Anda di halaman 1dari 38

JUDUL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN CITRA


TUBUH (BODY IMAGE) PADA PASIEN POST OPERASI MASTEKTOMI
DI RSUD BIMA NTB.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahunnya penderita karsinoma mammae cenderung meningkat

dan merupakan penyakit kanker yang sering menjadi penyebab kematian

pada wanita. Karsinoma mammae sering memberi kesan menakutkan

terutama bila ditemukan pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Hal ini

sesuai dengan frekuensi karsinoma mammae yang relative tinggi

dibandingkan dengan kanker yang lain seperti kanker rahim, kanker kulit, dan

kanker paru (Tambunan, 2007).

Pada usia 45 tahun satu dari Sembilan wanita akan mengalami

kanker payudara. Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab

kematian karena kanker pada wanita. Akan tetapi yang biasa bertahan hidup

sampai mencapai lebih dari lima tahun sejak awal didiagnosis kanker

payudara ini cukup besar, sekitar 93%. Jika kanker telah menyebar secara

regional saat didiagnosis, kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun sebesar

72% dan untuk seseorang dengan metastase yang luas saat didiagnosis,

kemampuan hidupnya hanya 18% (Gale D, Charette, 2005).

Salah satu prosedur yang paling sering digunakan untuk pelaksanaan

kanker payudara lokal adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan
1
bedah penyelamatan payudara yang berkombinasi dengan terapi radiasi.

Akibat dari tindakan mastektomi tersebut maka akan menyebabkan

perubahan fisik pada pasien karsinoma mammae yang akan berpengaruh pada

citra tubuh yang menunjukan gambaran diri seseorang pada akhirnya akan

mempengaruhi harga diri. Ancaman terhadap citra tubuh dan juga harga diri,

sering disertai perasaan malu, ketidakadekuatan dan rasa bersalah. Akibat

terjadi perubahan peran pada klien karsinoma mammae yang mempunyai

peran seperti : peran sebagai seorang ibu, istri, pekerja, dan lain-lain.

Gambaran dari citra tubuh atau body image adalah persepsi

seseorang mengenai penampilan fisik dirinya sendiri. Orang dengan citra

tubuh yang buruk akan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang tidak

memiliki penampilan yang menarik atau buruk, sedangkan orang yang

memiliki citra tubuh yang baik akan bisa melihat bahwa dirinya menarik baik

bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, atau setidak-tidaknya akan menerima

dirinya apa adanya. Persepsi mengenai citra tubuh bukan hal yang objektif

atau merupakan opini dari orang lain, seseorang dengan citra tubuh yang

buruk bisa saja secara fisik menurut orang lain cantik dan menarik, dan

seseorang dengan citra tubuh yang baik bisa saja merupakan orang yang

dianggap tidak menarik secara fisik oleh orang lain (Thompson, 2001).

Langkah pertama dalam memahami konsep citra tubuh adalah mulai

menyadari tentang sikap seseorang terhadap kesehatan, penyakit, perubahan

bentuk tubuh dan perubahan fungsi tubuh. Sebagai akibatnya, pertimbangan

kualitas hidup telah menjadi isu penting dalam pengobatan dan pemulihan.
2
Kualitas hidup adalah konstruksi multidimensi yang mencakup status fungsi

(perawatan diri), kesejahteraan psikologis, fungsi sosial dan keluarga, dan

kesejahteraan spiritual. Parameter-parameter ini merupakan indikator penting

tentang seberapa baik seorang individu dapat berfungsi setelah diagnosis dan

pengobatan (Smeltzer S C, Bare B G, 2005)

Payudara merupakan bagian penting dari anggota tubuh seorang

perempuan dan memainkan peran signifikan dalam seksualitas wanita. Ketika

seorang perempuan terkena kanker payudara maka tentunya akan

menimbulkan gangguan baik secara fisik maupun psikologis terlebih lagi

ketika pada payudara tersebut dilakukan pembedahan. Tindakan tersebut akan

mempengaruhi konsep dirinya bermula dari gangguan terhadap citra

tubuhnya. Ia akan sulit menerima keadaanya tersebut, merasa rendah diri,

malu, tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang lain. Tentunya hal

tersebut merupakan suatu kondisi yang cukup sulit bagi seorang perempuan

butuh waktu untuk menyesuaikan diri menerima keadaannya. Oleh karena itu

maka peran seorang tenaga kesehatan khususnya perawat sangat penting

dalam mengembalikan rasa percaya diri.

