Disusun Oleh :
Kelompok 24
1. Linda Lidyana SN221091
2. U’ul Ulafia Asmawarida SN221164
3. Dewi Nur Afriyani SN221028
4. Devita Dewi Anggraini SN221026
5. Sesa Anindya Nur Utami SN221150
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar
seorang manusia. Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas untuk
membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas
yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya,
kemampuan individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan bila seseorang
memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Henderson sering disebut dengan 14 kebutuhan dasar
Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan
keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar yang diungkapkan oleh Henderson
adalah kebutuhan kenyamanan yaitu tentang rasa nyaman, terlindung dari
ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam
Karendehi, 2015).
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai
kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan.
Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap
individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan
kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan
merasakan nyeri.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau
potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan
tubuh (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016). Nyeri adalah pengalaman sensori atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI,PPNI 2018). Berdasarkan beberapa
definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan nyeri merupakan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan, presepsi nyeri seseorang sangat
ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya. Presepsi nyeri bersifat
sangat pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu rangsang yang sama dapat
dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang
sama dapat dirasakan berbeda oleh satu orang karena keadaan emosionalnya
yang berbeda
Kanker payudara (Carcinoma mammae), atau dalam bahasa
Inggris disebut breast cancer, merupakan kanker pada jaringan payudara.
Kanker ini paling umum menyerang wanita, walaupun laki-laki juga berpotensi
terkena penyakit ini, akan tetapi kemungkinannya sangat kecil dengan
perbandingan 1 diantara 1000. Kanker ini terjadi karena pada kondisi ketika sel
telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, atau
kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang
ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini diklasifikasikan Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam urutan 17.
Global Cancer Observator, 2020 merilis bahwa kanker payudara di
Indonesia termasuk kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita
dengan proporsi 30,8% dari total kasus kanker lainnya (Pangribowo, 2019).
Data yang diperoleh dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan 18,1 juta kasus baru Ca Mammae terjadi pada tahun 2018.
Dari jumlah itu, 9,6 juta orang meninggal. Menurut data (Kemenkes RI, 2018)
di Provinsi Sumsel terkait kanker payudara, kanker serviks dan kanker prostat
di Sumsel tercatat hampir 4 ribu pasien, sedangkan pasien yang terdaftar di
Cancer Information and Support Center Association (CISC) hanya mendekati
300.
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Yang
diketahui adalah faktor- faktor risiko timbulnya Ca Mamae yaitu : riwayat
pribadi tentang kanker payudara, risiko mengalami kanker payudara
sebelahnya meningkat hamper 1 % setiap tahun, anak perempuan atau saudara
perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker
payudara, risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum
berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi
pada dua orang saudara langsung, risiko kanker payudara meningkat pada
wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun (Brunner dan
Sudarth, 2015).
Menurut (Falco, 2019) factor risiko Ca Mamae ialah jenis kelamin
perempuan, usia yang lebih tua, genetika, kurangnya childbearing
(melahirkan), kurang menyusui, tingkat esterogen yang tinggi, pola makan,
paparan radiasi, riwayat keluarga dengan positif kanker payudara dan obesitas.
Tembakau juga meningkatkan risiko Ca Mamae. Pada mereka yang merupakan
perokok jangka panjang, risikonya meningkat 35% hingga 50% (Kabel & Baali
2015). Selain itu, kontrasepsi oral dapat menjadi salah satu factor predisposisi
untuk perkembangan kanker payudara premenopause. Ada hubungan juga
antara pola makan dan Ca Mamae, yaitu seperti diet tinggi lemak, konsumsi
alcohol, obesitas, konsumsi kolesterol tinggi dan defisiensi yodium.
Genetic merupakan faktor risiko yang berperan secara signifikan
terhadap perkembangan Ca Mamae, yaitu dengan menyebabkan sindrom
kanker payudara ovarium herediter (Kabel & Baali 2015). Beberapa mutasi gen
yang berperan ialah BRCA1 dan BRCA2. Mutasi signifikan lainnya termasuk
p53 (sindrom Li-Fraumeni), PTEN (sindrom Cowden), dan STK11 (sindrom
Peutz-Jeghers). Selain itu, penyakit tertentu pada payudara seperti hyperplasia
duktus atipikal dan karsinoma lobular insitu, berkorelasi dengan peningkatan
risiko Ca Mamae. Diabetes mellitus juga dapat meningkatkan risiko Ca
Mamae.
Faktor risiko lain yang berperan signifikan adalah riwayat keluarga.
Wanita dengan riwayat keluarga positif kanker payudara dapat mewarisi
beberapa mutasi genetic yang memodifikasi faktor risiko penyakit dan fitur
klinisnya. Wanita yang didiagnosis dengan riwayat keluarga positif Ca Mamae
cenderhng menunjukkan onset pada usia dini, Ca Mamae bilateral, stadium
lanjut, keterlibatan kelenjar getah bening, dan reseptor hormon negative
dengan prognosis yang kurang baik (Kabel & Baali, 2015).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yangtidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktualatau potensial
yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakanjaringan tubuh
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitandengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yangberlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI PPNI, 2017).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulannyeri
merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan,presepsi nyeri
seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya.
Presepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu
rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda
bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh satu orang
karena keadaan emosionalnya yang berbeda.
B. Anatomi Nyeri
Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang
berasal dari luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang
berasal dari dalam dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat
dirasakan ketika stimulus yang berbahayamencapai serabut-serabut saraf nyeri.
Mekanisme proses terjadinyanyeri terdiri dari empat proses yaitu transduksi,
transmisi, modulasidan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan
yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri.
Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat
transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan
jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.
Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur saraf desenden dari
otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri aferen primer. Persepsi nyeri adalah
pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas
transmisi nyeri oleh saraf. (Price and Wilson, 2016)
Nosiseptor merupakan reseptor nyeri, yang ada di akhiran saraf bebas pada
setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus suhu, mekanik, ataupun kimia
dapat mengaktivasi nosiseptor. Jaringan yang rusak akan mengeluarkan zat-zat
kimia seperti prostaglandin, kinin, dan potassium yang menstimulasi nosiseptor
(Derrickson, 2015).
Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan
desendens. Pada jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan
impuls nyeri masuk ke medulla spinalis diakar saraf dorsal. Serat saraf C dan
A-δ halus masing-masing membawa nyeri akut-tajam dan kronik lambat,
bersinaps di substansia tanduk dorsal, memotong medulla spinalis, dan naik ke
otak melalui cabang traktus spinotalamikus. Terdapat dua jalur spinotalamikus
sejajar yang menyalurkan impuls ini ke otak ; traktus neospinotalamikus
dan paleospinotalamikus. Traktus neospinotalamikus membawa info mengenai
nyeri cepat atau akut dari nosiseptor A-δ ke daerah talamus dan bersinaps di
nucleus ventroposterolateralis talamus. Neuron di thalamus akan
memproyeksikan akson-aksonnya untuk membawa impuls nyeri ke korteks
somatosensorik primer girus pascasentralis (Price dan Wilson, 2016). Jalur
nespinotalamikus memediasi aspek murni sensorik nyeri yaitu, lokasi, intensitas
dan kualitas (Harrison, 2018). Traktus paleospinotalamikus menyalurkan
impuls dari nosiseptor tipe C lambat-kronik, adalah suatu jalur difus yang
membawa impuls ke formasio retikularis batang otak sebelum berakhir di
nucleus parafasikularis dan nucleus intralaminar lain di thalamus, hipotalamus,
nucleus sitem limbik, dan korteks otak depan (Price dan Wilson, 2016). Jalur
ini terkait dengan respon emosional. Karena dimensi ini munculnya rasa takut
yang mengiringi nyeri (Harrison, 2018).
Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga komponen: 1) sensorik,
2) emosional, dan 3) kognitif. Sensorik: Komponen sensorik dikendalikan oleh
sistem saraf kita. Jika ada stimulasi, maka system saraf yang mengirimkan
pesan ke otak akan diaktifkan. Otak kemudian akan menganalisis pesan-pesan
ini dan memberitahu kita mana yang sakit dan seberapa kuat intensitasnya. Ini
merupakan sistem yang biasanya diaktifkan pada saat cedera jaringan dan
dimatikan ketika proses penyembuhan jaringan. Namun, pada beberapa pasien
dengan nyeri kronis, sistem ini menyala dan tetap aktif bahkan jika kerusakan
jaringan tidak ada. Dokter dapat mengontrol komponen sensorik dengan obat-
obatan, terapi fisik dan blok saraf (Wallace,2015).
Emosional: Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem
saraf sensorik akan mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang
mengendalikan emosi, denyut jantung, dan tekanan darah. Jika seorang anak
mengalami rasa sakit, reaksi langsung adalah untuk menangis. Hal ini karena
anak-anak memiliki kontrol yang minimal atas emosi mereka. Seorang psikolog
dapat mengajarkan teknik biofeedback kepada pasien untuk mengurangi
respons emosional (Wallace,2015). Kognitif: pengetahuan adalah aspek yang
penting dalam dimensi kognitif. Pengetahuan tentang nyeri dapat
mempengaruhi respon dan penanganan seseorang terhadap nyeri. Nyeri sendiri
dapat dimodifikasi oleh seseorang berdasarkan cara berpikir tentang nyeri yang
dirasakannya, apa saja pengharapan atas nyerinya, dan makna nyeri tersebut
dalam kehidupannya (Ardinata, 2017).
Sistem imunitas : nyeri merangsang produksi leukosit dengan limpopenia
san nyeri dapat mendepresi sistem retikuloendotelial, yang pada akhirnya
menyebabkan pasien beresiko menjadi mudah terinfeksi (Walace, 2015).
C. Fisiologi Nyeri
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi,presepsi, dan
relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam masa berwarna abu-abu di
medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi
kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
D. Etiologi Nyeri
Definisi
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
Tanda Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Objektif Objektif
1. Tampak meringis 1.Tekanan darah meningkat
2. Bersikap protektif (mis. 2.pola napas berubah
waspada, posisi menghindari 3.nafsu makan berubah
nyeri) 4.proses berpikir terganggu
3. Gelisah 5.Menarik diri
4. Frekuensi nadi meningkat 6.Berfokus pada diri sendiri
5. Sulit tidur 7.Diaforesi
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
2. Ansietas (D.0142)
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.
Tanda Gejala
Mayor Minor
Subjektif Subjektif
1.Merasa bingung. 1.Mengeluh pusing.
2.Merasa khawatir dengan 2.Anoreksia.
akibat. 3.Palpitasi.
3.Sulit berkonsenstrasi 4.Merasa tidak berdaya.
Objektif Objektif
1.Tampak gelisah. 1.Frekuensi napas meningkat.
2.Tampak tegang. 2.Frekuensi nadi meningkat.
3.Sulit tidur 3.Tekanan darah meningkat
4.Diaforesis
5.Tremos
6.Muka tampak pucat
7.Suara bergetar
8.Kontak mata buruk
9.Sering berkemih
10.Berorientasi pada masa lalu
Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
Penurunan homolobin,
Imununosupresi,
Leukopenia,
Supresi respon inflamasi,
Vaksinasi tidak adekuat.
1. AIDS.
2. Luka bakar.
3. Penyakit paru obstruktif.
4. Diabetes melitus.
5. Tindakan invasi.
6. Kondisi penggunaan terapi steroid.
7. Penyalahgunaan obat.
8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW).
9. Kanker.
10. Gagal ginjal.
11. Imunosupresi.
12. Lymphedema.
13. Leukositopedia.
14. Gangguan fungsi hati
G. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2016), diagnosis keperawatan yang muncul berhubungan
dengan gangguan rasa nyaman nyeri adalah :
1) Nyeri dan Kenyamanan: Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen
pencedera
fisik(mis.abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkatberat,prosedur
operasi,trauma,latihan fisik berlebih)
2) Ansietas (D.0142) berhubungan dengan Krisis situasional
3.Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. D DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KENYAMANAN (NYERI)
DI RUANG CANDI IJO RUMAH SAKIT PRAMBANAN
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perumboko
Umur : 56 Th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama Klien : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 60 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Perumboko, Permata Asri R
Hubungan dengan klien : Suami
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Benjolan payudara kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh adanya benjolan payudara kiri 1 bulan yang lalu. Pada
hari jumat tanggal 28 oktober 2022 pasien datang ke poli dan dianjurkan
dokter untuk melakukan operasi. Pada hari minggu 30 oktober 2022
pasien datang ke IGD, kemudian pasien dirawat dibangsal candi ijo dan
pada hari senin 31 oktober 2022 pukul 10.00 dilakukan tindakan operasi
Ca Mamae. dari hasil pemeriksaan post op.Pasien mendapatkan terapi
Infus Ringer Laktat 20 tpm,Ketorolax 1 Amp ,Tramadol
2x1/hari,Amlodipin 1x5mg didapatkan TD: 150/90 mmHg, HR:105
x/menit, T: 36,7 C, RR: 28 x/menit, SpO2: 99%, pasien mengatakan
nyeri dibagian post operasi payudara kiri,pasien tampak meringis,
pasien tampak gelisah, pasien tampak bersikap protektif menghindari
nyeri,pasien tampak sulit tidur,P : Nyeri pada luka post operasi CA
Mamae,Q: Seperti di tusuk-tusuk,
R: Payudara sebelah kiri,S: Skala 5,T: Hilang timbul.Tampak
