Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN

JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


DAN POST SECTIO CAESAREA

Fitriana Ikhtiarinawati F* dan Lilis Dwi NS**

*Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan


**Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Masih ditemukan ibu nifas post SC yang mengalami keterlambatan


penurunan TFU. Penanganan yang kurang memadai terutama pada masa nifas dini
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu karena
masa nifas tidak berjalan dengan normal atau terjadi subinvolusi termasuk salah
satunya keterlambatan penurunan TFU. Penelitian analitik komparatif. Populasi
104 ibu nifas fisiologis dan post SC. Sampel diambil secara non random. Data
sekunder dari catatan rekam medis. Uji koefisien kontingensi dengan tingkat
kemaknaan 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan penurunan TFU pada ibu
nifas fisiologis dan post SC dengan sebanyak 58 responden (81,7%) adalah ibu
nifas fisiologis proses penurunan TFU yang sesuai dan ibu nifas post SC sebanyak
13 responden (39,4%). Sedangkan yang mengalami keterlambatan proses
penurunan TFU pada ibu nifas fisiologis 13 responden (18,3%) dan pada ibu nifas
post SC sebanyak 20 responden (60,6%). Dari hasil uji statistik diperoleh hasil
ada perbedaan penurunan TFU pada ibu nifas fisologis dan post SC dengan nilai
koefisien kontngensi 0,390 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,05). Maka
peran bidan adalah mendeteksi dini komplikasi yang terjadi perlu adanya
penyuluhan pada ibu nifas, diantaranya menjelaskan tanda-tanda bahaya pada
masa nifas.

Kata kunci: nifas, post Sectio Caesaria, Tinggi Fundus Uteri

PENDAHULUAN kontraksi uterus. Akan tetapi,


Masa nifas merupakan masa fenomena di lapangan, masih banyak
sesudah persalinan, mulai dari saat ditemukan ibu nifas hari ketiga
selesai persalinan sampaipulihnya dengan TFU masih satu jari dibawah
kembali alat-alat kandungan ke pusat, padahal seharusnya sudah tiga
keadaan sebelum hamil. Masa nifas jari dibawah pusat. Hal ini
berlangsung sekitar 6 minggu. Pada mengindikasikan masih banyak ibu
masa nifas terjadi perubahan nifas yang mengalami keterlambatan
fisiologis, salah satunya adalah penurunan TFU.
involusi Uteri. Proses Involusi Uteri Penyebab terhambatnya
dapat dilihat dari penurunan penurunan TFU dapat
tinggifundus uteri atauTFU, mengakibatkan subinvolusi sehingga
pengeluaran lokhea dan adanya meningkatkan Angka Kematian Ibu.

1
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012
Beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan pada ibu nifas fisiologis
proses penurunan TFU antara lain dan post SC.
mobilisasi dini, gizi, menyusui dan
psikologis. TINJAUAN PUSTAKA
Mobilisasi dini penting bagi Konsep Dasar Nifas
ibu setelah melahirkan. Jika otot-otot Periode pasca partum adalah
tidak berkontraksi dan beretraksi masa enam minggu sejak bayi lahir
dengan baik setelah bayi lahir, maka sampai organ reproduksi kembali ke
tidak dapat menjepit pembuluh darah keadaan normal sebelum hamil
yang pecah karena adanya pelepasan (Bobak et all, 2004). Masa nifas
plasenta dan berguna untuk adalah masa enam minggu sejak bayi
mengeluarkan isi uterus. Sehingga lahir sampai pulihnya kembali alat
pengeluaran lokhea menjadi tidak kandungan seperti saat sebelum ibu
lancar. hamil.
Menyusui pada masa nifas Perubahan yang Terjadi pada Masa
sangat penting karena jika pada masa Nifas meliputi :
nifas tidak ada proses menyusui a. Uterus
maka tidak terdapat rangsangan Segera setelah plasenta lahir
puting susu pada ibu sehingga reflek tinggi fundus uteri 2 jari bawah
pengeluaran hormon oksitosin tidak pusat, uterus dapat diraba dari
terjadi dan akan berdampak pada luar berukuran panjang ± 15 cm,
proses penurunan TFU dan lebar ±12 cm dan tebal ± 10 cm.
perdarahan karena hormon oksitosin Uterus secara berangsur-angsur
tidak hanya mempengaruhi otot kembali kecil sehingga kembali
polos payudara, tetapi juga otot polos seperti sebelum hamil atau
uterus sehingga jika tidak terdapat berinvolusi. Perubahan involusi
rangangan maka tidak berkontraksi berlangsung dengan cepat
dengan baik (Manuaba, 2007). penurunan TFU kira-kira 1-2 cm
Peran bidan dalam upaya selama 24 jam. Dan pada hari ke 9
untuk mencegah terjadinya gangguan uterus tidak teraba (Bobak et all,
proses penurunan TFU yaitu 2004)
memberikan informasi sekaligus b. Bekas Impantasi Plasenta
penyuluhan tentang pentingnya Proses involusi tempat
asupan nutrisi, menyusui dan melekatnya plasenta mempunyai
mobilisasi dini bagi ibu nifas. kepentingan klinis yang besar,
Disamping itu diperlukan kerja sama karena bila proses ini terganggu
yang baik antara ibu nifas, keluarga, dapat terjadi perdarahan nifas.
dan petugas kesehatan, khususnya perbaikan (Cunningham, 2005).
peran bidan sehingga dapat c. Afterpain Pasca Salin
mendeteksi dini adanya komplikasi Mules-mules sesudah partus
masa nifas, salah satunya akibat kontraksi uterus kadang-
keterlambatan proses penurunan kadang akan sangat mengganggu
TFU. selama 2-3 haripost partum.
Perasaan mules ini lebih terasa
TUJUAN PENELITIAN bila wanita tersebut sedang
Menganalisis perbedaan menyusui. Perasaan sakit itu pun
penurunan TFU berdasarkan jenis timbul bila masih terdapat sisa-
sisa selaput ketuban, sisa-sisa

2
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012
plasenta, atau gumpalan darah di
dalam kavum uteri Indikasi
(Prawirohardjo, 2002). Menurut Prawirohardjo (2002)
Kebutuhan Dasar Masa Nifas indikasi seksio caesarea adalah
a. Aktivitas sebagai berikut Disproporsi kepala
Sebaiknya ibu post partum dapat panggul atau CPD, Disfungsi uterus,
melakukan mobilisasi dini setelah Distosia jaringan lunak dan Plasenta
kondisi fisiknya mulai membaik. previa. Adapun Indikasi dari anak
Mobilisasi dilakukan secara meliputi Janin besar, Gawat janin,
bertahap yaitu: miring kiri/miring dan Letak lintang.
kanan setelah 2 jam post partum.
Mobilisasi mempunyai variasi Penanganan Masa Pasca Operasi
tergantung pada komplikasi Sesudah operasi timbul beberapa
persalinan nifas dan sembuhnya perubahan pada badan diantaranya
luka (Bobak et all, 2004). adalah:
b. Istirahat a. Kehilangan darah dan air yang
Istirahat disini bukan berarti menyebabkan berkurangnya
istirahat fisiknya saja, melainkan volume cairan dan sirkulasi jika
juga mental. terjadi perdarahan terlalu banyak,
c. Nutrisi dan Cairan tensi menurun dan nadi menjadi
Nutrisi merupakan elemen penting cepat dan bahaya syok
untuk proses dan fungsi tubuh. mengancam.
Enam kategori zat makanan, yaitu b. Diuresis pasca operasi agak
: air, karbohidrat, protein, lemak, berkurang, tetapi beberapa hari
vitamin dan mineral. penambahan kemudian menjadi normal
kalori adalah 300 kkal Tiap gram kembali.
karbohidrat menghasilkan 4 kilo c. Ekskresi kalsium meningkat,
kalori. pengeluaran natrium dan klorida
d. Latihan berkurang akibat dari
Dengan dilakukan latihan dapat penghancuran protein jaringan.
mengembalikan otot-otot perut Setelah operasi selesai, penderita
dan panggul. Latihan yang tidak boleh ditinggalkan sampai ia
dilakukan beberapa menit tiap sadar. Harus dijaga supaya jalan
hari akan bermanfaat. pernafasan tetap bebas. Selama
beberapa hari sampai dianggap tidak
Konsep Dasar Sectio Caesaria perlu lagi, suhu, nadi, tensi, dan
Seksio Caesarea adalah suatu diuresis harus diawasi terus-menerus
persalinan buatan, dimana janin (Prawirohardjo, 2002). Pada waktu
dilahirkan melaului suatu insisi pada operasi, penderita kehilangan
dinding perut dan dinding rahim, sejumlah cairan. Maka khususnya
dengan syarat rahim dalam keadaan apabila pada pasien pasca operasi
utuh serta berat janin diatas 500 gram minum air perlu diawasi
(Wiknkjosastro, 2005). Seksio keseimbangan cairan yang masuk
Caesarea adalah suatu tindakan dengan infus dan cairan yang keluar.
untuk melahirkan bayi dengan berat Perlu dijaga jangan sampai terjadi
diatas 500 gram, melalui sayatan dehidrasi ataupun terjadi kelebihan
pada dinding uterus yang masih utuh cairan. Dalam 24 jam sedikitnya 3
atau intact liter cairan harus dimasukkan untuk

3
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012
mengganti yang keluar c. Analgesia : Analgesia setelah
(Prawirohardjo, 2002). pembedahan sangat penting,
Sesudah penderita sadar, pada pemberian sedasi yang berlebihan
pasca operasi ia dapat menggerakkan akan menghambat morbiditas
lengan dan kakinya dan tidur miring, yang diperlukan waktu pasca
apalagi hal itu tidak dihalangi oleh bedah.
infus yang diberikan kepadanya. d. Perawatan Fungsi Kandung
Tidak ada ketentuan yang pasti Kemih .
kapan ia bisa duduk, keluar dari e. Antibiotika: Jika ada tanda infeksi
tempat tidur dan berjalan. Hal itu beri antibiotika sampai bebas
tergantung dari jenis operasi, kondisi demam selama 48 jam.
badannya dan komplikasi-komplikasi f. Mengambil Jahitan: Melepas
yang mungkin timbul. Pada jahitan kulit 5 hari setelah operasi.
umumnya pengangkatan jahitan pada g. Yakinkan pasien tidak panas
seksio sesaria dilakukan pada hari minimum 24 jam sebelum keluar
ke-7 pasca operasi untuk sebagian dari rumah sakit.
dan diselesaikan pada hari ke-10
(Prawirohardjo, 2002). Konsep Dasar Penurunan TFU
a. Kriteria penurunan Tinggi Fundus
Perawatan Pasien Post Seksio Uteri
Cesaria Menurut Kenneth (2009), proses
a. Perawatan Awal meliputi: penurunan TFU dikatakan cepat
1. Letakkan pasien dalam posisi jika pada hari pertama nifas TFU
untuk pemulihan, tidur miring >1 jari dibawah pusat dan pada
dengan kepala agak ekstensi hari ke-3 berada >3 jari dibawah
untuk membebaskan jalan pusat. Dikatakan normal jika pada
napas. hari pertama TFU 1 jari dibawah
2. Segera periksa kondisi pasien pusat, dan pada hari ke-3 TFU 3
meliputi: cek tanda-tanda vital jari dibawah pusat. Tapi dikatakan
tiap 15 menit selama jam lambat jika pada hari ke-1 TFU
pertama, kemudian tiap 30 berada <1 jari dibawah pusat, dan
menit pada jam selanjutnya pada hari ke-3 TFU setinggi <3
kemudian periksa kesadaran jari dibawah pusat.
tiap 15 menit sampai sadar. b. Faktor yang Mempengaruhi
3. Yakinkan jalan nafas bersih Penurunan TFU
dan cukup ventilasi. Beberapa faktor yang
4. Tranfusi jika diperlukan. mempengaruhi proses involusi
5. Jika tanda vital tidak stabil dan uteri diantaranya yaitu: Gizi
hematrokit turun walau mengatakan dengan status gizi
diberikan tranfusi, segera ke yang adekuat akan mempercepat
kamar bedah kemungkinan pemulihan kesehatan ibu pasca
terjadinya perdarahan. salin dan pengembalian kekuatan
b. Fungsi Gastrointestinal : Fungsi otot-ototnya menjadi lebih cepat
gastrointestinal pada pasien serta akan meningkatkan kualitas
obstetri yang tindakannya tidak maupun kuantitas Air Susu Ibu
terlalu berat akan kembali normal atau ASI. Disamping itu juga ibu
dalam waktu 12 jam. pasca salin akan lebih mampu
menghadapi serangan-serangan

4
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012
kuman sehingga tidak terjadi TFU pada ibu nifas fisiologis dan ibu
infeksi dalam nifas, mobilisasi nifas post SC.
dini adalah aktivitas segera yang
dilakukan setelah beberapa jam PEMBAHASAN
dengan beranjak dari tempat tidur Penurunan TFU pada Ibu Nifas
pada ibu dengan persalinan Fisiologis
normal Hasil penelitian bahwa hampir
seluruhnya (81.7%) ibu nifas
HIPOTESIS fisiologis penurunan TFU-nya sesuai
Ada perbedaan penurunan dengan dengan waktu yang
TFU berdasarkan jenis persalinan ditentukan yaitu ≥3 cm dibawah
pada ibu nifas fisiologis dan Post SC. pusat pada hari ke-3.
Dari data tersebut dapat
METODE PENELITIAN diketahui bahwa pada ibu nifas
Penelitian analitik fisiologis, hampir seluruhnya
komparatif, menggunakan Cross penurunan TFU sesuai dengan waktu
Sectional, instrumen data sekunder. yang ditentukan.
populasi semua ibu nifas sebanyak Terbukti dengan banyaknya
104 orang. sebagian ibu nifas keuntungan dari mobilisasi dini
fisiologis dan Post SC. Tehnik dalam masa nifas, maka ibu nifas
sampling menggunakan Non yang malas atau takut melakukan
Random. mobilisasi dini akan berakibat buruk
HASIL DAN PENELITIAN diantaranya keterlambatan penurunan
Hasil penelitian bahwa TFU, perdarahan berkepanjangan,
sebagian besar ( 81.7%) ibu nifas pengeluaran lokhea tidak lancar,
dengan jenis persalinan fisiologis serta peredaran darah menjadi tidak
penurunan TFU sesuai dengan waktu lancar karena ibu hanya tidur
yang ditentukan yaitu ≥3 cm pada terlentang di tempat tidur.
hari ke-3, dan sebagian kecil atau Namun dari 71 responden ibu
18.3% penurunan TFU tidak sesuai nifas fisiologis, masih ada 13 ibu
dengan waktu yang ditentukan yaitu nifas yang penurunan TFU-nya tidak
<3 cm pada hari ke-3. Sedangkan sesuai dengan waktu yang
pada ibu nifas dengan jenis ditentukan. Hal ini dikarenakan
persalinan SC sebagian besar masih ada beberapa faktor lain yang
(60,6%) mengalami keterlambatan mempengaruhi proses penurunan
penurunan TFU yaitu <3 cm pada TFU, salah satunya adalah paritas,
hari ke-3, dan hampir sebagian dari tabel 5.4 menunjukan sebagian
(39,4%) penurunan TFU-nya sesuai besar (57.7%) responden ibu nifas
dengan waktu yang ditentukan yaitu merupakan multipara. Ibu yang
≥3 cm pada hari ke-3 . paritasnya rendah akan mengalami
Berdasarkan hasil uji statistik pengecilan rahim yang lebih cepat
dengan menggunakan Koefisien dari pada ibu yang memiliki paritas
Kontingensi diperoleh hasil nilai tinggi.
koefisien kontingensi (C) = 0,390 Faktor lain yang
dan  = 0.00 dimana < 0.05 mempengaruhi proses penurunan
sehingga dapat disimpulkan bahwa TFU adalah usia. bahwa hampir
Ho ditolak dan H1 diterima yang sebagian (28,8%) ibu nifas berusia
artinya ada perbedaan penurunan 31-35 tahun.

5
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012
alat-alat kandungan atau involusi
uteri menjadi lambat dan rentan
Penurunan TFU pada Ibu Nifas terkena infeksi.
Post SC Pekerjaan juga mempengaruhi
Hasil penelitian bahwa sebagian proses penurunan tinggi fundus uteri
besar(60,6%)ibu nifas post SC dikarenakan pekerjaan akan
mengalami keterlambatan penurunan mempengaruhi tingkat pendapatan
TFU Hal ini disebabkan pada ibu yang akan mempengaruhi factor
post SC kurang melakukan yang lainnya. Pendidikan
mobilisasi dini karena rasa nyeri mempengaruhi pengetahun dan cara
yang timbul pada luka jahitan pada memahami yang djelaskan oleh
abdomen, Keterlambatan penurunan bidan.
TFU juga bisa disebabkan oleh Dari uraian diatas tersebut
faktor gizi, karena pada ibu nifas menunjukkan bahwa jenis persalinan
post SC tidak boleh langsung makan sangat mempengaruhi proses
dan harus diet makanan terlebih penurunan TFU pada ibu nifas.
dahulu. Sehingga pada penelitian ini terdapat
perbedaan penurunan TFU pada ibu
Perbedaan Penurunan TFU pada nifas fisiologis dan ibu nifas post SC.
Ibu Nifas Fisiologis dan Ibu Post
SC SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian bahwa terdapat Simpulan
104 ibu nifas, 71 ibu nifas Adea perbedaan penurunan TFU
merupakan nifas fisiologis yang berdasarkan jenis persalinan pada ibu
hampir seluruhnya (81,7%) nifas fisiologis dan post SC.
penurunan TFU sesuai dengan waktu
yang ditentukan, dan sebagian kecil Saran
(18,3%) yang penurunan TFU-nya Sebagai bidan memberikan asuhan
tidak sesuai dengan waktu yang kebidanan pada ibu nifas sesuai
ditentukan, sedangkan pada 33 ibu standar agar mampu mendeteksi dini
nifas post SC sebagian besar (60,6%) adanya komplikasi pada masa nifas /
penurunan TFU-nya tidak sesuai tanda sub involusi.
dengan waktu yang ditentukan, dan
hampir sebagian ( 39,4%) yang
sesuai dengan penurunan TFU-nya. DAFTAR PUSTAKA
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Arikunto, Suharsimi, (2006).
hampir seluruhnya ibu nifas Prosedur Penelitian. Jakarta:
fisiologis tidak mengalami Rineka Cipta
keterlambatan penurunan TFU, dan
pada ibu nifas post SC sebagian Bobak, (2004). Buku ajar
besar (60,6%) mengalami keperawatan maternitas.
keterlambatan penurunan TFU. Jakarta: EGC
Jadi bila gizi ibu post partum
kurang, maka proses pertumbuhan Cunningham, F. Gary, Gant NF,
serta pemeliharaan jaringan terutama Leveno KJ, Gilstrap LC,
untuk mengganti sel-sel yang rusak Hauth JC, Wenstrom KD,
akibat persalinan mengalami (2005). Obstetri Williams
gangguan sehingga pengembalian Edisi 21. Jakarta: EGC

6
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012
Leveno, Kenneth J, (2009). Obstetri
Williams Panduan Ringkas.
Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Ayu Candranita,


(2007). Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sawono, (2002).


Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YB

7
Jurnal Midpro, edisi 2 /2012

Anda mungkin juga menyukai