Menurut Stuart dan Sundeen konsep diri seseorang (yang terdiri dari

citra tubuh, ideal diri, harga diri, dan identitas diri) dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan

serta pekerjaan selain itu perubahan psikologis konsep diri juga dipengaruhi

oleh lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kedua lingkungan

3
tersebut menjadi sumber koping sekaligus stressor yang menyebabkan

perubahan psikologis pada pasien karsinoma payudara.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di bagian rekam

medik RSUD Bima NTB diperoleh data bahwa pasien dengan karsinoma

payudara yang dirawat di RSUD Bima NTB mengalami peningkatan. Hal

tersebut dapat dilihat bahwa pada priode januari-desember 2009 tercatat 59

orang dan priode januari-desember 2011 tercatat 124 orang. Dari hasil

penelitian sebelumnya oleh Hajerah mengenai gambaran konsep diri pada

pasien karsinoma mammae, citra tubuh terganggu diatas 50% dari responden

yang ada dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haerunisa mengenai

hubungan tindakan mastektomi dengan citra tubuh terdapat 19 orang yang

terganggu (61,3%) dari 30 responden. (sumber : Medical record RSUD Bima

NTB).

Berdasarkan data, peneliti mempunyai keinginan untuk melakukan

penelitian terhadap “faktor yang berhubungan dengan gangguan citra tubuh

(body image) pada pasien post operasi mastektomi di RSUD Bima NTB”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut : “faktor apa yang berhubungan dengan

gangguan citra tubuh (body image) pada pasien post operasi mastektomi?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut :

4
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan gangguan citra tubuh (body image)

pada pasien post operasi mastektomi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan dengan gangguan

citra tubuh (body image) pada pasien post operasi mastektomi.

b. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga (support system)

dengan gangguan citra tubuh (body image) pada pasien post

operasi mastektomi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Istansi Universitas

Airlangga selaku tempat saya menimba ilmu dan juga dapat manjadi masukan

bagi Badan Pengelola RSUD Bima NTB dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

2. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memperkaya dan menambah

ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu referensi bagi penelitian lain

mengenai gangguan citra tubuh (body image).

3. Manfaat bagi Peneliti

5
Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai gangguan citra

tubuh (body image) pada pasien post operasi dan juga diharapkan akan

bermanfaat bagi orang lain.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Citra Tubuh (body image)

1. Konsep Diri

Konsep diri dapat didefinisikan sebagai semua pikiran,

keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang

dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart G W,

Laraia, M T, 2007).

Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan

pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh

kemampuan yang berarti bagi individu/lingkungan dan dapat

beraktualisasi sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respon

individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respon dari

adaptif sampai maladaptive (Hamid A Y, Keliat B A, 2004)

Konsep diri seseorang sangat rawan, dan dapat dirubah dengan

mudah. Misalnya citra tubuh, atau gambaran mental seseorang mengenai

dirinya, dapat dipengaruhi oleh krisis perkembangan yang normal seperti

yang terjadi pada masa remaja, kehamilan atau penuaan (Smeltzer S C,

Bare B G, 2005).

Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak

luput dari perubahan. Ada aspek yang biasa bertahan dalam jangka waktu

tertentu namun ada pula yang mungkin berubah sesuai dengan situasi

sesaat. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia

7
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak

dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik,

tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan

konsep diri negatif akan cenderung bersifat pesimistik terhadap

kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan

sebagai kesempatan, namun sebagai halangan, ia akan mudah menyerah

sebelum bertarung dan jika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan,

entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan

orang lain. Hal ini dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang

maladaptive (Donovan M I, Girton S E, 2008)

Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan

terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap

segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan bukan

dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai

penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang

dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat

dari kemampuan interpersonal, intelektual dan penguasaan lingkungan

(Donovan M I, Girton S E, 2008).

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini : citra

tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, identitas personal.

Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal berikut

ini (Stuart G W, Sundeen S J, 2007).

a. Citra tubuh yang positif dan sesuai.

8
b. Ideal diri yang realistik

c. Konsep diri yang positif

d. Harga diri yang tinggi

e. Penampilan peran yang memuaskan.

2. Citra tubuh (body image)

Citra tubuh didefinisikan sebagai kumpulan sikap individu yang

disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa

lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan

potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi

dan pengalaman baru (Stuart G W, Laraia M T, 2007).

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh

yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,

keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Tanda

dan gejala gangguan pada citra tubuh adalah : klien itu menolak dan

menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh

yang terjadi atau akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh,

persepsi negative pada tubuhnya, preokupasi dengan bagian-bagian tubuh

yang hilang, mengungkapkan keputusannya serta mengungkapkan

ketakutannya (Keliat B A, 2008).

Citra tubuh dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu (Carpenito,

2007) :

9
a. Realitas tubuh

Realitas tubuh adalah memandang tubuh sebagaimana

adanya dipengaruhi faktor-faktor genetik, pasang surut kehidupan.

Ini berubah sebagai hasil proses pertumbuhan maupun penyebab kita

melakukan dan menyalahgunakannya. Perubahan yang tiba-tiba pada

tubuh, penilaian tubuh, kerapihan dan bentuk tubuh yang

ditimbulkan karena trauma, penyakit yang berbahaya, infeksi-infeksi

dan kurang gizi. Realitas tubuh merupakan bagian dari lingkungan

dan suatu hal yang seringkali menjadi penghubung antara ancaman

citra tubuh dengan perubahan tubuh.

b. Ideal tubuh

Ideal tubuh adalah suatu gambaran dikepala tentang

bagaimana kita seharusnya tampil dan memiliki bentuk tubuh ideal,

meliputi : penampilan, bentuk tubuh dan keterbatasan-keterbatasan

aktifitas dan mampu selesaikan pekerjaan. Ini sangat dipengaruhi

oleh norma-norma sosial dan budaya, oleh iklan-iklan dan perubahan

realitas tubuh, tetapi gangguan ideal tubuh (misalnya pada anoreksia

nervosa) biasa juga secara langsung mempengaruhi keseimbangan.

c. Presentasi tubuh

Presentasi tubuh adalah realitas tubuh yang juga mendekati

standar tubuh ideal dan dalam upaya untuk membuat keseimbangan,

ini dilakukan penilaian terhadap tubuh. Hal ini merupakan

bagaimana tubuh dinilai oleh lingkungan luar, cara kita bergaul, cara

10
merawat, berjalan, bercakap-cakap, cara berpose dan cara

menggunakan alat-alat seperti tongkat, alat bantu gerak. Gaya (tubuh

ideal) biasa secara drastis mempengaruhi perubahan penilaian

terhadap tubuh.

Ancaman yang hebat terhadap citra tubuh dapat diakibatkan

mulai dari perubahan drastis seperti kolostomi atau ileostomi, amputasi,

mastektomi atau prosedur bedah semacamnya. Perawatan yang

menggunakan radiasi atau kemotrapi juga dapat mempengaruhi

penampilan sehingga berpengaruh juga terhadap persepsi seseorang

mengenai dirinya sendiri. Perubahan pada citra tubuh dapat disebabkan

oleh efek samping pengobatan, seperti berkembangnya moon face akibat

pemakaian steroid atau perubahan sifat seks skunder dan pertumbuhan

rambut wajah. Selain perubahan mendadak struktur dan fungsi tubuh

yang terjadi akibat cedera atau intervensi bedah, perubahan yang kecil

biasa terjadi pada kondisi yang progresif seperti arthritis, obesitas, dan

multiple sklerosis. Bahkan perubahan normal pada tubuh sekalipun,

seperti yang terjadi pada pubertas atau kehamilan, memberikan masalah

perubahan citra tubuh (Smeltzer S C, Bare B G, 2005).

3. Hubungan Tindakan Mastektomi dengan Citra Tubuh (body image)

Penatalaksanaan dengan tindakan pembedahan (mastektomi)

membuat perubahan pada kontur tubuh akan berakibat gangguan koping,

citra tubuh dan seksual pada klien karsinoma payudara akan

menimbulkan perubahan fisik dan psikologis pada klien. Dampak

11
perubahan fisik tersebut dapat berupa daya tahan tubuh menurun,

perasaan tidak berdaya, penurunan produktivitas, menurunkan aktivitas

sedangkan dampak psikologisnya akan menimbulkan ketakutan tentang

kehilangan identitas sebagai wanita untuk hasrat seksualitas, rendahnya

harga diri, depersonalisasi (Stuart G W, Laraia M T, 2007).

Respon wanita terhadap tindakan untuk kanker payudara dan

pengobatan yang berkaitan terhadap seksualitas akan bergantung pada

kondisi (Otto S E, 2005) :

a. Perasaan tentang feminitas

b. Nilai yang dianutnya tentang kehilangan payudara

c. Ketidaknyamanan fisiknya

d. Respon dari orang terdekatnya

e. Penguatan yang diterima dari perawat mengenai identitas seksualnya

f. Rasa makna diri

B. Tinjauan Umum tentang karsinoma mammae

1. Gambaran Umum Karsinoma Mammae

Karsinoma mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam

jaringan payudara. Kanker biasa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu,

saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.

Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,

sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal dan kemungkinan

kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Walaupun

belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para

12
peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Faktor ini

penting dalam membantu mengembangkan program-program pencegahan.

Selain itu, riset lebih jauh tentang faktor-faktor risiko akan membantu

dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah atau

memodifikasi kanker payudara dimasa mendatang (Smeltzer S C, Bare B

G, 2005).

Faktor-faktor risiko tersebut mencakup (Smeltzer S C, Bare B G,

2005) :

a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara

Risiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya

meningkat hampir 1% tiap tahun.

b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga

langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Risiko meningkat

menjadi dua kali jika ibunya kanker sebelum berusia 60 tahun. Risiko

meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang

saudara langsung.

c. Menarke dini

Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami

menstruasi sebelum usia 12 tahun.

d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama

Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun

mempunyai rsisko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara

13
disbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada

usia sebelum 20 tahun.

e. Menopause pada usia lanjut

Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk

mengalami kanker payudara.

f. Riwayat penyakit payudara jinak

Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel

ploriferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker

payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat

kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan setelah

usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.

h. Obesitas

Risiko terendah diantara pasca menopause. Bagaimanapun wanita

gemuk yang didiagnosa menderita penyakit ini mempunyai angka

kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan

diagnosa yang lambat.

i. Kontraseptif oral

Wanita yang menggunakan kontrseptif oral memiliki risiko tinggi

untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun risiko tinggi ini

menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

j. Terapi penggantian hormon

14
Terdapat laporan yang membingungkan tentang risiko kanker

payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih

tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk

jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami

peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap

penggantian estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium, hal

ini tidak menurunkan risiko kanker payudara.

k. Masukan alkohol

Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi

alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Risikonya

dua kali lipat diantara wanita yang minum alkohol 3 kali sehari. Di

Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur angkanya

sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukan bahwa wanita

muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker

payudara pada tahun-tahun terakhirnya.

Dan menurut Mansjoer A.M 2000, bebrapa faktor risiko karsinoma

mammae meliputi :

a. Umur > 30 tahun

b. Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun

c. Usia menarki <12 tahun

d. Pernah mengalami infeksi, trauma/operasi tumor jinak payudara

e. Terapi hormonal lama

f. Mempunyai kanker payudara kontralateral

15
g. Pernah mengalami radiasi di daerah dada

h. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara

perempuan, adik/kakak

i. Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan

fibrokistik yang ganas

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan

berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan

biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika

didorong oleh jari tangan, benjolan bias digerakan dengan mudah di

bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding

dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bias terbentuk

benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit

diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk (Nusaindah,

2011).

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan (Nusaindah, 2004) :

a. Benjolan atau masa diketiak

b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara

c. Keluar cairan yang abnormal dari putting susu (biasanya berdarah atau

berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)

d. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, putting susu

maupun areola (daerah berwarna coklat tua di sekeliling putting susu)

e. Payudara tampak kemerahan

f. Kulit di sekitar putting susu bersisik

16
g. Putting susu tertarik kedalam atau terasa gatal

h. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara

Pada stadium lanjut bias timbul nyeri tulang, penurunann berat

badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

Beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik dilakukan

pentahapan penyakit kanker payudara. Pemeriksaan dan prosedur ini

mencakup rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar. Pentahapan

klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem

klasifikasi TNM (Tumor, Nodus dan metastasis) yang mengevaluasi

ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena dan bukti adanya

metastasis yang jauh. Pentahapan patologi berdasarkan histologi dapat

memberi prognosis yang lebih akurat. Pentahapan tesebut adalah

(Nusaidah, 2011) :

a. Stadium 0 : kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada

tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.

b. Stadium I : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar

keluar payudara.

c. Stadium IIa : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar

ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang

dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

d. Stadium IIb : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan

belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan

17
garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening

ketiak.

e. Stadium IIIa : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu

sama lain atau perlengketan ke struktur lainynya ; atau tumor dengan

garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak.

f. Stadium IIIb : tumor telah menyusup keluar payudara, yaiutu ke dalam

kulit payudra atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar

getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada.

g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan

dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

Ada beberapa tipe karsinoma mammae (Smeltzer S C, Bare B

G, 2005) :

a. karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologi yang paling

umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker

ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Kanker jenis ini

biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk

dibanding tipe kanker lainnya.

b. Karsinoma lobular menginfiltrasi, jaringan terjadi, merupakan 5% -

10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area

penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan

dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum

18
multisentris, dengan demikian dapat terjadi penebalan beberapa

area pada salah satu atau kedua payudara. Karsinoma duktal

menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai keterlibatan

nodul aksilaris yang serupa meskipun tempat metastasisnya

berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru,

hepar atau otak sementara karsinoma lobular biasanya

bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak

lazim lainnya.

c. Karsinoma medular menempati sekitar 6% dari kanker payudara

dan tumbuh dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat

menjadi besar tetapi meluas dengan lambat sehingga prognosisnya

seringkali lebih baik.

d. Kanker musinus menempati sekitar 3% dari kanker payudara.

Penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat sehingga

prognosisnya lebih baik dari pada yang lainnya.

e. Kanker duktal-tubular jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2%

dari kanker. Karena metastasis aksilaris secara histology tidak

lazim, maka prognosisnya sangat baik.

Pengobatan kanker payudara didasarkan atas tahap penyakit

dan beberapa faktor lain. Wanita saat ini mempunyai lebih banyak

pilihan dalam pengobatan kanker payudara dari sebelumnya.

Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi kombinasi

pembedahan, kemotrapi dan terapi radiasi (Gale D, Charette, 2005).

19
Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker

payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati

(Nursaindah, 2011) :

 95% untuk stadium 0

 88% untuk stadium I

 66% untuk stadium II

 36% untuk stadium III

 7% untuk stadium IV

2. Mastektomi

Salah satu jenis terapi karsinoma mammae adalah dengan

tindakan pembedahan yang biasa disebut mastektomi. Pembedahan

dengan mastektomi adalah pengangkatan seluruh atau sebagian

payudara yang terserang kanker yang berada dalam stadium I dan II

(Engram, 2004).

Tahap awal kanker payudara seringkali dapat sembuh total

dengan hanya pembedahan saja. Kecenderungan sekarang adalah

untuk melakukan pembedahan konservasi payudara pada wanita

dengan penyakit tahap awal, jika memungkinkan (Gale D, Charette,

2005).

Penanganan pembedahan kanker payudara meliputi menurut

Price dan Wilson 2008 :

a. Mastektomi persial (eksisi tumor loal dan penyinaran)

20
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental

(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena)

sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara),

pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe

aksila untuk penetuan stadium, radiasi dosis tinggi mutlak perlu

(5000-6000 rad)

b. Mastektomi total dengan eksisi aksila rendah

Seluruh payudara, semua kelenjar limfe di lateral otot pektoralis

minor

c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua kelenjar limfe di lateral otot pektoralis

minor

d. Mastektomi radikal

Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya,

seluruh aksila

e. Mastektomi yang diperluas

f. Sama dengan mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe

mamari interna

Sedangkan menurut Long,B.C (2007) ada beberapa tipe untuk

membuang (pembedahan) pada karsinoma mammae yaitu :

a. Lumpektomi : pembuangan sederhana benjolan tumor

b. Mastektomi persial : pembuangan tumor dari 2,55 – 7,5 cm (1-3

inci) jaringan sekitarnya.

21
c. Subcutamneocus mastektomi : pembuangan seluruh jaringan yang

mendasari karsinoma mammae, meninggalkan/membiarkan kulit,

areola dan memasukan putting.

d. Mastektomi sederhana : menghilangkan seluruh payudara tapi

tidak dengan nodes axillary.

e. Modifikasi mastektomi radikal : menghilangkan seluruh payudara

(dengan atau tanpa pectoralis minor) dan menghilangkan beberapa

axillary lymph nodes.

f. Mastektomi radikal : menghilangkan seluruh payudara, axillary

lymph nodes.

g. Mastektomi radikal : menghilangkan seluruh payudara, axillary

lymph nodes, pectoralis muscole (besar dan kecil), lemak dan

fascia yang berdekatan dengan pembedahan.

Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu

(Mansjoer A M, dkk, 2000) :

a. Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi

mastektomi radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis

dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemotrapi adjuvant. Dapat

pula dilakukan mastektomi simplek yang harus diikuti radiasi

tumor bed dan daerah KGB regional (aksilla, supra dan

intraklavikula). Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran

sentral atau medial payudara harus dilakukan radiasi pada rantai

KGB regional. Alternative lain pada tumor yang kecil dapat

22
dilakukan teknik breast conversing terapi, berupa satu paket yang

terdiri dari pengangkatan tumor saja (tumorektomi), ditambahkan

diseksi aksila dan radiasi kuratif (ukuran tunor < 3 cm) dengan

syarat tertentu. Metode ini dilakukan eksisi, reseksi parsial,

kuadranektomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi

KGB aksila secara total. Syarat teknik ini adalah :

1) Tumor primer tidak lebih dari 2 cm

2) Belum ada metastasis jauh

3) Tidak ada tumor primer lainnya

4) Payudara kontralateral bebas kanker

5) Payudara bersangkutan belum pernah mendapat

sebelumnya (kecuali lumpektomi)

6) Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil

kosmetiknya tidak terlalu menonjol

7) Tumor primer tidak terlokalisasi dibelakang putting susu

b. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah

kemotrapi adjuvant atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi

pada tumor bed dan KGB regional.

c. Pada stadium yang lebih lanjut dilakukan paliatif (stadium IIIb dan

stadium IV).

C. Tinjauan Umum tentang Status Perkawinan

Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan

manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon

23
suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada

umumnya perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya

setiap agama selalu menghubungkan kaedah-kaedah perkawinan dengan

kedah-kaedah agama (Hilman Hadikusuma, 2001).

Manusia dalam menempuh pergaulan hidup dalam masyarakat,

ternyata tidak dapat terlepas dari adanya saling ketergantungan antara

manusia dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan, sesuai dengan kedudukan

manusia sebagai mahluk sosial, yang suka berkelompok atau berteman

dengan manusia lainnya. Hidup bersama merupakan salah satu sarana untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik kebutuhan yang bersifat jasmani

maupun yang bersifat rohani. Demikian pula bagi seorang laki-laki ataupun

seorang perempuan yang telah mencapai usia tertentu, maka ia tidak akan

lepas dari permasalahan tersebut. Ia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya,

dengan melaluinya bersama dengan orang lain yang biasa dijadikan curahan

hati penyejuk jiwa, tempat berbagi suka dan duka (Hilman Hadikusuma,

2001).

Status perkawinan sangat mempengaruhi gangguan citra tubuh pada

wanita post operasi mastektomi ca mammae. Kebanyakan wanita yang sudah

berkeluarga pasca operatif akan merasa khawatir dan cemas karena takut

tidak bisa menjalankan perannya sebagai seorang ibu dengan baik dan tidak

bisa melayani suami dengan maksimal ( Arika Suci Hartati, 2008)

24
Penderita kanker payudara menilai secara negatif penampilan fisiknya

dan merasa tidak puas dengan kondisi fisiknya tersebut. Akibatnya penderita

kanker payudara akan menampilkan kesan yang negatif seperti rasa malu dan

rendah diri terhadap orang lain. Perasaan malu dan rendah diri yang dirasakan

oleh subjek berhubungan dengan kedaan fisik yang dirasakan tidak sempurna

lagi dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Penderita kanker

payudara pacsa tidakan operatif akan merasa tidak memiliki kemampuan baik

dalam melakukan aktivitas maupun dalam menjalin hubungan sosialisasi

dengan orang lain. Kondisi fisik yang sudah tidak utuh lagi menyebabkan

penderita kanker merasa memiliki kelemahan yang berdampak pada perasaan

tidak memiliki kemampuan dalam melakukan sesuatu hal. Dengan latar

belakang sebagai penderita kanker payudara menyebabkan subjek kehilangan

rasa percaya diri, tidak mandiri dan bergantung pada bantuan dari orang lain,

serta bersikap tidak jujur terhadap orang lain sehubungan dengan kondisi

fisiknya. Dalam menghadapi prospek masa depan penderita kanker payudara

memilih untuk bersikap pasrah dan menerima keadaan fisiknya apa adanya.

Menjalani kehidupan apa adanya dan tidak melakukan usaha untuk

mempersiapkan memasuki kehidupan masa depannya merupakan sikap yang

kerap muncul pada penderita kanker. Selain itu, penderita kanker payudara

pasca tindakan operatif pada umumnya memandang negatif terhadap dirinya

sendiri dan hal tersebut mempengaruhi pandangannya terhadap peran jenis

kelamin yang dimilikinya, baik sebagai seorang ibu rumah tangga maupun

sebagai seorang istri. Pandangan negative terhadap peran jenis kelamin

25
tersebut menyebabkan penderita kanker payudara merasa tidak berhasil

menjalankan perannya sebagai seorang ibu terlebih sebagai seorang istri, dan

cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya

(Ritandiyono, 2005).

Sikap yang negatif terhadap diri fisik, merasa tidak memiliki

kemampuan untuk melakukan sesuatu, merasa rendah diri, hilangnya rasa

percaya diri dan tergantung pada pertolongan orang lain serta memiliki

pandangan yang negatif terhadap peran dan terhadap prospek dimasa depan

adalah penyebab subjek penderita kanker payudara pasca tindakan operatif

menjadi memiliki konsep diri yang negatif. Maka sebagai kesimpulan akhir

dapat dikatakan bahwa penderita. kanker payudara pasca tindakan operatif

memiliki konsep diri yang negatif (Ritandiyono, 2005).

D. Tinjauan Umum tentang Dukungan Keluarga (support system)

Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman

berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya

dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain

tentang dirinya. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu

perkembangan konsep diri terutama pada pengalaman masa kanak-kanak.

Pengalaman awal kehidupan dalam keluarga merupakan dasar pembentukan

konsep diri. Keluarga dapat memberikan (Keliat B A, 2008) :

a. Perasaan mampu atau tidak mampu

b. Perasaan diterima atau ditolak

c. Kesempatan untuk identifikasi


26
d. Penghargaan yang pantas tentang tujuan, prilaku dan nilai

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan kesehatan individu serta dapat juga

menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

Keluarga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai

perawatan diri anggota yang sakit. Anggota keluarga atau teman, dimana

seseorang pertamakali menceritakan keluhannya dan meminta nasihat

seringkali mempengaruhi seseorang dalam mencari pelayanan kesehatan

(Niven N, 2009).

Konsep diri seseorang sebagian bergantung pada respon orang lain,

apa yang orang lain pikir tentang kita adalah penting dalam menguatkan

harga diri. Seperti ketika seseorang mengalami pembedahan maka dia

mengubah persepsi tentang dirinya oleh karena pembedahan ini, dia juga

memutuskan apa yang orang lain sekarang pikirkan tentang dia (Johnson B

S, 2009).

Reaksi orang lain yang mengikuti operasinya adalah sebuah hal

yang menentukan perasaannya untuk menyesuaikan diri akan kejadian itu.

Contohnya, seorang wanita yang menjalani histerektomi lebih mudah

tertekan jika teman pria terdekatnya menjauh atau tidak memihak. Sama

halnya ketika seseorang perempuan menjalani mastektomi, perasaannya

tentang kehilangan payudara sangat mendalam dipengaruhi oleh reaksi

teman pria terdekatnya (Johnson B S, 2009).

27
E. KERANGKA KONSEP

1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Pada pasien post operasi mastektomi akan mengalami perubahan

fisik dan psikologis yang berdampak pada perubahan konsep diri, salah

satunya yaitu perubahan citra tubuh (body image). Perubahan konsep diri

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status perkawinan dan

dukungan keluarga (support system). Status perkawinan sangat

mempengaruhi gangguan citra tubuh pada wanita yang menderita kanker

payudara yang telah melakukan operasi mastektomi. Pandangan negatif

terhadap peran jenis kelamin tersebut menyebabkan penderita kanker

payudara merasa tidak berhasil menjalankan perannya sebagai seorang ibu

terlebih sebagai seorang istri, dan cenderung akan menyalahkan dirinya

sendiri atas apa yang dialaminya. Seseorang dengan lingkungan (keluarga,

teman-teman) yang selalu memberikan dukungan positif kepadanya jika

ada masalah maka citra tubuhnya akan tetap baik dan seseorang yang baru

saja mengalami tindakan mastektomi, citra tubuhnya akan sangat

terganggu dibandingkan dengan orang yang telah lama mengalami

tindakan mastektomi. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep

dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema seperti

tampak dibawah ini :

2. Hubungan Antara Variabel

Kerangka konsep yang dikembangkan adalah bagaimana

mengetahui kaitan antara status perkawinan dan dukungan keluarga

28
(support system), yang merupakan variabel independen. Sedangkan

gangguan citra tubuh (body image) adalah variabel dependen.

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Klien Mastektomi Konsep Diri

STATUS

PERKAWINAN CITRA
TUBUH
DUKUNGAN

KELUARGA

Keterangan :

= Variabel Dependen

= Variabel Independen yang Diteliti

3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Citra tubuh adalah Persepsi dan perasaan pasien yang telah mengalami

operasi mastektomi pada satu ataupun kedua payudaranya berupa rasa

tidak percaya diri, perasaan cemas, malu, rendah diri dengan

keadaannya.

Kriteria objektif :

a. Terganggu : jika responden paling kurang memiliki satu dari

perasaan tersebut (tidak percaya diri, perasaan cemas, malu, rendah

diri) dengan nilai ≥ 19.

29
b. Tidak terganggu : jika responden tidak memiliki satupun perasaan

tersebut dengan nilai < 19.

2. Status perkawinan adalah keterangan yang menyatakan menikah atau

tidak menikahnya seseorang.

Kriteria objektif :

a. Menikah : ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

b. Belum menikah : belum memiliki ikatan hubungan yang resmi

antara seorang pria dan wanita.

3. Dukungan keluarga adalah dukungan orang-orang terdekat responden

yang selalu memberikan dukungan kepadanya jika ada masalah.

Kriteria objektif :

a. Baik : apabila skornya ≥ 9

b. Kurang baik : apabila skornya < 9

4. Mastektomi adalah kegiatan pembedahan payudara pada pasien

karsinoma mammae baik pembedahan pada satu atau dua payudara.

F. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara status perkawinan dengan gangguan citra

tubuh (body image) pada pasien post operasi mastektomi.

b. Ada hubungan antara dukungan keluarga (support system) dengan

gangguan citra tubuh (body image) pada pasien post operasi

mastektomi.

30
2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan gangguan

citra tubuh (body image) pada pasien post operasi mastektomi.

b. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga (support system)

dengan gangguan citra tubuh (body image) pada pasien post

operasi mastektomi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif

analitik dengan pendekatan survei cross sectional. Hal ini dimaksud

untuk melihat haubungan status perkawinan dan dukungan keluarga

(support system) dengan gangguan citra tubuh (body image) pada pasien

post operasi mastektomi yang rawat jalan maupun rawat inap dibagian

bedah RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Cross sectional adalah

suatu penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat

(Nursalam, 2008).

31
2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di RSUD Bima NTB pada

bulan,,,,,,tahun…..

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan….tahun…...

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek atau objek,

dalam hal ini yaitu klien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien post

operasi mastektomi setelah berada di ruang perawatan bedah RSUD

Bima NTB.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan total sampel yaitu

semua pasien dimastektomi yang ada pada waktu penelitian dilaksanakan

yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1) Kriteria Inklusi

Pasien yang menjadi sampel adalah pasien yang menjalani operasi

pengangkatan payudara dan mempunyai Kriteria sebagai berikut :

a) Pasien yang menjalani operasi pengangkatan payudara.

32
b) Jenis operasi.

2) Kriteria eksklusi

a) Pasien yang tidak bersedia diteliti.

b) Buta huruf.

C. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang

dibuat secara khusus oleh peneliti. Kuisioner ini diharapkan dapat

mengungkapkan hubungan status perkawinan dan dukungan keluarga

(support system) dengan gangguan citra tubuh (body image) pada pasien

post operasi mastektomi yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Instrument penelitian terdiri atas data demografi dan pernyataan

yang menggambarkan citra diri pasien yang dimastektomi. Data

demografi responden meliputi nama (inisial), umur, agama, suku bangsa,

pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan, jumlah anak, waktu

dilakukannya mastektomi.

Kuisioner yang dibuat berbentuk tertutup dimana telah disediakan

alternative jawaban yaitu respon “YA” dan respon “TIDAK”. Setiap

pernyataan di dalam wawancara diberikan skor dengan menggunakan

skala Guttment dengan dua interval jawaban yaitu “YA” diberi skor 2

dan “TIDAK” diberi skor “1” kemudian :

Jumlah pertanyaan untuk gangguan citra tubuh (body image)

sebanyak 16 pertanyaan.

33
 Skor terendah x jumlah pertanyaan (1 x 16 = 16)

 Skor tertinggi x jumlah pertanyaan (2 x 16 = 32)

16 – 32 merupakan rentang nilai responden, nilai ini diurutkan dari

nilai terkecil sampai dengan yang terbesar sehingga didapatkan nilai

median adalah 19.

Jumlah pertanyaan untuk dukungan keluarga (support

system) sebanyak 6 pertanyaan.

 Skor terendah x jumlah pertanyaan (1 x 6 = 6)

 Skor tertinggi x jumlah pertanyaan (2 x 6 = 12)

6 – 12 merupakan rentang nilai responden, nilai ini diurutkan dari

nilai terkecil sampai dengan yang terbesar sehingga didapatkan nilai

median adalah 9.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui data Rekam medik RSUD Bima

NTB.

D. Langkah Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Setelah data terkumpul kemudian peneliti mengadakan

seleksi dan editing yakni memeriksa setiap kuisioner yang telah

diisi mengenai kebenaran data yang sesuai variabel.

b. Koding.

34
Mengisi daftar kode pada kuisioner sesuai dengan jawaban

yang telah diisi di lapangan dan dibuat daftar variabel sesuai

dengan di dalam kuisioner. Apabila ada variabel yang tidak

diperlukan di dalam kuisioner maka tidak lagi dimasukan di

dalam variabel.

c. Tabulasi data

Mengelompokan data ke dalam suatu tabel distribusi

frekuensi menurut sifat-sifat yang dimiliki yang sesuai dengan

tujuan penelitian ini. Dalam hal ini dipakai tabel untuk

memudahkan penganalisaan data yang dapat berupa tabel

sederhana atau tabel silang.

2. Analisa Data

Analisa data dengan teknik analisis statistik yang digunakan antara

lain :

a. Analisa univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian untuk

melihat distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel

data.

b. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui hubungan dari setiap variabel dependen dan

variabel independen yang diuji dengan uji statistik Chi-Square

dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Uji statistik menggunakan

komputer program SPSS.

35
E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini di

RSUD Bima NTB, setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan pada responden yang akan

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian

dan manfaat penelitian.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencamtungkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian

DAFTARA PUSTAKA

Carpento, L.J., Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta, 2007.

Donovan, M.I., Girton,S.E., Cancer Care Nursing, Appleton-Century-


Crofts, USA, 2008.

Engram, B., Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,


EGC, Jakarta, 2004.

Gale, D., Charette, J., Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC,


Jakarta, 2005.
36
Hamid, A.Y., Keliat, B.A., dkk, Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa
I, Departemen Kesehatan RI Dirjen Pelayanan Medik, Jakarta,
2004.

Johnson, B.S., Psychiatric-Mental Health Nursing Adaption and Growth,


J.B.Lippincot Company, Philadelphia, 2009.

Keliat, B.A., Gangguan Konsep Diri, EGC, Jakarta, 2008.

Long, B.C., Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan), Jilid 3, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, Bandung, 2007.

Mansjoer, A.M., dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media


Aesculapius, Jakarta, 2000.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R., Psikologi Perkembangan,


Gajdah Mada University Press, 2009.

Niven Neil, Psikologi Kesehatan, edisi kedua, EGC, Jakarta, 2009.

Ngatimin, M.R., Mengenal Health Education and Behavior Science,


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang,
2003.

Nursalam, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2008.

Nusa Indah, Kanker Payudara, (online), http//:


www.nusaindah.tripod.com, diakses pada tahun 2011.

Price, S.A., Wilson, L.M., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit, EGC, Jakarta, 2008.

Sigiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung,


2003.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah, edisi 8 volume 1&2, EGC, Jakarta, 2005.

Stuart, G.W., Laraia, M.T., Principles and Pratice of Psychiatric Nursing,


sixth edition, United States of America, 2007.

Tambunan, G.W., Diagnosis dan Tata Laksana Sepuuluh Jenis Kanker


Terbanyak di Indonesia., EGC, Jakarta, 2007.

37
Tanlin, Mudyaharjo, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2002.

Otto, S.E, Buku Saku Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2005.

38

Anda mungkin juga menyukai