kemerahan pada luka post op,leukosit: 19.39 x10^3/ul.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah 1 kali dirawat di RSUD
Prambanan karena hipertensi. Pasien mengatakan memiliki Riwayat
penyakit Hipertensi,Pasien mengatakan memiliki riwayat alergi obat
Asam mefenamat
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada riwayat keturunan hipertensi dari ayahnya,tidak
ada riwayat penyakit menular lainnya dalam keluarga seperti
(TBC,Pneumonia,Hepatitis,dsb)
Genogram
T T
D D
: :
T 1 T
1
D T 4
4 D
D 0
: 0 :
/
1 : 1 T
/T T 8
4 1 4 D
8D D 0
0 4 , 0 :
0: :
/ 0 N / 1
Keterangan : ,1 1
8 / : 8 4
N4 4
: Laki-laki 8 8
T 0 :0 0 0
0 0
D , 0 , /
8/ / ,
: : Pasien N , N8
08 8 F
1 : N : 0
,0 0 :
4 8 : 8 ,
F,
: Laki-laki meninggal , 3
T0 0 8 0 0 N
:N N
D/ , 0 x , :
3: :
:8 : PerempuanF meninggal , / F 8
08 8
10 : F m
x0 0 : 0
: e
4, 3 3 ,
: Garis pernikaha/, , n
0N 0 3 0 F
mF F i
/: x
: Tinggal serumah 0 x :
e: : t
88 / x , / 3
n3 3
00 m / S m0
i0 0
,, e m : e x
tx x
NF n e 3 n /
,/ /
:: i n 6
Sm m i m
i ,
83 t :e t e
e 6
00 , t , n
3n n 0
,x S , S i
6i i c
F/ : S : t
,t t ,
:m 3 : 3 ,
6, ,
3e 6 0 3 6 S
S S
0n , 6 , :
c: :
xi 6 , 6 3
,3 3
/t 0 6 0
6 0
6 6
m, c c ,
, ,
eS , c , 6
6 6
1. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON
2. Oksigenasi
Sesak Nafas : Tidak ( - )
Ya (-)
Frekuensi : Konstan
Kapan Terjadi :-
Kemungkinan faktor pencetus : -
Faktor yang memperberat :-
Faktor yang meringankan :-
Batuk : Tidak batuk
Sputum : Tidak ada , warna : -
Nyeri Dada : Tidak ada
Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : -
3. Nutrisi
Frekuensi Makan : 2x sehari
BB / TB : 53 kg/175 cm
BB dlm 1 bulan : Tetap ()
terakhir Meningkat ( - ) kg,
alasan : -
Menurun ( - ) kg, alasan
:-
Jenis Makanan : Nasi, sayur, lauk
Makanan yang : Tempe, tahu, dan
disukai sayuran
Makanan pantang : Makanan yang
mengandung tinggi
garam
Alergi : Tidak ada
Nafsu makan : Baik ()
Kurang ( - ), alasan
:-
5. Eliminasi bowel
Frekuensi : 1-2 kali/hari Penggunaan obat pencahar : tidak
ada
6. Emilinasi Bladder
Frekuensi : 5-6 x/sehari Penggunaan pencahar : tidak ada
Warna : kuning Darah : tidak ada
Gangguan eliminasi : Nyeri saat BAK (-)
bowel
Burning sensation (-)
Bladder terasa penuh stl BAK (-)
Riwayat dahulu : Penyakit Ginjal (-)
Batu ginjal (-)
Injuri / trauma (-)
Penggunaan kateter : Tidak
Kebutuhan pemenuuhan ADL bladder : mandiri
11. Komunikasi
Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya :
Klien berhubungan baik dengan keluarganya, selalu berkomunikasi
dengan baik
Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :
Disampaikan dengan baik-baik
12. Aspek spiritual dan dukungan sosial
Kepercayaan klien dan aspek ibadah :
Pasien mengatakan bahwa pasien dan keluarga melakukan rekreasi
selama 1 bulan sekali walaupun hanya dekat rumah.
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Cukup
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 150/80 mmhg
2) Nadi : - Frekuensi : 105x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan : - Frekuensi : 28 x/menit
- Irama : Cepat dan teratur
4) Suhu : 36,7 oc
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : Mata bersih
b) Fungsi Penglihatan : Normal
c) Palpebra :Tidak ada oedem
d) Konjungtiva :Tidak anemis
e) Sclera :Tidak ikterik
f) Pupil :Isokor
g) Diameter Ki/Ka :2mm/2mm
h) Reflek terhadap cahaya :Reflek cahaya positif
i) Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak menggunakan alat bantu pengelihat
2) Hidung
a) Fungsi Penghidu :Normal
b) Sekret :Tidak ada
c) Nyeri Sinus :Tidak ada nyeri sinus
d) Polip :Tidak ada polip
e) Nafas Cuping Hidung :Napas normal
3) Mulut
a) Kemampuan Bicara :Mampu berbicara dengan baik
b) Keadaan Bibir :Normal,Tidak ada bibir sumbing
c) Selaput Mukosa :Kering
d) Warna Lidah :Kemerahan
e) Keadaan Gigi :Tidak ada gigi yang berlubang
f) Bau Nafas :Tidak ada bau nafas
g) Dahak :Tidak ada dahak
4) Gigi
a) Jumlah :32 gigi
b) Kebersihan :Bersih
c) Masalah :Tidak ada masalah
5) Telinga
a) Fungsi Pendengaran :Normal,tidak terdapat gangguan
pendengaran
b) Bentuk :Simetris
c) Kebersihan :Bersih
d) Serumen :Tidak ada serumen
e) Nyeri Telinga :Tidak ada nyeri telinga
c. Leher
1) Bentuk :Normal
2) Pembesaran tyhroid :Tidak ada pembesaran thyroid
3) Kelenjar Getah Bening :Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
4) Nyeri Waktu Menelan :Tidak ada nyeri telan
5) JVP :Tidak ada pembesaran JVP
d. Dada (Thorax)
1) Paru – Paru
a) Inspeksi :Pengembangan
dada simetris,tidak
terdapat retraksi
dinding dada,tidak
ada lesi,tidak ada
benjolan
b) Palpasi :Vocal fremitus
kanan kiri
sama,tidak ada
nyeri tekan dan
tidak ada benjolan
c) Perkusi :Sonor diseluruh
lapang paru
d)Auskultasi :Vesikuler
diseluruh lapang
paru
2) Jantung
a) Inspeksi : Tidak ada
jejas,ictus cordis
tidak
teraba,CRT<2
detik,tidak ada
sianosis
b) Palpasi :Ictus cordis tidak
teraba,akral
hangat
c) Perkusi :Sonor
d)Auskultasi :Reguler,tidak ada
tambahan
e. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk perut
datar,mengikuti
gerak saat
bernafas,tidak
terdapat bekas
luka operasi
2) Palpasi :Tidak terdapat
massa,tumor,tidak
terdapat nyeri
tekan
3) Perkusi :Thympani,tidak
ada nyeri ketuk
ginjal
4) Auskultasi :peristaltik usus
28x/menit
f. Genetalia : Tidak ada
kelainan pada
genetalia
g. Anus Dan Rektum : Tidak ada
masalah atau
gangguan di
bagian anus
h. Ekstermitas
1) Atas :
a) Kekuatan Otot Kanan Dan Kiri : 5 : 5
5 5
b) ROM Kanan Dan Kiri :Aktif :
2) Bawah
a) Kekuatan Otot Kanan Dan Kiri : 5 : 5
5 5
b) ROM Kanan Dan Kiri :Aktif :
c) Perubahan Bentuk Tulang :Tidak: ada
d) Varises :Tidak: terdapat varises
e) Perabaan Akral :Hangat
:
f) Pitting Edema :<2 detik
:
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2022
Jenis Nilai Satuan Hasil Ket.Hasil
Pemeriksaan Normal
Hemoglobin 9,2 – 13,6 g/dl 14,0 NORMAL
Eritrosit 3.6-5.2 x10^6/ul 4,98 NORMAL
Hematrokit 30 – 46 % 43,9 NORMAL
MCH 24 – 37 Pg 28,0 NORMAL
MCV 73 – 121 n 88,2 NORMAL
MCHC 26 – 34 g/dl 31,8 NORMAL
RDW-SD 35 – 56 n 48,0 NORMAL
RDW-CV 11 – 16 % `12,9 NORMAL
Leukosit 6,0 – 17,5 x10^3/ul 19.39 TINGGI
Hitung Jenis
Basofil% 0–1 % 0,3 NORMAL
Eusinofil% 1–5 % 0,7 RENDAH
Eutrofil% 50 – 70 % 67,5 NORMAL
Limfosit% 25- 40 % 27,3 NORMAL
Monosit% 2–8 % 4,2 NORMAL
Basofil# 0 – 0,1 z10^3/ul 0,03 NORMAL
Eusinofi#l 0,2 – 0,4 z10^3/ul 0.08 TINGGI
Neutrofil# 5,0 – 7,0 z10^3/ul 8,36 TINGGI
Limfosit# 2,5 – 4,0 z10^3/ul 3,39 NORMAL
Monosit# 0,2 – 0,8 z10^3/ul 0,53 NORMAL
Trombosit# 150 – 400 ribu/ul 353 NORMAL
PDW 9,0 – 17,0 dl 15,8 NORMAL
MPV 6,5 – 12,0 um^3 7,8 NORMAL
PCT 0,108 – 0, / 0,273 NORMAL
Pembekuan (CT) 282 Menit 10 NORMAL
Perdarahan (BT) 7 – 12 Menit 3 NORMAL
Golongan Darah 1–5 - AB -
- Rhesus +
GDS mg/dl 107 NORMAL
Faal Hati >180 g/dl 90 NORMAL
SGOT 70 – 140 U/I 35 NORMAL
SGPT 5-40 U/I 30 NORMAL
Faal Ginjal < 50 U/I 40 NORMAL
Ureum < 50 mg/dl 24 NORMAL
Creatinin 14-39 mg/dl 20 NORMAL
10 – 50
2. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Foto Rontgen Thorax Klinis: Ca mamae
Hasil:
-Pulmo tak tampak kelainan
-Cor dalam batas normal
-Tak tampak pulmo maupun
-Skeletal metastasis
Hasil:
Menunjukkan papilloma jinak
kategori BIRADS 4.Dicurigai
3. TERAPI MEDIS
Hari / Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi
Tanggal Kandungan
31 Injeksi Ringer 20 tpm golongan Untuk menggantikan
Oktober Laktat kristaloid cairan tubuh yang
2022 hilang dan
mengembalikan
keseimbangan
elektrolit
DO :
- Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
bersikap protektif
menghindari nyeri
- Pasien tampak
sulit tidur
- GCS : E4V5M6
- TD : 150/90
mmHg
- RR : 28 x/menit
- HR : 105 x/menit
2. Senin, 31- DS : Risiko Efek Risiko Infeksi
Oktober- - Pasien Infeksi Prosedur (D.0142)
2022 mengatakan nyeri (D.0142) Invasif dibuktikan
12.00 pada luka operasi dengan Efek
WIB di payudara Prosedur Invasif
sebelah kiri
DO :
- Terdapat luka di
payudara sebelah
kiri
- Tampak
kemerahan pada
sekitar luka post
operasi
- leukosit: 19.39
x10^3/ul.
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 31/10/22 Risiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.4539)
12.00 Infeksi tindakan
dibuktikan keperawatan selama Observasi
WIB
dengan Efek 3x24 jam di
Prosedur harapkanTingkat - Monitor tanda dan
Invasif Infeksi (L.14137) gejala infeksi lokal dan
(D.0142) menurun dengan sistemik
kriteria hasil :
- Kebersihan Terapeutik
tangan
meningkat - Batasi jumlah
- Kemerahan pengunjung
menurun - Cuci tangan sebelum
- Nyeri menurun dan sesudah kontak
- Kadar sel darah dengan pasien dan
putih membaik lingkungan pasien
- Pertahankan tekhnik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
F. EVALUASI
Nama : Ny.D No.CM : 12xxxx
Umur : 56 th Diagnosa Medis : Post op ca mamae
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
1 1 Nov2022 S :
13.50 WIB - Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang pada luka
post operasi payudara sebelah kiri
P : Nyeri sedikit berkurang pada luka post operasi CA
Mamae
Q: Seperti di tusuk-tusuk
R: Payudara sebelah kiri
S: Skala 4
T: Hilang timbul
- Pasien mengatakan masih sedikit takut apabila luka
post op tersenggol
O:
- Pasien masih tampak bersikap protektif menghindari
nyeri
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 24 x/menit
- HR : 89 x/menit
O:
- Tampak kemerahan pada sekitar luka post operasi
- leukosit: 19.39 x10^3/ul.
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
O:
- Pasien sudah tidak tampak meringis
- Pasien sudah tidak tampak gelisah
- Pasien tampak sudah tidak bersikap protektif
menghindari nyeri
- TD : 130/70 mmHg
- RR : 20 x/menit
- HR : 85 x/menit
-
A : Masalah Nyeri akut (D.0077) teratasi
P : Hentikan intervensi
2 14.00 WIB S:
- Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
payudara sebelah kiri berkurang
O:
- Sudah tidak kemerahan kemerahan pada sekitar luka
post operasi
leukosit: 19.39 x10^3/ul.
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
keperawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut
Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan
informasi atau data–data ini diperoleh dari wawancara dengan pasien dan
keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan
fisik.
Didalam teori dikatakan bahwa salah satu etiologi dari nyeri adalah terjadi
gangguan kenyamanan. Etiologi tersebut sama dengan kondisi klinis dari pasien
dimana pasien mengalami penyakit Ca Mamae dan riwayat post op Ca Mamae.
Sehingga teori tersebut dapat memperkuat data klinis dari pasien. Begitu juga
dengan etiologi lainnya bahwa neoplasma (jinak dan ganas) dan peradangan
(inflamasi) juga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan pada pasien dengan
Ca Mamae
Pada hasil pengkajian dari kasus tesebut dengan diagnosa utama yang
diangkat dalam asuhan keperawatan yaitu pasien mengatakan nyeri pada luka
post operasi, hasil pengkajian pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah,
pasien tampak bersikap protektif menghindari nyeri,pasien tampak sulit tidur,P
: Nyeri pada luka post operasi CA Mamae,Q: Seperti di tusuk-tusuk,R: Payudara
sebelah kiri,S: Skala 5,T: Hilang timbul TD: 150/90 mmHg, HR: 105x/menit,
RR:28x/menit..Hal ini sesuai dengan teori pada buku SDKI (2017) yang
dikatakan bahwa pasien dengan kondisi post pembedahan yang memiliki
gangguan nyeri akut mengalami tanda gejala tersebut.Pada data penunjang
lainnya, pasien mengalami peningkatan leukosit dan tampak kemerahan pada
sekitar bekas operasi.Data penunjang tersebut disesuaikan dengan kondisi pasien
saat ini sehingga tidak tercantum pada teori yang ada.
Menurut Hidayat A. (2018) pengkajian yang terbaik dari nyeri adalah hasil
evaluasi dari pasien, data yang perlu dikumpulkan dari sifat-sifat nyeri adalah
lokasi, intensitas, kualitas, waktu (serangan, kekerapan, sebab) dan faktor-faktor
yang meringankan. Salah satu cara pendekatanya adalah menggunakan
P(pemacu), Q(kualitas), R(daerah), S(keganasan atau intensitas), T(waktu) dan
untuk mengetahui skala nyeri pasien yaitu dengan cara menunjukan skala
deskriptif untuk mengukur skala nyeri kepada pasien dan pasien disuruh memilih
skala nyeri berapa yang pasien rasakan.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori ada beberapa diagnosa yang biasanya muncul pada pasien Post
op Ca Mamae dengan gangguan kenyamanan (nyeri) berdasarkan SDKI (2017)
adalah Nyeri akut,Ansietas,Risiko Infeksi. Namun pada teori ini, ada beberapa
diagnosa yang memang tidak terjadi pada kondisi pasien saat ini. Diagnosa yang
muncul pada pasien Post op Ca Mamae dengan gangguan kenyamanan (nyeri)
adalah Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik (Operasi)
dibuktikan dengan tampak meringis, bersikap protektif,gelisah,sulit tidur, dan
tekanan darah meningkat (D.0077).Sehingga diagnosa tersebut menjadi
diagnosa prioritas pada kasus Post op Ca Mamae dengan gangguan kenyamanan
(nyeri).
Untuk diagnosa selanjutnya sesuai dengan kondisi klinis pasien, penulis
menetapkan diagnosa Risiko Infeksi (D.0142) dibuktikan dengan Efek Prosedur
Invasif. Faktor pendukung data klinis pasien untuk kedua diagnosa yang
diangkat sesuai dengan informasi pada rekam medis serta pengkajian pada
pasien dan keluarga.Pada waktu mengangkat diagnosa,tidak ditemukan faktor
penghambat.
C. Intervensi
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan
dengan kondisi pasien saat ini. Sehingga untuk intervensi ini difokuskan pada
kriteria hasil dari masing-masing diagnosa agar dapat dicapai dan diukur kondisi
pasien tersebut. Pada kedua diagnosa yang diambil sesuai kasus terdapat kriteria
waktu 3 x 24 jam untuk mencapai kondisi pasien yang lebih baik.
Hasil:
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan
kondisi pasien saat ini. Sehingga untuk intervensi ini difokuskan pada kriteria hasil
dari masing-masing diagnosa agar dapat dicapai dan diukur kondisi pasien tersebut.
Pada kedua diagnosa yang diambil sesuai kasus terdapat kriteria waktu 3 x 24 jam
untuk mencapai kondisi pasien yang lebih baik. Untuk diagnosa prioritas Nyeri akut
(D.0077) mengambil luaran Tingkat nyeri (L.01004) untuk capaian yang diukur
dengan ekspektasi menurun dan kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun,Meringis
menurun,Gelisah menurun,Kesulitan tidur menurun,Frekuensi nadi membaik,Pola
napas membaik,Tekanan darah membaik,Pola tidur membaik dengan intervensi
Manajemen nyeri (I. 08238) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri,Identifikasi skala nyeri,Identifikasi respon nyeri non
verbal,Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan),Fasilitasi istirahat dan tidur,Jelaskan strategi meredakan
nyeri,Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri,Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat,Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
,Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai dengan teori,
namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan pasien. Tujuan yang penulis
rencanakan dalam waktu 3x24 jam nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi) dengan kriteria hasil : Keluhan nyeri
menurun,Meringis menurun,Gelisah menurun,Kesulitan tidur menurun,Frekuensi
nadi membaik,Pola napas membaik,Tekanan darah membaik,Pola tidur membaik
menurut Amin & Hardhi ( 2016), seharusnya intervensi dilakukan selama 1x3 jam
nyeri berkurang dengan kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun skala nyeri berkurang
(0-3) dikarenakan obat analgetik cepat diserap
Rencana tindak lanjut untuk pasien yang akan pulang juga penting.Seperti
penkes pada pasien dan keluarga tentang bagaimana cara meredakan nyeri post
operasi ca mamae secara mandiri dirumah.Sehingga pasien dan keluarga dapat
mengerti bagaimana cara meredakan nyeri.
D. Implementasi
1) Hasil Implementasi
1) Hasil Evaluasi
2) Pembahasan Evaluasi
Menurut Doengoes, 2018 evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh doagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi, masalah teratasi sebagian, belum teratasi atau timbul masalah lagi.
Setelah dilakukan hasil evakuasi 1 November 2022 pukul 12.00 WIB
didapatkan data subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, data objektif
: P (provoking atau pemicu) : Nyeri sedikit berkurang pada luka post operasi
CA Mamae, Q (quality): Seperti di tusuk-tusuk, R (region) : Payudara sebelah
kiri, S (severity) : skala 4, T (time) : Hilang timbul, analisa data : masalah
teratasi , data planning : pertahankan intervensi yang harus dipertahankan
yaitu 3. Kaji ulang tingkat nyeri (PQRST), pertahankan Teknik distraksi ,
relaksasi nafas dalam, 4. Observasi keadaan umum tanda-tanda vital. 5.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik (Injeksi Ringer
Laktat 20 tpm, Injeksi premed cefazolin 1 gr, Amlodipin 1x5 mg, Ketorolac
1 amp) secara intra vena dan secara oral ( Tramadol 2x1). Perencanaan ini
dibuat agar nyeri bias dipantau jika terjadi kekambuhan lagi. Sesuai dengan
tindakan keperawatan yang dilakukan, nyeri sudah teratasi factor
pendukungnya mau diajarkan Teknik distraksi, relaksasi nafas dalam
(pengalihan) dengan cara berbincang-bincang dengan tenaga kesehatan,
Keluarga dan tetangga menjenguk. Keluarga juga memotivasi pasien dan
membantu pasien untuk melakukan aktivitas. Dari segi perawat sebagai
pemberian asuhan keperawatan sudah cukup baik dalam mengajarkan teknik
distraksi nafas dalam ( pengalihan).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny D. dengan masalah keperawatan
kenyamanan (nyeri) di ruang Candi Ijo RSUD Prambanan didapatkan
kesimpulan bahwa :
1. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pasien mengeluh adanya benjolan
payudara kiri 1 bulan yang lalu. Pada hari jumat tanggal 28 oktober 2022
pasien datang ke poli dan dianjurkan dokter untuk melakukan operasi.
Pada hari minggu 30 oktober 2022 pasien datang ke IGD, kemudian pasien
dirawat dibangsal candi ijo dan pada hari senin 31 oktober 2022 pukul
10.00 dilakukan tindakan operasi Ca Mamae. Dari hasil pemeriksaan post
op pasien mendapatkan terapi infus ringer laktat 20 tpm, ketorolac 1 Amp,
tramadol 2x1 hari, amlodipine 1x5 mg didapatkan TD: 150/90 mmHg, HR:
105x/menit, SpO2: 99%, pasien mengatakan nyeri dibagian post operasi
payudara kiri, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien
tampak bersikap protektif menghindari nyeri, pasien tampak sulit tidur,
P : nyeri pada luka post operasi Ca Mamae
Q : seperti ditusuk- tusuk
R : payudara sebelah kiri
S : skala 5
T : hilang timbul
Tampak kemerahan pada luka post op, leukosit 19,39 x 10^3 Ul.
2. Diagnosa keperawatan yang munul pada Ny S antara lain Nyeri Akut
D.0077) b.d Agen pencedera fisik (operasi) dan Risiko Infeksi (D.0142)
b.d Efek prosedur invasif.
3. Intervensi keperawatan yang yang dilakukan oleh kelompok, baik
intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi seperti
Manajemen nyeri (I.08238) dan Pencegahan Infeksi (I.4539)
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah disusun. Hasil evaluasi yang pada Ny D dilakukan selama 3 hari
rawatan oleh kelompok dan dibuat dalam bentuk SOAP selama 3x24 jam,
hasil dari masalah keperawatan Nyeri Akut D.0077) b.d Agen pencedera
fisik (operasi) teratasi intervensi dihentikan. Risiko Infeksi (D.0142) b.d
Efek prosedur invasive teratasi intervensi dihentikan.
B. Saran
1. Bagi penulis
Untuk penulis, semoga dapat bermanfaat dan menjadi bagian acuan
dalam meningkatkan pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan Ca Mamae dalam pemenuhan kebutuhan. Dalam
kenyamanan (nyeri) studi kasus ini, penulis melaksanakan asuhan
keperawatan semaksimal mungkin
2. Bagi perawat
Perawat dapat memantau dokumentasi keperawatan secara kontinyu
dengan memerhatikan dan membuat rentang waktu dalam intervensi
dengan menambahkan tindakan nonfarmakogi sebagai tindakan
alternatif serta implementasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
RUZZMEDIA
International Publishing
Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012).Patofisiologi: konsep klinis Proses penyakit,
6 ed. vol. 1. Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor : Hartanto, H., et al.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu