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan. Menurut Statement of

Financial Accounting (SFAC) No. 2 karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi

adalah sebagai berikut:

1. Relevan maksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorong suatu keputusan

apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan memprediksi hasil di masa depan

yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan sekarang. Ada tiga karakteristik utama yaitu:

a. Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai

sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan keputusan;

b. Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu pemakai dalam

membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian yang lalu, sekarang dan masa depan;

23
c. Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memungkinkan pemakai

dapat mengkonfirmasikan ekspektasinya yang telah terjadi di masa lalu.

2. Reliable, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan

penyimpangan atau bias serta telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan

tujuannya. Reliable mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:

a. Dapat diperiksa (veriviability), yaitu konsensus dalam pilihan pengukuran akuntansi

yang dapat dinilai melalui kemampuannya untuk meyakinkan bahwa apakah informasi

yang disajikan berdasarkan metode tertentu memberikan hasil yang sama apabila

diverivikasi dengan metode yang sama oleh pihak independen;

b. Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara

angka dan diskripsi akunatnsi serta sumbersumbernya;

c. Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan

umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai kebutuhan tertentu dan

keinginan tertrentu para pemakai khusus informasi.

3. Daya Banding (comparability), informasi akuntansi yang dapat dibandingkan

menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan

dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata dari perbedaan

perlakuan akuntansinya.

4. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan

prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode. Pada audit tradisional,

bukti yang dikumpulkan adalah bukti historis, sedangkan dalam continuous audit rentang

waktu yang diperlukan antara terjadinya transaksi, proses pemerolehan bukti audit sampai

terbitnya laporan audit sangatlah singkat. Dengan demikian dalam continuous audit,

waktu untuk menjalankan penugasan sangat terbatas, sehingga jika akuntan publik tidak

24
dapat memanfaatkan waktu yang singkat tersebut, maka laporan audit akan kehilangan

relevansinya. Untuk itu, akuntan publik harus memastikan terlebih dahulu bahwa sistem

informasi akuntansi perusahaan adalah sistem yang andal sehingga laporan atau output

yang dihasilkan andal dan tidak mengandung salah saji secara material (Pinnarwan 2001)

Akuntan publik harus dapat memahami pengendalian internal dalam lingkungan e-

commerce baik yang bersifat preventif maupun detektif. Dalam proses continuous audit

akuntan publik harus dapat menggunakan software audit yang akan lebih bermanfaat

apabila dapat terintegrasi dengan sistem informasi perusahaan klien sehingga

memungkinkan audit dilakukan bersamaan waktunya dengan perusahaan klien yang

sedang melakukan pemrosesan transaksi (embedded audit module). Oleh karena itu,

continuous audit mensyaratkan agar akuntan memiliki kompetensi dalam aspek 18

penguasaan teknologi informasi, meskipun sesungguhnya kompetensi ini dulunya bukan

kompentensi inti disiplin ilmu akuntansi Peluang lain yang sangat luas terbuka bagi

akuntan adalah peluang dibidang assurance services. Elliot Committee atau The AICPA’s

Special Committee on Assurance Services mendefinisikan assurance services sebagai

independent professional services that improve the quality of information, or is context

for decision makers. Komite ini juga mendefinisikan bahwa assurance services adalah

jenis pekerjaan baru akuntan yang lebih luas lingkupnya dari pada audit atas laporan

keuangan yang merupakan jasa tradisional yang dapat diberikan oleh akuntan publik.

Seperti tercantum dalam SAS 78, e-commerce memberikan pengaruh pada luas dan

metode atas penugasan traditional assurance services dalam hal internal kontrol,

pemrakiraan resiko audit dan prosedur perencanaan audit (Greenstein dan Feinman

2000). Informasi yang menjadi bahan oleh dalam assurance services bukan hanya

informasi keuangan, tetapi juga meliputi informasi non keuangan. Tujuan dari assurance

25
services adalah perbaikan informasi dan bukan pada tersusunnya laporan, meskipun

mungkin bisa juga dalam bentuk tersusunnya laporan. Contohnya adalah terjadinya

perbaikan informasi tentang proses atau sistem tertentu seperti internal kontrol atau model

pengambilan keputusan. Contoh lain adalah informasi tentang sebuah produk atau

pernyataan pihak lain atas atribut produk tertentu, dimana semua perbaikan informasi

tersebut dapat berguna untuk pengambilan keputusan baik pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh pihak internal maupun oleh pihak eksternal. Dengan demikian audit atas

laporan keuangan hanyalah merupakan salah satu bagian dari assurance services (Alles,

et al., 2002) Lebih jauh mengenai perkembangan dan perbedaan assurance services pada

masa dahulu dan masa yang akan datang dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Tampak bahwa dalam lingkungan bisnis elektronik akan menyebabkan akuntan tidak

hanya akan menghasilkan opini atau pendapat audit tapi lebih pada memberikan

assurance atau pernyataan mengenai keyakinan bahwa informasi yang dihasilkan atau

disajikan oleh pihak tertentu adalah informasi yang berkualitas dan dapat dipercaya

sehingga menimbulkan kepercayaan dalam bertransaksi. Sedangkan waktu pelaksanaan

pekerjaan tersebut bukan hanya tahunan tapi berkesinambungan untuk mengimbangi

sistem bisnis yang semakin menuju kearah online real time. Contoh tipe assurance

services yang dapat dilakukan oleh akuntan adalah a web assurance services, yaitu

SysTrust dan WebTrust. Keduanya dikembangkan secara bersama-sama oleh AICPA dan

CICA (organisasi akuntan publik Kanada). SysTrust berhubungan dengan masalah

security, integrity, availability, dan maintainability dari sebuah sistem informasi bisnis.

Sedangkan WebTrust diterapkan untuk ecommerce dalam kaitannya dengan masalah

security, availability, business practices dan transaction integrity. Jika web assurance

services, yaitu SysTrust dan WebTrust diterapkan semuanya pada perusahaan maka

26
berarti transaksi yang terjadi dengan bisnis tersebut adalah transaksi yang dapat

dipercaya. Perusahaan yang sudah diverifikasi sistem informasinya oleh AICPA ini akan

dapat menggunakan stempel atau logo WebTrust. Logo pada website ini berarti bahwa

website telah dinilai oleh akuntan publik dan pendapat yang diberikan adalah wajar tanpa

perkecualian atau unqualified opinion atas penerapan standar, prinsip dan kriteria suatu

website yang sesuai dengan standar (Franky 2001). Masyarakat dapat mengklik ikon logo

WebTrust untuk melihat laporan akuntan yang ada. Akuntan publik harus senantiasa

melakukan penilaian kembali atas website tersebut minimal 6 bulan sekali dan setiap kali

perusahaan melakukan perubahan isi website yang akan memiliki dampak terhadap

criteria WebTrust maka perusahaan harus melaporkan kepada akuntan publik untuk

dinilai kembali. Inilah peranan akuntan sebagai pihak ketiga yang independen. Perbedaan

SysTrust dan WebTrust dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pada intinya jasa yang

diberikan untuk pekerjaan diatas adalah jasa E-commerce Integrity and Security

Assurance. Integrity assurance system akan meyakinkan bahwa elemen data yang

ditangkap dalam transaksi elektronik adalah transaksi yang sudah disepakati dan bahwa

prosedur pemrosesan data transaksi dan penyimpanannya telah mempertimbangkan unsur

integrity atas elemen data dan meyakinkan bahwa data transaksi tidak berubah selama

ditransmisikan. Sedangkan security assurance system meyakinkan bahwa telah

authentication atas pihak-pihak yang bertransaksi telah diverifikasi dan bahwa data

elektronik telah dilindungi dari pengungkapan informasi yang tidak atau belum

diotorisasi. Jenis assurance services yang lain adalah E-commerce System Reliability

Assurance. penjelaskan tentang kebutuhan informasi yang berkualitas dari trading

partnernya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka keandalan server dan informasi

menjadi syarat utama. Keandalan server atau server reliability menjamin pemakai yang

27
sudah memiliki otorisasi untuk dapat mengakses informasi pada saat yang dibutuhkan.

Jadi pada saat user mengambil informasi dari website, dengan segera server harus dapat

memberikan responnya. Informasi yang dikirimkan oleh server adalah informasi yang

akurat dan informasi yang terkini yang berguna untuk pengambilan keputusan. Assurance

services juga dapat berupa risk assessment assurance. Risk assessment adalah proses

untuk melakukan identifikasi, analisis, dan pengelolaan resiko yang dapat mempengaruhi

pencapaian tujuan manajemen. Sesungguhnya akuntan telah biasa melakukan pekerjaan

risk assessment pada waktu melakukan audit keuangan, yaitu pada saat menentukan

efektifitas pengendalian internal perusahaan atau menentukan control risk. Jadi hanya

merupakan perluasan ruang lingkup pekerjaan risk assessment yang sebelumnya telah

ada.

3.3. Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Akuntansi

Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi

modern (Basuki, 2000: 173). Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan

menengah tampaknya pemahaman terhadap akuntansi masih berada pada tataran pertama

dan kedua yaitu sebagai alat hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk

pengambilan keputusan (Basuki, 2000: 174). 21 Informasi akuntansi merupakan alat yang

digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan (Nicholls dan Holmes,

1988: 57), terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat

didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan

informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi. Informasi akuntansi sangat diperlukan

oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai keputusan dalam

memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan. Informasi akuntansi yang

dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka menyusun berbagai

28
proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang. Dengan

menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi ketidakpastian,

antara lain mengenai kebutuhan akan kas (Sutapa, Rusdi, dan Kiryanto, 2001: 200).

Holmes dan Nicholls (1989) mengungkapkan bahwa informasi akuntansi yang banyak

disiapkan dan digunakan perusahaan kecil dan menengah adalah informasi yang

diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory). Selain itu, informasi

akuntansi yang seharusnya dibutuhkan oleh manajemen perusahaan kecil dan menengah

dalam pengggunaan informasi akuntansi sangat terbatas sekali. Philip (1977)

mengungkapkan banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil.

Kelemahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan dan

overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan

keuangan (William, et al., 1989; Knutson dan Henry, 1985; Nair dan Rittenberg, 1983;

Wishon, 1985; Murray, et al., 1983). Dari uraian tersebut jelas bahwa industri menengah

banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik. Padahal

dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya

perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan

persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola

berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi dana, penerapan teknologi, sistem

pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen perusahaan yang profesional merupakan

tuntutan yang harus segera dipenuhi untuk dapat melaksanakan kegiatankegiatan

perusahaan secara baik. Melihat begitu banyak peranan dan manfaat informasi akuntansi

dalam menciptakan arus informasi keuangan guna menunjang kelangsungan hidup (going

concern) industri menengah, maka dalam mini paper ini penulis paparkan mengenai

pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap

29
penggunaan informasi akuntansi pada industri menengah. Belkaoui (2000)

mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi

yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-

pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Penggunaan informasi akuntansi itu untuk

perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan pengawasan operasional (Anthony,

1965; Simons, 1991).

3.4. Krisis Akuntan menurut Belkaoui terkait dengan Teknologi Informasi

Pada tahun 1989 Belkaoui menulis buku dengan judul The Coming Crisis in Accounting

yang membahas krisis akuntansi yang mungkin muncul dari hal-hal sebagai berikut:

1. Profesi Akuntan Dalam profesi akuntan terjadi penurunan remunerasi, penurunan

jumlah tenaga kerja, peningkatan porsi jasa konsultasi dan pengurangan jasa

akuntan/auditing. Akuntan yang selama ini dianggap borjuis justru menjadi proletar. Di

samping itu, ada juga anggapan bahwa akuntan sebetulnya bukan tergolong sebagai

profesi karena ketidakmampuan menjadi independen dan otonom dari langganannya dan

kehilangan monopolinya atas jasa informasi akuntansi yang saat ini banyak di-supply

oleh TI.

2. Kecurangan dalam lingkungan akuntansi Kecurangan adalah tindakan kriminal.

Banyak tindakan kecurangan yang dilakukan korporasi maupun kecurangan yang

melibatkan akuntan khususnya melalui laporan keuangan. Public menganggap

meningkatnya kecurangan ini tidak lepas dari kegagalan profesi akuntan. Bahkan di tanah

air akuntan sering juga dicap “tukang angka” yang bisa menentukan jumlah laba atau rugi

perusahaan. Kasus factual telah banyak terjadi mendukung anggapan ini sehingga

akuntan berada di ambang krisis.

30
3. Menurunnya work load dalam proses akuntansi Karena kemajuan komputer, tugas-

tugas akuntansi sudah bisa dilakukan oleh software yang user friendly sehingga

tidak memerlukan keahlian akuntansi lagi. Dengan demikian, beban kerja dari seorang

ahli akuntan semakin terbatas yang akan menimbulkan krisis profesi akuntan.

4. Iklim organisasi dikantor akuntan Kantor akuntan adalah fakultas kedua setelah

fakultas ekonomi. Kantor akuntan hanya sebagai batu loncatan untuk memasuki dunia

bisnis lain yang lebih menggiurkan. Bahkan turn over perpindahan kerja, di kantor

akuntan cukup tinggi, career path tidak jelas, job description yang tidak tegas, semakin

kabur, dan bahkan semakin tingginya konflik internal dalam kantor akuntan itu sendiri.

Bahkan jasa yang akan dibolehkan diberikan oleh akuntan semakin di atur dan dibatasi

seperti baru-baru ini diberlakukan oleh SEC di USA, di mana akuntan tidak bias bebas

memberikan beberapa jasa pada perusahaan yang sama karena dianggap mengurangi

independensi.

5. Problema produksi ilmu pengetahuan dalam akuntansi Ilmu pengetahuan paling tidak

saat ini dari proses akademik sedangkan akuntansi adalah kebutuhan profesi yang

berkembang secara praktik dalam dunia bisnis. Sering terjadi antara hasil proses ilmu

pengetahuan dari proses akademik sering tidak match atau tidak sesuai dengan keinginan

atau kebutuhan dunia praktik sehingga terjadi gap antara dunia akademis dengan dunia

profesi. Banyaknya keluhan ditemukan pasar bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah

tidak relevan dengan apa yang diinginkan pasar atau user dari tenaga 23 akuntan yang

dihasilkan perguruan tinggi itu. Jika hal ini berjalan terus maka akuntansi juga akan

mengalami krisis. Disamping itu semua, Belkaoui (2006) mempertanyakan apakah

akuntan itu benar sebagai profesi atau tidak. Menurut beliau paling tidak ada persyaratan

jika ingin disebut sebagai suatu profesi, yaitu:

31
a. Memiliki disiplin ilmu pengetahuan

b. Otonom dalam melaksakan profesinya

c. Memiliki perasaan solidaritas kelompok yang paling setia

d. Bisa mengatur sendiri praktik

e. Memerlukan izin praktik

f. Memiliki kekuasaan atas langganannya

g. Memiliki kode etik.

Menurut Belkaoui akuntan saat ini tidak memiliki otonomi yang cukup kepada

client/langganan dalam melaksanakan profesinya dan tidak memiliki kekuasaan atas

langganan. Kemudian, dengan berkembangnya ilmu komputer maka kompleksitas

profesi menjadi berkurang akibat kemampuan komputer menyabot sebagian besar fungsi

akuntan terutama dalam penyajian laporan keuangan. Dari sini Belkaoui menyimpulkan

bahwa akuntansi berada dalam situasi apakah sebagai “yang tidak murni profesi” atau

berada pada proses bertahap “deprofessionalisasi”.

3.5. Penerapan Teknologi Informasi dalam Akuntansi Manajemen

Berikut ini adalah beberapa contoh implementasi teknologi informasi dalam akuntansi

manajemen. Penerapan EDI dalam Just In Time (JIT) menawarkan pengendalian

persediaan, mengarahkan orientasi pada kualitas dan efisiensi tenaga kerja. EDI juga

memberikan peluang pada akuntan manajemen dalam meningkatkan kualitas yang

berkaitan dengan production, shedulling, sales forecasting, mempercepat internal

response time, berhubungan secara lebih dekat dengan pelanggan, dan membantu

manajemen dalam meningkatkan pengendalian aktivitas bisnis. Dalam Activity Based

Costing (ABC), teknologi informasi dapat diterapkan untuk mengolah informasi biaya

sehingga dapat memberi kejelasan mengenai sumber atau penyebab dari pos-pos biaya

32
secara cepat dan terorganisasi. Sedangkan dalam Total Quality Control (TQC), teknologi

informasi dapat diterapkan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan sehingga

memungkinkan menghasilkan produk yang sempurna (zero-defect) dan mutu produk

merupakan tanggung jawab dari semua bagian. Perkembangan teknologi informasi dalam

akuntansi manajemen juga dapat menyediakan informasi tentang korelasi antara biaya

dan waktu dengan cepat dan relevan. Hal ini menjadikan manajer mampu merespon

perubahan kondisi pasar secara cepat dan tepat. Selain itu, penerapan manufacturing cell

dapat mempercepat waktu yang digunakan untuk produksi dan menurunkan biaya

produksi. Munculnya Computer–Integrated Manufacturing (CIM) juga merupakan salah

satu bentuk penerapan teknologi informasi. CIM mengaplikasikan beberapa kemampuan.

Yang pertama, produk dirancang melalui pemanfaatan sistem rancangan komputer

(Computer-Assisted Design/CAD). Yang kedua, rancangan diuji dengan menggunakan

sistem rekayasa komputer (Computer-Assisted Engineering/CAE). Yang ketiga, 24

produk dibuat dengan menggunakan sistem (Computer-Assisted Manufacture/CAM).

CAM menggunakan mesin dan robot yang dikendalikan oleh komputer. Yang keempat,

sistem informasi yang menghubungkan berbagai macam komponen terotomatisasi. Salah

satu ciri CAM adalah sistem manufaktur yang fleksibel, yaitu sistem yang mampu

membuat produk yang dimulai dan diakhiri dengan menggunakan robot serta alat-alat

otomatis yang dikendalikan oleh komputer mainframe. Kemampuan menghasilkan

berbagai produk yang sama ini merupakan suatu keunggulan. Tantangan bagi akuntan

manajemen lainnya adalah berupa tekanan luar yang berasal dari partner dagang (internal

pressure). Banyak perusahaan dan organisasi yang menyadari bahwa mereka tidak dapat

melanjutkan aktivitas usahanya bila tidak bergabung dengan Information Technology

Network. Perusahaan yang ketinggalan dalam menerapkan teknologi informasi akan sulit

33
berkomunikasi dengan yang lain disamping tidak dapat bersaing. Sedangkan perusahaan

yang telah mengimplementasikan teknologi informasi merasa enggan untuk berhubungan

dengan perusahaan yang belum mengimplementasikan teknologi informasi. Akuntan

manajemen juga harus mempertimbangkan pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Mereka harus mampu menyesuaikan tingkat perkembangan perusahaan dengan

tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak yang ada. Implementasi teknologi

informasi harus mempertimbangkan bukan hanya biaya investasi saja, melainkan juga

biaya perawatan dan biaya operasi, termasuk biaya tenaga ahli dan pemakaian jaringan

pada pihak ketiga. Akhirnya, dalam mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi

informasi harus juga disesuaikan dengan kultur atau budaya manusia secara umum.

Jangan sampai dalam mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi informasi

tersebut hanya melihat dari sisi teknologinya saja tanpa mempertimbangkan konteks

social dan kultur di negara asal yang kondisinya jauh berbeda. Dari gambaran diatas,

terdapat suatu fenomena yang menarik, yaitu sistem informasi dan teknologi yang

canggih akan memberikan peluang untuk membuat organisasi lebih hidup. Akuntan harus

tetap memberikan keyakinan pada pihak-pihak yang melakukan transaksi bahwa dengan

adanya pemanfaatan teknologi, maka keamanan transaksi tidak perlu menjadi satu

masalah yang perlu dikhawatirkan. Akuntan bersama–sama dengan praktisi lain dibidang

teknologi informasi, misalnya programmer dapat memberikan jasa penyusunan sistem

akuntansi berbasis komputer dan desain pengendalian internalnya, membangun database

akuntansi dan keuangan yang terintegrasi, merancang program-program yang dapat

membantu pengambilan keputusan manajerial secara cepat dan akurat dan sebagainya.

3.6. Teknologi Informasi XBRL sebagai Trend Akuntansi Akuntan

Software akuntansi amat beragam, diantaranya Zahir Accounting, MYOB, Accurate, dll.

34
Beberapa waktu belakangan ini AICPA sedang dan terus bekerja untuk mengembangkan

XBRL atau eXtensible Business Reporting Language 25 specification untuk

menggantikan penggunaan format HTML (Hyper Text Mark-up Language). Asal XBRL

dapat ditelusuri kembali ke awal era tahun 1990. Pada waktu itu, perancang software

bemama Jon Bosak menyadari bahwa kelemahan dasar HTML adalah ketidak

mampuannya menjelaskan isi data yang disajikan. Bosak menyajikan World Wide Web

Consortium (W3C) untuk mensponsori pengembangan sebuah bahasa yang memiliki

kemampuan ini. Proyek tersebut mengantar Bosak dan dua pembuat software lainnya

membuat bahasa pemrograman yang disebut XML, yang merupakan kepanjangan dari

eXtensible Markup Language. XML adalah alat umum yang dapat memberi tanda data

apa pun dengan penanda untuk ideniifikasi. XML adalah sebuah langkah ke arah yang

tepat. Akan tetapi, Charles Hoffinan, seorang akuntan publik yang bekerja di kantor

akuntan publik lokal bertempat di Tacoma, Washington, menyadari bahwa XML tidak

cukup untuk dapat menjadi bahasa tujuan umum dalam mengkomunikasikan informasi

keuangan. Hal yang diperlukan adalah kemampuan untuk tidak hanya mengidentifikasi

setiap bagian data, tetapi bagaimana data tersebut diproses serta bagaimana hubungannya

dengan data lainnya. Hoffman mulai bekerja untuk menambah kemampuan XML, tetapi

menyadari bahwa proyek tersebut membutuhkan dukungan tambahan. Dia mencari dan

mendapatkan bantuan dari AICPA untuk mengejar pengembangan rangkaian prototype

laporan keuangan dengan XML yang telah ditingkatkan. Sepanjang kemajuan proyek

tersebut, hasilnya dibagi dengan perusahaan software besar. Mereka mengetahui nilai dari

bahasa bisnis umum semacam itu dan bergabung dalam proyek tersebut. Akhimya,

banyak perusahaan software terkemuka, dan kelompok pemakai yang penting, bergabung

dalam usaha bersama AICPA. Hasilnya adalah: XBRL. Para vendor saat ini bekerja untuk

35
membuat berbagai software keuangan dan pendukung keputusan, yang mampu untuk

mendukung XBRL. Contoh untuk industri tertentu sedang dikembangkan. Pekerjaan

yang hampir sama dimulai di banyak negara lainnya. XBRL sedang berusaha menjadi

bahasa komputer global untuk mengkomunikasikan data keuangan. Kesemuanya itu

berasal dari seorang akuntan publik yang mencari cara lebih baik untuk menyebarkan data

keuangan di Internet. Sumber: Stanley Zarowin dan Wayne E. Harding, “Finally,

Business Talks the Same Language,” Journal of Accountancy (Agustus 2000): 24-30.

Dengan HTML, tercipta situs web yang dapat diakses di mana saja, sehingga dapat

melihat (dari sisi eksternal) atau menyajikan (dari sisi internal) laporan keuangan

perusahaan. Walaupun demikian, hingga saat ini, penyebaran informasi keuangan dan

nonkeuangan secara elektronis adalah proses yang lamban dan tidak efisien. Salah satu

masalahnya adalah banyak penerima memiliki permintaan berbeda berkaitan tentang cara

informasi dikirim. Hal ini berarti organisasi harus mengorbankan banyak waktu dan biaya

untukmemformat informasi yang sama dalam bemacam cara. Masalah kedua yang

berhubungan adalah penerima harus secara manual memasukkan kembali banyak dari

informasi tersebut ke dalam alat analisis keputusan 26 milik mereka. Contohnya,

penerima harus secara manual memasukkan kembali informasi dari laporan

keuanganyang disajikan dalam dokumen HTML ke dalam spreadsheets EXCEL, agar

informasi tersebut dapat dianalisis. Penyebab dasar dari kedua masalah tersebut terletak

pada metode yang digunakan untuk memperlihatkan informasi di Internet. Kode HTML

hanya menspesifikasikan bagaimana bagian data tertentu harus ditampilkan (contohnya,

lokasinya dan karakter hurufnya), tetapi tidak memberikan cara untuk secara otomatis

mengidentifikasi bahwa bagian data tertentu tersebut menyajikan jumlah dari penjualan

tahun ini. Kesemua hal ini berubah dengan adanya perkembangan XBRL, yang

36
merupakan varian dari XML (eXtensible Mark-up Language). Bahasa untuk semua tujuan

ini didesain untuk memberikan cara mengkomunikasikan isi data. HTML menggunakan

label untuk menunjukkan bagaimana data diformat. Contohnya, tag code/ label <b>

menunjukkan bahwa semua teks selanjutnya hingga label </b> ditampilkan dalam huruf

tebal. XBRL menggunakan jenis label yang hampir sama untuk mengidentifikasi isi

setiap bagian data. Contohnya label XBRL dapat menunjukkan bahwa bagian data

berikutnya mewakili piutang usaha. Kini, sebagian besar orang dapat membuat halaman

Web tanpa harus secara langsung menulis kode HTML, karena produk seperti Microsoft

Word, membuat kode HTML secara otomatis dengan pilih “Save as HTML." Sebagian

besar penjual software utama membuat fungsi yang hampir sama ke dalam produk-

produk mereka untuk membuat XBRL mudah digunakan. Jadi, para profesional akuntan

dan sistem informasi tidak akan perlu mengetahui cara untuk menulis kode XBRL untuk

mengambii keuntungan dari manfaat yang ditawarkannya. XBRL memberikan dua

manfaat utama dalam pembuatan dan penyebaran data keuangan secara elektronis.

Pertama, XBRL memungkinkan organisasi untuk mempublikasikan informasi hanya

sekali, dengan menggunakan label XBRL. Saat ini, data keuangan dapat dikirim ke satu

pihak sebagai dokumen HTML, ke pihak lainnya sebagai file PDF, biasanya Adobe

Acrobat, ke lainnya sebagai file teks, dan ke pihak lainnya sebagai file comma-delimited,

biasanya dapat dibuka dengan Micosoft EXCEL. Proses ini menimbulkan biaya yang

tidak perlu. Sebaliknya, file XBRL yang sama dapat dikirim ke setiap pihak tersebut, yang

dapat kemudian menggunakan file tersebut dalam cara seperti yang mereka kehendaki.

Jadi, dengan XBRL, perusahaan dapat mempublikasikan laporan keuangan mereka

bersamaan dalam format yang dapat digunakan semua orang. Manfaat kedua dari XBRL

adalah informasi yang diberikan oleh label XBRL, dapat diartikan. Hal ini berarti para

37
penerima tidak perlu lagi secara manual memasukkan kembali data yang mereka

dapatkan secara elektronis, agar alat pendukung keputusannya dapat menganalisis

informasi tersebut. Sebagai gantinya, jika data berisi label XBRL, data tersebut dapat

dimasukkan secara langsung ke alat analisis apa pun yang dapat membaca XBRL. Hal ini

juga berarti bahwa pencarian data di Internet akan lebih efisien dan akurat 27 Contohnya,

sebelum XBRL, pencarian di Internet atas informasi mengenai kewajiban kontinjensi

akan menghasilkan ratusan situs, sebagian besar tidak berkaitan dengan keuangan yang

dicari. Akan tetapi, dengan data yang disertai tag XBRL, pencarian tersebut akan terbatas

pada informasi mengenai kewajiban kontinjensi yang dilaporkan dalam laporan

keuangan. XBRL tentu saja penting dalam perkembangan TI. XBRL juga berharga

karena profesi akuntansi memulai perkembangan XBRL. Proses perkembangan XBRL

memberikan gambaran bagus tentang bagaimana para akuntan dapat secara aktif terlibat

dalam perkembangan TI yang sedang berjalan. Before XBRL, there was no generally

accepeted format for business reporting data (AICPA online). Dengan XBRL akan

tersusun pelaporan keuangan dalam format standar yang memungkinkan terjadinya

translasi dan sharing informasi atas pelaporan keuangan yang dihasilkan tersebut. XBRL

uses accepted financial reporting standards and practices to exchange financial

statements across all software and technologies, including the Internet (Reuters 2000).

Keberadaan XBRL yang dapat digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan dalam

format yang bisa dioperasikan dalam berbagaiaplikasi berarti mengurangi kebutuhan

untuk menyiapkan laporan keuangan dalam format yang berbeda. Oleh karenanya akan

terjadi penghematan waktu, biaya dan kesalahan data tertentu pada berbagai dokumen.

Meskipun masih banyak pro kontra dikalangan profesi akuntan di AS, namun demikian

beberapa perusahaan besar seperti Microsoft, Deutsche Bank, perusahaan The Australia

38
Prudential Regulatory Authority(APRA), dan perusahaan besar lain telah mengadopsi

penggunaan XBRL untuk penyusunan pelaporan keuangan perusahaan mereka. Sebagian

akuntan yang pesimis dengan adopsi teknologi menyatakan bahwa sudah selayaknya

akuntan kembali pada panggilan awalnya (back to basic) dengan mengingat pelajaran

yang didapat dari kasus bangkrutnya perusahaan besar Enron. Dokumen elektronik dan

real time accounting systems ini menyebabkan perubahan peran akuntan publik pada

pekerjaan yang terkait dengan proses pelaporan laporan keuangan, termasuk didalamnya

adalah pemrakiraan resiko audit dan exposure yang mungkin timbul. Untuk dapat

melakukan penugasan dalam lingkungan sistem informasi akuntansi yang sudah online

real time, akuntan publik harus dapat terus mengembangkan teknologi audit untuk

kepentingan continuous audit techniques (Rezaee, et al., 2002).

3.7. XBRL di Departemen Keuangan Indonesia

Kutipan berikut adalah bersumber dari situs BAPEPAM

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/xbrl/id/index.html

Salah satu tugas utama regulator keuangan di seluruh dunia saat ini adalah bagaimana

meningkatkan sistem pengawasan mereka secara elektronik untuk memastikan bahwa

data dan informasi yang disampaikan oleh institusi-institusi yang diawasinya adalah

benar dan akurat. Hal tersebut sangat terkait dengan kebutuhan investor dalam mengakses

data 28 dan informasi secara mudah dan cepat, sebagai dasar pengambilan keputusan

bisnis mereka. Mengantisipasi tantangan tersebut, para regulator mulai memikirkan

bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuan sistem monitoring elektronik

mereka sekaligus mampu menghasilkan data dan informasi yang cepat, akurat, dan

relevan bagi kepentingan para penggunanya. Beberapa regulator telah mulai melakukan

evaluasi terhadap sistem mereka dan BAPEPAM mengimplementasi XBRL sebagai salah

39
satu solusi jawaban atas kebutuhan tersebut. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (BAPEPAM dan LK) Departemen Keuangan RI, sebagai salah satu regulator,

memiliki peranan penting yang berkaitan dengan penyampaian laporan (termasuk laporan

keuangan). Peranannya menjadi semakin penting mengingat semakin meingkatnya

jumlah intitusi-institusi yang akan diawasi. Dengan mengembangkan sistem pelaporan

secara elektronik via internet serta didukung dengan implementasi XBRL, Bapepam-LK

diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya sebagai salah satu sumber informasi dan

data keuangan yang penting di masa mendatang. Sebagai informasi, implementasi sistem

pelaporan elektronik di industri Pasar Modal Indonesia juga sudah ditetapkan di Cetak

Biru Pasar Modal Indonesia 2005-2009 dan diharapkan bisa dimanfaatkan pada tahun

2006 ini. Untuk mengeksplorasi manfaat dan penggunaan XBRL tersebut,Bapepam-LK

telah mengirimkan dua orang pegawainya untuk melakukanobservasi (internship) di

International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF) XBRL Team,

London, UK. Observasi tersebut dilakukan selama satu bulan (18 Juli 2006 - 15 Agustus

2006), dengan bantuan pendanaan dari World Bank (ASEM Grant). Melalui observasi

tersebut diharapkan akan meningkatkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai

bagaimana memanfaatkan XBRL dikaitkan dengan rencana pengembangan sistem

pelaporan secara elektronik (e-reporting) yang saat ini akan mulai dikembangkan di

industri pasar modal. Situs ”XBRL Initiative” ini ditujukan sebagai sarana untuk

menyebarkan informasi mengenai hasil observasi. Suatu model (show case) telah

dikembangkan bersama IASC Foundation XBRL Team. Selain untuk mempermudah

pemahaman publik terhadap pemanfaatan XBRL, model tersebut diharapkan dapat

digunakan menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai kajian dan rencana

implementasi XBRL di Indonesia. Wikipedia menyebutkan, XBRL (Extensible Business

40
Reporting Language) adalah suatu standar terbuka berbasis XML yang mendukung

pemodelan informasi serta ekspresi makna semantik yang biasanya dibutuhkan oleh

pelaporan bisnis. Salah satu penggunaan XBRL adalah untuk mendefinisikan serta

mempertukarkan informasi keuangan seperti laporan keuangan. Komunikasi ini

ditentukan oleh metadata yang disusun dalam taksonomi. Taksonomi tersebut

menggambarkan definisi konsep laporan individu serta hubungan antara konsep-konsep

tersebut dan makna semantik lainnya. XBRL menggunakan sintaks XML serta teknologi

berbasis XML lainnya seperti XML Schema, XLink, XPath, Namespace, dll untuk

menjelaskan pengertian semantiknya. Spesifikasi XBRL dikembangkan dan

dipublikasikan oleh XBRL International, Inc. (XII) yang berbentuk PDF, XLS, dll.

apalagi Jika ada 10 macam laporan keuangan dengan format yang berbeda-beda. Untuk

membuat hasil analisis yang benar-benar comparable, mungkin saja kita akan banyak

mengalami kesulitan. Dengan XBRL, semua itu akan mudah untuk kita lakukan, karena

XBRL memiliki Format yang sudah terstandar, sehingga menghasilkan informasi dan

data yang comparable dan mudah untuk dianalisis, selain itu juga dapat dilakukan

validasi secara otomatis, sehingga meminimkan kesalahan input. Hasil analisis dengan

XBRL tersebut kemudian juga dapat diolah kembali menjadi format yang diinginkan:

PDF, HTML, Excel, CSV, TXT, dll. XBRL ini dapat meningkatkan kemudahan akses

informasi finansial, terutama bagi investor internasional, karena XBRL menerapkan suatu

standar identifikasi informasi. Investor luar negeri dimungkinkan melakukan analisis

mereka secara mandiri serta melakukan perbandingan dengan menggunakan bahasa

mereka sendiri. Dan tentu saja akan mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

41
BAB IV

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari mini paper atas paparan yang telah dilakukan adalah, dengan adanya

komputer dan komputerisasi maka beberapa keuntungan terhadap perusahaan dan dari

sisi akuntan/akuntansi dapat dicapai, diantaranya yaitu:

1. Memperbaiki kualitas informasi laporan keuangan dan menghitung biaya (terkait

disiplin ilmu akuntansi manajemen) dalam menghasilkan produk atau jasa.

2. Meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran biaya.

3. Memperbaiki dan memberikan feedback pengambilan keputusan dalam

pengembangan.

4. Berbagi pengetahuan, dan meningkatkan perkembangan disiplin ilmu.

5. Menghasilkan informasi yang relevan, andal, lengkap, tepat waktu, dapat dipahami,

dan dapat diverifikasi, sesuai dengan tujuan laporan akuntansi.

6. XBRL sebagai media baru yang dapat dimaksimalkan dalam distribusi informasi dan

mengelolanya dengan validitas dan kewajaran laporan keuangan sehingga dapat

menghasilkan analisa bisnis dan keputusan strategis yang dapat diuji dan dipertanggung

jawabkan.

42

Anda mungkin juga menyukai