Anda di halaman 1dari 23

FUNGSI DAN PERAN

ORGANISASI ADVOKAT
FUNGSI DAN PERAN
ORGANISASI ADVOKAT
1. Sejarah dan bentuk organisasi advokat
di Indonesia
2. Fungsi advokat dalam bantuan hukum
* Pelaksanaan hak konstitusional.
* Sebagai jembatan.
* Standarisasi fungsi dan peran
penegakan hukum yang dijalankan
advokat
SEJARAH DAN BENTUK-
BENTUK ORGANISASI
 BALI VAN ADVOCATEN

 PERSATUAN ADVOKAT INDONESIA


(PAI) > 4 Maret 1963

 PERSATUAN ADVOKAT INDONESIA


(PERADIN) 30 Agustus 1964 > lahir
sebagai wadah tunggal yang diakui
pemerintah
Kemudian muncul berbagai wadah
organisasi advokat, seperti :
 PUSBADHI (Pusat Bantuan dan Pengabdian
Hukum Indonesia)
 FOSKO ADVOKAT (Forum Studi Komunikasi
Advokat)
 HPHI (Himpunan Penasehat Hukum Indonesia)
 BBH (Bina Bantuan Hukum)
 PERNAJA (Persatuan Advokat Jakarta)
 LBH Golkar
 BPKH MKGR
 LBH TRISULA
 LBH KOSGORO
 DLL.
Ketua MA : Mudjono
Jaksa Agung : Ismail Saleh
Menteri Kehakiman : Ali Said
memfasilitasi terbentuknya kembali wadah
tunggal.

Kongres PERADIN di Bandung 10 Nopember


1985, melahirkan IKADIN (Ikatan Advokat
Indonesia) sebagai wadah tunggal.

Tahun 1990 Munas IKADIN di Hotel Horison Ancol,


Jakarta terjadi lagi perpecahan melahirkan AAI
(Asosiasi Advokat Indonesia).
 Tahun 1987 terbentuk IPHI
(Ikatan Penasehat Hukum Indonesia).
 Tahun 1988 terbentuk AKHI
(Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia).
 Tahun 1989 terbentuk HKHPM
(Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal).
 Tahun.. Terbentuk SPI
(Serikat Pengacara Indonesia).
 Tahun 1993 terbentuk HAPI
(Himpunan Advokat/Pengacara Indonesia).
Hingga pada sekitar thn 2001, ada
beberapa wadah advokat yang
terus bertumbuh, antara lain :
 IKADIN  LKBH TRISULA
 AAI  LPPH
 IPHI  POPI
 AKHI  PERADIN
 HKHPM  PASHINDO
 SPI  AKPI
 HAPI  JLC
 BPKH MKGR  PERHUMPUS
 LBPH KOSGORO  PPK
11 Pebruari 2002
Semangat Satu Organisasi Advokat
(Indonesia BAR Association)
7 (tujuh) Organisasi Advokat sepakat
membentuk KKAI
(Komite Kerja Advokat Indonesia)
 IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia)
 AAI (Asosiasi Advokat Indonesia)
 IPHI (Ikatan Penasehat Hukum Indonesia)
 AKHI (Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia)
 HKHPM (Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal)
 SPI (Serikat Pengacara Indonesia)
 HAPI (Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia)
Undang-Undang No. 18 Thn 2003
Tentang ADVOKAT
 Psl. 28 ayat (1) Organisasi Advokat merupakan
satu-satunya wadah profesi Advokat yang bebas
dan mandiri yang dibentuk dengan Undang-
Undang ini dengan maksud dan tujuan
meningkatkan kwalitas profesi advokat.
 Dengan demikian Organisasi Advokat memasuki
era baru dengan lahirnya wadah tunggal
Organisasi Advokat yang independent sebagai
profesi terhormat (officium nobile) dan diberi
nama Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI).
DEKLARASI PERADI
Pada saat akan di deklarasikannya PERADI
sebagai wadah tunggal Advokat, terbentuk satu
lagi wadah organisasi Advokat yang menamakan
dirinya Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia
(APSI), dengan demikian ada 8 (delapan)
Organisasi Advokat yang sepakat untuk
mendeklarasikan wadah tunggal Organisasi
Advokat PERADI yang di deklarasikan pada tgl. 21
Desember 2004 yang dilanjutkan dengan Akta
Pernyataan Pendirian Perhimpunan Advokat
Indonesia (PERADI) Nomor 30 tertanggal 8
September 2005 yang dibuat oleh Buntoro Tigris
Darmawang, SE; SH; MH; Notaris di Jakarta.
MUNAS PERADI
 MUNAS I PERADI (30 April s/d 1 Mei 2010) di
Pontianak, Kalimantan Barat.

 MUNAS II PERADI (26 s/d 28 Maret 2015) di


Makassar, Sulawesi Selatan.

 Namun sangat disesalkan pelaksanaan MUNAS


II PERADI di Makassar mengalami hal yang
sama dengan organisasi wadah tunggal
sebelumnya dimana perbedaan pandangan
akhirnya memicu perpecahan di tubuh
Organisasi Advokat PERADI.
FUNGSI DAN PERAN
ORGANISASI ADVOKAT DALAM
BANTUAN HUKUM
 Peran besar Advokat dalam perjuangan
perlidungan hak azasi manusia, harus
terwujud melalui keterlibatan Organisasi
Advokat dalam program BANTUAN
HUKUM.
 Organisasi Advokat harus turun dan
terlibat aktif dalam mendesak negara
untuk memberikan jaminan BANTUAN
HUKUM bagi setiap warga negara miskin
 Di Indonesia program BANTUAN HUKUM
yang didirikan atas inisyatif Organisasi
Advokat belum menjadi sejarah yang cukup
panjang, hal ini dipengaruhi oleh berdirinya
Organisasi Advokat itu sendiri, seperti
PERADIN dan IKADIN yang mengalami
masa-masa sulit.
 Pada umumnya program BANTUAN
HUKUM yang dijalankan oleh Organisasi
Advokat masih bersifat pada kerelaan para
pengurus program bantuan hukum, belum
menjadi gerakan yang massif.
 Kode Etik, hanya sebatas mewajibkan
seorang Advokat untuk memberikan
BANTUAN HUKUM kepada si miskin apabila
bantuan diminta oleh si miskin tersebut.
 Dengan adanya ketentuan ini, maka BANTUAN HUKUM
telah menjadi bagian yang melekat dalam profesi
Advokat, dan Dengan terbentuknya KKAI yang
mengadopsi Kode Etik bersama dengan melakukan
perubahan, maka pada Pasal 7 huruf (h) menyatakan
bahwa Advokat mempunyai kewajiban untuk
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (pro
bono) bagi orang yang tidak mampu.
 Selain itu Pasal 4 huruf (f) juga menegaskan bahwa
Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus
memberikan perhatian yang sama terhadap perkara
untuk mana ia menerima uang jasa.
 Untuk itu BANTUAN HUKUM telah menjadi bagian yang
melekat dalam profesi Advokat dan sudah selayaknya
pelanggaran terhadap kewajiban BANTUAN HUKUM ini
merupakan wilayah etika yang menjadi yurisdiksi dari
Organisasi Advokat.
 Dengan di undangkannya UU No. 18/2003
Tentang Advokat, maka merujuk pada pasal
22, telah merubah etik bantuan hukum
seorang Advokat menjadi kewajiban hukum
dari Advokat, dan pengaturan serta
mekanisme bantuan hukum diatur dalam
sebuah Peraturan Pemerintah.
 Dengan diundangkannya PP No. 83/2008
Tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum, maka PERADI
sebagai Organisasi Advokat telah berupaya
dan mengambil inisyatif penting yaitu
dengan membentuk Pusat Bantuan Hukum
(PBH) sebagai unit kerja yang secara
khusus mengelolah pelaksanaan BANTUAN
HUKUM oleh anggota PERADI.
 Sebagai tindak lanjut pembentukan Pusat
Bantuan Hukum, disahkan Peraturan
PERADI No.1/2010 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum,
yang menegaskan “Setiap anggota
PERADI wajib memberikan BANTUAN
HUKUM dengan minimum pelaksanaan
sebanyak 50 jam/tahun.
 Secara normatif harus diakui Organisasi
PERADI telah menunjukkan kemajuan
dalam program BANTUAN HUKUM
dengan melibatkan seluruh anggotanya
yang saat ini berjumlah tidak kurang dari
30.000 Advokat.
Undang-Undang No. 16 Thn. 2011
Tentang Bantuan Hukum
 Ada 3 pihak yang yang diatur dalam UU ini
1. Penerima Bantuan Hukum (orang miskin).
2. Pemberi Bantuan Hukum (Organisasi Bantuan
Hukum).
3. Penyelenggara Bantuan Hukum (Kementerian Hukum
dan HAM).

 Hak atas Bantuan Hukum merupakan Non Derogable


Rights (tidak dapat dikurangi dan tidak dapat
ditangguhkan dalam kondisi apa pun.

 Bantuan Hukum sudah merupakan tanggung jawab


negara dalam mewujudkan equality before the law,
acces to justice, and fair to fair
 Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang
diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.

 Bantuan Hukum yang diberikan meliputi masalah


hukum pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara,
baik secara litigasi maupun non litigasi.

 Ketentuan UU 18/2003 Tentang Advokat, KEAI,


PP No.18/2003, Peraturan PERADI No.1/2010
mengenai pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma, UU No.16/2011 Tentang Bantuan
Hukum.
PERAN PENEGAKAN HUKUM YANG
DIJALANKAN ADVOKAT
 Pasal 5 ayat (1) UU No.18/2003 tentang
Advokat, memberikan status kepada Advokat
sebagai Penegak HUKUM yang mempunyai
kedudukan setara dengan penegak hukum
lainnya dalam menegakkan hukum dan
keadilan, bebas dan mandiri yang dijamin oleh
hukum da perundang-undangan.
 Penegak Hukum lainnya yaitu Polisi sebagai
penyidik, Kejaksaan sebagai penuntut dan
Hakim sebagai pemutus perkara dalam
pengadilan
 Kedudukan tersebut memerlukan wadah
organisasi, yang merupakan satu-satunya wadah
profesi Advokat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 28 ayat (1) UU No.18/2003 tentang
Advokat, yang mengatakan “Organisasi Advokat
merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat
yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi Advokat”.

 Dengan demikian profesi Advokat memiliki peran


penting dalam upaya penegakan hukum.
 Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki profesi
Advokat sebagai penegak hukum, tentu harus diikuti
oleh adanya tanggung jawab masin-masing Advokat
dan Organisasi profesi yang menaunginya.

 Ketentuan UU Advokat telah memberikan rambu-


rambu agar profesi Advokat dijalankan sesuai
dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan
keadilan.

 Perlu difahami hakikat peran Advokat sebagai


penegak hukum bukanlah semata-mata untuk
memenangkan perkara yang dihadapinya, akan
tetapi lebih untuk memperjuangkan kebenaran dan
keadilan bagi klien yang berperkara yg memerlukan
bantuan untuk membuktikan ia bersalah atau tidak.
 Disamping pembaharuan dari sisi penegak
hukum dalam hal ini Advokat, perlu
pembenahan dari unsur masyarakatnya.
Dimana sebagai pencari keadilan tidak
seharusnya membungkam para aparat
penegak hukum demi kepentingannya,
termasuk membungkam Advokat demi
hanya untuk hasrat memenangkan perkara
yang dihadapinya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai