PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu persoalan yang sering digunakan pada model jaringan adalah analisis
dan untuk menentukan durasi waktu pengerjaan proyek. Teknik jaringan yang
Teknik CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project Evaluation and Preview
dikembangkan oleh E.I du Pont de Nemours Company sebagai terapan untuk proyek
Project Evaluation and Riview Technique dikembangkan oleh U.S Navy untuk jadwal
penelitian dan pengembangan kegiatan program peluru kendali Polaris.2
Pada dasarnya kedua teknik ini sudah sama. Perbedaannya terletak pada
perkiraan waktu, dimana Critical Path Method menaksir waktu dengan cara pasti
kemungkinan (probabilistic). Kedua teknik analisis inilah yang kita kenal dengan
network analysis atau teori jaringan kerja. Karena itu teori jaringan kerja merupakan
1
Bernard W. Taylor, Introduction to Management Science (Ed. 11; USA: PEARSON, 2013), h. 340.
2
P. Siagian, Penelitian Operasional (Cet. 1; Jakarta: UI Press, 1987), h.286.
teknik analisis yang dapat membantu manajemen proyek untuk melaksanakan tugasnya
dan mengambil keputusan teerhadap proyek yang sedang berjalan atau proyek yang
Perbedaan lain antara teknik CPM dan PERT jika ditinjau dari segi mekanis
dalam menggambarkan jaringan proyek. Pada teknik PERT, aktivitas diwakili dengan
busur atau garis panah, antara dua simpul, atau lingkaran, sedangkan CPM, aktivitas
diwakili dengan simpul atau lingkaran. Bagaimanapun ini hanyalah perbedaan yang
kecil, dan perbedaan yang besar terdapat pada permasalah waktu yang menjadikan
jaringan, sehingga pelaksanaannya dapat lebih efisien dan efektif. Dalam mengatur
rangkaian dari kegiatan-kegiatan ini, Siagian (1987) menyebutkan bahwa teori jaringan
B. Rumusan Masalah
3
P. Siagian, Penelitian Operasional (Cet. 1; Jakarta: UI Press, 1987), h.286-287.
4
Bernard W. Taylor, Introduction to Management Science (Ed. 11; USA: PEARSON, 2013), h. 340.
proyek?
proyek?
C. Tujuan
proyek?
proyek?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengontrolan pada proses berkelanjutan atau aktivitas seperti produksi suatu produk
manajemen proyek.
5
Bernard W. Taylor, Introduction to Management Science (Ed. 11; USA: PEARSON, 2013), h. 341.
B. Perencanaan Proyek
mempunyai saat awal dilaksanakan serta diselesaikan dalam jangka waktu tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan suatu proyek adalah penyelesaian akhir dari
proyek, baik ditinjau dari sudut logika maupun dari sudut waktu misalnya, membangun
suatu fasilitas fisik, perbaikan suatu lembaga, lokakarya suatu metodologi, mendirikan
suatu gedung dan lain-lain. Siagian (1987) 6 menyebutkan tiga tahap perencanaan
proyek, yaitu:
3. Bila perlu, menetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap
6
P. Siagian, Penelitian Operasional (Cet. 1; Jakarta: UI Press, 1987), h.287-288.
7
Bernard W. Taylor, Introduction to Management Science (Ed. 11; USA: PEARSON, 2013), h. 340.
proyek, teknologi dan sumber penghasilan yang mungkin, menyangkut
mengontrol anggaran.
Pada perencanaan proyek, digunakan diagram jaringan kerja sebagai alat untuk
mengilustrasikan secara grafik dari kegiatan-kegiatan suatu proyek. Oleh karena itu
panjang dan arah panah tidak mempunyai arrti khusus. Pangkal dan ujung
dan dana. Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf besar A, B dan seterusnya.
Kejadian diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan.
kejadian lain pada saat yang sama. Oleh karena itu, dummy tidak memerlukan
waktu dan tidak menghabiskan sumber, panjang dan arah dummy tidak
pembukaannya dapat dilakukan tepat pada waktunya, seperti yang direncanakan maka
8
P. Siagian, Penelitian Operasional (Cet. 1; Jakarta: UI Press, 1987), h.288-289.
9
P. Siagian, Penelitian Operasional (Cet. 1; Jakarta: UI Press, 1987), h.291.
Kegiatan Lama
No Kegiatan Kode
sebelumnya pelaksanaan
lainnya)
restauran
5 Mengurus izin E D 7
6 Persiapan tempat F E 3
7 Memindahkan lemari-lemari di G A, F 5
tempat
9 Memasang peralatan I B, H 4
10 Membuat dekorasi J B, H 3
13 Melatih personil M C, I 4
14 Pembukaan pertama N K, L 7
C. Konsep Waktu
Salah satu tujuan utama dari manajemen proyek adalah menentukan jadwal
yang memperlihatkan tanggal mulai dan berakhirnya tiap kegiatan. Jumlah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan tidak perlu harus tergantung pada
dan waktu yang terlalu longgar hingga penyelesaian kegiatan menjadi bertele-tele.
Waktu dihitung dalam satuan waktu tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau
tahun. Satuan waktu yang dipergunakan untuk seluruh kegiatan harus seragam. Untuk
menghubungkan waktu dengan kejadian kita menetapkan dua defenisi penting, yaitu :
Defenisi 1 :
Waktu kejadian paling cepat (WKC) untuk kejadian i adalah waktu paling
Defenisi 2 :
Waktu kejadian paling lambat (WKL) untuk kejadian i adalah waktu paling
lambat, di mana kejadian i terwujud tanpa menunda penyelesaiaan proyek.
Ruang pertama memuat nomor kejadian, ruang kedua memuat waktu kejadian
paling cepat (WKC) dan ruang ketiga memuat waktu kejadian paling lambat (WKL).
kejadian paling lambat, pertama-tama harus digambar diagram jaringan kerja proyek
yang memuat waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap kegiatan. Sesudah itu,
baru waktu kejadian paling cepat dan waktu kejadian paling lambat dihitung dengan
1. Sesudah dibuat semua nomor kejadian sesuai dengan ketentuan, maka buatlah
angka nol untuk kotak ke-2 (kotak waktu kejadian paling cepat) dari kejadian 1.
2. Periksalah kegiatan yang segera dapat dimulai setelah kejadian 1, dalam hal ini
ialah :
A dengan waktu 10 hari
Jelas terlihat bahwa dalam menghitung waktu kejadian paling cepat, kita
bergerak Dari kiri ke kanan atau dari waktu kejadian paling cepat kejadian terkecil
Cara menentukan waktu kejadin paling cepat seperti kita lakukan di atas, dapt
Wij = waktu yang dibutuhkan kegiatan yang menghubungkan kejadian I dan j (i < j).
Maka, waktu kejadian paling cepat terwujudnya kejadian j ditentukan oleh rumus :
{WKC}j = Max.
𝑖∈𝑠
{WKCi + Wij}
{WKC}i = 0,S = {1,3}, maka {WKC}4 = Max. (WKC1 + W14 ; WKC3 + W34}
= Max. {0+10=10;9+3=12}=12
ditentukan diagram yamg memuat waktu kejadian paling cepat tiap kejadian seperti
Selesai menghitung waktu kejadian paling cepat (WKC), kita jug dapat
menghitung waktu mulai paling cepat (WMC) dan waktu selesai paling cepat (WSC)
tiap kegiatan. Dua yang disebut belakangan ini, kita defenisiakn sebagai berikut :
Defenisi 3.
Waktu mulai paling cepat suatu kejadian ialah, waktu tercepat yang paling
Defenisi 4.
Waktu selesai paling cepat suatu kegiatan ialah, waktu tercepat yang paling
Tidak terdapat perbedaan pokok antara cara menghitung waktu kejadian paling
cepat dengan waktu mulai paling cepat dan waktu selesai paling cepat. Perbedaan
hanya terdapat pada : bahwa waktu kejadian paling cepat digunakan untuk kejadian
sementara, waktu mulai paling cepat dan waktu selesai paling cepat digunakan untuk
kegiatan.
Berdasarkan defenisi di atas, dapat kita buat satu table yang memuat waktu
mulai oaling cepat dan waktu selesai paling cepat semua kegiatan dalam proyek rumah
makan.
Table Waktu Paling Cepat (WMC) dan Waktu Selesai Paling Cepat (WSC)
Dalam menghitung waktu kejadian paling lambat kita harus menghindari hal-
hal di mana proyek dilaksanakan dengan terlambat. Oleh karena itu, waktu kejadian
paling lambat (WKL) harus diambil sama dengan waktu kejadian paling cepat (WKC)
untuk kejadian yang terakhir sehingga untuk kejadian 11, WKL = WKC = 38 hari.
Sesudah itu baru dilakukan analisis untuk memperoleh waktu kejadian paling lambat
tiap kejadian. Operasinya dilakukan terbalik dari operasi waktu kejadian paling cepat,
yaitu dari kanan ke kiri atau dari nomor kejadian terbesar ke nomor kejadian terkecil.
1. Ambil kegiatan M dengan waktu 4 hari. Kegiatan ini paling lambat selesai pada
hari ke-38 atau paling lambat dimulai pada hari ke-34 yaitu (38-4). Berarti kejadian
8 paling lambat harus muncul pada hari ke-34, sehingga waktu kejadian paling
lambat kejadian 8 ialah 34.
2. Dengan cara yang sama, waktu kejadian paling lambat kejadian 10 ialah 31 yaitu
(38-7) dan kejadian 9 dengan waktu kejadian paling lambat sama dengan 25, yaitu
(31-6)
3. Dari kejadian 7 ada dua kegiatan yang berangkat yaitu D1 dan D2 masing-masing
kejurusan kejadian 8 dan kejadian 9. Dilihat dari kejadian 8, waktu kejadian paling
lambat kejadian 7 mestinya 34 yaitu (34-0) = 34 dan dari jurusan kejadian 9, waktu
kejadian paling lambat 25 yaitu (25-0) = 25. Karena tadi kita katakan bahwa kita
harus menghindari keterlambatan, maka waktu kejadian paling lambat yang
diambil adalah waktu kejadian paling lambat yang terkecil yakni 25. Ini berarti
bahwa kejadian 7 paling lambat harus muncul pada hari ke-25 atau waktu kejadian
paling lambatnya ialah 25.
4. Cara yang sama kita gunakan untuk menghitung waktu kejadian paling lambat
kejadian 6. Dari jurusan kejadian 7, waktu kejadian paling lambat kejadian 6 ialah
21 yaitu (25-4) = 21. Dari jurusan kejadian 9, waktu kejadian paling lambat
kejadian 6 ialah 22 yaitu (25-3) = 22. Yang kita ambil ialah 21, yang berarti
kejadian 6 harus muncul paling lambat pada hari ke-21; kalau tidak, pasti kejadian-
kejadian berikutnya akan terlambat sehingga waktu kejadian paling lambat
kejadian 6 ialah 21.
Cara ini kita gunakan untuk kejadian-kejadian yang lain hingga seluruh
Maka, waktu kejadian paling lambat kejadian i ditentukan oleh rumus : {WKL}i = 𝑗𝑀𝑖𝑛.
∈𝑇
semua kejadian, maka diagram jaringan kerja yang memuat waktu kejadian paling
Defenisi 5 :’
Waktu selesai paling lambat ditulis dengan (WSL), suatu kegiatan adalah waktu
paling lambat suatu kegiatan selesai, tanpa mengganggu waktu penyelesaian proyek.
Defenisi 6 :
Waktu mulai paling lambat ditulis dengan (WML), suatu kegiatan adalah waktu
paling lambat suatu kegiatan dimulai, tanpa mengganggu waktu penyelesaian proyek.
Dan ini sama dengan waktu kegiatan dikurangi dari waktu selesai paling lambat.
Gambar 3 Diagram jaringan kerja yang memuat waktu kejadian paling lambat tiap
kejadian.
Dapat dijelaskan, bahwa waktu kejadian paling lambat digunakan untuk tiap
kejadian, sementara waktu mulai paling lambat dan waktu selesai paling lambat dan
waktu selesai paling lambat digunakan untuk tiap kegiatan. Sedangkan cara penetuan
harganya tidak jauh berbeda. Berdasarkan definisi diatas, disusun table sebagai berikut:
Waktu
Kegiatan Kode Kegiatan {𝑾𝑴𝑳𝒊𝒋 } {𝑾𝑺𝑳𝒊𝒋 }
kegiatan
A 1,4 10 2 12
B 1,6 3 18 21
C 1,8 1 33 34
D 1,2 2 0 2
E 2,3 7 2 9
F 3,4 3 9 12
G 4,5 5 12 17
H 5,6 4 17 21
I 6,7 4 21 25
D1 7,8 0 34 34
D2 7,9 0 25 25
J 6,9 3 22 25
K 9,10 6 25 31
L 5,10 3 18 31
M 8,11 4 34 38
N 10,11 7 31 38
Setelah menghitung waktu kejadian paling cepat dan waktu kejadian paling
lambat dari semua kejadian, maka dapat disusun table waktu kejadian paling cepat dan
paling lambat, serta diagram jaringan kerja yang memuat waktu kejadian paling cepat
dan waktu kejadian paling lambat untuk proyek ruah makan sebagai berikut:
1 0 0 0
2 2 2 2
3 9 9 9
4 12 12 12
5 17 17 17
6 21 21 21
7 25 25 25
8 25 25 25
9 25 25 25
10 31 31 31
11 38 38 38
Gambar 4. Jaringan kerja restauran dengan waktu kejadian paling cepat dan waktu
kejadian paling lambat tiap kejadian.
awal dan kejadian akhir terdapat waktu kejadian paling cepat = paling lambat.
D. Jalur Kritis
Suatu lintasan adalah rangkaian dari sejumlah kegiatan yang mulai dari
kejadian awal dan berhenti pada kejadian akhir. Berdasarkan ketentuan ini, maka
Defenisi 1 :
(Jalur Kritis). Jika suatu lintasan di mana tiap kejadian pada lintasan tersebut
mempunyai waktu kejadian paling cepat = waktu kejadian paling lambat, maka lintasan
Jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lintasan kritis sama
dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. Pada
contoh proyek rumah makan, lintasan kritis ialah lintasan yang melalui kejadian 1-2-
Defenisi 3 :
(Kegiatan Kritis). Semua kegiatan yang terletak pada jalur krits disebut
kegiatan kritis. Dalam suatu diagram jaringan kerja, jalur kritis ini biasanya ditandai
1. Jalur kritis juga diperkenankan melalui kegiatan dummy atau kegiatan semu.
2. Jalur kritis tidak perlu hanya terdiri dari satu jalur, tetapi boleh terdiri dari dua
3. Waktu penyelesaian suatu kegiatan kritis tidak boleh melebihi waktu yang
E. Waktu Mengambang
Selisih waktu antara waktu yang diperlukan oleh jalur kritis dengan waktu yang
diperlukan oleh jalur yang lain (tak kritis) disebut waktu salck atau float atau waktu
mengambang. Artinya, terdapat waktu longgar atau idle time untuk penyelesaian
kegiatan tak kritis sehingga keterlambatan waktu dalam jalur tak kritis tidak
mempengaruhi selesainya seluruh proyek. Tetapi harus diperhitungkan berapa lama
waktu mengambang yang diperkenankan untuk tiap kegiatan hingga untuk jalur kritis
Dalam tiap diagram jaringan kerja, ada dua jenis waktu mengambang yaitu :
Arti dari dua waktu mengambang ini dijelaskan dalam defenisi berikutnya ini.
Defenisi 1.
dengan (WMT)ij, ialah waktu maksimum yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan
melaksanakan kegiatan (i, j) adalah selisih antara “waktu mulai paling cepat”.(WSL)ij
– (WMC)ij, maka :
(WMT)ij = (WSL)ij - (WMC)ij - Wij
Misalnya untuk kegiatan (1, 6) dan (4, 5), waktu mengambang total ialah
berturut-turut :
= 21 – 0 -3
= 18 hari
dan
= 17 – 12 -15
=0
Ini berarti bahwa kita mempunyai waktu luang 18 hari untuk kegiatan (1, 6) dan waktu
luang untuk kegiatan (4, 5) tidak ada sama sekali. Karena itu kita dapat memilih
kemungkinan berikut :
1. Segera mulai kegiatan (1, 6) dan menyelesaikan dalam waktu tiga hari,
kegiatan lain.
karena mungkin perhatian dikerahkan pada kegiatan (1, 2) yang tidak boleh di
tunda barang seharipun baru kegiatan ini dikerjakan sesudah penundaan selesai.
(i, j), kita tulis dengan (WMB)ij ialah selisih antara waktu yang tersedia untuk kegiatan
(i, j) dengan waktu pelaksanaan (Wij), asalkan kegiatan-kegiatan dalam satu jalur harus
dimulai secepat mungkin. Karena waktu tersedia adalah (WKC)j – (WKC)I maka :
Ambil sebagai contoh kegiatan (1, 8) dan kegiatan (8, 11). Dapat dilihat bahwa
= 25 – 0 -1
= 24
dan
= 38 – 25 - 4
=9
apabila segera dimulai dan demikian juga kegiatan (8, 11) mempunyai kelonggaran 9
hari apabila ia segera dimulai. Jumlah waktu mengambang total untuk kegiatan (1, 8)
yaitu 33 hari dibagi antara kegiatan (1, 8) dan kegiatan (8, 11) sebagai waktu
kegiatan.
Waktu
Kode
kegiatan Pelaksanaan {WMC}ij {WSL}ij {WMT}ij {WMB}ij
Kegiatan
(hari) Wij
A (1,4) 10 0 12 2 2
B (1,6) 3 0 21 18 18
C (1,8) 1 0 34 33 24
D (1,2) 2 0 2 0 0
E (2,3) 7 2 9 0 0
F (3,4) 3 9 12 0 0
G (4,5) 5 12 17 0 0
H (5,6) 4 17 21 0 0
I (6,7) 4 21 25 0 0
J (6,9) 3 21 25 1 1
D1 (7,8) 0 25 34 9 0
D2 (7,9) 0 25 25 0 0
K (9,10) 6 35 31 0 0
L 5,10) 3 17 31 11 11
M (8,11) 4 25 38 9 9
N (10,11) 7 31 38 0 0
F. Penjadwalan
Akhir dari Suatu rencana jaringan kerja adalah pembuatan satu jadwal. Jadwal
ini berupa time chart yang dituangkan menjadi satu kalender yang sangat dibutuhkan
oleh pelaksana. Time chart dari proyek rumah makan kita ambil sebagai contoh, seperti
Pada time chart yang kita gambar di atas, termuat semua kegiatan dan kejadian
serta jumlah waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tiap kegiatan. Gambar sebelah
atas memperlihatkan jalur kritis. Tiap kegiatan kritis dengan jelas diperlihatkan kapan
dimulai dan kapan selesai dan digambar dengan warna tebal. Sementara kegiatan lain
yang bukan kritis, digambar dengan garis putus-putus, disertai dengan jadwal kapan
paling cepat mulai dan kapan paling lambat selesai. Waktu pelaksanaan tiap kegiatan
ditulis dibagian atas garis kegiatan dalam satu kotak kecil. Kegiatan kritis tidak
kegiatan kritis sama dengan nol (sebab utama kenapa ia kritis), sementara kegiatan
G. Alokasi Sumber
Sumber dapat diartikan sebagai modal, tenaga kerja, peralatan dan lain-lain.
Time Chart dapat dikaitkan dengan tiap sumber ini. Apabila Time Chart dikaitkan
dengan sumber, maka dapat dilihat dengan jelas jumlah alokasi sumber yang
diperlukan dalam kurun waktu tertentu, mkisalnya kita mengambil proyek restaurant
sebagai contoh. Menurut perkiraan, jumlah modal (biaya) yang diperlukan untuk
Dalam satu poyek, kedua diagram alokasi sumber ini sebaiknya dibuat
bersama-sama, sehingga dapat dibandingkan diagram satu dengan yang lain. dengan
membandingkan kedua diagram, segera dapat diputuskan diagram mana yang akan
baik modal, tenaga manusia atau peralatan-peralatan lainnya. Ini dapat dilihat dari
Sebaliknya bila kegiatan bukan kritis dilaksanakan segera maka chart alokasi
Gambar 7. Table alokasi dengan kegiatan bukan kritis tidak dilaksanakan segera.
H. CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project Evaluation and Riview
Technique).
Seperti disebutkan terdahulu, perbedaan critical path method dan project
evaluation and review technique hamper tidak ada kecuali dalam penaksiran waktu.
Dalam critical path method, waktu diperlukan sebagai variable tetap sementara dalam
project evaluation and review technique waktu merupakan variabel acak. Menurut
pengalaman orang-orang yang langsung ikut dalam pelaksanaan proyek diperlukan tiga
macam taksiran waktu pelaksanaan. Ketiga taksiran waktu tersebut ialah :
1. Taksiran yang paling optimis, ditulis dengan a, adalah kemungkinan bahwa
kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat ;
2. Taksiran yang paling mungkin, ditulis dengan m, ialah taksiran waktu yang
biasanya terjadi dalam keadaan normal;
3. Taksiran yang paling pesimistis, ditulis dengan b, adalah kemungkinan bahwa
kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih lama.
Apabila 𝜇 adalah harga rata-rata waktu kegiatan (Wij) dan 𝜎 sebagai deviasi
standar, maka :
𝑎 + (4𝑚) + 𝑏
𝜇= , 𝑑𝑎𝑛
6
𝑏−𝑎
𝜎=
6
Ternyata 𝜇 dan 𝜎 adalah rata-rata (mean) dan deviasi baku dari distribusi beta
seperti terlihat berikut ini :
Misalnya, bila a = 4 hari, m = 5 hari, b = 10 hari maka :
4 + (4𝑥5) + 10
𝜇= = 5,67 ℎ𝑎𝑟𝑖, 𝑑𝑎𝑛
6
10 − 4
𝜎= 1 ℎ𝑎𝑟𝑖.
6
Hubungan antara 3 taksiran waktu tersebut di atas dapat diperlihatkan sebagai
berikut :
Jumlah taksiran Rata-rata yang Mungkin
Misalkan terdapat diagram jaringan kerja yang sederhana seperti di bawah ini:
A B
1 2 3
𝜇𝐴 = 15, 𝜎𝐴 = 3 𝜇𝐵 = 20, 𝜎𝐵 = 4
Dimana :
𝜇𝐴 = 1, 𝜇𝐵 = 20
𝜎𝐴 = 3, 𝜎𝐵 = 4
Maka :
𝜇 𝑇 = 𝜇𝐴 + 𝜇𝐵 = 15 + 20 = 35
𝜎𝑇 = √𝜎𝐴2 + 𝜎𝐵2 = √9 + 16 = 5
Maka :
𝑖=1
1 3
B (12,30)
Dalam hal ini timbul pertanyaan, yaitu berapa kemungkinan seluruh proyek
dapat diselesaikan dalam waktu 60 hari? Karena untuk kegiatan yang jumlahnya
banyak dapat kita pakai distribusi normal sebagai waktu penyelesaian dari jaliu kritis,
maka terdapat :
1. 𝜇 = 42
2. 𝜎 = 9
3. 𝑥 = 60
𝑥−𝜇
Maka : 𝑍 = =2
𝜎
0,9772
0,0228
𝜇 = 42 𝑋 = 60 Wij
2𝜎 18
Dalam daftar distribusi normal kita peroleh untuk Z = 2 terdapat luas di bawah
kurva dan 𝑥 > 60 ialah Z2 = 0,0228. Ini berarti bahwa luas kurva di bawah kurva
normal dan garis 𝑥 ≤ 60 ialah 0,9772. Dengan kata lain, peluang bahwa proyek dapat
diselesaikan dalam 60 hari ialah 0,9772 atau 97,72%
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
(probabilistic).
B. Saran
Adapun saran yang dapar diberikan pada makalah dan perkuliahan ini adalah:
1. Sebaiknya metode yang CPM dan PERT dapan dipahami dan diterapkan pada
menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA