Anda di halaman 1dari 5

Gigitan Ular

Ular tersebar secara luas diseluruh dunia, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, kecuali
Antartika dan beberapa pulau kecil seperti Greenland, Hawaii, Islandia, Irlandia, dan Selandia Baru.
Ular bersifat ektoterm dimana panas tubuh ular berasal dari lingkungannya. Untuk itu, saat siang hari
ular seringkali ditemukan di tempat yang sejuk agar terlindung dari sinar matahari langsung,
sementara pada malam hari, ular cenderung menghangatkan diri dibalik bebatuan atau benda lainnya.
Sifat ular yang ektoterm ini juga yang membuat ular lebih nyaman berada di wilayah tropis, termasuk
Indonesia.1,2,3

Ular Berbisa dan Ular Tidak Berbisa

Semua ular merupakan karnivora dengan 3 tipe, yaitu menangkap dan menelan mangsa dalam bentuk
utuh, mencekik atau melumpuhkan mangsa sebelum ditelan, dan menggunakan taring untuk
mengeluarkan bisa yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya sebelum ditelan. Ular yang
berburu dengan dua tipe pertama dikenal dengan ular tidak berbisa, sementara ular tipe ketiga dikenal
dengan ular berbisa. Di Indonesia terdapat sekitar 348 jenis ular, 76 jenis diantaranya tergolong
sebagai ular berbisa.2

Ular berbisa dan tidak berbisa dapat dibedakan secara fisik. Ular berbisa memiliki bentuk kepala
segitiga yang lebih dominan daripada bentuk badan, memiliki leher, pupil berbentuk elips (lonjong),
memiliki lubang antara mata dan lubang hidung, memiliki 2 buah gigi taring, dan sirip pada ekor
bagian dalam berbentuk horizontal.

Ular Berbisa

Sekitar 50% dari gigitan ular berbisa merupakan dry bites atau gigitan kering dimana ular berbisa
mengigit korbannya tanpa mengeluarkan bisa yang dimiliki. Dry bites tidak menimbulkan gejala yang
bersifat sistemik. Meskipun demikian, gigitan ular berbisa tetap menjadi penyebab umum dari kasus
morbiditas dan mortalitas di negara tropis, terutama negara-negara di wilayah Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.1
Berdasarkan jenis bisanya, ular dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:

1. Neurotoksin: jenis bisa yang menyerang saraf. Biasanya ditemukan pada famili Elapidae yang
meliputi jenis Ular King Kobra (Ophiophagus hannah), Ular Weling (Bungarus candidus),
Ular Welang (Bungarus fasciatus), Ular weling Kepala Merah (Bungarus flaviceps), Ular Cabe
Besar (Calliophis bivirgata), Ular Cabe Kecil (Calliophis intestinalis).
2. Hemotoksin: jenis bisa yang menyerang darah. Biasanya ditemukan pada kelompok famili
Viperidae dan Crotalidae. Yakni jenus Ular tanah (Calloselesma rhodostoma), Ular Bandotan
Puspo (Daboia siamensis), Ular Viper Hijau (Trimeresurus albolabris), Ular Viper Pohon
(Trimeresurus insularis), Ular Cinta Mani (Tropidolaemus wagleri), Ular Viper Coklat
(Trimeresurus puniceus), Ular Viper Sumatra (Trimeresurus sumatrana).
3. Kardiotoksin: jenis bisa yang menyerang jantung: Biasanya ditemukan di Ular Kobra (Naja
sputarix), Ular Kobra Sumatra (Naja sumatrana)
4. Sitotoksin: jenis bisa yang menyerang sel. Biasanya ditemukan di kelompok Ular Laut, seperti
Ular Laut Erabu (Laticauda colubrina), Hydrophis spp.

Ular Weling Ular Welang

Ular Weling Kepala Merah Ular Cabe Besar

Ular Cabe Kecil Ular Viper Hijau


Ular Viper Pohon Ular Viper Coklat

Ular Kobra Ular Kobra Sumatra

Ular Laut Erabu

Pencegahan Gigitan Ular1

1. Di dalam rumah
 Jaga rumah dari tikus yang merupakan mangsa dari ular
 Jangan memelihara hewan ternak yang merupakan mangsa ular (misal: ayam) di dalam
rumah.
 Hindari membangun rumah dengan konstruksi yang akan memberikan tempat
persembunyian untuk ular, misalnya jerami dengan atap terbuka, dinding jerami dengan
celah yang besar, serta lantai yang tidak tertutup secara sempurna
 Hindari tidur di atas lantai. Jika memang tidak dapat dihindari, gunakanlah kelambu untuk
menghindari gigitan ular.
2. Di area kebun atau halaman rumah
 Bersihkan rongsokan material bangunan, gundukan sampah, atau sarang rayap karena dapat
menjadi sarang ular.
 Pangkaslah pohon agar tidak menjulur ke arah rumah dan potonglah rumput serta semak
menjadi pendek.
 Tempatkanlah lumbung padi jauh dari rumah agar tidak menjadi sarang ular.
 Kolam atau kubangan air dapat mengundang katak yang menjadi mangsa ular.
 Dengarkanlah binatang liar atau peliharaan, biasanya hewan lain akan berisik untuk
memperingatkan kehadiran ular.
 Gunakan alat pencahayaan misalnya senter saat berjalan keluar rumah, pergi ke WC saat
malam hari atau bersantai di depan rumah
3. Di pedesaan
 Hindari mengumpulkan kayu bakar pada malam hari. Gunakan sepatu boot karet dan celana
panjang saat berjalan di kegelapan, semak atau saat panen. Ular banyak keluar saat musim
hujan, waspadalah!
 Jangan memasukkan tangan ke lubang apapun di tanah
 Bawalah alat penerangan misalnya senter dan obor serta tongkat saat berjalan di malam hari.
Berikan penerangan yang cukup di halaman rumah dan sekitar WC
 Jangan menyentuh ular mati
4. Di jalan raya
 Jangan melindas ular, karena dapat membahayakan pejalan kaki. Selain itu ular dapat
terperangkap di dasar kendaraan dan akan keluar saat kendaraan diparkir.
5. Di sungai, muara atau laut
 Jangan menyentuh ular laut yang terperangkap di jarring ikan. Gunakan tongkat sebagai alat
bantu. Waspadalah karena kepala dan ekor ular kadang sukar dibedakan.
 Waspadalah saat mandi atau mencuci pakaian di pinggir sungai, muara atau laut

Pertolongan Pertama Gigitan Ular1

1. Jangan panik
2. Jangan menghambat aliran luka menggunakan constricting band seperti torniquet atau
menggunakan es batu
3. Jangan menghisap luka gigitan ular
4. Imobilisasi gigitan ular menggunakan elasticated bandage, dengan cara sebagai berikut:
5. Setelah imobilisasi, segera rujuk korban ke fasilitas kesehatan terdekat
6. Bawa ular yang telah mati atau foto ular ke fasilitas kesehatan untuk menentukan jenis ular
sehingga dapat diberikan antivenom atau penanganan yang tepat.

Daftar Pustaka

1. Maharani, Tri., Amir H, Christian B, dan Farid R. Pedoman Gigitan Ular Berbisa Indonesia
2. Sibunruang, Suda., Suchai S, Visith S. 2013. Manual of Practical Management of Snake-bites
and Animal Toxin Injury. Bangkok: Queen Saovabha Memorial Institute WHO CC for
Venomous Snake Toxicology and Research.
3. Torontozoo. 2016. Unit 1 Snake Biology: Introduction to the Amazing Biology of Rattlesnakes.
Diunduh dari: http://www.torontozoo.com/adoptapond/rattlesnake_cur/unit1.pdf

Anda mungkin juga menyukai