Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Reuma PDF
Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Reuma PDF
Skripsi
Disusun untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta :
NIM : 105104003453
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat denga judul ”TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA
TENTANG PANYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA
WHERDA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG 2009” adalah :
Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang dipeoleh dari hasil penelitian
pada tanggal 3 sampai 5 September 2009. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan
tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Pembimbing I
NIP. 150368771
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 13 Desember 2009
Penguji I Penguji II
NIP.150408677 NIP.196309191986032001
Penguji III
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Dekan Fakultas Kedoktean dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Populasi lanjut usia di Indonesia meningkat secara bermakna ditandai dengan
meningkatnya usia harapan hidup lanjut usia (lansia). Lansia merupakan kelompok beresiko
tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif seperti
Rheumatoid Arhritis. Gejala Rheumatoid Arhtritis seperti nyeri, kekakuan, dan inflamasi, oleh
lansia dirasakan sebagai penyakit sederhana dan tidak menyebabkan ancaman jiwa.
Bertambahnya jumlah penderita Rheumatologi Arthritis di Indonesia, justru kesadaran dan salah
pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya
pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya lansia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai
penyakit Rheumatologi Arthritis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan tingkat pengetahuan lansia tentang
penyakit Rheumatoid Arthritis. Subjek penelitian ini adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun
yang ada di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel
menggunakan rumus estimasi dengan total sampel 100 responden. Data diambil dengan cara
memberikan kuesioner kepada sampel yang memenuhi kriteria. Data lalu dianalisis dengan
menggunakan rumus proporsi.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit
Rheumatoid Arhritis didapatkan dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 60%,
cukup 33%, dan baik 7%. Tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di
Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar adalah kurang.
Penelitian tentang tingkat pengetahuan lansia didapatkan hasil tingkat pengetahuan
kurang, untuk itu diharapkan PSTW dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai
Rheumatoid Arhtritis dalam meningkatkan status kesehatan. Kegiatan konseling dan penyuluhan
kesehatan yang diberikan kepada lansia serta menambah sumber informasi yang dapat
menigkatkan pengetahuan lansia.
Daftar Bacaan : 36 (1988-2009)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES
Undergraduated Thesis, December 2009
ABSTRACT
Elderly population in Indonesia increased significantly marked by increasing life
expectancy elderly. The elderly is a high-risk groups who have experiencing various health
problems particular disease degeratif such as rheumatoid Arthritis. Symptoms of Rheumatoid
Arthritis such as pain, stiffness, and inflammation, by elderly perceived as a simple disease and
does not cause mental threat. Increasing number of patients with Arthritis Rheumatoid in
Indonesia, precisely the awareness and misunderstandings of this disease remains enough. This
situation explained that lack of knowledge of Indonesian society, especially elderly to know more
deeply about the Arthritis Rheumatoid disease.
The purpose of this research is to describe knowledge level of elderly about the disease
Rheumatoid Arthritis. The subject of this research is elderly who age above of 60 years in Social
Institution Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Types of research is Descriptive quantitative
with purposive sampling techniques. Sampling technique using the formula estimation with a total
sample of 100 respondents. Data taken by giving questionnaire to a sample that meet the criteria.
Data then were analyzed using the formula proportions.
The results of this research is most level of knowledge elderly about Arthritis Rheumatoid
disease obtained in the category less of knowledge levels by 60%, sufficient 33%, and either 7%.
The level of knowledge elderly about the Rheumatoid Arthritis disease in Social Institution
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung is most of the less.
Research on the knowledge level of elderly acquired results less level of knowledge, for
the expected PSTW can provide further information of Rheumatoid Arthritis in increasing the
health status. Counseling and health education given to the elderly and add sources of information
that can boost knowledge of the elderly.
References : 36 (1988-2009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
taufiq, dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal
bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan
karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai
namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras, dan
kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini
dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin
1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan
Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Tien Gartinah, MN dan Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi
dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
3. Ernawati, S.Kep, M.Kep dan Sri Mulyani, S.Kep. MKM, selaku dosen pembimbing yang
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak
6. Hj. Etty Setiasih dan H. Achmad Shobirin, SH., selaku Kepala dan pembimbing peneliti di
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam
7. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada yang tersayang Ayahanda
H.dr.Asnin Pulungan S.Ag dan yang tersayang Ibunda Hj.drs.Rosita Tabri S.Ag, yang selalu
senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu
mengiringi dengan do’a tulus ikhlas di setiap langkahku, sehingga peneliti dapat
8. Saudara-saudaraku yang tersayang, Abangku Arief ”Ucox”, kakaku Wirdah, dan adikku
Royhan, serta kaka ipar Ka’Ratih, dengan keceriaan mereka memberikan perhatian, motivasi,
masukan, serta bantuan material sehingga segala keraguan dan kepenatan dalam mengerjakan
nunung, dan refi,) terimakasih atas motivasi dan bantuan serta jalinan persahabatan yang
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05, dan adik-adik
kelas ”semua angkatan”. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, dan kebersamaan
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.
Amin. Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti
dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Pengetahuan ....................................................................................... 11
1. Pengertian ...................................................................................... 11
1. Pengertian ...................................................................................... 17
1. Pengertian ..................................................................................... 19
2. Epidemiologi ................................................................................ 20
3. Patofisiologi ................................................................................. 21
4. Penyebab ...................................................................................... 22
Cipayung ............................................................................................ 56
Pendidikan .......................................................................................... 71
A. Kesimpulan 76
..................................................................................................
B. Saran ................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Kelamin ......................................................................................
61
Tabel 5.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan di
Pendidikan ..................................................................................
62
Pekerjaan ....................................................................................
63
Informasi ....................................................................................
64
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari keberhasilan
pembangunan nasional dibidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang telah dirasakan
antara lain adalah meningkatnya angka rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk.
penduduk lanjut usia (BPS, 2004). BPS (2004), menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa
Indonesia merupakan abad lanjut usia (Era of Population Ageing), karena pertumbuhan
penduduk lanjut usia (Lansia) Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan
negara-negara lain. Diperkirakan tahun 2010 jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar 24
juta jiwa atau 9,77 % dari total jumlah penduduk. Menurut Depkes RI (2007), rata-rata usia
harapan hidup tertinggi adalah di Jepang yaitu 80,93 tahun (pria 77,63 tahun dan wanita 84,41
tahun), Amerika Serikat 77,14 tahun (pria 74,37 tahun dan wanita 80,05 tahun), sedangkan
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,34% atau tercatat
28,8 juta orang dari populasi. Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), UHH Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun
pada tahun 2009. Dengan meningkatnya UHH, maka populasi penduduk lansia mengalami
peningkatan bermakna (Depkes RI, 2007). Peningkatan proporsi jumlah lansia tersebut perlu
mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang
mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif (Depkes RI, 2007).
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah
yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik
pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih
degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri (Christensen, 2006), kekakuan, hilanganya
gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan pembengkakan
yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas. Dari hasil studi tentang kondisi sosial
ekonomi dan kesehatan lansia yang dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui
bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit-
penyakit send ini merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi
Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008). Diperkirakan pada tahun 2025
lebih dari 35 % akan mengalami kelumpuhan akibat kerusakan tulang dan sendi
(Handono&Isbagyo, 2005).
Rheumatoid Arhtritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid
Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya
adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir 10 tahun
(Breedveld, 2003) . Di Amerika Serikat, Penyakit ini menempati urutan pertama dimana
penduduk AS dengan Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia 27-75 tahun memiliki
kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar 25 % populasi yang
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, penduduk dengan keluhan sendi
sebanyak 2 %. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
(Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama 2006 (Yoga, 2006)
merupakan gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar
responden. Dari 1.645 responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan
sebanyak 66,9 % di antaranya pernah mengalami nyeri sendi. Gangguan utamanya terjadi
pada populasi kelompok umur 45 tahun ke atas. Data terakhir dari Poliklinik Reumatologi
RSCM Jakarta menunjukkan, jumlah kunjungan penderita Reumatoid Artritis selama periode
Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien.
jangka waktu yang lama. Sekitar 50-70 % penderita dengan RA akan mengalami remisi dalam
3 sampai 5 tahun dan selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk dan umumnya
akan mengalami kematian lebih cepat 10-15 tahun dari pada penderita tanpa RA
(Williams&Wilkins, 1997). Keadaan penderita akan lebih buruk apabila lebih dari 30 buah
sendi mengalami peradangan dan sebagian besar penderita akan mengalami RA sepanjang
baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit
Rheumatoid Arhtritis ini sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada
usia di bawah 40 tahun (Indonesian Rheumatoid Assosiation (IRA), 2001). Prevalensi lebih
tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75% penderita RA adalah wanita
(Siswono, 2006). Rheumatoid Arhtritis terungkap sebagai keluhan atau tanda dengan keluhan
utama sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan spasme otot serta adanya tanda
utama yaitu pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak (Meiner&Luekenotte,
2006). Gejala Rheumatoid Arhtritis tersebut oleh masyarakat dirasakan sebagai penyakit
sederhana dan tidak menimbulkan kematian. Breedveld (2003), mengatakan separuh dari
2.800 orang dari 5 negara yang ditanya dalam survei yang dilakukan ”European Public
Opinion Survey” tidak berfikir bahwa penyakit Rheumatoid Arhtritis dengan sendi dapat
menganggu kemampuan mereka untuk bekerja, bahkan sekitar 55% tidak menyadari bahwa
hal itu dapat mengurangi usia harapan hidup. Jika tidak segera ditangani Rheumatoid Arhtritis
bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, sendi akan menjadi kaku, sulit berjalan,
bahkan akan menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga aktivitas sehari-hari lansia
menjadi terbatas. Selain menurunkan kualitas hidup, Rheumatoid Arhtritis juga meningkatkan
beban sosial ekonomi bagi para penderita dan tentunya akan menimbulkan masalah untuk
keluarga.
Proses menjadi tua berlangsung secara alamiah terus menerus dan berkesinambungan,
yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada
jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Depkes RI, 2001). Ketidakmampuan yang dialami menimbulkan masalah baru
kemampuan melakukan perawatan diri sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian yang baik
untuk lansia (Handono&Isbagyo, 2005). Kemandirian untuk lansia dengan melakukan upaya
tindakan preventif dengan melakukan olahraga secara teratur, melakukan pengaturan pola diet
seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein.
Bila nyeri muncul dilakukan sebuah tindakan dengan menggunakan terapi modalitas
diantaranya melakukan kompres hangat (Brunner&Suddarth, 2002) dan bila ada kemerahan
pengetahuan yang didapat oleh lansia dapat membantu menolong dirinya sendiri atau orang
lain dalam melakukan permasalahan yang ditimbulkan oleh penyakit Rheumatoid Arthritis
yang dideritanya. Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa,
bagaimana, dan untuk apa pengetahuan disusun. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap,
menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai
pengetahuan yang mempelajari mengenai lanjut usia (Ilmu Geriatri) melalui upaya preventif,
promotif, kuratif dan, rehabilitatif dengan sendirinya telah mengupayakan agar para lanjut usia
dapat menikmati masa tua yang bahagia dan berguna. Dengan demikian maka aspek-aspek
yang dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar proses menua (degeneratif) dapat
diperlambat serta tanpa mengabaikan pengobatan (kuratif) dan perlu dipulihkan (rehabilitatif)
agar tetap mampu menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri (Nugroho, 2000). Untuk
itu rencana hidup seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia,
paling tidak individu sudah mempunyai bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak
sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Diharapkan para lanjut usia melakukan pola hidup
sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik dan
olahraga secara benar dan teratur serta tidak merokok (Brunner&Suddarth, 2002).
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang kian padat dapat
dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi. Banyaknya pandangan masyarakat
Indonesia yang menganggap sederhana penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak
menimbulkan ancaman jiwa, padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru
menjadi penghambat yang mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka
sehari-hari. Di samping itu pula, di masyarakat sendiri masih menganggap dan mempercayai
terhadap mitos-mitos yang menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan dapat merugikan bagi
usia muda memicu rematik di usia tua, penyakit rematik adalah keturunan, dan sakit pada
tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik. Asep (2008), menjelaskan bahwa kurangnya
pengetahuan masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit
Rheumatologi Arthritis, siapa saja yang dapat terserang Rheumatologi Arthritis, dan
bagaimana cara penanganannya yang terbaik. Untuk itu kita perlu tahu sebenarnya sejauh
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu sarana
pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo), khususnya bagi lanjut usia yang
tidak mampu atau kurang beruntung dengan sumber APBD Provinsi DKI Jakarta. Warga
Binaan Sosial (WBS) berjumlah 107 orang, diantaranya WBS laki-laki 30 orang dan WBS
perempuan 77 orang dengan fasilitas 11 wisma. Kondisi lansia yang ada di PSTW Budi Mulia
1 Cipayung bermacam-macam, ada yang tinggal atas keinginan sendiri, ada yang dibawa oleh
petugas, serta ada yang diantar oleh keluarga. Kondisi kesehatan lansia juga bermacam-
macam ada yang sehat, ada yang memiliki penyakit kronis, ada pula yang sudah mengalami
demensia sehingga untuk melakukan aktifitas sehari-hari sehingga memerlukan bantuan dari
petugas panti. Berdasarkan pengkajian dan wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa belum
adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan lanjut usia
tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis di PSTW ini. Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Tahun
2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seiring dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup
lansia di Indonesia, maka masalah bagi penderita Rheumatoid Arhtritis akan meningkat pula,
justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih cukup tinggi. Serta didukung
dengan data bahwa lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung belum dilakukan penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ” sejauh mana tingkat
pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
Tahun 2009” .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Rheumatoloid Arthritis.
Arthritis.
Rheumatoid Arthritis.
Rheumatoid Arthritis.
Rheumatoloid Arthritis.
f. Menggambarkan distribusi frekuensi sumber informasi lansia dengan penyakit
Rheumatoloid Arthritis
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lanjut usia mengenai penyakit
Rheumatoid Arthritis.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi dan masukan data bagi PSTW untuk mengetahui sejauh
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki
oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar.
kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat penting
karena dapat membentuk prilaku seseorang (Bloom (1956), dikutip dari Potter&Perry
2. Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan menurut Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2007),
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
b. Memahami (Comprehension)
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
c. Menerapkan (Application)
telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan
d. Analisis (Analysis)
masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
e. Sintesis (Synthesis)
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
a. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
b. Pendidikan
mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa.. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
c. Pekerjaan
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
4. Pengukuran Pengetahuan
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif
misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan
disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor
subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu
dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya (Setiadi, 2007).
objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya
pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih
mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih
bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses
berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek
atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan
1. Pengertian
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani
kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab secara memuaskan. Menurut WHO
(1993) lansia meliputi, usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun, lansia (elderly) antara 60 dan 74 tahun, lansia tua (old) antara 75 dan 90, dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Sedangkan menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”. Menurut Departemen
Kesehatan dijelaskan bahwa kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa
vibrilitas meliputi masa Senium (usia kurang dari 65 tahun), dan masa Presenium (usia 55-
64 tahun).
diantaranya adalah :
a. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem pendengaran, sistem
b. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan fisik, kesehatan
kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman atau relasi,
dan kehilangan pekerjaan , merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality), kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara
hidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat
kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006). Perubahan kognitif yang terjadi
pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual terutama pada tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek serta terjadi
perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan
perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi
2000).
1. Pengertian
penyakit autoimun dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai jaringan sinovium
sendi dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh
(Manjoer, 1999).
2. Epidemiologi
sampai hampir 5 % pada wanita di atas usia 50 tahun. Angka penderita Rheumatoid
Arthritis belum dapat dipastikan Pada tahun 2000 ditemukan kasus baru Rheumatoid
Arthritis yang merupakan 4,1 % dari seluruh kasus baru di Poliklinik Rheumatologi
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini
meningkat baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun..
Prevalensi lebih tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75 % penderita
RA adalah wanita dengan perbandingan 3:1 . Rheumatoid Faktor pada serum darah
Para ahli dari Universitas Alabama, AS, menarik kesimpulan terhadap penelitian
60% lebih besar untuk meninggal lebih cepat dibanding wanita yang tidak menderita
penyakit tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Rheumatoid Arthritis adalah
masalah kesehatan masyarakat terutama para lansia (lanjut usia). Dalam riset ini, para ahli
mengamati 31 ribu wanita berusia 55 tahun hingga 69 tahun. Pada tahun 1986 ketika
penelitian dimulai, tak satupun dari mereka yang menderita Rheumatoid Arthritis, tetapi
11 tahun kemudian (1997), 158 orang di antara mereka didiagnosa menderita Rheumatoid
Arthritis. Pada tahun 2000, 30 orang di antara penderita Rheumatoid Arthritis itu
meninggal dunia. Berdasarkan data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Rheumatoid
3. Patofisiologi
Pada Rheumathoid Arthritis (RA), reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
4. Penyebab
Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai belahan dunia,
namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya.
Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik
dan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA, seperti
(Williams&Wilkins, 1997) :
a. Genetik
b. Hormon Sex
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih
c. Infeksi
Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak
HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh
e. Radikal Bebas
namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA merupakan penyakit
autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan penyambung. Insiden
meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insiden puncak adalah antara
40-60 tahun dan penyakit ini menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa
(Price&Wilson, 2005)
5. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita reumatoid
artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi (Brunner&Suddarth,
2002).
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama
menyerang sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak
ekstensi.
sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
dapat rusak.
Kelainan yang terjadi pada daerah artikule dibagi menjadi dalam 3 stadium, yaitu :
a. Stadium Sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan diri pada jaringan sinovium (jaringan sendi tipis
di sekitar sendi yang radang, nyeri saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitar, ditandai adanya kontraksi tendon. Destruksi sendi yang progresif atau
sub luksasio (dislokasi parsial) terjadi ketika satu tulang bergeser terhadap lainnya dan
menghilangkan rongga sendi. Selain tanda dan gejala tesebut terjadi pula perubahan
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali sinovitis berlanjut
pada pembentukan pannus, ankilisis fibrosa dan terakhir ankilosis tilang. Deformitas
pembengkakan.
apabila menunjukkan 4 gejala dari 7 gejala yang ada minimal selama 6 minggu maka
Kriteria Definisi
Kaku pagi hari (Morning Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
simetris.
Metatarsophalangeal
Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan oleh
infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan pengobatan yang
dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya proses inflamasi pada
sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan mencegah kerusakan tulang
(Brunner&Suddarth, 2002).
Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arhtritis adalah timbulnya rasa
a. Penatalaksanaan Farmakologi
anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin dan NSAIDs dan
2000). Pada beberapa kasus pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses dan
terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat NSAIDs untuk menekan
prostaglandin yang menyebabkan timbulnya peradangan dan efek samping obat ini
nyeri mencapai 0.25% sampai dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai suatu efek
saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan tidak nafsu makan.
Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga
labil, efek jangka panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi,
kerusakan arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian pemberian
obat ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak
(Bruke&Laramie, 2000)
rasa nyeri tidak dapat diredakan dengan tindakan konservatif. Prosedur bedah
tendon), Atrodesis (operasi untuk menyatukan sendi), dan Artroplasti (operasi untuk
memperbaiki sendi). Namun operasi tidak dilakukan pada saat penyakit masih berada
penyakit, mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar
yang digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arhtritis pada lansia mencangkup :
kadar asam urat dalam darah. Umumya penderita akan mudah menjadi terlalu
dapat menambah tekanan pada sendi panggul, lutut, dan sendi-sendi pada kaki
bagi penderita Rheumatoid Arhtritis seperti mengkonsumsi jus seledri dan daun
salada, kubis, bawang putih, bawang merah, dan wortel (Nainggolan, 2006).
anggur, ceryy, sirsak, aprikort, dan buah tin serta sebaiknya hindari makanan
seperti lobak, buncis, kacang tanah, adas, dan tomat. Mengkonsumsi minyak
ikan yang mengandung Omega 3 seperti ikan salmon, tuna, sarden, dan
makarel akan mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada sendi di pagi hari
multivitamin setiap hari yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti oksidan
Arhtritis seperti minuman alkohol, bersoda dan kafein, tinggi protein, jeroan
(hati,ginjal), makanan laut, seafood, gorengan, emping, dan kuah daging atau
daging merah serta merokok. Akan tetapi makanan yang bersumber dari
hewani seperti, ikan tawar sangat penting dalam mencegah dan mengobati
Rheumatoid Arhtritis (Junaidi, 2002). Dalam mengkonsumsi makanan pada
2002). Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi menurut kondisi penderita,
kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan
meningkatkan rasa nyeri, spasme otot, dan volume cairan sinovial. Jika proses
inflamsi bersifat akut, kompres dingin dapat di coba dalam bentuk kantung air
pengompresan yang paling efektif berada di dekat lokasi aktual nyeri, serta
2006).
kehidupannya dengan istirahat dan beraktivitas. Saat lansia merasa nyeri atau
berenang atau bersepeda, dan berkebun dilakukan secara bertahap dan dengan
olahraga dengan lansia yang tidak berolahraga dapat menurunkan berat badan
0.5 kg sampai dengan 1.2 kg dengan P Value = 0.02 dan dapat terhindar dari
istirahat oleh karena itu penderita sebaiknya menggunakan kasur atau matras
nyaman saat tidur atau duduk di kursi, gunakan bantal untuk menyokong sendi
yang sakit dalam mempertahankan posisi netral, ataupun memberikan massase
stress aktivitas atau stress akibat menanggung beban berat pada sendi,
penggunaan verban tekan, bidai, dan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk,
dan tripod dapat membantu mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan
(Brunner&Suddarth, 2002).
d) Sinar Inframerah. Cara yang lebih modern untuk menhilangkan rasa saklit
melampaui 15 menit dengan jarak lampu dan bagian tubuh yang disinari sekitar
1 meter. Harus diperhatikan juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi tidak
jenis herbal yang bisa membuat mengurangi dan menghilangkan nyeri pada
Rheumatoid Arhtritis misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya,
aroma terapi, rosemary, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak
tubuh. Tekanan yang diberikan pada alur energi yang terkongesti untuk
memberikan kondisi yang sehat pada penderita ketika titik tekanan di sentuh,
nadi dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena terus-menerus dipegang
Terapi ini memilki tujuan untuk mengurangi ketegangan pada otot khususnya
D. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi
Jenis kelamin
1. Pengertian 1. Baik
Riwayat pendidikan 2. Penyebab 2. Cukup
3. Keluhan utama 3. Kurang
4. Cara
penatalaksanaan
E. Penelitian Terkait
Berdasarkan penelitain yang dilakukan oleh Syamsul Anwar (2007) yang berjudul
”Aplikasi Model Community as Partner dan Health Belief Model dalam Rangka Pelayanan
Asuhan Keperawatan pada Agregat Lansia dengan Rematik Artikuler di Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok’’, didapat bahwa meningkatnya kasus Rheumatiod
masyarakat tentang Rheumatiod Arthritis dan kurangnya partisipasi warga terhadap pencegahan
terjadinya Rheumatiod Arthritis. Hasil uji statsistik oleh Syamsul (2007) dengan menggunakan
uji t test one sampel didapatkan hasil variabel pengetahuan dengan mean sebelum 1.54, sesudah
2.67, dan standar deviasi sebelum 0.498, sesudah 0.637 dengan p valeu 0.000. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan selama 9 bulan, adanya peningkatan pengetahuan lansia terhadap
pencegahan terjadinya Rheumatiod Arthritis dari 40% menjadi 80% sehingga penyakit
A. Kerangaka Konsep
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep membahas tentang saling ketergantungan
antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam
tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis, yang meliputi pengertian,
menjadi kategori baik, cukup, dan kurang {Hendra (2008) dalam Arikunto (1998)}.
Pengetahuan tentang
penyakit RA pada Tingkat
lansia, meliputi : pengetahuan :
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain yang
digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian untuk menggambarkan tingkat
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis
seperti pengertian, penyebab, manifestasi klinik, dan cara penatalaksanaanya, serta data
demografi lansia seperti umur, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, serta sumber
informasi.
C. Sampling Desain
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di
teliti (Hidayat, 2008). Populasi yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah semua
lanjut usia yang menderita maupun yang tidak menderita dari penyakit Rheumatoid
Sampel adalah subunit populasi survey itu sendiri yang oleh peneliti dipilih dengan
mewakili populasi target. Semakin besar sampel maka representative sampel tersebut
semakin mendekati jumlah populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah
a. Kriteria Sampel
Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di ambil.
Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik sampel yang
dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
b. Jumlah Sampel
normal untuk variabel tunggal (Univariat). Dikemukakan bahwa ukuran besar sampel
d2
Keterangan :
n : Besarnya sampel
pada populasi.
yang diinginkan.
n = Z21-α/2 x P x (1-P)
d2
n = 92.1984 = 92 sampel
dengan kriteria. Peneliti juga mengantisipasi apabila terjadi data yang mengurangi
10% x 92 = 9.2 = 9
10%). Proses pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, satu per satu lansia
dihampiri di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung agar proses pengumpulan data dapat
berjalan dengan lancar sesuai yang peneliti harapkan. Lansia mengerti judul dan tujuan
penelitian serta tidak ada data kuesioner yang kosong atau belum terisi.
F. Sampling Penelitian
Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari
populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi proporsi dari populasi untuk
Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena, unit ini
E. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah sekumpulan nilai dan prinsip yang merupakan peraturan tidak
tertulis yang harus digunakan oleh peneliti. Tujuan etika penelitian tersebut adalah untuk
Prinsip utama etika dalam penelitian terdiri dari manfaat, memghormati hak manusia, dan
1. Prinsip Etik
bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang
disediakan.
d. Protection from Discomfort. Responden bebas dari rasa tidak nyaman. Sebelum
penelitian dilakukan responden diberi penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitan.
2. Informen Concent
Perlindungan hak-hak responden dijamin dan tercantum dalam lembar persetujuan.
a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang tujuan dari
penelitian yang akan dilakukan. Dijelaskan prosedur dan teknik yang akan dilakukan
yang mungkin akan dialami. Jika selama kegiatan penelitian responden merasa tidak
c. Subjek diberi tahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada penelitian yang akan
dilakukan.
e. Subjek penelitian dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi apapun.
f. Anonimitas dan kerahasiaan harus dipastiakan. Subjek penelitian harus yakin bahwa
semua hasil dan respon mereka dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan penelitian.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa teman mahasiswa
peneliti yang sebelumya dilakukan diskusi untuk mempersamakan persepsi dari kuesioner
penelitian. Pengumpulan data dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan prosedur
sebagai berikut :
membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan
b. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas Sosial DKI Jakarta, peneliti meyerahkan surat
permohonan tersebut kepada ketua PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Setelah itu peneliti
d. Meminta calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah
dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden
e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang belum jelas.
