Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah

masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50%

kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan

kehamilan dan persalinan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi

faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya.

Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 wanita

meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah

persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio

kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan

450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu

di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka

Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi

selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan sebagian besar dari

kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi, dan preeklamsia dan

persalinan lama.

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu

target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium


Development Goal’s (MDGs) ke-5 yang berisikan meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah

mengurangi 3/5 resiko jumlah kematian ibu.

Indonesia merupakan angka tertinggi angka kematian ibu

dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand 44 per

100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan

singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI 2016

Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian ibu dari 390 per

100.000 kelahiran hidup (2012) menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup

(2013). Selanjutnya turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan hasil pengakuan pemerintah melalui

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu di

Indonesia melonjak drastis. Saat ini hasil survey SDKI tahun 2016

mengatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 349 per

100.000 kelahiran hidup. Ini melonjak tinggi jika di bandingkan dengan

hasil survey tahun sebelumnya. (Fauzan, 2012).

Angka kematian ibu tertinggi di Indonesia yang tercatat di tahun

2012 adalah berasal dari pulau Jawa.Secara absolut, angka kematian ibu

tertinggi di pulau Jawa adalah Jawa Barat, kemudian Jawa Timur, dan di

susul oleh Jawa Tengah. Data ini sangat mencengangkan, mengingat Jawa

Barat mempunyai akses pelayanan kesehatan yanglebih baik di

bandingkan dengan daerah-daerah terpencil lain. (Ririh, 2012). Sementara


di Jakarta, sebagai kota besar dan ibu kota negara, angka kematian ibu

masih terhitung tinggi yaitu sekitar 64 kasus kematian ibu pada tahun 2010

(Wahyuningsih, 2011).

Menurut laporan SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu

disebabkan oleh 28% kasus perdarahan, 24% eklamsia, 11% infeksi, 5%

abortus, 5% partus lama atau macet, 3% emboli obstetri, 8% komplikasi

nifas, dan 11% faktor lain. Partus lama atau partus macet dapat disebabkan

oleh kala 1 memanjang baik fase aktif maupun fase laten, kala II

memanjang baik karena disfungsi uterus ataupun distosia.

Penyebab terjadinya angka kematian Ibu (AKI) terbesar di Indonesia

adalah pendarahan, infeksi dan eklamsi, selain itu ada juga “4 Terlalu “

terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, faktor

fisiologis yang secara langsung dapat menambah angka tersebut

(Saifuddin, 2006).

Persalinan tidak lancar dikarenakan tehnik mengejan yang salah

yang dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama dan timbulnya asfiksia

neonatorum sehingga beresiko terjadi kematian pada ibu dan bayi. Partus

lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab angka kematian ibu

dan bayi baru lahir. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih

dari 18 jam dimulai dari tanda-tanda persalinan.


Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dan

kadang dapat terjadi perdarahan post partum yang menyebabkan kematian

pada ibu, pada janin akan terjadi infeksi, cedera, dan asfiksia yang dapat

menyebabkan kematian bayi. Proses fisiologis kala dua persalinan

diartikan sebagai serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang periode

tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan

ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua juga merupakan Faktor penyebab

terjadinya partus lama antara lain karena kelainan letak janin, kelainan

panggul, dan kesalahan saat mengedan sehingga menyebabkan ibu

kelelahan mengedan.

Ibu hamil diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang

teknik mengejan agar kemajuan persalinan yang dihadapi berjalan dengan

baik. Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat terutama

pada ibu hamil, pendidikan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan pada

waktu pengawasan hamil di puskesmas atau bidan prektek swasta saat

pelakanaan posyandu dan saat diadakannya pertemuan kegiatan

dilingkungannya dan saat melakukan kunjungan rumah (Manuaba, 2007).

Penelitian yang dilakukan Salamah (2012) menyimpulkan bahwa tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang teknik mengejan di Puskesmas Lerep

Ungaran sebesar 38 orang (45,8%) dengan pengetahuan cukup.

Mengejan merupakan reaksi tidak sadar terhadap tekanan bayi pada

dasar panggul, rasa tertekan atau gerakan bayi jauh didalam panggul yang
menyebabkan keinginan yang tak tertahan untuk mengejan yang

merupakan karakteristik dari keinginan mengejan. Teknik mengejan yang

baik bermanfaat untuk mengurangi terjadinya ruptur uteri, menghindari

pembengkakan pada mulut rahim, tenaga ibu tidak terbuang sia-sia,

memberikan keleluasaan bagi ibu pada saat mengejan dan juga dapat

mengurangi terjadinya asfiksia pada janin. Adapun hal-hal yang perlu

dihindari pada saat mengejan seperti mengangkat bokong, mengejan

sebelum ada komando dari bidan, dan berteriak.

Kemajuan persalinan adalah keadaan dimana terjadinya dilatasi

serviks yang biasanya dapat diukur dengan jari (1 jari sama dengan 1 cm).

Dilatasi diukur dari 1-10 cm, dan dilatasi dikatakan sudah lengkap apabila

sudah mencapai 10 cm (Stoppard, 2008). Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kemajuan proses persalinan seperti pengaturan posisi

pasien, kehadiran pendamping, latihan bernafas, usapan pada punggung,

serta usapan pada abdomen (Sulistyawati, 2010).

Penggunaan partograf dapat digunakan untuk memantau kondisi ibu

dan janin serta kemajuan proses persalinan sehingga penolong persalinan

(bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri) dapat membuat

keputusan klinik sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses

persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang

paling tepat dan memadai (Wiknjosastro, 2008).


Akibat bayi yang mengalami akfiksia (di patograf), odema pada

jalan lahir, dan bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan

komplikasi-komplikasi, baik terhadap ibu mupun bayi sehingga dapat

meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Hal tersebut sebenarnya bisa

dihindari seandainya ibu memahami atau mengerti tehnik meneran yang

benar maka dari itu di butuhkan suatu tindakan promotif seperti

penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE (Komunikasi

Informasi Edukasi). Maka atas dasar itulah peneliti terdorong untuk

mengadakan penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan ibu hamil

tentang tehnik meneran dengan kemajuan persalinan” karena pengetahuan

ibu tentang meneran memegang peranan yang sangat penting agar ibu

yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar atau dengan kata

lain apabila seseorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan

dapat meneran dengan baik sehingga mempercepat proses persalinan

selain itu diharapkan ibu-ibu hamil dapat mengetahui tehnik meneran yang

benar sehingga diharapkan dapat mencegah kemungkinan terjadinya

robekan perineum, asfiksia pada janin, perpanjangan kala II, oedema pada

vagina dan kehabisan tenaga Sebelum waktu persalinan tiba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan permasalahan dalam

penelitian ini, yaitu “Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tehnik

meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab.

Tegal Tahun 2018?”.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisa Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tehnik meneran

dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal

Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang tehnik meneran di

PMP Puskesmas Kramat Kab. Tegal Tahun 2018.

b. Mengidentifikasi kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat

Kab. Tegal Tahun 2018.

c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tehnik

meneran dengan kemajuan persalinan di PMP Puskesmas Kramat

Kab. Tegal Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

kebidanan maternitas tentang pengetahuan teknik meneran.

2. Bagi penulis

Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan

menambah wawasan serta pengalaman nyata dalam melaksanakan


penelitian mengenai posisi meneran pada ibu hamil selama

kehamilan.

3. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan

serta menambah informasi mahasiswa dalam melaksanakan

pembelajaran dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya

khususnya tentang posisi meneran pada ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai