Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT

DALAM HAND HYGIENE FIVE MOMENT


DI RUANG RAWAT INAP
KELAS III RSUD SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

𝐄𝐒𝐓𝐈 𝐒𝐔𝐇𝐀𝐑𝐓𝐈𝐍𝐈
2213097/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad Rasulullah
SAW, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five
moment di ruang kelas III RSUD Sleman”. Skripsi ini disusun untuk memberikan
gambaran kepada rekan-rekan kesehatan khususnya ilmu keperawatan tentang
pentingnya mematuhi suatu tindakan agar pasien dapat menerima pelayanan yang
diberikan secara optimal. Seseorang yang mematuhi suatu tindakan pada dasarnya
memiliki pengetahuan yang tinggi. Setiap hal yang dilakukan oleh perawat harus
didasari dengan pengetahuan tinggi yang diterapkan dalam praktik keperawatan.
Disamping mematuhi suatu tindakan dan pengetahuan yang tinggi, lama kerja atau
pengalaman kerja seseorang dapat mempengaruhi suatu tindakan keperawatan.
Selesainya penyusunan skripsi ini merupakan pengalaman yang berharga dan sangat
membahagiakan bagi penulis, karena satu lagi langkah dalam perjalanan hidup
kemasa depan telah berhasil penulis lalui, yang semuanya adalah atas berkah dan
rahmat dari Allah SWT. Pada saat berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada:
1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku Ketua Stikes A. Yani Yogyakarta yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.,MB, selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Stikes A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan arahan, ijin
dan kemudahan selama penyusunan penelitian ini.
3. Agus Warseno, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji, mengoreksi, dan memberikan saran serta masukan
terhadap penyusunan skripsi ini.

iv
4. Rahayu Iskandar, S. Kep, Ners, M.Kep, selaku dosen pembimbing, yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi
dalam proses bimbingan dan penyelesaian penelitian ini.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman beserta jajarannya yang telah ikut
serta memberikan data-data yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian
penelitian ini.
6. Kepala RSUD Sleman beserta jajarannya yang senantiasa mengijinkan peneliti
untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di RSUD Sleman sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Kepada semua perawat ruang kelas III RSUD Sleman yang senantiasa bersedia
menjadi responden penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
ini.
8. Kedua orang tua dan kekasih tercinta yang telah memberikan dukungan,
semangat, motivasi serta do’a dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Semua teman-teman mahasiswa keperawatan 2013 yang memberikan semangat
dan dorongan.
Semoga bantuan do’a dan dukungan yang telah diberikan dalam bentuk apapun
menjadi sebuah kebaikan dan amal sholeh serta mendapat balasan yang paling baik
dari Allah SWT. Insya Allah AamiinYaa Rabbal Aalaamiin.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya rekan-rekan mahasiswa di Stikes A. Yani Yogyakarta dan dapat
menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 22 Sepetember2017

Esti Suhartini

v
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
INTISARI xi
ABSTRACT xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Keaslian Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Perawat
1. Pengertian Perawat 7
B. Infeksi Nosokomial
1. Pengertian Infeksi Nosokomial 7
2. Mekanisme Pengendalian Infeksi Nosokomial 8
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial 9
4. Transmisi Kuman dan Cara Penularan Mikroorganisme 12
5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi 13
6. Sumber- Sumber Infeksi Nosokomial 14
C. Cuci Tangan
1. Pengertian Cuci Tangan 15
2. Alat dan Bahan 17
3. Prosedur Standar Mencuci Tangan 18
4. Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air (handwash) 19
5. Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol
(handrub) 20
D. Perilaku
1. Pengertian Perilaku 21
2. Domain Perilaku 23
E. Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan 32

vi
2. Teori Kepatuhan 32
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan 34
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan 35
F. Kerangka Teori 37
G. Kerangka Konsep 38
H. Hipotesis 38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian 39
D. Variabel Penelitian 41
E. Definisi Operasional 42
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 44
G. Validitas dan Reliabilitas 45
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 47
I. Etika Penelitian 49
J. Pelaksanaan Penelitian 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian 52
B. Pembahasan 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan 62
B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Peruangan 40
Tabel 3.2 Definisi Operasional 42
Tabel 3.3 Koefisien Korelasi 48
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan dan Masa Kerja di Ruang Rawat Inap Kelas III
Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman 54
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat dalam Hand Hygiene Five
Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3,
Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman 55
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Hand Hygiene
Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3,
Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman 55
Tabel 4.4 Hubungan Sikap Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam
Hand Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Sleman 56

viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 KerangkaTeori 37
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 38

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan penyusunan proposal


Lampiran 2. Lembar bimbingan skripsi
Lampiran 3. Surat permohonan menjadi responden
Lampiran 4. Informed consent
Lampiran 5. Lembar karakteristik responden
Lampiran 6. Kuisioner penelitian sikap perawat hand hygiene five moment
Lampiran 7. Lembar Kisi-kisi kuisioner sikap hand hygiene five moment
Lampiran 8. Lembar observasi kepatuhan perawat hand hygiene five moment
Lampiran 9. Surat izin studi pendahuluan
Lampiran 10. Surat izin uji validitas
Lampiran 11. Surat izin penelitian
Lampiran 12. Data hasil penelitian
Lampiran 13. Data hasil uji statistik
Lampiran 14. Data uji kappa
Lampiran 15. Hasil uji validitas dan reabilitas
Lampiran 16. Data observasi kepatuhan
Lampiran 17. Data kuisioner sikap
Lampiran 18. Etika penelitian

x
HUBUNGAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT
DALAM HAND HYGIENE FIVE MOMENT
DI RUANG RAWAT INAP
KELAS III RSUD SLEMAN

INTISARI
Esti Suhartini1 , Rahayu Iskandar2
Latar Belakang: Mencuci tangan adalah salah satu langkah efektif untuk memutus
rantai infeksi silang, mencuci tangan lima momen yaitu: sebelum bersentuhan
dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih atau steril, setelah bersentuhan
dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan
dengan lingkungan pasien.
Tujuan Penelitian: Diketahui hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam
hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.
Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah non eksperimental dengan
rancangan penelitian descriptive correlational studies. Besar sampel yang digunakan
adalah 60 perawat dari ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman. Analisa data yang
digunakan adalah uji korelasi gamma.
Hasil: Hasil penelitian sikap perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat
inap kelas III RSUD Sleman menunjukkan sikap positif sebesar 42 perawat (70,0%)
dan kepatuhan perawat menunjukkan 38 perawat (63,3%). Hasil uji bivariat
didapatkan ada hubungan bermakna antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam
hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman (p-value =
0,000) dengan uji korelasi didapatkan nilai r 0,959 yang menunjukkan ada keeratan
hubungan sangat kuat dan pola hubungan positif.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada
hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di
ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman dengan keeratan hubungan sangat kuat dan
pola hubungan positif.

Kata Kunci: Sikap, kepatuhan, hand hygiene five moment, perawat


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

xi
The Correlation between Behavior and Nurse's Compliance in Hand Hygiene
Five Movement in Inpatient Ward of Third Grade in Sleman General Hospital
ABSTRACT
Esti Suhartini1 , Rahayu Iskandar2
Background: Washing hand is an effective way to break cross-infection chain. Hand
hygiene five moment are such as : prior to contact with patient, prior to sanitation or
sterilization procedure, post contact with patient's body fluid, post contact with
patient, post contact with patient's surroundings.
Objective: To identify The Correlation between Behavior and Nurse's Compliance in
Hand Hygiene Five Movement in Inpatient Ward of Third Grade in Sleman General
Hospital
Method: The type of this study was non experimental with descriptive and
correlational study design. The number of samples was 60 nurses in inpatient ward of
third grade in Sleman general hospital. Data analysis method was gamma
correlational test.
Result: The study result identified that nurses' behaviors in hand hygiene five
moment in inpatient ward of third grade in Sleman general hospital were positive
behaviors as many as 42 nurses (70,0%) and compliant behaviors as many as 38
nurses (63,3%). The result of bivariate test found out significant correlations between
behaviors and nurses' compliance in hand hygiene five moment in inpatient ward of
third grade in Sleman general hospital (p value of 0,000) and correlation test figured
out r value of 0,959 which indicated strong and positive correlations.
Conclusion: There were significant correlations between behaviors and nurses'
compliance in hand hygiene five moment in inpatient ward of third grade in Sleman
general hospital with strong and positive correlations.

Keywords: Behavior, Compliance, Hand Hygiene Five Moment, Nurse.


1
A Student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Sciene
of Yogyakarta
2
A Counseling Lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of
Health Sciene of Yogyakarta

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyatakan, rumah sakit adalah
institusi perawatan kesehatan yang memiliki staf medis profesional yang terorganisir,
memiliki fasilitas rawat inap, dan memberikan layanan 24 jam. Menyediakan
pelayanan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat (WHO, 2017). Undang-Undang No. 44 Tahun 2009,
mendefinisikan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara menyeluruh dengan menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu bagian
sistem pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat
mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan perawatan (Septiari, 2012).
Perawat adalah tenaga profesional yang berperan penting dalam pelayanan
rumah sakit serta memiliki kontak dengan pasien lebih lama, bahkan hingga 24 jam
penuh. Sehingga perawat memiliki peranan cukup besar dalam kejadian infeksi
nosokomial (Nursalam, 2011). Salah satu indikator pelayanan kesehatan yang baik di
rumah sakit adalah terkendalinya infeksi nosokomial (Setiyawati, 2008). Angka
kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit
dan izin operasional sebuah rumah sakit dapat dicabut karena tingginya angka
kejadian infeksi nosokomial (Septiari, 2012).
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan setiap
orang yang datang ke rumah sakit. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit di
14 negara (termasuk Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik) menunjukkan
bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di
rumah sakit. Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien di
rumah sakit terserang infeksi nosokomial. Di Indonesia penelitian yang dilakukan

1
disebelas rumah sakit di DKI Jakarta tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 pasien
rawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat (Nursalam, 2011). Terkadang
penyakit yang semula disebabkan oleh satu penyakit, ketika dirawat di rumah sakit
pasien mendapatkan penyakit lain yang disebabkan karena infeksi yang didapatkan
atau ditularkan melalui petugas kesehatan yang kurang patuh mencuci tangan
(Septiari, 2012).
Mencuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan
rantai infeksi silang, sehingga kejadian infeksi nosokomial dapat berkurang.
Pencegahan melalui pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit ini mutlak harus
dilaksanakan oleh seluruh jajaran manajemen rumah sakit meliputi para dokter,
bidan, perawat dan lain-lain (Septiari, 2012).
Mencuci tangan lima momen untuk petugas kesehatan yang benar
berdasarkan standart World Health Organization (WHO) yaitu: sebelum bersentuhan
dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih atau steril, setelah bersentuhan
dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan
dengan lingkungan sekitar pasien (WHO, 2017). Tingkat kepatuhan pekerja
kesehatan dalam menjaga dirinya melalui upaya membersihkan tangan masih sangat
rendah. Hal ini bisa diketahui dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013
yang menunjukkan baru 47,0% petugas kesehatan yang berperilaku benar dalam
mencuci tangan. Di dukung oleh hasil penelitian Sukron dan Kariasa (2013) di Ruang
Irna C RSUP Fatmawati, bahwa hanya 12 orang (12,4%) perawat yang patuh
terhadap SOP mencuci tangan lima momen. Sedangkan sisanya sebanyak 67 orang
(69,1%) memiliki kepatuhan yang kurang dan 18 orang (18,6%) dengan kepatuhan
sedang.
Menurut penelitian yang dilakukan Mogi, Sengkey & Karuru (2016) di
Ruang Rawat Inap A, E, dan F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hanya 5,2%
tenaga kesehatan yang patuh mencuci tangan. Sisanya, 94,8% tenaga kesehatan tidak
patuh mencuci tangan. Dari hasil penelitian diketahui Marjadi (2010), menyatakan
tenaga kesehatan dua kali lebih banyak melakukan hand hygiene setelah keluar

2
ruangan dibandingkan sebelum masuk ruangan. Hal ini memberikan kesan bahwa
perawat lebih mementingkan kebersihan sendiri dibandingkan risiko yang bisa
diperoleh pasien.
Berdasarkan data sekunder dari laporan stase manajemen keperawatan Fatih,
dkk (2017) di Ruang Bedah RSUD Sleman diperoleh data hanya 10% kepatuhan
perawat dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Perawat yang belum melakukan cuci tangan sesuai SOP sebesar 40,96%, sedangkan,
sisanya (59,04%) hanya melakukan cuci tangan biasa.
Teori Green dalam Arfianti (2010) menyatakan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar
perilaku (non behaviour causes). Perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu: 1)
Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, 2) Faktor pendukung (enabling
factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana kesehatan , misalnya fasilitas untuk mencuci tangan. 3) Faktor
penguat atau pendorong (reinforcing factor), dapat berupa sikap dan perilaku petugas
kesehatan.
Penelitian Sulistyowati (2016) di Ruang HCU Bedah dan Mawar 2, RSUD
Dr. Moewardi Surakarta, menggunakan lembar observasi, diketahui perilaku perawat
dalam pencegahan infeksi nosokomial dikategorikan baik sebesar 60%. Hasil
penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial
dikategorikan tinggi (53,3%). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand
hygiene five moment di Ruang Bedah RSUD Sleman.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “apakah ada hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam
hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five
moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk diketahui karakteristik perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD
Sleman.
b. Untuk diketahui sikap perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat
inap kelas III RSUD Sleman.
c. Untuk diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene
five momen di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.
d. Untuk diketahui keeratan hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat
dalam melaksanakan hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III
RSUD Sleman.

D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit
khususnya mengenai hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand
hygiene five moment dalam upaya mencegah infeksi nosokomial.
2. Memberikan manfaat bagi perawat untuk meningkatkan kepatuhan mencuci
tangan lima momen untuk mencegah infeksi nosokomial dan memutus rantai
infeksi silang.

4
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya pada ilmu pengetahuan dan
dikembangkan dalam ilmu praktik keperawatan khususnya mengenai hubungan
sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment dalam upaya
mencegah infeksi nosokomial.

5
E. Keaslian Penelitian
1. Kariasa, I.M. and Sukron. (2013) meneliti tentang “ Tingkat Kepatuhan
Perawat dalam Pelaksanakan Five Moment Hand Hygiene ”. Peneliti ini
menggunakan teknikdeskriptif observasional. Jumlah responden sebanyak 97
perawat. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
five moment hand hygiene. Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak pada
variabel, lokasi, sampel, dan waktu penelitian. Hasil penelitian ini
menunjukkan usia, jenis kelamin dan pendidikan mempengaruhi tingkat
kepatuhan perawat dengan kategori kurang = 67 (69%), sedang = 18
(18,6%), baik =12 (12,4).
2. Sulistyowati, D. (2016) meneliti tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Perawat Tentang Infeksi Nosokomial (Inos) dengan Perilaku
Pencegahan Inos Di Ruang Bedah RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Peneliti
ini menggunakan teknikdeskriptif korelasional. Jumlah responden sebanyak
30 perawat. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
tentang perilaku perawat tentang infeksi nosokomial, dan variabel . Perbedaan
dari penelitian ini adalah terletak pada lokasi, sampel, dan waktu penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan perawat
tentang inos dengan perilaku infeksi nosokomial dengan nilai p=0,029.
3. Mogi, T. I., Sengkey, L., and Karuru, C. P. (2016) meneliti tentang “
Gambaran Kepatuhan Tenaga Kesehatan Dalam Menerapkan Hand Hygiene
di Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Peneliti ini
menggunakan teknik observasional. Jumlah responden sebanyak 134 petugas.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kepatuhan
dalam hand hygiene di ruang rawat inap. Perbedaan dari penelitian ini adalah
terletak pada variabel, lokasi, sampel, dan waktu penelitian. Hasil penelitian
ini menunjukkan tingkat kepatuhan tenaga kesehatan (5,2%), sisanya (94,8 %)
tenaga kesehatan yang tidak patuh dalam mencuci tangan di ruang rawat inap.

6
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman merupakan Satuan Kerja


Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sleman yang berlokasi di jalur strategis Jalan raya Jogjakarta - Magelang atau
jalan Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo, Sleman. Sebagai RSUD pertama yang
dimiliki Pemerintah Kabupaten Sleman. Pada tanggal 27 Desember 2010, RSUD
Sleman secara resmi ditetapkan sebagai BLUD dengan status Penuh, berdasarkan
Keputusan Bupati Sleman Nomor: 384/Kep.KDH/A/2010, tentang Penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum
Daerah Sleman. Penetapan sebagai BLUD Penuh ini sangat diharapkan akan
berdampak besar pada peningkatan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi
masyarakat secara signifikan.

RSUD Sleman merupakan salah satu RSU tipe B yang diresmikan dengan
nomor: 163/Menkes/XII/2003. Pelayanan yang diberikan di RSUD Sleman yaitu
pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Pelayanan Farmasi, K3,
Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Kamar Operasi,
Pelayanan pengendalian Infeksi di RS, Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi,
Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif, dan Pelayanan
Darah. Pelayanan rawat inap RSUD Sleman berupa ruang rawat inap obsgyn dan
ibu melahirkan, ruang rawat inap perina atau bayi baru lahir, ruang rawat bedah,
ruang rawat inap syaraf dan penyakit non bedah dan non infeksius, ruang rawat
bedah, ruangICU. Pelayanan rawat jalan di RSUD Sleman berupa poliklinik anak,

52
poliklinik bedah, poliklinik dalam, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik jiwa,
poliklinik kebidanan atau obsgin, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata,
poliklinik syaraf, poliklinik THT. RSUD Sleman telah menggunakan prosedur
hand hygiene five moment sebagai acuan dalam penerapan standar keselamatan
pasien berdasarkan World Health Organization (WHO).

Ruang Alamanda 1, 2 dan 3 merupakan ruang rawat inap bedah, syaraf dan
non bedah non infeksius dengan jumlah perawat 45 orang. Ruang Alamanda 1, 2
dan 3 memiliki beberapa ruangan antara lain: ruang perawat, ruang dokter, ruang
ganti perawat, kamar mandi atau toilet, ruang koas, 63 tempat tidur di ruang kelas
3 dan gudang. Ruang alamanda 1, 2 dan 3 memiliki wastafel beserta
kelengkapannya dan alkohol gel yang di letakkan di tempat strategis untuk
digunakan.

Ruang Kenanga merupakan ruang rawat inap umum dengan jumlah perawat
11 orang. Ruang kenanga memiliki beberapa ruang antara lain: ruang perawat,
ruang dokter, ruang ganti perawat, kamar mandi dan toilet, ruang koas, 18 tempat
tidur di ruang kelas 3 dan gudang. Ruang kenanga memiliki wastafel beserta
kelengkapannya dan alkohol gel yang diletakkan ditempat strategis untuk
digunakan.

Ruang Cendana merupakan ruang rawat inap anak dengan jumlah perawat 14
orang. Ruang cendana memiliki beberapa ruang antara lain: ruang perawat, ruang
dokter, ruang ganti perawat, kamar mandi dan toilet, ruang koas, 12 tempat tidur di
ruang kelas 3 dan gudang. Ruang cendana memiliki wastafel dan kelengkapannya,
dan alkohol gel yang diletakkan ditepat strategis untuk digunakan.

2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian terhadap karakteristik perawat yang meliputi umur, masa
kerja, dan tingkat pendidikan di rawat inap kelas III RSUD Sleman disajikan pada
tabel berikut:

53
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan dan Masa Kerja di Ruang Rawat Inap Kelas
III Alamanda 1, 2, 3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman dengan
jumlah sampel (n= 60).
Karakteristik Frekuensi Prosentase (% )
Umur
16 -25 tahun 14 23,3
26-35 tahun 28 46,7
36-45 tahun 10 16,7
46-55 tahun 8 13,3
Jumlah 60 100%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 13 21,7
Perempuan 47 78,3
Jumlah 60 100%
Pendidikan
D III 54 90,0
D IV 1 1,7
S1 5 8,3
Jumlah 60 100%
Masa kerja
< 1 tahun 7 11,7
1-10 tahun 34 56,7
11-20 tahun 11 18,3
21-30 tahun 6 10,0
31-40 tahun 2 3,3
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa perawat mayoritas berumur


26 sampai 35 tahun berjumlah 28 perawat (46,7%), berjenis kelamin perempuan
berjumlah 47 perawat (78,3%), berpendidikan DIII ada 54 perawat (90,0%),
dengan masa kerja 1-10 tahun.
3. Analisa univariat
a. Sikap Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment
Hasil penelitian sikap perawat dalam hand hygiene five moment di
ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman disajikan pada tabel berikut:

54
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sikap perawat dalam hand hygiene
five moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2, 3,
Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman.
Sikap perawat Frekuensi Prosentase (% )
Sikap negatif 18 30,0%
Sikap positif 42 70,0%
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer, 2017.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan sikap perawat dalam cuci tangan lima
momen di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman yaitu 60 perawat, memiliki sikap
positif sebanyak 42 perawat (70,0%).
b. Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment
Hasil penelitian sikap perawat dalam hand hygiene five moment di
ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan perawat dalam hand
hygiene five moment di Ruang Rawat Inap Kelas III Alamanda 1, 2,
3, Kenanga, dan Cendana RSUD Sleman.
Kepatuhan perawat Frekuensi Prosentase (% )
Tidak patuh 22 36,7 %
Patuh 38 63,3%
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer, 2017.
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui perawat di ruang rawat menunjukkan
kepatuhan perawat dalam cuci tangan lima momen di ruang rawat inap kelas III
RSUD Sleman yaitu 60 perawat, yang patuh dalam hand hygiene five moment
sebanyak 38 perawat (63,3%).
4. Analisa bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variabel,
yaitu variabel bebas adalah sikap perawat dan variabel terikat adalah kepatuhan
perawat. Hasil tabulasi hubungan sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam
hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman
4.4.disajikan pada tabel berikut:

55
Tabel 4.4. Hubungan Sikap Perawat Dengan Kepatuhan Perawat dalam
Hand Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman

Tidak patuh Patuh Total


Kepatuhan P-value r
perawat
N % N % N %
Sikap 16 26,7% 2 3,3% 18 30,0% 0,000 0,959
negatif
Sikap 6 10,0% 36 60,0% 42 70,0%
positif
Jumlah 22 36,7% 38 63,3% 60 100%
Sumber: Data primer, 2017.
Berdasarkan tabel 4.4 dari 60 perawat di ruang kelas III RSUD Sleman
diketahui perawat yang memiliki sikap positif dan menunjukkan kepatuhan
terhadap hand hygiene five moment sebanyak 36 perawat (60,0%). Sedangkan
perawat yang memiliki sikap negatif menunjukkan ketidakpatuhan terhadap hand
hygiene five moment sebanyak 16 perawat (26,7%). Berdasarkan hasil analisis
menggunakan uji korelasi gamma dengan hasil (p-value=0,000) diketahui ada
hubungan antara sikap perawat dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene
five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman. Hubungan sikap dengan
kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat kelas III
RSUD Sleman memiliki hubungan sangat kuat (r = 0,959) dan berpola positif
artinya semakin positif sikap yang dimiliki perawat maka akan membuat perawat
semakin patuh terhadap hand hygiene five moment.

B. Pembahasan
1. Karakteristik Perawat dalam Melaksanakan Cuci Tangan
Umur responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah berumur
kurang dari 26 sampai 35 tahun (51,7%) . Umur menentukan banyak sedikitnya
pengalaman pribadi seseorang. Pengalaman pribadi dan juga pengaruh faktor
emosional merupakan pembentukan sikap (Azwar, 2009). Umur berpengaruh

56
terhadap pola pikir seseorang dan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku
seseorang, semakin cukup usia seseorang akan semakin matang dalam berpikir
atau bertindak (Hartono, 2015). Perubahan umur mempengaruhi perilaku
seseorang, karena melalui perjalanan umurnya yang disebabkan karena proses
pendewasaan maka seseorang akan lebih mudah melakukan adaptasi perilaku
hidup dengan lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).
Jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 47
perawat (78,3%). Hal ini sesuai dengan rumah sakit umum lainnya yang
didominasi oleh perawat perempuan. Pada dasarnya karakteristik perempuan dan
laki-laki memang berbeda, bukan hanya dari segi fisik saja, tetapi juga dalam hal
bertindak dan berpikir. Perempuan juga cenderung lebih mampu menjadi
pendengar yang baik, langsung menangkap fokus diskusi dan tidak selalu berfokus
terhadap diri sendiri, sementara laki-laki tidak demikian (Hartono, 2015).
Pendidikan responden sebagian besar adalah D III sebanyak 54 perawat
(90,0%) pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Pendidikan formal maupun non formal yang diinginkan adalah adanya perubahan
kemampuan, penampilan atau perilakunya (Hartono, 2015). Menurut teori
Notoatmodjo (2007) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal baru
tersebut. Tingkat pendidikan rendah akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan lain-lain yang baru diperkenalkan.
Menurut Hartono (2015) kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku sangat
dipengaruhi oleh tahap perkembangan usia seseorang.
Sebagian besar responden telah bekerja selama 1-10 tahun (34,0%).
Menurut Azwar (2009) apa yang telah dialami seseorang akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulasi sosial yang akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap. Peningkatan pengalaman akan meningkatkan
ketrampilan perawat dan diharapkan kepercayaan diri perawat dapat meningkat
sehingga memotivasi dan performa kerja yang ditampilkan akan semakin baik.

57
2. Sikap Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment
Sikap perawat dalam melaksanakan cuci tangan lima momen di ruang
rawat inap kelas III RSUD Sleman bahwa 42 perawat dalam melaksanakan cuci
tangan lima momen mempunyai sikap positif dengan prosentase sebanyak (70,0%)
dan 18 perawat dengan prosentase sebanyak (30%) dengan sikap negatif. Perawat
yang menjawab 21 pernyataan sikap terendah dalam mencuci tangan lima momen
pada nomor 12 dan 18. Hasil penelitian ini bisa disimpulkan bahwa sebagian besar
perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman mempunyai sikap positif
dalam melaksanakan cuci tangan lima momen. Menurut penelitian Sobur (2015)
menyatakan sikap perawat dalam cuci tangan menunjukkan dimana 81 perawat
(75,7%) memiliki sifat positif dan 26 perawat (24,3%) memiliki sikap negatif.
Menurut penelitian Meisa (2012) menyatakan sikap perawat dalam mencuci
tangan menunjukkan 100 perawat (81,3%) memiliki sikap positif dan 23 perawat
(18,7%) memiliki sikap negatif. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau faktor tersebut akan
mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sikap dapat bersifat
positif dan negatif. Apabila sikap bersifat positif akan cenderung untuk
menyenangi dan mendukung objek tertentu (Notoatmojo. 2010). Sikap
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman kerja, pengaruh orang lain,
kebudayaan, media massa, dan pengaruh lembaga pendidikan (Azwar, 2009).

Menurut Rahmawati & Susanti (2014) bahwa sikap juga dipengaruhi


dengan kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagai masalah. Demikian juga sikap kita pada pelaksanaan
cuci tangan, jika cuci tangan sudah dilakukan sebagai suatu budaya kerja atau pola
maka pelaksanaan cuci tangan akan berjalan dengan baik. Menurut Romana
(2010) mengatakan bahwa sesama perawat boleh mengingatkan bila ada perawat
lain yang lalai mencuci tangan. Bukan untuk mencari kesalahan namun sebagai
upaya mengurangi resiko infeksi nosokomial yakni infeksi silang dari pasien ke

58
pasien dan akibat dari tercemar alat medis yang digunakan. Selain itu juga
merupakan salah satu perlindungan diri bagi perawat itu sendiri. Menurut Robbins
(2006) sikap menunjukkan nilai-nilai yang mendasar, minat diri, atau cara individu
mengidentifikasi sesuatu yang dihargai atau diminatinya. Jadi individu yang
mengganggap penting sesuatu hal akan menunjukkan sikap yang kuat terhadap
perilaku tersebut.

3. Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Hand Hygiene Five Moment


Kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan lima momen di
ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman bahwa sebanyak 38 perawat yang patuh
dalam melaksanakan cuci tangan lima momen dengan prosentase sebanyak
(63,3%) dan 22 perawat dengan prosentase sebanyak (36,7%) tidak patuh dalam
cuci tangan lima momen. Perawat yang kurang patuh dalam lima momen mencuci
tangan yaitu pada saat sebelum menyentuh pasien dan setelah menyentuh
lingkungan sekitar pasien. Hasil penelitian ini bisa disimpulkan bahwa sebagian
besar perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman patuh dalam
melaksanakan cuci tangan lima momen. Menurut penelitian Sobur (2015)
menyatakan kepatuhan baik sebesar 68 perawat (63,6%) dan kepatuhan kurang
sebanyak 39 perawat (36,6%). Menurut penelitian Meisa (2012) menyatakan
perilaku perawat yang memiliki kategori baik sebanyak 85 perawat (69,1%) dan
38 perawat (30,9%) memiliki kategori kurang baik. Menurut WHO (2009) five
moment hand hygiene idealnya 100% perawat melakukan cuci tangan pada 5
waktu tersebut.
Menurut penelitian Sinaga (2015) menyatakan Faktor pendukung
(enabling factor) seperti ketersediaan sarana mencuci tangan yang memadahi
dapat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene. Menurut
Sobur (2015) kampanye poster dan petunjuk cuci tangan 5 waktu harus
ditingkatkan disemua ruang perawatan dalam upaya peningkatan kepatuhan cuci
tangan. Kepatuhan cuci tangan akan mendukung upaya keselamatan perawat

59
selama bekerja di rumah sakit. Pengamatan kepatuhan mencuci tangan sebaiknya
dilakukan secara regular untuk memantau efektifitas usaha-usaha peningkatan
kepatuhan cuci tangan. Sesuai dengan hasil penelitian Sinaga (2015) bahwa
ketidakpatuhan perawat dikarenakan perawat belum mendapatkan konsep teori dan
cara melakukan pencegahan infeksi nosokomial atau hand hygiene secara benar
akibatnya perawat belum melakukan pencegahan infeksi nosokomial atau hand
hygiene secara maksimal ketika sudah mulai bekerja. Menurut Burke (2003)
menyatakan bahwa faktor yang menghambat petugas kesehatan untuk melakukan
hand hygiene adalah ketidak mengertian dalam melakukan hand hygiene.

4. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat dalam Hand Hygiene Five Moment
di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman
Sikap perawat dan kepatuhan perawat dari 60 perawat yang memiliki
sikap positif dan menunjukkan kepatuhan terhadap hand hygiene five moment
sebanyak 36 perawat (60,0%), perawat yang memiliki sikap negatif dan tidak
patuh sebanyak 16 perawat (26,7%), sedangkan perawat yang memiliki sikap
negatif namun patuh dalam mencuci tangan lima momen sebanyak 2 perawat
(3,3%) disebabkan oleh pengetahuan cuci tangan lima momen perawat kurang,
tetapi dalam prakteknya perawat tersebut sudah terbiasa atau sudah menjadi
budaya kerja sehingga kepatuhan cuci tangan lima momen berjalan dengan baik,
sedangkan perawat yang memiliki sikap positif namun tidak patuh sebanyak 6
perawat (10,0%) dikarenakan oleh pengetahuan cuci tangan yang baik tetapi dalam
prakteknya perawat tersebut kurang memahami petunjuk cuci tangan 5 waktu
sehingga poster dan petunjuk cuci tangan lima momen harus ditingkatkan di
semua ruang perawatan untuk mencegah infeksi silang. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan dengan uji hipotesis menggunakan korelasi gamma menunjukkan
nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang berarti ada hubungan sikap dengan
kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III

60
RSUD Sleman. Nilai uji korelasi gamma sebesar 0,959 menunjukkan bahwa hasil
penelitian menyimpulkan terdapat hubungan sikap dengan kepatuhan perawat
dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman
dengan tingkat keeratan yang sangat kuat.
Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arfianti (2010)
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kepatuhan mencuci tangan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kerakteristik
individu (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, masa kerja, tingkat pendidikan),
faktor psikologis (sikap terhadap penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan
persepsi terhadap resiko), faktor organisasi manajemen, faktor pengetahuan, faktor
fasilitas, faktor motivasi, dan kesadaran, faktor tempat tugas, dan faktor bahan cuci
tangan terhadap kulit. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Meisa
(2012) yang menyatakan ada hubungan yang sifnifikan antara sikap dengan
perilaku mencuci tangan dengan nilai p-value = 0,004. Menurut Sobur (2015) yang
menyatakan ada hubungan bermakna antara sikap dengan kepatuhan mencuci
tangan dengan nilai probabilitas 0,005 sejalan dengan teori perubahan perilaku
bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh sikap positif, adanya peraturan dan persepsi
yang sama terhadap pentingnya cuci tangan sebagai upaya pencegahan penyakit
infeksi.

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti dalam melaksanakan observasi kepada perawat tentang
kepatuhan perawat dalam lima momen mencuci tangan hanya dilaksanakan dalam
1x observasi dengan durasi waktu 1x observasi 5 momen mencuci tangan,.
Sehingga belum dapat dilihat perilaku perawat secara menyeluruh terkait
kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment.

61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Sikap perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III
RSUD Sleman sebagian besar memiliki sikap positif.
2. Tingkat kepatuhan perawat dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap
kelas III RSUD Sleman sebagian besar patuh dalam mencuci tangan lima momen.
3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand
hygiene five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman.
4. Keeratan hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam hand hygiene
five moment di ruang rawat inap kelas III RSUD Sleman adalah sangat kuat.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran -
saran sebagai berikut:
a. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi rumah sakit untuk lebih
memonitor perawat yang kurang patuh mencuci tangan lima momen yaitu sebelum
menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
b. Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan motivasi dengan meningkatkan
kepatuhan mencuci tangan dalam hand hygiene five moment di ruang rawat inap
kelas III RSUD Sleman.

62
c. Peneliti Lain
Peneliti selanjutnya perlu melakukan observasi kepada perawat dalam 10x
kesempatan dengan durasi 2 minggu sehingga dapat dilihat sebagai suatu bentuk
perilaku.

63
DAFTAR PUSTAKA

Arfianti, D. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan Cuci Tangan


Perawat di RSI Sultan Agung Semarang, Jurnal Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,


Jakarta, Indonesia.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,


Jakarta, Indonesia.

Azwar, S. (2009). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar Offset,
Yogyakarta, Indonesia.
Burke, J. (2003). Infection Control a Problem for Patient Safety, The New England
Journal of Medicine, 348, 651 -656.

Dermawan & Jamil. (2013). Ketrampilan Dasar Perawat, Edisi 1, Gosyen


publishing, Yogyakarta, Indonesia.
Dharma, KK. (2011). Metode Penelitian Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta,
Indonesia.
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba
medika, Jakarta, Indonesia.
Fatih, dkk. (2017). Laporan Stase Managamen Keperawatan Program Stase Ners,
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Hartono, A. (2015). Gambaran Perilaku Perawat Dalam Melaksanakan Cuci Tangan
di Ruang Anggrek Dan Wijaya Kusuma RSUD Wates, Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta.
Kariasa, IM. andSukron. (2013). Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan
Five Moment Hand Hygiene di Irna C RSUP Fatmawati tahun 2013, Jurnal
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Kemenkes RI. (2014). Kementerian Kesehatan Tahun 2014, Pusat Data dan
Informasi, Jakarta tahun 2014, diakses 28 mei 2017.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara PAN Nomor
94/KEP/M.PAN/11/2001 BAB II Pasal (4) Tentang Jabatan Fungsional
Perawat, Jakarta Tahun 2001, diakses 26 juli 2017.

64
Karomah, H. (2015). 6 bulan, Program D3 Kebidanan, Stikes Abdi Nusantara
Jakarta.
Mogi, T. I., Sengkey, L., and Karuru, C. P (2016). Gambaran Kepatuhan Tenaga
Kesehatan Dalam Menerapkan Hand Hygiene di Rawat Inap RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado tahun 2016, Jurnal Fakultas Kedokteran Sam
Ratulangi Manado, 4, 1.
Marjadi B, McLaws ML. (2010). Hand Hygiene in Rural Indonesian Healthcare
Workers: Barriers Beyond Sinks, Hand Rubs and In-Service Training. Journal
of Hospital Infection.
Meisa, A. (2012). Gambaran Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit
Awal Bros Bekasi tahun 2012, Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Professional, Edisi 3, Balai Penerbit Salemba, Jakarta, Indonesia.
Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta, Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,


Indonesia.
Peraturan Menteri KesehatanNomor 269/ Menkes/ Per/III/2008 Tentang Pencegahan
Pengendalian Infeksi di RSUD Yogyakarta, Jakarta Tahun 2011, diakses 9
Juni 2017.
Peraturan Menteri KesehatanNomor 1691/ Menkes/ Per/Viii/2011 Tentang Sasaran
Keselamatan Pasien, Jakarta Tahun 2011, diakses 9 Juni 2017.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK..02.02/MENKES/148/I/2010 Pasal (1)
Tentang Perawat, Jakarta Tahun 2013, Jakarta diakses 26 Juli 2017.
Rahmawati, R & Susanti, M. (2014). Pengetahuan dan Sikap Perawat Pencegahan
Infeksi Nosokomial dalam Pelaksanaan Cuci Tangan Tahun 2014, Jurnal
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik, 5, 2.
RISKESDAS RI. (2013). Riset Kesehatan DasarTahun 2013, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta Tahun 2013,
diakses 19 april 2017.

65
Riyadi, S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Andi, Yogyakarta,
Indonesia.
Romana. (2010). Petunjuk 10 Langkah Mencuci Tangan.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/06/11Bagaimana-cara
mencucitangan-yang-benar/2010 akses tanggal 12 agustus jam 19.00.

Robbins, P. S. (2006). Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Edisi 10,


Penerbit PT.Indeks, Jakarta.

http://rsudsleman.slemankab.go.id/index.php/web/data/1.1

Saragih & Rumapea.(2010). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat


Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia
Medan. Diambil tanggal 13 agustus 2017 dari
http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf.
Septiari, B. B. (2012). Infeksi Nosokomial, Nuhamedikka, Yogyakarta, Indonesia.
Setiyawati. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan
Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi Di Ruang Rawat Inap Rdud
Moewardi Surakarta Tahun 2008, Berita Ilmu Keperawatan, 1, 2.
Sobur, S. (2015). Hubungan Sikap Dan Kepatuhan Cuci Tangan Pada Perawat Rawat
Inap Rsud Kota Semarang tahun 2015, Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan
Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung


Alfabeta, Bandung, Indonesia.
Sulistyowati, D. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang
Infeksi Nosokomial (Inos) Dengan Perilaku Pencegahan Inos Di Ruang Bedah
Rsud Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2016, Jurnal Kementerian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan, 1, 1.
Sinaga, S. E. N. (2015). Kepatuhan Hand Hygiene Di Rumah Sakit Misi
Rangkasbitung tahun 2015, Jurnal Sekolah Tinggi Kesehatan Santo
Borromeus.
UU RI No. 44 Tahun2009 Tentang Rumah Sakit.
Uliyah&Hidayat. (2009). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan,Edisi
2, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia
widhiarso, W. (2005). Mengestimasi Reliabilitas, Fakultas Psikologi UGM,
Yogyakarta, Indonesia

66
World Health Organization (WHO). (2017). Forgetting to Wash Your Hands Can
Cost Lives,www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017
<http://www.who.int/features/2017/washing-hands- lives/en/>
World Health Organization (WHO). (2017). Hospitals,www.who.int, diakses pada
tanggal 19 mei 2017 <http://www.who.int/hospitals/en/>
World Health Organization (WHO). (2009). My 5 Moments For Hand
Hygiene,www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017
<http://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean
hands/5moments/en/>
World Health Organization (WHO). (2010). National Patient Safety Goal,
www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017
<http://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean-
hands/evidence.pdf?ua=1&ua=1>
World Health Organization (WHO). (2011). WHO Save Lives: Clean Your Hands
Global Annual Campaign, www.who.int, diakses pada tanggal 9 mei 2017
<http://www.who.int/infection-prevention/campaigns/clean-
hands/evidence.pdf?ua=1&ua=1>
World Health Organization (WHO). (2011). SAVE HIDUP: Bersihkan Tangan Anda
WHO Save Lives: Clean Your Hands Global Annual Campaign,
www.who.int, diakses 9 mei 2017.
<http://www.who.int/mediacentre/events/meetings/2011/clean_hands_campai
gn/en/>

67
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

69
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

70
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

71
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian sikap perawat hand hygiene five moment
KUISIONER SIKAP TENTANG MENCUCI TANGAN 5 MOMEN

Petunjuk Pengisian

Berilah Tanda Checklist ( √ ). Pada kolom pernyataan di bawah ini.


Jawablah pernyataan ini dengan jujur dan jawaban akan terjaga
kerahasiaannya.

STS : Sangat Tidak Setuju.

TS : Tidak Setuju.

S : Setuju.

SS : Sangat Setuju.

No. Pernyataan ST TS S SS
S

1. Saya perlu mengetahui prosedur tetap


(protap) RSUD Sleman mengenai
mencuci tangan.

2. Saya merasa perlu memahami dan


melaksanakan protap cuci tangan.

3. Protap cuci tangan membantu saya


dalam melaksanakan cuci tangan yang
benar.

4. Agar pekerjaan cepat selesai saya tidak


perlu melaksanakan cuci tangan sesuai
protap.

5. Saya selalu menggunakan antiseptik

75
untuk mencuci tangan.

6. Saya perlu memahami arti penting


mencuci tangan.

7. Sebelum bersentuhan dengan pasien saya


mencuci tangan.

8. Sebelum melakukan prosedur bersih atau


steril saya mencuci tangan.

9. Sesudah bersentuhan dengan cairan


tubuh pasien saya mencuci tangan.

10. Saya tidak perlu mencuci tangan karena


hanya menyita waktu.

11. Apabila saya menggunakan sarung


tangan saya tidak perlu lagi mencuci
tangan.

12. Saya mencuci tangan hanya sampai


pergelangan tangan saja.

13. Pada saat menggosok tangan saya


menggunakan gerakan melingkar.

14. Saya tidak perlu melepas perhiasan pada


saat akan mencuci tangan.

15. Tangan yang menyentuh wastafel pada


saat mencuci tangan adalah hal biasa.

16. Sesudah bersentuhan dengan pasien


saya mencuci tangan.

76
17. Sesudah bersentuhan dengan lingkungan
sekitar pasien saya mencuci tangan.

18. Saya mengeringkan tangan dengan tisu


atau handuk.

19. Saya melakukan cuci tangan karena takut


pada atasan saya.

20. Saya merasa cuci tangan sangat penting


untuk kesehatan pasien.

21. Saya merasa cuci tangan tidak penting


bagi kesehatan saya.

77
Lampiran 7. Lembar Kisi-kisi kuisioner sikap hand hygiene five moment

Kisi-Kisi Kuisioner Sikap:


Favourabel: 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 18, 20
Unfavourabel : 4, 10, 11, 14, 15, 19, 21

78

Anda mungkin juga menyukai