Responden yang kurang mampu dalam mengisi kuesioner sendiri, maka peneliti dan
teman peneliti membantu dalam mengisi kuesioner responden dengan membaca seluruh isi
kuesioner.
f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan data
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang
telah dibuat. Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden tentang
penyakit RA dan tersusun secara terstruktur dengan jenis pertanyaan pilihan ganda, dan
Pertanyaan terdiri dari dua bagian yaitu, bagian A berisi tentang data demografi
yang meliputi inisial nama, jenis kelamin, umur, riwayat pedidikan, riwayat pekerjaan, dan
dalam kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Pada kuesioner B
yang berisikan 18 item, untuk jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban
salah diberi nilai 0, dengan skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 0.
responden tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis yang terdiri dari pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, dan cara penatalaksanaanya, setelah selesai diisi oleh responden,
penelitian tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhritis di PSTW Budi
Mulia 1 Cupayung. Pertanyaan dan pernyataan pada uji kuesioner ini diajukan kepada
lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta pada tanggal 25 sampai dengan 26
Agustus 2009 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Dari 20 pertanyaan yang
diajukan, kemudian dilakukan uji realibilitas didapatkan Alpha Cronbach sebesar 0.673.
Dari 20 pertanyaan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid, maka oleh peneliti 2
pertanyaan yang tidak valid tersebut dihilangkan sehingga didapatkan Alfa Cronbach
sebesar 0.701. Kuesioner yang digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian di PSTW
3. Pengolahan Data
a. Editing
b. Coding
Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap pertanyaan
berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk bilangan. Setelah data kuesioner masuk
maka diberikan kode pada kolom di setiap item agar lebih memudahkan dalam
pengolahan data. Pemberian kode untuk proses perhitungan tingkat pengetahuan lansia
tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis, peneliti memberikan kode angka dua (2) untuk
kategori tingkat pengetahuan baik, angka satu (1) untuk tingkat pengetahuan cukup,
tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item
d. Entri Data
Proses memasukan data, setelah pemberian kode dan skor lalu data dimasukkan
kedalam program komputer (Softwer Analisis) yang sesuai untuk kemudian diolah oleh
peneliti.
e. Cleaning Data
tabel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari
kekeliruan.
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk memberikan
gambaran tentang variabel tingkat pengetahuan, jenis kelamin, umur, riwayat pendidikan,
riwayat pekerjaan, dan sumber informasi. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua
tahap yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer (Software
Analisis). Pada analisis ini data demografi dan tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit
Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk proporsi (persentase)
dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang di jumlahkan frekuensinya dibagi jumlah
responden dan dikali 100%. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
P = f X 100%
N = Jumlah responden
Tabel 4.1
76-100 % Baik
56-75 % Cukup
<55 % Kurang
pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis dan akan disajikan dalam
bentuk tabel.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu Unit
Pelaksana Teknis Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta
yang berfungsi sebagai suatu tempat atau sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi para
lanjut usia (jompo). PSTW ini dibangun pada tahun 1968 bertempat di Jln.Raya Bina Marga
Bulan September 2009, Warga Binaan Sosial (WBS) sebutan untuk lanjut usia di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung berjumlah 107 WBS, dengan jumlah
WBS laki-laki 30 orang dan WBS perempuan 77 orang. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 1 Cipayung memiliki lima (5) barak WBS, yang terdiri dari satu (1) barak lanjut
usia laki-laki dan empat (4) barak lanjut usia perempuan. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
1. Sarana Fisik
e. Rekreasi
f. Pelayanan Kesehatan
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung memiliki tujuan, visi, dan misi, yaitu :
1. Tujuan
rohani, dan sosial dengan baik sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
2. Visi
3. Misi
Peneliti mengambil populasi sampel dalam penelitian ini adalah kelompok lansia di
Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Berdasarkan teknik Total
sampling dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 101 orang, namun terdapat satu (1)
sampel yang mengalami drop out karena tidak lengkapnya responden dalam pengisian
kuesioner penelitian. Sampel akhir yang digunakan dan lalu diolah datanya dalam penelitian
C. Analisa Univariat
(RA)
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden dan mengenai
Budi Mulia 1 Cipayung”. Data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan hasilnya
Tabel 5.1
1 Baik 7 7
2 Cukup 33 33
3 Kurang 60 60
Dari tabel 5.1 di atas tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid
Arthritis dapat dilihat jumlah responden dengan pengatahuan baik sebanyak 7 orang (7%),
cukup sebanyak 33 orang (33%), dan kurang sebanyak 60 orang (66%). Hal ini
2. Umur Lansia
Tabel 5.2.1
1 60-74 55 55
2 75-90 41 41
3 > 90 4 4
Pada tabel 5.2 dapat dilihat distribusi responden berdasarkan umur didapatkan
bahwa sebagian besar umur antara 60-74 tahun (Lansia) yaitu sebanyak 55 orang (55%),
umur antara 75-90 tahun (Lansia Tua) sebanyak 41 orang (41%), dan umur lebih dari 90
tahun (Lansia Sangat Tua) sebanyak 4 orang (4%). Berarti bahwa sebagian besar umur
Tabel 5.2.2
Kategori Pengetahuan
Umur Jumlah
No. Baik Cukup Kurang
(Tahun)
f % f % f % N %
1 60-74 5 9.09 21 38.18 29 52.73 55 100
2 75-90 2 4.88 11 26.83 28 68.29 41 100
3 > 90 - - 1 25 3 75.4 4 100
Dari tabel 5.2.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok umur memiliki tingkat
pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis yaitu, 60-74 tahun sebesar
52.73%, 75-90 tahun sebesar 68.29%, dan >90 tahun sebesar 75.4%.
3. Jenis Kelamin Lansia
Tabel 5.3.1
Jenis Kelamin
No. Jumlah Persentase
1 Perempuan 71 71
2 Laki-laki 29 29
Pada tabel 5.3.1 di atas dilihat distribusi responden didapatkan bahwa sebagian
besar jenis kelamin adalah perempuan yaitu sebanyak 71 orang (71%), sedangkan laki-laki
sebanyak 29 orang (29%). Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian besar jenis kelamin
Tabel 5.3.2
Kategori Pengetahuan
Jenis Jumlah
No. Baik Cukup Kurang
Kelamin
f % f % f % N %
1 Perempuan 4 5.63 20 28.17 47 66.2 71 100
2 Laki-laki 3 10.34 13 44.83 13 44.83 29 100
Dari tabel 5.3.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok jenis kelamin memiliki
Tabel 5.4.1
Riwayat Pendidikan
No. Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 34 34
2 SD 38 38
3 SMP 20 20
4 SMA 7 7
5 Perguruan Tinggi / D3 1 1
Dari tabel 5.4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan
riwayat pendidikan SD sebanyak 38 orang (38%), tidak sekolah sebanyak 34 orang (34%),
SMP sebanyak 20 orang (20%), SMA sebanyak 7 orang (7%), dan minoritas responden
berpendidikan PT/D3 sebanyak 1 orang (1%). Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian
Tabel 5.4.2
Kategori Pengetahuan
Riwayat Jumlah
No. Baik Cukup Kurang
Pendidikan
f % f % f % N %
1 Tidak Sekolah 2 5.88 5 14.71 27 79.41 34 100
2 SD 1 2.63 11 28.95 26 68.42 38 100
3 SMP 2 10 12 60 6 30 20 100
4 SMA 1 14.29 5 71.43 1 14.29 7 100
5 PT/D3 1 100 - - - - 1 100
Dari hasil tabel 5.4.2 didapatkan bahwa semua kelompok riwayat pendidikan
dengan tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, tidak
sekolah (79.41%), SD (68.42%), SMP (30%), SMA (14.29%), dan PT/D3 (0%).
5. Riwayat Pekerjaan Lansia
Tabel 5.5.1
Pekerjaan
No. Jumlah Persentase
1 Tidak Bekerja 34 34
2 Bekerja 66 66
Dari tabel 5.5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan
riwayat tidak bekerja sebanyak 34 orang (34%), sedangkan responden dengan riwayat
bekerja sebanyak 66 orang (66%),. Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian besar
Tabel 5.5.2
Kategori Pengetahuan
Riwayat Jumlah
No. Baik Cukup Kurang
Pekerjaan
f % f % f % N %
1 Tidak Bekerja - - 6 17.65 28 82.35 34 100
2 Bekerja 7 10.61 27 40.91 32 48.48 66 100
Dari hasil tabel 5.5.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok riwayat pekerjaan
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, riwayat
Tabel 5.6.1
Sumber Informasi
No. Jumlah Persentase
1 Tidak Mudah 81 81
2 Mudah 19 19
Dari tabel 5.6.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
responden mudah mendapatkan sumber informasi sebanyak 19 orang (19%). Berarti hal
ini menyatakan bahwa sebagian besar sumber inforamsi responden adalah tidak mudah.
Tabel 5.6.2
Kategori Pengetahuan
Sumber Jumlah
No. Baik Cukup Kurang
Informasi
f % f % f % N %
1 Tidak
Mudah 3 3.7 22 27.16 56 69.14 81 100
Dari hasil tabel 5.6.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok sumber informasi
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, sumber
informasi tidak mudah sebesar 69.14%, dan sumber informasi mudah sebesar 21.1%.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian
variabel yang diteliti, sehingga tidak bisa mencari penyebab suatu masalah secara
keseluruhan.
2. Alat pengambilan data dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner baku dengan jawaban
3. Adanya keterbatasan referensi atau penelitian terdahulu yang terkait tentang penelitian ini.
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya
datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.
Dari hasil penelitian pada tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (7%). Dari hasil penelitian yang didapatkan bawah
sebagian besar pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid Athritis adalah kurang.
Intelektual yang menurun di masa dewasa madya (usia 40 sampai dengan 60 tahun)
sampai saat ini merupakan suatu hal yang masih banyak diperdebatkan (Santrock, (2004)
dalam Juliani (2008). Menurut Nugroho (2000), umumya setelah seseorang memasuki tahap
lansia maka akan mengalami penurunan fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, dan lain-lain) dan psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi). John Horn (1980)
sedangkan kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal
yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia, sedangkan kecerdasan
yang mengalir (fluid intelligence, yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak)
Schaie (1984) dalam Julianti (2008), dari hasil penelitianya bahwa tidak ditemukan
penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994,
kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun. Dari banyak penelitian
bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.
Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan
Menurut Zainudin (2009), masih banyak masyarakat maupun lansia yang beranggapan
bahwa dirinya tidak mampu dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, serta
menanggap dirinya jompo, rapuh, tidak perlu belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, hal
semacam inilah yang akan menimbulkan stress dan distress serta dispair (putus harapan) pada
lansia. Lansia di waktu muda sudah terkuras oleh tugas-tugas berat dan tingkat rendah
sehingga dalam masa lanjut usia tidak berdaya atau pasrah. Bagi lansia dorongan dan
keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru merupakan suatu hal yang biasa,
baik dengan motivasi untuk meningkatkan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu
Dari hasil penelitian pada tabel 5.2.2 di atas bahwa responden pada umur antara 60
sampai 74 tahun sebagian besar tingkat pengetahuan tentang penyakit Rheumatoid Arthritis
adalah kurang sebanyak 29 orang (52.73%), sementara usia antara 75 sampai 90 tahun tingkat
pengetahuan responden yang kurang sebanyak 28 orang (68.29%), sedangkan usia di atas 90
Menurut BPS (2004), diperkirakan tahun 2010 jumlah lansia akan mencapai 24 juta
orang atau 9,77%, dan pada tahun 2020 jumlahnya akan mencapai 11,34% dari seluruh
(RPJMN), usia harapan hidup Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi
70,6 tahun pada tahun 2009. Menurut Nugroho (2000), berbagai masalah fisik biologik,
psikologik dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua atau
pengetahuan tentang penyakit Rherumatoid Arthritis kurang. Menurut Hendra (2008), makin
berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Intelegensi lanjut
usia akan menurun sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memahami suatu
pengetahuan umum serta informasi. Sejalan dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan lansia dalah kurang, dimana lansia menganggap bahwa penyakit
Rheumatoid Arhtritis ini merupakan hal yang wajar, karena sudah tua, dan berfikir jika
kebutuhan seperti makan dan istirahat terpenuhi maka lansia pasti sudah sehat. Lansia sudah
tidak perlu lagi mengikuti perkembangan pengetahuan dimana minat terhadap informasi dan
pengetahuan mengenai kesehatan ditahap lansia ini sudah berkurang, karena lanjut usia lebih
Dari hasil penelitian pada tabel 5.3.2 di atas bahwa diketahui sebagian besar jenis
kelamin responden adalah perempuan sebanyak 47 orang (66.2%), sedangkan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 13 orang (44.83%). Dengan demikian terlihat bahwa dari jumlah responden
dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
Banyaknya responden lansia yang berjenis kelamin perempuan, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Anna&Woro (1999), melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian
membaik maka angka harapan hidup penduduk Indonesia kian meningkat pula, khususnya
perempuan di mana usia perempuan akan lebih panjang, sehingga rata-rata umur harapan
(2005), dengan bertambahnya umur penyakit akan meningkat baik perempuan maupun laki-
laki. Prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki lebih dari 75% penderita Rheumatoid
Arthritis adalah perempuan dengan perbandingan 3:1, hal ini membuktikan bahwa usia
Dari hasil peneliti pada tabel 5.4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan tentang peyakit Rheumatoid Arhtritis responden adalah kurang dengan
sebanyak 26 orang (68.42%), SMP sebanyak 6 orang (30%), SMA sebanyak 1 orang
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa semakin tinggi pendidikan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan
baru dan semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik pengetahuannya. Hurlock
(1998) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan hidup menerima semakin berkualitas.
Menurut hasil penelitian Anna&Woro (1999), bahwa pendidikan yang didapat lanjut usia di
lanjut usia mengenai kesehatannya. Hasil survei yang dilaporkan oleh BPS (2004), bahwa
sebagian besar lansia (80%) memiliki status pendidikan rendah yaitu SD sampai dengan tidak
sekolah.
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar responden dengan
berpendidikan tidak sekolah sebesar 79.41% dan SD sebesar 68.42% memiliki pengetahauan
kurang tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis. Hendra (2008), mengatakan bahwa tingkat
pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami suatu
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
makin baik pengetahuannya dan makin mudah pula untuk menerima informasi. Seseorang
dengan pendidikan tinggi umumnya tanggap tentang keadaan sekitarnya, serta mempunyai
minat dan peduli tentang kesehatan dan tanggap dalam memecahkan masalah yang ada pada
dirinya serta adanya keinginan untuk menggali ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang dengan berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidiakan non formal. Lanjut usia dengan
ataupun wawasan baik bila lanjut usia banyak membaca sumber informasi (Azrul, 1999).
Dari hasil penelitian pada tabel 5.5.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
tingkat pengetahaun tentang penyakit Rheumatoid Arhtiris responden adalah kurang dengan
riwayat tidak bekerja sebanyak 28 orang (82.35), sementara dengan riwayat bekerja sebanyak
32 orang (48.48%).
Menurut Hurlock (1998), bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja
Menurut hasil penelitian Anna&Woro (1999), bahwa lanjut usia dengan riwayat bekerja
sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin baik pekerjaan seseorang, maka akan semakin
Lanjut usia dengan riwayat bekerja akan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan bekerja tersebut. Interaksi
timbal balik di lingkungan tempat bekerja lansia itu sendiri akan menimbulkan sikap sosial
dalam bergaul sehingga akan direspon sebagai pengetahuan oleh lansia, dan sebaliknya bagi
lansia yang tidak bekerja. Pengalaman dalam bekerja memberikan pengetahuan dan
keterampilan lansia serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
secara ilmiah dan dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Hendra, 2008).
Dari hasil penelitian pada tabel 5.6.2 di atas dapat diketahui sebagian besar responden
responden yang mendapatkan sumber informasi dengan mudah sebanyak 4 orang (22.1%).
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa sumber informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber maka seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi akan
yang rendah tetapi jika mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media informasi (TV,
radio, majalah, penyuluhan, dan lain-lain) akan meningkatkan pengetahuan seseorang. Lansia
dalam mendapatkan sumber informasi tidak mudah sebagian besar memiliki pengetahuan
tentang penyakit Rheumatoid Arhtrits kurang. Menurut Hendra (2008), sebagai sarana
komunikasi berbagai media informasi mempunyai pengaruh besar tehadap pembentukan opini
dan kepercayaan seseorang terhadap kesehatan. Adanya informasi mengenai kesehatan lansia
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan serta mengarahkan opini
informasi maupun penerima (lanjut usia), tetapi tergantung dari minat lansia untuk mencari
informasi dari berbagai sumber baik dari majalah atau buku kesehatan, leaflet, koran,
mengikuti perkumpulan atau penyuluhan tentang kesehatan (Azrul, 1999). Pemberi informasi
mempengaruhi pengetahuan dan perubahan yang diterima oleh lanjut usia apakah hal ini baik
Lansia dalam kesempatan memperoleh informasi baru lebih terbuka lebar, karena
waktu senggang lansia relatif banyak. Umumnya pada masa ini lansia tidak dituntut untuk
bekerja keras seperti masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan lansia umumnya semakin
tertarik terhadap informasi-informasi baru, karena lansia cenderung tidak ingin ketinggalan
informasi dibandingkan orang-orang yang lebih muda. Lansia umumnya lebih sering
menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, majalah ataupun bertanya kepada
sesama lansia atau orang yang lebih muda tentang hal-hal baru yang berkembang dalam
masyarakat. Bagi lansia adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitif, fungsi
afektif dan fungsi psikomotorik yang membuat syaraf-syaraf otak lanjut usia tetap berfungsi
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Gambaran tingkat pengetahuan lanjut usia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis dari 100
lanjut usia sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 60 orang (60%).
2. Gambaran umur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar tingkat
sampai 74 tahun.
3. Gambaran jenis kelamin lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar
berjenis kelamin perempuan sebayak 71 orang, sementara jenis kelamin laki-laki sebanyak
29 orang.
4. Gambaran pendidikan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang memiliki
pendidikan tidak sekolah lebih banyak dibandingkan dengan lanjut usia yang memiliki
5. Gambaran riwayat pekerjaan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan riwayat
sebagian besar tidak mudah mendapatkan sumber informasi, dan sebagian kecil sumber
B Saran
a. Penelitian tentang tingkat pengetahuan lanjut usia didapatkan sebagian besar hasil
tingkat pengetahuan rendah, untuk itu diharapkan PSTW dapat memberikan informasi
lansia.
b. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada lansia mengenai
diharapkan lansia dapat lebih memahami penyakit ini dan dapat mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan baik secara mandiri maupun dengan bantuan oran lain.
c. Petugas PSTW memberikan fasilitas berupa sumber informasi dan memotivasi lanjut
usia untuk melakukan upaya-upaya preventif dan rehabilitasi dalam mengurangi risiko
disabilitas fisik mengingat bahwa umur lanjut usia berpengaruh pada status kesehatan.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pengetahuan lanjut usia tentang penyakit
Rheumatoid Arthritis sebagian besar masih kurang, oleh karena itu peneliti menyarankan
bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian kepada aspek yang lebih luas lagi,
mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti, dan metode yang lebih lengkap
Rheumatoid Arthritis.
DAFTAR PUSTAKA
Ana M., Woro R.. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lanjut Usia. Jurnal
Epidemiologi Indonesia.1999
Arnett FC, Edworthy SM, Bloch DA,. The American Rheumatism Association 1987, Revised
Asep Chandra. 2008. Mitos dan Fakta Tentang Rematik . Diunduh dari http://www.kompas.com/.
Azrul Anwar. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara. 1999
Bredveeld. 2003. Masyarakat Tidak Sadari Ancaman Rematik Radang Sendi. Diunduh dari
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volum 3. Jakarta : EGC.
2002
Burke and Laramie. Primary Care of The Older Adult A Multidisiplinary Approach. St. Louis :
Christensen, Kockrow. Adult Health Nursing Fifth Edition. Philadelphia : Mosby Company. 2006
Doenges Marilynn E., Moorhouse Mary F. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Williams&Wilkins. 2005
Gotzsche Peter, Johansen H. Krogh. Meta-Analysis of Short Term Low Dose Prednisolone Versus
Handono dan Isbagyo, 2005. Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman, dan Ekonomis.
Hidayat, Aziz. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba medika. 2008
Juliani. 2008. Fungsi Kognitif Masa Dewasa Lanjut. Diunduh dari http://bbawor.blogspot.com/.
Junaidi. Iskandar. Rematik dan Asam Urat. Jakarta : Buana Ilmu Populer. 2002
Meiner, Lueckenotte. Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia : Mosby Company. 2006
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. 2000
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. 2003
Perry Anne G., Potter Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Polit, D.F., Hungler, B. P. Nursing Research : Principles and Methods. Philadelpia : Lippincott.
2005
Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
2005
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007
Siswono. 2006. Wanita Lebih Sering Menderita Reumatoid Artritis. Diunduh dari
Syamsul, Anwar. Aplikasi Model Comunity As Partner dan Health Belief Model dalam Rangka
Pelayanan Askep pada Agrerat Lansia dengan Rematik Artikuler di Kelurahan Depok
Williams and Wilkins. Arthritis and Allied Condition : Texbook of Rhemathology 13th Edition
Yoga, 2007. Angka Kejadian Penyakit Perkotaan di Jakarta Masih Tinggi. Diunduh dari
. Statistik Penduduk Lanjut Usia (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Jakarta : BPS. 2004
Zainuddin, Kuntjoro. 2009. Memahami Mitos & Realita Tentang Lansia. Di unduh dari
PENJELASAN PENELITIAN
Judul penelitian : Tingkat Penegtahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatiod Arthritis di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) 01 Cipayung.
Nomor yang bisa Anda hubungi bila ada yang ingin ditanyakan : 08568076867 / 021-93836712
Saya Fajriyah N. A., mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Saya akan melakukan penelitian dengan judul di atas.
Saya melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).
Kuesioner penelitian ini akan saya pergunakan untuh bahan dan data dalam pembahasan bagi
penelitian Skripsi S1 Saya pada Program studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan tahun 2009.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif atau merugikan bagi
siapapun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini Bapak/Ibu merasa tidak nyaman maka
Bapak/Ibu mempunyai hak untuk mengundurkan diri sewaktu-waktu.. Peneliti sangat menghargai
dan menjunjung tinggi hak responden dan menjamin kerahasian identitas dan data Bapak/Ibu
selegal mungkin, hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data yang diberikan.
Dengan penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk berperan
dalam penelitian dengan mengisi kuesioner ini. Atas kesedian dan partisipasinya secara sukarela
dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, peneliti ucapkan terima kasih.
Fajriyah N. A.
Lampiran 2
(INFORMED CONCENT)
Setelah Saya membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap pertanyaan yang
diajukan, Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak Saya
sebagai responden.
Saya memahami bahwa keikutsertaan Saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
peningkatan mutu pelayanan keperawatan pasien rematik. Persetujuan ini Saya tanda tangani
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, dan Saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini akan dirahasiakan selegal mungkin dan
kerahasian ini terjamin. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya
digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan.
Hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data ini.
Peneliti Responden
Fajriyah N. A. (..................................................)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER A
DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian :
2. Umur : ( tahun)
( ) SMP / SLTP
( ) Pedagang
6. Apakah sumber informasi yang Anda dapatkan untuk mengetahui penyakit yang Anda derita :
( ) Tidak mudah ( ) Mudah
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER B
Petunjuk Pengisian :
Pertanyaan berikut ini adalah mengenai pengetahuan Anda tentang Rheumatoid Arthritis
(Rematik).
Beri tanda silang ( X ) pada setiap jawaban yang Anda anggap benar.
Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, beri tanda (=) pada jawaban yang salah kemudian
beri tanda silang ( X ) untuk jawaban yang benar.
Tanyakan lansung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan.
Pertanyaan
9. Cara untuk mengurangi bengkak dan kaku pada Rematik dengan ..........
a. Istirahat c. Tidak tahu
b. Beraktivitas atau Bekerja seperti biasa
10. Aktivitas yang masih dapat dilakukan secara bertahap setiap hari adalah ........
a. Senam lansia dan berkebun c. Tidak tahu
b. Joging dan berlari
11. Waktu olahraga yang BAIK bagi penderita Rematik selama ............
a. 15 menit b. 30 menit c. Tidak tahu
16. Sumber makanan di bawah ini yang BAIK untuk dikonsumsi adalah ......
a. Seledri b. Buncis c. Tidak tahu
17. Sumber makanan di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI oleh penderita Rematik
adalah ..........
a. Wortel b. Tomat c. Tidak tahu
18. Sumber makanan di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI oleh penderita Rematik
adalah ..........
a. Bawang putih b. Kacang tanah c. Tidak tahu
Reliability
N %
Exclude
0 .0
d(a)
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.673 20
Item-Total Statistics
Scale Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected Alpha if
if Item Item Item-Total Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
cara mengurangi
10.43 9.082 .355 .656
bengkak&kaku
latihan yg baik
10.67 8.782 .250 .661
dilakukn
minuman yg hrs
10.73 8.685 .264 .660
dihindari
smbr mknn yg
11.10 8.921 .210 .666
dihindari
smbr mknn yg
10.77 8.254 .414 .640
dihindari
Reliability
Case Processing Summary
N %
Exclude
0 .0
d(a)
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.688 19
Item-Total Statistics
Scale Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected Alpha if
if Item Item Item-Total Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
cara mengurangi
10.30 9.114 .342 .674
bengkak&kaku
latihan yg baik
10.53 8.809 .244 .679
dilakukn
minuman yg hrs
10.60 8.662 .277 .675
dihindari
smbr mknn yg
10.97 8.930 .212 .682
dihindari
smbr mknn yg
10.63 8.309 .399 .660
dihindari
Reliability
N %
Exclude
0 .0
d(a)
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.701 18
Item-Total Statistics
Scale Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected Alpha if
if Item Item Item-Total Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
cara mengurangi
10.13 9.016 .329 .689
bengkak&kaku
latihan yg baik
10.37 8.723 .233 .695
dilakukn
minuman yg hrs
10.43 8.461 .309 .686
dihindari
smbr mknn yg
10.80 8.786 .222 .696
dihindari
smbr mknn yg
10.47 8.189 .401 .675
dihindari
Frequencies
Statistics
pngthuan
N Valid 100
Missin
0
g
pngthuan
Frequencies
Statistics
tngkt umur
pngthuan pkrjn Jk pnddkn lansia infrmsi
Missin
0 0 0 0 0 0
g
Frequency Table
tngkt pngthuan
Tngg
7 7.0 7.0 100.0
i
Statistics
Pengertian
N Valid 100
Missin
0
g
Pengertian
Frequency Table
pngrtian RA
Frequencies
Statistics
Penyebab RA
N Valid 100
Missin
0
g
faktor2 RA
Statistics
N Valid 100
Missin
0
g
TndGjl
Frequencies
Statistics
TndGjl
kaku sendi
keluhan bkn tnd2 akibat muncul
RA RA RA saat
Frequency Table
keluhan RA
bkn tnd2 RA
akibat RA
Frequencies
Statistics
Penalataksanaan RA
N Valid 100
Missin
0
g
Pntlksnan
Frequencies
Statistics
N Valid 10
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
g
Frequency Table
cr mengurangi nyeri
cr mengurangi bengkak
minuman yg dihindari
umur lansia
jk
Valid Perempua
71 71.0 71.0 71.0
n
pnddkn
Valid tdk
34 34.0 34.0 34.0
sekolah
pkrjn
Valid tdk
34 34.0 34.0 34.0
kerja
infrmsi
Valid tdk
81 81.0 81.0 81.0
mudah