Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori relativitas adalah sebutan untuk kumpulan dua teori fisika yaitu
relativitas umum dan relativitas khusus. Relativitas umum adalah teori gravitasi
yang dikembangkan oleh Einstein pada tahun 1907-1915. Pengembangan
relativitas umum dimulai dengan asas ekivalensi,di mana keadaan gerak
dipercepat dan diam pada sebuah medan gravitasi (contohnya ketika berada
pada permukaan bumi) yang identik secara fisik. Sedangkan relativitas khusus
adalah teori mengenai struktur ruang-waktu. Diperkenalkan oleh Einstein
melalui karyanya tahun 1905,tentang elektrodinamika benda bergerak.
Berdasarkan teori relativitas khusus Transformasi Galileo dapat dipahami
dalam pembahasan gerak. Transformasi Galileo hanya berlaku untuk kecepatan
yang relative rendah,jauh lebih lambat dibanding kecepatan cahaya. Sementara
menurut teori relativitas khusus Transformasi Lorentz berlaku umum untuk
semua kecepatan. Transformasi Galileo terdiri dari transformasi
koordinat,transformasi kecepatan dan transformasi percepatan. Tidak berbeda
jauh dengan transformasi Galileo, transformasi Lorentz juga terbagi menjadi
transformasi koordinat,transformasi waktu ,dan transformasi kecepatan.
Pada teori relativitas khusus hukum fisika dapat dinyatakan dalam
persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang bergerak
dengan kecepatan tetap satu dengan lainnya. Ketidak ubahan laju cahaya : laju
cahaya memiliki nilai c yang sama dalam semua sistem lembam/inersia. Pada
percobaan Michelson dan Morley untuk mengukur kelajuan ether dengan alat
interferometer menunjukkan bahwa medium rambat eter tidak mungkin ada di
∆𝑐
alam karena hasil yang diperoleh perbedaan laju cahaya adalah < 10−8 −
𝑐

10−12 .
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud transformasi Galileo?
b. Apa yang dimaksud transformasi Lorentz?
c. Bagaimana penjelasan dari percobaan Michelson – Morley?
d. Apa yang dimaksud dengan kontraksi panjang?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa itu transformasi Galileo
b. Dapat mengetahui transformasi Lorentz
c. Mengetahui percobaan Michelson-Morley
d. Mengetahui apa itu kontraksi panjang
D. MANFAAT
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan. Khususnya mahasiswa untuk mengetahui
bagian- bagian dari materi reativitas dalam matakuliah fisika modern.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Transformasi Galileo
Prinsip relativitas Galileo dikenal pula sebagai prinsip relativitas klasik. Karena
hanya berkaitan dengan hukum-hukum gerak Newton. Persoalan perambatan gelombang
elektromagnetik (cahaya) tidak ditinjau dalam prinsip ini.

a. Tranformasi kordinat Galileo


Hubungan antara pengukur (x,y,z,t) milik O dengan pengukuran
(x’.y’,z’,t’) milik O’ untuk sebuah kejadian tertendu diperoleh dengan mengkaji
gambar 1.1

x’ = x – vt y’ = y z’ = z
selain itu dalam fisika klasik secara implies diasumsikan

t’ = t

keempat persamaan tersebut dinamakan tranformasi Galileo


b. Transformasi kecepatan Galileo

Selain kordinat-kordinat kejadian, yang menarik juga untuk kita amati


adalah kecepatan pertikelnya. Pengamat O dan O’ menentukan kecepatan partikel
mereka masing-masing dengan menggunaka \n tiga buah komponen untuknya,
yaitu ( ux, uy, uz) sebagai komponen kecepatan yang diukur oleh O dan untuk ( ux’,
uy’, uz’) sebagai komponen kecepatan yang diukur oleh O’
Hubungan antara ( ux, uy, uz) dengan (ux’, uy’, uz’) diperoleh berdasarkan
perbedaan waktu dari transformasi koordinat Galileo. Dengan demikian x’ = x – vt
kita peroleh

𝑑𝑥′ 𝑑 𝑑𝑥 𝑑𝑥
ux’ = 𝑑𝑡′ = 𝑑𝑡′ (x - vt) 𝑑𝑡 = [ 𝑑𝑡 – v ] (1) = ux – v

secara keseluruhan,

ux’ = ux – v uy’ = uy uz’ = uz


c. Transformasi percepatan Galileo

Percepatan sebuah pertikel adalah turunan waktu dari kecepatannya, yaitu


.
ax = du ∫𝑥 𝑑𝑡, dan seterusnya. Untuk mencari transformasi percepatan galileo, kita
turunkan transforasi kecepatan diatas dan kita gunakan fakta bahwant’ = t dan v =
konstan, untuk mendapatkan :

ax’ = ax ay’ = ay az’ = az

Dengan demikian, komponen-komponen percepatan yang diukur sama untuk


semua pengamat yang bergraka dengan kepatan yang relatif seragam.

B. Transformasi Lorentz

Kekeliruan transformasi Galileo adalah karena menganggap selang waktu pada


kerangka acuan S1 sama dengan selang waktu pada kerangka acuan S, yaitu (t = t1). Pada
transformasi Lorentz selang waktu tersebut tidak sama, berarti (t  t1). Oleh karena itu
tranformasi Lorentz mengandung suatu faktor pembanding k yang disebut tetapan
transformasi.

Transformasi Lorentz dapat dibagi kepada tiga bahagian, yaitu :


a. Transformasi Lorentz untuk koordinat

Transformasi Lorentz untuk koordinat ditulis dalam bentuk persamaan

x1 = k (x - v t)
y = y1
z = z1
(1-1)

Sedangkan transformasi Lorentz kebalikannya berbentuk

x = k (x1 + v t1)
y = y1
z = z1

(1-2)

Dari persamaan (1-2) , yaitu x = k (x1 + v t1)

ct = k (ct1 + v t1)

ct = k ( c + v ) t1

ct
t1  ..................................(A)
k(c  v)

Kemudian dari persamaan (1-11), yaitu x1 = k (x - v t)

ct1= k ( ct – v t )

ct1 = k ( c – v ) t

k(c-v)t
t1  ..............................(B)
c

Dengan menyamakan persamaan (A) dan (B) diperoleh


1
k
v2
1 2
c
(1-3)

Dengan demikian transformasi Lorentz berubah bentuk menjadi

xvt
x1 
v2
1
c2
(1-4)
y = y1

z = z1

Sedangkan transformasi Lorentz kebalikan adalah

x 1  vt 1
x
v2
1
c2
(1-5)
y = y1

z = z1

b. Transformasi untuk selang wakt

Bentuk persamaan (1-15) dapat dirubah menjadi


Dengan menyamakan persamaan (1-14) dan (C) diperoleh persamaan untuk t1, yaitu

vx
t
t1  c2
v2
1 2 (1-6)
c

Dengan cara yang sama tetapi mengeliminir nilai x diperoleh persamaan untuk t,
yaitu

vx 1
t1 
t c2
v2
1 2
c
(1-7)

c. Tranformasi Lorentz untuk kecepatan

Persamaan (1-15) dibagi dengan persamaan (1-17) sehingga menghasilkan

x x 1  vt 1
 ………………………………….(D)
t vx 1
t  2
1

c
1
Kalikan setiap suku dalam ruas kanan persamaan (D) dengan faktor , kemudian
t1
x x1
misalkan  v x dan 1  v1x , sehingga diperoleh Transformasi Lorentz untuk
t t
kecepatan, yaitu

v1x  v
vx 
v v1
1 2x
c

C. Percobaan Michelson-Morley
Pada tahun 1887, Albert Michelson (1852 - 1931) dan Edward Morley (1838 - 1923)
melakukan suatu percobaan untuk mengukur kecepatan bumi dengan eter, yaitu suatu
medium hipotetik yang dahulu diyakini diperlukan untuk membantu perambatan radiasi
elektromagnetik. Dengan menggunakan interferometer Michelson, mereka berharap dapat
mengamati suatu pergeseran pada pita interferensi yang terbentuk saat alat diputar 90°,
untuk menunjukkan bahwa laju cahaya yang diukur pada arah rotasi bumi, atau arah
lintasan orbit, berbeda dengan laju pada arah 90° terhadap arah rotasi.

Gambar 1. Skema percobaan interferometer Michelson


Dalam percobaan ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1, satu berkas cahaya
bergerak menurut arah gerak Bumi dan yang lain bergerak tegak lurus terhadap gerak ini.
Perbedaan antara waktu tempuh berkas tergantung pada kecepatan Bumi dan dapat
ditentukan dengan pengukuran interferensi.
Kita anggap interferometer tersebut diarahkan sedemikian rupa, sehingga berkas
yang mengenai cermin M1 berada dalam gerak Bumi yang diandaikan. Berkas yang
memantul dari pembagi berkas dan mengenai cermin M2 bergerak dengan kecepatan
tertentu (relatif terhadap Bumi) yang tegak lurus terhadap kecepatan bumi. Kedua sinar
dari cermin M1 dan M2 akan sampai pada pengamat. Jika ada eter yang bergerak dengan
kelajuan v, maka akan timbul perbedaan waktu sebesar:

Dengan c menyatakan kecepatan cahaya.

dan L adalah jarak cermin pada pembagi sinar.


Perbedaan waktu tersebut dapat dideteksi dengan mengamati interferensi dari
kedua berkas cahaya tadi. Pita interferensi yang diamati dalam kedudukan pertama
haruslah mengalami pergeseran. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak ditemukan adanya
pergeseran.
Percobaan yang sama dilakukan dengan berbagai keadaan, dan hasil yang
diperoleh menunjukkan tetap tidak ditemukan adanya pergeseran. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang menyatakan keberadaan eter tidak benar, dalam arti bahwa eter tidak
ada.
D. Kontraksi Panjang
Sebuah benda diam tampak lebih panjang jika diukur oleh pengamat yang diam
terhadap benda, sedangkan untuk pengamat yang bergerak relatif terhadap benda, maka
panjang benda tampak lebih pendek. Dalam hal ini, dengan kecepatannya dapat dikatakan
mengalami penyusutan dan keadaan ini disebut kontraksi panjang atau kontraksi Lorentz.
Kontraksi panjang adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang diukur oleh
pengamat yang sedang bergerak pada kecepatan bukan nol relatif terhadap objek tersebut.
Kontraksi ini (resminya adalah kontraksi Lorentz atau kontraksi Lorentz–
FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan George FitzGerald) biasanya hanya dapat dilihat
ketika mendekati kecepatan cahaya. Kontraksi panjang hanya terlihat pada arah paralel
dengan arah dimana benda yang diamati bergerak. Efek ini hampir tidak terlihat pada
kecepatan sehari-hari dan diabaikan untuk semua kegiatan umum. Hanya pada kecepatan
sangat tinggi dapat terlihat. Pada kecepatan 13.400.000 m/s (30 juta mph, 0.0447c)
kontraksi panjangnya adalah 99.9% dari panjang saat diam; pada kecepatan
42.300.000 m/s (95 juta mph, 0.141c), panjangnya masih 99%. Ketika semakin mendekati
kecepatan cahaya, maka efeknya semakin kelihatan, seperti pada rumus:
𝐋𝟎
L = 𝛄(𝐯) = L0 √𝟏 − (𝒗/𝒄)𝟐

Dimana,
L0 = panjang diam (panjang objek ketika diam),
L = panjang yang dilihat pengamat pada gerak relatif terhadap objek,
v = kecepatan relatif antara pengamat dan benda bergerak,
c = kecepatan cahaya,
dan faktor Lorentz, γ(v), didefinisikan dengan :
𝟏
𝛾(v) ≡
√𝟏−(𝒗/𝒄)𝟐

Dalam persamaan ini diasumsikan bahwa objek paralel dengan garis


perpindahannya. Untuk pengamat dengan gerak relatif, panjang objek diukur dengan
mengurangkan secara simultan jarak kedua ujung objek. Untuk konversi yang lebih
umum, lihat transformasi Lorentz. Pengamat pada keadaan diam melihat objek yang
bergerak mendekati kecepatan cahaya akan melihat panjang objek tersebut mendekati nol.

 Kontraksi Panjang Akibat Prinsip Relativitas Einstein


Misalkan sebuah batang dengan panjang L0 berada pada sumbu x dari
kerangka acuan diam S. Koordinat ujung-ujung batang pada kerangka acuan S
adalah x1 dan x2 sehingga x2 - x1 = L0. Kemudian, batang tersebut melekat pada
kerangka acuan S’ yang bergerak dengan kecepatan v terhadap kerangka S.
Koordinat ujung-ujung batang pada kerangka S’ adalah x1’ dan x2’ sehingga x2’ –
x1’ = L. Waktu pengukuran koordinat x1’ adalah bersamaan dengan waktu
pengukuran koordinat x2’ (dalam kerangka acuan S’) sehingga t1’ = t2’. Sesuai
dengan persamaan

Maka
karena t2’ = t1’ maka t2’-t1’ = 0, jadi

karena x2-x1 = L0 dan x2’- x1’ = L, jadi

dengan:
L = panjang benda bergerak yang diamati oleh kerangka diam
L0 = panjang benda yang diam pada suatu kerangka acuan
v = kecepatan benda terhadap kerangka diam
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara m/s
Tetapan transformasi k adalah bilangan yang selalu besar dari 1 (k >1) sehingga
dalam persamaan L=L0/k selalu lebih kecil daripada L0. Dapat kita simpulkan
bahwa benda yang bergerak akan tampak lebih pendek apabila diukur dari kerangka
acuan diam (L < L0). Peristiwa penyusutan panjang ini disebut kontraksi panjang.
Peristiwa penyusutan panjang kalipertama diprakirakan oleh Hendrik Anton
Lorentz seorang pakar fisika asal Belanda, untuk menerangkan hasil nol pada
percobaan Michelson-Morley. Oleh karena itu, peristiwa penyusutan ini disebut
juga kontraksi Lorentz.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip relativitas Galileo dikenal pula sebagai prinsip relativitas klasik. Karena
hanya berkaitan dengan hukum-hukum gerak Newton. Persoalan perambatan gelombang
elektromagnetik (cahaya) tidak ditinjau dalam prinsip ini. Dalam makalah ini disusun
persamaan dari transformasi kordinat, transformasi kecepatan, dan tranformasi perceptana.
Kekeliruan transformasi Galileo adalah karena menganggap selang waktu pada
kerangka acuan S1 sama dengan selang waktu pada kerangka acuan S, yaitu (t = t1). Pada
transformasi Lorentz selang waktu tersebut tidak sama, berarti (t  t1). Oleh karena itu
tranformasi Lorentz mengandung suatu faktor pembanding k yang disebut tetapan
transformasi. Transformasi Lorentz dapat dibagi kepada tiga bahagian, yaitu transformasi
kordinat, transformasi tetapan waktu dan transformasi kecepatan.
Pada tahun 1887, Albert Michelson (1852 - 1931) dan Edward Morley (1838 -
1923) melakukan suatu percobaan untuk mengukur kecepatan bumi dengan eter, yaitu
suatu medium hipotetik yang dahulu diyakini diperlukan untuk membantu perambatan
radiasi elektromagnetik. Dengan menggunakan interferometer Michelson, mereka
berharap dapat mengamati suatu pergeseran pada pita interferensi yang terbentuk saat alat
diputar 90°, untuk menunjukkan bahwa laju cahaya yang diukur pada arah rotasi bumi,
atau arah lintasan orbit, berbeda dengan laju pada arah 90° terhadap arah rotasi.
Kontraksi panjang adalah fenomena memendeknya sebuah objek yang
diukur oleh pengamat yang sedang bergerak pada kecepatan bukan nol relatif terhadap
objek tersebut. Kontraksi ini (resminya adalah kontraksi Lorentz atau kontraksi Lorentz–
FitzGerald dari Hendrik Lorentz dan George FitzGerald) biasanya hanya dapat dilihat
ketika mendekati kecepatan cahaya. Kontraksi panjang hanya terlihat pada arah paralel
dengan arah dimana benda yang diamati bergerak. Efek ini hampir tidak terlihat pada
kecepatan sehari-hari dan diabaikan untuk semua kegiatan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai